Anda di halaman 1dari 10

PP NO 16 TAHUN 2021

TENTANG
PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2002
TENTANG BANGUNAN GEDUNG

Pasal 2
1. Mengatur mengenai:
a. Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung
b. Standar teknis
c. Proses penyelenggaraan bangunan gedung
d. Sanksi administrative
e. Peran masyarakat, dan
f. Pembinaan

BAB II FUNGSI DAN KLASIFIKASI BANGUNAN GEDUNG

Bagian Kedua
Fungsi Bangunan Gedung
Umum

Pasal 2
- Fungsi bangunan gedung (berdasarkan fungsi utamanya):
a. Fungsi hunian
b. Fungsi keagamaan
c. Fungsi usaha
d. Fungsi sosial dan budaya, dan
e. Fungsi khusus

Bagian Ketiga
Penetapan Klasifikasi Bangunan Gedung

Pasal 9

Tingkat kompleksitas Bangunan Gedung Sederhana


Bangunan Gedung Tidak Sederhana
Bangunan Gedung Khusus
Tingkat permanensi Bangunan Gedung Permanen
Bangunan Gedung Nonpermanen
Tingkat risiko bahaya kebakaran Tinggi
Sedang
Rendah
Berdasarkan lokasi Lokasi padat
Lokasi sedang
Lokasi renggang
Ketinggian bangunan gedung Super tinggi
Pencakar langit
Sedang
Rendah
Kepemilikan BGN
Selain milik negara

BAB III STANDAR TEKNIS BANGUNAN GEDUNG

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 13
Standar teknis meliputi:
a. Standar perencanaan dan perancangan bangunan gedung
b. Standar pelaksanaan dan pengawasan konstruksi bangunan gedung
c. Standar pemanfaatan bangunan gedung
d. Standar pembongkaran bangunan gedung
e. Ketentuan penyelenggaraan BGCB yang dilestarikan
f. Ketentuan penyelenggaraan BGFK
g. Ketentuan penyelenggaraan BGH
h. Ketentuan penyelenggaraan BGN
i. Ketentuan dokumen, dan
j. Ketentuan pelaku penyelenggaraan bangunan gedung

- Bangunan Gedung:
a. BGCB (Bangunan Gedung Cagar Budaya) – perizinan harus melibatkan tenaga ahli cagar
budaya
b. BGFK (Bangunan Gedung Fungsi Khusus), dokumen rencana teknisnya diajukan kepada
Menteri, pemeriksaan maks 5x dalam 40 hari kerja
c. BGH (Bangunan Gedung Hijau) – perizinan harus melibatkan tenaga ahli BGH
d. BGH2M (Bangunan Gedung Hunian Hijau Masyarakat)
e. BGN (Bangunan Gedung Negara): Pendidikan, Pendidikan dan pelatihan, pelayanan
Kesehatan, parkir, perdagangan, peribadatan, dan yang khusus.

Bagian Kedua
Standar Perencanaan dan Perancangan Bangunan Gedung

Paragraf 1
Umum

Pasal 14
Standar perencanaan dan perancangan bangunan gedung meliputi:
a. Ketentuan tata bangunan (arsitektur, -peruntukan dan intensitas bangunan- ada di KRK)
b. Ketentuan keandalan bangunan gedung (keselamatan, Kesehatan, kenyamanan, dan
kemudahan)
c. Ketentuan bangunan gedung di atas dan/atau di dalam tanah, dan/atau air (tidak
mencemari/mengganggu prasarana lain)
d. Ketentuan desain prototipe/purwarupa

Setiap bangunan harus memperhatikan:


- Fungsi ruang
- Arsitektural
- Keandalan bangunan gedung
- Intensitas dan peruntukkan bangunan (ada di KRK)
- Ketentuan kepadatan dan ketinggian bangunan: KDB, KLB, KBG, KDH, dan KTB
- Ketentuan jarak bebas bangunan: GSB, jarak bg dengan batas persil, jarak antar bg
- Penentuan besaran jarak bebas bangunan berdasarkan: keselamatan (proteksi kebakaran),
Kesehatan (sirkulasi udara, pencahayaan, sanitasi), kenyamanan (pandangan, kebisingan, dan
getaran), Kemudahan (aksesibilitas dan akses evakuasi), Keserasian lingkungan (perwujudan
wajah kota), Ketinggian bangunan (intensitas bangunan gedung)
- Struktur bangunan
- Sistem proteksi petir
- Kelistrikan
- Persampahan
- Sarana prasarana (tangga, ram, lift, toilet, parkir, dll), termasuk ruang2 penunjang lainnya

Diatur juga mengenai bangunan di dalam tanah dan/atau air.

Bagian Ketiga
Standar Pelaksanaan dan Pengawasan Konstruksi Bangunan Gedung

Memuat: pelaksanaan, pengawasan (pengendalian waktu, biaya, pencapaian target, serta tertib
administrasi), dan SMKK (system manajemen keselamatan konstruksi)

Bangian Keempat
Standar Pemanfaatan Bangunan Gedung

Dilakukan oleh pemilik atau pengelola bangunan gedung melalui kegiatan pemeliharaan dan
perawatan, serta pemeriksaan berkala agar tetap laik fungsi.

Bangian Kelima
Standar Pembongkaran Bangunan Gedung

Terdiri atas: penetapan – peninjauan (dilakukan oleh penyedia jasa penyediaan pembongkaran
terhadap material, limbah, keamanan, dll) – pelaksanaan (keamanan, keselamatan, Kesehatan,
keberlanjutan) – pengawasan (oleh profesi ahli pembongkaran) – pasca (berkaitan dengan limbah)

Bangian Keenam
Ketentuan Penyelenggaraan Bangunan Gedung Cagar Budaya yang Dilestarikan

Standar BGCB terdiri atas:


a. Penyelenggaraan BGCB yang dilestarikan – tata bangunan, pelestarian, keandalan
b. Pemberian kompensasi (mendorong upaya pelestarian oleh pemilik, pengguna, dan pengelola)
c. Insentif (diberikan ke pemilik, pengguna, dan atau pengelola yang melaksanakan pelindungan,
pengembangan, dan/atau pemanfaatan) dan disinsentif (kepada pengelola yang tidak
melaksanakan perlidungan) BGCB yang dilestarikan

Bangian Ketujuh
Ketentuan Penyelenggaraan Bangunan Gedung Fungsi Khusus

Standar BGFK meliputi:

Pasal 103

(1) BGFK harus memenuhi ketentuan standar perencanaan dan perancangan BG (pemilihan
lokasi, spesifikasi teknis, dll), standar perencanaan dan perancangan teknis khusus, serta
standar keamanan fungsi khusus

Bangian Kedelapan
Ketentuan Penyelenggaraan Bangunan Gedung Hijau

Pasal 107

(3) Bangunan gedung dengan kategori wajib (mandatory):


a. Kelas empat dan lima di atas 4 lantai dengan luas min 50.000 m2
b. Kelas enam, tujuh dan delapan di atas 4 lantai dengan luas min 5.000 m2
c. Kelas 9a dengan luas di atas 20.000 m2
d. Kelas 9b dengan luas di atas 10.000 m2
(4) Bangunan gedung dengan kategori disarankan (recommended): selain di atas

Pasal 108

Prinsip BGH:

a. Perumusan kesamaan tujuan, pemahaman, serta rencana tindak


b. Pengurangan penggunaan sumber daya
c. Pengurangan timbulan limbah
d. Penggunaan kembali sumber daya
e. Penggunaan sumber daya hasil siklus ulang
f. Perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup
g. Mitigasi risiko keselamatan, Kesehatan, perubahan iklim, dan bencana
h. Orientasi pada siklus hidup
i. Orientasi pada pencapaian mutu yang diinginkan
j. Inovasi teknologi untuk perbaikan yang berkelanjutan
k. Peningkatan dukungan kelembagaan, kepemimpinan, dan manajemen dalam implementasi.

Pasal 109
Tahap penyelenggaraan meliputi:
a. Pemrograman (kesesuaian tapak, metode, kelayakan, dll)
b. Perencanaan teknis (pengelolaan tapak, efisiensi penggunaan energi, pengelolaan sampah,
air, dll)
c. Pelaksanaan konstruksi (mengikuti prinsip pelaksanaan konstruksi hijau: optimasi, smkk,
konservasi energi, penggunaan material, dll)
d. Pemanfaatan (penyusunan SOP, pelaksanaan SOP, pemeliharaan kinerja)
e. Pembongkaran (metode yang tidak menimbulkan kerusakan, reuse, dll)

Hunian Hijau Masyarakat

Pasal 118
(1) Kumpulan rumah tinggal dapat menyelenggarakan BGH melalui mekanisme H2M
(2) H2M diselenggarakan secara kolektif atas inisiatif masyarakat
(4) Indikator kinerja H2M:
a. Pengurangan konsumsi energi rata-rata 25%
b. Pengurangan konsumsi air rata-rata 10%
c. Pengelolaan sampah secara mandiri
d. Penggunaan material bangunan local dan ramah lingkungan
e. Optimasi fungsi ruang terbuka hijau pekarangan

Bangian Kesembilan
Ketentuan Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara

Pasal 124
(11) BGN dengan luas di atas 5.000 m2 wajib menerapkan prinsip-prinsip BGH

Pasal 128
(3) BGN dikelompokkan meliputi:
a. Bangunan gedung kantor
b. Rumah negara
c. BGN lainnya (gedung Pendidikan, Pendidikan dan pelatihan, pelayanan Kesehatan, parkir,
perdagangan, peribadatan)

Pasal 129
(1) Klasifikasi:
a. Sederhana: kantor dan BGN lainnya yang 2 lantai dan luas sampai 500 m2
b. Tidak sederhana: kantor dan BGN lainnya yang lebih dari 2 lantai dan luas lebih dari 500
m2
c. Khusus: istana negara, rumah jabatan mantan pres wapres, rumah Menteri, gedung
instalasi nuklir, radio aktif, bangunan kepolisian dengan standar khusus, terminal udara,
laut, darat, kereta api, stadion, rumah tahanan dengan tingkat keamanan tinggi, pusat
data, dll

(standar besaran ruangan juga diatur!), halaman 118

Bangian Kesepuluh
Ketentuan Dokumen

Pasal 186:
(1) Setiap tahap penyelenggaraan bangunan gedung menghasilkan dokumen yang merupakan
hasil pekerjaan penyedia jasa, meliputi:
a. Dokumen tahap perencanaan teknis (semua gambar)
b. Dokumen tahap pelaksanaan konstruksi (laporan peninjauan kondisi lapangan, rencana
pelaksanaan konstruksi, standar manajemen mutu, pedoman SMKK)
c. Dokumen tahap pemanfaatan (SOP pemanfaatan, pemeriksaan berkala)
d. Dokumen tahap pembongkaran

Bangian Kesebelas
Ketentuan Pelaku Penyelenggaraan Bangunan Gedung

Pasal 202
Pelaku penyelenggaraan bangunan gedung meliputi:
a. Pemilik
b. Penyedia jasa konstruksi (plan sampai pembongkaran)
c. TPA (tim ahli)
d. TPT (pejabat structural dan fungsional)
e. Penilik (pegawai aparatur sipil negara)
f. Sekretariat (penanggung jawab atas pelaksanaan tugas TPA, TPT, Penilik)
g. Pengelola bangunan gedung
h. Pengelola teknis BGN

BAB IV PROSES PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 250
Proses penyelenggaraan bangunan gedung meliputi kegiatan:
- Pembangunan (perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, dan pengawasan konstruksi)
- Pemanfaatan
- Pelestarian
- Pembongkaran

Bagian Kedua
Pembangunan

Paragraf 3

Persetujuan Bangunan Gedung


- PBG harus diajukan (dokumen rencana teknis) sebelum pelaksanaan konstruksi
- PBG meliputi proses (5):
a. Konsultasi perencanaan (tanpa dipungut biaya), dan
b. Penerbitan
- Proses konsultasi perencanaan meliputi (7):
a. Pendaftaran
b. Pemeriksaan pemenuhan standar teknis, dan
c. Pernyataan pemenuhan standar teknis
- Pemohon atau pemilik menyampaikan informasi (10):
a. Data pemohon atau pemilik),
b. Data bangunan gedung, dan
c. Dokumen rencana teknis

Konsultasi
Diajukan via SIMBG Periksa kelengkapan informasi
perencanaan
/Pemeriksaan dokumen
Revisi sebelum
BA diunggah ke SIMBG Berita acara berisi
pemeriksaan selanjutnya
pertimbangan teknis
Surat Pernyataan Pemenuhan
BA pemeriksaan terakhir + kesimpulan
Standar Teknis atau rekomendasi
TPA diunggah ke SIMBG
pendaftaran ulang

- Persetujuan Bangunan Gedung (PBG): Perizinan yang diberikan kepada pemilik bangunan
Gedung untuk:
a. Membangun baru
b. Mengubah
c. Memperluas
d. Mengurangi, dan/atau
e. Merawat bangunan Gedung

- Pemeriksaan dokumen rencana teknis dilakukan oleh TPA (tim profesi ahli) atau TPT (tim
penilai teknis)
a. TPT: Bangunan gedung berupa rumah tinggal tunggal 1 lantai (paling banyak 72 m2) dan
rumah tinggal tunggal 2 lantai (90 m2 max), maks 5 hari kerja pemeriksaan
b. TPA: Selain bangunan gedung di atas, pemeriksaan maksimal 5x dalam waktu 28 hari
kerja, pertamakali dilakukannya 3 hari sejak pengajuan pendaftaran.

- Dokumen yang diperiksa:


a. Rencana arsitektur
b. Rencana struktur, dan MEP

- Surat Pernyataan Pemenuhan Standar Teknis diterbitkan oleh dirjen cipta karya berdasarkan
rekomendasi, selanjutnya digunakan untuk memperoleh PBG.

- PBG diterbitkan oleh DPMPTSP (dinas penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu)
dan dilakukan setelah DPMPTSP mendapatkan bukti pembayaran retribusi, PBG meliputi:
a. Dokumen PBG
b. Lampiran dokumen PBG

- Pasal 261 ayat 1, penerbitan PBG meliputi:


a. Penetapan nilai retribusi daerah
b. Pembayaran retribusi daerah
c. Penerbitan PBG

- Lingkup PBG perubahan PBG:


a. Perubahan fungsi bangunan
b. Perubahan lapis bangunan
c. Perubahan luas bangunan
d. Perubahan tampak bangunan
e. Perubahan spesifikasi dan dimensi komponen pada bangunan gedung yang
mempengaruhi aspek keselamatan dan/atau Kesehatan
f. Perkuatan bangunan gedung thd tingkat kerusakan sedang atau berat
g. Perlindungan dan/atau pengembangan BGCB, atau
h. Perbaikan bangunan gedung yang terletak di Kawasan cagar budaya

- Pasal 12, apabila tidak memenuhi kesesuaian penetapan fungsi dalam PBG, sanksi:

a. Peringatan tertulis
b. Pembatasan kegiatan pembangunan
c. Penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan pelaksanaan pembangunan
d. Penghentian sementara atau tetap pada pemanfaatan bangunan gedung
e. Pembekuan PBG
f. Pencabutan PBG
g. Pembekuan SLF bangunan gedung
h. Pencabutan SLF bangunan gedung; dan/atau
i. Perintah pembongkaran bangunan gedung.

SBKBG (Surat bukti kepemilikan bangunan gedung) diterbitkan bersamaan


- Penatausahaannya dilakukan apabila terjadi:
a. Peralihan hak SBKBG
b. Pembebanan hak SBKBG
c. Penggantian SBKBG
d. Perubahan SBKBG
e. Penghapusan SBKBG, atau
f. Perpanjangan SBKBG

- SBKBG meliputi informasi:


a. Kepemilikan atas bangunan gedung atau bagian bangunan gedung
b. Alamat bangunan gedung
c. Status hak atas tanah
d. Nomor PBG, dan
e. Nomor SLF atau nomor perpanjangan SLF

SLF (Surat Laik Fungsi): Sertifikat yang diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk menyatakan
kelaikan fungsi bangunan gedung sebelum dapat dimanfaatkan.

- Pasal 274: SLF harus diperoleh oleh pemilik atau pengelola sebelum bangunan dimanfaatkan
- Penerbitan SLF dilakukan melalui SIMBG dan dilaksanakan paling lama tiga hari kerja sejak
surat pernyataan kelaikan fungsi diunggah melalui SIMBG.
- SLF diterbitkan tanpa dipungut biaya
- Penerbitan SLF terdiri atas:
a. Pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan yang sudah ada
b. Permohonan surat pernyataan pemenuhan standar teknis
c. Penerbitan SLF itu sendiri
- Pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan gedung yang sudah ada (eksisting), dilakukan oleh:

a. Pemilik dengan kompleksitas sederhana yang bersertifikat pengkajian teknis


b. Pemilik dalam hal memiliki unit atau tenaga internal yang bersertifikat pengkajian
teknis; atau
c. Penyedia jasa Pengkaji Teknis yang bersertifikat pengkajian teknis.
d. Sementara pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan gedung dapat dilakukan oleh TPT
dimana dalam hal ini bangunan tersebut berupa rumah tinggal.
- Pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan yang sudah ada (eksiting) dilakukan melalui tahap:
1. Proses pemeriksaan kelengkapan dokumen dan kondisi bangunan gedung (data
umum bangunan Gedung, dokumen PBG atau rencana teknis, dan as-built drawing yang
memuat aspek keselamatan (perletakan dan dimensi kolom balok, jalur evakuasi,
proteksi kebakaran, petir, listrik.
2. Proses analisis, evaluasi, dan rekomendasi kelaikan fungsi bangunan gedung bagi
bangunan yang sudah ada dan ada PBG nya, serta bangunan yang sudah ada namun
belum PBG
3. Proses penyusunan surat pernyataan kelaikan fungsi bangunan gedung
Pasal 297, SLF harus diperpanjang dalam jangka waktu tertentu, 20 tahun untuk rumah
tinggal tunggal dan deret, 5 tahun untuk bangunan gedung lainnya.

Bagian Keenam
SIMBG (Sistem Informasi Manajemen Bangunan Gedung)
- Fungsi utama: proses penyelenggaraan bangunan gedung yang dibina oleh Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota.
- Proses pembinaan:
a. Konsultasi
b. Penerbitan PBG
c. Pelaksanaan inspeksi
d. Penerbitan SLF
e. Penerbitan SBKBG
f. Persetujuan RTB, dan
g. Pendataan bangunan gedung
- Pengguna SIMBG:
a. Pemerintah pusat
b. Pemerintah daerah provinsi
c. Pemerintah daerah kabupaten/kota
d. Pemohon, dan
e. Masyarakat

Anda mungkin juga menyukai