Anda di halaman 1dari 15

BIROKRASI DAN PELAYANAN PUBLIK

Disusun Oleh:

Rizha Firmawati Maharani


711523001

MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK


PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
Judul Analisis Implementasi Kebijakan Standar Pelayanan Mininal Untuk
Peningkatan Kualitas Layanan Publik Di Daerah

Jurnal Jurnal Analisis dan Kebijakan Publik


Volume dan Volume 3 Number 1 Hal. 1-13
Halaman
Tahun Juni 2017
Penulis Zulkarnain Umar
Reviewer Rizha F. Maharani
Tanggal 02 November 2023
Fokus Masalah Fokus masalah dari penelitian ini adalah implementasi kebijakan standar
pelayanan minimal (SPM) untuk meningkatkan kualitas layanan publik di
daerah. Penelitian ini membahas berbagai permasalahan yang dihadapi
dalam implementasi SPM, seperti kurangnya dana dalam APBN/D untuk
pelayanan publik, kerancuan antara standar teknis pelayanan dan SPM,
tarik-menarik dalam pembagian urusan pemerintahan antar tingkat
pemerintahan, dan fokus kewenangan pemerintahan pada aspek keuangan
dan penerimaan. Selain itu, penelitian ini juga membahas tentang
pentingnya kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dalam
pembagian urusan pemerintahan antar tingkat pemerintahan.
Rumusan Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Masalah 1. Bagaimana implementasi kebijakan standar pelayanan minimal (SPM)
dalam meningkatkan kualitas layanan publik di daerah?
2. Apa saja tantangan yang dihadapi dalam implementasi SPM, seperti
kurangnya dana dalam APBN/D, kurangnya dukungan pemerintah, dan
kurangnya kemampuan daerah dalam menyelenggarakan pelayanan
publik?
3. Bagaimana hubungan antara otonomi daerah dan implementasi
kebijakan SPM?
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk memahami proses implementasi kebijakan,
Penelitian tantangan yang dihadapi, dan dampaknya terhadap kualitas layanan
publik. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengeksplorasi
peran otonomi daerah dalam pelaksanaan kebijakan dan pembagian
kewenangan
antara pemerintah pusat dan daerah.
Metode Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini tidak dijelaskan secara
penelitian mendetail. Namun, berdasarkan isi artikel, metode penelitian yang
kemungkinan digunakan adalah studi literatur (kajian literatur) dan
analisis kebijakan. Studi literatur dilakukan untuk mengetahui teori dan
perspektif yang berkaitan dengan implementasi kebijakan standar
pelayanan minimal. Sementara itu, analisis kebijakan dilakukan untuk
menganalisis bagaimana kebijakan tersebut diimplementasikan oleh
pemerintah daerah.
Dalam artikel juga disebutkan bahwa kebijakan tersebut diatur dalam
Undang-Undang no. 32/2004. Oleh karena itu, kemungkinan metode
penelitian yang digunakan juga mencakup studi dokumen, yaitu
mendalaminya dengan mengkaji undang-undang, peraturan, pedoman, dan
dokumen-dokumen resmi terkait lainnya.
Sayangnya, artikel ini tidak memberikan informasi lebih lanjut mengenai
metode penelitian yang digunakan. Oleh karena itu, penting untuk
melengkapi informasi ini dengan membaca artikel penelitian lengkapnya
jika tersedia.

Grand Teori Teori besar yang dibahas dalam artikel ini adalah teori implementasi
kebijakan. Sebagian teori implementasi berpendapat bahwa implementasi
bukan sekadar “putting policy into effect” tetapi juga melibatkan interaksi
antara perumus kebijakan dan pelaksana kebijakan. Perspektif
implementasi ini adalah ilmu dan pengetahuan praktis yang dimiliki oleh
perumus dan pelaksana kebijakan, yang memungkinkan mereka
mengembangkan pendekatan dalam implementasi kebijakan. Artikel ini
juga menekankan tentang perspektif implementasi sebagai proses dan
menggali berbagai teori dan perspektif lainnya yang terkait dengan
implementasi, terutama dalam konteks eksternalitas dan hasil yang
diinginkan
Middle Teori Teori kecil adalah salah satu konsep yang dibahas dalam artikel ini. Istilah
ini merujuk pada perspektif implementasi yang berfokus pada pengabaian
terhadap interaksi antara perumus dan pelaksana kebijakan. Teori kecil
menekankan bahwa pelaksanaan kebijakan bukanlah sekadar “putting
policy into effect” tetapi melibatkan interaksi kompleks antara berbagai
aktor. Dalam teori ini, implementasi dipandang sebagai proses yang
kompleks dan dinamis yang mempertimbangkan faktor-faktor seperti
keyakinan, kesalahan, dan kerancuan yang dapat muncul selama
pelaksanaan kebijakan.
Referensi:
Dalam artikel yang dibahas pada Journal of Analysis and Public Policy,
teori kecil diungkap oleh Fudge dan Barrett (1979) sebagai salah satu
pendekatan dalam memahami proses implementasi kebijakan

Hasil Penelitian Hasil penelitian ini membahas tentang implementasi kebijakan standar
pelayanan minimal untuk peningkatan kualitas pelayanan publik di daerah.
Penelitian tersebut mengkaji bagaimana kebijakan ini dapat direalisasikan
dengan menganalisis proses implementasi dan mempelajari perspektif
yang berbeda mengenai hal ini, terutama terkait dengan dampak dan hasil
yang dihasilkan. Penelitian ini menegaskan bahwa pemerintah daerah
menerima wewenang yang paling signifikan dalam hal ini, sementara
provinsi memiliki peran yang lebih koordinatif dan pengawasan. Beberapa
masalah yang dihadapi dalam implementasi kebijakan ini antara lain
adalah kerancuan antara standar teknis suatu pelayanan dengan standar
pelayanan minimal, belum adanya kesepakatan antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah dalam membagi wewenang, serta kurangnya dana
yang dialokasikan untuk pelayanan public.
Dalam rangka mendukung implementasi kebijakan ini, pemerintah daerah
perlu menyusun rencana pencapaian standar pelayanan minimal yang
mencakup target tahunan sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan oleh
peraturan menteri terkait. Rencana ini harus transparan dan disampaikan
kepada masyarakat. Selain itu, dalam upaya mencapai standar pelayanan
minimal, pemerintah daerah dapat bekerja sama dengan sektor swasta.
Pemerintah pusat juga memiliki peran dalam melakukan pembinaan dan
monitoring/evaluasi terhadap penerapan standar pelayanan minimal untuk
memastikan akses dan mutu pelayanan dasar yang diberikan kepada
masyarakat.
Dalam rangka mencapai standar pelayanan minimal, peraturan menteri
telah mengatur tentang jenis pelayanan dasar yang dijadikan pedoman,
indikator standar pelayanan minimal, nilai standar pelayanan minimal,
batas waktu pencapaian pelayanan, dan pengorganisasian penyelenggaraan
pelayanan minimal. Nilai standar pelayanan minimal ditentukan
berdasarkan standar teknis dari jenis pelayanan dasar yang mengacu pada
standar tertinggi yang telah tercapai, baik di tingkat nasional maupun
daerah, serta kaitannya dengan bidang pelayanan lainnya dan kemampuan
keuangan dan kelembagaan daerah. Indikator standar pelayanan minimal
mencakup sumber daya yang digunakan, tahapan yang dilakukan,
pencapaian kinerja, dan tingkat kemanfaatan yang dirasakan oleh
masyarakat. Pentingnya sistem informasi, pelaporan, dan evaluasi dalam
menjaga pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian standar pelayanan
minimal juga diakui dalam peraturan menteri tersebut.
Dalam penelitian ini, penulis mencoba menjawab pertanyaan tentang
bagaimana implementasi kebijakan standar pelayanan minimal dapat
meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah. Penelitian ini
memberikan gambaran mengenai pentingnya implementasi kebijakan ini,
tantangan yang dihadapi, dan upaya yang dapat dilakukan untuk
mencapainya.

Kesimpulan Kesimpulan dari artikel ini adalah bahwa implementasi kebijakan standar
pelayanan minimal (SPM) menjadi sangat penting dalam mewujudkan
otonomi daerah yang luas dan meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Implementasi tersebut dilakukan melalui pembinaan dan fasilitasi dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah kabupaten/kota dalam
mencapai SPM. Selain itu, terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi,
seperti kerancuan antara standar teknis suatu pelayanan dan SPM, dan
ketidaksepakatan dalam membagi urusan pemerintahan antara pemerintah
pusat dengan pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota. Pemerintah pusat
tetap memegang kendali atas pengawasan, pengendalian, dan pendanaan
dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan.
Judul Analisis Kebijakan Publik Dalam Implementasi Penyelenggaraan
Kebijakan Desentralisasi (Otonomi Daerah)
Jurnal Jurnal Cakrawarti
Volume dan Vol. 01, No. 01 Hal. 62-69
Halaman
Tahun 2018
Penulis I Made Arnawa
Reviewer Rizha F. Maharani
Tanggal 02 November 2023
Fokus Masalah Fokus masalah dalam sumber-sumber yang dianalisis adalah implementasi
kebijakan desentralisasi, khususnya otonomi daerah, di Indonesia.
Penelitian ini mengkaji tantangan dan masalah yang dihadapi dalam
menerapkan kebijakan ini secara efektif di tingkat pemerintah daerah. Ini
menyoroti perlunya peningkatan kinerja dan pemberian layanan oleh
pemerintah daerah untuk mengatasi respons publik yang negatif dan
menurunnya kepercayaan pada pemerintah. Sumber-sumber menekankan
pentingnya mengatasi faktor-faktor seperti budaya organisasi, manajemen
sumber daya manusia, dan koordinasi dalam rangka meningkatkan
kualitas layanan publik yang diberikan oleh pemerintah. Penelitian ini juga
membahas dampak desentralisasi terhadap pertumbuhan ekonomi, kualitas
pelayanan publik, dan hasil pembangunan. Secara keseluruhan, fokusnya
adalah menganalisis implementasi kebijakan desentralisasi dan
mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan
atau kegagalan mereka.
Rumusan Menganalisis bagaimana penanganan yang dilakukan Pemerintah Daerah
Masalah Kabupaten/Kota dalam merealisasikan program-program demi
terwujudnya kebijakan otonomi daerah yang efektif.
Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengevaluasi
Penelitian pelaksanaan kebijakan desentralisasi, khususnya otonomi daerah, untuk
memahami tantangan, efektivitas, dan dampaknya terhadap kualitas
pelayanan public.
Metode Metode penelitian yang digunakan dalam sumber yang dianalisis tidak
penelitian disebutkan secara eksplisit. Sumber-sumber terutama berfokus pada analisis
implementasi kebijakan desentralisasi dan dampaknya terhadap berbagai
aspek seperti pertumbuhan ekonomi, layanan publik, dan pembangunan.
Mereka memberikan wawasan tentang peran pejabat pemerintah daerah,
pentingnya koordinasi, manajemen sumber daya manusia, dan
akuntabilitas dalam keberhasilan implementasi kebijakan otonomi daerah.
Namun, metode penelitian khusus yang digunakan, seperti teknik
pengumpulan data atau pendekatan analitis, tidak dibahas dalam sumber
yang disediakan. Oleh
karena itu, tidak jelas bagaimana penelitian dilakukan dan metodologi apa
yang digunakan untuk menganalisis implementasi kebijakan dan hasilnya.
Grand Teori Tidak disebutkan “teori besar” dalam sumber-sumber yang disediakan.
Sumber-sumber terutama berfokus pada implementasi kebijakan
desentralisasi (otonomi daerah), termasuk tantangan, hasil, dan faktor-
faktor yang mempengaruhi keberhasilannya. Sumber-sumber membahas
aspek-aspek seperti sumber daya manusia, budaya organisasi, koordinasi
antar pemangku kepentingan, dan peran manajemen puncak dalam
implementasi kebijakan. Namun, mereka tidak menyelidiki teori
menyeluruh atau besar apa pun yang terkait dengan kebijakan
desentralisasi. Oleh karena itu, tidak ada informasi yang tersedia dalam
sumber yang disediakan untuk menjawab pertanyaan tentang teori besar.
Middle Teori Tidak disebutkan “teori tengah” dalam sumber yang disediakan. Sumber-
sumber terutama berfokus pada implementasi kebijakan desentralisasi
(otonomi daerah), tantangan, hasil, dan faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilannya. Mereka membahas aspek-aspek seperti sumber daya
manusia, budaya organisasi, koordinasi antar pemangku kepentingan, dan
peran manajemen puncak dalam implementasi kebijakan. Namun, tidak
ada referensi eksplisit untuk konsep teori menengah. Teori menengah
adalah istilah yang umum digunakan dalam ilmu sosial untuk merujuk
pada teori- teori yang menjembatani kesenjangan antara teori besar abstrak
dan pengamatan empiris spesifik. Karena sumber tidak membahas atau
merujuk
konsep ini, tidak mungkin untuk memberikan informasi atau analisis
spesifik mengenai teori menengah berdasarkan sumber yang disediakan.
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kebijakan desentralisasi,
khususnya otonomi daerah, memiliki hasil yang beragam. Dari perspektif
output, implementasi dapat dianggap relatif berhasil, dengan perbaikan
pertumbuhan ekonomi, pelayanan publik, dan pembangunan. Namun, dari
perspektif hasil, peningkatan tanggung jawab dan tugas yang
didelegasikan kepada pemerintah daerah telah menjadi beban yang
signifikan bagi mereka. Penelitian ini menyoroti pentingnya berbagai
faktor dalam pelaksanaan kebijakan desentralisasi, termasuk aspek
manajerial, sumber daya manusia, budaya organisasi, dan etika pelayanan
publik. Ini menekankan perlunya koordinasi yang efektif, komitmen, dan
pembangunan kapasitas dalam organisasi pemerintah daerah. Penelitian ini
juga menekankan peran badan legislatif dalam berkontribusi pada desain
kebijakan dan sinergi dengan visi dan misi wilayah.
Kesimpulan 1. Implemetasi kebijakan desentralisasi dapat dilihat dari dua perspektif,
yaitu pendekatan output dan pendekatan outcome kebijakan.

2. Pendekatan output dapat dilihat dari beberapa indicator antara lain :


Peningkatan pertumbuhan ekonomi, kualitas pelayanan public dan
pembangunan.

3. Pendekatan outcome dapat dilihat dari : peningkatan partisipasi


masyarakat dalam pembangunan, efektiitas koordinasi antar lembaga.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Proses implementasi kebijakan


desentralisasi adalah : Manajemen, Sumber Daya Manusia, Budaya
Organisasi, poitik.
5. Dari sisi out put kebijakan, implementasi kebijakan otonomi daerah
dapat dikatakan berhasil, tetapi dari outcome, banyaknya urusan yang
ditangani pemerintah daerah menjadi beban berat bagi pemerintah daerah
bersangkutan.
Judul Analisis Kebijakan Publik Dalam Mengatasi Kemiskinan Di Indonesia

Jurnal Jurnal Ekonomi - Teknik


Volume dan volume 2 Issue No 5, Hal. 399-405
Halaman
Tahun 2023
Penulis Imam Setiawan dan Jamaliah
Reviewer Rizha F. Maharani
Tanggal 02 November 2023
Fokus Masalah Mengenai analisis kebijakan publik dalam penanggulangan kemiskinan di
Indonesia. Dibahas mengenai permasalahan ekonomi dan sosial terkait
kemiskinan, pentingnya penanggulangan kemiskinan, dan upaya
pemerintah dalam memberikan program yang baik bagi kemajuan
Indonesia. Artikel ini juga menyoroti peran pendidikan dalam pengentasan
kemiskinan dan perlunya kebijakan untuk meningkatkan akses terhadap
pendidikan bagi mereka yang hidup dalam kemiskinan.

Rumusan Menganalisis kebijakan terkait strategi pengentasan kemiskinan di


Masalah Indonesia, dimulai dari masa orde lama hingga masa pemerintahan saat ini.
Tujuan Tujuan adanya penelitian ini supaya mengetahui proses negara Indonesia
Penelitian dalam mengentaskan kemiskinan.
Metode Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan
penelitian deskriptif
Grand Teori Penelitian ini tidak mengandung teori besar. Namun dibahas mengenai
konsep kemiskinan dan lima dimensinya menurut teori Chambers, yang
meliputi kemiskinan, kelemahan, kerentanan terhadap keadaan darurat,
ketergantungan, serta isolasi geografis dan sosiologis. Teori ini
mengemukakan bahwa hidup dalam kemiskinan bukan hanya sekedar
kekurangan uang dan pendapatan rendah, namun juga mencakup faktor-
faktor lain seperti buruknya kesehatan, pendidikan, perlakuan tidak adil di
hadapan hukum, kerentanan terhadap ancaman kriminal,
ketidakberdayaan, dan ketidakmampuan memilih pilihan. jalan hidupnya
sendiri.
Middle Teori -
Teori Tidak secara eksplisit membahas "teori operasional". Namun disebutkan
Operasional penggunaan pendekatan deskriptif dalam penelitian kualitatif, yaitu
pengumpulan data berdasarkan faktor-faktor yang mendukung objek
penelitian dan menganalisis faktor-faktor tersebut untuk menentukan
perannya. Pendekatan ini menekankan pada realitas dan fakta pengalaman
masing-masing individu, sehingga memungkinkan adanya pemahaman
yang lebih mendalam terhadap konsep atau fenomena yang diteliti.

Hasil Penelitian Hasil penelitian ini yaitu mengetahui perkembangan kemiskinan dari orde
baru hingga era Presiden Joko Widodo. Proses ini dengan melalui
kebijakan yang sudah sesuai dengan UUD 1945 dan Pancasila. Dalam
melakukan kebijakan, selalu mempertimbangkan dampak ke depannya.
Kebijakan public juga menjadi salah satu cara Pemerintah untuk
mengetahui perkembangan angka kemiskinan yang ada di Indonesia.
Dengan adanya kebijakan-kebijakan ini harapannya angka kemiskinan
akan menurun. Permasalahan ekonomi ini erat kaitannya juga dengan latar
belakang pendidikan masyarakat. Pendidikan yang rendah contohnya
sebagai salah
satu komponen di dalam kemiskinan. Hal ini juga menjadi fokus
pemerintah untuk memberikan program yang baik untuk kemajuan
Indonesia
Kesimpulan Adanya kebijakan dari pemerintah memang sangat berkaitan dengan
strategi pengentasan masalah sosial kemiskinan. Melalui program yang
diusung sebenarnya sudah bekerja dengan baik dengan mengusung
program-program terbaru di tiap periode pemimpinnya. Hal ini sudah di
tulis secara resmi ke dalam peraturan perundang-undangan. Kebijakan
pengentasan kemiskinan di mulai dari orde lama sampai kepimpimpinan
Joko Widodo ini dilakukan sesuai dengan visi misi yang ada di dalam
UUD 1945 dan berdasarkan Pancasila sehingga kebijakan yang
dilaksanakan
berusaha untuk mengurangi jumlah kemiskinan yang ada di Indonesia.
Judul Analysis of policy implementation of local public service agency in
hospital

Jurnal International Journal of Community Medicine and Public Health


Volume dan 5(12):5036-5040
Halaman
Tahun 2018
Penulis Shelvy Haria Roza dan Inge Angelia

Reviewer Rizha F. Maharani


Tanggal 02 November 2023
Fokus Masalah Fokus khusus penelitian ini adalah implementasi kebijakan Badan
Layanan Umum Daerah (LPSA) di Rumah Sakit Dr. Rasidin Padang,
Indonesia. Penelitian ini menganalisis kepatuhan rumah sakit terhadap
standar kebijakan LPSA, pengelolaan keuangan rumah sakit, serta struktur
organisasi dan tata kelola. Dibahas juga tantangan yang dihadapi rumah
sakit dalam menerapkan kebijakan LPSA, seperti kurangnya dewan
pengawas. Oleh karena itu, fokus penelitian ini adalah pada implementasi
kebijakan LPSA di lingkungan rumah sakit tertentu dan tantangan yang
dihadapi dalam mencapai kepatuhan terhadap standar kebijakan.
Rumusan Menganalisis implementasi kebijakan LPSA (Layanan Publik Satuan
Masalah Kerja) di Rumah Sakit Dr. Rasidin Padang, Indonesia, dengan fokus pada
sumber daya, karakteristik organisasi pelaksana, sikap pelaksana, dan
komunikasi antar organisasi.
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis implementasi
Penelitian kebijakan LPSA (Layanan Publik Satuan Kerja) di Rumah Sakit Dr.
Rasidin Padang, Indonesia, dengan fokus pada sumber daya, karakteristik
organisasi pelaksana, sikap pelaksana, dan komunikasi antar organisasi.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik
tentang kebijakan LPSA dan bagaimana kebijakan ini dapat diterapkan
secara efektif di rumah
sakit untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan.
Metode Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan di Rumah
Sakit Dr. Rasidin Padang selama 4 bulan (Juli-Oktober 2017). Data
dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi, dan studi
dokumentasi. Variabel dalam penelitian ini adalah implementasi kebijakan
LPSA dengan variabel: sumber daya, karakteristik organisasi pelaksana,
sikap pelaksana, dan komunikasi antar organisasi (transmisi, konsistensi,
kejelasan). Data kualitatif dikumpulkan dengan melakukan wawancara
mendalam kepada informan kunci yang dipilih dengan teknik purposive
sampling. Observasi dilakukan terhadap staf di rumah sakit dalam
melakukan pelayanan kesehatan. Studi dokumentasi dilakukan pada
dokumen BLUD dan kebijakan di Rumah Sakit Dr. Rasidin Padang,
prosedur standar operasional, rencana strategis, dan rencana anggaran
rumah sakit. Teknik triangulasi digunakan untuk menguji validitas data.
Grand Teori Penelitian tidak menyebutkan grand teori secara eksplisit. Namun, dari
referensi yang diberikan di , dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
menggunakan pendekatan analisis kebijakan publik dalam menganalisis
implementasi kebijakan LPSA di Rumah Sakit Dr. Rasidin Padang.
Pendekatan ini merupakan salah satu teori dalam ilmu kebijakan publik
yang mempelajari proses pembuatan kebijakan publik, implementasi, dan
evaluasi kebijakan tersebut.
Middle Teori Penelitian ini tidak secara eksplisit menyebutkan middle teori. Namun,
dari pembahasan di dalam teks, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
menggunakan beberapa konsep dan teori dalam ilmu kebijakan publik,
seperti karakteristik organisasi pelaksana, sikap pelaksana, dan
komunikasi antar organisasi. Selain itu, penelitian ini juga membahas
tentang pengawasan dalam manajemen LPSA di rumah sakit dan perlunya
studi yang lebih mendalam tentang implementasi kebijakan LPSA di
rumah sakit tersebut. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penelitian
ini menggunakan beberapa konsep dan teori dalam ilmu kebijakan publik
untuk menganalisis implementasi kebijakan LPSA di Rumah Sakit Dr.
Rasidin Padang.
Teori tidak disebutkan secara eksplisit teori operasional. Namun dibahas
Operasional mengenai standar operasional dan pengelolaan keuangan RSUD Dr.
Rasidin Padang yang mencakup fleksibilitas penggunaan dana dan
kepatuhan terhadap standar kebijakan. Konsep-konsep ini dapat dikaitkan
dengan teori operasional, yang berfokus pada pengelolaan sumber daya
yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
Hasil Penelitian Hasil penelitian ini tidak secara eksplisit disebutkan dalam teks. Namun,
dari pembahasan di dalam teks, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
menemukan bahwa pengawasan dalam manajemen LPSA di Rumah Sakit
Dr. Rasidin Padang tidak berjalan dengan baik karena tidak memiliki
dewan pengawas. Selain itu, penelitian ini juga menyarankan perlunya
studi yang lebih mendalam tentang implementasi kebijakan LPSA di
rumah sakit tersebut untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan
memfasilitasi
kemandirian rumah sakit.
Kesimpulan Berdasarkan teks yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis implementasi kebijakan LPSA di Rumah
Sakit Dr. Rasidin Padang, Indonesia, dengan fokus pada sumber daya,
karakteristik organisasi pelaksana, sikap pelaksana, dan komunikasi antar
organisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rumah Sakit Dr. Rasidin
Padang memiliki sumber daya yang memadai dalam mengelola LPSA,
namun pengetahuan tentang LPSA belum komprehensif untuk semua staf
rumah sakit. Selain itu, pengawasan dalam manajemen LPSA di rumah
sakit tersebut tidak berjalan dengan baik karena tidak memiliki dewan
pengawas. Penelitian ini menyarankan perlunya studi yang lebih
mendalam tentang implementasi kebijakan LPSA di rumah sakit tersebut
untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan memfasilitasi kemandirian
rumah sakit.
Judul Analysis of Policy Implementation for The Improvement Capability of
Internal Government Supervisory Apparatus (APIP) at Inspectorate
General of Ministry of Health
Jurnal Journal Of Indonesian Health Policy And Administration

Volume dan Vol. 3, No. 1, Hal 1 – 8


Halaman
Tahun 2018
Penulis Ajeng Hadiati Sarjono dan Wachyu Sulistiad
Reviewer Rizha F. Maharani
Tanggal 02 November 2023
Fokus Masalah Pada implementasi kebijakan peningkatan Aparatur Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP) di Inspektorat Jenderal Kementerian. kesehatan.
Penulis mengidentifikasi beberapa kendala terhadap kemampuan APIP
dan memberikan rekomendasi kebijakan untuk perbaikan. Hambatan
tersebut antara lain transmisi komunikasi, kurangnya komitmen sumber
daya manusia, kurangnya instrumen kebijakan dan dukungan anggaran,
struktur birokrasi informal, serta kurangnya dukungan dan insentif
pegawai.

Rumusan Rumusan Masalahnya Adalah Implementasi Kebijakan Peningkatan


Masalah Aparatur Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) Pada Inspektorat Jenderal
Inspektorat Jenderal. Menteri Kesehatan.

Tujuan Bertujuan untuk mengidentifikasi hambatan terhadap kemampuan APIP


Penelitian dan memberikan rekomendasi kebijakan untuk perbaikan.

Metode Menggunakan studi deskriptif dengan metode analisis kualitatif, meliputi


penelitian wawancara mendalam dan studi literatur. Kendala yang teridentifikasi
antara lain transmisi komunikasi, kurangnya komitmen sumber daya
manusia, kurangnya instrumen kebijakan dan dukungan anggaran, struktur
birokrasi informal, serta kurangnya dukungan dan insentif pegawai.

Grand Teori "Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi" direferensikan
dua kali dalam teks yang diberikan. Buku ini mungkin berisi pembahasan
berbagai teori terkait analisis kebijakan publik.

Middle Teori “Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019” .


Rencana ini dapat memuat informasi mengenai tujuan dan strategi
pemerintah dalam pembangunan di Indonesia selama periode tertentu.

Hasil Penelitian Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat beberapa kendala yaitusosialisasi
dilakukan baru sebatas pada sebagian pegawai Itjen belum dilakukan secara
keseluruhan; belum ada Tim Khusus terhadap proses peningkatan
kapabilitas APIP; Pembagian waktu dan tugas belum jelas dan belum
dimiliki anggaran khusus; belum dibuat peraturan turunan dari Internal
Audit Charter (IAC); belum ada sistem reward dan hukuman; belum ada
dokumentasi kertas kerja pengawasan; Kebijakan belum terinternalisasi.
Kesimpulan dar penelitian ini yaitu pelaksanaan kebijakan belum tercapai
dengan optimal berdasarkan PerKa BPKP Nomor: PER-1633/K/JF/2011
Komunikasi merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap
implementasi kebijakan. Belum ada dukungan dan komitmen dari seluruh
pegawai dalam pelaksanaan kebijakan peningkatan kapabilitas APIP.
Saran dari Penelitian ini: konsisten melakukan sosialisasi kepada pegawai
di lingkungan Inspektorat Jenderal, membuat Standar

Kesimpulan Implementasi kebijakan kemampuan APIP perbaikan di Inspektorat


Jenderal Kementerian Kesehatan belum mencapai hasil yang optimal
mengacu pada pedoman teknis di FDSA Peraturan Kepala Nomor: PER-
1633/K/JF/2011;
2. Komunikasi, sumber daya, struktur birokrasi dan faktor disposisi belum
bekerja secara maksimal karena stagnasi masing-masing komponen di
sebagian besar bagian:
A. Tidak ada transmisi komunikasi mengenai tentang kebijakan
peningkatan kemampuan APIP di Inspektorat Jenderal Kementerian
Kesehatan;
B. Sumber daya, yang dalam hal ini adalah sumber daya manusia dan
fasilitas di Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan sudah
memadai dalam hal ini kuantitas, tetapi tidak ada komitmen dari
manusia sumber daya untuk melaksanakan kebijakan, tidak ada
kebijakan dukungan instrumen dan anggaran;
C. Struktur Birokrasi di Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan seperti
pengawasan dan inter koordinasi lembaga telah berjalan dengan baik,
namun secara informal tanpa MemorandumMemahami;
D. Bentuk disposisi pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan
adalah dukungan dan komitmen dari Inspektorat Jendera pemimpin
keberhasilan kemampuan APIP perbaikan implementasi kebijakan.
Namun, itu tidak sepenuhnya didukung oleh karyawan Inspektorat
Jenderal yang masih mengabaikan hal tersebut kebijakan. Tidak ada
insentif khusus yang diberikan pada kebijakan tersebut pelaksana

Anda mungkin juga menyukai