TENTANG
PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2002
TENTANG BANGUNAN GEDUNG
Pasal 2
1. Mengatur mengenai:
a. Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung
b. Standar teknis
c. Proses penyelenggaraan bangunan gedung
d. Sanksi administrative
e. Peran masyarakat, dan
f. Pembinaan
Bagian Kedua
Fungsi Bangunan Gedung
Umum
Pasal 2
- Fungsi bangunan gedung (berdasarkan fungsi utamanya):
a. Fungsi hunian
b. Fungsi keagamaan
c. Fungsi usaha
d. Fungsi sosial dan budaya, dan
e. Fungsi khusus
Bagian Ketiga
Penetapan Klasifikasi Bangunan Gedung
Pasal 9
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 13
Standar teknis meliputi:
a. Standar perencanaan dan perancangan bangunan gedung
b. Standar pelaksanaan dan pengawasan konstruksi bangunan gedung
c. Standar pemanfaatan bangunan gedung
d. Standar pembongkaran bangunan gedung
e. Ketentuan penyelenggaraan BGCB yang dilestarikan
f. Ketentuan penyelenggaraan BGFK
g. Ketentuan penyelenggaraan BGH
h. Ketentuan penyelenggaraan BGN
i. Ketentuan dokumen, dan
j. Ketentuan pelaku penyelenggaraan bangunan gedung
- Bangunan Gedung:
a. BGCB (Bangunan Gedung Cagar Budaya) – perizinan harus melibatkan tenaga ahli cagar
budaya
b. BGFK (Bangunan Gedung Fungsi Khusus), dokumen rencana teknisnya diajukan kepada
Menteri, pemeriksaan maks 5x dalam 40 hari kerja
c. BGH (Bangunan Gedung Hijau) – perizinan harus melibatkan tenaga ahli BGH
d. BGH2M (Bangunan Gedung Hunian Hijau Masyarakat)
e. BGN (Bangunan Gedung Negara): Pendidikan, Pendidikan dan pelatihan, pelayanan
Kesehatan, parkir, perdagangan, peribadatan, dan yang khusus.
Bagian Kedua
Standar Perencanaan dan Perancangan Bangunan Gedung
Paragraf 1
Umum
Pasal 14
Standar perencanaan dan perancangan bangunan gedung meliputi:
a. Ketentuan tata bangunan (arsitektur, -peruntukan dan intensitas bangunan- ada di KRK)
b. Ketentuan keandalan bangunan gedung (keselamatan, Kesehatan, kenyamanan, dan
kemudahan)
c. Ketentuan bangunan gedung di atas dan/atau di dalam tanah, dan/atau air (tidak
mencemari/mengganggu prasarana lain)
d. Ketentuan desain prototipe/purwarupa
Bagian Ketiga
Standar Pelaksanaan dan Pengawasan Konstruksi Bangunan Gedung
Memuat: pelaksanaan, pengawasan (pengendalian waktu, biaya, pencapaian target, serta tertib
administrasi), dan SMKK (system manajemen keselamatan konstruksi)
Bangian Keempat
Standar Pemanfaatan Bangunan Gedung
Dilakukan oleh pemilik atau pengelola bangunan gedung melalui kegiatan pemeliharaan dan
perawatan, serta pemeriksaan berkala agar tetap laik fungsi.
Bangian Kelima
Standar Pembongkaran Bangunan Gedung
Terdiri atas: penetapan – peninjauan (dilakukan oleh penyedia jasa penyediaan pembongkaran
terhadap material, limbah, keamanan, dll) – pelaksanaan (keamanan, keselamatan, Kesehatan,
keberlanjutan) – pengawasan (oleh profesi ahli pembongkaran) – pasca (berkaitan dengan limbah)
Bangian Keenam
Ketentuan Penyelenggaraan Bangunan Gedung Cagar Budaya yang Dilestarikan
Bangian Ketujuh
Ketentuan Penyelenggaraan Bangunan Gedung Fungsi Khusus
Pasal 103
(1) BGFK harus memenuhi ketentuan standar perencanaan dan perancangan BG (pemilihan
lokasi, spesifikasi teknis, dll), standar perencanaan dan perancangan teknis khusus, serta
standar keamanan fungsi khusus
Bangian Kedelapan
Ketentuan Penyelenggaraan Bangunan Gedung Hijau
Pasal 107
Pasal 108
Prinsip BGH:
Pasal 109
Tahap penyelenggaraan meliputi:
a. Pemrograman (kesesuaian tapak, metode, kelayakan, dll)
b. Perencanaan teknis (pengelolaan tapak, efisiensi penggunaan energi, pengelolaan sampah,
air, dll)
c. Pelaksanaan konstruksi (mengikuti prinsip pelaksanaan konstruksi hijau: optimasi, smkk,
konservasi energi, penggunaan material, dll)
d. Pemanfaatan (penyusunan SOP, pelaksanaan SOP, pemeliharaan kinerja)
e. Pembongkaran (metode yang tidak menimbulkan kerusakan, reuse, dll)
Pasal 118
(1) Kumpulan rumah tinggal dapat menyelenggarakan BGH melalui mekanisme H2M
(2) H2M diselenggarakan secara kolektif atas inisiatif masyarakat
(4) Indikator kinerja H2M:
a. Pengurangan konsumsi energi rata-rata 25%
b. Pengurangan konsumsi air rata-rata 10%
c. Pengelolaan sampah secara mandiri
d. Penggunaan material bangunan local dan ramah lingkungan
e. Optimasi fungsi ruang terbuka hijau pekarangan
Bangian Kesembilan
Ketentuan Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara
Pasal 124
(11) BGN dengan luas di atas 5.000 m2 wajib menerapkan prinsip-prinsip BGH
Pasal 128
(3) BGN dikelompokkan meliputi:
a. Bangunan gedung kantor
b. Rumah negara
c. BGN lainnya (gedung Pendidikan, Pendidikan dan pelatihan, pelayanan Kesehatan, parkir,
perdagangan, peribadatan)
Pasal 129
(1) Klasifikasi:
a. Sederhana: kantor dan BGN lainnya yang 2 lantai dan luas sampai 500 m2
b. Tidak sederhana: kantor dan BGN lainnya yang lebih dari 2 lantai dan luas lebih dari 500
m2
c. Khusus: istana negara, rumah jabatan mantan pres wapres, rumah Menteri, gedung
instalasi nuklir, radio aktif, bangunan kepolisian dengan standar khusus, terminal udara,
laut, darat, kereta api, stadion, rumah tahanan dengan tingkat keamanan tinggi, pusat
data, dll
Bangian Kesepuluh
Ketentuan Dokumen
Pasal 186:
(1) Setiap tahap penyelenggaraan bangunan gedung menghasilkan dokumen yang merupakan
hasil pekerjaan penyedia jasa, meliputi:
a. Dokumen tahap perencanaan teknis (semua gambar)
b. Dokumen tahap pelaksanaan konstruksi (laporan peninjauan kondisi lapangan, rencana
pelaksanaan konstruksi, standar manajemen mutu, pedoman SMKK)
c. Dokumen tahap pemanfaatan (SOP pemanfaatan, pemeriksaan berkala)
d. Dokumen tahap pembongkaran
Bangian Kesebelas
Ketentuan Pelaku Penyelenggaraan Bangunan Gedung
Pasal 202
Pelaku penyelenggaraan bangunan gedung meliputi:
a. Pemilik
b. Penyedia jasa konstruksi (plan sampai pembongkaran)
c. TPA (tim ahli)
d. TPT (pejabat structural dan fungsional)
e. Penilik (pegawai aparatur sipil negara)
f. Sekretariat (penanggung jawab atas pelaksanaan tugas TPA, TPT, Penilik)
g. Pengelola bangunan gedung
h. Pengelola teknis BGN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 250
Proses penyelenggaraan bangunan gedung meliputi kegiatan:
- Pembangunan (perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, dan pengawasan konstruksi)
- Pemanfaatan
- Pelestarian
- Pembongkaran
Bagian Kedua
Pembangunan
Paragraf 3
Konsultasi
Diajukan via SIMBG Periksa kelengkapan informasi
perencanaan
/Pemeriksaan dokumen
Revisi sebelum
BA diunggah ke SIMBG Berita acara berisi
pemeriksaan selanjutnya
pertimbangan teknis
Surat Pernyataan Pemenuhan
BA pemeriksaan terakhir + kesimpulan
Standar Teknis atau rekomendasi
TPA diunggah ke SIMBG
pendaftaran ulang
- Persetujuan Bangunan Gedung (PBG): Perizinan yang diberikan kepada pemilik bangunan
Gedung untuk:
a. Membangun baru
b. Mengubah
c. Memperluas
d. Mengurangi, dan/atau
e. Merawat bangunan Gedung
- Pemeriksaan dokumen rencana teknis dilakukan oleh TPA (tim profesi ahli) atau TPT (tim
penilai teknis)
a. TPT: Bangunan gedung berupa rumah tinggal tunggal 1 lantai (paling banyak 72 m2) dan
rumah tinggal tunggal 2 lantai (90 m2 max), maks 5 hari kerja pemeriksaan
b. TPA: Selain bangunan gedung di atas, pemeriksaan maksimal 5x dalam waktu 28 hari
kerja, pertamakali dilakukannya 3 hari sejak pengajuan pendaftaran.
- Surat Pernyataan Pemenuhan Standar Teknis diterbitkan oleh dirjen cipta karya berdasarkan
rekomendasi, selanjutnya digunakan untuk memperoleh PBG.
- PBG diterbitkan oleh DPMPTSP (dinas penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu)
dan dilakukan setelah DPMPTSP mendapatkan bukti pembayaran retribusi, PBG meliputi:
a. Dokumen PBG
b. Lampiran dokumen PBG
- Pasal 12, apabila tidak memenuhi kesesuaian penetapan fungsi dalam PBG, sanksi:
a. Peringatan tertulis
b. Pembatasan kegiatan pembangunan
c. Penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan pelaksanaan pembangunan
d. Penghentian sementara atau tetap pada pemanfaatan bangunan gedung
e. Pembekuan PBG
f. Pencabutan PBG
g. Pembekuan SLF bangunan gedung
h. Pencabutan SLF bangunan gedung; dan/atau
i. Perintah pembongkaran bangunan gedung.
SLF (Surat Laik Fungsi): Sertifikat yang diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk menyatakan
kelaikan fungsi bangunan gedung sebelum dapat dimanfaatkan.
- Pasal 274: SLF harus diperoleh oleh pemilik atau pengelola sebelum bangunan dimanfaatkan
- Penerbitan SLF dilakukan melalui SIMBG dan dilaksanakan paling lama tiga hari kerja sejak
surat pernyataan kelaikan fungsi diunggah melalui SIMBG.
- SLF diterbitkan tanpa dipungut biaya
- Penerbitan SLF terdiri atas:
a. Pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan yang sudah ada
b. Permohonan surat pernyataan pemenuhan standar teknis
c. Penerbitan SLF itu sendiri
- Pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan gedung yang sudah ada (eksisting), dilakukan oleh:
Bagian Keenam
SIMBG (Sistem Informasi Manajemen Bangunan Gedung)
- Fungsi utama: proses penyelenggaraan bangunan gedung yang dibina oleh Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota.
- Proses pembinaan:
a. Konsultasi
b. Penerbitan PBG
c. Pelaksanaan inspeksi
d. Penerbitan SLF
e. Penerbitan SBKBG
f. Persetujuan RTB, dan
g. Pendataan bangunan gedung
- Pengguna SIMBG:
a. Pemerintah pusat
b. Pemerintah daerah provinsi
c. Pemerintah daerah kabupaten/kota
d. Pemohon, dan
e. Masyarakat