id
SKRIPSI
Disusun Oleh :
FERIA MEY LESTARI
K7106023
1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
satunya adalah dengan metode STAD, dengan siswa berinteraksi dan saling
memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif pada masing-
masing zona perkembangan terdekat mereka. Menurut Sugiyanto (2008:43) dalam
metode STAD siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing terdiri
atas 4-6 anggota kelompok, setiap kelompokmemiliki anggota yang heterogen
baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan (tinggi, sedang,rendah) yang
bekerjasama saling ketergantungan positif dan bertanggungjawab atas penguasaan
bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada orang lain
dalam kelompoknya
Menurut Isjoni (2009:15) pembelajaran kooperatif salah satunya adalah
metode STAD dapat digunakan dalam membuat laporan penelitian pada pelajaran
IPA. Metode STAD dapat membantu siswa memahami konsep-konsep IPA yang
sulit serta menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis, meningkatkan
pemahaman konsep dan mengembangkan sikap sosial siswa dan dapat diterapkan
untuk memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya, menghargai
pendapat teman, dan saling menghargai pendapat (sharing ideas). Metode STAD
memiliki dampak yang positif terhadap siswa yang kurang aktif dalam proses
pembelajaran menjadi lebih aktif karena mereka berdiskusi dangan teman
sebayanya mengenai konsep yang belum dimengerti. Bila diorganisasikan dengan
tepat, siswa dapat bekerja sama dengan teman lainnya untuk memastikan bahwa
setiap siswa dalam kelompok tersebut telah menguasai konsep yang telah
diajarkan sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Dengan demikian banyak hal yang bisa siswa dapatkan melalui metode
STAD yang akan menjadikan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran,
mempermudah siswa dalam memahami konsep sifat-sifat cahaya dan lebih
jauhnya dapat mempengaruhi peningkatan hasil belajar IPA. Untuk itu penelitian
ini diberi judul Peningkatan Pemahaman Konsep Sifat-Sifat Cahaya Melalui
Metode “Student Team Achievement Division” (STAD) Pada Siswa Kelas V SDN
Dukuhan Kerten No.58 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa permasalahan yang
diidentifikasi sebagai berikut :
1. Motivasi siswa kurang dalam mengikuti pelajaran IPA
2. Keaktifan siswa masih rendah dalam mengikuti pembelajaran IPA
3. Rendahnya pemahaman konsep sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran IPA
4. Rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA
5. Penggunaan metode pembelajaran oleh guru dalam mata pelajaran IPA kurang
variatif, hanya dengan ceramah dan tugas
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, agar dapat
melaksanakan penelitian yang terpusat pada permasalahan maka penulis
memberikan batasan sebagai berikut :
1. Metode STAD dalam penelitian ini adalah suatu metode pembelajaran
kelompok yang terdiri dari beberapa anggota yang heterogen (4-6 orang) yang
bekerjasama saling ketergantungan positif dalam satu kelompok kecil dan
bertanggungjawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan materi tersebut kepada orang lain dalam kelompoknya.
2. Pemahaman konsep dalam penelitian ini adalah konsep sifat-sifat cahaya pada
siswa kelas V SDN Dukuhan Kerten No. 58
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
Apakah penerapan metode “Student Team Achievement Division” (STAD) dapat
meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada siswa Kelas V SDN
Dukuhan Kerten No.58 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010?”
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan
“Untuk meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya melalui penerapan
metode “Student Team Achievement Division” (STAD) pada siswa Kelas V SDN
Dukuhan Kerten No.58 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dapat digunakan sebagai acuan, referensi ataupun rujukan bagi peneliti yang
akan datang yang akan melakuan penelitian yang serupa ataupun yang
berkenaan dengan penerapan metode STAD untuk meningkatkan pemahaman
konsep sifat-sifat cahaya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Adanya kebebasan bagi siswa untuk menemukan hal-hal baru bagi
dirinya di dalam pembelajaran IPA
2) Dapat menghilangkan rasa jenuh pada saat pembelajaran berlangsung
3) Dapat mempermudah penguasaan konsep, memberikan pengalaman
nyata, memberikan dasar-dasar berpikir konkrit serta mengurangi
verbalisme, sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat
cahaya.
b. Bagi guru
1) Meningkatnya profesionalisme guru
2) Meningkatnya tingkat kepercayaan diri bagi seorang guru
3) Memberikan pengalaman, memberikan wawasan, pengetahuan dan
ketrampilan dalam merancang metode yang tepat dan menarik untuk
mempermudah proses pembelajaran melalui metode STAD.
c. Bagi sekolah
1) Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah serta
kondusifnya iklim pendidikan di sekolah, khususnya pembelajaran IPA
dan umumnya seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Tinjauan Tentang Pemahaman Konsep Sifat-Sifat Cahaya
hasil dari pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari hasil pengetahuan hafalan.
Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu
konsep, untuk itu diperlukan adanya hubungan atau pertautan antara konsep
dengan makna yang ada dalam konsep tersebut. Menurut Bloom dalam
(Dimyati dan Mudjiono, 2002:27) pemahaman mencakup kemampuan
menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.
Dari pandapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa pemahaman adalah
proses mengetahui keadaan jiwa melalui ekspresi yang diberikan melalui
indera. Pemahaman yang baik harus disertai pengertian terhadap ekspresi yang
dihadapi. Memahami berarti mengerti benar tentang sesuatu yang dipelajari
sehingga menjadi baik.
Menurut Soedjiran dan Muljono (1989:6) konsep adalah pengertian yang
disimpulkan dari sekumpulan data yang memiliki kesamaan ciri-ciri. Menurut
Nyimas Aisyah, dkk (2008: 8-12) konsep adalah pengertian yang dapat
digunakan atau memungkinkan seseorang untuk mengelompokkan atau
menggolongkan sesuatu objek. Suatu konsep dapat dibatasi dengan suatu
ungkapan yang disebut definisi. Menurut Tom V. Savage dan David G.
Armstong (2000:25) consepts are labels that help people to make sense of
large quantities of information. Berdasarkan uraian tersebut, konsep adalah
label yang digunakan untuk membantu penalaran terhadap jumlah informasi
yang besar. Konsep adalah sesuatu yang abstrak yang menunjuk pada kategori
atau kelas dari suatu kejadian atau hubungan.(http://id.answers.yahoo.com).
Menurut Fakih Samlawi dan Bunyamin Maftuh (1999:6) konsep adalah
kesepakatan bersama untuk penanaman sesuatu dan merupakan alat intelektual
yang membantu kegiatan berfikir dan memecahkan masalah. Menurut Moore
dalam (Fakih Samlawi dan Bunyamin Maftuh, 1999:6) mengungkapkan bahwa
konsep adalah sesuatu yang tersimpan dalam pikiran yang berupa suatu
pemikiran, ide, atau gagasan. Sedangkan menurut Parker dalam (Fakih
Samlawi dan Bunyamin Maftuh, 1999:6) konsep adalah gagasan tentang
sesuatu yang ada dan dapat diwujudkan dengan contoh. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, edisi tiga 2003) konsep adalah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
11
12
13
menurut Gagne dalam (Isjoni, 2009:72), an active process and suggests that
teaching involves facilitating active mental process by students, bahwa dalam
proses pembelajaran siswa berada dalam posisi proses mental yang aktif, dan
guru berfungsi mengkondisikan terjadinya pembelajaran. Menurut Oemar
Hamalik (2003:57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun
meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur
yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Tim SBM PGSD (2007 : 7) pembelajaran adalah
membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan pembelajaran diarahkan
untuk membangun kemampuan berfikir dan kemampuan menguasai materi
pembelajaran, dari pengetahuan yang sumbernya dari luar diri siswa kemudian
dikonstruksi dalam diri individu siswa. Pengetahuan tidak diperoleh dengan
cara diberikan atau ditransfer dari orang lain, tetapi dibentuk dan dikonstruksi
oleh individu itu sendiri sehingga siswa itu mampu mengembangkan
intelektualnya. Sedangkan pembelajaran menurut Muhammad Surya dalam
(Isjoni, 2009:72) merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil dan pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Menurut Robertta H. Barba (1998:96) learning is dependent
upon the external environment, but also on the child’s internal processing of
information. Berdasarkan uraian tersebut, pembelajaran bergantung pada
lingkungan luar, tetapi juga bergantung pada proses pengolahan informasi
anak.
Berdasarkan pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu
dan pengetahuan, pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.
Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik
agar dapat belajar dengan baik.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
15
16
17
18
19
20
b) Cermin Cembung
21
Apabila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih
rapat, cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Misalnya cahaya
merambat dari udara ke air. Sebaliknya, apabila cahaya merambat dari zat
yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat, cahaya akan dibiaskan menjauhi
garis normal. Misalnya cahaya merambat dari air ke udara.
Pembiasan cahaya sering kamu jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya dasar kolam terlihat lebih dangkal daripada kedalaman
sebenarnya. Gejala pembiasan juga dapat dilihat pada pensil yang
dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air. Pensil tersebut akan tampak
patah.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
23
24
25
26
27
peran dan tanggung jawab yang sama. Menurut Slavin (2009:143) metode
STAD adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana, dan merupakan metode yang paling baik bagi para guru yang
baru menggunakan pembelajaran kooperatif.
Menurut Isjoni (2009:74) STAD merupakan salah satu tipe kooperatif
yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk
saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran
guna mencapai prestasi yang maksimal. Slavin (2009:141) berpendapat
metode STAD merupakan metode yang digunakan secara terstruktur,
metode STAD merupakan metode yang terdapat dalam pembelajaran
kooperatif yang paling tua dan paling banyak digunakan dalam penelitian
pendidikan, termasuk juga dalam penampaian materi dikelas.
3) Komponen Metode STAD
Menurut Slavin (2009 : 143-160), metode STAD terdiri dari lima
komponen utama yaitu:
a) Presentasi Kelas
Materi dalam metode STAD adalah pengenalan awal dalam
presentasi kelas. Dalam presentasi kelas ini, guru mengajarkan materi
secara langsung dalam pertemuan kelas. Presentasi kelas dalam metode
STAD berbeda dengan presentasi kelas yang dilakukan guru pada
umumnya. Hal ini disebabkan karena presentasi kelas dalam metode
STAD hanya dilakukan pada hal-hal pokok saja. Dengan cara ini siswa
dituntut untuk sungguh-sungguh dalam memperhatikan materi yang
diberikan oleh guru dalam presentasi kelas karena akan membantu
mereka dalam mengerjakan kuis dan menentuan skor dari pengerjaan
kuis yang nantinya akan mempengaruhi skor kelompok mereka.
b) Tim (Kelompok)
Kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang mempunyai karakteristik
yang berbeda-beda atau heterogen baik dalam penguasaan materi, jenis
kelamin maupun keturunan. Fungsi utama dari kelompok adalah
memastikan bahwa semua anggota kelompok dapat belajar dan juga
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
29
a) Materi
Materi ajar dapat dibuat oleh guru berupa Lembar Kerja Siswa
(LKS). Lembar kerja siswa ini dilengkapi dengan kunci jawabannya.
Selain itu guru juga harus mempersiapkan kuis untuk tiap unit atau
kompetensi dasar yang telah direncanakan untuk diajarkan.
b) Membagi para Siswa ke dalam Kelompok
Sebuah kelompok dalam metode STAD merupakan sebuah
kelompok yang terdiri dari empat atau lima siswa yang heterogen.
c) Menentukan Skor Awal Pertama
Skor dasar awal dapat diambil dari skor rata-rata siswa pada kuis
sebelumnya. Apabila sebelumnya belum pernah diadakan kuis, skor
dasar awal dapat diambil dari nilai final siswa dari tahun yang lalu.
d) Membangun Tim
Sebelum memulai program pembelajaran kooperatif, akan sangat
baik jika memulai dengan satu atau lebih latihan pembentukan tim
sekadar untuk memberi kesempatan kepada anggota tim untuk
melakukan sesuatu yang menyenangkan dan untuk saling mengenal satu
sama lain.
5) Langkah-langkah Penerapan Metode STAD
Berikut ini disajikan langkah-langkah pembelajaran STAD menurut
pendapat Agus Suprijono (2009: 36) adalah sebagai berikut:
a) Membentuk kelompok yang anggotanya empat orang secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain).
b) Guru menyajikan pelajaran.
c) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-
anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan
pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu
mengerti.
d) Guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat
menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
e) Memberi evaluasi.
f) Kesimpulan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
31
32
33
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori yang dikemukakan di atas maka dapat disusun
suatu kerangka pemikiran. Pada kondisi awal pembelajaran sebelum menerapkan
metode STAD, guru masih menggunakan pembelajaran konvensional. Siswa
menjadi lebih cepat bosan dan informasi yang disampaikan sulit diserap oleh
siswa serta tidak merangsang kreativitas dan partisipasi siswa, Guru lebih
menekankan pada terselesainya materi pelajaran daripada tingkat kemampuan
siswa dalam memahami materi, komunikasi pembelajaran hanya satu arah
sehingga kurang adanya timbal balik antara guru dengan siswa untuk aktif dan
kreatif dalam menyerap dan mempertajam gagasannya, siswa masih merasa malu
untuk bertanya kepada guru tentang materi yang belum mereka pahami sehingga
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
membuat siswa kurang aktif dalam pembelajaran, siswa menganggap bahwa IPA
merupakan mata pelajaran yang sulit sehingga mereka enggan mempelajarinya.
Akibat dari permasalahan tersebut dapat mempengaruhi pemahaman siswa
terhadap konsep sifat-sifat cahaya cenderung rendah.
Dengan kondisi tersebut, maka peneliti melaksanakan tindakan dengan
menerapkan metode STAD untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang
konsep sifat-sifat cahaya. Pada kondisi akhir pembelajaran, partisipasi, kerja
sama, tanggungjawab dan kreativitas siswa dalam pembelajaran dapat meningkat
sehingga pembelajaran dapat lebih bermakna dan pada akhirnya pemahaman
terhadap konsep sifat-sifat cahaya meningkat.
Dari pemikiran di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran dalam
penelitian ini sebagai berikut:
Pemahaman siswa
terhadap konsep sifat-
Kondisi Awal Guru menggunakan
sifat cahaya rendah
metode konvensional
Pemahaman siswa
Kondisi Akhir terhadap konsep sifat-sifat
cahaya meningkat
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
“Melalui penerapan Metode “Student Team Achievement Division” (STAD) dapat
meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN
Dukuhan Kerten No.58 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010”.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan (action research) dan
dilaksanakan di kelas sehingga disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut
Suharsimi Arikunto (2007: 3) penelitian tindakan kelas adalah pencermatan
sebuah kegiatan pembelajaran dengan suatu tindakan yang sengaja dimunculkan
dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
C. Data Penelitian
Data penelitian diperoleh setelah melakukan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) kemudian data-data tersebut dikumpulkan melalui beberapa teknik
pengumpulan data diantaranya observasi, wawancara, dokumen dan tes hasil
belajar. Sumber data penelitian adalah siswa kelas V (lima) SDN Dukuhan Kerten
No.58 Surakarta Tahun pelajaran 2009/ 2010 dan guru kelas V (lima) serta
lingkungan yang mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Sebagai sumber
data dalam penelitian ini adalah :
1. Siswa SD kelas V SDN Dukuhan Kerten No.58 Surakarta.
2. Hasil jawaban subjek penelitian secara tertulis dalam menyelesaikan soal-soal
yang berhubungan dengan sifat-sifat cahaya, yang diperoleh melalui tes awal
penelitian dan tes pada akhir tiap-tiap tindakan.
3. Jawaban subjek penelitian berupa pernyataan verbal atau kata-kata yang
diperoleh dari hasil wawancara antara peneliti dengan subjek penelitian.
4. Hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan peneliti dan guru kelas V
tentang pelaksanaan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD.
37
38
E. Validitas Data
Menurut Suharsimi Arikunto (2008:12), di dalam penelitian diperlukan
adanya validitas data, maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan
hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti. Menurut
Patton dalam Herybertus B.Sutopo (1996: 70 ) teknik Trianggulasi ada empat
teknik yaitu : Trianggulasi data, trianggulasi metode, trianggulasi teori, dan
trianggulasi peneliti.
Dalam penelitian ini untuk menguji validitas data peneliti menggunakan
validitas isi dan trianggulasi data.
a. Validitas isi
Sebuah tes dikatakan memiliki isi apabila di dalamnya mengukur tujuan
khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan
oleh guru dalam pembelajaran. Pada penelitian ini data yang diukur
menggunakan validitas isi yaitu tes yang digunakan untuk mengukur
kemampuan menyelesaikan soal cerita dengan materi yang diajarkan di kelas
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
40
2) Penyajian data
Data yang telah direduksi dan dikelompokkan dalam berbagai pola
dideskripsikan dalam bentuk kata-kata yang berguna untuk melihat gambaran
keseluruhan atau bagian tertentu. Penyajian data ini ditulis dalam paparan data.
3) Penarikan simpulan atau verivikasi
Data yang diperoleh dicari pola, hubungan, atau hal-hal yang sering
timbul dari data tersebut kemudian dihasilkan simpulan sementara yang disebut
dengan temuan peneliti. Penarikan simpulan dilakukan terhadap temuan
peneliti berupa indikator-indikator yang selanjutnya dilakukan pemaknaan atau
refleksi sehingga memperoleh simpulan akhir. Hasil simpulan akhir dilakukan
refleksi untuk menentukan atau menyusun rencana tindakan berikutnya.
Untuk memperjelas proses analisis interaktif disajikan pada Gambar 2
sebagai berikut:
Pengumpulan
Sajian Data
data
Penarikan
Reduksi data
Kesimpulan
41
G. Strategi Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan strategi tindakan kelas. Menurut
Suharsimi Arikunto (2007:16) disajikan pada Gambar 3 sebagai berikut:
perencanaan
pengamatan
perencanaan
pengamatan
?
Gambar 3 : Bagan Strategi Penelitian
H. Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan
atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Pada
penelitian ini, indikator yang menjadi pedoman keberhasilan adalah meningkatnya
pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN Dukuhan Kerten
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 melalui
penerapan metode STAD. Indikator penelitian bersumber dari kurikulum dan
silabus KTSP IPA kelas V serta Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah
ditetapkan oleh kepala sekolah dan guru kelas V, yaitu 63.
Pada siklus I pembelajaran dikatakan berhasil apabila pemahaman konsep
siswa mencapai rata-rata kelas 65 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 63
mencapai 75 % . Pada siklus II pembelajaran dikatakan berhasil apabila
kemampuan pemahaman konsepsifat-safat cahaya mencapai rata-rata kelas 7,0
dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 63 mencapai 85 %.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
I. Prosedur penelitian
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti, guru kelas dan kepala sekolah menyusun rencana
tindakan yang didasarkan pada studi pendahuluan yang telah dilakukan.
Adapun tahap perencanaan ini berisi tindakan apa yang akan dilakukan, materi
dan model pembelajaran yang akan digunakan, siapa yang akan melaksanakan,
waktu pelaksanaannya, dan bagaimana melaksanakannya termasuk penyusunan
rencana pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran koooperatif
tipe STAD yang akan digunakan dalam pembelajaran serta instrument yang
akan dipakai untuk pemantauan dan evaluasi kegiatan dirancang secara
bersama-sama.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahapan kegiatan dalam penelitian ini menggunakan model Kemmis dan
Taggart yang meliputi empat tahap yaitu, perencanaan, tindakan, observasi dan
refleksi, dilakukan secara terus menerus, berkesinambungan sampai hasil yang
diharapkan sesuai dengan indikatornyang ditetapkan tercapai.
Pelaksanaan tindakan ini didasarkan pada perencanaan yang telah
disusun. Dalam pelaksanaannya, tindakan dilakukan oleh guru kelas V. pada
saat guru kelas melakukan tindakan, peneliti beserta kepala sekolah bertindak
sebagai pengarah, motivator, dan pengamat. Pada saat peneliti melakukan
tindakan, guru kelas bertindak sebagai observer sehingga terjalin kerjasama
yang baik. Setelah satu siklus terlaksana diadakan diskusi hasil temuan dari
pengamatan yang dilakukan sebagai refleksi untuk perencanaan kembali untuk
memperbaiki temuan dalam siklus 1.
1. Rancangan Siklus I
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan ini peneliti menyusun rencana tindakan
yang didasarkan pada hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan.
Dalam hal ini guru dan peneliti menyamakan persepsi tentang
permasalahan yang ditemui dan menjabarkannya serinci mungkin.
Bentuk rencana tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
44
45
46
47
c. Observasi
Observasi dilakukan dengan mengkaji hasil pada siklus pertama
dan memonitor serta membantu siswa jika menemui kesulitan
d. Refleksi
Menganalisis hasil pengamatan untuk memperoleh gambaran
tentang dampak dari tindakan yang dilakukan, hal-hal yang perlu
diperbaiki dan yang harus menjadi perhatian agar diperoleh hasil yang
maksimal.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN
49
kelas IIIB sebanyak 33 siswa, kelas IVA sebanyak 37 siswa, kelas IVB sebanyak
35 siswa, kelas VA sebanyak 35 siswa, kelas VB sebanyak 34 siswa, kelas VIA
sebanyak 24 siswa dan kelas VIB sebanyak 23 siswa. Siswa di SD Negeri
Dukuhan Kerten berasal dari berbagai latar belakang sosial yang berbeda-beda.
SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 kecamatan Laweyan kota Surakarta
pada tahun 2009 /2010 dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah dan memiliki 18
guru yang telah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS), 7 orang tenaga pengajar
yang masih Wiyata Bakti dan 2 orang penjaga sekolah. Semua personil telah
melaksanakan tugasnya masing-masing dengan baik sesuai dengan
tanggungjawabnya. Dengan jumlah guru yang memadai maka proses belajar
mengajar juga dapat berjalan dengan lancar. Dengan kelancaran proses
pembelajaran tersebut seharusnya para siswa SDN Dukuhan Kerten No. 58 dapat
meraih prestasi yang baik baik secara akademik maupun non akademik. Bukan
hanya guru dan Kepala sekolah yang bertanggungjawab dalam membimbing
siswa namun peran orang tua dan masyarakat juga sangat penting. Hal ini telah
diwujudkan di SDN Dukuhan Kerten No. 58 dalam wadah Paguyuban Orang Tua
Siswa dan Komite sekolah. Keberhasilan pendidikan siswa merupakan
tanggungjawab bersama sehingga harus ada kerjasama yang baik dari semua
pihak.
Dari berbagai data yang dihasilkan mengenai sarana dan prasarana serta
fasilitas yang ada di SDN Dukuhan Kerten No. 58 yang cukup memadai, maka
sangatlah mungkin diterapkannya berbagai metode pembelajaran termasuk
metode STAD dalam pembelajaran IPA khususnya guna mencari dan menggali
efektifitas metode pembelajaran yang akan merangsang siswa untuk berkembang
sehingga mereka mempunyai bekal hidup di masyarakat dan di masa yang akan
datang.
50
Kamis tanggal 8 April 2010 yaitu pada mata pelajaran IPA dengan pokok
bahasan cahaya. Dalam pelaksanaan penelitian, observer mengamati, mencatat
kemudian mendokumentasikan berbagai temuan dan informasi yang didapat pada
saat kegiatan pembelajaran sebelum menerapkan metode STAD. Pada proses
pembelajaran di kelas kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan rutin seperti
berdo’a bersama, guru mengabsen siswa, mencatat materi pelajaran yaitu materi
tentang cahaya, melakukan tanya jawab dan diakhiri dengan pemberian tes tertulis
sebagai alat penilaian. Proses pembalajaran pada kegiatan inti diantaranya, guru
sebagai objek penelitian menyuruh siswa membuka buku IPA tentang materi sifat-
sifat cahaya halaman 111, pada waktu itu buku yang digunakan adalah buku IPA
kelas 5 Saling Temas oleh Choiril Azmiyawati. Kemudian siswa di suruh
mendengarkan penjelasan guru. Setelah penjelasan selesai, guru menulis
rangkuman materi cahaya pada papan tulis sebagai catatan untuk siswa. Pada
akhir kegiatan, guru memberikan soal-soal sebagai latihan untuk mengukur
tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang sudah dijelaskan, lalu siswa diberi
pekerjaan rumah.
Dari langkah-langkah pembelajaran yang tersebut di atas terlihat masih
adanya dominasi guru dalam pembelajaran, dan siswa tidak diberi kesempatan
untuk mengembangkan ketrampilan berfikirnya. Hasil belajar dari kondisi awal
pembelajaran IPA di SDN Dukuhan Kerten No. 58 dapat terlihat dari Tabel 2
berikut ini :
Tabel 2: Data Nilai IPA Materi Sifat-sifat cahaya Siswa Kelas V
SDN Dukuhan Kerten No. 58 Sebelum Tindakan
51
Dari Tabel 2 Data Nilai IPA Materi Sifat-sifat Cahaya Siswa Kelas V
SDN Dukuhan Kerten No. 58 sebelum tindakan dapat disajikan pada Gambar 4
sebagai berikut:
52
Hal tersebut menjadi refleksi bagi guru kelas V khususnya dan tentunya
peneliti yang ingin memaksimalkan hasil belajar. Bertolak dari kenyataan
tersebut, peneliti mengadakan koordinasi dengan guru kelas V untuk membahas
tentang alternatif yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan pemahaman siswa
kelas V SDN Dukuhan Kerten No. 58 terhadap materi sifat-sifat cahaya. Salah
satu alternatif pemecahan yang dapat dilakukan adalah melaksanakan
pembelajaran dengan mengaktifkan siswa, yaitu dengan menerapkan metode
Student Teams Achievement Divisions (STAD).
53
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini guru melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan
metode STAD sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun.
1) Pertemuan I
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 15 April
2010. Pada pertemuan pertama materi yang dibahas adalah sifat cahaya
merambat lurus dan menembus benda bening. Berikut ini dipaparkan
kondisi riil yang dialami selama proses belajar mengajar berlangsung.
Proses pembelajaran diawali dengan berdo’a bersama kemudian
disusul dengan pemberian salam dari siswa untuk guru. Setelah rutinitas
tersebut dilaksanakan, guru mengabsen siswa. Pada waktu itu seluruh siswa
hadir. Setelah mengabsen, guru mengkondisikan siswa pada situasi
pembelajaran yang kondusif kemudian melakukan apersepsi yaitu dengan
menyalakan lilin di depan kelas, siswa memperhatikan kegiatan guru.
Kemudian guru mengarahkan siswa bahwa lilin merupakan sumber cahaya
dan menjelaskan tujuan dari pembelajaran yaitu akan mempalajari tentang
sifat-sifat cahaya. Selanjutnya guru memberikan pertanyaan dengan
mengaitkan pada pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari yang
berkaitan dengan sifat-sifat cahaya. Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan
dari guru namun masih terlihat malu-malu. Karena Siswa masih belum
begitu berani mengungkapkan pendapat maka guru memberikan motivasi
kepada siswa agar siswa tetap tertarik dalam mengikuti pembelajaran.
Pada awal proses kegiatan inti, guru mengelompokan siswa dengan
jumlah 34 orang menjadi 6 kelompok heterogen. Setiap kelompok terdiri
dari 5-6 orang siswa. Cara pengelompokan ditentukan oleh guru yaitu
berdasarkan nilai sebelum tindakan dan jenis kelamin sehingga terbentuk
kelompok heterogen. Kemudian siswa dengan gesit mengatur bangku dan
meja mereka sesuai kelompok yang telah ditentukan. Kondisi ruang kelas
cukup gaduh dengan suara meja dan kursi yang digeser-geser oleh siswa.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
Pada situasi ini guru belum bisa menenangkan siswa. Setelah semua selesai
mengatur tempat duduk, guru mengembalikan konsentrasi belajar siswa
dengan mengajak melakukan “Tepuk Tenang”. Guru menyuruh setiap
kelompok menunjuk salah satu teman sebagai ketua kelompok dan
mengambil alat-alat untuk melakukan percobaan. Kemudian guru
mempresentasikan materi yang akan disampaikan yaitu tentang sifat-sifat
cahaya secara umum. Setelah itu, guru menjelaskan tentang langkah-
langkah kegiatan yang harus dilakukan dalam percobaan untuk
membuktikan sifat cahaya merambat lurus dan menembus benda bening.
Guru mambagikan LKS (terdapat pada lampiran halaman 115) untuk diisi
berdasarkan hasil percobaan, setiap anggota kelompok mendapatkan LKS
untuk diisi berdasarkan hasil percobaan. Namun, kondisi pembelajaran
pembelajaran masih kurang kondusif karena siswa masih kebingungan.
Sebagian diantara mereka masih hanya bermain-main dengan alat-alat
percobaan yang diberikan guru dan yang lain coba mengamankannya, yang
akhirnya banyak kegiatan yang di luar perencanaan. Guru masih kewalahan
memberikan pengertian akan langkah-langkah penemuan karena siswa tidak
tertib dan kurang perhatian serta konsentrasi. Pada tahap kerja kelompok,
siswa membaca LKS yang dibagikan guru, kemudian siswa mulai
mengerjakan langkah-langkah menemukan sifat cahaya merambat lurus,
setelah selesai dilanjutkan dengan sifat cahaya menembus benda bening.
Sebagian masih ada yang kebingungan untuk mengisinya kemudian guru
menerangkan kembali cara mengisi kolom yang ada pada LKS. Masing-
masing kelompok bekerja menyelesaikan tugas yang diberikan. Namun ada
sebagian yang hanya mengganggu teman lainnya saja. Waktu yang
diberikan kurang lebih 20 menit. Selama kelompok melakukan percobaan
guru berkeliling memberikan bimbingan pada setiap kelompok. Kadangkala
guru memberikan penjelasan karena siswa masih belum sesuai dengan
langkah-langkah yang ada di LKS.
Setelah selesai melakukan percobaan, masing-masing ketua kelompok
melaporkan hasil percobaan di depan kelas. Siswa masih malu-malu
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
56
57
58
Pertemuan II
1) Kegiatan Siswa (lampiran 10 halaman 158)
a) Kedisiplinan siswa dalam kriteria sangat baik, b) keaktifan siswa
dalam kriteria baik, c) kemampuan siswa melakukan percobaan dalam
kriteria baik, d) keterampilan kooperatif siswa dalam kriteria baik, e)
kenampakan sifat kooperatif pada saat melakukan diskusi dalam kriteria
baik, f) kemampuan siswa menjawab pertanyaan dalam diskusi dalam
kriteria baik, g) keadaan siswa dengan lingkungan belajarnya dalam
kriteria sangat baik, h) kemampuan siswa dalam mengerjakan evaluasi
dalam kriteria baik, i) skor rata-rata kegiatan siswa pada pertemuan II
adalah 3,25 (baik).
2) Kegiatan Guru (lampiran 9 halaman 143)
a) Persiapan sebelum kegiatan pembelajaran dimulai dalam kriteria baik,
b) kegiatan apersepsi dalam kriteria kurang, c) pengelolaan kelas dalam
kriteria baik, d) pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran dalam
kriteria baik, e) kegiatan penyampaian materi melalui penerapan metode
STAD dalam kriteria baik, f) kegiatan tanya jawab dalam kriteria kurang,
g) diskusi dan penjelasan konsep dalam kriteria baik, h) perhatian guru
terhadap siswa dalam kriteria baik, i) pengembangan aplikasi dalam
kriteria baik, j) kemampuan menutup pelajaran dalam kriteria sangat baik,
k) skor rata-rata kegiatan guru pada pertemuan II adalah 2,80 (kurang).
Hasil pengamatan terhadap siswa pada siklus I menunjukkan adanya
peningkatan pada keaktifan siswa dan kemampuan siswa melakukan diskusi.
Itu berarti peran dan keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran semakin
meningkat. Dengan meningkatnya aktifitas siswa dalam proses pembelajaran
diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya.
Dari pengamatan yang dilakukan, dapat diketahui bahwa pembelajaran
IPA yang dilaksanakan dengan menerapkan metode STAD pada siklus I dapat
ditarik simpulan keaktifan siswa belum maksimal, meskipun sudah ada
perubahan dari pertemuan I ke pertemuan II. Tetapi hasil yang diharapkan
belum dapat dicapai dengan baik
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59
d. Refleksi
Berdasarkan kumpulan data yang diperoleh dari kolaborasi dengan guru
kelas, peneliti memperoleh temuan bahwa : 1) Dalam proses pembelajaran
guru belum sepenuhnya mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran
yang telah dibuat sehingga masih terdapat poin-poin kegiatan yang tidak
dilaksanakan sesuai perencanaan. 2) Penerapan metode STAD dalam proses
pembelajaran IPA pada pokok bahasan sifat-sifat cahaya belum dilaksanakan
secara maksimal sesuai dengan perencanaan. 3) Siswa terlihat antusias dan
sangat bersemangat dalam belajar artinya pembelajaran sudah mulai berpusat
pada siswa, namun dalam kondisi tersebut masih banyak siswa yang tidak
mengerti makna pembelajaran yang sedang berlangsung. Banyak diantara
mereka yang hanya bermain dan tidak melakukan tugas mereka seharusnya. 4)
Guru masih dihadapkan pada masalah koordinasi antar kelompok agar mereka
saling bekerjasama karena siswa selalu berebut menggunakan alat peraga
dalam melakukan percobaan. 5) Proses pembelajaran lebih interaktif
dibandingkan sebelum menerapkan metode STAD. Guru dan siswa mulai aktif
berkomunikasi multi arah mengemukakan pendapat dan pertanyaan mengenai
materi pelajaran.
Berdasarkan refleksi pada kegiatan pada siklus 1 masih banyak
kekurangan serta kelemahan yang terjadi saat pembelajaran berlangsung, maka
peneliti mencari solusi dengan memberikan arahan kembali kepada siswa
tentang tahapan-tahapan kerja kelompok dengan menerapkan metode STAD.
Selain itu, peneliti juga mengubah jumlah anggota dalam kelompok dari 5-6
orang menjadi 4-5 orang pada masing-masing kelompok. Jadi, pada siklus II,
kelas dibagi menjadi 7 kelompok. Hal ini dilakukan dengan alasan agar
pembelajaran dapat berjalan efektif. Untuk kelancaran proses diskusi, peneliti
juga memberikan motivasi berupa penghargaan baik secara verbal maupun non
verbal kepada siswa agar mereka lebih berani lagi dalam menyampaikan
pendapat. Selain itu guru juga memberikan apersepsi yang lebih meningkatkan
motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut
maka peneliti mengadakan tindakan untuk siklus berikutnya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60
Adapun hasil yang diperoleh pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 3 di
bawah ini:
Tabel 3 : Data Nilai IPA Materi Sifat-sifat cahaya Siswa Kelas V SDN
Dukuhan Kerten No. 58 Pada Siklus I
Dari Tabel 3 Nilai IPA Materi Sifat-sifat Cahaya Siswa Kelas V SDN
Dukuhan Kerten No. 58 setelah tindakan melalui penerapan metode STAD,
dapat disajikan dalam Gambar 5 sebagai berikut:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61
2. Tindakan siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan selama dua kali pertemuan. Tiap-tiap
pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 X 35 menit) yang dilaksanakan selama
dua minggu yaitu pada tanggal 27 April 2010 dan 6 Mei 2010. Pada siklus II ini
peneliti mengkaji hasil refleksi dari siklus I. Adapun tahapan-tahapan yang
dilaksanakan dalam siklus II adalah sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan pada siklus I telah diketahui
bahwa ada peningkatan pamahaman siswa terhadap materi pembelajaran IPA
tetapi belum maksimal. Hal tersebut ditunjukkan pada beberapa siswa yang
belum tuntas dalam pembelajaran IPA pada materi sifat-sifat cahaya.
Perencanaan pada siklus yang kedua ini adalah dengan melakukan
identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah sebagai
berikut:
1) Guru menyampaikan materi dan informasi pembelajaran dengan jelas dan
memberikan arahan kembali kepada siswa tentang tahapan-tahapan kerja
kelompok dengan menerapkan metode STAD.
2) Memberikan apersepsi yang bisa membuat siswa lebih bersemangat dalam
mengikuti pembelajaran
3) Memberikan motivasi kepada siswa misalnya dengan memberikan
penghargaan baik verbal maupun non verbal.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62
63
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti mengulang materi pembelajaran dengan
menerapkan metode STAD. Pembelajaran yang telah disusun pada siklus II
dilaksanakan dua kali pertemuan.
1) Pertemuan I
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 27 April
2010. Pada pertemuan ini materi yang diajarkan adalah cahaya merambat
lurus dan menembus benda bening. Berikut ini dipaparkan kondisi riil yang
dialami selama proses belajar mengajar berlangsung.
Kegiatan diawali dengan doa bersama, mengabsen siswa dan
mengkondisikan siswa. Sebagai kegiatan awal guru mengajak siswa untuk
menyanyikan lagu favorit kelas V yaitu “Solo Berseri”, agar siswa lebih
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran lalu guru melakukan tanya
jawab tentang sifat cahaya merambat lurus dan menembus benda bening.
Guru mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan untuk
membuktikan bahwa cahaya merambat lurus dan menembus benda bening.
Kemudian siswa berkelompok seperti pada siklus I, tetapi pada siklus II
masing-masing kelompok dikurangi satu orang dan membentuk kelompok
baru (ditunjuk oleh guru), jadi pada siklus II setip kelompok terdiri dari 4-5
orang. Kemudian guru mempresentasikan materi yang akan disampaikan,
yaitu sifat cahaya merambat lurus dan menembus benda bening dengan
menggunakan sumber dan media pembelajaran yang telah dipersiapkan.
Ketua kelompok mengambil benda-benda sebagai alat-alat percobaan.
Guru menjelaskan langkah-langkah percobaan dengan susunan yang sesuai.
Siswa aktif bekerja dengan masing-masing kelompoknya. Ada yang
memegang LKS, ada pula yang menggunakan benda-benda yang ada untuk
melakukan percobaan. Jadi, sudah ada pembagian tugas dalam kelompok.
Pada saat siswa melakukan percobaan, guru mengisi formulir observasi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64
aktivitas siswa untuk menilai proses kerja siswa dengan berkeliling ke-
setiap kelompok. Hal tersebut dapat pula meningkatkan motivasi siswa
dalam bekerja bersungguh-sungguh dan tidak main-main. Kegiatan guru
berkeliling ke-setiap kelompok juga digunakan sebagai aktivitas
membimbing siswa dalam mengisi LKS. Setelah selesai mengisi LKS,
seperti biasa setiap kelompok melaporkan hasil percobaan mereka secara
bergilir. Kelompok yang lainnya memberikan tanggapan. Pada siklus 2,
siswa sudah berani memberikan tanggapan dari hasil percobaan yang
disajikan kelompok lain. Kegiatan tanya jawab pun berlangsung secara
spontan antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Kegiatan
selanjutnya siswa mengerjakan evaluasi untuk mengetahui kedalaman
pemahaman siswa terhadap materi. Guru memberikan penghargaaan pada
kelompok maupun individu agar siswa tetap termotivasi dalam
melaksanakan pembelajaran.
Sebagai kegiatan penutup siswa dan guru membuat kesimpulan
tentang sifat cahaya merambat lurus dan menembus benda bening yang
telah didiskusikan dan melakukan refleksi. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas berkaitan dengan
materi yang telah dipelajari. Guru memberikan tugas kepada siswa sebagai
tindak lanjut dari pembelajaran yang telah dilaksanakan.
2) Pertemuan II
Pertemuan II dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 2010. Materi sifat-sifat
cahaya pertemuan II pada siklus II ini adalah tentang sifat cahaya dapat
dipantulkan (sifat bayangan pada cermin datar, cekung dan cembung) serta
cahaya dapat dibiaskan.
Pada kegiatan awal guru meminta salah satu siswa untuk memimpin
doa. Setelah itu guru melakukan presensi. Sebelum memulai pembelajaran
guru memotivasi siswa dengan mengajak siswa menyanyikan lagu “Belajar
dimana-mana”, lagu kreasi guru sebagai penyemangat untuk memulai
pembelajaran. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang sifat-sifat
cahaya yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya agar siswa lebih siap
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65
66
67
68
Adapun hasil yang diperoleh pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 4 di
bawah ini:
Tabel 4 : Data Nilai IPA Materi Sifat-sifat Cahaya Siswa Kelas V
SDN Dukuhan Kerten No. 58 Pada Siklus II
No Interval Bb Ba Frekuensi Nilai fixi Prosentase Keterangan
Nilai (fi) Tengah (%)
(xi)
1 35-45 34,5 45,5 0 41 0 0 -
2 46-56 45,5 56,5 0 52 0 0 -
3 57-67 56,5 67,5 9 63 585 26,47 ≤ KKM
4 68-78 67,5 78,5 14 74 1036 41,18 > KKM
5 79-89 78,5 89,5 6 85 510 17,65 > KKM
6 90-100 89,5 100,5 5 96 480 14,71 > KKM
Jumlah 34 2611 100
Nilai rata-rata= 2611 : 34 = 76,79
Ketuntasan klasikal= 30 : 34 X 100 % = 88,24 %
Dari Tabel 4 nilai IPA Materi Sifat-sifat cahaya Siswa Kelas V SDN
Dukuhan Kerten No. 58 melalui penerapan metode STAD yang telah
diterangkan di atas, dapat disajikan dalam Gambar 6 sebagai berikut:
69
Dari hasil penelitian siklus II, maka peneliti mengulas secara cermat
bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi siswa dengan penerapan metode
STAD sudah berhasil. Hal ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan
pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN Dukuhan
Kerten. Prosentase siswa yang nilainya di atas KKM juga sudah memenuhi
indikator kinerja pada siklus II yaitu 85%, sehingga tidak perlu dilanjutkan
pada siklus berikutnya.
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui penerapan metode
STAD dapat meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada siswa
kelas V SDN Dukuhan Kerten tahun ajaran 2009/ 2010.
70
demikian rata-rata nilai yang diperoleh siswa sebesar 72,2. Siswa yang
mendapat nilai < 63 (KKM) sebanyak 8 siswa atau 23,53% dan siswa yang
mendapat nilai ≥ 63 (KKM) sebanyak 26 siswa atau 76,47%.
b. Pada pertemuan kedua siswa yang memperoleh nilai 35-45 ada 1 siswa,
nilai 46-56 ada 3 siswa, mendapat nilai 57-67 ada 12 siswa, nilai 68-78 ada
11 siswa, nilainya 79-89 ada 5 siswa, dan siswa yang mendapat nilai 90-100
adalah 2 siswa. Dengan demikian rata-rata nilai yang diperoleh siswa
sebesar 70,82. Siswa yang mendapat nilai < 63 (KKM) sebanyak 10 siswa
atau 29,41% dan siswa yang mendapat nilai ≥ 63 (KKM) sebanyak 24 siswa
atau 70,59%.
Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada pertemuan pertama dan
pertemuan kedua sikus I adalah 71,74. Siswa yang mendapat nilai < 63 (KKM)
sebanyak 10 siswa atau 29,41% dan mendapat nilai ≥ 63 (KKM) sebanyak 24
siswa atau 70,59%.
3. Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas V Siklus II
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui bahwa nilai
evaluasi IPA materi sifat-sifat cahaya pada siklus II yang terdiri atas 2
pertemuan yaitu sebagai berikut:
a. Pada pertemuan pertama tidak ada siswa yang memperoleh nilai 35-45 dan
46-56, mendapat nilai 57-67 ada 8 siswa, nilai 68-78 ada 13 siswa, nilainya
79-89 ada 7 siswa, dan siswa yang mendapat nilai 90-100 adalah 6 siswa.
Dengan demikian rata-rata nilai yang diperoleh siswa sebesar 78,03. Siswa
yang mendapat nilai < 63 (KKM) ada 1 siswa atau 2,94% dan siswa yang
mendapat nilai ≥ 63 (KKM) ada 33 siswa atau 97,6%.
b. Pada pertemuan kedua tidak ada siswa yang memperoleh nilai 35-45 dan
46-56, mendapat nilai 57-67 ada 10 siswa, nilai 68-78 ada 11 siswa, nilainya
79-89 ada 7 siswa, siswa yang mendapat nilai 90-100 adalah 6 siswa.
Dengan demikian rata-rata nilai yang diperoleh siswa sebesar 77,5. Siswa
yang mendapat nilai < 63 (KKM) ada 7 siswa atau 20,59% dan siswa yang
mendapat nilai ≥ 63 (KKM) sebanyak 27 siswa atau 79,41%.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71
Nilai rata-rata dari hasil evaluasi pada pertemuan I dan pertemuan II pada
siklus II adalah 76,79. Siswa yang mendapat nilai < 63 (KKM) sebanyak 4
siswa atau 11,76% dan siswa yang mendapat nilai ≥ 63 (KKM) sebanyak 30
siswa atau 88,24%.
72
73
2 Aktifitas Guru 2,60 (kurang) 2,80 (kurang) 3,50 (baik) 3,70 (baik)
74
75
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan pada
pembelajaran IPA dengan menerapkan metode STAD, pada siswa kelas V
SDN Dukuhan Kerten No. 58 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta selama dua
siklus dapat ditarik simpulan bahwa penerapan metode STAD terbukti dapat
meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN
Dukuhan Kerten No. 58 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Peningkatan
pemahaman konsep sifat-sifat cahaya tersebut dibuktikan dengan adanya
peningkatan pada rata-rata kelas dan ketuntasan klasikal yang diperoleh siswa
pada setiap siklus. Data awal yang diperoleh sebelum dilaksanakan tindakan
yaitu rata-rata kelas mencapai 61,38 dengan ketuntasan klasikal 47,06%, pada
siklus I rata-rata kelas meningkat menjadi 71,74 dan ketuntasan klasikal
meningkat menjadi 70,59%. Pada siklus II rata-rata kelas meningkat menjadi
76,79 dan ketuntasan klasikal semakin meningkat menjadi 88,24%.
Bertolak dari uraian di atas, dapat membuktikan kebenaran hipotesis
yang telah dirumuskan sebelumnya. Melalui penerapan metode “Student Team
Achievement Division” (STAD) dapat meningkatkan pemahaman konsep sifat-
sifat cahaya pada siswa kelas V SDN Dukuhan Kerten No.58 Surakarta Tahun
Ajaran 2009/2010.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa Melalui
penerapan Metode “Student Team Achievement Division” (STAD) dapat
meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN
Dukuhan Kerten No.58 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Sehubungan
dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan beberapa implikasi hasil
penelitian sebagai berikut:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka ada beberapa
saran yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,
antara lain:
1. Bagi Sekolah
Hendaknya sekolah mengupayakan pelatihan atau sosialisasi bagi guru
mengenai metode pembelajaran yang bervariasi dan inovatif untuk dapat
mendukung pelaksanaan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai sesuai dengan harapan.
2. Bagi Guru
a. Hendaknya guru meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan
merancang proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga peran
siswa lebih besar dan pembelajaran akan menjadi lebih aktif dan
bermakna. Hal ini membuat siswa tidak mudah bosan dan tetap
termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran yang pada akhirnya
dapat meningkatkan pemahaman konsep pada materi pelajaran.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
77
78
DAFTAR PUSTAKA
Arthur K. Ellis. 1998. Teaching and Learning Elementary Social Studies. USA :
Viacom Company
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka
Cipta
Fakih Samlawi dan Bunyamin Maftuh. 1999. Konsep Dasar IPS. Depdikbud
Larasati. (http://www.scribd.com/doc/17087298/Karakteristik-Pembelajaran-IPA-
SD diakses tanggal 6 Desember 2009
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79
Leo sutrisno, Hery kresnadi dan Kartono. 2007. Pengembangan IPA di SD.
Jakarta : Departeman Pendidikan Nasional
80
Salimatul Hidayah. 2009. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan TAI
Ditinjau dari Aktivitas Belajar Pada Pokok Bahasan Getaran dan
Gelombang untuk Siswa SMP. Skripsi. Surakarta: UNS
Soedjiran dan Mulyono. 1998. Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta : PT. Sinar
Hudaya
81