Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

TEORI ORBITAL MOLEKUL DAN TERM SIMBOL MOLEKUL

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Anorganik Fisik

Oleh:
Aiynun Rukmanti (20210103001)
Darmawati B Ramli (20210103002)
Daletus Nong Tomi (20210103005)
Armayani (20210103008)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAUMERE
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena atas rahmat, taufik dan
hidayah-Nya, sehingga penulis diberikan kemudahan dalam menyusun makalah yang berjudul
“Teori Orbital Molekul dan Term Simbol Molekul”. Sholawat dan salam senantiasa
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari dunia
kegelapan dan kebodohan menuju dunia yang penuh cahaya dan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan hambatan dalam penulisan makalah
ini. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, namun berkat
dorongan dan bantuan dari berbangai pihak maka hambatan tersebut dapat terselesaikan dengan
baik. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis memohon maaf karena makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun demi
perbaikan untuk masa yang akan datang.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................... i
Daftar isi ................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1.Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
1.3.Tujuan .................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 2
2.1. Orbital Atom........................................................................................................ 2
2.2. Orbital Molekul.................................................................................................... 3
3.1. Term Symbol Dan Spectrum Atom ..................................................................... 7
3.2. Atom Tereksitasi Dan Term Symbol ................................................................... 8
3.3. Aturan Untuk Nilai-Nilai Yang Mungkin Dari Momentum Sudut..................... 10
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 11
3.1.Kesimpulan .......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 12

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu pengertian mengenai struktur atom dan metoda mekanika gelombang,
seperti yang telah dibahas terdahulu, sekarang memungkinkan untuk memecahkan
persoalan pokok dalam ilmu kimia, yaitu apa yang menyebabkan atom dapat saling
berikatan menjadi molekul. Berdasarkan jenis ikatan antara atom-atom, secara garis
besar dikenal ikatan kovalen, ion, gaya interaksi vanderwaals dan ikatan logam.
Dalam hal ini dibahas mengenai iaktan kovalen. Dikenal dua jenis pendekatan
mengenai ikatan kovalen yaitu teori Orbital Molekul (teori MO) dan teori ikatan valensi
(teori VB). Teori molekul orbital mengandaikan suatu system molekul yang stabil,
dengan berbagai inti yang ada dalam keadaan seimbang serta menghasilkan fungsi
gelombang molekul yang mengambarkan tingkaat energy molekula atau orbital
molekul. Ke dalam orbital molekul ini dimasukkan electron-elektron. Orbitsl molekul
dapat dibentuk dari orbital atom dengan cara kombinasi linier dari orbital- orbital atom
(cara LCAO). Model MO dapat menerangkan terjadinya spectrum dari senyawa serta
kekuatan ikatan.
Ibarat sidik jari seseorang, spektrume ektronik suatu spesies baik atom ,molekul
maupunion merupakan sifat yang karakteristik bagi spisies yang bersangkutan. Dengan
demikian berkembangnya teknologi,identifikasi suatu spisies berdasarkan spektrum elektr
oniknya sudahmerupakan hal yang lumrah. Untuk menunjang identifikasi tersebut jelas
diperlukan pengetahuanyang berkenaan dengan term atau statespektroskopik yang me!
ukiskan tingkat-tingkat energinyasehingga spectrum spisies yang bersangkutan dapat
diterangkan. Sayangnya informasi mengenaiterm-term spektroskopik ini masih bersifat
langka dan hanya dijumpai pada buku-buku tingkat lanjut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana orbital atom?
2. Bagaimana orbital molekul?
3. Bagaimana teori orbital molekul?
4. Apa yang dimaksud term symbol dan spectrum atom?
5. Bagaimana atom tereksitasi dan term symbol?
6. Bagaimana aturan untuk nilai-nilai yang mungkin dari momentum sudut yang
terkopel?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami orbital atom?
2. Mengetahui dan memahami orbital molekul?
3. Mengetahui dan memahami teori orbital molekul?
4. Menjelaskan yang dimaksud term symbol dan spectrum atom
5. Menjelaskan atom tereksitasi dan term symbol
6. Menjelaskan aturan untuk nilai-nilai yang mungkin dari momentum sudut yangterkopel
BAB II
PEMBAHASAN

A. TEORI ORBITAL MOLEKUL


2.1 Orbital Atom/ Atomic Orbital (A.O)
Kita ketahui bersama bahwa atom tersusun atas 3 sub-partikel dasar yakni
proton, neutron dan elektron. Proton dan neutron berada dalam inti atom sedangkan
elektron berada pada kulit atom. Kita tidak dapat menetapkan dengan tepat posisi relatif
sebuah elektron terhadap inti atom. Sebagai gantinya kita harus mengandalkan teori
kuantum untuk menggambaran posisi yang paling mungkin dari sebuah elektron. Tiap
kulit elektron suatu atom dibagi menjadi orbital atom, yakni bagian dari ruang dimana
kebolehjadian ditemukanya sebiah elektron dengan kadar energi yang khas adalah
tinggi (90-95%). Berdasarkan teori mekanika kuantum, diperoleh 5 bentuk orbital atom,
yakni orbital s, p, d dan f.
2.1.1 Orbital s
Orbital s adalah fungsi gelombang dengan ℓ = 0. Orbital ini memiliki distribusi
sudut yang seragam di setiap sudutnya. Itu artinya, orbital s berbentuk simetris bulat di
sekitar inti atom, seperti bola berongga dengan inti di pusatnya. Ketika tingkat energi
meningkat, elektron berada lebih jauh dari inti atom, sehingga ukuran orbital menjadi
lebih besar. Urutan ukuran orbital s adalah 1s<2s<3s.

Gambar 1. Bentuk Orbital s


2.1.2 Orbital p
Orbital p dimulai dengan n = 2 dan l = 1 sehingga terdapat 3 orbital 2p, yakni
px, py dan pz. Ketiga orbital 2p ini identik dalam hal ukuran, bentuk dan tingkat energi.
Mereka berbeda hanya dalam hal sumbu orientasi
Gambar 2. Bentuk Orbital p

2.1.3 Orbital d
Subkulit dengan l = 2 memiliki lima orbital d; dimana kulit pertama yang
memiliki subkulit dadalah ketika bilangan kuantum utama (n) = 3. Kelima orbital
tersebut adalah 3dxy, 3dxz, 3dyz, 3dx2−y2, 3dz2 dengan nilai −2, −1, 0, +1, dan +2.

Gambar 3. Bentuk Orbital d


2.1.4 Orbital f
Orbital f lebih rumit dari pada obital d. Orbital ini terdiri dari tujuh orbital,
dimana sebanyak empat orbital memiliki delapan cuping. Tiga yang lain terlihat seperti
3dz2 mengitari orbitnya tetapi memiliki dua donat berbentuk gelang daripada yang
lainnya. Orbital ini jarang terlibat dalam ikatan.

Gambar 4. Bentuk Orbital f

2.2 Orbital Molekul/ Molecular Orbital (M.O)


Ketika dua atom saling mendekati satu sama lain, berdasarkan konsep orbital
molekul, oribital atom kedua atom tersebut akan saling tumpang tindih. Elektron tidak
lagi menjadi milik masing-masing atom tetapi menjadi milik molekul secara
keseluruhan. Untuk merepresentasikan proses ini, kita menggabungkan fungsi
gelombang kedua atom tersebut menjadi dua orbital molekul. Representasi realistik
ikatan dalam senyawa kovalen melibatkan kombinasi linier orbital atom sehingga
disebut metode LCAO (Linear Combination of Atomic Orbital ). Jika orbital s atom
yang bergabung, maka orbital molekul yang terbentuk diwakili oleh sigma dan sigma
star.

Gambar 5. Gambungan/kombinasi 2 orbital atom s membentuk orbital molekul σ dan


σ*

Untuk orbital σ kerapatan elektron antara kedua inti meningkat. Terdapat daya
tarik elektrostatik antara inti positif dengan area dengan rapat elektron yang tinggi ini.
Orbital ini disebut dengan orbital ikatan. Sebaliknya orbital sigma star kerapatan
elektron antara kedua inti menurun dan inti yang terekspos sebagian menyebabkan
tolakan elektrostatik antara kedua atom sehingga orbital sigma star merupakan orbital
anti ikatan. Sebagian dari orbital molekul mempunyai energi yang lebih besar dari pada
energi orbital atom. Hal tersebut dikarenakan terbentuknya orbital dari orbital molekul
pengikatan (bonding) dan orbital molekul anti ikatan (anti bonding). Pada bagian dalam
elektron yang tidak diambil disebut elektron tidak berikatan (nonbonding) dan elektron
tersebut mempunyai energi yan sama dengan energi yang dimiliki oleh atom-atom yang
terpisah. Setiap jenis orbital secara umum mempunyai energi-energi yang relatif.
"Orbital molekul, seperti orbital atom, dapat berisi dua elektron, satu dengan spin keatas
dan yang lain dengan spin kebawah. Dalam orbital moleku pengikatan, pengikatan
kovalen terjadi karena pemakaian bersama elektron-elektron (yang paling sering adalah
pasangan elektron dengan spin yang berlawanan). Kerapatan elektron rata-rata yang
terbesar berada di antara nukleinya dan cenderung untuk menarik nukleinya bersama-
sama. Pemakaian bersama elektron itu sendiri tidaklah mencukupi untuk terjadinya
ikatan kimia. Elektron yang dipakai pada orbital molekul antipengikatan secara
bersama-sama cenderung untuk memaksa inti atau nekleinya berpisah, sehingga
kekuatan ikatan tersebut menurun".
2.3 Teori Orbital Molekul
Teori orbital molekul adalah teori yang menjelaskan ikatan kimia melalui
diagram orbital molekul. Sifat magnet dan sifat-sifat molekul dapat dengan mudah
dijelaskan dengan menggunakan pendekatan mekanika kuantum lain yang disebut
dengan teori orbital molekul. Salah satu contohnya teori orbital molekul dapat
menjelaskan sifat paramagnetisme dari molekul O ₂ sesuai hasil percobaan, bahwa
oksigen bersifat paramagnetik dengan dua elektron tidak berpasangan dan bukan
diamagnetik seperti yang dijelaskan dengan menggunakan teori ikatan valensi. Temuan
ini membuktikan adanya kekurangan mendasar dalam teori ikatan valensi. Teori orbital
molekul menggambarkan ikatan kovalen melalui istilah orbital molekul yang dihasilkan
dari interaksi orbital orbital atom dari atom yang berikatan dengan molekul secara
keseluruhan. Seperti halnya untuk menjelaskan sifat-sifat ion kompleks, teori orbital
molekul juga dapat dijadikan pendekatan yang baik karena teori orbital molekul dapat
menjelaskan fakta bahwa ikatan anatara ion logam dan ligan bukan hanya merupakan
ikatan ion yang murni tetapi juga terdapat ikatan kovalen pada ion atau senyawa
kompleks. Perkembangan teori orbital molekul pada mulanya dipelopori oleh Robert
Sanderson Mulliken dan Friedrich Hund pada tahun 1928.
2.3.1 Teori Orbital Molekul Pada Molekul Oksigen
Konfigurasi elektron oksigen dalam keadaan dasar adalah 1s2 2s2 2p4 , sehingga
untuk molekul O2 terdapat 16 elektron. Diagram orbital molekul O2 sebagai berikut:

Gambar 6. Diagram orbital molekul O₂


sehingga dapat ditulis konfogurasi elektron molekul O₂ adalah (σ₁ₛ)² (σ*₁ₛ)² (σ₂ₛ)²
(σ*₂ₛ)² (σ₂ₚᵪ)² (σ₂ₚ )² (σ₂ₚᴢ)² (σ*₂py)¹ (σ*₂p )¹
2.3.2 Teori Orbital Molekul Pada Kompleks Oktahedral

Gambar 7. Diagram orbital molekul kompleks oktahedral

Ketika atom logam atau ion logam mengadakan interaksi elektrostatik dengan
ligan-ligan, maka semua orbital yang ada mengalami kenaikan tingkat energi. Tiga
orbital p meskipun mengalami kenaikan tingkat energi tetapi tetap dalam keadaan
degenerat karena interaksi antara ligan-ligan dengan orbital p tersebut adalah sama kuat.
Lima orbital d dari atom logam atau ion logam mengalami pemisahan menjadi orbital
t2g dan eg. Setelah mengalami kenaikan tingkat energi, orbital dari atom logam atau ion
logam mengadakan kombinasi linier dengan orbital-orbital dari ligan membentuk
orbital molekul kompleks oktahedral.
2.3.3 π backbonding
Pengikatan balik π, juga dikenal donasi balik π, adalah suatu konsep dalam
kimia di mana elektron berpindah dari satu orbital atom suatu atom ke orbital anti-
ikatan π* pada ligan penerima-π . Ia umumnya terpantau pada kimia organologam
logam transisi dengan ligan multiatom seperti karbon monoksida, etilena, ataupun
kation nitrosonium. Elektron dari logam digunakan untuk berikatan dengan ligan, dalam
prosesnya ini akan membebaskan logam dari muatan negatif yang berlebihan. Senyawa
di mana terdapat pengikatan balik π meliputi Ni(CO)4 dan garam Zeise.

Gambar 8. π backbonding pada atom/ion logam


B. TERM SIMBOL MOLEKUL
3.I Term Symbol dan Spektrum Atom
Kedudukan dan orientasi elektron akan mempunyai tingkat energy tertentu, sehingga kita
tidak dapat dengan pasti menentukan di orbital mana suatu electron berada, misalnya di orbital p,
apakah electron berada pada orbital px, py, atau pz, maka dibutuhkanlah suatu Term
Symbol.Term symbol yaitu cara penulisan keadaan elektronik suatu atom yang lebih tepat.
Simbol-simbol yang akan kita temui pada term simbol adalah:
2S + 1LJ
Keterangan:
2S + 1 disebut “Multiplisitas” (Ms) dari suatu term simbol
L = Jumlah bilangan kuantum momentum sudut orbital
= ∑Li , l bernilai : 0, 1, 2, 3, …
L bernilai : 0, 1, 2, 3, …
S = jumlah bilangan kuantum momentum sudut spin
=∑si , Si bernilai : +1/2 dan -1/2
S bernilai : 0, 1, 2, 3,…
J = total bilangan kuantum momentum sudut
= L+S s/d L-S
Jika l bernilai : 0, 1, 2, 3, 4, 5….
Maka orbitalnya : s, p, d, f, g, h….
Jika L bernilai : 0, 1, 2, 3, 4, 5…
Term simbol : S, P, D, F, G, H

Pada sistem terdahulu : m (bilangan kuantum magnetic) bernilai – l s/d +1, pada sistem ini
M bernilai +L s/d –L

Ml ∑(ml)i

Jika bilangan kuantum sudut orbital, l berinteraksi dengan bilangan kuantum sudut spin, s maka
akan membentuk bilangan kuantum momentum sudut orbital, j
Ada dua jenis interaksi l dan s
1. l bergabung L ∑Li J = L + S s/d L-S
s bergabung s ∑Li

Penggabungan ini dikenal dengan “Russel-Saunders Coupling” (spin orbit coupling)

2. l dan s bergabung j : bernilai l+s s/d l-s


J = ∑Li

Penggabungan ini dikenal dengan “J-J coupling”


Kulit electron yang penuh (tertutup) tidak memberikan konstribusi terhadap momentum
sudut orbital maupun spin. Yang menentukan term simbol adalah electron valensi yaitu ∑
elektron pada kulit terluar.Suatu atom dengan konfigurasi tertentu dapat berada dalam keadaan
lebih dari satu termsimbol. Term simbol dari keadaan dasar dari suatu konfigurasi electron dapat
ditentukan berdasarkan Hukum Hund :
1. Sistem dengan nilai S terbesar merupakan sistem yang paling stabil
2. Untuk sistem dengan harga multiplisitas sama, maka harga L besar stabil
3. Sistem dengan nilai S dan L sama, sistem dengan konfigurasi electron kurang
darisetengah penuh, nilai J kecil merupakan sistem yang stabil (J=L-S)
4. Sistem dengan konfigurasi electron lebih setengah penuh, nilai J besar sistem
palingstabil.
Contoh:
1. 3Li : 1s² 2s¹ l = 0, L =∑li= 0
↑ ↓ ↑ s = +1/2, S =∑si= +1/2

Multiplisitas : Ms = 2S + 1 = 2
J = L+S s/d L-S
= +1/2, -1/2
Term simbol : ²S½ ; ²S-½

Stabil
2. 5B : 1s2 2s 1 2p1 l = 1, L = ∑li= 1
↓ s = +1/2, S =∑si = +1/2
Multiplisitas : MS= 2S + 1 = 2
J = L+S s/d L-S
= +3/2, ½
Term simbol : 2P 3/2 ;2 P-1/2

Stabil (J = L-S) orbital kurang setengah penuh.
(Mon, Irma. 2010. Bahan Ajar Ikatan Kimia. Padang : FMIPA UNP)

3.2 Atom tereksitasi dan term simbol


Dalam usaha untuk memahami keadaan tereksitasi dari atom-atom, momentum
sudut perlu untuk dipelajari secara detil. Momentum sudut adalah sebuah vektor dengan besaran
danarah. Momentum sudut angular dari sebuah sistem elektron banyak diberikan sebagai
sebuah penjumlahan vektor dari setiap momentum sudut elektronelektronnya dan disebut sebagai
momentum sudut resultan. Penjumlahan yang demikian itu dapat dilakukan untuk momentum
suidut orbital Îi, momentum sudut spin i dan momentum sudut total yang
merupakan penjumlahan
i=Îi +i. Dengan demikian, momentum sudut orbital resultan , momentumsudut spin resultan dan
momentum sudut total resultan didefinisikan dengan persamaan- persamaan berikut.

Karena Ĵi=Îi + Ŝi, kita akan mendapatkan Ĵ= Ĺ + Ŝ


Ketiga tipe momentum sudut untuk elektron akan memenuhi persamaan eigen sebagai
berikut:

Indeks bawah i harus dipasangkan pada operator dan bilangan kuantum dalam usaha
untukmenandai elektron ke-i. Bilangan kuantum m untuk komponen harus memiliki
indeks bawahyang menyatakan l, s, j.

Momentum sudut resultan yang diperkenalkan di atas harus juga memenuhi persamaan
eigenyang sama sebagai berikut.
L, S, J adalah bilangan kuantum yang berhubungan dengan kuadrat dari operator dan L,
MS, MJ adalah bilangan kuantum yang berhubungan dengan komponen-komponennya.
ML, MS, MJ samadengan penjumlahan dari sumbangan tiap-tiap elektron.

Dengan menggunakan bilangan kuantum untuk momentum sudut resultan L, S, J dan


bilangan kuantum utama n, tingkat energi atomik dinyatakan dengan simbol sebagai
berikut.

Simbol ini sangat berguna dan penting, khususnya dalam spektroskopi atomik dan
ini disebut sebagai Term Simbol. n adalah nilai maksimum di antara bilangan kuantum
utama dari elektron dan nilai ini ditempatkan di atas.
Untuk simbol {L} huruf besar S, P, D, F, G, H
digunakan berkaitan dengan nilai L = 0, 1, 2, 3, 4, 5,. 2S + 1 disebut sebagai perkalian spi
n dan nilainya dihitung dari nilai S yang diletakkan pada bagian sebelah kiri dari huruf
seperti S dan P
yang berkaitan dengan simbol {L}; indeks atas untuk huruf {L} akan menjadi 3 untuk tri
plet dan 1untuk singlet. Nilai dari J diletakkan sebagai indeks bawah pada sisi sebelah
kanan dari hurif{L}. n dan J sering tidak dituliskan untuk penyingkatan kecuali pada saat
dia diperlukan.

LdanS adalah saling berkomutasi dengan operator Hamiltonian untuk sebuah atom berele
ktron banyak yang diberikan dalam persamaan (2.31). Karenanya, tingkat energi yang ber
kaitan dengan term simbol dengan kombinasi yang sama untuk L dan S dan konfigurasi
elektron yang sama dan disebut sebagai bagian L S, adalah identik dan terdegenerasi.
Untuk kasus terdegenerasi, indeks bawah sebelah kanan J dapat diabaikan, karena mereka
tidak
terlalu penting. Akan tetapi eksperimen terkadang menunjukkan pemisahan dari bagian L
S. Salah satu penyebabnya adalah interaksi spin-orbit, yang menghasilkan pemisahan yan
g proporsional hingga derajat ke empat dari bilangan atomik Z. Sehingga, efek ini akan
sangat penting pada atom-atom berat. Pada sisi yang lain, terdapat pemisahan yang
disebabkan oleh medan magnetik luar yang disebut sebagai efek Zeeman.
Dalam kasus atom hidrogenik, adalah sangat mudah untuk mendapatkan term
simbol, karena sistemnya memiliki satu elektron. Sebagai contoh, marilah kita meninjau
sebuah keadaan dari satu elektron 2p. Karena sebuah elektron 2p, n = 2 dan s = 1/2
dengan ms = ±1/2. Untuk sebuah sistem elektron tunggal, Ms = ms dan dengan demikian
S = 1/2 dan kemudian akan menghasilkan perkalian spin 2S + 1 = 2 x (1/2) + 1 = 2, yang
disebut sebagai doblet. Dalam hal yang sama, yaitu Ml = ml dan dengan demikian maka
L = 1 dan ini akan berkaitan dengan huruf P untuk simbol {L}. Untuk menentukan
besaran J, kita harus mengetahui aturan untuk nilai yang diijinkan untuk momentum
sudut yang terkopel.

3.3 Aturan untuk nilai-nilai yang mungkin dari momentum sudut yang terkopel
Kita memperkenalkan sebuah momentum sudut terkopel = 1 + 2 di mana 1 dan
J2 kedua-duanya adalah momentum sudut yang dapat komut satu dengan yang lainnya.
Dengan menggunaka n bilangan kuantum J1 dan J2 Untuk 1 Dan 2, maka nilai yang
diijinkan untuk bilangan kuantum J untuk kuadrat J dari adalah sebagai berikut

Karena J adalah vektor yang tekopel dari L dan S , besaran dari momentum sudut
terkopel memiliki nilai di antara nilai maksimum dari L+S dan minimum dari |L – S|.
Dalam kasus sebuah elektron 2p, L = 1 dan S = 1/2, dan dengan demikian kasus yang
mungkin adalah J= 1 + 1/2 = 3/2 atau J = 1-1/2 = 1/2. Term simbol untuk (2p) 1 diberikan
oleh:

Dua bentuk simbol ini memiliki kombinasi L dan S yang sama dan mereka dalam
keadaan terdegenerasi jika interaksi spin-orbit dapat diabaikan. Dalam kasus atom
hidrogen pemisahan yang disebabkan oleh interaksi spin-orbit sangatlah kecil dan
2P1/2 hanya sebesar 0.365 cm -1 lebih rendah dibandingkan dengan bentuk yang lain.
Berikutnya term simbol dari keadaan tereksitasi (1s) 1(2s)1 untuk sebuah atom
He. Bilangan kuantum utama terbesar adalah untuk sebuah elektron 2s dan dengan
demikian n = 2. Karena seluruh elektron berada dalam orbital s dengan ml = 0, kemudian
L = 0 + 0 = 0. Nilai dari S bergantung pada perlipatan (multiciplity) spin, berupa singlet
atau tripet. Dari contoh 2.5, nilai yang mungkin untuk Ms adalah 0 dan ini akan
memberikan kondisi S = 0 dan 2S + 1 = 0 + 1 = 1.Dari S = 0 dan L = 0, J = 0 + 0 = 0. Ini
akan menghasilkan term simbol untuk keadaan single tereksitasi yang diberikan dengan
21S0.
Untuk keadaan tereksitasi triplet, terdapat tiga nilai dari Ms, 1 untuk Γ1, 0 untuk
Γ3, dan -1 untuk Γ2, dan dengan demikian S =1. Dengan memperhatikan bahwa L = 0,
kita menemukan J = 1 + 0 = 1 − 0 = 1. Ini akan memberikan term simbol keadaan
tereksitasi triplet yang diberikan oleh 23 S1.
Aturan-aturan berikut sangat berguna untuk mendapatkan term simbol.
1. Ketika sebuah subkulit dalam kondisi penuh terisi oleh elektron, elektron-elektron
dalam subkulit dapat tidak diperhitungkan karena kontribusi pada Ms dan
ML adalah sama dengan nol, sebagai contoh, untuk memperoleh term simbol
untuk keadaan dasar Li(1s) 2(2s) 1, kita mungkin hanya memperhatikan (2s) 1 dan
mengabaikan (1s).
2. Ketika sebuah subkulit dengan sebuah bilangan kuantum azimuth l dipenuhi oleh
elektron, konfigurasinya dapat dinyatakan dengan (n{l}) (4l+2), dimana l = 0, 1, 2
masing-masing berkaitan dengan s, p, d. Sebuah pasangan subkulit yang tidak
terisi penuh,(n{l}) (4l+2???i>k) dan (n{l}) (k), memberikan term simbol yang
sama. Sebagai contoh, (2p) 5 dan (2p)1 akan memberikan himpunan yang sama
dari simbol spektral, 22P 3/2 dan 22P 1/2.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Teori Orbital Molekul
Ketika dua atom saling mendekati satu sama lain, berdasarkan konsep
orbital molekul, oribital atom kedua atom tersebut akan saling tumpang tindih.
Elektron tidak lagi menjadi milik masing-masing atom tetapi menjadi milik
molekul secara keseluruhan. Untuk merepresentasikan proses ini, kita
menggabungkan fungsi gelombang kedua atom tersebut menjadi dua orbital
molekul. Representasi realistik ikatan dalam senyawa kovalen melibatkan
kombinasi linier orbital atom sehingga disebut metode LCAO (Linear
Combination of Atomic Orbital ).
Teori orbital molekul adalah teori yang menjelaskan ikatan kimia melalui
diagram orbital molekul. Sifat magnet dan sifat-sifat molekul dapat dengan
mudah dijelaskan dengan menggunakan pendekatan mekanika kuantum lain
yang disebut dengan teori orbital molekul. Salah satu contohnya teori orbital
molekul dapat menjelaskan sifat paramagnetisme dari molekul O ₂ sesuai hasil
percobaan, bahwa oksigen bersifat paramagnetik dengan dua elektron tidak
berpasangan dan bukan diamagnetik seperti yang dijelaskan dengan
menggunakan teori ikatan valensi. Temuan ini membuktikan adanya kekurangan
mendasar dalam teori ikatan valensi.
2. Term Simbol Molekul
Term Symbol dan Spektrum Atom. tidak dapat dengan pasti menentukan
di orbital manasuatu electron berada, misalnya di orbital p, apakah electron berada
pada orbital px, py, atau pz,maka dibutuhkanlah suatu Term Symbol. Term
symbol yaitu cara penulisan keadaan elektroniksuatu atom yang lebih tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, R. .Term Simbol. Online. https://id.scribd.com/doc/284551820/Term-Simbol.


(Diakses pada tanggal 26 Januari 2020).
Chang, R. (2008). Chemistry Tenth Edition. New York: McGraw-Hill.
Edition. England Person Education Limited
Geof, C. R. 2000. Descriptive Inorganic Chemistry, 2 nd Edition. New York: W.H
Freeman and Comapany.
Housecroft, Catherine E dan Alan G. Sharpe. 2012. Inorganik Chemistry Fourth
La Kilo, A. 2018. Kimia Anorganik Struktur dan Kereaktifan . Gorontalo: UNGPress
Sugiyarto, K.H. 1988. Mengenal Term Spektroskopik Dan Cara Penurunannya.
JurnalCakrawala Pendidikan. No 3 Vol VII: 16.

Anda mungkin juga menyukai