Uts Perspekti Sosio Kultural Dalam Pendidikan
Uts Perspekti Sosio Kultural Dalam Pendidikan
OLEH
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Scaffolding Pada The Zone Of Proximal Development ....................................... 5
B. Pengertian Pembelajaran IPA ............................................................................... 7
C. Penerapan Scaffolding Pada The Zone Of Proximal Development Pada Siswa
Kelas V Pada Mata Pelajaran IPA .................................................................................. 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar IPA merupakan suatu kewajiban bagi siswa. Siswa diwajibkan mengikuti
pembelajaran di sekolah dan tentunya memenuhi standar pembelajaran. Menurut Khodijah
(2014) pembelajaran menitik beratkan pada “bagaimana membuat pebelajar mengalami
proses belajar”, yaitu cara-cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang berkaitan
dengan cara pengorganisasian materi, cara penyampaian pelajaran, dan menggelola
pembelajaran.
IPA dikenal dengan bukunya yang tebal dan berisi banyak sekali materi. Banyaknya
materi dalam IPA tentunya itu sangat mempengaruhi proses pembelajaran yang diajarkan
kepada siswa di dalam kelas. Siswa juga kesulitan belajar IPA karena materinya cenderung
bersifat abstrak sedangkan pikiran siswa bersifat kongkrit, banyaknya penggunaan bahasa
ilmiah dan istilah latin membuat siswa kesulitan untuk menghafal dan memahaminya
(Rahmi dkk, 2015).
Mengangkat permasalahan ini prinsip Less is More sangat menarik untuk diterapkan.
Prinsip ini memahami bukan banyaknya materi yang diberikan kepada siswa tetapi seberapa
dalam siswa itu memahami suatu materi sehingga ke depan dapat digunakan untuk
mengembangkan pengetahuan yang lain. Menuru Suparno (2013) salah satu gagasan yang
mempengaruhi prinsip ini adalah yang diperlukan siswa adalah metode untuk mencari
kembali informasi itu di perpustakaan atau di internet. Seperti pepatah “jangan diberikan
ikan karena akan cepat habis; tetapi berikan kail, maka ia akan terus mendapat ikan yang
tidak akan habis.
Untuk mencari dasar ini seorang guru akan memerlukan pemahaman mengenai ZPD
(Zone of Proximal Development) dalam daerah ini guru akan mengetahui batasan dimana
siswa itu dapat memahami suatu konsep itu sendiri dan dimana siswa itu memerlukan orang
lain yang lebih berpengetahuan. Berangkat dari situ guru diharapkan dapat memilih bahan
yang tepat bagi siswa untuk memulai pembelajaran di dalam kelas.
Interaksi inilah yang penting dalam proses belajar, pada proses ini terjadi transfer
pengetahuan yang berlangsung dari guru ke siswa atau antar siswa. Dalam diri siswa proses
3
transfer akan dipengaruhi oleh memori dan motivasi siswa dalam belajar. Dalam
(Dale,2012) transfer terjadi ketika siswa memahami bagaimana menerapkan pengetahuan
dalam seting-seting yang berbeda.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Penerapan Scaffolding Pada The Zone Of Proximal Development Pada Siswa
Kelas V Pada Mata Pelajaran IPA?
C. Tujuan
Dapat mengetahui Penerapan Scaffolding Pada The Zone Of Proximal Development Pada
Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran IPA
BAB II
PEMBAHASAN
masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sejawat
yang lebih mampu.
Dari definisi yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa Scaffolding
merupakan bantuan, dukungan (supporting) kepada siswa dari orang yang lebih dewasa
atau ebih kompeten khususnya guru yang memungkinkan penggunaan fungsi kognitif yang
lebih tinggi dan memungkinkan berkembangnya kemampuan belajar sehingga terdapat
tingkat penguasaan materi yang lebih tinggi yang ditunjukkan dengan adanya penyelesaian
soal-soal yang lebih rumit.
Dalam strategi Scaffolding peserta didik didorong untuk belajar melalui keterlibatan
aktif mereka sendiri. Peserta didik mendapat bantuan atau bimbingan dari guru pada awal
pembelajaran agar mereka lebih terarah sehingga proses pelaksanaan pembelajaran
maupun tujuan yang dicapai dapat terlaksana dengan baik. Bimbingan guru yang dimaksud
adalah memberikan bantuan secara bertahap kepada peserta didik agar dapat mengikuti
proses pembelajaran dengan baik.
Adapun keuntungan mempelajari Scaffolding adalah:
1) Memotivasi dan mengaitkan minat siswa dengan tugas belajar.
2) Menyederhanakan tugas belajar sehingga bisa lebih terkelola dan bisa dicapai
oleh anak.
3) Memberi petunjuk untuk membantu anak berfokus pada pencapaian tujuan.
4) Secara jelas menunjukkan perbedaan antara pekerjaan anak dan solusi standar
atau yang diharapkan.
5) Memberi model dan mendefinisikan dengan jelas harapan mengenai aktivitas
yang dilakukan.
Adapun langkah-langkah pembelajaran Scaffolding adalah sebagai berikut:
1) Menjelaskan materi pembelajaran
2) Menentukan Zone Of Proximal Development (ZPD) atau level perkembangan
siswa berdasarkan tingkat kognitifnya dengan melihat nilai hasil belajar
sebelumnya
3) Mengelompokkan siswa menurut ZPD-nya
4) Memberikan tugas belajar tugas belajar berupa soal-soal berjenjang yang
berkaitan dengan materi pembelajaran.
IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dengan
segala isinya (Hendro Darmodjo, 1992 : 3). Menurut Nash 1963 (dalam Hendro
Darmodjo, 1992 : 3) IPA adalah cara atau metode untuk mengamati alam yang sifatnya
analisis, lengkap, cermat serta menghubungkan antara fenomena alam yang satu dengan
fenomena alam yang lainnya. Sedangkan menurut Powler (dalam Winaputra, 1992:122)
IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang
sistematis yang tersusun secara teratur dan berlaku umum berupa kumpulan hasil
observasi dan eksperimen.
IPA sering disebut juga dengan sains. Sains merupakan terjemahan dari kata science
yang berarti masalah kealaman (nature). Sains adalah pengetahuan yang mempelajari
tentang gejala-gejala alam (Usman Samatowa, 2010:19). Sains adalah pengetahuan yang
kebenarannya sudah diujicobakan secara empiris melalui metode ilmiah (Uus
Toharrudin, Sri Hendrawati 2011:26). Sains merupakan cara penyelidikan untuk
mendapatkan data dan informasi tentang alam semesta menggunakan metode
7
pengamatan dan hipotesis yang telah teruji (Uus Toharrudin, Sri Hendrawati 2011:27).
peserta didik telah memahami materi, maka dilanjutkan dengan membantu peserta
didik memperluas pengetahuan dan keterampilan baru agar selalu teringat.
3. Dengan aktivitas penguatan yaitu seperti memberikan tes akhir pembelajaran dan
memberikan pelatihan terus menerus dengan memberikan soal-soal.
10
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dalam strategi Scaffolding peserta didik didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif
mereka sendiri. Peserta didik mendapat bantuan atau bimbingan dari guru pada awal
pembelajaran agar mereka lebih terarah sehingga proses pelaksanaan pembelajaran maupun
tujuan yang dicapai dapat terlaksana dengan baik. Bimbingan guru yang dimaksud adalah
memberikan bantuan secara bertahap kepada peserta didik agar dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan baik.
Penerapan scaffolding sebagai contoh adalah pemecahan masalah geometri dan
pengukuran, secara khusus bangun datar di SD kelas V. Ruang lingkup materi yang berada
pada ZPD meliputi; (a) Pengamatan dunia nyata dan presentasi aktif antara peserta didik dan
guru, (b) Dengan menggunakan LKS untuk menemukan sifat bangun datar sederhana (c)
Melakukan algorithme untuk menyelesaikan soal bangun datar.
11
DAFTAR PUSTAKA
https://mind.help/topic/zone-of-proximal development/#:~:text=Application%20Of%20The%20
diaksespada tanggal 1/12/2022 jam 08.00 WITA
12