Anda di halaman 1dari 9

NAMA : CYNTHIA NURTASARI

NPM : 02.19.101

Jurnal 1

Judul Konsep Umum Pelaksanaan Kebijakan Publik


Volume Vol 11, No 1
Tahun terbit 2017
Penulis Abdullah Ramdhani, Muhammad Ali Ramdhani
Reviewer Cynthia Nurtasari
Latar belakang Terbitnya kebijakan publik dilandasi kebutuhan untuk
penyelesaian masalah yang terjadi di masyarakat. Kebijakan
publik ditetapkan oleh para pihak (stakeholders), terutama
pemerintah yang diorientasikan pada pemenuhan kebutuhan
dan kepentingan masyarakat. Makna dari pelaksanaan
kebijakan publik merupakan suatu hubungan yang
memungkinkan pencapaian tujuan-tujuan atau sasaran sebagai
hasil akhir dari kegiatan yang dilakukan pemerintah. Kekurangan
atau kesalahan kebijakan publik akan dapat diketahui setelah
kebijakan public tersebut dilaksanakan, keberhasilan
pelaksanaan kebijakan publik dapat dilihat dari dampak yang
ditimbulkan sebagai hasil evaluasi atas pelaksanaan suatu
kebijakan.
Tujuan Penulisan artikel ini adalah untu kmembahas konsep umum
tentang pelaksanaan kebijakan publik.
Metode penelitian Penyusunan artikel ini yang dilakukan dengan sumber rujukan
utama dari berbagai literatur dan penelitian yang relevan
dengan pelaksanaan kebijakan publik, yang dilengkapi dengan
pemikiran penulis atas topik yang disajikan.
Hasil Diskresi hanya dapat dilakukan apabila memenuhi indikator-
indikator yang ditetapkan oleh undang-undang yaitu:
melancarkan penyelenggaraan pemerintahan, mengisi
kekosongan hukum, memberikan kepastian hukum, dan
mengatasi stagnasi pemerintahan dalam keadaan tertentu guna
kemanfaatan dan kepentingan umum. Ruang lingkup diskresi
meliputi adanya kekuasaan pelaksana kebijakan (pejabat public)
untuk bertindak menurut keputusan dan hati nurani sendiri,
karena adanya pilihan keputusan atau tindakan, peraturan
tidak mengatur, peraturan tidak lengkap, ataupun karena
adanya stagnasi pemerintahan. Tindakan tersebut dilakukan
atas dasar kekuasaan atau kewewenangan yang melekat pada
dirinya selaku pengambil keputusan. Diskresi merupakan
kebebasan bertindak atau mengambil keputusan dari
pelaksana kebijakan publik (para pejabat administrasi negara
yang berwenang dan berwajib) menurut pendapat sendiri
Diskresi merupakan pengambilan keputusan yang dipengaruhi
oleh penilaian pribadi, yang tidak terikat dengan hukum yang
berlaku. Diskresi adalah kebebasan yang diberikan kepada
pelaksana kebijakan publik dalam rangka penyelenggaraan
kebijakan publik, sesuai dengan meningkatnyatuntutan
pelayanan publik yang harus diberikan negara kepada
masyarakat yang semakin kompleks
Kebijakan publik adalah serangkaian keputusan yang
menyangkut kepentingan publik, yang sadar, terarah, dan
terukur yang dilakukan oleh pemerintah yang melibatkan
para pihak yang berkepentingan dalam bidang-bidang
tertentu yang mengarah pada tujuan tertentu. Sedangkan
pelaksanaan kebijakan merupakan tahapan aktivitas/
kegiatan/ program dalam melaksanakan keputusan kebijakan
yang dilakukan oleh individu/ pejabat, kelompok pemerintah,
masyarakat, dan/ atau swasta dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan kebijakan yang
akan mempengaruhi hasil akhir suatu kebijakan.

Kelebihan kebijakan dapat dimaknai sebagai tindakan-tindakan yang


dilakukan, baik oleh individu maupun kelompok pemerintah,
yang diorientasikan pada pencapaian tujuan-tujuan yang telah
digariskan dalam keputusan kebijakan.
Kekurangan evaluasi pelaksanaan kebijakan perlu dilakukan secara
komperhensif, yang meliputi: evaluasi ex-ante, on-going, dan ex-
post. Dalam melakukan inovasi dan terobosan dalam
peningkatan pelayanan kepada publik, dapat dilakukan
diskresi pelaksanaan kebijakan publik sepanjang tidak
bertentangan dengan norma dan peraturan yang berlaku.

Jurnal 2

Judul Evaluasi Kebijakan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan di


Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo
Volume Vol 1, No 1
Tahun terbit 2016
Penulis Gentur Wiku Pribadi, Kismartini
Reviewer Cynthia Nurtasari
Latar belakang Permasalahan mengenai pelayanan publik di Indonesia yang
begitu kompleks telah mendorong pemerintah pusat untuk
membuat sebuah inovasi di dalam bidang pelayanan publik yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik. Inovasi
tersebut dibuat dalam sebuah produk kebijakan. Kebijakan yang
dimaksud adalah Permendagri Nomor 4 Tahun 2010 tentang
Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan. (Buku
Pedoman PATEN)
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan belum tercapai
secara maksimal karena jenis pelimpahan wewenang yang
diberikan dinilai belum efektif dan efisien menciptakan
pelayanan yang berkualitas dan semakin dekat dengan
masyarakat. Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dan Kecamatan
Nanggulan melakukan penambahan fasilitas pendukung
pelayanan dan memperbaiki cara pelayanan agar waktu
pelayanan menjadi lebih baik; serta melakukan kajian ulang
terhadap jenis pelimpahan wewenang yang diberikan kepada
camat agar tujuan kebijakan tercapai lebih maksimal.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan dan
mengetahui seberapa jauh tujuan dari Pelayanan Administrasi
Terpadu Kecamatan tercapai.
Metode penelitian Penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian
kualitatif yang merupakan metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah dimana peneliti
adalah instrumen kunci.
Hasil 1) Waktu Pelayanan
Pelaksanaan Kebijakan Pelayanan Administrasi Terpadu
Kecamatan di Kecamatan Nanggulan dilihat dari aspek waktu
pelayanan masih belum maksimal karena adanya penumpukan
pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai dengan menunggu
berkas perijinan Ijin Mendirikan Bangunan dan Ijin Gangguan
menjadi banyak sehingga waktu penyelesaian dokumen
perijinan memakan waktu lebih lama. Sehingga bisa disimpulkan
bahwa pelaksanaan Kebijakan Pelayanan Administrasi Terpadu
Kecamatan di Kecamatan Nanggulan dilihat dari indikator waktu
pelayanan tidak efektif dan efisien
2) Biaya Pelayanan
Pelaksanaan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
dilihat dari segi biaya pelayanan dapat disimpulkan sudah
menunjukan pelayanan yang baik dan tidak mahal sehingga
dikatakan sudah efisien.
3) Sumber Daya
Terbatasnya sumber daya pendukung pelaksanaan Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan di Kecamatan Nanggulan yaitu
kurangnya sarana komputer, ruang tunggu yang kurang luas dan
jumlah personil pelaksana pelayanan yang kurang
kuantitasnya membuat pelayanan menjadi terhambat..
Kelebihan Untuk biaya ya pelayanan publik di Kecamatan Nanggulan
sudah sesuai dengan aturan dan standar yang telah ditetapkan.
Kekurangan 1. waktu pelayanan yang masih belum sesuai dengan
standar,sarana prasarana pendukung pelaksanaan pelayanan
kurang memadai, dan jenis pelimpahan wewenang dalam
perijinan kurang populer dalam dunia perijinan.
2. Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah
kabupaten Kulon Progo untuk mencapai tujuan dari Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan tidak efisien Karena tujuan
tidak tecapai secara maksimal

Jurnal 3
Judul Evaluasi Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Kota Balikpapan
Volume Vol. 4, No. 2
Tahun terbit 2015
Penulis Reza Fachrudin
Reviewer Chynthia Nurtasari
Latar belakang Jaminan hidup layak merupakan kewajiban pemerintah yang
diberikan kepada warga negaranya. Selanjutnya memunculkan
suatu langakh atau sikap pemerintah untuk bertindak dalam
memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Konsep ini senada
dengan pernyataan dari Thomas R. Dye, apapun yang dipilih
oleh pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan suatu
terhadap persoalan publik Pernyataan tersebut terkait
sejauhmana kepedulian pemerintah terhadap kondisi
permasalahan yang terjadi pada rakyatnya. Perhatian
pemerintah terhadap rakyatnya ialah melalui kebijakan publik
yang akan berdampak pada perubahan secara umum terhadap
keseluruhan rakyatnya. Kebijakan publik yang diambil
pemerintah mengandung anggapan bahwa ada suatu ruang
atau doamain dalam kehidupan bukan privat atau murni milik
individual, tetapi milik bersama atau umum

Tujuan Tujuannya untuk mengevaluasi kebijakan penanggulangan


kemiskinan di kota Balikpapan
Metode penelitian Penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif
Hasil Arah kebijakan penanggulangan kemiskinan pemerintah kota
Balikapapan sangat tepat, hal ini dikarenakan kebijakan
penanggulangan kemiskinannya terintegrasi dengan kebijakan
makro pembangunan kota Balikpapan. Pembangunan
manusia bermakna dalam kualitas hidup masyarakat (kota
Balikpapan). Sehingga isu kemiskinan mendapatkan
perhatian tersendiri dalam pembangunan warga kota
Balikpapan secara umum. Dari segi atau sudut konten/isi
kebijakan penanggulangan kemiskinan kota Balikpapan, maka
bisa dikatakan sangat baik. Dimana pemerintah kota
Balikpapan melalui produk kebijakan penanggulangan
kemiskinan berupa Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2004
tentang penanggulangan kemiskinan secara ketentuan telah
dapat mengakomodir kebutuhan warga miskin dan dapat
meningkatkan pendapatan warga miskin.Untuk realisasi
pelaksanaan kebijakan penanggulangan kemiskinan di kota
Balikpapan dalam dewasa ini masih jauh dari kata berhas
Kelebihan Alokasi dana/anggaran pemerintah kota Balikpapan yang
memadai, terdapat pola komunikasi yang sistematis dan baik
dalam kelembagaan kebijakan penanggulangan kemiskinan,
daya terima yang baik dari masyarakat khususnya warga
miskin, dan adanya politic will dari para elit pemerintah kota
Balikpapan.
Kekurangan Ketidaksesuaian besaran bantuan pendidikan bagi gakin yakni
dibawah kebutuhan pendidikan pada umumnya di kota
Balikpapan, pola rujukan pasien gakin tidak terlaksana
dengan baik dan pemberian standar pengobatan yang tidak
sesuai, kendala atau hambatan yang terjadi pada kegiatan
pelatihan keterampilan ialah kurangnyaminat warga miskin
untuk mengikuti pelatihan, serta untuk kendala modal bantuan
usaha yakni belum didapat formula atau model yang tepat
dalam penyelenggaraannya.

Jurnal 4
Judul Evaluasi Kebijakan Pengentasan Kemiskinan dalam Program
Harapan di Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung
Volume Vol 1, No.1
Tahun terbit 2016
Penulis Ida Syamsu Roidah
Reviewer Chynthia Nurtasari
Latar belakang Dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan
sekaligus pengembangan kebijakan di bidang perlindungan
sosial bagi keluarga rumah tangga sangat miskin (RTSM),
pemerintah perlu mengeluarkan sebuah program yang dapat
memberikan bantuan bersyarat sebagai jaminan sosial untuk
masyarakat miskin untuk mengakses kesehatan dan pendidikan
yang mencakup kesehatan balita dan ibu hamil serta pendidikan
bagi anak usia pendidikan dasar. Oleh karena itu pemerintah
meluncurkan program Program Keluarga Harapan (PKH) untuk
menanggulangi masalah kemiskinan. Pelaksanaan di Indonesia
diharapkan akan membantu penduduk termiskin.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak Kebijakan
dan memberikan bukti nyata dari Program Keluarga Harapan
(PKH) di Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung. Teknik
pengumpulan data melalui wawancara kepada informan.
Metode penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif
Hasil mplementasi kebijakan program keluarga harapan (PKH) di
Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung mulai seluruh
rangkaian atau proses kegiatan mulai dari sosialisasi awal,
refleksi kemiskinan, pelaksanaan program, monitoring program
semuanya hampir berjalan dengan lancar, penelitian ini juga
menemukan bahwa pelaksanaan Program Keluarga Harapan
(PKH) di Kecamatan Rejotangan mampu untuk merubah pola
piker masyarakat desa yang semula mereka tidak begitu
memperhatikan kesehatan dan pendidikan anak, dengan
adanya Program Keluarga Harapan (PKH) RTSM sudah mulai
aktif dan mulai sadar akan pentingnya pendidikan dan
kesehatan bagi anak- anak mereka guna menatap masa depan
yang lebih baik. Keberhasilan Program Keluarga Harapan (PKH)
sangat didukung oleh efektifitas organisasi pelaksana dalam
memberi pembelajaran, pendampingan, kemandirian, bagi
masyarakat miskin.
Kelebihan implementasi kebijakan program ini di Kecamatan Rejotangan
Kabupaten Tulungagung adalah adanya komitmen yang kuat
antara pemerintah pusat dan daerah untuk mensukseskan
program keluarga harapan (PKH) guna membantu memutus
rantai kemiskinan di tingkat masyarakat miskin.
Kekurangan (1) rendahnya pendidikan RTSM dan sulitnya merubah pola
berfikir RTSM untuk memandang pentingnya arti kesehatan dan
pendidikan anak-anak mereka;
(2) kurang adanya komunikasi dan koordinasi antara
stakeholder secaraintens; serta
(3) masih rendahnya partisipasi dari RTSM.

Anda mungkin juga menyukai