Anda di halaman 1dari 8

EDUCATIVO: JURNAL PENDIDIKAN

Vol. 2–No. 1, Mei (2023),IPage 203-210


E-ISSN (2829-6222); P-ISSN (2829-8004)

Kemampuan Menerima Diri (Self Acceptance) Terhadap Tindakan


Bullying Antar Siswa
Mawarni Ziliwu1, Famahato Lase2, Mondang Munthe3, Jonisman Kristian Laoli4
1234
Prodi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas Nias, Indonesia
* Corresponding-Author. Email: mawarni0602@gmail.com

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menungkap kemampuan penerimaan diri (self acceptance)
terhadap tindakan bullying antarsiswa. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII yang berjumlah 34
orang yang terdiri dari 17 orang laki-laki dan 17 orang perempuan. Pendekatan penelitian yang
digunakan adalah metode deskriptif, instrumen pengumpul data adalah angket. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa penerimaan diri (self acceptance) siswa tergolong tinggi setelah diberi layanan
konseling. Siswa tidak mudah menjadi minder ketika mendapat tindakan bullying dari teman
sebayanya. Banyaknya kasus kekerasan yang terjadi pada anak usia sekolah saat ini sangat
memprihatinkan. Keadaan ini menunjukan bahwa sebagian siswa mengalami kekerasan atau tindakan
bullying dari teman sebayanya, dan membuat siswa sulit menerima dirinya sendiri.

Kata kunci: penerimaan diri, tindakan bullying

Abstract
The purpose of this research is to reveal the ability of self-acceptance (self-acceptance) to acts
of bullying among students. The research subjects were 34 grade VIII students consisting of 17 boys
and 17 girls. The research approach used is descriptive method, the data collection instrument is a
questionnaire. The results of the study concluded that students' self-acceptance was classified as high
after being given counseling services. Students are not easy to feel inferior when they get bullying
from their peers. The number of cases of violence that occur in school-age children today is very
concerning. This situation shows that some students experience violence or bullying from their peers,
and make it difficult for students to accept themselves.

Keywords: self-acceptance, acts of bullying

PENDAHULUAN dirinya akan lebih mampu menerima


Penerimaan diri (self acceptance) kondisi dirinya, dan penerimaan ini
merupakan salah satu bentuk dari suatu terbentuk karena individu yang
kebutuhan dan kewajiban manusia agar bersangkutan dapat mengenali dirinya
dapat menjalani kehidupannya (Azmi, dengan baik (Lase, 2022;). Penerimaan diri
Thamrin, & Akhwani, 2021; Lase, 2022), (self acceptance) sebagai suatu keadaan
karena menerima diri berarti menerima seseorang yang memiliki sikap positif
keadaan dirinya dan lingkungan sekitarnya terhadap diri sendiri (Ibrahim, & Toyyibah,
(2022), sehingga mereka mampu 2019; Lase, 2022), mengakui dan menerima
beradaptasi dalam setiap peristiwa berbagai aspek diri termasuk kualitas baik
kehidupannya dan mampu mengendalikan dan buruk yang ada pada diri serta
masalah yang ada di kehidupannya (Zebua memandang positif terhadap kehidupan
et al., 2023). Individu yang dapat menerima yang telah dijalani (Munthe and Lase,
2022). Penerimaan diri yang baik hanya

Submitted Accepted Published


: https://doi.org/10.56248/educativo.v2i1.131
29-03-2023 24-04-2023 24-04-2023
Educativo: Jurnal Pendidikan 2 (1), Mei 2023- 204
Mawarni Ziliwu, Famahato Lase, Mondang Munthe, Jonisman Kristian Laoli

akan terjadi bila individu mau dan mampu perhitungan akan keterbatasan dirinya dan
memahami keadaan diri sebagaimana tidak melihat pada dirinya sendiri secara
adanya, bukan sebagaimana yang irasional. Artinya orang tersebut memahami
diinginkan (Lase et al., 2020). Selain itu keterbatasannya, namun tidak
juga perlu memiliki harapan yang realistis mengeneralisasi bahwa dirinya tidak
sesuai dengan kemampuannya. Pada masa berguna (Lase, 2022d).
sekolah hubungan dengan teman sebaya Menyadari asset diri yang dimilikinya
dapat meningkat dengan baik, dan ini dapat dan merasa bebas untuk menarik atau
mempengaruhi kepercayaan diri, baik yang melakukan keinginannya (Lase, 2022a).
bersifat positif maupun negatif (Lase, Menyadari kekurangan tanpa menyalahkan
2022c). Melalui penerimaan diri ini siswa diri sendiri. Orang yang menerima dirinya
yang baik akan mampu mengaktualisasikan mengetahui apa saja yang menjadi
kemampuan dirinya dengan lebih kekurangan yang ada dalam dirinya.
sempurna, dan akan membantu dirinya Pemahaman diri (self understanding).
untuk dapat berfungsi dengan baik serta Pemahaman diri merupakan perpepsi diri
dapat mengembangkan segala potensi yang yang ditandai oleh genuiness, realita, dan
dimiliki dengan optimal (Lase et al. 2020). kejujuran. semakin seseorang memahami
Penerimaan diri merupakan suatu dirinya, semakin baik penerimaan dirinya
kondisi dan sikap positif individu, baik (Lase, 2017).
dalam bentuk penghargaan terhadap diri, Harapan yang realistis. Ketika
penerimaan segala kelebihan dan seseorang memiliki harapan yang realistis
kekurangan, mengetahui kemampuan dan dalam mencapai sesuatu, hal ini akan
kelemahan, tidak menyalahkan diri sendiri mempengaruhi kepuasaan diri yang
maupun orang lain berusaha sebaik merupakn esensi dari penerimaan diri.
mungkin agar dapat berubah menjadi lebih Harapan akan menjadi realistis jika dibuat
baik dari sebelumnya (Halawa 2022). sendiri oleh diri sendiri. Tidak adanya
Penerimaan diri adalah suatu tingkat hambatan dari lingkungan (absence of
kemampuan dan keinginan individu untuk environment obstacles). Ketidakmampuan
hidup dengan segala karakteristik dirinya dalam mencapai tujuan yang realistis, dapat
(Aini, 2018; Lase, 2016). terjadi karena hambatan dari lingkungan
Penerimaan diri dimakasud yang tidak mampu dikontrol oleh seseorang
merupakan suatu keadaan dimana seperti diskriminasi ras, jenis kelamin atau
seseorang memiliki sikap yang positif agama (Lase et al. 2020). Apabila
terhadap diri sendiri, mengakui dan hambatan-hambatan itu dapat dihilangkan
menerima berbagai aspek diri termasuk dan jika keluarga, peer atau orang-orang
kualitas baik dan buruk yang ada pada diri yang berada disekililingnya memberikan
dan memandang positif terhadap kehidupan motivasi dalam mencapai tujuan, maka
yang dijalani (Lase, 2022). Penerimaan diri seseorang akan mampu memperoleh
berarti kita telah berhasil menerima kepuasan terhadap pencapaiannya (Lase,
kelebihan dan kekurangan diri apa adanya. 2022b).
Ada beberapa ciri-ciri penerimaan diri Sikap sosial yang positif. Jika
antara lain yaitu: Orang yang menerima seseorang telah memperoleh sikap sosial
dirinya memiliki harapan yang realistis yang positif, maka ia lebih mampu
terhadap keadaannya dan menghargai menerima dirinya. Tiga kondisi utama
dirinya sendiri. Artinya orang tersebut menghasilkan evaluasi positif antara lain
mempunyai harapan yang sesuai dengan adalah tidak adanya prangsaka terhadap
kemampuannya. Yakin akan standar- seseorang, adanya perngahargaan
standar dan pengetahuan terhadap dirinya terhadapat kemapuan-kemampuan sosial
tanpa terpaku pada pendapat orang lain dan kesediaan individu mengikuti tradisi
(Halawa and Lase, 2022b). Mememiliki

Copyright © 2023 Educativo - Jurnal Pendidikan


E-ISSN (2829-6222); P-ISSN (2829-8004)
Kemampuan Menerima Diri (Self acceptance) Terhadap Tindakan Bullying Antar Siswa 205
Mawarni Ziliwu, Famahato Lase, Mondang Munthe, Jonisman Kristian Laoli

suatu kelompok sosial (Lase, Nirwana, & diri sendiri. Orang yang menerima dirinya
Neviyarni, 2020). mengetahui apa saja yang menjadi
Tidak adanya stres dan tekanan kekurangan yang ada dalam dirinya
emosional yang berat membuat seseorang (Halawa and Lase, 2022b).
bekerja secara optimal dan lebih Bullying adalah perilaku agresif yang
berorientasi lingkungan dari pada dilakukan berulang-ulang oleh seseorang
berorientasi diri dan lebih tenang dan atau sekelompok orang yang memiliki
bahagia. Penerimaan diri adalah sejauh kekuasaan, terhadap orang lain yang lebih
mana seseorang dapat menyadari dan lemah. Sebagai manusia yang memiliki
mengakui karakteristik pribadi dan perasaan, perundungan secara verbal juga
menggunakanya dalam menjalani dapat dikatakan sebagai awal untuk menuju
kelangsungan hidupnya. Hal ini proses intimidasi ke tingkat selanjutnya.
menunjukan bahwa pengakuan seseorang Biasanya pelaku perundungan
terhadap kelebihannya sekaligus menerima mengintimidasi korban dengan memberi
segala kekuranganya tanpa menyalahkan nama julukan buruk, meneriakkan celaan,
orang lain dan mempunyai keinginan yang membicarakannya di belakang bahkan
terus menerus untuk mengembangkan diri. melakukan peneroran (Lase and Nirwana
Peneriman diri (self acceptance) mengacu 2018). Di Indonesia sendiri sudah ada
pada kepuasan individu atas kebahagiaan upaya perlindungan anak yang tertuang
terhadap diri dan dianggap perlu untuk dalam Undang-Undang Nomor 35 tahun
kesehatan mental (Lase, 2020). 2014 tentang perubahan terhadap Undang-
Menerima diri berarti telah Undang Nomor 23 Tahun 2002
menemukan karakter diri dan dasar yang Perlindungan Anak (UU Perlindungan
membentuk kerendahan hati dan integritas. Anak).
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat Bullying verbal bisa menimbulkan
disimpulkan bahwa penerimaan diri (self rasa sakit hati dan memungkinkan
acceptance) adalah derajat dimana terjadinya beban mental hingga depresi.
seseorang telah mengetahui karakteristik Menurut pasal 1 ayat 15a, bullying
personalnya baik itu kelebihan maupun dikatakan sebagai kekerasan di mana setiap
kekurangannya dan dapat menerima perbuatan terhadap anak yang berakibat
karakteristik tersebut dalam kehidupannya timbulnya kesengsaraan atau penderitaan
sehingga membentuk integritas pribadinya secara fisik, psikis, seksual, dan/atau
(Lase, 2022c). penelantaran, termasuk ancaman untuk
Orang yang menerima dirinya melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
memiliki harapan yang realistis terhadap perampasan kemerdekaan secara melawan
keadaannya dan menghargai dirinya sendiri. hokum, sehingga tipe perundungan apapun,
Artinya orang tersebut mempunyai harapan baik secara fisik, verbal ataupun sosial
yang sesuai dengan kemampuannya, yakin masuk ke dalam kategori kekerasan dalam
akan standar-standar dan pengetahuan UU Perlindungan anak. Pelaku bullying
terhadap dirinya tanpa terpaku pada verbal dapat ancaman pidana sesuai Pasal
pendapat orang lain, memiliki perhitungan 80 yang menyatakan setiap orang yang
akan keterbatasan dirinya dan tidak melihat melanggar ketentuan sebagaimana
pada dirinya sendiri secara irasional, artinya dimaksud dalam Pasal 76C, akan dipenjara
orang tersebut memahami mengenai paling lama tiga tahun enam bulan dan atau
keterbatasannya namun tidak denda paling banyak Rp 72.000.000 (Lase
mengeneralisir bahwa dirinya tidak and Halawa, 2022).
berguna, menyadari asset diri yang Bullying adalah sebuah hasrat untuk
dimilikinya dan merasa bebas untuk menyakiti. Tindakan ini merupakan
menarik atau melakukan keinginannya, bentuk-bentuk perilaku kekerasan dimana
menyadari kekurangan tanpa menyalahkan terjadi pemaksaan secara psikologis
Educativo: Jurnal Pendidikan 2 (1), Mei 2023- 206
Mawarni Ziliwu, Famahato Lase, Mondang Munthe, Jonisman Kristian Laoli

ataupun fisik terhadap seseorang atau seberapa tinggi kemampuan penerimaan


sekelompok orang yang lebih “lemah” oleh diri (self acceptance) terhadap tindakan
seseorang atau sekelompok orang. Pelaku bullying antarsiswa? Selanjutnya adapun
bullying bisa perorangan, bisa sekelompok tujuan penelitian ini adalah untuk
orang, dan ia atau mereka mempersepsikan mengetahui seberapa tinggi kemampuan
dirinya memiliki power (kekuasaan) untuk penerimaan diri terhadap tindakan bullying
melakukan apa saja terhadap korbannya. antarsiswa.
Pelaku bullying biasanya agresif baik
secara verbal maupun fisikal, ingin popular, METODE
sering membuat onar, mencari-cari Jenis penelitian yang dilakukan pada
kesalahan orang lain, pendendam, iri hati, penelitian ini adalah jenis kuantitatif.
hidup berkelompok dan menguasai Metode penelitian kuantitatif adalah upaya
kehidupan sosial di sekolahnya (Lase et al.
seorang peneliti menemukan data berupa
2020; Telaumbanua, Zega, & Halawa, angka-angka dengan menyebarkan angket
2022) . kepada sejumlah individu. Angka yang
Di sekolah masih banyak yang diperoleh digunakan untuk melakukan
melakukan bullying terhadap teman yang analisis keterangan, menyusun secara
mengakibatkan korban merasa kurang sistematis bagian-bagian untuk menemukan
percaya diri, merasa dikucilkan, tertekan kualitas keterkaitan.
suka menyendiri, merasa putus asa, dan Sugiyono (2019) menjelaskan bahwa
mudah menyerah, serta merasa bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau
dirinya tidak di anggap dan tidak di hargai. sifat atau nilai dari orang, objek atau
Bentuk-bentuk bullying tersebut ada kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
bermacam-macam ada yang berupa verbal yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dan non verbal, dan memberikan dampak dipelajari dan ditarik kesimpulannya.
bagi korban yaitu mengalami emosi dalam Penelitian ini menggunakan 2 (dua)
jangka panjang yang berunjung pada variabel yaitu: Variabel indenpeden (X) dan
munculnya rasa rendah diri. Apa bila Variabel dependen (Y).
perilaku ini terus dibiarkan maka korban Variabel indenpeden (X) yakni
merasa tidak dihargai dan tidak beharga. tindakan bullying yang menyangkut kontak
Berdasarkan hasil observasi (studi fisik langsung (memukul, mendorong,
pendahuluan) peneliti pada salah satu mencubit, mencakar, menjambak,
sekolah menemukan informasi bahwa menggigit, dan menendang), kontak verbal
masih terjadi tindakan bullying antarsiswa langsung (mengancam/ teror,
di sekolah. Hal tersebut berawal dari mempermalukan, memberikan nama
mereka yang saling ejek dan kemudian julukan, dan mencela). Sedangkan non
berakhir dengan aksi tawuran. Berdasarkan verbal langsung (melihat dengan sinis dan
wawancara peneliti dengan seorang guru
menjulurkan lidah/mengejek), dan non
Bimbingan dan Konseling, mengatakan verbal tidak langsung (mendiami,
bahwa di sekolah ini masih terjadi tindakan mengucilkan, mengabaikan dan menfitnah).
bullying antarsiswa, baik verbal, maupun Variabel dependen (Y) adalah
fisik, bahkan melalui dunia maya. Sehingga penerimaan diri (self acceptance) siswa
akibat dari tindakan ini siswa merasa yang menyangkut kekuasan (mengatur
kurang percaya diri, mereka merasa dirinya orang lain dan adanya rasa
dikucilkan, tertekan, tidak dihargai, menjadi hormat/pengakuan dari orang lain),
malu untuk bergaul dengan temannya, keberanian (adanya kepercayaan terhadap
merasa dirinya lemah, dan masih sulit diri), kebijakan (taat pada peraturan yang
menerima dirinya. berlaku moral, agama dan etika),
Sesuai dengan uraian di atas, maka kemampuan (mampu menyelesaikan tugas
rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: dan mampu mengambil resiko).

Copyright © 2023 Educativo - Jurnal Pendidikan


E-ISSN (2829-6222); P-ISSN (2829-8004)
Kemampuan Menerima Diri (Self acceptance) Terhadap Tindakan Bullying Antar Siswa 207
Mawarni Ziliwu, Famahato Lase, Mondang Munthe, Jonisman Kristian Laoli

Subjek atau responden penelitian ini untuk pernyataan unfavuorable, Kurang


adalah pihak-pihak yang dijadikan sebagai Setuju (KS) dengan skor 2 untuk
sampel. Adapun subjek dalam penelitian ini pernyataan favourable dan 3 untuk
yaitu seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri unfavourable, Sangat Kurang Setuju (SKS)
3 Gunungsitoli Alo’oa pada Tahun dengan skor 1 untuk pernyataan favourable
Pelajaran 2022/2023. dan 4 untuk pernyataan unfavorable.
Pengumpulan data menggunakan
pengukuran, dan alat ukur yang digunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah skala psikologis. Skala yang disusun Penelitan ini dilaksanakan di SMP
berupa skala penerimaan diri (self Negeri 3 Gunungsitoli Alo’oa dan
acceptance). Pembuatan alat ukur pada subjeknya adalah siswa kelas VIII yang
penelitian ini menggunakan skala Likert berjumlah 34 orang yang terdiri dari 17
yang digunakan untuk mengukur sikap,
orang laki-laki dan 17 orang perempuan.
pendapat, dan persepsi seseorang atau Sebelum penelitian dilakukan, terlebih
sekelompok orang tentang fenomena dahulu peneliti berkolaborasi kepada
sosial”. Pada skala Likert variabel yang Kepala SMP Negeri 3 Gunungsitoli Alo’oa
akan diukur dijabarkan menjadi indikator dan atas persetujuannya penelitian ini dapat
variabel yang kemudian dijadikan sebagai terlaksana serta berkolaborasi dengan guru
titik tolak untuk menyusun item-item mata pelajaran dan guru bimbingan dan
instrumen. konseling. Penelitian dilaksanakan dengan
Penelitian ini menggunakan skala tujuan untuk mengetahui seberapa tinggi
psikologis dengan skala Likert yang kemampuan penerimaan diri (self
dimodifikasi menjadi 4 alternatif jawaban acceptance) terhadap tindakan bullying
yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), antarsiswa. Deskripsi data penelitian yang
Kurang Sesuai (KS), Sangat Kurang Sesuai diperoleh sesuai masing-masing variabel
(SKS) dengan menghilangkan jawaban secara rinci diuraikan dengan sebagai
ragu-ragu karena orang cenderung akan berikut :
memilih jawaban ragu-ragu dan cenderung
tidak akan menjawab sesuai atau tidak a) Data Hasil Variabel Penerimaan Diri
sesuai pada pernyataan dalam skala. Hasil analisis statistik deskriptif untuk
Skala penerimaan diri disusun variabel penerimaan diri (self acceptance)
berdasarkan ciri-ciri penerimaan diri (self pada siswa secara keseluruhan dari 34
acceptance) yang terdiri dari memiliki siswa diperoleh nilai maksimum = 136, nilai
gambaran yang positif tentang diri, dapat minimum = 78, median = 120, standar
mengatur dan mentoleransi rasa frustasi dan deviasi = 15,82, rata-rata (mean) = 113,17.
kemarahan, dapat berinteraksi dan Deskripsi hasil penerimaan diri (self
menerima kritikan dari orang lain, dapat acceptance) dapat dilihat pada tabel di
menerima keadaan emosi (depresi dan
bawah ini.
kemarahan). Tabel 1. Distribusi Frekuensi Penerimaan
Penetapan skor pada aspek-aspek Diri
yang terdapat pada angket secara Kelas
operasional terdiri dari pernyataan positif Kategori Frekuensi Persentase
Interval
(favourable +) dan pernyataan secara 126 – Sangat
6 17,65 %
negatif (unfavourable -) yang terbagi 138 Tinggi
kedalam empat alternatif pilihan jawaban 113 –
Tinggi 14 41,18 %
125
yang telah ditentukan, diantaranya: Sangat
100 –
Setuju (SS) dengan skor 4 untuk pernyataan Sedang 7 20,59 %
112
favourable dan skor 1 untuk pernyataan 87 – 99 Rendah 4 11,76 %
unfavourable, Setuju (S) dengan skor 3 Sangat
74 – 86 3 8,82 %
untuk pernyataan favourable dan skor 2 Rendah
Jumlah 34 100 %
Educativo: Jurnal Pendidikan 2 (1), Mei 2023- 208
Mawarni Ziliwu, Famahato Lase, Mondang Munthe, Jonisman Kristian Laoli

Diagram dari distribusi frekuensi


penerimaan diri di atas sebagai berikut:

Diagram 2. Frekuensi Tindakan Bullying


Berdasarkan tabel dan diagram di atas
bahwa analisis tindakan bullying sebagian
Diagram 1. Frekuensi Penerimaan Diri besar masuk dalam kategori sedang yaitu
Berdasarkan tabel dan diagram di atas 35,29%, kategori rendah yaitu 26,47%,
bahwa analisis penerimaan diri (self kategori sangat rendah yaitu 23,53%,
acceptance) sebagian besar masuk dalam kategori tinggi yaitu 8,82%, dan kategori
kategori tinggi yaitu 41,18%, kategori sangat tinggi sebesar 5,88%.
sedang yaitu 20,59%, kategori sangat tinggi Sesuai hasil penelitian pada variabel
yaitu 17,65%, kategori rendah yaitu penerimaan diri (self acceptance) siswa
11,76%, dan kategori sangat rendah sebesar SMP Negeri 3 Gunungsitoli Alo’oa
8,82%. sebagian besar masuk dalam kategori tinggi
sebesar 41,18%, hasil tersebut menunjukan
b) Data Hasil Variabel Tindakan bahwa sikap penerimaan diri (self
Bullying acceptance) siswa tergolong tinggi, oleh
Hasil analisis statistik deskriptif untuk karena itu siswa tidak gampang minder
variabel tindakan Bullying secara ketika mendapat tindakan bullying dari
keseluruhan dari 34 siswa diperoleh nilai teman lain atau teman sebayanya.
maksimum = 136, nilai minimum = 93, Sedangkan variabel tindakan bullying
median = 119,5, standar deviasi = 11,49, sebagian besar masuk dalam kategori
rata-rata (mean) = 109,53. Deskripsi hasil sedang sebesar 35,29%, hal tersebut
perilaku Bullying dapat dilihat pada tabel di menunjukan jika tindakan bullying masih
bawah ini. terjadi pada siswa SMP Negeri 3
Tabel 2. Frekuensi Tindakan Bullying Gunungsitoli Alo’oa. Dalam mencegah
Kelas tindakan bullying tersebut peran dari orang
Kategori Frekuensi Persentase
Interval tua harus menanamkan sikap kedewasaan
126 – Sangat dalam diri siswa salah satunya dengan sikap
6
138 Tinggi 17,65 %
penerimaan diri (self acceptance) yang
113 –
Tinggi 14 baik.
125 41,18 %
100 – Tindakan Bullying merupakan
Sedang 7 perilaku agresif atau menyakiti yang
112 20,59 %
87 – 99 Rendah 4 11,76 % dilakukan oleh individu atau sekelompok
Sangat individu secara berulang-ulang yang
74 – 86 3 dilakukan secara fisik, verbal, dan psikis.
Rendah 8,82 %
Jumlah 34 100 % Tindakan bullying pada saat ini sudah
Diagram dari distribusi frekuensi sangat banyak dilakukan oleh banyak
penerimaan diri di atas sebagai berikut: orang, khususnya bagi kaum remaja
tindakan bullying merupakan perilaku yang
kerap dilakukan. Hal tersebut dikarenakan

Copyright © 2023 Educativo - Jurnal Pendidikan


E-ISSN (2829-6222); P-ISSN (2829-8004)
Kemampuan Menerima Diri (Self acceptance) Terhadap Tindakan Bullying Antar Siswa 209
Mawarni Ziliwu, Famahato Lase, Mondang Munthe, Jonisman Kristian Laoli

usia remaja merupakan masa usia labil. variabel tindakan bullying yaitu berada
Oleh karena itu untuk mengurangi tindakan dalam kategori sedang dengan sebesar
bullying seseorang harus mempunyai sikap 35,29%. Sehingga dapat disimpulkan
kedewasaan dan mempunyai sikap bahwa penerimaan diri (self acceptance)
penerimaan diri yang baik. siswa tergolong tinggi artinya siswa tidak
Penerimaan diri merupakan gampang minder ketika mendapat tindakan
penghargaan terhadap diri dan memiliki bullying dari teman sebayanya.
penilaian yang realistik terhadap sumber
daya yang dimiliki meliputi rasa puas DAFTAR PUSTAKA
dengan diri sendiri, kualitas, dan bakat yang Aini, D. F. N. (2018). Self esteem pada
dikombinasikan dengan apresiasi atas anak usia sekolah dasar untuk
dirinya. Dengan sikap penerimaan diri yang pencegahan kasus bullying. Jurnal
baik tentu saja hal tersebut akan
Pemikiran Dan Pengembangan
berpengaruh pada sikap bullying seseorang. Sekolah Dasar (Jp2sd), 6(1), 36-46.
Dengan baiknya seseorang dalam
menerima kualitas diri, dia tidak akan Azmi, I. U., Thamrin, M., & Akhwani, A.
terpengaruh dengan sikap bullying dari luar, (2021). Studi Komparasi Kepercayaan
dia tetap mampu memotivasi diri untuk Diri (Self Confidance) Siswa yang
terus beajar. Anak yang tidak adanya Mengalami Verbal Bullying dan Yang
gangguan emosional yang kuat, pengaruh Tidak Mengalami Verbal Bullying di
keberhasilan yang dialami, identifikasi Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(5),
dengan orang yang memiliki penyesuaian 3551-3558.
diri yang baik, perspektif yang luas, pola Halawa, N. (2020). Kontribusi Minat Baca
asuh semasa kecil, dan konsep diri yang Terhadap Kemampuan Membaca
stabil. Pemahaman Siswa. Jurnal Edukasi
Berbagai kasus bullying yang banyak Khatulistiwa: Pembelajaran Bahasa
dijumpai dilakukan dalam setiap kelompok, dan Sastra Indonesia, 3(1), 27-34.
seperti halnya kelompok teman sebaya.
Kelompok teman sebaya atau yang sering Halawa, N., & Lase, F. (2022).
disebut gangs melakukan tindakan bullying, Mengentaskan Hoax Dengan
maka individu tersebut secara tidak Membaca Pemahaman Di Era Digital.
langsung akan memperhatikan tindakan Educativo: Jurnal Pendidikan, 1(1),
bullying yang dilakukan kelompok tersebut. 235-243.
Ketika remaja melihat teman sebayanya Ibrahim, A. R., & Toyyibah, S. (2019).
melakukan tindakan bullying mereka akan Gambaran self-acceptance siswi
mungkin melakukan hal yang sama seperti korban cyberbullying. FOKUS (Kajian
yang dilakukan teman sebayanya dengan Bimbingan & Konseling dalam
alasan menghindari penolakan, demi Pendidikan), 2(2), 37-44.
memenuhi harapan kelompok, karena
melihat adanya daya tarik kelompok dan Lase, F. (2016). Kompetensi Kepribadian
memiliki kepercayaan tertentu terhadap Guru Profesional. Pelita Bangsa
teman sebaya. Pelestari Pancasila, 11(1).
Lase, F. (2017). Hakikat Pendidikan
KESIMPULAN Berdasarkan Kebutuhan Usia. Pelita
Berdasarkan penelitian yang telah Bangsa Pelestari Pancasila, 12(1),
dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 3 102-121.
Gunungsitoli Alo’oa bahwa hasil analisis Lase, F. (2022a). Kesantunan Tindak Tutur
variabel penerimaan diri (self acceptance) Dalam Amaedola Ononiha Untuk
siswa yaitu berada dalam kategori tinggi Mendidik Peserta Didik Nilai-Nilai
dengan sebesar 41,18% dan hasil analisis Karakter Cerdas. Educativo: Jurnal
Educativo: Jurnal Pendidikan 2 (1), Mei 2023- 210
Mawarni Ziliwu, Famahato Lase, Mondang Munthe, Jonisman Kristian Laoli

Pendidikan, 1(2), 645-657. 250). Atlantis Press.


Lase, F. (2022b). Kontribusi Layanan Lase, F., & Zega, A. (2021). Sikap
Konseling Profesional Menyeluruh Kepribadian Guru PAUD yang
Strategi BMB3 dan Pembentukan Menarik dan Disukai Peserta Didik.
Perilaku Positif Terstruktur Terhadap Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan
Pengentasan Masalah dan Pencegahan Anak Usia Dini, 6(3), 2107-2126.
Pernikahan Dini. Educatum: Jurnal Munthe, M., & Lase, F. (2022). Faktor-
Ilmu Pendidikan, 1(1), 181-193. Faktor Dominan Yang Mempengaruhi
Lase, F. (2022c). Upaya Pencegahan Kegiatan Belajar Mahasiswa.
Pernikahan Dini Melalui Layanan Educativo: Jurnal Pendidikan, 1(1),
Konseling Format Kelasikal. Zadama: 216-225.
Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(2),
Lase, Famahato. (2016). “Kompetensi
120-136. Kepribadian Guru Profesional.” Jurnal
Lase, F. (2021). Implementasi Layanan PPKn dan Hukum 11(1): 36–66.
Konseling Profesional Menyeluruh https://ejournal.unri.ac.id/index.php/JP
dalam Lima Wilayah Kegiatan untuk B/article.
Mewujudkan Perilaku Positif Sugiyono (2019). Metode Penelitian
Terstruktur. KONSELING: Jurnal Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Ilmiah Penelitian Dan Penerapannya, Bandung : Alphabet.
3(1), 7-16.
Telaumbanua, D. A. T., Zega, I., & Halawa,
Lase, F., & Halawa, N. (2022). Mendidik N. (2022). Peningkatan Kemampuan
Peserta Didik Dengan Nilai Nilai Menilai Hal Yang Dapat Diteladani
Karakter Cerdas Jujur. Educativo: Dari Teks Biografi Menggunakan
Jurnal Pendidikan, 1(1), 190-206. Model Concept Sentence. Educativo:
Lase, F., & Halawa, N. (2022). Menjaga Jurnal Pendidikan, 1(2), 501-509.
dan mendidik anak di era digital Zebua, E., Lase, F., Damanik, H. R.,
terhadap bahaya pornografi. Zadama: Munthe, M., & Laoli. J. K. (2023).
Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(1), Pedoman Konseling Eksistensial Suatu
57-68. Panduan Untuk Konselor. I. ed.
Lase, F., Nirwana, H., Neviyarni, S., & Famahato Lase. Yogyakarta: Nas
Marjohan, M. P. (2022). Model Media Indonesia.
Pembelajaran Pendidikan Karakter
Cerdas. Nas Media Pustaka.
Lase, F., Nirwana, H., Neviyarni, N., &
Marjohan, M. (2020). The differences
of honest characters of students before
and after learning with a model of
learning of intelligent character.
Journal of Educational and Learning
Studies, 3(1), 41.
Lase, F., & Nirwana, H. (2020, November).
Honest Character Differences of
Students Before and After Learned
With the Model Intelligent Character
Learning. In The 3rd International
Conference on Language, Literature,
and Education (ICLLE 2020) (pp. 244-

Copyright © 2023 Educativo - Jurnal Pendidikan


E-ISSN (2829-6222); P-ISSN (2829-8004)

Anda mungkin juga menyukai