Anda di halaman 1dari 82

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA


MELALUI METODE “STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION”
(STAD) PADA SISWA KELAS V SDN DUKUHAN KERTEN NO. 58
SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010

SKRIPSI

Disusun Oleh :
FERIA MEY LESTARI
K7106023

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010

1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Proses pembelajaran merupakan interaksi antara guru dengan siswa dalam
situasi pendidikan. Melalui proses belajar mengajar inilah siswa akan mengalami
proses perkembangan ke arah yang lebih baik dan bermakna. Agar hal tersebut
dapat terwujud maka diperlukan suasana proses belajar mengajar yang kondusif
bagi siswa dalam melampaui tahapan-tahapan belajar secara bermakna dan efektif
sehingga menjadi pribadi yang percaya diri, inovatif dan kreatif.
Mengenai pendidikan Sains (IPA) dijelaskan di dalam kebijaksanaan umum
kurikulum berbasis kompetensi Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa
“Visi pendidikan Sains (IPA) adalah mempersiapkan siswa yang melek
Sains dan teknologi, untuk memahami dirinya dan lingkungan sekitarnya,
melalui pengembangan ketrampilan proses, sikap ilmiah, ketrampilan
berfikir, penguasaan konsep Sains yang esensial, dan kegiatan teknologi dan
upaya pengelolaan lingkungan secara bijaksana yang dapat menumbuhkan
sikap pengagungan terhadap Tuhan YME”.

Dapat diartikan disini bahwa tujuan IPA menurut kebijaksanaan umum


kurikulum berbasis kompetensi (2006) dalam (Leo Sutrisno, dkk, 2008:2-29)
adalah agar siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan dan
pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat untuk memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Leo Sutrisno, dkk (2008:1-19) IPA merupakan kemampuan
manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct)
pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan
dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul
(truth). Jadi, IPA mengandung tiga hal: proses adalah aktivitas manusia dalam
memahami alam semesta, prosedur adalah pengetahuan IPA dibangun melalui
pengamatan yang tepat dan prosedur yang benar, produk adalah hasil akhir atau
kesimpulan yang betul.

1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan melalui observasi kelas dan


hasil wawancara dengan guru kelas V SDN Dukuhan Kerten No.58 Surakarta,
menunjukan bahwa banyak siswa yang belum dapat memahami konsep sifat-sifat
cahaya dengan baik. Permasalahan tersebut timbul karena kedudukan dan fungsi
guru dalam kegiatan pembelajaran masih dominan. Aktifitas guru masih sangat
tinggi dibandingkan dengan aktifitas siswa yang masih rendah kadarnya, di
samping itu guru masih menggunakan metode pembelajaran yang konvensional.
Dalam hal ini guru mendominasi dalam menyampaikan materi sedangkan siswa
hanya mendengar dan mencatat materi yang disampaikan sehingga siswa lebih
cepat bosan dan informasi yang disampaikan sulit diserap oleh siswa serta tidak
merangsang kreativitas, partisipasi siswa dan kurangnya pelibatan siswa dalam
menentukan suatu konsep dalam proses kegiatan belajar dan mengajar (KBM).
Hal ini ditunjukkkan dengan perolehan nilai ulangan harian siswa tentang sifat-
sifat cahaya masih rendah. Ada 18 siswa yang nilainya masih di bawah kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yaitu 63 dan 16 siswa lainnya memperoleh nilai di
atas kriteria ketuntasan minimal (KKM). Pemahaman sifat-sifat cahaya perlu
ditingkatkan, karena konsep sifat-sifat cahaya mendasari materi alat optik.
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka seorang guru harus kreatif dalam
memilih dan mengembangkan suatu metode pembelajaran yang mampu
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat
saling mendiskusikan konsep-konsep itu dengan temannya. Salah satu metode
pembelajaran yang dapat diterapkan adalah metode STAD.
Menurut Slavin (2009:143) metode STAD adalah salah satu metode
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan metode yang
paling baik bagi para guru yang baru menggunakan pembelajaran kooperatif.
Menurut Isjoni (2009:74) STAD merupakan salah satu tipe kooperatif yang
menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling
memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna
mencapai prestasi yang maksimal.
Menurut Vygotsky dalam ( Isjoni, 2009:57) implikasi utama dalam
pembelajaran menghendaki seting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif salah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

satunya adalah dengan metode STAD, dengan siswa berinteraksi dan saling
memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif pada masing-
masing zona perkembangan terdekat mereka. Menurut Sugiyanto (2008:43) dalam
metode STAD siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing terdiri
atas 4-6 anggota kelompok, setiap kelompokmemiliki anggota yang heterogen
baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan (tinggi, sedang,rendah) yang
bekerjasama saling ketergantungan positif dan bertanggungjawab atas penguasaan
bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada orang lain
dalam kelompoknya
Menurut Isjoni (2009:15) pembelajaran kooperatif salah satunya adalah
metode STAD dapat digunakan dalam membuat laporan penelitian pada pelajaran
IPA. Metode STAD dapat membantu siswa memahami konsep-konsep IPA yang
sulit serta menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis, meningkatkan
pemahaman konsep dan mengembangkan sikap sosial siswa dan dapat diterapkan
untuk memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya, menghargai
pendapat teman, dan saling menghargai pendapat (sharing ideas). Metode STAD
memiliki dampak yang positif terhadap siswa yang kurang aktif dalam proses
pembelajaran menjadi lebih aktif karena mereka berdiskusi dangan teman
sebayanya mengenai konsep yang belum dimengerti. Bila diorganisasikan dengan
tepat, siswa dapat bekerja sama dengan teman lainnya untuk memastikan bahwa
setiap siswa dalam kelompok tersebut telah menguasai konsep yang telah
diajarkan sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Dengan demikian banyak hal yang bisa siswa dapatkan melalui metode
STAD yang akan menjadikan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran,
mempermudah siswa dalam memahami konsep sifat-sifat cahaya dan lebih
jauhnya dapat mempengaruhi peningkatan hasil belajar IPA. Untuk itu penelitian
ini diberi judul Peningkatan Pemahaman Konsep Sifat-Sifat Cahaya Melalui
Metode “Student Team Achievement Division” (STAD) Pada Siswa Kelas V SDN
Dukuhan Kerten No.58 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa permasalahan yang
diidentifikasi sebagai berikut :
1. Motivasi siswa kurang dalam mengikuti pelajaran IPA
2. Keaktifan siswa masih rendah dalam mengikuti pembelajaran IPA
3. Rendahnya pemahaman konsep sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran IPA
4. Rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA
5. Penggunaan metode pembelajaran oleh guru dalam mata pelajaran IPA kurang
variatif, hanya dengan ceramah dan tugas

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, agar dapat
melaksanakan penelitian yang terpusat pada permasalahan maka penulis
memberikan batasan sebagai berikut :
1. Metode STAD dalam penelitian ini adalah suatu metode pembelajaran
kelompok yang terdiri dari beberapa anggota yang heterogen (4-6 orang) yang
bekerjasama saling ketergantungan positif dalam satu kelompok kecil dan
bertanggungjawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan materi tersebut kepada orang lain dalam kelompoknya.
2. Pemahaman konsep dalam penelitian ini adalah konsep sifat-sifat cahaya pada
siswa kelas V SDN Dukuhan Kerten No. 58

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
Apakah penerapan metode “Student Team Achievement Division” (STAD) dapat
meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada siswa Kelas V SDN
Dukuhan Kerten No.58 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010?”
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan
“Untuk meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya melalui penerapan
metode “Student Team Achievement Division” (STAD) pada siswa Kelas V SDN
Dukuhan Kerten No.58 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010.

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dapat digunakan sebagai acuan, referensi ataupun rujukan bagi peneliti yang
akan datang yang akan melakuan penelitian yang serupa ataupun yang
berkenaan dengan penerapan metode STAD untuk meningkatkan pemahaman
konsep sifat-sifat cahaya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Adanya kebebasan bagi siswa untuk menemukan hal-hal baru bagi
dirinya di dalam pembelajaran IPA
2) Dapat menghilangkan rasa jenuh pada saat pembelajaran berlangsung
3) Dapat mempermudah penguasaan konsep, memberikan pengalaman
nyata, memberikan dasar-dasar berpikir konkrit serta mengurangi
verbalisme, sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat
cahaya.
b. Bagi guru
1) Meningkatnya profesionalisme guru
2) Meningkatnya tingkat kepercayaan diri bagi seorang guru
3) Memberikan pengalaman, memberikan wawasan, pengetahuan dan
ketrampilan dalam merancang metode yang tepat dan menarik untuk
mempermudah proses pembelajaran melalui metode STAD.
c. Bagi sekolah
1) Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah serta
kondusifnya iklim pendidikan di sekolah, khususnya pembelajaran IPA
dan umumnya seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2) Dapat memberikan masukan dalam mengefektifkan pembinaan dan


pengelolaan proses belajar mengajar dalam pelaksanaan pendidikan
sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,
efektif dan menyenangkan (PAIKEM).
3) Meningkatnya kualitas pendidikan melalui penerapan metode STAD.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka
1. Tinjauan Tentang Pemahaman Konsep Sifat-Sifat Cahaya

a. Pengertian Pemahaman Konsep


Menurut Nana Sudjana (2005:50) pemahaman memerlukan kemampuan
menangkap makna atau arti dari sesuatu konsep, untuk itu diperlukan adanya
hubungan atau pertautan antara konsep dengan makna yang ada dalam konsep
tersebut.
Menurut Tim SBM PGSD (2007 : 35) perilaku yang tergolong ke dalam
kategori kemampuan pemahaman dapat dijabarkan ke dalam kata kerja
operasional yang mencerminkan hasil belajar untuk tingkat kemampuan
pemahaman diantarannya adalah membedakan, mengubah, mempersiapkan,
menanyakan, mengatur, menjelaskan, mendemonstrasikan dan memberi
contoh.
Menurut Nana Sudjana (2005:51) ada tiga pemahaman yang berlaku
umum: (1) Pemahaman terjemahan adalah kesanggupan memahami makna
yang terkandung di dalamnya. Misalnya memahami kalimat bahasa Inggris ke
dalam bahasa Indonesia. (2) Pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan dua
konsep yang berbeda, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok.
Misalnya memahami grafik. (3) Pemahaman ekstrapolasi adalah kesanggupan
melihat dibalik yang tertulis, tersirat dan tersurat, meramalkan sesuatu, atau
memperluas wawasan.
Menurut Driver dalam (http://matematika.upi.edu/index.php/)
pemahaman adalah kemampuan untuk menjelaskan situasi atau tindakan yang
meliputi 3 aspek yakni kemampuan mengenal, menjelaskan dan
menginterpretasi atau menarik kesimpulan. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) (1990 : 636) pemahaman adalah proses, perbuatan, cara
memahami atau memahamkan. Menurut Tim SBM PGSD (2007 : 34) bahwa
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

hasil dari pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari hasil pengetahuan hafalan.
Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu
konsep, untuk itu diperlukan adanya hubungan atau pertautan antara konsep
dengan makna yang ada dalam konsep tersebut. Menurut Bloom dalam
(Dimyati dan Mudjiono, 2002:27) pemahaman mencakup kemampuan
menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.
Dari pandapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa pemahaman adalah
proses mengetahui keadaan jiwa melalui ekspresi yang diberikan melalui
indera. Pemahaman yang baik harus disertai pengertian terhadap ekspresi yang
dihadapi. Memahami berarti mengerti benar tentang sesuatu yang dipelajari
sehingga menjadi baik.
Menurut Soedjiran dan Muljono (1989:6) konsep adalah pengertian yang
disimpulkan dari sekumpulan data yang memiliki kesamaan ciri-ciri. Menurut
Nyimas Aisyah, dkk (2008: 8-12) konsep adalah pengertian yang dapat
digunakan atau memungkinkan seseorang untuk mengelompokkan atau
menggolongkan sesuatu objek. Suatu konsep dapat dibatasi dengan suatu
ungkapan yang disebut definisi. Menurut Tom V. Savage dan David G.
Armstong (2000:25) consepts are labels that help people to make sense of
large quantities of information. Berdasarkan uraian tersebut, konsep adalah
label yang digunakan untuk membantu penalaran terhadap jumlah informasi
yang besar. Konsep adalah sesuatu yang abstrak yang menunjuk pada kategori
atau kelas dari suatu kejadian atau hubungan.(http://id.answers.yahoo.com).
Menurut Fakih Samlawi dan Bunyamin Maftuh (1999:6) konsep adalah
kesepakatan bersama untuk penanaman sesuatu dan merupakan alat intelektual
yang membantu kegiatan berfikir dan memecahkan masalah. Menurut Moore
dalam (Fakih Samlawi dan Bunyamin Maftuh, 1999:6) mengungkapkan bahwa
konsep adalah sesuatu yang tersimpan dalam pikiran yang berupa suatu
pemikiran, ide, atau gagasan. Sedangkan menurut Parker dalam (Fakih
Samlawi dan Bunyamin Maftuh, 1999:6) konsep adalah gagasan tentang
sesuatu yang ada dan dapat diwujudkan dengan contoh. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, edisi tiga 2003) konsep adalah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

suatu rancangan. Menurut Leo Sotrisno,dkk (2008:1-12) konsep adalah


representasi yang abstrak dan umum tentang sesuatu, karena bersifat umum
dan abstrak maka konsep barsifat mental. Jadi pemahaman konsep adalah
pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak (Sujarwo
dalam http://lib.atmajaya.ac.id/defaultaspx?tabID = 61&src= k&id= 154753).
Menurut Arthur K. Ellis (1997 : 112) concept is an intellectual tool that
provides its user with generalizable ways of dealing with reality. Berdasarkan
uraian tersebut konsep adalah sebuah alat intelektualyang menyediakan
pemakainya cara yang dapatdijabarkanyang berhubungan dengan kenyataan.
Dari pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa konsep adalah
sesuatu yang sifatnya abstrak yang digunakan untuk menggambarkan suatu
kejadian.
Berdasarkan pendapat dari para ahli tentang pemahaman dan konsep di
atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa pemahaman konsep merupakan
kegiatan lanjutan dari penanaman konsep dengan tujuan agar siswa lebih
memahami sesuatu yang tersimpan dalam pikiran sebagai langkah untuk
memberikan label kepada sesuatu atau sebagai alat untuk berpikir, yang dapat
membantu seseorang untuk mengenal, mengerti, dan memahami terhadap
sesuatu konsep tersebut.

b. Tinjauan Tentang Belajar


1) Pengertian Belajar
Menurut Tim SBM PGSD (2007:2) belajar adalah suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai
hasil proses balajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti barubah
pengetahuannya, pemahamannya, sikap, dan tingkah lakunnya. Menurut
Winkel dalam (Inggridwati Kurnia, 2007:1-3) mendefinisikan belajar
sebagai suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang yang berlangsung
dalam interaksi aktif individu dengan lingkungannya, sehingga
menghasilkan perubahan yang relatif menetap atau bertahan dalam
kemampuan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut Hilgard
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

dalam (Sumadi Suryabrata, 2008 : 232) learning is the process by which an


activity originates or is changed through training procedures (whether in
the laboratory or in the natural environment) as distinguished from change
by factors not attributable to training. Berdasarkan uraian tersebut, belajar
adalah proses dimana kegiatan berasal dari prosedur pelatihan (baik di
dalam laboratorium maupun lingkungan alami) sebagaimana perubahan
ditentukan oleh faktor-faktor bukan disebabkan oleh pelatihan.
Menurut Cronbach dalam (Sumadi Suryabrata, 2008 : 231) lerning is
shown by a change in behavior as a result of experience. Berdasarkan
uraian tersebut, belajar yang sebaik-baiknya adalah yang mengalami, dan
dalam mengalami itu siswa mempergunakan pancainderanya. Menurut
Crow & Crow dalam (Ingridwati Kurnia : 6-4) belajar adalah diperolehnya
kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap. Menurut Slameto dalam
(Ingridwati Kurnia : 1-3) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Dari beberapa pendapat tentang pengertian belajar dapat disimpulkan
bahwa belajar menyangkut 3 hal yaitu belajar dipandang sebagai suatu
proses, hasil dan fungsi. Belajar yang dipandang sebagai suatu proses dalam
hal ini yang diperhatikan adalah melihat apa yang terjadi selama individu
mengalami dan menjalani belajar untuk mencapai tujuan. Selain itu pola-
pola perubahan tingkah laku selama pengalaman belajar berlangsung juga
diperhatikan, sehingga perlu ditekankan pada daya yang menyebabkan
proses belajar berkembang dan berlangsung.
Belajar yang dipandang sebagai hasil maksudnya adalah dalam proses
belajar yang diperhatikan yaitu bentuk terakhir dari perubahan tingkah laku,
sehingga dapat dilihat hasil dalam bentuk konsep dan sikap. Jadi individu
dianggap sudah belajar apabila sudah menguasai atau mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan belajar yang dipandang sebagai
suatu fungsi. Dalam hal ini yang diperhatikan adalah aspek-aspek yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

menentukan dan memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku individu


di dalam proses belajar.
Dengan demikian seorang guru tidak hanya mengetahui bagaimana
hasil yang telah dicapai oleh siswa tetapi juga mengetahui bagaimana dapat
terjadi perubahan-perubahan dalam diri siswa sebagai hasil pengalaman
proses belajar mengajar.
2) Ciri-ciri Belajar
Menurut Sumadi Suryabrata dalam (Tim SBM PGSD: 3) memberikan
ciri-ciri kegiatan yang disebut “belajar” :
a) Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu
yang belajar (dalam arti behavioral changes) baik aktual maupun
potensial.
b) Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kemampuan baru,
yang berlaku dalam waktu yang ralatif lama.
c) Perubahan itu terjadi karena adanya usaha dari individu itu.
3) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Sumadi Suryabrata (2008 : 233) belajar sebagai proses atau
aktivitas dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar adalah :
a) Faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa, dan ini masih dapat
digolongkan menjadi dua yaitu:
1) Faktor-faktor nonsosial, separti keadaan udara, suhu, cuaca, waktu,
tempat, alat yang digunakan untuk belajar.
2) Faktor-faktor sosial, seperti gangguan dari manusia lain.
b) Faktor-faktor yang datang dari dalam diri siswa, dan inipun dapat lagi
digolongkan menjadi dua golongan yaitu:
1) Faktor-faktor fisiologis, seperti nutrisi kurang cukup sehingga lekas
ngantuk, lesu,dan lelah. Selain itu, beberapa penyakit seperti pilek,
sakit gigi, batuk juga sangat menggagu proses belajar.
2) Faktor-faktor psikologis.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

Menurut N. Frandsen dalam (Sumadi Suryabrata : 236-237)


mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang untuk balajar adalah :
(a) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.
(b) Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk
selalu maju.
(c) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan
teman-teman.
(d) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan
usaha yang baru.
(e) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai
pelajaran.
(f) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar.

c. Tinjauan Tentang Pembelajaran


Menurut Gagne dan Briggs dalam ( Nyimas Aisyah, dkk : 1-3)
pembelajaran adalah upaya orang yang tujuannya adalah membantu orang
belajar, secara lebih terinci Gagne mendefinisikan pembelajaran sebagai
seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung
terjadinya beberapa proses belajaryang sifatnya internal. Sedangkan Menurut
Corey dalam (Nyimas Aisyah, dkk : 1-3) pembelajaran adalah suatu proses
dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia
turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respan terhadap
situasi tertentu. Menurut Udin S Winataputra (2007:1.20) pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam ( TIM SBM PGSD : 8)
pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain
instruksional. Untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan
pada penyediaan sumber belajar. Menurut UUSPN no. 20 tahun 2003 dalam
(TIM SBM PGSD : 8) pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

menurut Gagne dalam (Isjoni, 2009:72), an active process and suggests that
teaching involves facilitating active mental process by students, bahwa dalam
proses pembelajaran siswa berada dalam posisi proses mental yang aktif, dan
guru berfungsi mengkondisikan terjadinya pembelajaran. Menurut Oemar
Hamalik (2003:57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun
meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur
yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Tim SBM PGSD (2007 : 7) pembelajaran adalah
membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan pembelajaran diarahkan
untuk membangun kemampuan berfikir dan kemampuan menguasai materi
pembelajaran, dari pengetahuan yang sumbernya dari luar diri siswa kemudian
dikonstruksi dalam diri individu siswa. Pengetahuan tidak diperoleh dengan
cara diberikan atau ditransfer dari orang lain, tetapi dibentuk dan dikonstruksi
oleh individu itu sendiri sehingga siswa itu mampu mengembangkan
intelektualnya. Sedangkan pembelajaran menurut Muhammad Surya dalam
(Isjoni, 2009:72) merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil dan pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Menurut Robertta H. Barba (1998:96) learning is dependent
upon the external environment, but also on the child’s internal processing of
information. Berdasarkan uraian tersebut, pembelajaran bergantung pada
lingkungan luar, tetapi juga bergantung pada proses pengolahan informasi
anak.
Berdasarkan pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu
dan pengetahuan, pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.
Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik
agar dapat belajar dengan baik.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

d. Tinjauan Tentang Ilmu Pengetahuan Alam


1) Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
IPA merupakan salah satu dari banyak jenis ilmu pengetahuan.
Menurut Leo Sutrisno, dkk (2008:1-19) IPA merupakan kemampuan
manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat
(correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan
dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan
kesimpulan yang betul (truth). Jadi, IPA mengandung tiga hal: proses
adalah aktivitas manusia dalam memahami alam semesta, prosedur adalah
pengetahuan IPA dibangun melalui pengamatan yang tepat dan prosedur
yang benar, produk adalah hasil akhir atau kesimpulan yang betul. Menurut
The Liang Gie dalam (Leo Sutrisno, dkk , 2008 :1-16) menyatakan bahwa
science dalah kumpulan sistematis dari pengetahuan. Menurut Purnell’s
dalam (Srini M Iskandar, 2001 : 2) science is the broad field of human
knowledge, acquired by systematic observation and experiment, and
explained by means of rules, laws, principles, theories, and hyphotheses.
Berdasarkan uraian tersebut, IPA adalah pengetahuan manusia yang luas
yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik,
serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-
prinsip, teori-teori dan hipotesis-hipotesis.
Menurut Larasati (http:/www.scribd.com/doc/17087298 /Karakteristik
-Pembelajaran-IPA-SD) IPA secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu
tentang fenomena alam semesta. Dalam kurikulum pendidikan dasar
terdahulu (1994) dijelaskan pengertian IPA (sains) sebagai hasil kegiatan
manusia berupa pengetahun, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang
alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses
ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-
gagasan. Sedangkan dalam kurikulum 2004 sains (IPA) diartikan sebagai
cara mencari tahu secara sistematis tentang alam semesta. Menurut Hendro
dan Jenny dalam http:// www.scribd.com/doc /17087298 /Karakteristik
Pembelajaran-IPA-SD ucapan Einstein: Science is the atempt to make the
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

chaotic diversity of our sense experience correspond to a logically uniform


system of thought, mempertegas bahwa IPA adalah suatu bentuk upaya yang
membuat berbagai pengalaman menjadi suatu sistem pola berpikir yang
logis tertentu, yang dikenal dengan istilah pola berpikir ilmiah. Menurut
Webstrer’s dalam (Srini M Iskandar, 2001 : 2) menyatakan natural science
is knowledge concerned with the physical world and its phenomena, yang
artinya IPA adalah pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya.
Disamping itu, menurut Garis-Garis Besar Program Pengajaran
(GBPP) Kelas V Sekolah Dasar, kurikulum Pendidikan Dasar (1994 : 41),
dijelaskan :
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan hasil kegiatan manusia berupa
pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisir tentang alam sekitar,
yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara
lain penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan. Menurut Srini M.
Iskandar (2001:15) IPA adalah Ilmu Pengetahuan tentang kejadian-kejadian
bersifat kebendaan dan pada umumnya didasarkan atas hasil observasi,
eksperimen dan induksi.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu
Pengetahuan Alam merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari alam
sekitar baik biotik maupun abiotik dengan jalan mengadakan pengamatan
langsung dari berbagai jenis dan lingkungan buatan manusia.
2) Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Menurut kebijaksanaan umum kurikulum berbasis kompetensi (2006)
dalam (Leo Sutrisno, dkk, 2008:2-29) mata pelajaran IPA di SD bertujuan
agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :
a) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari.
b) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan teknologi dan masyarakat.
c) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

d) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,


menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

Menurut GBPP kelas v sekolah dasar (SD), kurikulum pendidikan


dasar (1994 : 146 ) tujuan pembelajaran IPA di kelas v semester II sebagai
berikut :
1. Siswa memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energy serta
fungsinya dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari.
2. Siswa mampu menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan
membuat sesuatu karya / model.
3. Siswa mampu memahami perubahan yang terjadi di alam dan
hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam dan mampu
memanfaatkan sumber daya alam secara tepat.

Dalam penjelasan tersebut jelaslah bahwa dengan diberikannya


pengetahuan ketrampilan proses, berupa percobaan-percobaan konsep IPA
untuk menjelaskan dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

e. Tinjauan Tentang Pembelajaran IPA SD


1) Pengertian pembelajaran IPA
Menurut Srini M. Iskandar (2001: 18-19) pelajaran IPA lebih
mementingkan kemampuan berpikir daripada kemampuan menghafal.
Disamping itu dipentingkan juga kemampuan mengadakan pengamatan
secara teliti, menggunakan prinsip, memecahkan percobaan sederhana,
menyusun data, mengemukakan dugaan .
Pembelajaran IPA merupakan media pengembangan potensi siswa SD
yang didasarkan pada karakteristik psikologis anak, memberikan
kesenangan bermain dan kepuasan intelektual bagi mereka dalam
membongkar misteri, seluk beluk dan teka-teki fenomena alam di sekitar
dirinya, mengembangkan potensi saintis yang terdapat dalam dirinya,
memperbaiki konsepsi mereka yang masih keliru tentang fenomena alam,
sambil membekali keterampilan dan membangun konsep-konsep baru yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

harus dikuasainya (Larasati dalam http://www.scribd.com/ doc/ 17087298/


Karakteristik-Pembelajaran-IPA-SD).
Menurut teori Piaget “Mengenai Perkembangan Kognitif” dalam
(Srini M. Iskandar, 2001:23) berdasarkan jenjang dan karakteristik
perkembangan intelektual anak seusia siswa SD maka penyajian konsep dan
keterampilan dalam pembelajaran IPA harus dimulai dari nyata (konkrit) ke
abstrak; dari mudah ke sukar; dari sederhana ke rumit, dan dari dekat ke
jauh. Dengan kata lain, mulailah dari apa yang ada di sekitar siswa dan yang
dikenal, diminati serta diperlukan siswa. Secara psikologis, anak usia SD
berada dalam dunia bermain. Tugas guru adalah menciptakan dan
mengelompokan suasana bermain tersebut dalam kelas sehingga menjadi
media yang efektif untuk membelajarkan siswa dalam IPA.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran IPA adalah sebagai media pengembangan potensi siswa SD
seharusnya didasarkan pada karakteristik psikologis anak; memberikan
kesenangan bermain dan kepuasan intelektual bagi mereka dalam
membongkar misteri, seluk beluk dan teka-teki fenomena alam di sekitar
dirinya; mengembangkan potensi saintis yang terdapat dalam dirinya;
memperbaiki konsepsi mereka yang masih keliru tentang fenomena alam;
sambil membekali keterampilan dan membangun konsep-konsep baru yang
harus dikuasainya.
2) Prinsip-prinsip Pembelajaran IPA SD
Menurut Leo Sutrisno (2008 : 5.3-5.6) ada lima prinsip utama dalam
pembelajaran IPA, yaitu lima pernyataan tentang kebenaran dalam
pembelajaran IPA yang dijadikan anutan untuk melaksanakan pembelajaran
IPA.
a) Pemahaman tentang dunia di sekitar kita di mulai melalui pengalaman
baik secara inderawi maupan noninderawi.
b) Pengetahuan yang diperoleh tidak pernah terlihat secara langsung,
sehingga perlu diungkap selama proses pembelajaran.
c) Pengetahuan pengalaman mereka pada umumnya kurang konsisten
dengan pengetahuan para ilmuwan, pengetahuan yang anda miliki.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

d) Dalam setiap pengetahuan mengandung fakta, data, konsep, lambing dan


relasi dengan konsep yang lain.
e) IPA terdiri atas produk, proses, dan prosedur.

f. Tinjauan Tentang Materi Sifat-Sifat Cahaya


Cahaya sangat bermanfaat bagi kehidupan. Cahaya membuat dunia ini
terangbenderang. Cahaya membuat kita dapat melihat benda-benda di sekitar
kita. Menurut Choiril Azmiyawati,dkk (2008 : 111-116) Cahaya memiliki
beberapa sifat yaitu: merambat lurus, menembus benda bening, dapat
dipantulkan dan dapat dibiaskan.
1) Cahaya Merambat Lurus
Cahaya yang masuk melalui celah-celah jendela rumah merambat
lurus.
2) Cahaya Menembus Benda Bening
Kaca yang bening dapat ditembus oleh cahaya matahari. Apabila kaca
jendela rumah ditutup dengan menggunakan karton maka cahaya tidak dapat
masuk ke dalam rumah. Hal ini menunjukkan bahwa cahaya hanya dapat
menembus benda yang bening.
3) Cahaya Dapat Dipantulkan
Pemantulan cahaya ada dua jenis yaitu pemantulan baur
(pemantulan difus) dan pemantulan teratur.

Pemantulan baur terjadi apabila cahaya mengenai permukaan yang


kasar atau tidak rata. Pada pemantulan ini, sinar pantul arahnya tidak
beraturan. Sementara itu, pemantulan teratur terjadi jika cahaya mengenai
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

permukaan yang rata, licin, dan mengilap. Permukaan yang mempunyai


sifat seperti ini misalnya cermin. Pada pemantulan ini sinar pantul memiliki
arah yang teratur. Bayangan anak di awal bab ini terjadi karena pemantulan
teratur.
Cermin merupakan salah satu benda yang memantulkan cahaya.
Berdasarkan bentuk permukaannya ada cermin datar dan cermin lengkung.
Cermin lengkung ada dua macam, yaitu cermin cembung dan cermin
cekung.
a) Cermin Datar

Cermin datar yaitu cermin yang permukaan bidang pantulnya datar


dan tidak melengkung. Cermin datar biasakamu gunakan untuk
bercermin. Pada saat bercermin, kamu akan melihat bayanganmu di
dalam cermin.
Sifat-sifat bayangan pada cermin datar :
1) Ukuran (besar dan tinggi) bayangan sama dengan ukuran benda.
2) Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin.
3) Kenampakan bayangan berlawanan dengan benda. Misalnya tangan
kirimu akan menjadi tangan kanan bayanganmu.
4) Bayangan tegak seperti bendanya.
5) Bayangan bersifat semu atau maya. Artinya, bayangan dapat dilihat
dalam cermin, tetapi tidak dapat ditangkap oleh layar.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

b) Cermin Cembung

Cermin cembung yaitu cermin yang permukaan bidang pantulnya


melengkung ke arah luar. Cermin cembung biasa digunakan untuk spion
pada kendaraan bermotor. Bayangan pada cermin cembung bersifat
maya, tegak, dan lebih kecil (diperkecil) daripada benda yang
sesungguhnya.
c) Cermin Cekung

Cermin cekung yaitu cermin yang bidang pantulnya melengkung


ke arah dalam. Cermin cekung biasanya digunakan sebagai reflektor pada
lampu mobil dan lampu senter. Sifat bayangan benda yang dibentuk oleh
cermin cekung sangat bergantung pada letak benda terhadap cermin.
1) Jika benda dekat dengan cermin cekung, bayangan benda bersifat
tegak, lebih besar, dan semu (maya).
2) Jika benda jauh dari cermin cekung, bayangan benda bersifat nyata
(sejati) dan terbalik.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

4) Cahaya dapat dibiaskan


Apabila cahaya merambat melalui dua zat yang kerapatannya berbeda,
cahaya tersebut akan dibelokkan. Peristiwa pembelokan arah rambatan
cahaya setelah melewati medium rambatan yang berbeda disebut
pembiasan. Perhatikan skema pembiasan cahaya berikut!

Apabila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih
rapat, cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Misalnya cahaya
merambat dari udara ke air. Sebaliknya, apabila cahaya merambat dari zat
yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat, cahaya akan dibiaskan menjauhi
garis normal. Misalnya cahaya merambat dari air ke udara.
Pembiasan cahaya sering kamu jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya dasar kolam terlihat lebih dangkal daripada kedalaman
sebenarnya. Gejala pembiasan juga dapat dilihat pada pensil yang
dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air. Pensil tersebut akan tampak
patah.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

2. Tinjauan Tentang Metode STAD


a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran
kelompok. Menurut Slavin (2009 : 8), pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam suatu kelompok kecil yang
memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dan saling berinteraksi antar
anggota kelompok. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama
dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa. Setiap
kelompok yang heterogen yaitu terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis
kelamin dan suku. Menurut Johnson (dalam Isjoni, 2009 : 22) mengemukakan,
“Cooperanon means working together to accomplish shared goals.
Within cooperative activities individuals seek outcomes that are
beneficial to all other groups members. Cooperative learning is the
intructional use of small group that allows students work together to
maximize their own and each other as learning”.

Berdasarkan uraian tersebut, pembelajaran kooperatif mengandung arti


bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif adalah
pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar
anggota lainnya dalam kelompok itu. Menurut Sugiyanto (2008 : 35)
pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada
penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Menurut Robertta H. Barba (1998 : 411) cooperative learning is
arrangement in wich students work in mixed ability groups and are rewarded
on the basis of the success of the group. Berdasarkan uraian tersebut,
pembelajaran kooperatif adalah rangkaian pembelajaran dimana siswa bekerja
dalam grup yang anggotanya memiliki kemampuan yang beragam dan dinilai
atau dihargai berdasarkan keberhasilan grup.
Menurut Davidson dan Warsham dalam (Isjoni, 2009 : 27) pembelajaran
kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil,
siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar baik
pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

Abdulhak dalam (Isjoni, 2009 : 28) menjelaskan bahwa pembelajaran


kooperatif dilaksanakan melalui berbagai proses antara peserta belajar
sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar itu
sendiri.
Dalam jurnal internasional yang ditulis Jacobs&Hannah (dalam
http://www.georgejacobs.net/cooperative.html, diakses pada tanggal 5 Januari
2010) menyatakan bahwa “cooperative learning, also known as collaborative
learning, is a body of concepts and techniques for helping to maximize the
benefits of cooperation among students”. Artinya, pembelajaran kooperatif
yang juga dikenal sebagai pembelajaran kolaboratif, adalah suatu bentuk dari
konsep dan tehnik untuk membantu memaksimalkan keuntungan-keuntungan
kerjasama diantara siswa.
Menurut Nurhadi dan senduk dalam (Made Wena, 2009:189)
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan
interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru
dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa. Sedangkan Abdurrahman dan Bintoro
dalam (Made Wena, 2009:190) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan
interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antarsesama siswa sebagai
latihan hidup di dalam masyarakat nyata.
Dari pengertian di atas disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat (teman
lain) sebagai sumber belajar, di samping guru dan sumber belajar lainnya dan
menekankan pada penggunaan kelompok kecil untuk bekerjasama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
1) Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif
Menurut Isjoni (2009 : 27) ciri dari pembelajaran kooperatif adalah
sebagai berikut :
a) Setiap anggota memiliki peran.
b) Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

c) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga


teman-teman sekelompoknya.
d) Guru membantu mengembangkan ketrampilan-ketrampilan interpersonal
kelompok.
e) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
2) Tujuan Pembelajaran kooperatif
Menurut Ibrahim, et al dalam (Isjoni, 2009 : 39-41) model
pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya
tiga tujuan pembelajaran, yaitu:
a) Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan
sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis
penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul
dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para
pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur
penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada
belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil
belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil
belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada
siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama
menyelesaikan tugas-tugas akademik.
b) Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan
secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas
sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif
memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi
untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan
melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai
satu sama lain.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

c) Pengembangan keterampilan sosial


Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah,
mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi.
Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat
ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
3) Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (1995:2), pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan
dan kekurangan. Kelebihan pembelajaran kooperatif adalah meningkatkan
kemampuan siswa, meningkatkan rasa percaya diri, menumbuhkan
keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian yang ada dan
mamperbaiki hubungan antar kelompok. Sedangkan kelemahan
pembelajaran kooperatif adalah memerlukan persiapan yang rumit untuk
melaksanakannya bila terjadi persaingan negatif maka hasilnya akan buruk,
dan bila ada siswa yang malas atau ada yang ingin berkuasa maka dalam
kelompok akan terjadi kesenjangan sehingga usa kelompok tidak berjalan
semestinya.
Jarolimek dan Parker dalam (Isjoni, 2009: 36) mengatakan
keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran ini adalah: 1) saling
ketergantungan yang positif, 2) adanya pengakuan dalam merespon
perbedaan individu, 3) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan
kelas, 4) suasana kelas yang rileks dan menyenangkan, 5) terjalinnya
hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru, 6)
memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi
yang menyenangkan.
4) Bentuk-Bentuk Pembelajaran Kooperatif
Menurut Isjoni (2009 : 73), dalam pembelajaran kooperatif terdapat
beberapa variasi model yang dapat diterapkan , yaitu :
a) Student Team Achievement Division (STAD)
b) Jigsaw
c) Teams Games Tournaments (TGT)
d) Group Investigation (GI)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

e) Rotating Trio Exchange


f) Group Resume

b. Tinjauan Tentang Metode STAD (Student Team Achievement Division)


1) Pengertian Metode
Dalam(http://ktiptk.blogspirit.com/archive/2009/01/26/pengertian-
metode.html) metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti
cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka
metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang
menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Menurut Sagala dalam (Ruminiati,
2008:2-3) metode adalah cara yang digunakan guru atau siswa dalam
mengolah informasi yang berupa fakta, data dan konsep, pada proses
pembelajaran yang mungkin terjadi dalam suatu strategi. Menurut Tim SBM
PGSD (2007 : 23) metode mengajar adalah cara yang digunakan guru agar
timbul proses belajar mengajar sehubungan dengan strategi yang digunakan.
Menurut Hairudin, dkk (2007 : 2-25) metode adalah rencana penyajian
bahan yang menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan
pendekatan tertentu. Jadi metode merupakan cara melaksanakan pekerjaan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode
mengajar adalah suatu cara mengajarkan topik tertentu sehingga topik yang
diajarkan dapat diterima oleh siswa dengan mudah dan dapat mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
2) Pengertian Metode STAD (Student Team Achievement Division)
Menurut Slavin (2009 : 12), gagasan utama dari metode STAD adalah
untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu
satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru.
Dalam metode STAD siswa ditempatkan dalam kelompok belajar
beranggotakan empat atau lima orang yang merupakan campuran menurut
kinerja, jenis kelamin dan suku. Metode STAD lebih menekankan pada
kegiatan belajar kelompok, dimana siswa secara aktif melakukan diskusi,
kerjasama, saling membantu, dan semua anggota kelompok mempunyai
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

peran dan tanggung jawab yang sama. Menurut Slavin (2009:143) metode
STAD adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana, dan merupakan metode yang paling baik bagi para guru yang
baru menggunakan pembelajaran kooperatif.
Menurut Isjoni (2009:74) STAD merupakan salah satu tipe kooperatif
yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk
saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran
guna mencapai prestasi yang maksimal. Slavin (2009:141) berpendapat
metode STAD merupakan metode yang digunakan secara terstruktur,
metode STAD merupakan metode yang terdapat dalam pembelajaran
kooperatif yang paling tua dan paling banyak digunakan dalam penelitian
pendidikan, termasuk juga dalam penampaian materi dikelas.
3) Komponen Metode STAD
Menurut Slavin (2009 : 143-160), metode STAD terdiri dari lima
komponen utama yaitu:
a) Presentasi Kelas
Materi dalam metode STAD adalah pengenalan awal dalam
presentasi kelas. Dalam presentasi kelas ini, guru mengajarkan materi
secara langsung dalam pertemuan kelas. Presentasi kelas dalam metode
STAD berbeda dengan presentasi kelas yang dilakukan guru pada
umumnya. Hal ini disebabkan karena presentasi kelas dalam metode
STAD hanya dilakukan pada hal-hal pokok saja. Dengan cara ini siswa
dituntut untuk sungguh-sungguh dalam memperhatikan materi yang
diberikan oleh guru dalam presentasi kelas karena akan membantu
mereka dalam mengerjakan kuis dan menentuan skor dari pengerjaan
kuis yang nantinya akan mempengaruhi skor kelompok mereka.
b) Tim (Kelompok)
Kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang mempunyai karakteristik
yang berbeda-beda atau heterogen baik dalam penguasaan materi, jenis
kelamin maupun keturunan. Fungsi utama dari kelompok adalah
memastikan bahwa semua anggota kelompok dapat belajar dan juga
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

untuk mempersiapkan anggota kelompok dalam memghadapi tes. Setelah


guru mempresentasikan materi, kelompok segera mempelajari laembar
kerja atau tugas yang diberikan oleh guru. Bila terdapat kesulitan maka
anggota kelompok secara bersama mendiskusikan kesulitan tersebut,
membandingkan jawaban-jawaban dari masing-masing anggota dan
membetulkan kesalahan-kesalahan konsep dari anggota kelompok.
Kelompok merupakan hal yang sangat penying dalam metode STAD.
Pada setiap pendapat, tekanan diberikan pada anggota kelompok yang
terbaik dan anggota kelompok yang terbaik tersebut harus membantu
anggota kelompok lain dalam penguasaan materi.
c) Kuis (Tes Individu)
Setelah kurang lebih 1-2 pertemuan dari presentasi guru dan 1-2
kali kelompok melakukan latihan dalam kelompoknya, siswa diberi tes
individu. Siswa tidak boleh saling membantu selama tes. Jadi setiap
siswa bertanggung jawab secara individu dalam menguasai materi
pembelajaran yang telah diberikan. Hasil selanjutnya diberi skor.
d) Skor Kemajuan Individual
Maksud dari skor kemajuan individual adalah memberikan nilai
pada setiap siswa yang dapat dicapai jijka meraka bekerja keras dan
mengerjakan lebih baik dari pada materi yang telah lampau. Keadaanya
mungkin siswa mengalami peningkatan skor atau bahkan menurun.
Kemudian guru menghitung besarnya skor perkembangan yaitu dengan
membandingkan skor tes materi yang lalu dengan skor yang baru.
e) Rekognisi Tim
Setelah melakukan kuis, perhitungan skor perkembangan individu
dan skor kelompok dilakukan. Skor individu setiap anggota kelompok
memberikan sumbangan pada skor kelompok berdasarkan skor pada kuis
sebelumnya dengan skor kuis terakhir.
4) Persiapan dalam Penggunaan Metode STAD
Dalam penggunaan metode STAD, menurut Slavin (2009 :147-151)
guru-guru perlu mempersiapkan hal-hal sebagai berikut :
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29

a) Materi
Materi ajar dapat dibuat oleh guru berupa Lembar Kerja Siswa
(LKS). Lembar kerja siswa ini dilengkapi dengan kunci jawabannya.
Selain itu guru juga harus mempersiapkan kuis untuk tiap unit atau
kompetensi dasar yang telah direncanakan untuk diajarkan.
b) Membagi para Siswa ke dalam Kelompok
Sebuah kelompok dalam metode STAD merupakan sebuah
kelompok yang terdiri dari empat atau lima siswa yang heterogen.
c) Menentukan Skor Awal Pertama
Skor dasar awal dapat diambil dari skor rata-rata siswa pada kuis
sebelumnya. Apabila sebelumnya belum pernah diadakan kuis, skor
dasar awal dapat diambil dari nilai final siswa dari tahun yang lalu.
d) Membangun Tim
Sebelum memulai program pembelajaran kooperatif, akan sangat
baik jika memulai dengan satu atau lebih latihan pembentukan tim
sekadar untuk memberi kesempatan kepada anggota tim untuk
melakukan sesuatu yang menyenangkan dan untuk saling mengenal satu
sama lain.
5) Langkah-langkah Penerapan Metode STAD
Berikut ini disajikan langkah-langkah pembelajaran STAD menurut
pendapat Agus Suprijono (2009: 36) adalah sebagai berikut:
a) Membentuk kelompok yang anggotanya empat orang secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain).
b) Guru menyajikan pelajaran.
c) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-
anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan
pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu
mengerti.
d) Guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat
menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
e) Memberi evaluasi.
f) Kesimpulan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30

6) Tahap Pelaksanaan dalam Metode STAD


Pada proses pembelajarannya, menurut Slavin dalam (Isjoni, 2009 :
74-76) metode STAD melalui lima tahapan yaitu :
a) Penyajian Materi
Tiap pelajaran dalam metode STAD selalu dimulai dengan
presentasi kelas. Presentasi kelas meliputi pendahuluan, inti yang dapat
berisi komponen presentasi bahan dan latihan terbimbing dari
keseluruhan pelajaran.
b) Pendahuluan
Dalam pendahuluan guru menekankan pada apa yang akan
dipelajari peserta didik dan mengapa pelajaran itu penting. Hal ini
dilaksanakan untuk memotivasi siswa dalam mempelajari konsep yang
akan diajarkan.
c) Presentasi
1). Menentukan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
2). Pembelajaran kooperatif menekankan bahwa belajar adalah
memahami makna dan bukan hafalan.
3). Memberikan penjelasan mengapa jawaban pertanyaan benar atau
salah.
4). Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah menguasai pokok
permasalahannya.
d) Latihan Terbimbing
1). Menyuruh siwa mengerjakan soal atau pertanyaan yang diberikan.
2). Memanggil siswa secara random untuk menyelesaikan soal.
3). Pemberian tugas kelas
e) Belajar Kelompok
Selama kegiatan kelompok, masing-masing siswa bertugas
mempelajari materi yang telah disajikan oleh guru dan membantu teman
sekelompok untuk menguasai bahan pelajaran tersebut. Guru
memberikan lembar kegiatan untuk dikerjakan siswa. Setiap siwa harus
mengerjakan sendiri secara mandiri dan selanjutnya saling mencocokan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31

jawabannya dengan teman sekelompoknnya. Apabila teman


sekelompoknya ada yang kurang memahami, maka anggota kelompok
yang lain harus membantunya. Guru harus menekankan bahwa kegiatan
yang dipelajari bukan untuk diisi dan diserahkan kepada guru. Apabila
siswa mempunyai permasalahan, sebaiknya ditanyakan dahulu kepada
seluruh anggota kelompoknya sebelum ditanyakan kepada guru.
f) Kuis
Pada saat mengerjakan kuis siswa tidak boleh saling bekerja sama.
Siswa harus menunjukan bahwa mereka telah belajar secara individual.
Siswa juga tidak diperbolehkan bertukar lembar jawaban dengan anggota
kelompok yang lain.
g) Penghargaan Kelompok
Setelah diadakan kuis, guru mengumumkan skor perkembangan
individu dan skor kelompok dan memberikan penghargaan kepada
kelompok yang memperoleh skor tinggi.
7) Penilaian/Skoring dalam Metode STAD
Menurut Muhamad Nur (2005:23), penilaian/scoring pada metode
STAD meliputi 3 hal yaitu :
a) Skor Dasar
Skor dasar adalah skor yang diperoleh dari rata-rata siswa pada
kuis sebelumnya atau dapat juga diperoleh dari nilai final siswa dari
tahun yang lalu.
b) Skor perkembangan
Skor perkembangan adalah skor perbandingan antara skor dasar
dengan skor kuis. Skor ini diperoleh berdasarkan seberapa besar skor
kuis siswa melampaui skor dasar mereka.
c) Skor Kelompok
Skor kelompok adalah jumlah dari skor perkembangan semua
anggota kelompok dibagi jumlah anggota kelompok. Laporan nilai akhir
dalam metode STAD didasarkan pada skor kuis sebenarnya, bukan
didasarkan pada skor perkembangan atau skor kelompok.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32

Menurut Slavin (2009:159), skor perkembangan individu untuk


tiap-tiap kuis individual dalam metode STAD dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 : Skor Perkembangan Individu
Nilai Kuis Nilai Perkembangan
1. Lebih dari 10 poin di bawah nilai awal 5
2. 10 poin sampai 1 poin di bawah nilai awal 10
3. Sama dengan nilai awal sampai dengan 10 poin 20
di atas nilai awal
4. Lebih dari 10 poin di atas nilai awal 30
5. Betul semua (nilai sempurrna) 30
Slavin (2009:159)
Menurut Slavin dalam (Isjoni, 2009:76), nilai perkembangan yang
diperoleh kelompok terdapat tiga tingkat penghargaan yang diberikan
untuk prestasi kelompok, yaitu :
a) Super Team (Kelompok istimewa), diberikan bagi kelompok yang
memperoleh skor rata-rata lebih besar atau sama dengan 25.
b) Great Team (Kelompok hebat), diberikan bagi kelompok yang
memperoleh skor rata-rata antara 20 sampai kurang dari 25.
c) Good Team (Kelompok baik), diberikan bagi kelompok yang
memperoleh skor antara 15 sampai kurang dari 20.

B. Penelitian Yang Relevan


Adapun beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:
1. Hasil Penelitian Tindakan Kelas oleh Yohana Tatik Listyowati dalam
skripsinya dengan menerapkan pembelajaran kooperatif (STAD) pada anak
berkesulitan belajar Matematika di kelas V B SD Negeri Cemara Dua No. 13
Kecamatan Banjarsari Surakarta menunjukkan adanya peningkatan. Terbukti
pada rata-rata ulangan harian dari sebelum tindakan adalah 68 dengan
ketuntasan klasikal 70% ≥ 65 (KKM), pada siklus I rata-rata ulangan
meningkat menjadi 80,05 dengan ketuntasan klasikal 90% ≥ 65 (KKM),
kemudian pada siklus II rata-rata ulangan meningkat menjadi 80,30 dengan
ketuntasan klasikal 95% ≥ 65 (KKM).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33

2. Wiwin Setyowati. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe


“Student Team Achievement Division” (STAD) Untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa : Penelitian Tindakan Kelas Di SMAN 9 Surakarta. Hasil belajar
Fisika siswa dari siklus I ke siklus II meningkat 20,51% (siklus I = 61,54% dan
siklus II = 82,05%). Keaktivan belajar siswa meningkat 12,8% dari siklus I ke
siklus II (siklus I = 76,9% dan siklus II = 89,7%). Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat meningkatkan prestasi belajar Fisika siswa kelas X semester ganjil
SMAN 8 Surakarta pokok bahasan Dinamika Partikel.
3. Penelitian yang dilaksanakan oleh Yona Kristianto Mutiasmoro yang berjudul
Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Dengan Model Pembelajaran
Cooperative Learning Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Pada
Pokok Bahasan Perbandingan Dan Fungsi Trigonometri Sub Pokok Bahasan
Aturan Sinus Cosinus Dan Luas Segitiga Pada Kelas X-2 Di SMA Masehi 1
PSAK, Jl Pasir Mas Raya No1 Semarang. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dari nilai rata-rata tes
matematika semester 1 adalah 51 menjadi 74,44 pada pokok bahasan
perbandingan dan fungsi trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus
dan luas segitiga pada siswa kelas X-2 di SMA Masehi 1 PSAK.

C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori yang dikemukakan di atas maka dapat disusun
suatu kerangka pemikiran. Pada kondisi awal pembelajaran sebelum menerapkan
metode STAD, guru masih menggunakan pembelajaran konvensional. Siswa
menjadi lebih cepat bosan dan informasi yang disampaikan sulit diserap oleh
siswa serta tidak merangsang kreativitas dan partisipasi siswa, Guru lebih
menekankan pada terselesainya materi pelajaran daripada tingkat kemampuan
siswa dalam memahami materi, komunikasi pembelajaran hanya satu arah
sehingga kurang adanya timbal balik antara guru dengan siswa untuk aktif dan
kreatif dalam menyerap dan mempertajam gagasannya, siswa masih merasa malu
untuk bertanya kepada guru tentang materi yang belum mereka pahami sehingga
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

34

membuat siswa kurang aktif dalam pembelajaran, siswa menganggap bahwa IPA
merupakan mata pelajaran yang sulit sehingga mereka enggan mempelajarinya.
Akibat dari permasalahan tersebut dapat mempengaruhi pemahaman siswa
terhadap konsep sifat-sifat cahaya cenderung rendah.
Dengan kondisi tersebut, maka peneliti melaksanakan tindakan dengan
menerapkan metode STAD untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang
konsep sifat-sifat cahaya. Pada kondisi akhir pembelajaran, partisipasi, kerja
sama, tanggungjawab dan kreativitas siswa dalam pembelajaran dapat meningkat
sehingga pembelajaran dapat lebih bermakna dan pada akhirnya pemahaman
terhadap konsep sifat-sifat cahaya meningkat.
Dari pemikiran di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran dalam
penelitian ini sebagai berikut:
Pemahaman siswa
terhadap konsep sifat-
Kondisi Awal Guru menggunakan
sifat cahaya rendah
metode konvensional

Penerapan metode STAD Diharapkan pemahaman


Tindakan : Siswa dapat bekerja siswa terhadap konsep
sama dengan teman sifat-sifat cahaya
sebayanya, sharing, meningkat
saling asah, asih dan asuh

Pemahaman siswa
Kondisi Akhir terhadap konsep sifat-sifat
cahaya meningkat

Gambar 1 : Bagan Kerangka Berpikir

D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
“Melalui penerapan Metode “Student Team Achievement Division” (STAD) dapat
meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN
Dukuhan Kerten No.58 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010”.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat, Waktu dan Subjek Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Dukuhan Kerten No.58 Surakarta.
Alasan peneliti memilih sekolah tersebut karena banyak siswa yang belum
dapat memahami konsep sifat-sifat cahaya dengan baik, hal ini terjadi karena
guru masih menggunakan metode pembelajaran yang monoton dan kurang
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa cenderung pasif.
2. Waktu Penelitian
Rencananya tahap persiapan hingga pelaporan hasil pengembangan akan
dilakukan selama 6 bulan, yakni mulai bulan Februari sampai dengan Juli
2010. Tahap perencanaan akan dilaksanakan pada maret, tahap pelaksanaan
dimulai bulan april.
3. Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan pada guru dan siswa kelas V semester II di SDN
Dukuhan Kerten No. 58, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta tahun ajaran
2009/2010 yang berjumlah 34 siswa terdiri dari 14 siswa putri dan 20 siswa
putra dan objek penelitian yang digunakan adalah mata pelajaran IPA pada
pokok bahasan sifat-sifat cahaya.

B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan (action research) dan
dilaksanakan di kelas sehingga disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut
Suharsimi Arikunto (2007: 3) penelitian tindakan kelas adalah pencermatan
sebuah kegiatan pembelajaran dengan suatu tindakan yang sengaja dimunculkan
dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

36

C. Data Penelitian
Data penelitian diperoleh setelah melakukan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) kemudian data-data tersebut dikumpulkan melalui beberapa teknik
pengumpulan data diantaranya observasi, wawancara, dokumen dan tes hasil
belajar. Sumber data penelitian adalah siswa kelas V (lima) SDN Dukuhan Kerten
No.58 Surakarta Tahun pelajaran 2009/ 2010 dan guru kelas V (lima) serta
lingkungan yang mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Sebagai sumber
data dalam penelitian ini adalah :
1. Siswa SD kelas V SDN Dukuhan Kerten No.58 Surakarta.
2. Hasil jawaban subjek penelitian secara tertulis dalam menyelesaikan soal-soal
yang berhubungan dengan sifat-sifat cahaya, yang diperoleh melalui tes awal
penelitian dan tes pada akhir tiap-tiap tindakan.
3. Jawaban subjek penelitian berupa pernyataan verbal atau kata-kata yang
diperoleh dari hasil wawancara antara peneliti dengan subjek penelitian.
4. Hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan peneliti dan guru kelas V
tentang pelaksanaan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD.

D. Teknik Pengumpulan Data


Dalam pelaksanaan pengumpulan data dalam Penelitian Tindakan Kelas
perlu catatan yang dituangkan dalam teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat
menentukan dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Menurut Gulo
dalam (Ingridwati Kurnia, 2007:4-2) mengatakan bahwa observasi adalah
metode pengumpulan data di mana peneliti atau kolaboratornya mencatat
informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama pengamatan. Menurut
(Sugiyono, 2007 : 64) lembar observasi digunakan untuk mengobservasi
aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran dengan model kooperatif
tipe STAD berlangsung. Aktivitas siswa yang diamati dengan menggunakan
lembar observasi adalah keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

37

minat, dan psikomotorik sedangkan aktivitas guru berupa lembar observasi


kelas.
Untuk kegiatan guru observasi dilakukan secara langsung pada saat
pembelajaran di kelas guna mengumpulkan data secara kualitatif mengenai
aktifitas guru dan siswa. Tujuannya untuk mencatat masalah yang terjadi pada
saat tindakan yang kemudian akan menjadi refleksi sebagai tindak lanjut.
Langkah-langkah observasi meliputi perencanaan, pelaksanaan observasi kelas
dan pembahasan balikan.
2. Wawancara
Menurut Ingridwati Kurnia (2007:4-24) wawancara adalah suatu teknik
pengumpulan data dengan tanya jawab secara lisan baik langsung maupun
tidak langsung yang terarah pada tujuan tertentu. Menurut Esterberg dalam
(Sugiyono, 2007 : 72) wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan makna
dalam satu topik tertentu. Menurut Lexy J. Moleong (2007: 186) wawancara
adalah percakapan dengan suatu maksud tertentu yang dilakukan oleh dua
pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan.
Dengan wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih
mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena
yang terjadi, dimana hal ini tidak ditemukan melalui observasi. Wawancara
dilakukan terhadap siswa setelah proses tindakan dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui pendapat mereka tentang kendala atau kesulitan serta
keaktifan dan motivasi belajar yang mereka dapat dari penerapan metode
inkuiri dalam pembelajaran IPA. Selain itu, wawancara juga dilakukan
terhadap guru untuk mengumpulkan informasi mengenai kebaikan dan
kekurangan serta kendala yang ditemukan pada saat menggunaka model
pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).
3. Tes
Menurut Suharsimi Arikunto dalam Rameli (2009:37) mengemukakan
bahwa tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

38

sebagai alat pengukuran keterampilan, sikap, pengetahuan, intelegensi


kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar IPA siswa
pada pokok bahasan sifat-sifat cahaya. Bentuk tes yang digunakan adalah tes
tertulis yaitu pada setiap akhir pelaksanaan tindakan. Tes ini mempunyai tujuan
untuk mengetahui adanya peningkatan pemahaman siswa pada konsep sifat-
sifat cahaya.
4. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2008:240) dokumen merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Menurut Suharsimi Arikunto (1996:234) Metode
dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, agenda
dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk memperoleh data berupa tindakan
dan hasil observasi proses pembelajaran.

E. Validitas Data
Menurut Suharsimi Arikunto (2008:12), di dalam penelitian diperlukan
adanya validitas data, maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan
hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti. Menurut
Patton dalam Herybertus B.Sutopo (1996: 70 ) teknik Trianggulasi ada empat
teknik yaitu : Trianggulasi data, trianggulasi metode, trianggulasi teori, dan
trianggulasi peneliti.
Dalam penelitian ini untuk menguji validitas data peneliti menggunakan
validitas isi dan trianggulasi data.
a. Validitas isi
Sebuah tes dikatakan memiliki isi apabila di dalamnya mengukur tujuan
khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan
oleh guru dalam pembelajaran. Pada penelitian ini data yang diukur
menggunakan validitas isi yaitu tes yang digunakan untuk mengukur
kemampuan menyelesaikan soal cerita dengan materi yang diajarkan di kelas
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

39

V, maka pada penyusunan dilakukan dengan cara memerinci kurikulum


ataupun materi pelajaran. Oleh karena itu materi yang diajarkan tertera dalam
kurikulum maka validitas isi ini sering disebut validitas kurikuler.
b. Triangulasi Data
Triangulasi data yaitu teknik yang dilakukan untuk memeriksa keabsahan
atau kebenaran data yang diperoleh dari sumber lain yaitu guru dan siswa.
Teknik trangulasi data digunakan dalam rangka memperoleh kepercayaan data
yang maksimal. Teknik ini digunakan melalui kegiatan reflektif, kolaboratif
antara guru dan peneliti. Selain itu, dilakukan juga wawancara dengan siswa
untuk mendapatkan gambaran tentang persepsi siswa terhadap penerapan
metode STAD dalam pembelajaran IPA terutama dalam konsep cahaya. Hasil
triangulasi kemudian dijabarkan melalui Laporan Naratif Deskripstif.
Triangulasi data diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih
tepat, sesuai keadaan siswa kelas V SDN Dukuhan Kerten no. 58 Surakarta,
misalnya membandingkan hasil pengamatan dengan data isi dokumen yang
terkait yaitu pengamatan dari proses pembelajaran, nilai siswa, absensi,
silabus, RPP, dan foto.
F. Teknis Analisis Data
Teknik analisis data menggunakan teknik analisis interaktif. Menurut H.B
Sutopo ( 2003:18 ), dalam proses analisis data ada tiga komponen yang harus
didasari oleh peneliti, tiga komponen tersebut adalah :
1) Reduksi data
Data reduksi merupakan data yang diperoleh dari hasil observasi dan
wawancara ditulis dalam bentuk rekaman data, dikumpulkan, dirangkum, dan
dipilih hal-hal yang pokok, kemudian dicari polanya. Jadi, rekaman data
sebagai bahan data mentah disusun lebih sistematis, ditonjolkan pokok-pokok
yang penting sehingga lebih tajam hasil pengamatan dalan penelitian ini, juga
mempermudah peneliti untuk mencatat kembali data yang diperoleh bila
diperlukan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

40

2) Penyajian data
Data yang telah direduksi dan dikelompokkan dalam berbagai pola
dideskripsikan dalam bentuk kata-kata yang berguna untuk melihat gambaran
keseluruhan atau bagian tertentu. Penyajian data ini ditulis dalam paparan data.
3) Penarikan simpulan atau verivikasi
Data yang diperoleh dicari pola, hubungan, atau hal-hal yang sering
timbul dari data tersebut kemudian dihasilkan simpulan sementara yang disebut
dengan temuan peneliti. Penarikan simpulan dilakukan terhadap temuan
peneliti berupa indikator-indikator yang selanjutnya dilakukan pemaknaan atau
refleksi sehingga memperoleh simpulan akhir. Hasil simpulan akhir dilakukan
refleksi untuk menentukan atau menyusun rencana tindakan berikutnya.
Untuk memperjelas proses analisis interaktif disajikan pada Gambar 2
sebagai berikut:

Pengumpulan
Sajian Data
data

Penarikan
Reduksi data
Kesimpulan

Gambar 2 : Bagan Teknik Analisis Data


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

41

G. Strategi Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan strategi tindakan kelas. Menurut
Suharsimi Arikunto (2007:16) disajikan pada Gambar 3 sebagai berikut:

perencanaan

refleksi siklus I pelaksanaan

pengamatan

perencanaan

refleksi Siklus II pelaksanaan

pengamatan
?
Gambar 3 : Bagan Strategi Penelitian

H. Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan
atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Pada
penelitian ini, indikator yang menjadi pedoman keberhasilan adalah meningkatnya
pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN Dukuhan Kerten
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 melalui
penerapan metode STAD. Indikator penelitian bersumber dari kurikulum dan
silabus KTSP IPA kelas V serta Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah
ditetapkan oleh kepala sekolah dan guru kelas V, yaitu 63.
Pada siklus I pembelajaran dikatakan berhasil apabila pemahaman konsep
siswa mencapai rata-rata kelas 65 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 63
mencapai 75 % . Pada siklus II pembelajaran dikatakan berhasil apabila
kemampuan pemahaman konsepsifat-safat cahaya mencapai rata-rata kelas 7,0
dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 63 mencapai 85 %.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

42

I. Prosedur penelitian
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti, guru kelas dan kepala sekolah menyusun rencana
tindakan yang didasarkan pada studi pendahuluan yang telah dilakukan.
Adapun tahap perencanaan ini berisi tindakan apa yang akan dilakukan, materi
dan model pembelajaran yang akan digunakan, siapa yang akan melaksanakan,
waktu pelaksanaannya, dan bagaimana melaksanakannya termasuk penyusunan
rencana pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran koooperatif
tipe STAD yang akan digunakan dalam pembelajaran serta instrument yang
akan dipakai untuk pemantauan dan evaluasi kegiatan dirancang secara
bersama-sama.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahapan kegiatan dalam penelitian ini menggunakan model Kemmis dan
Taggart yang meliputi empat tahap yaitu, perencanaan, tindakan, observasi dan
refleksi, dilakukan secara terus menerus, berkesinambungan sampai hasil yang
diharapkan sesuai dengan indikatornyang ditetapkan tercapai.
Pelaksanaan tindakan ini didasarkan pada perencanaan yang telah
disusun. Dalam pelaksanaannya, tindakan dilakukan oleh guru kelas V. pada
saat guru kelas melakukan tindakan, peneliti beserta kepala sekolah bertindak
sebagai pengarah, motivator, dan pengamat. Pada saat peneliti melakukan
tindakan, guru kelas bertindak sebagai observer sehingga terjalin kerjasama
yang baik. Setelah satu siklus terlaksana diadakan diskusi hasil temuan dari
pengamatan yang dilakukan sebagai refleksi untuk perencanaan kembali untuk
memperbaiki temuan dalam siklus 1.
1. Rancangan Siklus I
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan ini peneliti menyusun rencana tindakan
yang didasarkan pada hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan.
Dalam hal ini guru dan peneliti menyamakan persepsi tentang
permasalahan yang ditemui dan menjabarkannya serinci mungkin.
Bentuk rencana tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

43

1). Membuat skenario pembelajaran.


2). Mempersiapkan media atau peralatan yang akan digunakan.
3). Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar
mengajar di kelas ketika diajarkan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
4). Menyiapkan sumber pelajaran meliputi LKS yang diperlukan dalam
membuat siswa memahami materi pelajaran yang akan diajarkan.
5). Membuat alat evaluasi untuk melihat apakah pemahaman konsep
sifat-sifat cahaya pada pelajaran IPA dengan menggunakan model
pembelajaran yang digunakan dapat ditingkatkan.
b. Tahap pelaksanaan Tindakan
Setelah membuat rencana yang matang maka langkah selanjutnya
adalah melaksanakan rencana tersebut sebagai tindakan yang mengacu
pada skenario dan langkah kegiatan mengajar. Dalam pelaksanaan guru
harus mengingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan
dalam rancangan dan berlaku secara wajar.
1. Pada pertemuan I
a) Kegiatan awal
1) Berdo’a dan presensi
2) Sebelum proses pembelajaran berlangsung, guru melakukan
apersepsi dengan cara mengaitkan materi yang telah dipelajari
oleh siswa sebelumnya mengenai sumber cahaya.
3) Guru mengantarkan siswa pada materi yang akan dipelajari
yaitu tentang sifat-sifat cahaya dengan menyalakan lilin di
depan kelas, karena lilin merupakan salah satu sumber cahaya.
4) Guru menyampaikan tujun pembelajaran pada siswa.
b) Kegiatan inti
1) siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5-
6 orang. Tiap kelompok memiliki anggota yang heterogen, baik
jenis kelamin, ras, etnik, maupaun kemampuan akademik
(tinggi, sedang, rendah).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

44

2) Siswa menunjuk salah satu teman sebagai ketua kelompok,


kemudian ketua kelompok mengabil alat-alat percobaan yang
telah disiapkan guru.
3) Guru membimbing siswa melakukan percobaan tentang sifat-
sifat cahaya yaitu cahaya merambat lurus dan cahaya menembus
benda bening.
4) Tiap anggota kelompok menggunakan LKS (lampiran 4
halaman 115-117) dan kemudian saling membantu untuk
menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi tentang
percobaan yang dilakukan antar sesama anggota kelompok.
5) Secara bergantian, setiap kelompok mengirimkan wakilnya
untuk membacakan hasil diskusi kelompok di depan kalas.
c) Kegiatan akhir
1) Siswa bersama guru menyimpulkan materi tentang sifat-sifat
cahaya yaitu cahaya merambat lurus dan menembus benda
bening.
2) Siswa mengumpulkan hasil kerja kelompoknya.
3) Siswa mengerjakan tes individual pada akhir pelajaran tentang
materi sifat-sifat cahaya merambat lurus dan menembus benda
bening yang telah didiskusikan. Individu atau tim yang
memperoleh skor tinggi diberi penghargaan oleh guru.
2. Pada pertemuan II
a) Kegiatan awal
1) Berdo’a dan presensi
2) Sebelum proses pembelajaran berlangsung, guru melakukan
apersepsi dengan cara mengaitkan materi yang telah dipelajari
oleh siswa sebelumnya mengenai sifat-sifat cahaya yaitu cahaya
merambat lurus dan menembus benda bening.
3) Guru mengantarkan siswa pada materi yang akan dipelajari
yaitu tentang sifat-sifat cahaya yaitu cahaya dapat dipantulakan
dengan mengajukan pertanyaan pada siwa “ Siapa yang pernah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

45

bercermin?”, “Bagaimana bayangan yang terbentuk pada


cermin?”.
4) Guru menyampaikan tujun pembelajaran pada siswa.
b) Kegiatan inti
1) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan
4-6 orang. Tiap kelompok memiliki anggota yang heterogen,
baik jenis kelamin, ras, etnik, maupaun kemampuan akademik
(tinggi, sedang, rendah).
2) Siswa menunjuk salah satu teman sebagai ketua kelompok,
kemudian ketua kelompok mengabil alat-alat percobaan yang
telah disiapkan guru.
3) Guru membimbing siswa melakukan percobaan tentang sifat-
sifat cahaya yaitu cahaya dapat dipantulkan dan dapat dibiaskan.
4) Tiap anggota kelompok menggunakan LKS (lampiran
4 halaman 118-120) dan kemudian saling membantu untuk
menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi tentang
percobaan yang dilakukan antar sesama anggota kelompok.
5) Secara bergantian, setiap kelompok mengirimkan wakilnya
untuk membacakan hasil diskusi kelompok di depan kalas.
c) Kegiatan akhir
1) Siswa bersama guru menyimpulkan materi tentang sifat-sifat
cahaya dapat dipantulkan dan dapat dibiaskan.
2) Siswa mengumpulkan hasil kerja kelompoknya.
3) Siswa mengerjakan tes individual pada akhir pelajaran tentang
materi sifat-sifat cahaya dapat dipantulkan dan dapat dibiaskan.
yang telah didiskusikan. Individu atau tim yang memperoleh
skor tinggi diberi penghargaan oleh guru.
c. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan. Kegiatan ini dilakukan dengan mengamati dan mencatat secara
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

46

cermat setiap gejala baik mengenai tindakan, pelaksanaan tindakan,


maupun akibat dari tindakan-tindakan tersebut.
d. Refleksi
Refleksi meliputi beberapa komponen yakni: menganalisa,
mensintesa, dan menerangkan. Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar
pemikiran untuk tindakan yang akan datang karena hasil yang diperoleh
belum maksimal.
2. Rancangan Siklus II
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus yang kedua ini adalah dengan melakukan
identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.
Kegiatan ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Merencanakan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD
2) Menentukan pokok bahasan.
3) Mengembangkan skenario pembelajaran. (lampiran 4 halaman 91-
110)
4) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS). ( lampiran 4 halaman 115-
120)
5) Menyiapkan sumber belajar dan media.
6) Mengembangkan format evaluasi. (lampiran 5 halaman 121-124)
7) Mengembangkan format observasi pembelajaran. (lampiran 9 dan 10
halaman 139-166)
b. Tindakan
Tindakan yang dilakukan adalah dengan memperbaiki tindakan
pada siklus pertama sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah
disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I dan memantau
proses peningkatan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada siswa.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

47

c. Observasi
Observasi dilakukan dengan mengkaji hasil pada siklus pertama
dan memonitor serta membantu siswa jika menemui kesulitan
d. Refleksi
Menganalisis hasil pengamatan untuk memperoleh gambaran
tentang dampak dari tindakan yang dilakukan, hal-hal yang perlu
diperbaiki dan yang harus menjadi perhatian agar diperoleh hasil yang
maksimal.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian


Sekolah yang menjadi pusat penelitian adalah sekolah negeri dengan nama
SDN Dukuhan Kerten No. 58 dengan Nomor Statistik Sekolah (NSS) 100280,
Nomor Identitas Sekolah (NIS) 101035101036 yang beralamat di Desa Kerten,
Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta. SDN Dukuhan Kerten No. 58 berdiri pada
tahun 1954 ijin operasional penggunaannya dikeluarkan oleh Kepala Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah dengan surat keputusan
No.421.2/012/05/59/85, tanggal 1 Maret 1985.
SDN Dukuhan Kerten No. 58 memiliki sarana dan prasarana penunjang
kegiatan belajar yang cukup memadai, diantaranya: tanah seluas 658 meter
persegi, yang terdiri dari 12 ruang kelas yang terdiri kelas paralel, 1 gudang, 1
rumah penjaga, 1 kantin sekolah, 1 ruang guru dan Kepala Sekolah, 1 ruang alat-
alat olahraga, 1 ruang olahraga, 1 ruang agama Kristen, 1 ruang tempat sepeda
siswa, 1 ruang komputer, 1 ruang tari, UKS, mushola, perpustakaan, ruang serba
guna dan 8 kamar mandi. Penjaga sekolah tinggal di rumah dinas SDN Dukuhan
Kerten No. 58 tepatnya di sebelah selatan ruang kelas agama kristen sehingga
keamanan dan kebersihan SD terjaga dengan baik. Selain mempunyai beberapa
ruangan, SDN Dukuhan Kerten No. 58 juga mempunyai halaman yang sangat luas
yang biasanya digunakan untuk pembelajaran olahraga, upacara dan berbagai
kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan oleh sekolah serta tempat bermain bagi
para siswa ketika jam istirahat. Taman sekolah juga tertata secara rapi sehingga
memberikan suasana nyaman bagi para siswa dalam mengikuti pembelajaran
ketika di luar ruangan.
SDN Dukuhan Kerten No. 58 memiliki 412 siswa yang terdiri dari 219
siswa laki-laki dan 193 siswa perempuan. Siswa terbagi dalam 12 kelas parallel
yakni kelas IA sebanyak 36 siswa, kelas IB sebanyak 37 siswa, kelas IIA
sebanyak 43 siswa, kelas IIB sebanyak 43 siswa, kelas IIIA sebanyak 32 siswa,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

49

kelas IIIB sebanyak 33 siswa, kelas IVA sebanyak 37 siswa, kelas IVB sebanyak
35 siswa, kelas VA sebanyak 35 siswa, kelas VB sebanyak 34 siswa, kelas VIA
sebanyak 24 siswa dan kelas VIB sebanyak 23 siswa. Siswa di SD Negeri
Dukuhan Kerten berasal dari berbagai latar belakang sosial yang berbeda-beda.
SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 kecamatan Laweyan kota Surakarta
pada tahun 2009 /2010 dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah dan memiliki 18
guru yang telah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS), 7 orang tenaga pengajar
yang masih Wiyata Bakti dan 2 orang penjaga sekolah. Semua personil telah
melaksanakan tugasnya masing-masing dengan baik sesuai dengan
tanggungjawabnya. Dengan jumlah guru yang memadai maka proses belajar
mengajar juga dapat berjalan dengan lancar. Dengan kelancaran proses
pembelajaran tersebut seharusnya para siswa SDN Dukuhan Kerten No. 58 dapat
meraih prestasi yang baik baik secara akademik maupun non akademik. Bukan
hanya guru dan Kepala sekolah yang bertanggungjawab dalam membimbing
siswa namun peran orang tua dan masyarakat juga sangat penting. Hal ini telah
diwujudkan di SDN Dukuhan Kerten No. 58 dalam wadah Paguyuban Orang Tua
Siswa dan Komite sekolah. Keberhasilan pendidikan siswa merupakan
tanggungjawab bersama sehingga harus ada kerjasama yang baik dari semua
pihak.
Dari berbagai data yang dihasilkan mengenai sarana dan prasarana serta
fasilitas yang ada di SDN Dukuhan Kerten No. 58 yang cukup memadai, maka
sangatlah mungkin diterapkannya berbagai metode pembelajaran termasuk
metode STAD dalam pembelajaran IPA khususnya guna mencari dan menggali
efektifitas metode pembelajaran yang akan merangsang siswa untuk berkembang
sehingga mereka mempunyai bekal hidup di masyarakat dan di masa yang akan
datang.

B. Deskripsi Kondisi Awal


Kegiatan awal penelitian yaitu melakukan observasi terhadap proses
pembelajaran dan prestasi belajar Matematika pada kelas V SDN Dukuhan Kerten
No. 58 yang menjadi objek penelitian. Observasi pertama dilakukan pada hari
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

50

Kamis tanggal 8 April 2010 yaitu pada mata pelajaran IPA dengan pokok
bahasan cahaya. Dalam pelaksanaan penelitian, observer mengamati, mencatat
kemudian mendokumentasikan berbagai temuan dan informasi yang didapat pada
saat kegiatan pembelajaran sebelum menerapkan metode STAD. Pada proses
pembelajaran di kelas kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan rutin seperti
berdo’a bersama, guru mengabsen siswa, mencatat materi pelajaran yaitu materi
tentang cahaya, melakukan tanya jawab dan diakhiri dengan pemberian tes tertulis
sebagai alat penilaian. Proses pembalajaran pada kegiatan inti diantaranya, guru
sebagai objek penelitian menyuruh siswa membuka buku IPA tentang materi sifat-
sifat cahaya halaman 111, pada waktu itu buku yang digunakan adalah buku IPA
kelas 5 Saling Temas oleh Choiril Azmiyawati. Kemudian siswa di suruh
mendengarkan penjelasan guru. Setelah penjelasan selesai, guru menulis
rangkuman materi cahaya pada papan tulis sebagai catatan untuk siswa. Pada
akhir kegiatan, guru memberikan soal-soal sebagai latihan untuk mengukur
tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang sudah dijelaskan, lalu siswa diberi
pekerjaan rumah.
Dari langkah-langkah pembelajaran yang tersebut di atas terlihat masih
adanya dominasi guru dalam pembelajaran, dan siswa tidak diberi kesempatan
untuk mengembangkan ketrampilan berfikirnya. Hasil belajar dari kondisi awal
pembelajaran IPA di SDN Dukuhan Kerten No. 58 dapat terlihat dari Tabel 2
berikut ini :
Tabel 2: Data Nilai IPA Materi Sifat-sifat cahaya Siswa Kelas V
SDN Dukuhan Kerten No. 58 Sebelum Tindakan

No Interval Bb Ba Frekuensi Nilai Fixi Prosentase Keterangan


Nilai (fi) Tengah (%)
(xi)
1 35-45 34,5 45,5 4 41 164 11,76 < KKM
2 46-56 45,5 56,5 9 52 468 26,47 < KKM
3 57-67 56,5 67,5 12 63 756 35,29 ≤ KKM
4 68-78 67,5 78,5 6 74 444 17,65 > KKM
5 79-89 78,5 89,5 3 85 255 8,83 > KKM
6 90-100 89,5 100,5 0 96 0 0 > KKM
Jumlah 34 2087 100
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

51

Nilai rata-rata= 2087 : 34 = 61,38

Ketuntasan klasikal= 16 : 34 X 100 % = 47,06 %

Dari Tabel 2 Data Nilai IPA Materi Sifat-sifat Cahaya Siswa Kelas V
SDN Dukuhan Kerten No. 58 sebelum tindakan dapat disajikan pada Gambar 4
sebagai berikut:

Gambar 4 : Grafik Nilai IPA Materi Sifat-sifat Cahaya Siswa


Kelas V SDN Dukuhan Kerten No. 58 Pada Sebelum
Tindakan

Grafik di atas menunjukan masih banyak siswa yang mendapat nilai di


bawah rata-rata KKM. Siswa yang mendapat nilai kurang dari 63 (KKM)
sebanyak 18 dan yang mendapat nilai ≥ 63 (KKM) sebanyak 16 siswa. Hal ini
dapat diartikan bahwa ketuntasan klasikal sebesar 47,06% masih berada di bawah
ketuntasan belajar yang ditetapkan yaitu sebesar 85% siswa mendapatkan nilai ≥
63 (KKM).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

52

Hal tersebut menjadi refleksi bagi guru kelas V khususnya dan tentunya
peneliti yang ingin memaksimalkan hasil belajar. Bertolak dari kenyataan
tersebut, peneliti mengadakan koordinasi dengan guru kelas V untuk membahas
tentang alternatif yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan pemahaman siswa
kelas V SDN Dukuhan Kerten No. 58 terhadap materi sifat-sifat cahaya. Salah
satu alternatif pemecahan yang dapat dilakukan adalah melaksanakan
pembelajaran dengan mengaktifkan siswa, yaitu dengan menerapkan metode
Student Teams Achievement Divisions (STAD).

C. Deskripsi Hasil Penelitian


1. Tindakan siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama dua kali pertemuan. Tiap-tiap
pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 X 35 menit) yang dilaksanakan selama
dua minggu yaitu pada tanggal 15 April 2010 dan 20 April 2010. Adapun
tahapan-tahapan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
Berkaitan dengan masalah penelitian yang sudah dirumuskan rencana
tindakan yang dilaksanakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian
dengan menggunakan acuan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
tahun 2008 untuk kelas V pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya,
peneliti melakukakan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
1) Menyiapkan rencana pembelajaran (terdapat pada lampiran halaman 91)
2) Mempersiapkan media atau peralatan yang akan digunakan
3) Menyiapkan materi pembelajaran (terdapat pada lampiran halaman 111)
4) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar
mengajar di kelas ketika diajarkan dengan menerapkan metode STAD
5) Menyiapkan sumber pelajaran yang diperlukan dalam membuat siswa
memahami materi pelajaran yang akan diajarkan.
6) Membuat alat evaluasi untuk melihat apakah pemahaman konsep sifat-
sifat cahaya pada pelajaran IPA dengan menerapkan metode pembelajaran
yang digunakan dapat ditingkatkan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

53

7) Membagi kelompok siswa yang masing-masing beranggotakan 5-6 orang.

b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini guru melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan
metode STAD sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun.
1) Pertemuan I
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 15 April
2010. Pada pertemuan pertama materi yang dibahas adalah sifat cahaya
merambat lurus dan menembus benda bening. Berikut ini dipaparkan
kondisi riil yang dialami selama proses belajar mengajar berlangsung.
Proses pembelajaran diawali dengan berdo’a bersama kemudian
disusul dengan pemberian salam dari siswa untuk guru. Setelah rutinitas
tersebut dilaksanakan, guru mengabsen siswa. Pada waktu itu seluruh siswa
hadir. Setelah mengabsen, guru mengkondisikan siswa pada situasi
pembelajaran yang kondusif kemudian melakukan apersepsi yaitu dengan
menyalakan lilin di depan kelas, siswa memperhatikan kegiatan guru.
Kemudian guru mengarahkan siswa bahwa lilin merupakan sumber cahaya
dan menjelaskan tujuan dari pembelajaran yaitu akan mempalajari tentang
sifat-sifat cahaya. Selanjutnya guru memberikan pertanyaan dengan
mengaitkan pada pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari yang
berkaitan dengan sifat-sifat cahaya. Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan
dari guru namun masih terlihat malu-malu. Karena Siswa masih belum
begitu berani mengungkapkan pendapat maka guru memberikan motivasi
kepada siswa agar siswa tetap tertarik dalam mengikuti pembelajaran.
Pada awal proses kegiatan inti, guru mengelompokan siswa dengan
jumlah 34 orang menjadi 6 kelompok heterogen. Setiap kelompok terdiri
dari 5-6 orang siswa. Cara pengelompokan ditentukan oleh guru yaitu
berdasarkan nilai sebelum tindakan dan jenis kelamin sehingga terbentuk
kelompok heterogen. Kemudian siswa dengan gesit mengatur bangku dan
meja mereka sesuai kelompok yang telah ditentukan. Kondisi ruang kelas
cukup gaduh dengan suara meja dan kursi yang digeser-geser oleh siswa.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

54

Pada situasi ini guru belum bisa menenangkan siswa. Setelah semua selesai
mengatur tempat duduk, guru mengembalikan konsentrasi belajar siswa
dengan mengajak melakukan “Tepuk Tenang”. Guru menyuruh setiap
kelompok menunjuk salah satu teman sebagai ketua kelompok dan
mengambil alat-alat untuk melakukan percobaan. Kemudian guru
mempresentasikan materi yang akan disampaikan yaitu tentang sifat-sifat
cahaya secara umum. Setelah itu, guru menjelaskan tentang langkah-
langkah kegiatan yang harus dilakukan dalam percobaan untuk
membuktikan sifat cahaya merambat lurus dan menembus benda bening.
Guru mambagikan LKS (terdapat pada lampiran halaman 115) untuk diisi
berdasarkan hasil percobaan, setiap anggota kelompok mendapatkan LKS
untuk diisi berdasarkan hasil percobaan. Namun, kondisi pembelajaran
pembelajaran masih kurang kondusif karena siswa masih kebingungan.
Sebagian diantara mereka masih hanya bermain-main dengan alat-alat
percobaan yang diberikan guru dan yang lain coba mengamankannya, yang
akhirnya banyak kegiatan yang di luar perencanaan. Guru masih kewalahan
memberikan pengertian akan langkah-langkah penemuan karena siswa tidak
tertib dan kurang perhatian serta konsentrasi. Pada tahap kerja kelompok,
siswa membaca LKS yang dibagikan guru, kemudian siswa mulai
mengerjakan langkah-langkah menemukan sifat cahaya merambat lurus,
setelah selesai dilanjutkan dengan sifat cahaya menembus benda bening.
Sebagian masih ada yang kebingungan untuk mengisinya kemudian guru
menerangkan kembali cara mengisi kolom yang ada pada LKS. Masing-
masing kelompok bekerja menyelesaikan tugas yang diberikan. Namun ada
sebagian yang hanya mengganggu teman lainnya saja. Waktu yang
diberikan kurang lebih 20 menit. Selama kelompok melakukan percobaan
guru berkeliling memberikan bimbingan pada setiap kelompok. Kadangkala
guru memberikan penjelasan karena siswa masih belum sesuai dengan
langkah-langkah yang ada di LKS.
Setelah selesai melakukan percobaan, masing-masing ketua kelompok
melaporkan hasil percobaan di depan kelas. Siswa masih malu-malu
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

55

mengungkapkan pendapatnya. Kegiatan dilanjutkan dengan memberikan


evaluasi kepada siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap
materi yang telah dipelajari. Guru memberikan penghargaaan pada
kelompok maupun individu yang telah bekerja dengan baik. Siswa dan guru
menyimpulkan materi tentang sifat-sifat cahaya merambat lurus dan
menembus benda bening dan sifat bayangan pada cermjn datar.
Sebagai kegiatan penutup guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menanyakan materi yang belum jelas. Siswa dengan bimbingan guru
membuat rangkuman materi pelajaran dan memberikan pekerjaan rumah
untuk persiapan pembelajaran selanjutnya.
2) Pertemuan II
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 20 April
2010. Pada pertemuan yang kedua ini materi yang diajarkan adalah sifat
cahaya dapat dipantulkan (mengetahui sifat bayangan pada cermin cekung
dan cembung) dan cahaya dapat dibiaskan. Kegiatan diawali dengan
berdo’a, kemudian guru mengabsen siswa. Guru mengadakan apersepsi
dengan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan sifat-sifat
bayangan pada cermin datar yang sudah siswa pelajari pada pertemuan
pertama. Setelah tanya jawab tentang materi yang di bahas pada pertemuan
pertama, guru menghubungkannya dengan materi yang akan di bahas yaitu
tentang sifat cahaya dapat dipantulakan (sifat bayangan pada cermin datar,
cembung dan cekung) dan cahaya dapat dibiaskan.
Kegiatan inti dilanjutkan dengan menyuruh siswa kembali berkumpul
dengan masing-masing kelompoknya. Ketua kelompok mengambil alat-alat
untuk percobaan. Kemudian guru mempresentasikan materi yang akan
disampaikan yaitu tentang sifat cahaya dapat dipantulkan (sifat bayangan
pada cermin datar, cekung dan cembung) dan cahaya dapat dibiaskan.
Setelah itu, guru menjelaskan tentang langkah-langkah kegiatan yang harus
dilakukan dalam percobaan untuk membuktikan sifat cahaya dapat
dipantulakan (sifat bayangan pada cermin datar, cekung dan cembung) dan
cahaya dapat dibiaskan. Guru mambagikan LKS untuk diisi berdasarkan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

56

hasil percobaan, setiap anggota kelompok mendapatkan LKS untuk diisi


berdasarkan hasil percobaan. Kondisi pembelajaran sudah mulai kondusif,
tetapi masih ada siswa yang bermain-main dengan alat-alat percobaan yang
diberikan guru. Namun sebagian basar siswa serius dalam melakukan
percobaan dan mengisi kolom pada LKS. Pada tahap kerja kelompok, siswa
membaca LKS yang dibagikan guru, kemudian siswa mulai mengerjakan
langkah-langkah menemukan sifat cahaya dapat dipantulkan (sifat bayangan
pada cermin datar, cekung dan cembung) setelah selesai dilanjutkan dengan
sifat cahaya dapat dibiaskan. Sebagian besar lelompok dalam melakukan
percobaan sudah sesuai dengan langkah-langkah yang ada dalam LKS.
Masing-masing kelompok bekerja menyelesaikan tugas yang diberikan.
Waktu yang diberikan kurang lebih 20 menit. Selama kelompok melakukan
percobaan guru berkeliling memberikan bimbingan pada setiap kelompok.
Setelah selesai melakukan percobaan, masing-masing ketua
kelompok melaporkan hasil percobaan di depan kelas. Kegiatan dilanjutkan
dengan memberikan evaluasi kepada siswa untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Guru memberikan
penghargaaan pada kelompok maupun individu yang telah bekerja dengan
baik. Siswa dan guru menyimpulkan materi tentang sifat-sifat cahaya dapat
dipantulkan (sifat bayangan pada cermin datar, cekung dan cembung) dan
cahaya dapat dibiaskan. Siswa mengumpulkan hasil kerja kelompoknya atas
perintah guru. Pada akhir siklus I guru mengumumkan tim yang
memperoleh skor tertinggi berdasarkan skor perolehan kelompok (terdapat
pada lampiran halaman 135)
c. Observasi
Dalam tahap observasi peneliti melakukan pemantauan terhadap
pelaksanaan tindakan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan
pemahaman terhadap sifat-sifat cahaya dengan menerapkan metode STAD,
yang dilaksanakan dengan menggunkan alat bantu berupa lembar
observasi/pengamatan dan dokumentasi berupa foto. Dalam tahap ini peneliti
mengadakan kolaborasi dengan guru kelas dalam melaksanakan pemantauan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

57

terhadap pelaksanaan proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan lembar


observasi. Observasi dilaksanakan untuk mendapatkan data mengenai kegiatan
yang dilakukan peneliti dalam pembelajaran yang dilaksanakan. Selain itu
observasi juga dilakukan untuk mengamati kegiatan siswa selama mengikuti
pembelajaran dengan menerapkan metode STAD untuk dapat meningkatkan
pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN Dukuhan
Kerten No. 58.
Dari data-data hasil observasi siklus I, diperoleh hasil sebagai berikut:
Pertemuan I
1) Kegiatan Siswa (lampiran 10 halaman 155)
a) Kedisiplinan siswa dalam kriteria baik, b) keaktifan siswa dalam
kriteria kurang, c) kemampuan siswa melakukan percobaan dalam kriteria
kurang, d) keterampilan kooperatif siswa dalam kriteria kurang, e)
kenampakan sifat kooperatif pada saat melakukan diskusi dalam kriteria
baik, f) kemampuan siswa menjawab pertanyaan dalam diskusi dalam
kriteria baik, g) keadaan siswa dengan lingkungan belajarnya dalam
kriteria sangat baik, h) kemampuan siswa dalam mengerjakan evaluasi
dalam kriteria baik, i) skor rata-rata kegiatan siswa pada pertemuan I
adalah 2,75 (kurang).
2) Kegiatan Guru (lampiran 9 halaman 139)
a) Persiapan sebelum kegiatan pembelajaran dimulai dalam kriteria baik,
b) kegiatan apersepsi dalam kriteria kurang, c) pengelolaan kelas dalam
kriteria baik, d) pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran dalam
criteria sangat kurang, e) kegiatan penyampaian materi melalui penerapan
metode STAD dalam kriteria baik, f) kegiatan tanya jawab dalam kriteria
kurang, g) diskusi dan penjelasan konsep dalam kriteria kurang, h)
perhatian guru terhadap siswa dalam kriteria baik, i) pengembangan
aplikasi dalam kriteria baik, j) kemampuan menutup pelajaran dalam
kriteria sangat baik, k) skor rata-rata kegiatan guru pada pertemuan I
adalah 2,60 (kurang).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

58

Pertemuan II
1) Kegiatan Siswa (lampiran 10 halaman 158)
a) Kedisiplinan siswa dalam kriteria sangat baik, b) keaktifan siswa
dalam kriteria baik, c) kemampuan siswa melakukan percobaan dalam
kriteria baik, d) keterampilan kooperatif siswa dalam kriteria baik, e)
kenampakan sifat kooperatif pada saat melakukan diskusi dalam kriteria
baik, f) kemampuan siswa menjawab pertanyaan dalam diskusi dalam
kriteria baik, g) keadaan siswa dengan lingkungan belajarnya dalam
kriteria sangat baik, h) kemampuan siswa dalam mengerjakan evaluasi
dalam kriteria baik, i) skor rata-rata kegiatan siswa pada pertemuan II
adalah 3,25 (baik).
2) Kegiatan Guru (lampiran 9 halaman 143)
a) Persiapan sebelum kegiatan pembelajaran dimulai dalam kriteria baik,
b) kegiatan apersepsi dalam kriteria kurang, c) pengelolaan kelas dalam
kriteria baik, d) pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran dalam
kriteria baik, e) kegiatan penyampaian materi melalui penerapan metode
STAD dalam kriteria baik, f) kegiatan tanya jawab dalam kriteria kurang,
g) diskusi dan penjelasan konsep dalam kriteria baik, h) perhatian guru
terhadap siswa dalam kriteria baik, i) pengembangan aplikasi dalam
kriteria baik, j) kemampuan menutup pelajaran dalam kriteria sangat baik,
k) skor rata-rata kegiatan guru pada pertemuan II adalah 2,80 (kurang).
Hasil pengamatan terhadap siswa pada siklus I menunjukkan adanya
peningkatan pada keaktifan siswa dan kemampuan siswa melakukan diskusi.
Itu berarti peran dan keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran semakin
meningkat. Dengan meningkatnya aktifitas siswa dalam proses pembelajaran
diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya.
Dari pengamatan yang dilakukan, dapat diketahui bahwa pembelajaran
IPA yang dilaksanakan dengan menerapkan metode STAD pada siklus I dapat
ditarik simpulan keaktifan siswa belum maksimal, meskipun sudah ada
perubahan dari pertemuan I ke pertemuan II. Tetapi hasil yang diharapkan
belum dapat dicapai dengan baik
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

59

d. Refleksi
Berdasarkan kumpulan data yang diperoleh dari kolaborasi dengan guru
kelas, peneliti memperoleh temuan bahwa : 1) Dalam proses pembelajaran
guru belum sepenuhnya mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran
yang telah dibuat sehingga masih terdapat poin-poin kegiatan yang tidak
dilaksanakan sesuai perencanaan. 2) Penerapan metode STAD dalam proses
pembelajaran IPA pada pokok bahasan sifat-sifat cahaya belum dilaksanakan
secara maksimal sesuai dengan perencanaan. 3) Siswa terlihat antusias dan
sangat bersemangat dalam belajar artinya pembelajaran sudah mulai berpusat
pada siswa, namun dalam kondisi tersebut masih banyak siswa yang tidak
mengerti makna pembelajaran yang sedang berlangsung. Banyak diantara
mereka yang hanya bermain dan tidak melakukan tugas mereka seharusnya. 4)
Guru masih dihadapkan pada masalah koordinasi antar kelompok agar mereka
saling bekerjasama karena siswa selalu berebut menggunakan alat peraga
dalam melakukan percobaan. 5) Proses pembelajaran lebih interaktif
dibandingkan sebelum menerapkan metode STAD. Guru dan siswa mulai aktif
berkomunikasi multi arah mengemukakan pendapat dan pertanyaan mengenai
materi pelajaran.
Berdasarkan refleksi pada kegiatan pada siklus 1 masih banyak
kekurangan serta kelemahan yang terjadi saat pembelajaran berlangsung, maka
peneliti mencari solusi dengan memberikan arahan kembali kepada siswa
tentang tahapan-tahapan kerja kelompok dengan menerapkan metode STAD.
Selain itu, peneliti juga mengubah jumlah anggota dalam kelompok dari 5-6
orang menjadi 4-5 orang pada masing-masing kelompok. Jadi, pada siklus II,
kelas dibagi menjadi 7 kelompok. Hal ini dilakukan dengan alasan agar
pembelajaran dapat berjalan efektif. Untuk kelancaran proses diskusi, peneliti
juga memberikan motivasi berupa penghargaan baik secara verbal maupun non
verbal kepada siswa agar mereka lebih berani lagi dalam menyampaikan
pendapat. Selain itu guru juga memberikan apersepsi yang lebih meningkatkan
motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut
maka peneliti mengadakan tindakan untuk siklus berikutnya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

60

Adapun hasil yang diperoleh pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 3 di
bawah ini:
Tabel 3 : Data Nilai IPA Materi Sifat-sifat cahaya Siswa Kelas V SDN
Dukuhan Kerten No. 58 Pada Siklus I

No Interval Bb Ba Frekuensi Nilai fixi Prosentase Keterangan


Nilai (fi) Tengah (%)
(xi)
1 35-45 34,5 45,5 0 41 0 0 < KKM
2 46-56 45,5 56,5 4 52 208 11,76 < KKM
3 57-67 56,5 67,5 9 63 567 26,47 > KKM
4 68-78 67,5 78,5 13 74 962 38,24 > KKM
5 79-89 78,5 89,5 6 85 510 17,65 > KKM
6 90-100 89,5 100,5 2 96 192 5,88 > KKM
Jumlah 34 2439 100
Nilai rata-rata= 2439 : 34 = 71,74

Ketuntasan klasikal= 24 : 34 X 100 % = 70,59 %

Dari Tabel 3 Nilai IPA Materi Sifat-sifat Cahaya Siswa Kelas V SDN
Dukuhan Kerten No. 58 setelah tindakan melalui penerapan metode STAD,
dapat disajikan dalam Gambar 5 sebagai berikut:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

61

Gambar 5 : Grafik Nilai IPA Materi Sifat-sifat Cahaya Siswa


Kelas V SDN Dukuhan Kerten No. 58 Pada Siklus I
Dari hasil penelitian siklus I, maka peneliti mengulas secara cermat
bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi siswa dengan penerapan metode
STAD sudah berhasil. Hal ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan
pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN Dukuhan
Kerten No. 58. Tetapi prosentase siswa yang nilainya di atas KKM belum
memenuhi indikator kinerja pada siklus I yaitu 75%. Oleh karena itu,
dilanjutkan pada siklus II dengan berpedoman pada hasil refleksi siklus I.

2. Tindakan siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan selama dua kali pertemuan. Tiap-tiap
pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 X 35 menit) yang dilaksanakan selama
dua minggu yaitu pada tanggal 27 April 2010 dan 6 Mei 2010. Pada siklus II ini
peneliti mengkaji hasil refleksi dari siklus I. Adapun tahapan-tahapan yang
dilaksanakan dalam siklus II adalah sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan pada siklus I telah diketahui
bahwa ada peningkatan pamahaman siswa terhadap materi pembelajaran IPA
tetapi belum maksimal. Hal tersebut ditunjukkan pada beberapa siswa yang
belum tuntas dalam pembelajaran IPA pada materi sifat-sifat cahaya.
Perencanaan pada siklus yang kedua ini adalah dengan melakukan
identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah sebagai
berikut:
1) Guru menyampaikan materi dan informasi pembelajaran dengan jelas dan
memberikan arahan kembali kepada siswa tentang tahapan-tahapan kerja
kelompok dengan menerapkan metode STAD.
2) Memberikan apersepsi yang bisa membuat siswa lebih bersemangat dalam
mengikuti pembelajaran
3) Memberikan motivasi kepada siswa misalnya dengan memberikan
penghargaan baik verbal maupun non verbal.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

62

4) Guru mengubah jumlah anggota dari masing-masing kelompok dari 5-6


orang menjadi 4-5 orang pada masing-masing kelompok.
5) Guru memperbaiki pengelolaan kelas dengan membuat pembelajaran yang
menarik siswa.
6) Guru tidak akan dominan dalam meberikan penjelasan pada siswa, dan yang
harus lebih aktif adalah siswa tapi tetap memberikan penjelasan yang benar
di akhir pembelajaran.
7) Guru akan menerapkan teknik reward dalam proses pembelajaran. Siswa
atau kelompok yang mampu mengerjakan soal dan menjelaskann hasil
pekerjaanya dengan benar maka akan di berikan hadiah.
Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun
2008 kelas V, peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan pembelajaran
IPA dengan menerapkan metode STAD sebagai berikut:
1) Mempelajari KTSP dan silabus SD kelas V
Standar Kompetensi
6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya
atau model.
Kompetensi Dasar
6.1 Mendemonstrasikan sifat-sifat cahaya
2) Merencanakan pembelajaran dengan menerapkan metode STAD untuk dua
kali pertemuan dengan indikator: Mendemonstrasikan sifat cahaya
merambat lurus, mendemonstrasikan sifat cahaya menembus benda bening,
mendeskripsikan pengertian benda bening dan gelap, menyebutkan contoh
benda bening dan gelap, mendeskripsikan sifat-sifat cahaya mengenai
cermin datar dan lengkung (cekung dan cembung), dan dapat menunjukan
contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari melalui
percobaan
3) Menentukan pokok bahasan dan memberikan informasi kepada siswa
mengenai materi pelajaran yang akan dibahas dengan tujuan agar siswa
lebih mempersiapkan diri lagi dalam melakukan kegiatan pembelajaran .
4) Menyiapkan sumber belajar dan media yang sesuai.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

63

5) Mengembangkan format evaluasi.


6) Mengembangkan format observasi pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti mengulang materi pembelajaran dengan
menerapkan metode STAD. Pembelajaran yang telah disusun pada siklus II
dilaksanakan dua kali pertemuan.
1) Pertemuan I
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 27 April
2010. Pada pertemuan ini materi yang diajarkan adalah cahaya merambat
lurus dan menembus benda bening. Berikut ini dipaparkan kondisi riil yang
dialami selama proses belajar mengajar berlangsung.
Kegiatan diawali dengan doa bersama, mengabsen siswa dan
mengkondisikan siswa. Sebagai kegiatan awal guru mengajak siswa untuk
menyanyikan lagu favorit kelas V yaitu “Solo Berseri”, agar siswa lebih
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran lalu guru melakukan tanya
jawab tentang sifat cahaya merambat lurus dan menembus benda bening.
Guru mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan untuk
membuktikan bahwa cahaya merambat lurus dan menembus benda bening.
Kemudian siswa berkelompok seperti pada siklus I, tetapi pada siklus II
masing-masing kelompok dikurangi satu orang dan membentuk kelompok
baru (ditunjuk oleh guru), jadi pada siklus II setip kelompok terdiri dari 4-5
orang. Kemudian guru mempresentasikan materi yang akan disampaikan,
yaitu sifat cahaya merambat lurus dan menembus benda bening dengan
menggunakan sumber dan media pembelajaran yang telah dipersiapkan.
Ketua kelompok mengambil benda-benda sebagai alat-alat percobaan.
Guru menjelaskan langkah-langkah percobaan dengan susunan yang sesuai.
Siswa aktif bekerja dengan masing-masing kelompoknya. Ada yang
memegang LKS, ada pula yang menggunakan benda-benda yang ada untuk
melakukan percobaan. Jadi, sudah ada pembagian tugas dalam kelompok.
Pada saat siswa melakukan percobaan, guru mengisi formulir observasi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

64

aktivitas siswa untuk menilai proses kerja siswa dengan berkeliling ke-
setiap kelompok. Hal tersebut dapat pula meningkatkan motivasi siswa
dalam bekerja bersungguh-sungguh dan tidak main-main. Kegiatan guru
berkeliling ke-setiap kelompok juga digunakan sebagai aktivitas
membimbing siswa dalam mengisi LKS. Setelah selesai mengisi LKS,
seperti biasa setiap kelompok melaporkan hasil percobaan mereka secara
bergilir. Kelompok yang lainnya memberikan tanggapan. Pada siklus 2,
siswa sudah berani memberikan tanggapan dari hasil percobaan yang
disajikan kelompok lain. Kegiatan tanya jawab pun berlangsung secara
spontan antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Kegiatan
selanjutnya siswa mengerjakan evaluasi untuk mengetahui kedalaman
pemahaman siswa terhadap materi. Guru memberikan penghargaaan pada
kelompok maupun individu agar siswa tetap termotivasi dalam
melaksanakan pembelajaran.
Sebagai kegiatan penutup siswa dan guru membuat kesimpulan
tentang sifat cahaya merambat lurus dan menembus benda bening yang
telah didiskusikan dan melakukan refleksi. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas berkaitan dengan
materi yang telah dipelajari. Guru memberikan tugas kepada siswa sebagai
tindak lanjut dari pembelajaran yang telah dilaksanakan.
2) Pertemuan II
Pertemuan II dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 2010. Materi sifat-sifat
cahaya pertemuan II pada siklus II ini adalah tentang sifat cahaya dapat
dipantulkan (sifat bayangan pada cermin datar, cekung dan cembung) serta
cahaya dapat dibiaskan.
Pada kegiatan awal guru meminta salah satu siswa untuk memimpin
doa. Setelah itu guru melakukan presensi. Sebelum memulai pembelajaran
guru memotivasi siswa dengan mengajak siswa menyanyikan lagu “Belajar
dimana-mana”, lagu kreasi guru sebagai penyemangat untuk memulai
pembelajaran. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang sifat-sifat
cahaya yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya agar siswa lebih siap
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

65

dalam mengikuti pembelajaran. Kegiatan inti dimulai dengan membagi


kelompok separti pada pertemuan 1. Mereka kembali berkumpul dengan
rekan kelompok masing-masing. Ketua kelompok mengambil benda-benda
sebagai alat percobaan. Guru menjelaskan langkah-langkah percobaan. Pada
siklus 2 pertemuan II, siswa mulai terbiasa dengan tugas dan tanggung
jawab dalam melakukan percobaan. Mereka sudah terlihat tertib dan tidak
ada yang main-main, dengan petunjuk sederhana saja siswa sudah mengerti
apa yang harus mereka lakukan. Kemudian siswa melakukan percobaan
sesuai dengan langkah-langkah yang telah dijelaskan guru dan mengisi LKS
sesuai dengan hasil percobaan. Setiap anggota kelompok bekerja sesuai
dengan tugasnya masing- masing. Guru berkeliling memberikan arahan
dalam pelaksanaan percobaan sambil mengisi lembar observasi terhadap
siswa. Setelah selesai guru menyuruh tiap kelompok melaporkan hasil
percobaan secara bergiliretelah selesai guru menyuruh tiap kelompok
melaporkan hasil percobaan secara bergilir. Guru memilih siswa terbaik
dalam mengemukakan pendapat serta penyampaian laporan. Guru juga
memberikan penghargaaan pada kelompok maupun individu sehingga siswa
tetap antusias untuk berdiskusi dan mengungkapkan pendapat. Siswa
diminta untuk mengerjakan evaluasi secara individu.
Proses pembelajaran ditutup dengan penarikan kesimpulan tentang
materi yang telah didiskusikan dan melakukan refleksi. Sebagai tindak
lanjut, guru memberikan pesan-pesan kepada siswa untuk mempelajari sifat-
sifat cahaya agar siswa dapat menyelesaikan persoalan dalam kehidupan
sehari-harinya yang berhubungan dengan sifat-sifat cahaya. Pada akhir
siklus 2 guru juga mengumumkandan memberikan penghargaan pada
kelompok terbaik dangan skor tertinggi berdasarkan skor perolehan
kelompok (terdapat pada lampiran halaman 137).
c. Observasi
Pada tahap ini peneliti mengadakan pengamatan terhadap sikap, perilaku
siswa selama pembelajaran berlangsung serta keterampilan guru dalam
mengajar dengan metode metode STAD pada materi fat-sifat cahaya. Adapun
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

66

data hasil observasi menunjukkan bahwa siswa berpartisipasi aktif dalam


pembelajaran. Siswa sudah memiliki motivasi dan keberanian untuk bertanya
dan mengungkapkan pendapatnya.
Hasil observasi siklus II:
Pertemuan I
1) Kegiatan Siswa (lampiran 10 halaman 161)
a) Kedisiplinan siswa dalam kriteria sangat baik, b) keaktifan siswa dalam
kriteria sangat baik, c) kemampuan siswa melakukan percobaan dalam
kriteria baik, d) keterampilan kooperatif siswa dalam kriteria sangat baik,
e) kenampakan sifat kooperatif pada saat melakukan diskusi dalam kriteria
sangat baik, f) kemampuan siswa menjawab pertanyaan dalam diskusi
dalam kriteria baik, g) keadaan siswa dengan lingkungan belajarnya dalam
kriteria sangat baik, h) kemampuan siswa dalam mengerjakan evaluasi
dalam kriteria baik, i) skor rata-rata kegiatan siswa pada pertemuan I
adalah 3,75 (baik).
2) Kegiatan Guru (lampiran 9 halaman 147)
a) Persiapan sebelum kegiatan pembelajaran dimulai dalam kriteria sangat
baik, b) kegiatan apersepsi dalam kriteria baik, c) pengelolaan kelas dalam
kriteria baik, d) pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran dalam
kriteria baik, e) kegiatan penyampaian materi melalui penerapan metode
STAD dalam kriteria sangat baik, f) kegiatan tanya jawab dalam kriteria
baik, g) diskusi dan penjelasan konsep dalam kriteria sangat baik, h)
perhatian guru terhadap siswa dalam kriteria sangat baik, i) pengembangan
aplikasi dalam kriteria baik, j) kemampuan menutup pelajaran dalam
kriteria sangat baik, k) skor rata-rata kegiatan guru pada pertemuan I
adalah 3,50 (baik).
Pertemuan II
1) Kegiatan Siswa (lampiran 10 halaman 164)
Kedisiplinan siswa dalam kriteria sangat baik, b) keaktifan siswa dalam
kriteria sangat baik, c) kemampuan siswa melakukan percobaan dalam
kriteria baik, d) keterampilan kooperatif siswa dalam kriteria sangat baik,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

67

e) kenampakan sifat kooperatif pada saat melakukan diskusi dalam kriteria


sangat baik, f) kemampuan siswa menjawab pertanyaan dalam diskusi
dalam kriteria baik, g) keadaan siswa dengan lingkungan belajarnya dalam
kriteria sangat baik, h) kemampuan siswa dalam mengerjakan evaluasi
dalam kriteria sangat baik, i) skor rata-rata kegiatan siswa pada pertemuan
II adalah 3,88 (baik).
2) Kegiatan Guru (lampiran 9 halaman 151)
a) Persiapan sebelum kegiatan pembelajaran dimulai dalam kriteria sangat
baik, b) kegiatan apersepsi dalam kriteria baik, c) pengelolaan kelas dalam
kriteria sangat baik, d) pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran
dalam kriteria baik, e) kegiatan penyampaian materi melalui penerapan
metode STAD, f) kegiatan tanya jawab dalam kriteria baik, g) diskusi dan
penjelasan konsep dalam kriteria sangat baik, h) perhatian guru terhadap
siswa dalam kriteria sangat baik, i) pengembangan aplikasi dalam kriteria
sangat baik, j) kemampuan menutup pelajaran dalam kriteria sangat baik,
k) skor rata-rata kegiatan guru pada pertemuan II adalah 3,70 (baik).
Dari pengamatan yang dilakukan, dapat diketahui bahwa pembelajaran
IPA yang dilaksanakan dengan menerapkan metode STAD, pada siklus II
dapat ditarik simpulan aktifitas siswa sudah baik, sehingga hasil yang
diharapkan dapat dicapai dengan baik.
d. Refleksi
Pada tindakan silkus II, terdapat banyak sekali peningkatan hasil belajar
yang diperoleh siswa hal ini menunjukan bahwa pemahaman konsep siswa
terhadap materi sifat-sifat cahaya juga mengalami peningkatan dengan
diterapkannya metode STAD. Siswa lebih mudah menguasai konsep dengan
berdiskusi dengan teman sebayanya. Keaktifan siswa selama proses
pembelajaran serta kinerja guru dalam mengajar juga mengalami peningkatan.
Hal ini menunjukan bahwa penerapan metode STAD pada pembelajaran IPA
khususnya pokok bahasan sifat-sifat cahaya sangat efektif untuk meningkatkan
pemahaman konsep siswa.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

68

Adapun hasil yang diperoleh pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 4 di
bawah ini:
Tabel 4 : Data Nilai IPA Materi Sifat-sifat Cahaya Siswa Kelas V
SDN Dukuhan Kerten No. 58 Pada Siklus II
No Interval Bb Ba Frekuensi Nilai fixi Prosentase Keterangan
Nilai (fi) Tengah (%)
(xi)
1 35-45 34,5 45,5 0 41 0 0 -
2 46-56 45,5 56,5 0 52 0 0 -
3 57-67 56,5 67,5 9 63 585 26,47 ≤ KKM
4 68-78 67,5 78,5 14 74 1036 41,18 > KKM
5 79-89 78,5 89,5 6 85 510 17,65 > KKM
6 90-100 89,5 100,5 5 96 480 14,71 > KKM
Jumlah 34 2611 100
Nilai rata-rata= 2611 : 34 = 76,79
Ketuntasan klasikal= 30 : 34 X 100 % = 88,24 %

Dari Tabel 4 nilai IPA Materi Sifat-sifat cahaya Siswa Kelas V SDN
Dukuhan Kerten No. 58 melalui penerapan metode STAD yang telah
diterangkan di atas, dapat disajikan dalam Gambar 6 sebagai berikut:

Gambar 6 : Grafik Nilai IPA Materi Sifat-sifat Cahaya Siswa


Kelas V SDN Dukuhan Kerten No.58 Pada Siklus
II
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

69

Dari hasil penelitian siklus II, maka peneliti mengulas secara cermat
bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi siswa dengan penerapan metode
STAD sudah berhasil. Hal ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan
pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN Dukuhan
Kerten. Prosentase siswa yang nilainya di atas KKM juga sudah memenuhi
indikator kinerja pada siklus II yaitu 85%, sehingga tidak perlu dilanjutkan
pada siklus berikutnya.
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui penerapan metode
STAD dapat meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada siswa
kelas V SDN Dukuhan Kerten tahun ajaran 2009/ 2010.

D. Temuan Hasil Penelitian


Dengan melihat hasil penelitian dari beberapa tabel di atas, dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
1. Data Hasil Evaluasi IPA Siswa Kelas V Sebelum Penerapan Metode STAD
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui bahwa hasil
evaluasi matematika sebelum tindakan yaitu siswa yang mendapat nilai 35-45
ada 4 siswa, mendapat nilai 46-56 ada 9 siswa, mendapat nilai 57-67 ada 12
siswa, mendapat nilai 68-78 ada 6 siswa, mendapat nilai 79-89 ada 3 siswa,
dan tidak ada yang mendapat nilai 90-100. Dengan demikian nilai rata-rata
yang diperoleh siswa yaitu 61,38. Siswa yang mendapat nilai < 63 (KKM)
sebanyak 18 siswa atau 52,94% dan siswa yang mendapat nilai ≥ 63 (KKM)
sebanyak 16 siswa atau 47,06%.
2. Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas V Siklus I
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui bahwa nilai
evaluasi IPA materi sifat-sifat cahaya pada siklus I yang terdiri atas 2
pertemuan yaitu sebagai berikut:
a. Pada pertemuan pertama tidak ada siswa yang memperoleh nilai 35-45, nilai
46-56 ada 4 siswa, nilai 57-67 ada 8 siswa, mendapat nilai 68-78 ada 16
siswa, nilai 79-89 ada 3 siswa, nilainya 90-100 ada 3 siswa. Dengan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

70

demikian rata-rata nilai yang diperoleh siswa sebesar 72,2. Siswa yang
mendapat nilai < 63 (KKM) sebanyak 8 siswa atau 23,53% dan siswa yang
mendapat nilai ≥ 63 (KKM) sebanyak 26 siswa atau 76,47%.
b. Pada pertemuan kedua siswa yang memperoleh nilai 35-45 ada 1 siswa,
nilai 46-56 ada 3 siswa, mendapat nilai 57-67 ada 12 siswa, nilai 68-78 ada
11 siswa, nilainya 79-89 ada 5 siswa, dan siswa yang mendapat nilai 90-100
adalah 2 siswa. Dengan demikian rata-rata nilai yang diperoleh siswa
sebesar 70,82. Siswa yang mendapat nilai < 63 (KKM) sebanyak 10 siswa
atau 29,41% dan siswa yang mendapat nilai ≥ 63 (KKM) sebanyak 24 siswa
atau 70,59%.
Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada pertemuan pertama dan
pertemuan kedua sikus I adalah 71,74. Siswa yang mendapat nilai < 63 (KKM)
sebanyak 10 siswa atau 29,41% dan mendapat nilai ≥ 63 (KKM) sebanyak 24
siswa atau 70,59%.
3. Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas V Siklus II
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui bahwa nilai
evaluasi IPA materi sifat-sifat cahaya pada siklus II yang terdiri atas 2
pertemuan yaitu sebagai berikut:
a. Pada pertemuan pertama tidak ada siswa yang memperoleh nilai 35-45 dan
46-56, mendapat nilai 57-67 ada 8 siswa, nilai 68-78 ada 13 siswa, nilainya
79-89 ada 7 siswa, dan siswa yang mendapat nilai 90-100 adalah 6 siswa.
Dengan demikian rata-rata nilai yang diperoleh siswa sebesar 78,03. Siswa
yang mendapat nilai < 63 (KKM) ada 1 siswa atau 2,94% dan siswa yang
mendapat nilai ≥ 63 (KKM) ada 33 siswa atau 97,6%.
b. Pada pertemuan kedua tidak ada siswa yang memperoleh nilai 35-45 dan
46-56, mendapat nilai 57-67 ada 10 siswa, nilai 68-78 ada 11 siswa, nilainya
79-89 ada 7 siswa, siswa yang mendapat nilai 90-100 adalah 6 siswa.
Dengan demikian rata-rata nilai yang diperoleh siswa sebesar 77,5. Siswa
yang mendapat nilai < 63 (KKM) ada 7 siswa atau 20,59% dan siswa yang
mendapat nilai ≥ 63 (KKM) sebanyak 27 siswa atau 79,41%.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

71

Nilai rata-rata dari hasil evaluasi pada pertemuan I dan pertemuan II pada
siklus II adalah 76,79. Siswa yang mendapat nilai < 63 (KKM) sebanyak 4
siswa atau 11,76% dan siswa yang mendapat nilai ≥ 63 (KKM) sebanyak 30
siswa atau 88,24%.

E. Pembahasan Hasil Penelitian


Dengan melihat temuan hasil penelitian di atas dapat diketahui adanya
peningkatan proses pembelajaran terutama pemahaman konsep sifat-sifat cahaya
pada masing-masing siklus melalui penerapan metode STAD. Peningkatan terlihat
dari perhitungan rata-rata nilai belajar yang diperoleh siswa pada kondisi awal
sebelum dilaksanakan tindakan dan setelah dilaksanakan tindakan siklus I dan
silkus II yang masing-masimg siklusnya dilaksanakan dua kali pertemuan. Hal ini
dapat dilihat pada Tabel 5 seperti berikut:
Tabel 5 : Perbandingan perolehan nilai IPA materi sifat-sifat
cahaya dari sebelum tindakan, siklus I dan siklus II

No Kelas interval Frekuensi


Sebelum Siklus 1 Silkus 2
Tindakan
1 35-45 4 0 0
2 46-56 9 4 0
3 57-67 12 9 9
4 68-78 6 13 14
5 79-89 3 6 6
6 90-100 0 2 5
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

72

Dari Tabel 5 perbandingan perolehan nilai IPA materi sifat-sifat cahaya


melalui penerapan metode STAD di atas dapat dibuat Gambar 7 sebagai berikut:

Gambar 7 : Grafik Perbandingan Perolehan Nilai IPA Materi Sifat-Sifat


Cahaya dari Sebelum Tindakan, Siklus I dan Siklus II

Tabel 6 : Perbandingan Nilai Rata-rata dan Prosentase nilai ≥ 63 (KKM) IPA


Materi Sifat-sifat Cahaya Siswa Kelas V SDN Dukuhan Kerten No.
58 Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II

No Pembelajaran Sebelum Sesudah Dilaksanakan


Matematika Tindakan Tindakan
Siklus I Siklus II
1 Nilai rata-rata 61,38 71,74 76,79
2 Prosentase 47,06% 70,59% 88,24%

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa prosentase jumlah siswa


yang memperoleh nilai ³ 63 (KKM) mengalami peningkatan yang signifikan,
yaitu sebelun tinadakan hanya 47,06%. Pada siklus I meningkat menjadi 70,59%
dan 88,24% pada siklus II. Selain itu, nilai rata-rata IPA materi sifat-sifat cahaya
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

73

juga mengalami peningkatan yaitu sebelum tindakan 61,38. Kemudian meningkat


menjadi 71,74 pada siklus I dan 76,79 pada siklus II. Hal ini merefleksikan bahwa
pembelajaran IPA yang dilaksanakan oleh guru dapat dinyatakan berhasil.
Dari Tabel 6 Nilai Rata-rata IPA dan prosentase nilai ≥ 63 (KKM) melalui
penerapan metode STAD dapat disajikan dalam Gambar 8 sebagai berikut:

Gambar 8 : Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata dan Prosentase nilai


≥ 63 (KKM) IPA Materi Sifat-sifat Cahaya Siswa Kelas
V SDN Dukuhan Kerten No. 58 Sebelum Tindakan,
Siklus I, dan Siklus II

Tabel 7 : Perbandingan Aktivitas Siswa dan Guru pada dalam


ProsesPembelajaran Pada Siklus I, dan Siklus II
No Jenis Siklus I Siklus II
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 1 Pertemuan 2
1 Aktivitas Siswa 2,75 (kurang) 3,25 (baik) 3,75 (baik) 3,88 (baik)

2 Aktifitas Guru 2,60 (kurang) 2,80 (kurang) 3,50 (baik) 3,70 (baik)

Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa aktivitas siswa pada siklus I,


pertemuan pertama skor rata-ratanya yaitu 2,75 (termasuk kategori kurang), pada
pertemuan kedua meningkat menjadi 3,25 (termasuk kategori baik). Pada siklus
II, pertemuan pertama skor rata-ratanya meningkat menjadi 3,75 (termasuk
kategori baik), kemudian meningkat lagi menjadi 3,88 (termasuk kategori baik)
pada pertemuan kedua.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

74

Aktivitas guru pada siklus I, pertemuan pertama skor rata-ratanya yaitu


2,60 (termasuk kategori kurang), pada pertemuan kedua meningkat menjadi 2,80
(termasuk kategori kurang). Pada siklus II, pertemuan pertama skor rata-ratanya
meningkat menjadi 3,50 (termasuk kategori baik), kemudian meningkat lagi
menjadi 3,70 (termasuk kategori baik) pada pertemuan kedua.
Hal ini merefleksikan bahwa proses pembelajaran IPA yang dilaksanakan
oleh guru dapat dinyatakan berhasil karena terjadi peningkatan aktivitas siswa dan
aktivitas guru pada setiap siklusnya.
Hambatan-hambatan yang ditemui pada masing-masing siklus berbeda-
beda, antara lain: pada siklus I hambatan yang dijumpai adalah 1) Dengan jumlah
anggota tiap kelompok 5-6 membuat siswa yang malas menggantungkan diri pada
siswa yang mereka anggap lebih pandai dan tidak mau melakukan percobaan,
hanya bermain- main dengan alat-alat parcobaan dan mengganggu teman yang
lain. 2) guru terlalu cepat dalam menyampaikan langkah-langkah percobaan. 3)
Guru belum memberikan motivasi baik pada individu maupun kelompok sehingga
siswa masih belum barani dalam menjawab pertanyaan atau mengungkapkan
gagasannya dalam kelompok, dan belum dapat mengkondisikan siswa ke arah
pembelajaran yang kondusif.
Upaya untuk mengatasi hambatan yang ada pada siklus I yang dilaksanakan
di siklus II dalam upaya perbaikan adalah dengan guru mengurangi jumlah
anggota kelompok menjadi 4-5 siswa tiap kelompok. Guru memberikan beberapa
informasi secara tepat dan bertahap, mengarahkan, dan membimbing kegiatan
siswa dalam melakukan percobaan dan memberikan motivasi berupa penghargaan
baik secara verbal maupun non verbal kepada siswa agar mereka lebih berani lagi
dalam menyampaikan pendapat. Pembelajaran pada siklus II sudah tidak ada
hambatan yang berarti.
Jadi pembelajaran dengan menerapkan metode STAD dapat meningkatkan
pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD Negeri Dukuhan
Kerten tahun ajaran 2009/ 2010. Hal ini terjadi Karena pembelajaran dengan
metode STAD dapat meningkatkan kerjasama dalam kelompok , sehingga siswa
lebih memahami suatu konsep dengan bertanya dan bertukar pikiran dengan
teman sebayanya dan guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

75

BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan pada
pembelajaran IPA dengan menerapkan metode STAD, pada siswa kelas V
SDN Dukuhan Kerten No. 58 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta selama dua
siklus dapat ditarik simpulan bahwa penerapan metode STAD terbukti dapat
meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN
Dukuhan Kerten No. 58 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Peningkatan
pemahaman konsep sifat-sifat cahaya tersebut dibuktikan dengan adanya
peningkatan pada rata-rata kelas dan ketuntasan klasikal yang diperoleh siswa
pada setiap siklus. Data awal yang diperoleh sebelum dilaksanakan tindakan
yaitu rata-rata kelas mencapai 61,38 dengan ketuntasan klasikal 47,06%, pada
siklus I rata-rata kelas meningkat menjadi 71,74 dan ketuntasan klasikal
meningkat menjadi 70,59%. Pada siklus II rata-rata kelas meningkat menjadi
76,79 dan ketuntasan klasikal semakin meningkat menjadi 88,24%.
Bertolak dari uraian di atas, dapat membuktikan kebenaran hipotesis
yang telah dirumuskan sebelumnya. Melalui penerapan metode “Student Team
Achievement Division” (STAD) dapat meningkatkan pemahaman konsep sifat-
sifat cahaya pada siswa kelas V SDN Dukuhan Kerten No.58 Surakarta Tahun
Ajaran 2009/2010.

B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa Melalui
penerapan Metode “Student Team Achievement Division” (STAD) dapat
meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN
Dukuhan Kerten No.58 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Sehubungan
dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan beberapa implikasi hasil
penelitian sebagai berikut:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

76

1. Memberikan informasi bagi guru bahwa dengan penerapan metode STAD


dapat meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya.
2. Mendorong siswa untuk memiliki keberanian dalam mengungkapkan
pendapat, bekerjasama dengan sesama anggota kelompoknya, dan
mengembangkan kreativitas, serta inisiatifnya untuk menunjang proses
pembelajaran.
3. Menunjukkan pentingnya menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi
dan inovatif, salah satunya adalah metode STAD yang terbukti dapat
menciptakan suasana belajar yang bermakna sehingga meningkatkan
pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran.
4. Menunjukkan peran siswa yang lebih aktif sebagai pusat pembelajaran
dalam mata pelajaran IPA melalui penerapan metode STAD, sehingga
materi yang diperoleh siswa bukan hanya sekedar hafalan tetapi sebuah
pemahaman tentang suatu konsep dalam mata pelajaran IPA.

C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka ada beberapa
saran yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,
antara lain:
1. Bagi Sekolah
Hendaknya sekolah mengupayakan pelatihan atau sosialisasi bagi guru
mengenai metode pembelajaran yang bervariasi dan inovatif untuk dapat
mendukung pelaksanaan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai sesuai dengan harapan.
2. Bagi Guru
a. Hendaknya guru meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan
merancang proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga peran
siswa lebih besar dan pembelajaran akan menjadi lebih aktif dan
bermakna. Hal ini membuat siswa tidak mudah bosan dan tetap
termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran yang pada akhirnya
dapat meningkatkan pemahaman konsep pada materi pelajaran.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

77

b. Hendaknya para guru khususnya guru IPA menggunakan metode STAD


dalam melaksanakan pembelajaran. Karena dengan metode STAD siswa
menjadi lebih aktif dalam pembelajaran, sehingga menjadikan proses dan
hasil belajar menjadi lebih baik.
c. Hendaknya para guru menumbuhkan kerjasama dan semangat gotong
royong dalam pembelajaran aga terjadi interaksi yang harmonis antara
siswa dengan suiswa, siswa dengan guru, dan guru dengan guru. Karena
dengan kerjasama dan semangat gotong royong akan membentuk
masyarakat belajar yang harmonis.
3. Bagi Siswa
a. Setiap siswa hendaknya dapat menjalin hubungan baik dengan guru agar
proses belajar mengajar terasa nyaman dan menyenangkan.
b. Siswa hendaknya lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti pembelajaran
di kelas.
4. Bagi Peneliti Lain
Peneliti menyadari bahwa penelitian yang sudah dilakukan ini masih
memiliki kekurangan untuk itu bagi peneliti yang ingin mengkaji lebih jauh
tentang permasalahan yang sama dengan penelitian ini hendaknya lebih
cermat dan mengupayakan pengkajian teori-teori lebih dalam yang
berkaitan dengan metode STAD guna melengkapi kekurangan yang ada
agar diperoleh hasil yang lebih baik.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

78

DAFTAR PUSTAKA

Amir. 2007. Dasar-dasar Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: UNS Press

Ahmad Yasin. 2009. (http://fikriam.blogspot.com/2009/05/meningkatkan-


pemahaman-konsep-siswa_22.html diakses tanggal 4 Januari 2010

Anita Lie. 2008. Cooperatif Learning.Jakarta: PT. Grasindo

Anwar holil. 2007. Pembelajaran Kooperatif.


http://anwarholil.blogspot.com/2007/09/pendidikan-inovatif.html
diakses tanggal 07 Oktober 2009

Arthur K. Ellis. 1998. Teaching and Learning Elementary Social Studies. USA :
Viacom Company

Depdikbud. 1994. GBPP Kelas V SD Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta : CV.


Duta Nusindo

Depdiknas. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdiknas

Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka
Cipta

Fakih Samlawi dan Bunyamin Maftuh. 1999. Konsep Dasar IPS. Depdikbud

Hairudin, dkk. 2007. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta : Departemen


Pendidikan Nasional

Ina Karlina. 2008. Pembelajaran Kooperatif sebagai Salah Satu Strategi


Membangun Pengetahuan Siswa. http://www.sd-
binatalenta.com/images/artikel_ina.pdf diakses tanggal 07 Oktober
2009

Inggridwati Kurnia, dkk. 2007. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Jakarta :


Departemen Pendidikan Nasional

Isjoni. 2009. Cooperatif Lerning. Bandung: Alfabeta

Iskandar, Srini M. 2001. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: C.V


Maulana

Larasati. (http://www.scribd.com/doc/17087298/Karakteristik-Pembelajaran-IPA-
SD diakses tanggal 6 Desember 2009
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

79

Leo sutrisno, Hery kresnadi dan Kartono. 2007. Pengembangan IPA di SD.
Jakarta : Departeman Pendidikan Nasional

Lexy J. Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja


Rosdakarya

Linda Lundgren.1994. Cooperative Learning. New York

Nana Sudjana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar


Baru Algensindo

Made Wena. 2009. Stategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : Bumi


Aksara

Muhammad Faiq Dzaki. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif.


http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/ diakses tanggal 19 Maret
2009

Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan


Implementasi. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya

Ngalim Purwanto. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya

Ngadi. 2009. Pembelajaran Matematika Realistik Untuk Meningkatkan


Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan Bagi Siswa SD Jati 2 kecamatan
Jati kabupaten Blora Semesret 2 Tahun Ajaran 2008/2009.

NN. 2009. Pembelajaran Kooperatif. www.ditnaga-dikti.org. diakses tanggal 7


Oktober 2009

NN. (http://matematika.upi.edu/index.php/) diakses tanggal 20 Oktober 2009

NN. (http://id.answers.yahoo.com) diakses tanggal 18 Mei 2010

NN. 2009. (http://ktiptk.blogspirit.com/archive/2009/01/26/pengertian-


metode.html diakses tanggal 7 September 2009

Nyimas Aisyah. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta :


Departemen Pendidikan Nasional

Oemar Hamalik. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Robertta H. Barba. 1998. Science in the Multicultural Classroom. USA : Viacom


Company
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

80

Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Jakarta :


Depratemen Pendididkan Nasional

Salimatul Hidayah. 2009. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan TAI
Ditinjau dari Aktivitas Belajar Pada Pokok Bahasan Getaran dan
Gelombang untuk Siswa SMP. Skripsi. Surakarta: UNS

Soedjiran dan Mulyono. 1998. Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta : PT. Sinar
Hudaya

Slavin. 2008. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media

Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru


Rayon 13

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Alfabeta

Suhardjono, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Suharsimi Arikunto, Suharjo dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.


Jakarta : PT. bumi Aksara

Sujarwo. ( http :// lib . a t ma jaya. ac. id/ default aspx?tabID =


61&src=k&id=154753) diakses tanggal 25 Mei 2010

Suryabrata, Sumadi. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo


Persada

Sutopo H. B. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Depdikbud UNS.

Tim. 2007. Stategi Belajar Mengajar. Surakarta : Tim FKIP UNS

Toha Anggoro, dkk.2002. metode penelitian. Jakarta :Universitas Terbuka

Tom V. Savage dan David G. Armstrong. 2000. Effective Teching In Elementary


Social Studies. New Jersey

Widayati. 2006. Eksperimentasi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada


Pokok Bahasan Trigonometri Ditinjau dari Kemampuan awal Siswa Kelas
x SMA Negeri 1 Teras Boyolali. Skripsi. Surakarta:UNS
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

81

Wiwin setyowati. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student


Team Achievement Division (STAD) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Fisika di SMAN 8 Surakarta. Skripsi. Surakarta: UNS

Yona Kristianto Mutiasmoro. 2009. Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa


Dengan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Student Team
Achievement Division (STAD) Pada Pokok Bahasan Perbandingan Dan
Fungsi Trigonometri Sub Pokok Bahasan Aturan Sinus Cosinus Dan Luas
Segitiga Pada Kelas X-2 Di SMA Masehi 1 PSAK, Jl Pasir Mas Raya No1
Semarang. Skripsi. Semarang : UNNES

Anda mungkin juga menyukai