Anda di halaman 1dari 13

lOMoARcPSD|32251390

UTS Perspekti Sosio Kultural Dalam Pendidikan

Ppg Prajabatan (Universitas Nusa Cendana)

Scan to open on Studocu

Studocu is not sponsored or endorsed by any college or university


Downloaded by rex armageddonnn (rexarmageddonnn@gmail.com)
lOMoARcPSD|32251390

UTS PERSPEKTI SOSIO KULTURAL DALAM PENDIDIKAN

PENERAPAN SCAFFOLDING PADA ZONE OF PROXIMAL DEVELOPMENT (ZPD)


KELAS V MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)

OLEH

KRISTINA YULANTIKA NONO


7000008146

PENDIDIKAN PROFESI GURU


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2022

Downloaded by rex armageddonnn (rexarmageddonnn@gmail.com)


lOMoARcPSD|32251390

DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2

C. Tujuan ................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Scaffolding Pada The Zone Of Proximal Development ....................................... 5
B. Pengertian Pembelajaran IPA ............................................................................... 7
C. Penerapan Scaffolding Pada The Zone Of Proximal Development Pada Siswa
Kelas V Pada Mata Pelajaran IPA .................................................................................. 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 12

ii

Downloaded by rex armageddonnn (rexarmageddonnn@gmail.com)


lOMoARcPSD|32251390

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar IPA merupakan suatu kewajiban bagi siswa. Siswa diwajibkan mengikuti
pembelajaran di sekolah dan tentunya memenuhi standar pembelajaran. Menurut Khodijah
(2014) pembelajaran menitik beratkan pada “bagaimana membuat pebelajar mengalami
proses belajar”, yaitu cara-cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang berkaitan
dengan cara pengorganisasian materi, cara penyampaian pelajaran, dan menggelola
pembelajaran.

IPA dikenal dengan bukunya yang tebal dan berisi banyak sekali materi. Banyaknya
materi dalam IPA tentunya itu sangat mempengaruhi proses pembelajaran yang diajarkan
kepada siswa di dalam kelas. Siswa juga kesulitan belajar IPA karena materinya cenderung
bersifat abstrak sedangkan pikiran siswa bersifat kongkrit, banyaknya penggunaan bahasa
ilmiah dan istilah latin membuat siswa kesulitan untuk menghafal dan memahaminya
(Rahmi dkk, 2015).

Mengangkat permasalahan ini prinsip Less is More sangat menarik untuk diterapkan.
Prinsip ini memahami bukan banyaknya materi yang diberikan kepada siswa tetapi seberapa
dalam siswa itu memahami suatu materi sehingga ke depan dapat digunakan untuk
mengembangkan pengetahuan yang lain. Menuru Suparno (2013) salah satu gagasan yang
mempengaruhi prinsip ini adalah yang diperlukan siswa adalah metode untuk mencari
kembali informasi itu di perpustakaan atau di internet. Seperti pepatah “jangan diberikan
ikan karena akan cepat habis; tetapi berikan kail, maka ia akan terus mendapat ikan yang
tidak akan habis.

Untuk mencari dasar ini seorang guru akan memerlukan pemahaman mengenai ZPD
(Zone of Proximal Development) dalam daerah ini guru akan mengetahui batasan dimana
siswa itu dapat memahami suatu konsep itu sendiri dan dimana siswa itu memerlukan orang
lain yang lebih berpengetahuan. Berangkat dari situ guru diharapkan dapat memilih bahan
yang tepat bagi siswa untuk memulai pembelajaran di dalam kelas.

Interaksi inilah yang penting dalam proses belajar, pada proses ini terjadi transfer
pengetahuan yang berlangsung dari guru ke siswa atau antar siswa. Dalam diri siswa proses
3

Downloaded by rex armageddonnn (rexarmageddonnn@gmail.com)


lOMoARcPSD|32251390

transfer akan dipengaruhi oleh memori dan motivasi siswa dalam belajar. Dalam
(Dale,2012) transfer terjadi ketika siswa memahami bagaimana menerapkan pengetahuan
dalam seting-seting yang berbeda.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Penerapan Scaffolding Pada The Zone Of Proximal Development Pada Siswa
Kelas V Pada Mata Pelajaran IPA?

C. Tujuan
Dapat mengetahui Penerapan Scaffolding Pada The Zone Of Proximal Development Pada
Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran IPA

Downloaded by rex armageddonnn (rexarmageddonnn@gmail.com)


lOMoARcPSD|32251390

BAB II
PEMBAHASAN

A. Scaffolding Pada Zona Of Proximal Development (ZPD)


Scaffolding merupakan istilah yang dikenal oleh Vygostsky. Secara bebas scaffolding
diartikan sebagai perancah atau penopang yang dapat digunakan agar berada ditempat yang
tinggi. Scaffolding dalam pembelajaran adalah dukungan tahap demi tahap yang dilakukan
orang dewasa.
Menurut Adinegara “Scaffolding adalah memberikan sejumlah besar bantuan selama
tahap-tahap awal pembelajaran kemudian anak tersebut mengambil alih tanggungjawab
yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya.” Bantuan tersebut dapat berupa
petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah
pembelajaran, memberi contoh ataupun yang lain sehingga memungkinkan peserta didik
tumbuh secara mandiri.
Scaffolding didasarkan pada teori Vygotsky. Menurut Vygotsky bahwa proses
pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum
dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka disebut
dengan zone of proximal development (zona perkembangan proksimal), yakni daerah
tingkat perkembangan sedikit di atas daerah perkembangan seseorang saat ini.
Vygotsky mengutarakan gagasan Zone of Proximal Development (ZPD) dan
Scaffolding. Menurut Vygotsky (dalam Supiyani, 2013), setiap anak mempunyai apa yang
disebut dengan Zone of Proximal Development (ZPD), yang dikatakan sebagai jarak antara
tingkat perkembangan actual dengan tingkat perkembangan potensial yang lebih tinggi.
Dalam hal ini Vygotsky berpendapat bahwa, peserta didik akan mampu mencapai daerah
maksimal bila dibantu secukupnya. Apabila peserta didik belajar tanpa dibantu, dia akan
tetap berada di daerah actual tanpa bisa berkembang ketingkat perkembangan potensial
yang lebih tinggi. Selanjutnya yang menjadi masalah adalah bagaimana menyusun strategi
scaffolding yang efektif dan efisien sehingga bisa mengembangkan kemampuan actual
peserta didik kearah kemampuan potensial.
Zone of Proximal Development (ZPD) merupakan jarak antara tingkat perkembangan
sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara mandiri
dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan

Downloaded by rex armageddonnn (rexarmageddonnn@gmail.com)


lOMoARcPSD|32251390

masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sejawat
yang lebih mampu.
Dari definisi yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa Scaffolding
merupakan bantuan, dukungan (supporting) kepada siswa dari orang yang lebih dewasa
atau ebih kompeten khususnya guru yang memungkinkan penggunaan fungsi kognitif yang
lebih tinggi dan memungkinkan berkembangnya kemampuan belajar sehingga terdapat
tingkat penguasaan materi yang lebih tinggi yang ditunjukkan dengan adanya penyelesaian
soal-soal yang lebih rumit.
Dalam strategi Scaffolding peserta didik didorong untuk belajar melalui keterlibatan
aktif mereka sendiri. Peserta didik mendapat bantuan atau bimbingan dari guru pada awal
pembelajaran agar mereka lebih terarah sehingga proses pelaksanaan pembelajaran
maupun tujuan yang dicapai dapat terlaksana dengan baik. Bimbingan guru yang dimaksud
adalah memberikan bantuan secara bertahap kepada peserta didik agar dapat mengikuti
proses pembelajaran dengan baik.
Adapun keuntungan mempelajari Scaffolding adalah:
1) Memotivasi dan mengaitkan minat siswa dengan tugas belajar.
2) Menyederhanakan tugas belajar sehingga bisa lebih terkelola dan bisa dicapai
oleh anak.
3) Memberi petunjuk untuk membantu anak berfokus pada pencapaian tujuan.
4) Secara jelas menunjukkan perbedaan antara pekerjaan anak dan solusi standar
atau yang diharapkan.
5) Memberi model dan mendefinisikan dengan jelas harapan mengenai aktivitas
yang dilakukan.
Adapun langkah-langkah pembelajaran Scaffolding adalah sebagai berikut:
1) Menjelaskan materi pembelajaran
2) Menentukan Zone Of Proximal Development (ZPD) atau level perkembangan
siswa berdasarkan tingkat kognitifnya dengan melihat nilai hasil belajar
sebelumnya
3) Mengelompokkan siswa menurut ZPD-nya
4) Memberikan tugas belajar tugas belajar berupa soal-soal berjenjang yang
berkaitan dengan materi pembelajaran.

Downloaded by rex armageddonnn (rexarmageddonnn@gmail.com)


lOMoARcPSD|32251390

5) Mendorong siswa untuk bekerja dan belajar menyelesaikan soal-soal secara


mandiri dengan berkelompok
6) Memberikan bantuan berupa bimbingan, motivasi, pemberian contoh, kata kunci
atau hal lain yang dapat memancing siswa kearah kemandirian belajar.
7) Mengarahkan siswa yang memiliki ZPD yang tinggi untuk membantu siswa
yang memiliki ZPD yang rendah
8) Menyimpulkan pembelajaran dan memberikan tugas-tugas.
Penerapan strategi Scaffolding dalam proses pembelajaran akan dapat meningkatkan
keaktifan siswa yang berdampak pada peningkatan pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

B. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar


a. Pengertian IPA
IPA merupakan singkatan dari “Ilmu Pengetahuan Alam” yang merupakan
terjemahan dari Bahasa Inggris “Natural Science”. Natural berarti alamiah atau
berhubungan dengan alam. Science berarti ilmu pengetahuan. Jadi menurut asal katanya,
IPA berarti ilmu tentang alam atau ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa di alam
(Srini M. Iskandar, 1996: 2).

IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dengan
segala isinya (Hendro Darmodjo, 1992 : 3). Menurut Nash 1963 (dalam Hendro
Darmodjo, 1992 : 3) IPA adalah cara atau metode untuk mengamati alam yang sifatnya
analisis, lengkap, cermat serta menghubungkan antara fenomena alam yang satu dengan
fenomena alam yang lainnya. Sedangkan menurut Powler (dalam Winaputra, 1992:122)
IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang
sistematis yang tersusun secara teratur dan berlaku umum berupa kumpulan hasil
observasi dan eksperimen.

IPA sering disebut juga dengan sains. Sains merupakan terjemahan dari kata science
yang berarti masalah kealaman (nature). Sains adalah pengetahuan yang mempelajari
tentang gejala-gejala alam (Usman Samatowa, 2010:19). Sains adalah pengetahuan yang
kebenarannya sudah diujicobakan secara empiris melalui metode ilmiah (Uus
Toharrudin, Sri Hendrawati 2011:26). Sains merupakan cara penyelidikan untuk
mendapatkan data dan informasi tentang alam semesta menggunakan metode
7

Downloaded by rex armageddonnn (rexarmageddonnn@gmail.com)


lOMoARcPSD|32251390

pengamatan dan hipotesis yang telah teruji (Uus Toharrudin, Sri Hendrawati 2011:27).

Berdasarkan pengertian-pengertian IPA/sains di atas dapat


disimpulkan bahwa pada hakikatnya IPA terdiri atas 3 unsur utama. Ketiga unsur
tersebut yaitu produk, proses ilmiah, dan pemupukan sikap. IPA bukan hanya
pengetahuan tentang alam yang disajikan dalam bentuk fakta, konsep, prinsip atau
hukum (IPA sebagai produk), tetapi sekaligus cara atau metode untuk mengetahui dan
memahami gejala-gejala alam(IPA sebagai proses ilmiah) serta upaya pemupukan sikap
ilmiah (IPA sebagaisikap).

b. Tujuan Pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA di SD ditujukan untuk memberi kesempatan siswa memupuk rasa


ingin tahu secara alamiah, mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban
atas fenomena alam berdasarkan bukti, serta mengembangkan cara berpikir ilmiah.
Tujuan mata pelajaran IPA di SD/MI berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
adalah :
a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya,
b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,
c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, teknologi dan masyarakat,
d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan,
e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam,
f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan
g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Mulyasa, 2006 : 111).

Downloaded by rex armageddonnn (rexarmageddonnn@gmail.com)


lOMoARcPSD|32251390

C. Penerapan Scaffolding Pada Zona Of Proximal Development (ZPD) Dalam


Pembelajaran IPA Di SD
Dalam pembelajaran, scaffolding dapat dikatakan sebagai jembatan yang digunakan
untuk menghubungkan apa yang sudah diketahui peserta didik dengan sesuatu yang baru
atau yang akan dikuasai/diketahui peserta didik. Hal yang utama dalam penerapan
scaffolding terletak pada bimbingan guru. Bimbingan guru diberikan secara bertahap
setelah peserta didik diberi permasalahan, sehingga kemampuan aktualnya mencapai
kemampuan potensial. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan,
menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, atau memberikan contoh.
Widdiharto (2008) berpendapat bahwa dalam menemukan dan mengatasi kesulitan
belajar peserta didik dalam IPA terlebih dahulu mendiagnosis kesulitan tersebut. Dengan
mengetahui letak kesulitan peserta didik hal tersebut dijadikan salah satu acuan untuk
melakukan perbaikan perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran berikutnya.
Penerapan scaffolding sebagai contoh adalah pemecahan masalah geometri dan
pengukuran, secara khusus bangun datar di SD kelas V. Ruang lingkup materi yang berada
pada ZPD meliputi; (a) Pengamatan dunia nyata dan presentasi aktif antara peserta didik
dan guru, (b) Dengan menggunakan LKS untuk menemukan rantai makanan (c)
Melakukan algorithme untuk menyelesaikan soal rantai makanan
Scafolding setiap langkah penyelesaian dapat dilakukan sebagai berikut.
1. Pengamatan dunia nyata dan presentasi aktif antara peserta didik dan guru, dimana
guru memberikan pertanyaan arahan yang mengarah kepada pemahaman awal peserta
didik terkait dengan rantai makanan dan memberikan pertanyaan yang berkaitan
dengan dunia nyata seperti ekosistem di sekitar peserta didik Dilanjutkan dengan
membantu peserta didik dalam menginteraksikan dan menyerap pengetahuan dan
keterampilan baru
2. Dengan LKS yang digunakan peserta didik dalam menemukan sendiri komponen yang
dimiliki oleh satu ekosistem, dimana hal ini merupakan pengalaman nyata yang
kontekstual dan dapat membantu peserta didik dalam membangun pemahaman materi.
proses pembelajaran scaffolding ini dapat membuat peserta didik menjadi tak lagi
sungkan bertanya kepada guru dan meminta bantuan teman sejawat yang lebih mampu
ketika merasa kesulitan dalam pemahaman materi dan mengerjakan LKS. Ketika

Downloaded by rex armageddonnn (rexarmageddonnn@gmail.com)


lOMoARcPSD|32251390

peserta didik telah memahami materi, maka dilanjutkan dengan membantu peserta
didik memperluas pengetahuan dan keterampilan baru agar selalu teringat.
3. Dengan aktivitas penguatan yaitu seperti memberikan tes akhir pembelajaran dan
memberikan pelatihan terus menerus dengan memberikan soal-soal.

10

Downloaded by rex armageddonnn (rexarmageddonnn@gmail.com)


lOMoARcPSD|32251390

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dalam strategi Scaffolding peserta didik didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif
mereka sendiri. Peserta didik mendapat bantuan atau bimbingan dari guru pada awal
pembelajaran agar mereka lebih terarah sehingga proses pelaksanaan pembelajaran maupun
tujuan yang dicapai dapat terlaksana dengan baik. Bimbingan guru yang dimaksud adalah
memberikan bantuan secara bertahap kepada peserta didik agar dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan baik.
Penerapan scaffolding sebagai contoh adalah pemecahan masalah geometri dan
pengukuran, secara khusus bangun datar di SD kelas V. Ruang lingkup materi yang berada
pada ZPD meliputi; (a) Pengamatan dunia nyata dan presentasi aktif antara peserta didik dan
guru, (b) Dengan menggunakan LKS untuk menemukan sifat bangun datar sederhana (c)
Melakukan algorithme untuk menyelesaikan soal bangun datar.

11

Downloaded by rex armageddonnn (rexarmageddonnn@gmail.com)


lOMoARcPSD|32251390

DAFTAR PUSTAKA

https://guru.kemdikbud.go.id/perangkat-ajar/ diakses pada tanggal 1/12/2022 jam 11.51 WITA

https://mind.help/topic/zone-of-proximal development/#:~:text=Application%20Of%20The%20
diaksespada tanggal 1/12/2022 jam 08.00 WITA

12

Downloaded by rex armageddonnn (rexarmageddonnn@gmail.com)

Anda mungkin juga menyukai