Disusun Oleh:
Grand Teori Teori besar yang dibahas dalam artikel ini adalah teori implementasi
kebijakan. Sebagian teori implementasi berpendapat bahwa implementasi
bukan sekadar “putting policy into effect” tetapi juga melibatkan interaksi
antara perumus kebijakan dan pelaksana kebijakan. Perspektif
implementasi ini adalah ilmu dan pengetahuan praktis yang dimiliki oleh
perumus dan pelaksana kebijakan, yang memungkinkan mereka
mengembangkan pendekatan dalam implementasi kebijakan. Artikel ini
juga menekankan tentang perspektif implementasi sebagai proses dan
menggali berbagai teori dan perspektif lainnya yang terkait dengan
implementasi, terutama dalam konteks eksternalitas dan hasil yang
diinginkan
Middle Teori Teori kecil adalah salah satu konsep yang dibahas dalam artikel ini. Istilah
ini merujuk pada perspektif implementasi yang berfokus pada pengabaian
terhadap interaksi antara perumus dan pelaksana kebijakan. Teori kecil
menekankan bahwa pelaksanaan kebijakan bukanlah sekadar “putting
policy into effect” tetapi melibatkan interaksi kompleks antara berbagai
aktor. Dalam teori ini, implementasi dipandang sebagai proses yang
kompleks dan dinamis yang mempertimbangkan faktor-faktor seperti
keyakinan, kesalahan, dan kerancuan yang dapat muncul selama
pelaksanaan kebijakan.
Referensi:
Dalam artikel yang dibahas pada Journal of Analysis and Public Policy,
teori kecil diungkap oleh Fudge dan Barrett (1979) sebagai salah satu
pendekatan dalam memahami proses implementasi kebijakan
Hasil Penelitian Hasil penelitian ini membahas tentang implementasi kebijakan standar
pelayanan minimal untuk peningkatan kualitas pelayanan publik di daerah.
Penelitian tersebut mengkaji bagaimana kebijakan ini dapat direalisasikan
dengan menganalisis proses implementasi dan mempelajari perspektif
yang berbeda mengenai hal ini, terutama terkait dengan dampak dan hasil
yang dihasilkan. Penelitian ini menegaskan bahwa pemerintah daerah
menerima wewenang yang paling signifikan dalam hal ini, sementara
provinsi memiliki peran yang lebih koordinatif dan pengawasan. Beberapa
masalah yang dihadapi dalam implementasi kebijakan ini antara lain
adalah kerancuan antara standar teknis suatu pelayanan dengan standar
pelayanan minimal, belum adanya kesepakatan antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah dalam membagi wewenang, serta kurangnya dana
yang dialokasikan untuk pelayanan public.
Dalam rangka mendukung implementasi kebijakan ini, pemerintah daerah
perlu menyusun rencana pencapaian standar pelayanan minimal yang
mencakup target tahunan sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan oleh
peraturan menteri terkait. Rencana ini harus transparan dan disampaikan
kepada masyarakat. Selain itu, dalam upaya mencapai standar pelayanan
minimal, pemerintah daerah dapat bekerja sama dengan sektor swasta.
Pemerintah pusat juga memiliki peran dalam melakukan pembinaan dan
monitoring/evaluasi terhadap penerapan standar pelayanan minimal untuk
memastikan akses dan mutu pelayanan dasar yang diberikan kepada
masyarakat.
Dalam rangka mencapai standar pelayanan minimal, peraturan menteri
telah mengatur tentang jenis pelayanan dasar yang dijadikan pedoman,
indikator standar pelayanan minimal, nilai standar pelayanan minimal,
batas waktu pencapaian pelayanan, dan pengorganisasian penyelenggaraan
pelayanan minimal. Nilai standar pelayanan minimal ditentukan
berdasarkan standar teknis dari jenis pelayanan dasar yang mengacu pada
standar tertinggi yang telah tercapai, baik di tingkat nasional maupun
daerah, serta kaitannya dengan bidang pelayanan lainnya dan kemampuan
keuangan dan kelembagaan daerah. Indikator standar pelayanan minimal
mencakup sumber daya yang digunakan, tahapan yang dilakukan,
pencapaian kinerja, dan tingkat kemanfaatan yang dirasakan oleh
masyarakat. Pentingnya sistem informasi, pelaporan, dan evaluasi dalam
menjaga pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian standar pelayanan
minimal juga diakui dalam peraturan menteri tersebut.
Dalam penelitian ini, penulis mencoba menjawab pertanyaan tentang
bagaimana implementasi kebijakan standar pelayanan minimal dapat
meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah. Penelitian ini
memberikan gambaran mengenai pentingnya implementasi kebijakan ini,
tantangan yang dihadapi, dan upaya yang dapat dilakukan untuk
mencapainya.
Kesimpulan Kesimpulan dari artikel ini adalah bahwa implementasi kebijakan standar
pelayanan minimal (SPM) menjadi sangat penting dalam mewujudkan
otonomi daerah yang luas dan meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Implementasi tersebut dilakukan melalui pembinaan dan fasilitasi dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah kabupaten/kota dalam
mencapai SPM. Selain itu, terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi,
seperti kerancuan antara standar teknis suatu pelayanan dan SPM, dan
ketidaksepakatan dalam membagi urusan pemerintahan antara pemerintah
pusat dengan pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota. Pemerintah pusat
tetap memegang kendali atas pengawasan, pengendalian, dan pendanaan
dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan.
Judul Analisis Kebijakan Publik Dalam Implementasi Penyelenggaraan
Kebijakan Desentralisasi (Otonomi Daerah)
Jurnal Jurnal Cakrawarti
Volume dan Vol. 01, No. 01 Hal. 62-69
Halaman
Tahun 2018
Penulis I Made Arnawa
Reviewer Rizha F. Maharani
Tanggal 02 November 2023
Fokus Masalah Fokus masalah dalam sumber-sumber yang dianalisis adalah implementasi
kebijakan desentralisasi, khususnya otonomi daerah, di Indonesia.
Penelitian ini mengkaji tantangan dan masalah yang dihadapi dalam
menerapkan kebijakan ini secara efektif di tingkat pemerintah daerah. Ini
menyoroti perlunya peningkatan kinerja dan pemberian layanan oleh
pemerintah daerah untuk mengatasi respons publik yang negatif dan
menurunnya kepercayaan pada pemerintah. Sumber-sumber menekankan
pentingnya mengatasi faktor-faktor seperti budaya organisasi, manajemen
sumber daya manusia, dan koordinasi dalam rangka meningkatkan
kualitas layanan publik yang diberikan oleh pemerintah. Penelitian ini juga
membahas dampak desentralisasi terhadap pertumbuhan ekonomi, kualitas
pelayanan publik, dan hasil pembangunan. Secara keseluruhan, fokusnya
adalah menganalisis implementasi kebijakan desentralisasi dan
mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan
atau kegagalan mereka.
Rumusan Menganalisis bagaimana penanganan yang dilakukan Pemerintah Daerah
Masalah Kabupaten/Kota dalam merealisasikan program-program demi
terwujudnya kebijakan otonomi daerah yang efektif.
Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengevaluasi
Penelitian pelaksanaan kebijakan desentralisasi, khususnya otonomi daerah, untuk
memahami tantangan, efektivitas, dan dampaknya terhadap kualitas
pelayanan public.
Metode Metode penelitian yang digunakan dalam sumber yang dianalisis tidak
penelitian disebutkan secara eksplisit. Sumber-sumber terutama berfokus pada analisis
implementasi kebijakan desentralisasi dan dampaknya terhadap berbagai
aspek seperti pertumbuhan ekonomi, layanan publik, dan pembangunan.
Mereka memberikan wawasan tentang peran pejabat pemerintah daerah,
pentingnya koordinasi, manajemen sumber daya manusia, dan
akuntabilitas dalam keberhasilan implementasi kebijakan otonomi daerah.
Namun, metode penelitian khusus yang digunakan, seperti teknik
pengumpulan data atau pendekatan analitis, tidak dibahas dalam sumber
yang disediakan. Oleh
karena itu, tidak jelas bagaimana penelitian dilakukan dan metodologi apa
yang digunakan untuk menganalisis implementasi kebijakan dan hasilnya.
Grand Teori Tidak disebutkan “teori besar” dalam sumber-sumber yang disediakan.
Sumber-sumber terutama berfokus pada implementasi kebijakan
desentralisasi (otonomi daerah), termasuk tantangan, hasil, dan faktor-
faktor yang mempengaruhi keberhasilannya. Sumber-sumber membahas
aspek-aspek seperti sumber daya manusia, budaya organisasi, koordinasi
antar pemangku kepentingan, dan peran manajemen puncak dalam
implementasi kebijakan. Namun, mereka tidak menyelidiki teori
menyeluruh atau besar apa pun yang terkait dengan kebijakan
desentralisasi. Oleh karena itu, tidak ada informasi yang tersedia dalam
sumber yang disediakan untuk menjawab pertanyaan tentang teori besar.
Middle Teori Tidak disebutkan “teori tengah” dalam sumber yang disediakan. Sumber-
sumber terutama berfokus pada implementasi kebijakan desentralisasi
(otonomi daerah), tantangan, hasil, dan faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilannya. Mereka membahas aspek-aspek seperti sumber daya
manusia, budaya organisasi, koordinasi antar pemangku kepentingan, dan
peran manajemen puncak dalam implementasi kebijakan. Namun, tidak
ada referensi eksplisit untuk konsep teori menengah. Teori menengah
adalah istilah yang umum digunakan dalam ilmu sosial untuk merujuk
pada teori- teori yang menjembatani kesenjangan antara teori besar abstrak
dan pengamatan empiris spesifik. Karena sumber tidak membahas atau
merujuk
konsep ini, tidak mungkin untuk memberikan informasi atau analisis
spesifik mengenai teori menengah berdasarkan sumber yang disediakan.
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kebijakan desentralisasi,
khususnya otonomi daerah, memiliki hasil yang beragam. Dari perspektif
output, implementasi dapat dianggap relatif berhasil, dengan perbaikan
pertumbuhan ekonomi, pelayanan publik, dan pembangunan. Namun, dari
perspektif hasil, peningkatan tanggung jawab dan tugas yang
didelegasikan kepada pemerintah daerah telah menjadi beban yang
signifikan bagi mereka. Penelitian ini menyoroti pentingnya berbagai
faktor dalam pelaksanaan kebijakan desentralisasi, termasuk aspek
manajerial, sumber daya manusia, budaya organisasi, dan etika pelayanan
publik. Ini menekankan perlunya koordinasi yang efektif, komitmen, dan
pembangunan kapasitas dalam organisasi pemerintah daerah. Penelitian ini
juga menekankan peran badan legislatif dalam berkontribusi pada desain
kebijakan dan sinergi dengan visi dan misi wilayah.
Kesimpulan 1. Implemetasi kebijakan desentralisasi dapat dilihat dari dua perspektif,
yaitu pendekatan output dan pendekatan outcome kebijakan.
Hasil Penelitian Hasil penelitian ini yaitu mengetahui perkembangan kemiskinan dari orde
baru hingga era Presiden Joko Widodo. Proses ini dengan melalui
kebijakan yang sudah sesuai dengan UUD 1945 dan Pancasila. Dalam
melakukan kebijakan, selalu mempertimbangkan dampak ke depannya.
Kebijakan public juga menjadi salah satu cara Pemerintah untuk
mengetahui perkembangan angka kemiskinan yang ada di Indonesia.
Dengan adanya kebijakan-kebijakan ini harapannya angka kemiskinan
akan menurun. Permasalahan ekonomi ini erat kaitannya juga dengan latar
belakang pendidikan masyarakat. Pendidikan yang rendah contohnya
sebagai salah
satu komponen di dalam kemiskinan. Hal ini juga menjadi fokus
pemerintah untuk memberikan program yang baik untuk kemajuan
Indonesia
Kesimpulan Adanya kebijakan dari pemerintah memang sangat berkaitan dengan
strategi pengentasan masalah sosial kemiskinan. Melalui program yang
diusung sebenarnya sudah bekerja dengan baik dengan mengusung
program-program terbaru di tiap periode pemimpinnya. Hal ini sudah di
tulis secara resmi ke dalam peraturan perundang-undangan. Kebijakan
pengentasan kemiskinan di mulai dari orde lama sampai kepimpimpinan
Joko Widodo ini dilakukan sesuai dengan visi misi yang ada di dalam
UUD 1945 dan berdasarkan Pancasila sehingga kebijakan yang
dilaksanakan
berusaha untuk mengurangi jumlah kemiskinan yang ada di Indonesia.
Judul Analysis of policy implementation of local public service agency in
hospital
Grand Teori "Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi" direferensikan
dua kali dalam teks yang diberikan. Buku ini mungkin berisi pembahasan
berbagai teori terkait analisis kebijakan publik.
Hasil Penelitian Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat beberapa kendala yaitusosialisasi
dilakukan baru sebatas pada sebagian pegawai Itjen belum dilakukan secara
keseluruhan; belum ada Tim Khusus terhadap proses peningkatan
kapabilitas APIP; Pembagian waktu dan tugas belum jelas dan belum
dimiliki anggaran khusus; belum dibuat peraturan turunan dari Internal
Audit Charter (IAC); belum ada sistem reward dan hukuman; belum ada
dokumentasi kertas kerja pengawasan; Kebijakan belum terinternalisasi.
Kesimpulan dar penelitian ini yaitu pelaksanaan kebijakan belum tercapai
dengan optimal berdasarkan PerKa BPKP Nomor: PER-1633/K/JF/2011
Komunikasi merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap
implementasi kebijakan. Belum ada dukungan dan komitmen dari seluruh
pegawai dalam pelaksanaan kebijakan peningkatan kapabilitas APIP.
Saran dari Penelitian ini: konsisten melakukan sosialisasi kepada pegawai
di lingkungan Inspektorat Jenderal, membuat Standar