Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PANCASILA

“KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENERAPKAN


PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA”

DISUSUN OLEH :

Emil Harits (4202012041)


Farah Arzakiah (4202012086)
Febry Oktaviani (4202012019)
Joellistian Geri Khaswara (4202012075)
Najla Saffanah Putri Saydina (4202012016)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


PRODI PERENCANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
KELAS D4/2B
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah Pancasila ini tepat pada waktunya.

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari ibu Rika Rianti, SH, MH .
Saya mengucapkan terima kasih kepada yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan kami.

Saya menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Demikian kata pengantar dari kami. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya, dan semoga makalah ini, dapat bermanfaat bagi kita semua AMIN

Pontianak, 15 Juli 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB 1.....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................3
1.2 Tujuan..........................................................................................................................................4
1.3 Rumusan Masalah.......................................................................................................................4
BAB 2.....................................................................................................................................................5
DASAR TEORI.........................................................................................................................................5
2.1 Kesepakatan Falsafah Pancasila...................................................................................................5
2.2 Prinsip dan Nilai yang Terkandung dalam Pancasila....................................................................5
2.2.1 Prinsip yang terdapat dalam Pancasila.................................................................................5
2.2.2 Nilai yang Terdapat dalam Pancasila.....................................................................................6
2.3 Kebijakan Pemerintah Dalam Upaya Melestarikan Nilai-Nilai Pancasila......................................8
BAB 3...................................................................................................................................................11
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................11
3.1 Pembahasan..............................................................................................................................11
3.2 Hasil Diskusi...........................................................................................................................11
BAB 4...................................................................................................................................................26
PENUTUP.............................................................................................................................................26
4.1 KESIMPULAN..............................................................................................................................26
4.2 SARAN........................................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................28
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia yang terlahir dari kebudayaan dan sejarah
masyarakat Indonesia yang telah ada jauh sebelum bangsa Indonesia merdeka. Para pendiri bangsa
berhasil menggali nilai-nilai luhur dan kemudian merumuskan menjadi sebuah pedoman atau ideologi
yakni Pancasila. Pancasila yang notabenya merupakan kebudayaan yang telah ada di tengah-tengah
masyarakat Indonesia menjadikan tetap lestari hingga saat ini. Eksistensi Pancasila seiring berjalanya
waktu mengalami cobaan ketika terjadi gejolak gerakan 30 September oleh Partai Komunis Indonesia.
Pemberontakan PKI masa itu dapat menjadi acuan bagaimana Pancasila tetap berdiri, hal ini
membuktikan Pancasila memang bukan hanya ideologi yang muncul secara tiba-tiba, namun
merupakan nilai-nilai yang telah melekat dalam diri bangsa Indonesia.

Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia memiliki nilai luhur yang tercermin dalam sila-sila
Pancasila. Ketuhanan Yang Maha Esa yang terdapat pada sila pertama Pancasila menunjukkan bahwa
Bangsa Indonesia menempatkan Tuhan pada kedudukan yang paling tinggi dan hal ini bukanlah suatu
nilai yang tiba-tiba muncul. Seperti yang kita ketahui Indonesia secara sejarah merupakan masyarakat
yang telah mengenal ajaran Tuhan, ini terlihat dimana berbagai agama telah menyebar luas sebelum
kemerdekaan Indonesia dikumandangkan oleh Soekarno. Budaya gotong-royong serta sikap
kekeluargaan masyarakat Indonesia mencerminkan betapa nilai kemanusiaan telah ada jauh sebelum
Pancasila dirumuskan.

Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia memiliki nilai-nilai luhur. Nilai- nilai pancasila
menjadi sumber segala aturan baik aturan yang bersifat fomal maupun informal. Pendidikan nasional
merupakan aspek pokok harus berlandasakn pancasila. Pendidikan nasional berdasarkan UU. No 20
tahun 2003 Pasal 3 menyebutkan: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional diperlukan strategi dan usaha serta dukungan dari segala aspek baik secara materi
maupun fisikal.

Pendidikan Nasional memliki peranan yang penting sebagai upaya melestarikan nilai-nilai luhur
Pancasila. Nilai-nilai pancasila dewasa ini semakin terkikis oleh arus globalisasi yang secara langsung
maupun tidak langsung memberikan dampak positif maupun negaif. Berbagai upaya melalui jalur
pendidikan untuk tetep menanamkan nilai-nilai luhur yang terdapat dalam Pancasila.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui tentang kebijakan politik di Pontianak yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila

2. Mengetahui kebijakan Publik/Pemerintah di Perlindungan Hukum dan Kesejahteraan


Masyarakat yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila

3. Mengetahui tentang implementasi nilai-nilai Pancasila dalam Kebijakan Ekonomi Nasional

4. Mengetahui mengenai Alternative terbaik sebagai upaya meningkatkan kehidupan ekonomi


masyarakat
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa kebijakan Politik di Pontianak yang di landasi dengan nilai-nilai Pancasila?

2. Apa kebijakan Publik/Pemerintah di Perlindungan Hukum dan Kesejahteraan Masyarakat


yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila?

3. Apa Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kebijakan ekonomi nasional?

4. Apa alternative terbaik sebagai upaya untuk meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat?
BAB 2

DASAR TEORI
2.1 Kesepakatan Falsafah Pancasila
Para pendiri bangsa telah menyepakati falsafah kenegaraan yang berfungsi sebagai common
platforms di antara sesama warga masyarakat dalam konteks kehidupan bernegara. Prinsip dasar
tersebut adalah Pancasila yang meliputi lima dasar, yaitu (1) ke-Tuhanan Yang Maha Esa, (2)
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, (3) Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan Yang Dipimpin
oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, dan (5) Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia.

Selain itu Pancasila juga disepakati sebagai dasar Negara bagi Negara kesatuan Republik
Indonesia. Pancasila memenuhi syarat sebagai dasar negara bagi Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan alasan sebagai berikut:

1. Pancasila memiliki potensi menampung keadaan pluralistik yang dialami oleh bangsa
Indonesia, ditinjau dari keanekaragaman agama, suku bangsa, adat budaya, ras, golongan dan
sebagainya. Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, menjamin kebebasan bagi warganegara
untuk beribadah sesuai dengan agama dan keyakinannya. Sementara itu Sila ketiga persatuan
Indonesia, mengikat keanekaragaman tersebut di atas dalam suatu kesatuan bangsa dengan
tetap menghormati sifat masing-masing seperti apa adanya.

2. Pancasila memberikan jaminan terealisasinya kehidupan yang pluralistik, dengan


menjunjung tinggi dan menghargai manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan secara berkeadilan, disesuaikan dengan kemampuan dan hasil usahanya. Hal
ini ditunjukkan oleh sila kedua yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Pancasila memiliki potensi menjamin keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
terbentang dari Sabang sampai Merauke, yang terdiri atas ribuan pulau. Sila ketiga Persatuan
Indonesia memberikan jaminan bersatunya bangsa Indonesia.

4. Pancasila memberikan jaminan berlangsungnya demokrasi dan hak asasi manusia sesuai
dengan budaya bangsa. Hal ini dijamin oleh sila keempat Pancasila yakni Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

5. Pancasila menjamin terwujudnya masyarakat yang adil dan sejahtera. Sila kelima Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan acuan dalam mencapai tujuan tersebut.

2.2 Prinsip dan Nilai yang Terkandung dalam Pancasila


2.2.1 Prinsip yang terdapat dalam Pancasila
Dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945, Bung Karno menyebut sila-sila dalam
Pancasila adalah prinsip-prinsip kehidupan bangsa Indonesia. Pancasila dalam bahasa Inggris
disebut the five principles. Dengan demikian maka sila-sila dalam Pancasila itu memberi
corak pada pola fikir dan pola tindak bangsa Indonesia dalam menghadapi segala
permasalahan hidupnya.
Prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, memberikan acuan bahwa dalam pola fikir,
sikap dan tindak bangsa Indonesia harus mengarah pada prinsip yang terkandung di
dalamnya, antara lain terwujudnya keselarasan atau harmoni dan kelestarian alam semesta.
Orang bebas berfikir, bebas berusaha, namun sadar dan yakin bahwa akhirnya yang
menentukan segalanya adalah Tuhan Yang Maha Esa (Man proposes, God disposes),
sehingga manusia rela dan ikhlas diatur. Dalam menentukan suatu pilihan tindakan, seseorang
memiliki kebebasan, namun kebebasan tersebut harus dipertanggungjawabkan, dan harus
menerima akibat dari pilihan tindakannya.

Prinsip Kemanusiaan yang Adil dan Beradab memberikan acuan bahwa dalam
olah fikir, olah rasa, dan olah tindak, manusia selalu mendudukkan manusia lain sebagai
mitra, sesuai dengan harkat dan martabatnya. Hak dan kewajibannya dihormati secara
beradab. Dengan demikian tidak akan terjadi penindasan atau pemerasan. Segala aktivitas
bersama berlangsung dalam keseimbangan, kesetaraan dan kerelaan.

Prinsip Persatuan Indonesia, memberikan acuan bahwa pola fikir, sikap dan tindak
bangsa Indonesia harus mengarah pada keutuhan dan kokohnya Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Kita mengaku bahwa negara kesatuan ini memiliki berbagai keanekaragaman
ditinjau dari segi agama, adat, budaya, ras, suku dan sebagainya, yang harus didudukkan
secara proporsional dalam negara kesatuan. Dalam hal terjadi konflik kepentingan, maka
kepentingan bangsa diletakkan di atas kepentingan pribadi, kelompok, golongan dan daerah.

Prinsip Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan, memberikan petunjuk bahwa dalam berfikir, bersikap dan
bertingkahlaku, yang berdaulat dalam negara Republik Indonesia adalah seluruh rakyat,
sehingga rakyat memiliki kedudukan terhormat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Aspirasi rakyat menjadi pangkal tolak penyusunan kesepakatan bersama
dengan cara musyawarah/perwakilan. Apabila dengan musyawarah tidak dapat tercapai
kesepakatan, dapat dilakukan pemungutan suara. Setiap keputusan hasil kesepakatan bersama
mengikat semua fihak tanpa kecuali, dan semua fihak wajib melaksanakannya.

Prinsip Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia memberikan acuan bagi olah
fikir, olah sikap dan olah tindak harus mengarah pada terwujudnya kesejahteraan lahir dan
batin yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa kecuali. Kesejahteraan
harus dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat dan merata di seluruh daerah, dihindari
terjadinya kesenjangan yang mencolok.

2.2.2 Nilai yang Terdapat dalam Pancasila


Dari konsep dan prinsip yang terdapat dalam Pancasila, dapat ditemukan nilai yang
menjadi tujuan bangsa Indonesia, dan ingin diwujudkan dalam kehidupan masyarakat
berbangsa dan bernegara. Nilai tesebut antara lain adalah:

1. Kedamaian, adalah situasi yang menggambarkan tidak adanya konflik dan kekerasan.
Segala unsur yang terlibat dalam suatu proses sosial yang berlangsung secara selaras, serasi
dan seimbang, sehingga menimbulkan keteraturan, ketertiban dan ketenteraman. Segala
kebutuhan yang diperlukan oleh manusia dapat terpenuhi, sehingga tidak terjadi perebutan
kepentingan. Hal ini akan terwujud bila segala unsur yang terlibat dalam kegiatan bersama
mampu mengendalikan diri.
2. Keimanan, adalah suatu sikap yang menggambarkan keyakinan akan adanya kekuatan
transendental yang disebut Tuhan Yang Maha Esa. Dengan keimanan manusia yakin bahwa
Tuhan menciptakan dan mengatur alam semesta. Apapun yang terjadi di dunia adalah atas
kehendak-Nya, dan manusia wajib untuk menerima dengan keikhlasan.

3. Ketaqwaan, adalah suatu sikap berserah diri secara ikhlas dan rela kepada Tuhan Yang
Maha Esa, bersedia tunduk dan mematuhi segala perintah-Nya serta menjauhi segala
larangan-Nya.

4. Keadilan, adalah suatu sikap yang mampu menempatkan makhluk dengan segala
permasalahannya sesuai dengan hak dan kewajiban serta harkat dan martabatnya secara
proporsional diselaraskan dengan peran fungsi dan kedudukkannya.

5. Kesetaraan, adalah suatu sikap yang mampu menempatkan kedudukan manusia tanpa
membedakan jender, suku, ras, golongan, agama, adat dan budaya dan lain-lain. Setiap orang
diperlakukan sama di hadapan hukum dan memperoleh kesempatan yang sama dalam segenap
bidang kehidupan sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya.

6. Keselarasan, adalah keadaan yang menggambarkan keteraturan, ketertiban dan ketaatan


karena setiap makhluk melaksanakan peran dan fungsinya secara tepat dan proporsional,
sehingga timbul suasana harmoni, tenteram dan damai. Ibarat suatu orkestra, setiap pemain
berpegang pada partitur yang tersedia, dan setiap pemain instrumen melaksanakan secara taat
dan tepat, sehingga terasa suasana nikmat dan damai.

7. Keberadaban, adalah keadaan yang menggambarkan setiap komponen dalam kehidupan


bersama berpegang teguh pada peradaban yang mencerminkan nilai luhur budaya bangsa.
Beradab menurut bangsa Indonesia adalah apabila nilai yang terkandung dalam Pancasila
direalisasikan sebagai acuan pola fikir dan pola tindak.

8. Persatuan dan Kesatuan, adalah keadaan yang menggambarkan masyarakat majemuk


bangsa Indonesia yang terdiri atas beranekaragam komponen namun mampu membentuk
suatu kesatuan yang utuh. Setiap komponen dihormati dan menjadi bagian integral dalam satu
sistem kesatuan negara-bangsa Indonesia.

9. Mufakat, adalah suatu sikap terbuka untuk menghasilkan kesepakatan bersama secara
musyawarah. Keputusan sebagai hasil mufakat secara musyawarah harus dipegang teguh dan
wajib dipatuhi dalam kehidupan bersama.

10. Kebijaksanaan, adalah sikap yang menggambarkan hasil olah fikir dan olah rasa yang
bersumber dari hati nurani dan bersendi pada kebenaran, keadilan dan keutamaan. Bagi
bangsa Indonesia hal ini sesuai dengan nilai yang terkandung dalam Pancasila.

11. Kesejahteraan, adalah kondisi yang menggambarkan terpenuhinya tuntutan kebutuhan


manusia, baik kebutuhan lahiriyah maupun batiniah sehingga terwujud rasa puas diri,
tenteram, damai dan bahagia. Kondisi ini hanya akan dapat dicapai dengan kerja keras, jujur
dan bertanggungjawab.

Dengan memahami konsep, prinsip dan nilai yang terkandung dalam Pancasila, yang
tentu masih akan berkembang sesuai dengan dinamika kehidupan bangsa Indonesia,
permasalahan berikutnya adalah bagaimana konsep, prinsip dan nilai tersebut dapat
diimplementasikan secara nyata dalam berbagai bidang kehidupan.

2.3 Kebijakan Pemerintah Dalam Upaya Melestarikan Nilai-Nilai Pancasila


Apapun bentuk dasar Negara yang dipakai oleh suatu Negara tidak akan bernilai apa-apa
tanpa ditindaklanjuti dengan penerapan dan pengamalan secara sungguh-sungguh dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Baik oleh rakyat maupun oleh para penyelenggara Negara.

Tidak adanya kemauan menerapkan dan mengamalkan secara sungguh-sungguh dan


konsisten, akan menghasilkan apatisme di kalangan masyarakat terhadap nilai-nilai dasar Negara
tersebut. Sebaliknya jika ketidakmauan itu datangnya dari para elite politik dan penyelenggara
Negara, maka keberadaan Pancasila akan tinggal menjadi slogan. Bahkan ketidaksungguhan itu
pada gilirannya akan menyeret pada kecenderungan penyalahgunaan pelaksanaan dasar Negara
sebagai alat untuk meletimasikan kekuasaan.

Pada masa Orde Lama, pemerintahan Presiden Soekarno diselenggarakan indoktrinasi


operasionalisasi Pancasila dengan menyiapkan bahan yang dikenal sebagai “Tujuh Bahan Pokok
Indoktrinasi.” Tetapi dalam implementasinya malah menegakkan sistem politik demokrasi
terpimpin yang dekat dengan kediktatoran ketimbang demokrasi Pancasila. Dengan demokrasi
terpimpin itu Soekarno melakukan kebijakan-kebijakan politik yang tidak sesuai dengan prinsip-
prinsip Pancasila.

Demikian juga dengan melihat realitas politik selama masa pemerintahan Orde Baru,
kecenderungan rezim penguasa menjadikan Pancasila sebagai alat untuk melegitimasikan
kekuasaannya semakin nyata. Atas nama Pancasila rezim ini melakukan kebijakan-kebijakan
politik yang sarat dengan sikap otoriter. Namun demikian salah satu Kebijakan pemerintah dalam
upaya melestarikan nilai-nilai Pancasila pada masa Orde Baru terlihat dengan dikeluarkan
Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.
Harapan dari Ketetapan MPR tersebut adalah setiap warga negara dapat memahami hak dan
kewajibannya serta bagaimana bersikap dan bertingkah laku dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Sementara itu melalui jalur pendidikan baik pendidikan dasar, menengah
maupun tinggi diselenggarakan pendidikan dengan kurikulum yang berisi materi untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam hidup menegara berdasarkan Pancasila.

Berdasarkan Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978, pemerintah dengan giatnya melakukan


penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (selanjutnya disingkat P4) kepada
berbagai lapisan masyarakat mulai dari anak sekolah, mahasiswa, PNS, pengusaha sampai kepada
pejabat. Saat itu sertifikat P4 layaknya “surat sakti”. Seorang mahasiswa bisa ujian sarjana jika
memiliki sertifikat P4 demikian juga seseorang ingin menduduki jabatan wajib memiliki sertifikat
P4. Terlepas dari kepentingan penguasa saat ini tetapi jelas Penataran P4 telah mengakibatkan
tersosialisasinya nilai-nilai Pancasila kepada masyarakat Indonesia, sekalipun semua usaha
tersebut nampaknya belum dapat memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan.

Pada masa reformasi sebagaimana diuraikan di atas negeri ini bak sebuah muara bagi semua
ideologi dan pemikiran yg lambat laun justru bertolak belakang dengan ideologi pancasila itu
sendiri. Masing-masing individu baik itu kelompok masyarakat hingga kalangan pejabat
pemerintahan mengapresiasikan pemikiran-pemikirannya dari ideologi-ideologi yang mereka
pahami dalam realitas kehidupan mereka masing-masing. masing-masing membentuk golongan-
golongan dan kelompok-kelompok sendiri-sendiri demi untuk mengkampanyekan ideologi-
ideologi yang mereka yakini dan berusaha untuk mewabahi pikiran dan keyakinan masyarakat atas
ideologi tersebut. Seperti halnya masing-masing individu dalam pemerintahan dengan
kekuasaannya menerapkan ideologinya dalam kebijakan-kebijakan yang di ambil dan dibuat serta
di terapkan ke masyarakat yg mengabaikan nilai-nilai pancasila. begitu juga dalam lingkungan
sosial masyarakat dengan cara dan tatanan hidup yang juga semakin mengabaikan nilai-nilai
Pancasila. terbukti dengan eksisnya kelompok-kelompok kiri dan kanan. fundamentalis, radikal
dan liberal. semuanya saling bersaing dan mengikis serta mengaburkan nilai-nilai Pancasila yg
menjadi pengikat perbedaan dan pemersatu bangsa.

Dari segi ekonomi misalnya juga belum dilaksanakannya nilai-nilai Pancasila dalam
kebijakan ekonomi nasional. Hal itu ditegaskan oleh ekonom yang juga Rektor Universitas Islam
Indonesia (UII), Prof Dr Edy Suandi Hamid MEc dalam diskusi Great Thinker seri ekonomi
”Ekonomi Kerakyatan sebagai Basis Ekonomi Pancasila Belajar dari Prof Dr Mubyarto,” di
Sekolah Pascasarjana UGM. Dia menambahkan, banyak kebijakan negara yang arahnya
bertentangan dengan prinsip-prinsip atau pilar-pilar ekonomi Pancasila, seperti dalam kebijakan
impor beras, kenaikan harga BBM, kebijakan rekapitulasi perbankan, utang luar negeri dan
sebagainya, serta praktik ”mark-up” dan korupsi yang meluas di pemerintahan.

Mengharapkan implementasi Pancasila dalam bidang ekonomi itu dilakukan oleh masyarakat
luas, kalau kebijakan pemerintah dan petinggi pemerintah sendiri menyimpanginya.
Kontekstualisasi dan implementasi Pancasila tidak bisa dilepaskan dari penegakkan perundangan
yang berlaku, yang juga bersumber dari Pancasila tersebut.

Namun masalah besar yang masih harus dihadapi ialah bagaimana menjabarkan Pancasila
sehingga dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan nyata masyarakat di segenap aspek kehidupan
masyarakat berbangsa dan bernegara. Hal tersebut amat diperlukan pada era reformasi saat ini,
yang arahnya Pancasila nampak telah benar-benar dilupakan oleh berbagai kelompok dalam
masyarakat, walaupun secara formal melalui ketetapan-ketetapan MPR-RI tetap diakui sebagai
dasar negara yang harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara

Oleh karena itu bangsa ini dalam bertindak (terutama pemerintah) seharusnya sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila itu sendiri kalau bangsa ini masih menjadikan Pancasila sebagai landasan
negara. Pancasila dijadikan dasar negara karena Pancasila merupakan suatu landaan yang sesuai
dengan bangsa ini dan telah disetujui oleh seluruh rakyat Indonesia dalam sidang penentuan dasar
negara.

Setiap sila-sila dalam Pancasila dewasa ini seharusnya masih dihayati dan dilaksanakan,
bukan dilupakan dan dikesampingkan. Kebijakan-kebijakan pemerintah sekarang masih sangat
jauh dari penerapan sila-sila Pancasila, namun sudah ada beberapa kebijakan yang mengarah
kepada penerapan sila Pancasila, walau sedikit. Setiap sila dalam Pancasila kalau diteliti, kebijakan
pemerintah masih sangat jauh dari penerapan nilai Pancasila.

Sudahkah pemerintah menjadikan Pancasila sebagai pedoman, sedikit Penjabaran :

1. Sila 1. Ketuhanan Yang Maha Esa: sudahkah pemerintah menggunakan sila pertama dari
Pancasila ini. Apakah pemerintah sudah bersikap tegas dan cepat dalam menjamin warganya
melaksanakan sila pertama ini yaitu hidup beragama dengan tenang tanpa ada kebingungan
dalam menjalankan agamanya dari gangguan ajaran-ajaran yang menyimpang.
2. Sila 2. Kemanusian Yang Adil Dan Beradab: sudahkah pemerintah melaksanakan sila
kedua ini. Apakah pemerintah sudah membuat peraturan yang di dalamnya dilandasi oleh
sikap moral kemanusiaan tanpa adanya kepentingan golongan.

3. Sila 3. Persatuan Indonesia: sudahkah pemerintah melaksanakan sila ketiga ini. Apakah
pemerintah sudah dapat mengatasi segala paham golongan, etnis, suku, ras, individu maupun
golongan agama agar tidak dapat diruncingkan menjadi konflik dan permusuhan, tetapi
menjadikan perbedaan itu persatuan yang menjadi kekuatan bagi bangsa ini.

4. Sila 4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan /


Perwakilan: apakah sudah terlaksana sila keempat ini. Apakah rakyat dipimpin oleh orang-
orang yang bijaksana dalam mengambil keputusan bersama unutuk kepentingan masyarakat
luas.

5. Sila 5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia: apakah pemerintah sudah
menjalankan sila kelima ini, apakah pemerintah sudah memberikan keadilan bagi setiap
warganya baik berupa kesejahteraan, keamanan, bantuan, subsidi, serta kesempatan hidup
tanpa adanya perbedaan hak.
BAB 3

PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan
(1.a.) Anda dipersilahkan untuk mencari informasi dari berbagai sumber tentang kebijakan-
kebijakan Politik yang dilandasi oleh nilai-nilai Pancasila yang ada di daerah Anda, apakah
kebijakan Politik tersebut telah sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Anda diminta untuk
mendiskusikan dengan teman sekelompok mengapa hal tersebut terjadi, kemudian membuat
kesimpulannya dan menyerahkan kepada Dosen

(1.b.) Anda dipersilahkan untuk mendiskusikan dan menelusuri tentang kebijakan


Publik/Pemerintah di Perlindungan Hukum dan Kesejahteraan Masyarakat yang dilaksanakan yang
telah sesuai dengan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara sehingga kepentingan rakyat menjadi
fokus utama

(2.a.) Anda dipersilahkan untuk mendiskusikan tentang Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam
kebijakan ekonomi nasional

(2.b.) Anda harus mendiskusikan dengan teman sekelompok mengenai alternative terbaik sebagai
upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat

(2.c.) Anda diminta untuk membuat kesimpulan alternative terbaik dan cara memperjuangkan
alternative tersebut agar dapat diadopsi Pemerintah dan didukung masyarakat. Kemudian,
menyerahkan hasil ringkasan kepada Dosen

3.2 Hasil Diskusi


(1.A.) Kebijakan Pemerintah kota Pontianak dalam memberikan hak untuk mengembangkan dan
meningkatkan karier pustakawan pada lembaga pendidikan menengah:

1. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 12 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Pendidikan,
pasal 14 ayat (1) huruf d, pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh kesempatan
untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

2. Ayat (2) huruf d, memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan karier.
Kemudian pasal 15 ayat (1) huruf d, pendidikan dalam melaksanakan tugas berkewajiban,
meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Menurut kelompok kami perda diatas sudah sesuai dengan nilai-nilai Pancasila lebih
tepatnya sila ke 5 yakni “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Dan Menurut Undang-
Undang Dasar 1945 (Setelah Amandemen) Pasal 31 ayat (1) Setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan. Ayat (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya. Dan ayat (3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Berdasarkan
peraturan tersebut berarti bahwa selain pendidik, dan tenaga kependidikan juga mempunyai hak
memperoleh pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas yang salah satunya
dalam bentuk peningkatan pengetahuan melalui pendidikan formal sampai jenjang yang lebih
tinggi. Upaya pemerintah dalam mengembangkan dan meningkatkan kuliatas pendidikan tersebut,
dapat dilihat dalam peraturan Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasioanal, Pasal 40 ayat (1) huruf c menjelaskan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berhak
memperoleh pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas. Kemudian Pasal 44
ayat (3) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib membantu pembinaan dan pengembangan
tenaga kependidikan pada satuan pendidikan formal yang di selenggarakan oleh masyarakat.
Selanjutnya pasal 46 ayat (1) menyatakan Pendanaan Pendidikan menjadi tanggung Jawab
bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat. Dan Pasal 48 ayat (1)
penggelolaan dana pendidikan berdasarkan prinsip keadilan, efisiensi, transparasi dan akuntabilitas
publik.

Namun pada kenyataannya saat ini Pemerintah Kota Pontianak belum dapat secara
maksimal memberikan fasilitas pendidikan formal, diklat, pelatihan dan kursus-kursus kepada
pustakawan yang berkerja di perpustakaan sekolah, dikarenakan kekurangan tenaga kerja
tetap/PNS yang membidanginya. Usaha Pemerintah Kota Pontianak yakni dengan mengambil
tenaga honorer. Dan untuk pembayaran gaji/honor tenaga honorer tersebut juga ditanggung pihak
sekolah. Namun BKD yaitu: Kasubid Diklat BKD Kota Pontianak telah melalukan pendataan
untuk menambah kekurangan tenaga pustakawan, meningkatkan anggaran bidang perpustakaan,
dan meningkatkan pendidikan diklat, pelatihan kursus-kursus pustakawan sesuai dengan
perkembangan teknologi dan informasi. Berkenaan dengan hal tersebut Pustakawan adalah
seseorang yang memiliki kompetensi yang di peroleh melalui pendidikan atau pelatihan
kepustakaan serta mempuanyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan
pelayanan perpustakaan.

Kesimpulan:

Berdasarkan hasil analisis tentang Kebijakan Pemerintah Kota Pontianak

Dalam Memberikan Hak Untuk Mengembangkan Dan Meningkatkan Karier

Pustakawan Pada Lembaga Pendidikan Mengengah. Adapun hasil analisis

tersebut yaitu :

- 26 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, hal

- 27 Undang-undang RI nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan,

- 28 Peraturan Pemerintah Kota Pontianak No. 12 tahun 2009 tentang Penyelengara

Pendidikan di Kota Pontianak

1) Kebijakan Pemerintah Kota Pontianak dalam memberikan hak mengembangkan dan


meningkatkan karier pustakawan yang bertugas di perpustakaan pada Lembaga Pendidikan
Menengah Kota Pontianak, setelah peneliti berwawancara dengan ke 5 (lima) sekolah ditarik
kesimpulan ternyata tidak ada satupun yang berlatarbelakang dibidang perpustakaan. Petugas
perpustakaan terdiri dari guru bidang studi dan tenaga honorer. Hal ini disebabkan tidak ada
pengangkatan tenaga pustakawan. Peneliti hanya menemukan peraturan secara umum akan tetapi
tidak ada menemukan penganggaran dana secara khusus di dalam Peraturan Daerah Kota
Pontianak No. 12 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Pendidikan di Kota Pontianak, khususnya
penganggaran dana pustakaan yang bertugas di perpustakaan. Dan Pemerintah Daerah Kota
Pontianak, melalui wawancara dengan BKD yaitu: Kasubid diklat BKD akan berusaha
mengangarkan dana khusus membimbing dan membina pustakawan yang bertugas di perpustakaan
pada Lembaga Pendidikan Mengengah di Kota Pontianak yang ingin mengikuti diklat, pelatihan,
kursus-kursus dan pendidikan formal, dalam kemajuannya semakin meningkat dalam
mengembagankan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi semakin baik.

2) Faktor yang menjadi kendala bagi Pemerintah Kota Pontianak dalam memberikan hak
untuk mengembangkan dan meningkatkan karier pustakawan pada lembaga pendidikan
menengah, dikarenakan pelaksanaan yaitu :

a) Isi kebijakan : Isi kebijakan Pemerintah Kota Pontianak kurang tegas, maksudnya
apa yang menjadi tujuan tidak cukup atau belum lengkap terperinci apa-apa saja yang
termasuk biaya/anggaran secara gratis, sarana-sarana dan penerapan prioritas, atau
program-program kebijakan terlalu umum atau sama sekali tidak ada. Di dalam Perda
Kota Pontianak hanya mencantumkan memberikan layanan dan kemudahan, serta
menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga masyarakat
setempat tanpa diskriminasi.

b) Penyebab lain dari timbulnya implementasi suatu kebijakan publik dapat terjadi
karena kekurangan-kekurangan yang menyangkut sumber daya manusianya, misalnya
yang menyangkut tenaga kerja pustakawan yang berkerja di perpustakaan sebagai
pegawai tetap (PNS) tidak ada. Yang ada hanya tenaga honorer dan guru bidang studi
yang ditugaskan diperpustakaan, dengan pembayaran gaji/honor dari pihak sekolah.
Dukungan. Pelaksanaan suatu kebijakan publik akan sangat sulit apabila pada
pengimplementasiannya atau pelaksanaan tidak cukup dukungan. Usaha untuk
menambahkan tenaga pustakawan yang berkerja di perpustakaan pada Lembaga
Pendidikan Menegah sesuai dengan bidangnya tidak ada ditambah lagi gaji/honor
yang minim. Disebabkan para politisinya tidak memahami persoalan di bidang
perpustakaan pada Lembaga Pendidikan Menegah.

3) Solusi Pemerintah Kota Pontianak dalam memberikan hak untuk mengembangkan dan
meningkatkan karier pustakawan pada Lembaga Pendidikan Menengah di Kota
Pontianak yaitu :

a) Penyelenggaraan pendidikan karier pustakawan yang masih terbatasnya tenaga


yang terampil dibidangnya, khususnya pada Lembaga Pendidikan Menengah, untuk
itu pemerintah Kota Pontianak berusaha semaksimal mungkin untuk membina
kerjasama yang baik dengan pihak sekolah dan juga pegawai baik yang PNS atau
yang honorer dalam melaksanakan atau mengimplementasikan kebijakan di bidang
pendidikan karier tersebut.

b) Penyelenggaraan pendidikan karier pustakawan pada Lembaga Pendidikan


Menengah di Kota Pontianak dengan meningkatkan komunikasi yang baik terhadap
pegawai pustakawan yang berkerja diperpustakaan sekolah, supaya pegawai
perpustakaan mengerti bahwa 20 meningkatakan karier dengan mengikuti diklat,
pelatihan dan kursuskursus, sangatlah penting dalam menjalankan tugasnya sebagai
pustakawan di sekolah. Tujuannya agar kebijakan yang telah dikeluarkan oleh
pemerintah dapat diimplementasikan dengan baik oleh pelaksana kebijakan, dan
mendapat dukungan dari masyarakat, Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat.

c) Penyelenggaraan pendidikan karier pustakawan pada Lembaga Pendidikan


Menengah di Kota Pontianak berkaitan dengan penambahan jumlah tenaga
pustakawan yang sesuai dengan bidangnya haruslah didukung dengan sarana dan
prasarana yang memfasilitasi untuk mengahasilkan tenaga-tenaga pustakawan. Oleh
karena itu Pemerintah Kota Pontianak harus bekerjasama dengan Pemerintah Daerah
dan juga Lembaga lainnya dalam menghasilkan tenaga-tenaga pustakawan.

(1.B.) Menurut kami kebijakan pemerintah tidak lepas dari peran pemerintahan yang
diamanatkan negeri untuk rakyatnya. Pemerintah adalah instrumen negara yang ditugaskan untuk
melaksanakan Pemerintahan sesuai dengan Konstitusi Negara. Maka itu “pemerintah” disebut juga
sebagai Penyelenggara negara dan harus mengawal dan melaksanakan idiologi negara. Idiologi
negara Indonesia adalah tentu mewujudkan Negara Kesejahteraan (Welfare State) sebagaimana
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 khususnya yang menyangkut masalah tujuan negara
Indonesia, pada intinya dapat dirumuskan sebagai “ memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehiduoan bangsa yang didasarkan pada prinsip keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia”. Tujuan yang dimuat di dalam pembukaan tersebut kemudian di dalam batang tubuh
UUD 1945 dituangkan dalam berbagai ketentuan yang menyangkut kesejahteraan rakyat.
Tugas utama pemerintah sebagai penyelenggara negara, setidak-tidaknya ada tiga hal yaitu :
pertama, sebagai Administrator Pemerintahan; kedua, sebagai Administrator Pembangunan dan
ketiga , sebagai Administrator Kemasyarakatan. Diharapkan dengan tugas utama tersebut, maka
upaya mewujudkan kesejahteraan dimaksud diselenggarakan dengan sistem pemerintahan yang
baik, pembangunan dilaksanakan dengan tertib , prosedural, jujur, adil, efektif, efisien, dan dengan
mengajak dan berperan sertanya masyarakat secara luas.

9 karakterisrik dan asas agar pemerintahan dapat dilaksanakan dengan baik yaitu :

1. Partisipasi masyarakat

2. Aturan hukum

3. Transparansi

4. Sikap responsive

5. Berorientasi pada consensus

6. Kesetaraan/kesederajatan

7. Efektifitas dan effisien

8. Akuntabilitas

9. Visi strategis

9 asas agar pemerintahan dapat dilakasanakan dengan baik yaitu :


1. Asas kepastian hukum

2. Asas tertib penyelenggaraan negara

3. Asas kepentingan umum

4. Asas keterbukaan

5. Proporsional

6. Asas profesionalitas

7. Asas akuntabilitas

8. Asas efisiensi

9. Asas efektifitas.

Kebijakan pemerintah adalah suatu bentuk kebijakan publik. Karena pemerintah adalah lembaga
negara yang diberikan kewenangan yang luas oleh konstitusi untuk membuat kebijakan dalam
menyelenggarakan negara sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku.

Pemahaman kebijakan pemerintah sebagai kebijakan publik, telah banyak diuraikan oleh para
ahli. Beberapa nama sering kita kutip jika kita berbicara tentang kebijakan publik, antara lain, David
Easton; Carl J. Friedrick; Thomas R. Dye; James F. Anderson. Menurut David Easton, “Public policy
is the authoritative of values for the whole society” Kebijakan publik adalah pengalokasian nilai nilai
secara sah/paksa kepada seluruh masyarakat. Adapun kebijakan publik sebagaimana yang dirumuskan
oleh Easton (dalam Thoha 2002:62-63) merupakan alokasi nilai yang otoritatif oleh seluruh
masyarakat. Akan tetapi, hanya pemerintah sajalah yang berbuat secara otoritatif untuk seluruh
masyarakat, dan semuanya yang dipilih oleh pemerintah untuk dikerjakan atau untuk tidak dikerjakan
adalah hasil-hasil dari nilai-nilai tersebut. Sedangkan Friedrick merumuskan sebagai nerikut; “Public
policy is the proposed course of action of a person, group, of goverment within a given environment
providing obstacles and opportunities which the policy was proposed to utilize and overcome in an
effort to reach a goal or realize an objective or purpose” intinya adalah kebijakan publik merupakan
serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang , kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan
tertentu dengan menunjukkan hambatan – hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap
pelaksanaan usulan kebijakan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Yang lebih simpel dan
paling sering dirujuk adalah pendapat Thomas R. Dye yaitu , “Public policy is whatever governments
choose to do or not to do” Kebijakan publik adalah apa saja yang dipilih oleh pemerintah untuk
dilakukan atau untuk tidak dilakukan. Dalam pengertian ini, pusat perhatian dari kebijakan publik
tidak hanya apa yang dilakukan oleh pemerintah, melainkan termasuk apa saja yang tidak dilakukan
oleh pemerintah. Apa saja yang tidak dilakukan oleh pemerintah itulah yang memberikan dampak
cukup besar terhadap masyarakat seperti halnya dengan tindakan yang dilakukan pemerintah.

Selanjutnya pendapat Anderson, yang menyatakan;”Public policies are those policies


developed by governmental bodies and officials”. Kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang
dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah. Pendapatan Anderson cenderung
mengacu pada permasalahan teknis dan administratif saja.
Lebih lanjut Anderson menguraikan, bahwa kebijakan itu selalu mempunyai tujuan, dan isinya adalah
tindakan atau pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah, dan yang penting apa yang benar-benar
dilakukan oleh pemerintah, dan bukan apa yang bermaksud akan dilakukan. Anderson juga
menyatakan bahwa kebijakan publik bersifat positif (merupakan tindakan pemerintah mengenai suatu
masalah tertentu) dan bersifat negatif ( keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu).
Kebijakan publik yang positif selalu yang berdasarkan pada peraturan perundang-undangan tertentu
yang bersifat memaksa (otoritatif).
Dari berbagai pendapat diatas, yang menurut hemat kami saling melengkapi, dapat dimaknai bahwa
Kebijakan Publik dibuat dalam kerangka untuk memecahkan masalah dan untuk mencapai tujuan
serta sasaran tertentu yang diinginkan. Dalam konteks kesejahteraan, tentu kebijakan publik yang
dilakukan pemerintah untuk mencapai tujuan serta sasaran dalam mewujudkan kesejahteraan
masyarakat, dengan indikator-indikator Kesejahteraan yang telah ditetapkan lebih dahulu.

Kebijakan publik sebagai suatu kebijakan pemerintah adalah keputusan-keputusan yang


mengikat bagi orang banyak pada tataran strategis atau bersifat garis besar yang dibuat oleh
pemegang otoritas publik/pemerintah. Kebijakan pemerintah sebagai suatu keputusan yang mengikjat
publik maka haruslah dibuat oleh otoritas politik, yakni mereka yang menerima mandat dari publik
atau orang banyak umumnya melalui suatu proses pemilihan untuk bertindak atas nama rakyat
banyak. Kebijakan pemerintah oleh administrasi negara yang dijalankan oleh penyelenggara negara
dan disebut juga birokrasi pemerintah. Fokus utama kebijakan pemerintah dalam negara modern
adalah pelayanan publik yang merupakan segala sesuatu yang bisa dilakukan oleh negara untuk
mempertahankan atau meningkatkan kualitas kehidupan orang banyak.

Pemerintah Indonesia secara definitif memiliki beberapa pengertian yang berbeda. Pada
pengertian yang lebih luas, dapat merujuk secara kolektif pada tiga cabang kekuasaan pemerintah
yakni cabang eksekutif, legislatif dan yudikatif. Selain itu juga diartikan sebagai Eksekutif da
Legislatif secara bersama-sama, karena kedua cabang kekuasaan inilah yang bertanggungjawab atas
tata kelola bangsa dan pembuatan undang-undang. Sedangkan pada pengertian lebih sempit,
digunakan hanya merujuk pada cabang eksekutif berupa Kabinet Pemerintah karena ini adalah bagian
dari pemerintah yang bertanggungjawab atas tata kelola pemerintahan sehari-hari.

(2.A.) 1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tegal 2009-2014

Kebijakan ekonomi Kabupaten Tegal sangat bergantung pada beberapa sektor yang sudah
disematkan dalam sebuah Jargon PERTIWI (Pertanian, Industri dan Pariwisata), yang menjadikan
acuan untuk membuat kebijakan ekonomi.

Berikut ini adalah kebijakan ekonomi yang terrangkum dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Kabupaten Tegal 2009-2014 :

Pertama, Penyediaan fasilitas perdagangan. Sektor perdagangan menduduki peringkat kedua


dalam memberikan kontribusi terhadap PDRB, yaitu sebesar 27%. Hal ini menunjukkan bahwa
sektor perdagangan sangat potensial untuk dikembangkan. Itulah sebabnya, dibutuhkan kebijakan
penyediaan fasilitas perdagangan guna mendukung aktivitas perdagangan. Kebijakan tersebut
dalam penerapannya dilaksanakan melalui program pengembangan infrastruktur perdagangan.

Kedua, Peningkatan Investasi. Investasi adalah salah satu jalur hubungan daerah dengan
berbagai pihak. Investasi memiliki arti penting bagi pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan
kerja, pengembangan sumber daya strategis daerah, serta implementasi dan transfer keahlian dan
teknologi. Dengan demikian investasi dapat menjadi salah satu solusi dalam memecahkan
persoalan kemiskinan dan pengangguran. Menyadari urgensi investasi maka perlu adanya
kebijakan peningkatan investasi dan rencana aksi yang dapat memberikan daya tarik bagi tumbuh
dan berkembangnya investasi, melalui program pembangunan pelibatan sumber daya paseduluran,
program penciptaan iklim yang mendukung investasi, program peningkatan infrastruktur investasi,
dan program pemasaran aktif.

Ketiga, Reformasi Kebijakan Bisnis. Kebijakan ini diperlukan dengan maksud untuk
menciptakan iklim bisnis yang kondusif. Oleh karena itu, kebijakan bisnis yang dinilai
menghambat perkembangan bisnis di daerah perlu dikaji dan dilakukan penyempurnaan. Untuk
mendukung kebijakan tersebut, dapat dilakukan dengan penerapan program penyederhanaan
regulasi bisnis, dan program penciptaan lingkungan legal dan regulasi kondusif.

Keempat, Pengembangan Rumpun Usaha. Upaya perkuatan rumpun usaha yang saling terkait
dalam rantai nilai perlu dilakukan untuk memberikan ungkitan besar pada pendapatan masyarakat.
Pada dasarnya setiap pelaku pada mata rantai nilai adalah organ ekonomi yang hidup dan
membutuhkan perkuatan untuk meningkatkan aliran barang, jasa, uang, informasi dan
pengetahuan. Itulah sebabnya diperlukan adanya kebijakan pengembangan rumpun usaha yang
dilaksanakan melalui program peningkatan kolaborasi ekonomi dan program peningkatan skema
pembiayaan berisiko.

Kelima, Pengembangan Eko-Efisiensi. Melalui kebijakan ini para pelaku usaha dilibatkan
untuk memanfaatkan secara efisien sumber daya yang dimiliki termasuk mengoptimalkan potensi
ekonomi dan sosial yang ada di sekitarnya. Kebijakan pengembangan eko-efisiensi melalui
pendekatan eko-efisiensi dapat diterapkan dengan mengembangkan usaha kecil dan menengah
yang ramah lingkungan, yang pada prinsipnya adalah menyelaraskan perbaikan lingkungan dengan
menyentuh sektor ekonomi dan sosial masyarakat. Dalam tataran opersional, kebijakan dan
pendekatan pengembangan ekoefisiensi diaplikasikan melalui program pengembangan insentif dan
disinsentif.

Keenam, Perbaikan Sistem Produksi. Dalam dunia usaha, peningkatan produksi menjadi
target utama yang terkadang kurang memperhatikan kondisi lingkungan. Fenomena ini merupakan
persoalan serius yang harus segera memperoleh perhatian. Akar permasalahannya terletak pada
bekerjanya sistem produksi yang dibangun. Oleh karena itu, perlu adanya kebijakan perbaikan
sistem produksi dalam rangka mewujudkan penguatan industri yang ramah lingkungan dan
penataan daerah industri. Untuk mendukung kebijakan tersebut, terdapat dua program yang akan
dijalankan, yaitu program penguatan industri ramah lingkungan dan program penataan daerah
industri.

Ketujuh, Inisiasi Klaster Industri Kreatif. Pengembangan industri kreatif harus tetap
mempertahankan nilai-nilai tradisional. Beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan
pembangunan industri kreatif adalah sumber daya manusia, anggaran, teknologi penunjang,
kebijakan pemerintah, dan infrastruktur fisik. Tahapan yang paling sulit dalam pengembangan
industri kreatif adalah penciptaan apresiasi terhadap industri kreatif itu sendiri. Pengembangan
industri kreatif berikutnya membutuhkan adanya kebijakan inisiasi klaster industri kreatif yang
diterapkan melalui : (a) program pengembangan nilai ekonomi kegiatan kreatif; (b) program
peningkatan transaksi industri kreatif; dan (c) program perbaikan lingkungan klaster.

Kedelapan, Pembudayaan Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Dalam tatanan ekonomi modern,
Hak Kekayaan Intelektual merupakan suatu hal yang sangat penting utamanya untuk melindungi
keberadaan setiap produk bisnis dan jasa yang dijalankan. Pelaksanaan dan perlindungan HKI
akan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mendorong investasi dan pengalihan
teknologi secara cepat, serta merangsang daya saing masyarakat dan perusahaan setempat. Untuk
menyadarkan masyarakat akan urgensi HKI diperlukan kebijakan pembudayaan HKI, yang
diimplementasikan melalui program perlindungan dan pemanfaatan HKI dan program fasilitasi
perolehan HKI.

2. Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dalam Kebijakan Ekonomi di Kabupaten Tegal

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara global kita mengenal beberapa sistem
ekonomi yang menjadi sebuah pijakan untuk menjalankan roda ekonomi. Ada sistem ekonomi
pasar yang diterapkan oleh negara-negara yang menganut ideologi liberal, dan sistem ekonomi
komando yang diterapkan oleh negara-negara yang menganut ideologi komunis serta sistem
ekonomi campuran seperti yang diterapkan di Inggris dan Jerman.

Indonesia sebagai negara yang menganut ideologi Pancasila, serta menganut pula sistem
ekonomi Pancasila maka akan menerapkan nilai-nilai ekonomi yang di amanatkan oleh Pancasila.
Sistem ekonomi kekeluargaan atau kelembagaan yang diamanatkan oleh Pancasila adalah sistem
ekonomi kekeluargaan, penjelasannya sistem ekonomi kapitalis yang mengabsahkan penindasan
kepada yang lemah, eksploitasi, individualisme. Sedangkan sistem ekonomi kekeluargaan tidak
ada penindasan. Semuanya diatur secara keluarga pastinya hal-hal yang bersifat musyawarah dan
mufakat yang tentunya sudah di jabarkan dalam pasal 33. Sistem ekonomi kekeluargaan juga dapat
diartikan membangun perekonomian secara mandiri dengan pengertian tidak diperbolehkan
menggantungkan pada asing atau biasa di sebut ekonomi kerakyatan. (Pancasila sebagai cita-cita
dan UUD 1945 sebagai cara untuk mencapai cita-cita tersebut) oleh karena itu Pancasila harus jadi
acuan pasal- pasal UUD 1945.

Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia menjadi acuan Undang-Undang Dasar 1945,
seharusnya menjadi acuan kebijakan, dan turunan dari kebijakan ini adalah undang-undang dan
peraturan dibawahnya, dari perumusan kebijakan, implementasi sampai pada evaluasi kebijakan.

Kebijakan ekonomi bangsa Indonesia tentunya harus mengacu pada Pancasila dan UUD
1945. Pancasila sebagai suatu ilmu tentunya dapat menjadi sebuah pisau analisis sebuah kebijakan
ekonomi. Proses pembuatan kebijakan harus sejalan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila, karena itu bagian dari perintah konstitusi kita. Namun dalam pelaksanaannya
implementasi nilai-nilai Pancasila dalam proses pembuatan kebijakan publik dalam hal ini
kebijakan ekonomi tentu ada kendalanya. kendala internal seperti orang atau si pembuat kebijakan
itu tau tidak mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, kemudian ada tidaknya ititkad
baik dari si pembuat kebijakan untuk membuat kebijakan mengacu pada Pancasila,
kecenderungannya adalah pembuat kebijakan sudah terkontaminasi oleh neoliberalisme. Dengan
adanya kendala-kendala tersebut, lalu bagaimana solusi dari permasalahan itu. Solusinya adalah
dengan pencerahan Pancasila itu yang utama, pencerahan Pancasila pada para pembuat kebijakan,
kemudian kaum penyelenggara negara, dan para elit politik kita.

Pengimplementasian nilai-nilai Pancasila dalam kebijakan selalu di upayakan oleh orang-


orang yang peduli terhadap Pancasila, oleh karenanya para pemerhati Pancasila selalu
mengupayakan agar Pancasila selalu hadir pada sanubari masyarakat, terutama setiap kegiatan
masyarakat. Salah satu yang menjadi sorotan adalah menurunnya nilai-nilai Pancasila yaitu
gotong-royong dalam tradisi kehidupan bangsa indonesia dan meningkatnya materialisme
sehingga menjadikan masyarakat bersifat individual. Gotong-royong mengendap dalam diri
masyarakat dan elemen bangsa ini. Karakteristik gotong-royong adalah kebersamaan bukan
individu, individu tumbuh sejalan dengan atmosfer globalisasi. Tujuan dari globalisasi antara lain
menguasai bangsa Indonesia dengan IPTEK, semua negara yang menerima IPTEK harus punya
daya saing. Globalisasi menganut pasar bebas, lemahnya daya saing akan membuat bangsa ini
mudah di kuasai, kemudian globalisasi juga mendorong kepada ideologi dan konstitusi yang
bersifat neoliberal. Salah satu faktor yang menyebabkan menurunya nilai-nilai Pancasila dalam hal
ini gotong-royong adalah karena pengaruh globalisasi yang mau tidak mau membawa kita dalam
pusaran pasar bebas, dengan adanya pasar bebas tentu dalam hal kebijakan ekonomi para pelaku
usaha kecil menengah (UKM) perlu mendapatkan proteksi dari pemerintah. Dalam kaitannya
dengan pasar bebas atau free market bukan karena kita tidak mampu bersaing dengan produk
asing. Namun perlu diperhatikan juga will pemerintah untuk memproteksi produk dalam negeri
kita. Jangan sampailah di persaingkan secara langsung tentu dengan tidak adanya persiapan yang
cukup kita tidak bisa bersaing dengan produk-produk asing.

Dalam rangka mengembangan usaha menengah menjadi usaha besar, usaha kecil menjadi
usaha menengah, dan usaha mikro menjadi usaha kecil, salah satu kendala yang dihadapi adalah
modal untuk investasi dan modal untuk kerja. Karena jangkauan pasar yang masih terbatas,
teknologi yang digunakan belum efisien, dan manajemen usaha yang belum efisien, maka resiko
kegagalannya cukup tinggi. Tingginya resiko gagal menyebabkan resiko investasinya juga besar.
Tingginya resiko investasi dan rendahnya pemilikan collateral, menyebabkan lembaga keuangan
bank kurang berminat memberi pinjaman kepada UKM. Jumlah dana yang diberikan bank kepada
UKM jauh dibawah tingkat perintaan UKM. Kekurangan pasokan ini selanjutnya diisi oleh
lembaga kredit non bank, seperti KOSIPA, dan pengijon, dengan tingkat bunga jauh di atas tingkat
bunga pasar. Intervensi pemerintah, melalui dana bantuan langsung ke masyarakat, seperti dalam
Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Inpres Desa Tertinggal (IDT), dan program sejenis,
ternyata kurang efektif dan kurang efisien.

Kelembagaan keuangan mikro (micro finance) yang terbentuk dari program- program
dimaksud, tingkat keberlanjutannya rendah, dan hampir tidak mampu memecahkan permasalahan
tingkat suku bunga yang tinggi. Selain itu juga banyak menimbulkan ketergantungan kepada
pemerintah dan membutuhkan biaya delivery yang tinggi.

Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dalam Kebijakan Ekonomi Menurut Mubyarto

a. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan-
rangsangan ekonomi, sosial dan moral.

Asas ketuhanan Yang Maha Esa kiranya jelas merupakan dasar moral dari perilaku ekonomi
manusia Indonesia. meskipun bahwa kesediaan mengendalian diri, sikap tenggang rasa dan semangat
kekeluargaan dari manusia Indonesia termasuk para pengusaha dan orang-orang kayanya, sebenannya
cukup besar.

Diharapkan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah mencakup sila ketuhanan Yang Maha Esa
yaitu mempertimbangkan moral serta sifat-sifat sitem moral ekonomi Indonesia itu memang telah
melandasi atau menjadi pedoman perilaku ekonomi perorangan, kelompok-kelompok dalam
masyarakat.

Dalam hal ini, diharapakan ada semangat pembangunan ekonomi tanpa ada diskriminasi antara
pemodal besar dengan modal kecil. Dengan visi Kabupaten Tegal yang menciptakan Gotong royong
serta bertaqwa Kepada Tuhan YME, Kabupaten Tegal harus jadi pelopor kebijakan yang Pancasilais
dan menunjukan keberpihakkannya pada pelaku usaha kecil dengan cara memberikan memprioritas
kebijakan ekonomi kepada pelaku usaha kecil dan menengah.
b. Nilai Kemanusaiaan Yang Adil dan Beradab. Ada kehendak kuat dan seluruh masyarakat
untuk mewujudkan kemerataan sosial (egalitarian) sesuai asas-asas kemanusiaan.

Semangat kekeluargaan, cinta-mencintai, tenggang rasa, bila sudah merata pada seluruh
anggota masyarakat, akan menjelma menjadi semangat solidaritas sosial menuju kemerataan
sosial. Inilah manifestasi dari sila kedua, yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. berdasarkan
pengalaman, semangat solidaritas akan menebal dalam keadaan susah dan prihatin, dan sebaliknya
cenderung menipis dalam serba kemakmuran. Tetapi dalam hal ini pun banyak perkecualian,
karena adanya kecenderungan kuat berkembangnya rasa sosial dan peningkatan kegiatan
kemanusiaan pada saat seseorang mencapai sukses dalam bidang usaha. Sifat-sifat kedermawanan
ini memang selalu terlihat berkembang bila orang menjadi semakin kaya, lebih-lebih bagi mereka
yang taat beragama, karena ini sesuai pula dengan ajaran-ajaran beragama.

Dalam pelaksanaan program kebijakan proteksi usaha kecil misalnya masyarakat pelaku
usaha kecil harus menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah, agar terjadi jaring aspirasi
sehingga perumusan kebijakan akan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh para pelaku usaha kecil.

Kemerataan sosial dalam bidang ekonomi di Kabupaten Tegal terlihat dari adanya klaster
industri pada UKM yang akhirnya membentuk Koperasi sebagai bagian dari usaha bersama, ini
relevan dengan point koperasi sebagai sokoguru perekonomian. Meskipun adanya koperasi ini
masih inisiatif dari para pelaku usaha itu sendiri bukan dari pemerintah, akhirnya pemerintah pun
bersedia memberikan stimulasi kepada koperasi para pelaku usaha ini.

c. Persatuan Indonesia. prioritas kebijaksanaan ekonomi adalah penciptaan perekonomian


nasional yang tangguh. Ini berarti nasionalisme menjiwai setiap kebijakan ekonomi.

Semangat nasionalisme di bidang ekonomi selalu menjiwai bangsa Indonesia. Apabila terlihat
menyurut semangat ini, disebabkan oleh unsur-unsur keterpaksaan karena semakin ketatnya
persaingan internasional. Kita harus bisa menganalisis setiap kasus kebijakan ekonomi yang
hendak diambil oleh pemerintah, apakah akan menyumbang atau tidak pada peningkatan
ketangguhan atau ketahanan ekonomi nasional. Misalnya secara lebih spesifik, setiap utang baru
atau kerjasama ekonomi dengan negara lain bisa menyumbang atau malah sebaliknya mengancam
ketangguhan dan ketahanan ekonomi nasional. Suatu keberhasilan kebijakan dapat dilihat melalui
tanggapan masyarakat yang menanggapi pelaksanaan setelah terlebih dahulu memprediksi
pengaruh yang akan terjadi jika suatu kebijakan akan dilaksanakan, juga tanggapan masyarakat
setelah dampak kebijakan sudah mulai dapat dirasakan dalam bentuk yang positif berupa
dukungan ataupun wujud yang negatif berupa penolakan.

Namun belum adanya kebijakan proteksi terhadap usaha kecil menengah di Kabupaten Tegal
mau tidak mau harus secapatnya di rumuskan, agar para pelaku usaha kecil dapat dengan nyaman
menjalankan usahanya karena sudah ada regulasi yang memberikan kelonggaran kepada mereka
untuk berusaha. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan. Koperasi merupakan sokoguru perekonomian dan merupakan
bentuk paling konkret dari usaha bersama. Dalam melaksanakan sistem ekonomi usaha bersama
berdasar asas kekeluargaan, kita mengenal tiga pelaku utamanya yaitu koperasi, usaha negara dan
usaha swasta. Dari segi pandangan disiplin nasional yang harus atau wajib dipatuhi, kita bisa
menyatakan bahwa masing-masing pelaku ekonomi tersebut mempunyai etika kerja sendiri-sendiri
yang berbeda satu sama lain. Koperasi sebagai organisasi ekonomi yang berwatak sosial
merupakan organisasi atau perkumpulan orang bukan perkumpulan modal yang dibentuk oleh para
anggotanya untuk melayani kepentingan mereka, yaitu membantu memperjuangkan kepentingan
mereka, khususnya dalam upaya meningkatkan kesejahteraannya. Ini berarti misi dari koperasi
adalah pelayanan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin kepada anggota. Maka ukuran paling
mendasar untuk menilai berhasil tidaknya koperasi adalah manfaat pelayanan kepada anggota.

Seperti yang dijelaskan diatas, adanya inisiatif dari para pelaku usaha dari beberapa klaster
industri di Kabupaten Tegal yang telah sadar secara bersama- sama bersepakat untuk membuat
koperasi sebagai wadah permodalan bagi rumpun usaha yang mereka geluti. Sebagai contoh
klaster indutri pembuatan tahu di Kabupaten Tegal yang menjadi pelopor pembentukan koperasi
yang mereka namakan KOPTI (Koperasi Pengusaha Tahu Indonesia) meskipun koperasi ini tidak
hanya ada di Kabupaten Tegal saja, namun semangat ini yang akhirnya menginspirasi klaster
industri lain untuk membentuk koperasi. Sehingga berdiri Koperasi Karya Bahari yaitu Koperasi
miliki klaster industri perkapalan dan Koperasi Untung Bersama milik klaster industri Metal
Recycle atau peleburan barang residu dari industri logam.

Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Adanya imbangan yang jelas dan tegas antara
perencanaan di tingkat nasional dengan desentralisasi dalam pelaksanaan kebijaksanaan ekonomi
untuk mencapai keadilan ekonomi dan keadilan sosial. Keadilan sosial atau sosial justice
merupakan masalah yang sudah lama menjadi perhatian para pemikir, khususnya filosof. Bangsa
Indonesia mencantumkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat sebagai tujuan akhir yang
digambarkan sebagai masyarakat yang adil dan makmur, yang gemah ripah karta raharja, karena
wujud akhir dari masyarakat bangsa yang dituju, jelas dimaksudkan sebagai masyrakat yang
mengandung sifat-sifat keadilan dan kemakmuran yang lengkap, yang mencakup keadilan hukum,
ekonomi, politik, sosial budaya, dan moral.

Secara singkat, masyarakat adil dan makmur yang dituju adalah masyarakat adil makmur
berdasarkan Pancasila, yaitu masyarakat idaman yang secara lengkap dan utuh didasarkan pada
kelima sila dalam Pancasila dan muaranya pada sila yang kelima yaitu mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan sosial bagi seluruh diwujudkan melalui realisasi
prinsip keadilan dalam tiap-tiap aspek keadilan, yaitu hukum, ekonomi politik, sosial budaya, dan
moral yang semuanya berkaitan erat. Aspek keadilan sosial memang menjadi dambaan masyarakat
Kabupaten Tegal, khususnya di bidang pertanian dan perdagangan. Betapa tidak ada beberapa
kasus yang membuat para pelaku usaha dibidang pertanian dan perdagangan begitu dilematis,
seperti yang terjadi di Kecamatan Talang. Seolah Ekonomi Pancasila itu runtuh oleh segelintir
orang bermodal besar, sehingga Koperasi Unit Desanya tidak bisa beroperasi lantaran gedungnya
disewa oleh salah satu ritel ternama.

Kemudian gabah petani yang seharusnya bisa dijual di KUD dan bisa meminjam sedikit
permodalan dari KUD tidak bisa, sehingga mereka mengandalkan pinjaman permodalan pada
rente, yang sudah barang tentu sangat besar bunganya. Yang menjadi sorotan lainnya adalah sektor
pariwisata yang cenderung jalan di tempat, karena sebetulnya Kabupaten Tegal punya banyak
potensi wisata yang seharusnya bisa dimaksimalkan untuk meningkatkan retribusi daerah,
sehingga bisa memaksimalkan pendapatan daerah. Jika semua program dalam kebijakan ekonomi
Kabupaten Tegal bisa terimplementasi dangan baik serta sasarannya tertuju dengan tepat tentu
akan sedikit memberikan ruang bagi pelaku usaha kecil, sehingga harapan tentang keadilan sosial
ekonomi masyarakat Kabupaten Tegal bisa terwujudkan sekaligus mengurangi stigma buruk
terhadap pemerintahan yang ada.

(2.B.) Menurut hasil diskusi kami, alternative terbaik untuk meningkatkan kehidupan masyarakat
adalah pemerintah daerah dan masyarakat harus bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan
daerah. Perkembangan metode yang menganalisis perekonomian suatu daerah sangat penting
kegunaannya untuk mengumpulkan data tentang perekonomian daerah yang bersangkutan serta
proses pertumbuhannya, yang kemudian dapat dipakai sebagai pedoman untuk menentukan
tindakan-tindakan apa yang harus diambil untuk mempercepat laju pertumbuhan yang ada.

Namun dipihak yang lain, harus diakui menganalisis perekonomian suatu daerah sangat sulit
karena :

1. Data tentang daerah nya sangat terbatas terutama kalau daerah dibedakan berdasarkan
pengertian daerah nodal. Dengan data yang sangat terbatas sangat sukar untuk menggunakan
metode yang telah dikembangkan dalam memberikan gambaran mengenai perekonomian suatu
daerah.

2. Data yang tersedia umumnya tidak sesuai dengan data yang dibutuhkan untuk analisis daerah,
karena data yang terkumpul biasanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan analisis perekonomian
secara nasional.

3. Data tentang perekonomian daerah sangat sukar dikumpulkan, karena perekonomian daerah
lebih terbuka dibandingkan dengan perekonomian nasional. Hal tersebut menyebabkan data
tentang aliran-aliran yang masuk dan keluar dari suatu daerah sukar diperoleh.

4. Bagi NSB, di samping kekurangan data sebagai kenyataan yang umum, data yang ada yang
terbatas itu pun banyak yang sulit untuk dipercaya, sehingga menimbulkan kesulitan untuk
melakukan analisis yang memadai tentang keadaan perekonomian suatu daerah.

Dan hasil dari diskusi kelompok kami, ada 4 strategi yang menjadi jalan keluar untuk
meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat, yaitu :

1. Strategi Pengembangan Fisik/Lokalitas

Melalui pengembangan program perbaikan kondisi fisik/lokalitas daerah yang ditujukan


untuk kepentingan pembangunan industri pembangunan industri dan perdagangan, pemerintah
daerah akan berpengaruh positif bagi 9 pembangunan dunia usaha daerah. Secara khusus, tujuan
strategi pembangunan fisik/lokalitas ini adalah untuk menciptakan identitas daerah/ kota,
memperbaiki basis pesona (amenity base) atau kualitas hidup masyarakat, dan memperbaiki daya
tarik pusat kota (civic center) dalam upaya untuk memperbaiki dunia usaha daerah.

Alat untuk mencapai tujuan pembangunan fisik/lokalitas daerah ini mencakup antara lain:

 Pembuatan bank tanah (landbanking). Hal ini bertujuan agar kita mempunyai data tentang
tanah yang penggunaannya kurang optimal, belum dikembangkan, atau salah penggunaan, dan
sebagainya. Pembuatan katalog mengenai luas dan lokasi tanah yang terus diperbaharui akan
sangat bermanfat untuk proses pengambilan kebijakan daerah.

 Pengendalian perencanaan dan pembangunan. Jika hal ini dilakukan dengan benar akan
memperbaiki iklim investasi di daerah dan memperbaiki citra pemerintah daerah.

 Penataan kota (townscaping). Kemajuan di pusat-pusat perdagangan dapat dicapai melalui


perbaikan-perbaikan sarana jalan raya (misalnya penanaman pohon-pohon yang rindang dan
indah) dan perbaikan-perbaikan sarana pusat pertokoan (misalnya perbaikan tampilan maka
pertokoan atau penetapan standar fisik bagi suatu bangunan pertokoan).
 Pengaturan tata ruang (zoning) dengan baik akan merangsang pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi daerah. Peruntukan lahan harus jelas dan tepat, misalnya penetapan
kawasan pemukiman, kawasan industri, kawasan perdagangan, dan kawasan hijau.

 Penyediaan perumahan dan pemukiman yang baik akan berpengaruh positif bagi dunia
usaha. Selain itu, kegiatan di sektor ini juga akan menciptakan kesempatan kerja.

 Penyediaan infrastruktur seperti: sarana air bersih, listrik, tamantaman, sarana parkir, dan
sebagainya menjadi daya tarikutama juga bagi calon investor dan dunia usaha.

2. Strategi Pengembangan Dunia Usaha

Pengembangan dunia usaha merupakan komponen penting dalam perencanaan pembangunan


ekonomi daerah karena daya tarik, kreasi, atau daya tahan kegiatan dunia usaha merupakan cara
terbaik untuk menciptakan perekonomian daerah yang sehat.

Beberapa alat untuk mengembangkan dunia usaha ini yakni:

 Penciptaan iklim usaha yang baik bagi dunia usaha, melalui pengaturan dan kebijakan yang
memberikan kemudahan bagi dunia usaha dan pada saat yang sama mencegah penurunan kualitas
lingkungan.

 Pembuatan pusat informasi terpadu yang dapat memudahkan masyarakat dunia usaha untuk
berhubungan dengan aparat pemerintah daerah untuk segala macam kepentingan, terutama
mengetahui masalah perijinan, rencana pembangunan ekonomi daerah, pemerintah daerah,
ketersedian lahan, ijin mendirikan bangunan, dan sebagainya 10

 Pendirian pusat konsultasi dan pengembangan usaha kecil. Selain peranannya yang penting
sebagai penyerap tenaga kerja dan sebagai sumber dorongan kewirausahaan, usaha kecil sering
kali mengalami kegagalan atau tidak dapat berkembang dengan baik. Faktor penyebab utamanya
adalah jeleknya manajemen usaha kecil. Oleh karena itu, perlu didirikannya suatu pusat konsultasi
dan pengembangan usaha kecil yang siap untuk membantu para pengusaha kecil tersebut sehingga
kinerjanya meningkat.

 Pembuatan sistem pemasaran bersama untuk menghindari skala yang tidak ekonomis dalam
produksi, meningkatkan daya saing terhadap produk-produk impor, dan meningkatkan sikap
kooperatif antar sesama pelaku bisnis.

 Pembuatan lembaga penelitian dan pengembangan (Litbang). Peningkatan persaingan di


dunia yang berbasiskan ilmu pengetahuan sekarang ini menuntut pelaku bisnis dan pemerintah
daerah untuk secara terus menerus melakukan kajian tentang pengembangan produk baru,
pengembangan teknologi baru, dan pencarian pasar- pasar baru.

3. Strategi Pengembangan Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia merupakan aspek yang paling penting dalam proses pembangunan
ekonomi. Oleh karena peningkatan kualitas dan ketrampilan sumberdaya manusia adalah suatu
keniscayaan. Pengembangan kualitas sumberdaya manusia ini dapat dilakukan dengan cara antara
lain:
 Pelatihan dengan sistem customized training. Sistem pelatihan seperti ini adalah sistem
pelatihan yang dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan dan harapan si pemberi kerja.

 Pembuatan bank keahlian (skillbanks). Informasi yang ada pada bank keahlian berisi data
tentang keahlian dan latar belakang orang yang menganggur di suatu daerah. Informasi ini
bermanfaat bagi pengembangan jenis pekerjaan yang sesuai dengn kemampuan dan ketrampilan
para penganggur tersebut. Selain itu, informasi ini juga merupakan informasi cadangan keahlian
yang pada akhirnya dapat juga diunakan untuk mengisi lowongan-lowongan kerja yang muncul di
daerah tersebut. Pada akhirnya, bank keahlian ini dapat juga digunakan untuk pembentukan
koperasi.

 Penciptaan iklim yang mendukung bagi berkembangnya lembagalembaga pendidikan dan


ketrampilan (LPK) di daerah. Berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan dan ketrampilan di
suatu daerah secara tidak langsung bermanfaat bagi peningkatan kualitas sumberdaya manusia di
daerah tersebut. Misalnya: lembaga kursus bahasa, lembaga kursus komputer, lembaga kursus
perbengkelan, dan lembaga kursus perhotelan, dan sebagainya.

 pengembangan lembaga pelatihan bagi penyandang cacat. Hal ini penting bagi si
penyandang cacat itu sendiri untuk meningkatkan rasa harga diri dan percaya dirinya. Selainitu,
untuk jenis-jenis pekerjaan tertentu kadang-kadang penyandang cacat mempunyai beberapa
kelebihan.

4. Strategi Pengembangan Ekonomi Masyarakat

Kegiatan pengembangan masyarakat ini merupakan kegiatan yang ditujukan untuk


mengembangkan suatu kelompok masyarakat tertentu di suatu daerah. Dalam bahasa populer
sekarang ini sering juga dikenal dengan istilah kegiatan pemberdayaan (empowerment)
masyarakat. Kegiatan-kegiatan seperti ini berkembang marak di indonesia belakangan ini karena
ternyata kebijakan umum ekonomi yang ada tidak mampu memberikan manfaat bagi kelompok-
kelompok masyarakat tertentu. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menciptakan manfaat sosial,
misalnya melalui penciptaan proyek-proyek padat karya untuk memenuhi keuntungan dari
usahanya.

(2.C.) Menurut kami alternatif terbaik adalah pengembangan ekonomi masyarakat berikut adalah
beberapa hal yang bisa kita lakukan agar bisa ikut berkontribusi dalam meningkatkan
perekonomian nasional.

Tingkatkan kualitas diri

Untuk ikut mendukung peningkatan perekonomian Indonesia, salah satu cara yang bisa
dilakukan setiap orang adalah meningkatkan kualitas dirinya masing-masing. Bagi negara yang
masih berkembang seperti Indonesia, Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan
aset yang sangat dibutuhkan dalam proses peningkatan ekonomi. Ada banyak cara yang bisa
dilakukan untuk meningkatkan kualitas diri sekaligus mengembangkan potensi. Anda dapat
mengasah keterampilan, mengembangkan passion, hingga banyak belajar mengenai keahlian baru
yang dibutuhkan di era industri saat ini.

Kelola Sumber Daya Alam (SDA) dengan baik

Selain mengembangkan keterampilan dan potensi diri untuk menjadi SDM yang berkualitas,
peningkatan ekonomi nasional juga bisa didukung dengan mengelola SDA. Indonesia merupakan
negara dengan sumber daya melimpah yang dapat dikembangkan menjadi bahan dasar produksi
maupun bahan pendukung industri. Pengelolaan SDA yang baik sebenarnya bisa dimulai dari
lingkungan sendiri. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah dengan mengurangi penggunaan
energi dan tidak merusak sumber daya alam yang ada di sekitar kita.

Kembangkan inovasi dalam bidang usaha

Perekonomian nasional suatu negara akan meningkat ketika aktivitas produksi di dalam
negara tersebut mengalami peningkatan pula. Artinya, hal ini membutuhkan pengembangan usaha
dari masyarakatnya. Inovasi dalam bidang usaha yang dilakukan start-up maupun Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM) dapat mempercepat tingkat perkembangan ekonomi nasional.
Anda pun bisa turut andil dalam hal ini dengan mengembangkan usaha-usaha kreatif dan inovatif
yang sesuai dengan kebutuhan konsumen di tanah air.

Memelihara sarana dan prasarana negara

Cara penting lain yang bisa dilakukan untuk membantu meningkatkan perekonomian
Indonesia adalah dengan menjaga sarana dan prasarana yang telah ada di sekitar Anda. Jalan raya,
jembatan, serta fasilitas umum lainnya merupakan contoh sarana dan prasarana negara yang
diperlukan dalam kehidupan kita. Kehadiran infrastruktur tersebut akan memudahkan segala
aktivitas yang dilakukan masyarakat, terutama kegiatan yang berhubungan dengan perkembangan
ekonomi. Jika rusak, kegiatan ekonomi masyarakat pun akan terhambat. Oleh karena itu, tugas
Anda adalah menjaga seluruh sarana dan prasarana yang telah dikembangkan agar tetap utuh dan
berfungsi dengan baik.

Investasi di pasar modal

Pasar modal memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu
negara, tak terkecuali dengan perekonomian Indonesia. Selain bisa ikut menanamkan dana untuk
kepentingan pembangunan ekonomi nasional, berinvestasi di pasar modal ternyata bisa pula
dijadikan alternatif menguntungkan untuk meningkatkan pendapatan pribadi. Investasi pasar
modal memang memiliki tingkat pengembalian (return) yang terbilang tinggi, tetapi risikonya juga
cukup tinggi. Agar mendapatkan hasil investasi yang optimal dan menguntungkan, Anda perlu
mencari tahu terlebih dahulu instrumen saham yang dianggap aman dan sesuai kebutuhan.

Turut serta dalam pendanaan UMKM

Saat ini, UMKM dianggap sebagai salah satu tulang punggung pertumbuhan ekonomi
nasional. Kontribusinya bahkan dapat mencapai 60% dari keseluruhan produksi domestik di
Indonesia. UMKM juga ikut menyediakan lapangan kerja bagi jutaan tenaga kerja produktif di
negeri ini. Jika Anda ingin turut serta dalam meningkatkan perekonomian nasional, menanamkan
modal atau pendanaan bagi rintisan usaha masyarakat merupakan hal efektif yang bisa dilakukan
mulai dari sekarang.

Mengikuti perkembangan teknologi modern

Sekilas, Anda mungkin bertanya-tanya: apa hubungan teknologi dengan


peningkatan perekonomian Indonesia? Ternyata, di era digital seperti sekarang, mengikuti dan
menguasai perkembangan teknologi modern adalah modal penting untuk ikut meningkatkan
perekonomian negara. Melalui cara ini, Anda bisa mengikuti perkembangan ekonomi global secara
lebih cepat. Anda pun akan lebih mudah mengelola sumber daya yang ada untuk dijadikan
komoditas menguntungkan. Itulah beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk membantu
meningkatkan perekonomian Indonesia. Karena pertumbuhan ekonomi memberikan dampak
positif bagi banyak pihak di negeri ini, sudah sepantasnya kita ikut berpartisipasi aktif
mewujudkannya dengan melakukan cara-cara tersebut.

Kembangkan Dana Sekaligus Berikan Kontribusi Untuk Ekonomi Nasional dengan


Melakukan Pendanaan Untuk UKM Bersama Akseleran!

Bagi kamu yang ingin membantu mengembangkan usaha kecil dan menengah di Indonesia,
P2P Lending dari Akseleran adalah tempatnya. Sebagai platform pengembangan dana yang
optimal dengan bunga hingga 21% per tahun kamu dapat memulainya hanya dengan Rp100 ribu
saja

BAB 4

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Setiap sila dalam Pancasila memiliki arti penting dalam segala aspek kehidupan. Hanya saja
beberapa orang masih ragu nilai-nilai Pancasila dapat di aplikasikan secara keseluruhan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sedangkan untuk mendapatkan hasil yang
maksimal dari pemahaman nilai-nilai Pancasila salah satunya yaitu dengan cara menjadikan Pancasila
sebagai Pedoman dalam melakukan suatu sikap/tindakan dalam kehidupan sehari-hari dan tidak hanya
dijadikan sebagai ideologi negara semata.

Persepsi orang-orang tentang implementasi Pancasila saat ini dalam bidang social, budaya,
ekonomi, hukum, politik dan pertahanan -keamanan belum berjalan dengan optimal. Karena persepsi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu factor pemersepsi (perceiver), obyek yang dipersepsikan dan
konteks situasi persepsi dilakukan, maka persepsi orang-orang pun berbeda. Begitupun persepsi
mahasiswa mengenai implementasi Pancasila. Persepsi orang tentang implementasi Pancasila
didasarkan atas tingkat pemahaman, tingkat pengalaman dan pengamalan terhadap Pancasila, serta
kehidupan realitas yang terjadi di lingkungan sekitar khususnya dan umumnya dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia. Tetapi secara keseluruhan orang mempunyai persepsi bahwa
implementasi Pancasila yang dirasa belum optimal yaitu dalam bidang Politik dan Pertahanan-
Keamanan.

4.2 SARAN
Sampai detik ini, Pancasila masih merupakan falsafah, dasar negara, ideologi negara kita. Ini
berarti kita percaya bahwa Pancasila sebagai sumber inspirasi dan sumber solusi atas permasalahan
bangsa. Banyak kalangan yang menilai, kegagalan membangun negeri yang makmur disebabkan
belum dilaksanannya amanat Pancasila. Berbagai persoalan bangsa yang muncul saat ini dinilai
akibat pengamalan Pancasila dan UUD 1945 yang menyimpang. Karena itu, kalangan ini menyerukan
kembali pengamalan Pancasila dan UUD 1945 secara kosekuen. Oleh karena itu mari kita renungkan
sejenak.
DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/210352-kebijakan-pemerintah-kota-pontianak-dala.pdf

https://ejournal.undip.ac.id/index.php/politika/article/viewFile/6072/5180

https://media.neliti.com/media/publications/116498-ID-strategi-pertumbuhan-dan-pembangunan-
eko.pdf

https://ejournal.unpatti.ac.id/ppr_iteminfo_lnk.php?id=79

http://jurnalsocialsecurity.com/news/kebijakan-pemerintah-kaitannya-dengan-kesejahteraan.html

https://www.akseleran.co.id/blog/perekonomian-indonesia/

http://repository.upi.edu/1765/8/S_PKN_0908969_Chapter5.pdf

Anda mungkin juga menyukai