Anda di halaman 1dari 32

JNENHNB

NWPBNI E@]@\N[NTNI ]NDN NINE L@\

E@LPTPBNI EBPWPW

NPTOWJ@

FH@B 3

>. J. OQLNH LNWPEO (>4.4=>.>;.=04)


<. IOE@ NHOWTOIN (>4.4=>.>;.=14)
7. IP\ OINYNB (>4.4=>.>;.=10)
4. IP\ OTOENQON (>4.4=>.>;.=11)
0. QOWY NYP NIDOIO (>4.4=>.>;.=;>)
1. WBOA[NTPH CNYYODNB HPTBAO (>4.4=>.>;.=;2)

]\FK\NJ WTPDO DO]HFJN OOO E@]@\N[NTNI

NEND@JO E@W@BNTNI \PWTODN

<=>9
ENTN ]@IKNITN\

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-
Nya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah tentang “Asihan Keperawatan Pada Anak
Berkebutuhan Khusus Autisme”.

Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Terlepas dari segala hal tersebut, saya sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat, tata bahasa maupun isi dari makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu saya sangat mengaharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

ii
DNATN\ OWO

KATA P@NKANTA\............................................................................................................................. ii

DAATA\ OSO......................................................................................................................................... iii


BAB O P@NDABUHUAN
A. HATA\ B@HAKANK MASAHAB........................................................................................>
B. \UMUSAN MASAHAB............................................................................................................. >
G. TUCUAN MASAHAB............................................................................................................... <
BAB OO KFNS@P M@DOS
A. D@A@NOSO.............................................................................................................................. 7
B. KHASOAOKASO....................................................................................................................... 0
G. @TOFHFKO................................................................................................................................ 0

D. PATFAOSOFHFKO.................................................................................................................... ;
@. Phatway......................................................................................................................................... 9
A. MANOA@STASO KHONOS................................................................................................>=
K. P@M@\OKSAAN DOAKNFSTOK.....................................................................................>>
B. P@NATAHAKSANAAN........................................................................................................ ><
>. P@NATAHAKSANAAN M@DOS.....................................................................................><
<. P@NATAHAKSANAAN K@P@\AWATAN....................................................................>7
BAB OOO KFNS@P K@P@\AWATAN
A. P@NKKACOAN....................................................................................................................... >0

B. DOAKNFSA K@P@\AWATAN...........................................................................................>1
G. ONT@\Q@NSO K@P@\AWATAN....................................................................................<7
BAB OQ P@NUTUP
A. K@SOMPUHAN...................................................................................................................... <;
B. SA\AN......................................................................................................................................... <;
DAATA\ PUSTAKA............................................................................................................................ <2

iii
LNL O
]@IDNBPHPNI

N. HNTN\ L@HNENIK JNWNHNB


Dalam Pendidikan Luar Biasa kita banyak mengenal macam-macam Anak
Berkebutuhan Khusus. Salah satunya adalah anak Autisme. Anak Autisme juga

merupakan pribadi individu yang harus diberi pendidikan baik itu keterampilan, maupun
secara akademik. Permasalahan yang ada dilapangan terkadang setiap orang tidak
mengetahui tentang anak Autisme tersebut. Oleh kerena itu kita harus kaji lebih dalam
tentang anak Autisme. Dalam pengkajian tersebut kita butuh banyak informasi mengenai
siapa anak Autisme, penyebabnya dan lainnya. Dengan adanya bantuan baik itu
pendidikan secara umum. Dalam masyarakat nantinya anak-anak tersebut dapat lebih
mandiri dan anak-anak tersebut dapat mengembangkan potensi yang ada dan dimilikinya
yang selama ini terpendam karena ia belum bisa mandiri. Oleh karena itu, makalah ini
nantinya dapat membantu kita mengetahui anak Autisme tersebut.

Autisme didapatkan pada sekitar 20 per 10.000 penduduk, dan pria lebih sering
dari wanita dengan perbandingan 4:1, namun anak perempuan yang terkena akan
menunjukkan gejala yang lebih berat. Beberapa penyakit sistemik, infeksi dan neurologis
menunjukkan gejala-gejala seperti-austik atau memberi kecenderungan penderita pada
perkembangan gejala austik. Juga ditemukan peningkatan yang berhubungan dengan
kejang.

L. \PJPWNI JNWNHNB
Dari data pada latar belakang masalah pada Anak Berkebutuhan Khusus Autisme,
maka rumusan masalah Anak Berkebutuhan Khusus Autisme adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan anak Autisme ?
2. Apa yang menyebabkan anak Autisme ?
3. Bagimana patofisiologi anak yang Autisme ?
4. Apa saja manifestasi klinis anak Autisme ?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada anak Autisme ?
6. Apa saja penatalaksanaan pada anak autis?
7. Bagaimana Asuhan keperawatan pada klien anak dengan Berkebutuhan Khusus
“Autisme”?

>
G. TPCPNI JNWNHNB
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi tentang Konsep Medis dan Konsep Keperawatan Anak
Berkebutuhan Khusus “Autisme”.

2. Tujuan Khusus

Konsep Medis Autisme :


a. Memperoleh informasi tentang pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
“Autisme”.
b. Memperolah pengetahuan tentang Etiologi Anak Berkebutuhan Khusus
“Autisme”.
c. Memperoleh pengetahuan bagaimana patofisiologi Anak Berkebutuhan
Khusus “Autisme”.
d. Dapat mengetahui manifestasi klinis Anak Berkebutuhan Khusus “Autisme”.
e. Memperoleh pengetahuan tentang pemeriksaan diagnostik Anak

Berkebutuhan Khusus “Autisme”.


f. Dapat mengetahui penatalaksanaan pada Anak Berkebutuhan Khusus
“Autisme”.
Konsep keperawanan Autisme :
a. Memperoleh informasi tentang pengkajian pada Anak Berkebutuhan Khusus
“Autisme”.
b. Memperoleh informasi tentang diagnosa keperawatan pada Anak
Berkebutuhan Khusus “Autisme”.
c. Memperoleh informasi tentang intervensi keperawanan pada Anak

Berkebutuhan Khusus “Autisme”.

<
LNL OO
EFIW@] J@DOW
N. D@A@IOW
O

Secara harfiah autisme berasal dari kata autos (diri) sedangkan isme
(paham/aliran). Autisme secara etimologi adalah anak yang memiliki gangguan

perkembangan dalam dunianya sendiri. Beberapa pengartian autis menurut para ahli
adalah sebagai berikut:
a. Autisme merupakan suatu jenis gangguan perkembangan pada anak, mengalami
kesendirian, kecenderungan menyendiri. (Leo kanker handojo, 2003)
b. Autisme adalah ganguan perkembangan yang terjadi pada anak yang mengalami
kondisi menutup diri. Dimana gangguan ini mengakibatkan anak mengalami
keterbatasan dari segi komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku “Sumber dari
Pedoman Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Austistik”. (American Psychiatic
Association, 2000)

c. Autisme adalah adanya gangguan dalam bidang Interaksi sosial, komunikasi, perilaku,
emosi, dan pola bermain, gangguan sensoris dan perkembangan terlambat atau tidak
normal. Autisme mulai tampak sejak lahir atau saat masi bayi (biasanya sebelum usia
3 tahun). “Sumber dari Pedoman Penggolongan Diagnotik Gangguan Jiwa” (PPDGJ
III)
d. Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa
balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau
komunikasi yang normal. Hal ini mengakibatkan anak tersebut terisolasi dari anak
yang lain. (Baron-Cohen, l993).

Jadi anak autisme merupakan satu kondisi anak yang mengalami gangguan
perkembangan yang sangat kompleks yang dapat diketahui sejak umur sebelum 3 tahun
mencakup bidang komunikasi, interaksi sosial serta perilakunya. Anak autisme dapat
ditinjau dari beberapa segi yaitu:
a. Segi pendidikan : anak autisme adalah anak yang mengalami gangguan
perkembangan komunikasi, sosial, perilaku pada anak sesuai dengan kriteria DSM-IV
sehingga anak ini memerlukan penanganan/layanan pendidikan secara khusus sejak
dini.
b. Segi medis: anak autisme adalah anak yang mengalami gangguan/kelainan otak yang

menyebabkan gangguan perkembangan komunikasi, sosial, perilaku sesuai dengan


7
kriteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan penanganan/terapi secara klinis.

7
c. Segi psikologi: anak autisme adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan
yang berat bisa ketahui sebelum usia 3 tahun, aspek komunikasi sosial, perilaku,
bahasa sehingga anak perlu adanya penanganan secara psikologis.
d. Segi sosial: anak autisme adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan berat
dari beberapa aspek komunikasi, bahasa, interaksi sosial, sehingga anak ini

memerlukan bimbingan keterampilan sosial agar dapat menyesuaikan dengan


lingkungannya.
Jadi Anak Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi otak
yang bersifat pervasive (inco) yaitu meliputi gangguan kognitif, bahasa, perilaku,
komunikasi, dan gangguan interaksi sosial, sehingga anak autisme mempunyai dunianya
sendiri.

4
L. EHNWOAOENWO
Autisme dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian berdasarkan gejalanya. Sering
kali pengklasifikasian disimpulkan setelah anak didiagnosa autis. Klasifikasi ini dapat
diberikan melalui Childhood Autism Rating Scale (CARS). Pengklasifikasiannya adalah
sebagai berikut:

1) Autis Ringan

Pada kondisi ini anak autis masih menunjukkan adanya kontak mata walaupun tidak
berlangsung lama. Anak autis ini dapat memberikan sedikit respon ketika dipanggil
namanya, menunjukkan ekspresi-ekspresi muka, dan dalam berkomunikasi dua arah
meskipun terjadinya hanya sesekali.

2) Autis Sedang

Pada kondisi ini anak autis masih menunjukkan sedikit kontak mata namun tidak

memberikan respon ketika namanya dipanggil. Tindakan agresif atau hiperaktif,


menyakiti diri sendiri, acuh, dan gangguan motorik yang stereopik cenderung agak sulit
untuk dikendalikan tetapi masih bisa dikendalikan.

3) Autis Berat

Anak autis yang berada pada kategori ini menunjukkan tindakan-tindakan yang sangat
tidak terkendali. Biasanya anak autis memukul-mukulkan kepalanya ke tembok secara
berulang-ulang dan terus menerus tanpa henti. Ketika orang tua berusaha mencegah,
namun anak tidak memberikan respon dan tetap melakukannya, bahkan dalam kondisi

berada di pelukan orang tuanya, anak autis tetap memukul-mukulkan kepalanya. Anak
baru berhenti setelah merasa kelelahan kemudian langsung tertidur (Mujiyanti, 2011).

G. @TOFHFKO
Penyebab autisme menurut banyak pakar telah disepakat bahwa pada otak anak
autisme dijumpai suatu kelainan pada otaknya. Apa sebabnya sampai timbul kelainan
tersebut memang belum dapat dipastikan. Banyak teori yang diajukan oleh para pakar,
kekurangan nutrisi dan oksigenasi, serta akibat polusi udara, air dan makanan. Diyakini
bahwa ganguan tersebut terjadi pada fase pembentukan organ (organogenesis) yaitu pada
usia kehamilan antara 0 ± 4 bulan. Organ otak sendiri baru terbentuk pada usia
kehamilan setelah 15 minggu.

0
Dari penelitian yang dilakukan oleh para pakar dari banyak negara diketemukan
beberapa fakta yaitu 43% penyandang autisme mempunyai kelainan pada lobus parietalis
otaknya, yang menyebabkan anak cuek terhadap lingkungannya. Kelainan juga
ditemukan pada otak kecil (cerebellum), terutama pada lobus ke VI dan VII. Otak kecil
bertanggung jawab atas proses sensoris, daya ingat, berfikir, belajar berbahasa dan proses

atensi (perhatian). Juga didapatkan jumlah sel Purkinye di otak kecil yang sangat sedikit,
sehingga terjadi gangguan keseimbangan serotonin dan dopamine, akibatnya terjadi
gangguan atau kekacauan impuls di otak.
Ditemukan pula kelainan yang khas di daerah sistem limbik yang disebut
hippocampus. Akibatnya terjadi gangguan fungsi control terahadap agresi dan emosi
yang disebabkan oleh keracunan logam berat seperti mercury yang banyak terdapat
dalam makanan yang dikonsumsi ibu yang sedang hamil, misalnya ikan dengan
kandungan logam berat yang tinggi. Pada penelitian diketahui dalam tubuh anak-anak
penderita autis terkandung timah hitam dan merkuri dalam kadar yang relatif tinggi.

Anak kurang dapat mengendalikan emosinya, seringkali terlalu agresif atau


sangat pasif. Hippocampus bertanggung jawab terhadap fungsi belajar dan daya ingat.
Terjadilah kesulitan penyimpanan informasi baru. Perilaku yang diulang-ulang yang
aneh dan hiperaktif juga disebabkan gangguan hippocampus. Faktor genetika dapat
menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel ‗ sel saraf dan sel otak, namun diperkirakan
menjadi penyebab utama dari kelainan autisme, walaupun bukti-bukti yang konkrit
masih sulit ditemukan.
Diperkirakan masih banyak faktor pemicu yang berperan dalam timbulnya gejala
autisme. Pada proses kelahiran yang lama (partus lama) dimana terjadi gangguan nutrisi

dan oksigenasi pada janin dapat memicu terjadinya austisme. Bahkan sesudah lahir (post
partum) juga dapat terjadi pengaruh dari berbagai pemicu, misalnya : infeksi ringan
sampai berat pada bayi. Pemakaian antibiotika yang berlebihan dapat menimbulkan
tumbuhnya jamur yang berlebihan dan menyebabkan terjadinya kebocoran usus (leaky
get syndrome) dan tidak sempurnanya pencernaan protein kasein dan gluten. Kedua
protein ini hanya terpecah sampai polipeptida. Polipeptida yang timbul dari kedua
protein tersebut terserap kedalam aliran darah dan menimbulkan efek morfin pada otak
anak. Dan terjadi kegagalan pertumbuhan otak karena nutrisi yang diperlukan dalam
pertumbuhan otak tidak dapat diserap oleh tubuh, ini terjadi karena adanya jamur dalam

lambungnya, atau nutrisi tidak terpenuhi karena faktor ekonomi.

1
D. ]NTFAOWOFHFKO
Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk mengalirkan
impuls listrik (akson) serta serabut untuk menerima impuls listrik (dendrit). Sel saraf
terdapat di lapisan luar otak yang berwarna kelabu (korteks). Akson dibungkus selaput
bernama mielin, terletak di bagian otak berwarna putih. Sel saraf berhubungan satu sama

lain lewat sinaps.


Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan. Pada trimester
ketiga, pembentukan sel saraf berhenti dan dimulai pembentukan akson, dendrit, dan
sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua tahun. Setelah anak lahir, terjadi
proses pengaturan pertumbuhan otak berupa bertambah dan berkurangnya struktur akson,
dendrit, dan sinaps. Proses ini dipengaruhi secara genetik melalui sejumlah zat kimia
yang dikenal sebagai brain growth factors dan proses belajar anak.
Makin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas. Pembentukan akson, dendrit,
dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan. Bagian otak yang

digunakan dalam belajar menunjukkan pertambahan akson, dendrit, dan sinaps.


Sedangkan bagian otak yang tak digunakan menunjukkan kematian sel, berkurangnya
akson, dendrit, dan sinaps.
Kelainan genetis, keracunan logam berat, dan nutrisi yang tidak adekuat dapat
menyebabkan terjadinya gangguan pada proses ‗ proses tersebut. Sehingga akan
menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.
Pada pemeriksaan darah bayi-bayi yang baru lahir, diketahui pertumbuhan
abnormal pada penderita autis dipicu oleh berlebihnya neurotropin dan neuropeptida otak
(brain-derived neurotrophic factor, neurotrophin-4, vasoactive intestinal peptide,

calcitonin-related gene peptide) yang merupakan zat kimia otak yang bertanggung jawab
untuk mengatur penambahan sel saraf, migrasi, diferensiasi, pertumbuhan, dan
perkembangan jalinan sel saraf. Brain growth factors ini penting bagi pertumbuhan otak.
Peningkatan neurokimia otak secara abnormal menyebabkan pertumbuhan
abnormal pada daerah tertentu. Pada gangguan autisme terjadi kondisi growth without
guidance, di mana bagian-bagian otak tumbuh dan mati secara tak beraturan.
Pertumbuhan abnormal bagian otak tertentu menekan pertumbuhan sel saraf lain.
Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel Purkinye (sel saraf tempat keluar
hasil pemrosesan indera dan impuls saraf) di otak kecil pada autisme. Berkurangnya sel

Purkinye diduga merangsang pertumbuhan akson, glia (jaringan penunjang pada sistem
saraf pusat), dan mielin sehingga terjadi pertumbuhan otak secara abnormal atau

;
sebaliknya, pertumbuhan akson secara abnormal mematikan sel Purkinye. Yang jelas,
peningkatan brain derived neurotrophic factor dan neurotrophin-4 menyebabkan
kematian sel Purkinye.
Gangguan pada sel Purkinye dapat terjadi secara primer atau sekunder. Bila
autisme disebabkan faktor genetik, gangguan sel Purkinye merupakan gangguan primer

yang terjadi sejak awal masa kehamilan karena ibu mengkomsumsi makanan yang
mengandung logam berat.
Degenerasi sekunder terjadi bila sel Purkinye sudah berkembang, kemudian
terjadi gangguan yang menyebabkan kerusakan sel Purkinye. Kerusakan terjadi jika
dalam masa kehamilan ibu minum alkohol berlebihan atau obat seperti thalidomide.
Penelitian dengan MRI menunjukkan, otak kecil anak normal mengalami aktivasi
selama melakukan gerakan motorik, belajar sensori-motorik, atensi, proses mengingat,
serta kegiatan bahasa. Gangguan pada otak kecil menyebabkan reaksi atensi lebih
lambat, kesulitan memproses persepsi atau membedakan target, overselektivitas, dan

kegagalan mengeksplorasi lingkungan.


Pembesaran otak secara abnormal juga terjadi pada otak besar bagian depan yang
dikenal sebagai lobus frontalis. Menurut kemper dan Bauman menemukan berkurangnya
ukuran sel neuron di hipokampus (bagian depan otak besar yang berperan dalam fungsi
luhur dan proses memori) dan amigdala (bagian samping depan otak besar yang berperan
dalam proses memori).
Faktor lingkungan yang menentukan perkembangan otak antara lain kecukupan
oksigen, protein, energi, serta zat gizi mikro seperti zat besi, seng, yodium, hormon
tiroid, asam lemak esensial, serta asam folat.

Adapun hal yang merusak atau mengganggu perkembangan otak antara lain
alkohol, keracunan timah hitam, aluminium serta metilmerkuri, infeksi yang diderita ibu
pada masa kehamilan.

2
E. Phatway
Keracunan
Partus lama Genetik

neutropin dan
Gangguan nutrisi neuropeptida
dan oksigenasi

Gangguan Kerusakan pada


ada otak sel purkinje dan
hi ocam us
Abnormalitasn
pertumbuhan
sel saraf Gangguan
keseimbangabn
secrotonin dan
Peningkatan dopamin
neurokimia
secara
Gangguan otak
kecil

Reaksi atensi
lebih lambat

Autisme

Stresor dari
Keterlambatan Mengabaikan dan hiperaktif lingkungan
dalam menghindari orang
berbahasa/kom lain

Sangat agresif Terjadinya


Bicara monoton dan Acuh tak acuh terhadap orang perilaku yang
tidak dimengerti oleh terhadap dan dirinya menyimpang dari
orang lain lingkungan dan ideal diri yang
dihara kan
Resiko tinggi
Prilaku yang
Gangguan cidera
Gangguan
komunikasi
konsep diri
Gangguan
Gangguan interaksi sosial
9
komunikasi
verbal
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Gangguan dalam komunikasi verbal maupun nonverbal
Meliputi kemampuan berbahasa dan mengalami keterlambatan atau sama sekali
tidak dapat bicara. Menggunakan kata-kata tanpa menghubungkannya dengan arti
yang lazim digunakan. Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya

dapat berkomunikasi dalam waktu singkat. Kata-katanya tidak dapat dimengerti oleh
orang lain. Tidak mengerti atau tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang
sesuai. Ekolalia (meniru atau membeo), meniru kata, kalimat atau lagu tanpa tahu
artinya. Bicara monoton seperti robot.

2. Gangguan dalam bidang interaksi social


Meliputi gangguan menolak atau menghindar untuk bertatap muka. Tidak menoleh
bila dipanggil, sehingga sering diduga tuli. Merasa tidak senang atau menolak dipeluk.
Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan orang yang terdekat dan berharap orang
tersebut melakukan sesuatu untuknnya. Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain.

Saat bermain bila didekati malah menjauh.


3. Gangguan dalam bermain
Diantaranya bermain sangat monoton dan aneh, misalnya menderetkan sabun menjadi
satu deretan yang panjang, memutar bola pada mobil dan mengamati dengan seksama
dalam jangka waktu lama. Ada kedekatan dengan benda tertentu seperti kertas,
gambar, kartu atau guling, terus dipegang dibawa kemana saja dia pergi. Bila senang
satu mainan tidak mau mainan lainnya. Tidak menyukai boneka, gelang karet, baterai
atau benda lainnya. Tidak spontan, reflaks dan tidak berimajinasi dalam bermain.
Tidak dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat memulai permainan yang

bersifat pura-pura. Sering memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas angin yang


berputar atau angin yang bergerak. Perilaku yang ritualistik sering terjadi, sulit
mengubah rutinitas sehari-hari, misalnya bila bermain harus melakukan urut-urutan
tertentu, bila bepergian harus melalui rute yang sama.
4. Gangguan perilaku
Dilihat dari gejala sering dianggap sebagi anak yang senang kerapian harus
menempatkan barang tertentu pada tempatnya. Anak dapat terlihat hiperaktif misalnya
bila masuk dalam rumah yang baru pertama kali ia datangi, ia akan membuka semua
pintu, berjalan kesana kemari dan berlari-lari tentu arah. Mengulang suatu gerakan

tertentu (menggerakkan tangannya seperti burung terbang). Ia juga sering menyakiti


dirinya sendiri seperti memukul kepala di dinding. Dapat menjadi sangat hiperaktif

>
atau sangat pasif (pendiam), duduk diam bengong denagn tatap mata kosong. Marah
tanpa alasan yang masuk akal. Amat sangat menaruh perhatian pada satu benda, ide,
aktifitas ataupun orang. Tidak dapat menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif
ke orang lain atau dirinya sendiri. Gangguan kognitif tidur, gangguan makan dan
gangguan perilaku lainnya.

0. Gangguan perasaan dan emosi


Dapat dilihat dari perilaku tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah tanpa sebab
nyata. Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum), terutama bila tidak
mendapatkan sesuatu yang diinginkannya, bahkan bisa menjadi agresif dan merusak.
Tidak dapt berbagi perasaan (empati) dengan anak lain.

1. Gangguan dalam persepsi sensori


Meliputi perasaan sensitif terhadap cahaya (penglihata), pendengaran, sentuhan,
penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan sampai berat. Menggigit, menjilat atau
mencium mainan atau benda apa saja. Bila mendengar suara keras, menutup telinga.

Menangis setiap kali dicuci rambutnya. Merasakan tidak nyaman bila diberi pakaian
tertentu. Tidak menyukai pelukan, bila digendong sering merosot atau melepaskan diri
dari pelukan.
;. Intelegensi
Dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi secara fungsional.
Kecerdasan sering diukur melalui perkembangan nonverbal, karena terdapat gangguan
bahasa. Didapatkan IQ dibawah 70 dari 70% penderita, dan dibawah 50 dari 50%.
Namun sekitar 5% mempunyai IQ diatas 100. Anak autis sulit melakukan tugas yang
melibatkan pemikiran simbolis atau empati. Namun ada yang mempunyai kemampuan

yang menonjol di suatu bidang, misalnya matematika atau kemampuan memori.


G. PEME\IKSAAN DIAGNFSTIK
Autisme sebagai spektrum gangguan maka gejala-gejalanya dapat menjadi bukti
dari berbagai kombinasi gangguan perkembangan. Bila tes-tes secara behaνioral maupun
komunikasi tidak dapat mendeteksi adanya autisme, maka beberapa instrumen screening
yang saat ini telah berkembang dapat digunakan untuk mendiagnosa autisme:

>
1. Childhood Autism Rating Scale (CARS):
Skala peringkat autisme masa kanak-kanak yang dibuat oleh Eric Schopler di awal
tahun 1970 yang didasarkan pada pengamatan perilaku. Alat menggunakan skala
hingga 15; anak dievaluasi berdasarkan hubungannya dengan orang, penggunaan
gerakan tubuh, adaptasi terhadap perubahan, kemampuan mendengar dan komunikasi

verbal
2. The Checklis for Autism in Toddlers (CHAT):
Berupa daftar pemeriksaan autisme pada masa balita yang digunakan untuk
mendeteksi anak berumur 18 bulan, dikembangkan oleh Simon Baron Cohen di awal
tahun 1990-an.pertanyaan dokter kepada orang tua.
3. The Autism Screening Questionare:
Adalah daftar pertanyaan yang terdiri dari 40 skala item yang digunakan pada anak
dia atas usia 4 tahun untuk mengevaluasi kemampuan komunikasi dan sosial mereka
4. The Screening Test for Autism in Two-Years Old:

Tes screening autisme bagi anak usia 2 tahun yang dikembangkan oleh Wendy Stone
di Vanderbilt didasarkan pada 3 bidang kemampuan anak, yaitu; bermain, imitasi
motor dan konsentrasi.

H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dibagi dua yaitu penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan
keperawatan.

1. PENATALAKSANAAN MEDIS
Kimia otak yang kadarnya abnormal pada penyandang autis adalah serotonin 5-
hydroxytryptamine (5-HT), yaitu neurotransmiter atau penghantar sinyal di sel-sel
saraf. Sekitar 30-50 persen penyandang autis mempunyai kadar serotonin tinggi
dalam darah. Kadar norepinefrin, dopamin, dan serotonin 5-HT pada anak normal
dalam keadaan stabil dan saling berhubungan. Akan tetapi, tidak demikian pada
penyandang autis. Terapi psikofarmakologi tidak mengubah riwayat keadaan atau
perjalanan gangguan autistik, tetapi efektif mengurangi perilaku autistik seperti
hiperaktivitas, penarikan diri, stereotipik, menyakiti diri sendiri, agresivitas dan
gangguan tidur.

Sejumlah observasi menyatakan, manipulasi terhadap sistem dopamin dan serotonin


dapat bermanfaat bagi pasien autis. Antipsikotik generasi baru, yaitu antipsikotik

>
atipikal, merupakan antagonis kuat terhadap reseptor serotonin 5-HT dan dopamin
tipe 2 (D2). Risperidone bisa digunakan sebagai antagonis reseptor dopamin D2 dan
serotonin 5-HT untuk mengurangi agresivitas, hiperaktivitas, dan tingkah laku
menyakiti diri sendiri. Olanzapine, digunakan karena mampu menghambat secara luas
pelbagai reseptor, olanzapine bisa mengurangi hiperaktivitas, gangguan bersosialisasi,

gangguan reaksi afektual (alam perasaan), gangguan respons sensori, gangguan


penggunaan bahasa, perilaku menyakiti diri sendiri, agresi, iritabilitas emosi atau
kemarahan, serta keadaan cemas dan depresi.

Untuk meningkatkan keterampilan sosial serta kegiatan sehari-hari, penyandang autis


perlu diterapi secara nonmedikamentosa yang melibatkan pelbagai disiplin ilmu.
Menurut dr Ika Widyawati SpKJ dari Bagian Ilmu Penyakit Jiwa FKUI, antara lain
terapi edukasi untuk meningkatkan interaksi sosial dan komunikasi, terapi perilaku
untuk mengendalikan perilaku yang mengganggu/membahayakan, terapi wicara,
terapi okupasi/fisik, sensori-integrasi yaitu pengorganisasian informasi lewat semua
indera, latihan integrasi pendengaran (AIT) untuk mengurangi hipersensitivitas
terhadap suara, intervensi keluarga, dan sebagainya.

Untuk memperbaiki gangguan saluran pencernaan yang bisa memperburuk kondisi


dan gejala autis, dilakukan terapi biomedis. Terapi itu meliputi pengaturan diet
dengan menghindari zat-zat yang menimbulkan alergi (kasein dan gluten), pemberian
suplemen vitamin dan mineral, serta pengobatan terhadap jamur dan bakteri yang
berada di dinding usus.

Dengan pelbagai terapi itu, diharapkan penyandang autis bisa menjalani hidup
sebagaimana anak-anak lain dan tumbuh menjadi orang dewasa yang mandiri dan
berprestasi

2. PENATALAKSANAAN KEPERA[ATAN
Penatalaksanaan pada autisme bertujuan untuk:
a. Terapi wicara : membantu anak melancarkan otot-otot mulut sehingga membantu
anak berbicara yang lebih baik.
b. Terapi okupasi : untuk melatih motorik halus anak
c. Terapi perilaku : anak autis seringkali merasa frustasi. Teman-temannya seringkali

tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya,


mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Maka tak

>
heran mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari
latar belakang dari perilaku negative tersebut dan mencari solusinya dengan
merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk
memperbaiki perilakunya.

>
LAL III
KONSEP KEPERA[ATAN
A. PENGKACIAN
a. Identitas klien
Meliputi nama anak, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, suku bangsa,

tanggal, jam masuk RS, nomor registrasi, dan diagnosis medis.


b. Riwayat kesehatan
➢ Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya anak autis dikenal dengan kemampuan berbahasa, keterlambatan atau
sama sekali tidak dapat bicara. Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh
dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat, tidak senang atau menolak
dipeluk. Saat bermain bila didekati akan menjauh. Ada kedekatan dengan benda
tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang dibawa kemana
saja dia pergi. Bila senang satu mainan tidak mau mainan lainnya. Sebagai anak

yang senang kerapian harus menempatkan barang tertentu pada tempatnya.


Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau bend apa saja. Bila mendengar
suara keras, menutup telinga. Didapatkan IQ dibawah 70 dari 70% penderita, dan
dibawah 50 dari 50%. Namun sekitar 5% mempunyai IQ diatas 100.
➢ Riwayat kesehatan dahulu (ketika anak dalam kandungan)

• Sering terpapar zat toksik, seperti timbal.

• Cidera otak
➢ Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit serupa

dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau keturunan. Biasanya
pada anak autis ada riwayat penyakit keturunan.
c. Status perkembangan anak.

• Anak kurang merespon orang lain.

• Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh.

• Anak mengalami kesulitan dalam belajar.

• Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal.

• Keterbatasan kognitif.

>
d. Pemeriksaan fisik

• Anak tertarik pada sentuhan (menyentuh/sentuhan).

• Terdapat ekolalia.

• Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain.

• Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda tersebut.

• Peka terhadap bau.


e. Psikososial

• Menarik diri dan tidak responsif terhadap orang tua

• Memiliki sikap menolak perubahan secara ekstrem

• Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan objek

• Perilaku menstimulasi diri

• Pola tidur tidak teratur

• Permainan stereotip

• Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain

• Tantrum yang sering

• Peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada suatu pembicaraan

• Kemampuan bertutur kata menurun

• Menolak mengkonsumsi makanan yang tidak halus


f. Neurologis

• Respons yang tidak sesuai terhadap stimulus

• Refleks mengisap buruk

• Tidak mampu menangis ketika lapar

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko cidera dibuktikan dengan individu autistik.


Defiinisi: beresiko me ngalami bahaya atau kerusakan fisik yang menyebabkan
seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat atau dalam kondisi baik.
Factor resiko:
(eksternal)
a. Terpapar pathogen
b. Terpapar zat kimia toksik

c. Terpapar agen nosokomial


d. Ketidak amanan transportasi

>
(internal)

a. Ketidaknormalan profil darah


b. Perubahan orientasi afektif
c. Perubahan sensasi
d. Disfungsi autoimun
e. Disfungsi biokimia
f. Hipoksia jaringan
g. Kegagalan mekanisme pertahanan tubuh
h. Malnutrisi
i. Perubahan fungsi psikomotor
j. Perubahan fungsi kognitif

Kondisi klinis terkait

a. Kejang
b. Sinkop
c. Vertigo
d. Gangguan penglihatan
e. Gangguan pendengaran
f. Penyakit Parkinson
g. Hipotensi
h. Kelainan nervus vestibularis
i. Retardasi mental

2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan neuromuskuler.


DEFINISI
Penurunan, perlambatan, atau ketiadaan kemampuan untuk menerima, memproses,
mengirim, dan/atau menggunakan sistem simbol.

PENYEBAB
a. Penurunan sirkulasi serebral
b. Gangguan neuromuskuler
c. Gangguan pendengaran
d. Gangguan muskuloskeletal
e. Kelainan palatum

>
f. Hambatan fisik (mis. terpasang trakheostomi, intubasi, krikotiroidektomi)
g. Hambatan individu (mis. ketakutan, kecemasan, merasa malu, emosional, kurang
privasi)
h. Hambatan psikologis (miss gangguan psikotik, gangguan konsep diri, harga diri
rendah, gangguan emosi).

i. Hambatan lingkungan (mis. ketidakcukupan informasi, ketiadaan orang terdekat,


ketidaksesuaian budaya, bahasa asing)

GEJALA & TANDA MAYOR


Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
Tidak mampu berbicara atau
mendengar Menunjukkan respon tidak
sesuai

GEJALA & TANDA MINOR


Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
a. Afasia
b. Disfasia
c. Apraksia
d. Disleksia

e. Disartria
f. Afonia
g. Dislalia
h. Pelo
i. Gagap
j. Tidak ada kontak mata
k. Sulit memahami komunikasi
l. Sulit mempertahankan komunikasi
m. SuJit menggunakan ekspresi wajah atau tubuh

n. Tidak mampu menggunakan ekspresi wajah atau tubuh


o. Sulit menyusun kalimat

>
p. Verbalisasi tidak tepat
q. Sulit mengungkapkan kata-kata Disorientasi orang, ruang, waktu Defisit
penglihatan
r. Delusi

EONDISI ELINIS TEREAIT


a. Stroke
b. Cedera kepala
c. Trauma wajah
d. Peningkatan tekanan intrakranial
e. Hipoksia kronis
f. Tumor
g. Miastenia gravis
h. Sklerosis multipel

i. Distropi muskuler
j. Penyakit Alzheimer
k. Kuadriplegia
l. Labiopalatoskizis
m. Infeksi laring
n. Fraktur rahang
o. Skizofrenia
p. Delusi
q. Paranoid

r. Autisme

3. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan perkembangan.


DEAINISI
Kuantitas dan/atau kualitas hubungan sosial yang kurang atau berlebih.
]ENYELAL
a. Defisiensi bicara
b. Hambatan perkembangan/maturasi
c. Ketiadaan orang terdekat

d. Perubahan neurologis (mis. kelahiran prematur, distres fetal, persalinan cepat


atau persalinan lama)

1
e. Disfungsi sistem keluarga
f. Ketidakteraturan atau kekacauan lingkungan
g. Penganiayaan atau pengabaian anak
h. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
i. Model peran negatif

j. Impulsif
k. Perilaku menentang
l. Perilaku agresif
m. Keengganan berpisah dengan orang terdekat

GEJALA & TANDA MAYOR


Subjektif
a. Merasa tidak nyaman dengan situasi sosial
b. Merasa sulit menerima atau mengkomunikasikan perasaan
Objektif
a. Kurang responsif atau tertarik pada orang lain
b. Tidak berminat melakukan kontak emosi dan fisik

GEJALA & TANDA MINOR


Subjektif
a. Sulit mengungkapkan kasih sayang
Objektif
a. Gejala cemas berat
b. Kontak mata kurang
c. Ekspresi wajah tidak Responsive
d. Tidak kooperatif dalam bermain dan berteman dengan sebaya Perilaku tidak
sesuai usia

KONDISI KLINIS TERKAIT


a. Retardasi mental
b. Gangguan autistik
c. Attention deficit/hiperactivity disorder (ADHD)
d. Gangguan perilaku
e. Oppositional Defiant Disorder

<
f. Gangguan Tourette
g. Gangguan Kecemasan perpisahan
h. Sindrom Down

4. Gangguan identitas diri berhubungan dengan tidak terpenuhinya tugas perkembangan.


DEFINISI
Tidak mampu mempertahankan keutuhan persepsi terhadap identitas diri

PENYEBAB
a. Gangguan peran sosial
b. Tidak terpenuhinya tugas perkembangan
c. Gangguan neurologis
d. Ketidakadekuatan stimulasi sensori

GEJALA & TANDA MAYOR


Subjektif
a. Persepsi terhadap diri berubah
b. Bingung dengan nilai-nilai budaya, tujuan hidup, jenis kelamin, dan/atau nilai-
nilai ideal
c. Perasaan yang fluktuatif terhadap diri
Objektif
a. Perilaku tidak konsisten
b. Hubungan yang tidak efektif
c. Strategi koping tidak efektif
d. Penampilan peran tidak efektif

GEJALA & TANDA MINOR


Subjektif
(tidak
tersedia)
Objektif
(tidak
tersedia)

<
KONDISI KLINIS TERKAIT
a. Gangguan autistik
b. Gangguan orientasi seksual
c. Periode perkembangan remaja

<
G. INTERQENSI KEPERA[ATAN
1. Risiko cidera
Tujuan: Pasien akan mendemonstrasikan perilaku-perilaku alternative (misalnya
memulai interaksi antara diri dengan perawat) sebagai respons terhadap
kecemasan dengan criteria hasil:

1. Rasa gelisah dipertahankan pada tingkat anak merasa tidak memerlukan


perilaku-perilaku mutilatif diri

2. Pasien memulai interaksi antara diri dan perawat apabila merasa cemas

Iiterveisi

• Jamin keselamatan anak dengan memberi rasa aman, lingkungan yang


kondusif untuk mencegah perilaku merusak diri.
□ Rasional: Perawat bertanggun jawab untuk menjamin keselamatan

anak)
• Kaji dan tentukan penyebab perilaku ‗ perilaku mutilatif sebagai respon
terhadap kecemasan
□ Rasional : pengkajian kemungkinan penyebab dapat memilih cara
/alternative pemecahan yang tepat.
• Pakaikan helm pada anak untuk menghindari trauma saat anak memukul-
mukul kepala, sarung tangan untuk mencegah menarik ‗ narik rambut,
pemberian bantal yang sesuai untuk mencegah luka pada ekstremitas saat
gerakan-gerakan histeris
□ Rasional : Untuk menjaga bagian-bagian vital dari cidera
• Untuk membentuk kepercayaan satu anak dirawat oleh satu perawat
□ Rasional : Untuk dapat bisa lebih menjalin hubungan saling percaya
dengan pasien
• Tawarkan pada anak untuk menemani selama waktu ‗ waktu mening-katnya
kecemasan agar tidak terjadi mutilasi
□ Rasional : dalam upaya untuk menurunkan kebutuhan pada perilaku-
perilaku mutilasi diri dan memberikan rasa aman
2. Gangguan komunikasi verbal

<
Tujuan : Anak akan membentuk kepercayaan dengan seorang pemberi perawatan
ditandai dengan sikap responsive dan kontak mata dalam waktu yang telah
ditentukan dengan kriteria hasil:
f Pasien mampu berkomunikasi dengan cara yang dimengerti oleh orang lain
f Pesan-pesan nonverbal pasien sesuai dengan pengungkapan verbal
f
Pasien memulai berinteraksi verbal dan non verbal dengan orang lain
Intervensi

f Pertahankan konsistensi tugas staf untuk memahami tindakan-tindakan


dan komunikasi anak
□ Rasional: Hal ini memudahkan kepercayaan dan kemampuan
untuk memahami tindakan-tindakan dan komunikasi pasien
f Antisipasi dan penuhi kebutuhan-kebutuhan anak sampai kepuasan
pola komunikasi terbentuk
□ Rasional : Pemenuhan kebutuhan pasien akan dapat mengurangi
kecemasan anak sehingga anak akan dapat mulai menjalin
komunikasi dengan orang lain dengan asertif
f Gunakan tehnik validasi konsensual dan klarifikasi untuk menguraikan kode
pola komunikasi ( misalnya :” Apakah anda bermaksud untuk mengatakan
bahwa…..?” )
□ Rasional: Teknik-teknik ini digunakan untuk memastikan akurasi
dari pesan yang diterima, menjelaskan pengertian-pengertian yang
tersembunyi di dalam pesan. Hati-hati untuk tidak “berbicara atas
nama pasien tanpa seinzinnya”
f Gunakan pendekatan tatap muka berhadapan untuk menyampaikan
ekspresi- ekspresi nonverbal yang benar dengan menggunakan contoh
□ Rasional: Kontak mata mengekspresikan minat yang murni
terhadap dan hormat kepada seseorang

3. Gangguan interaksi sosial

<
Tujuan : Anak akan mendemonstrasikan kepercayaan pada seorang pemberi
perawatan yang ditandai dengan sikap responsive pada wajah dan kontak mata
dalam waktu yang ditentukan dengan criteria hasil:
f Anak mulai berinteraksi dengan diri dan orang lain
f Pasien menggunakan kontak mata, sifat responsive pada wajah dan perilaku-

perilaku nonverbal lainnya dalam berinteraksi dengan orang


lain
f Pasien tidak menarik diri dari kontak fisik dengan orang lain
Intervensi

f Jalin hubungan satu ‗ satu dengan anak untuk meningkatkan keper-cayaan


□ Rasional : Interaksi staf dengan pasien yang konsisten
meningkatkan pembentukan kepercayaan
f Berikan benda-benda yang dikenal (misalnya: mainan kesukaan,
selimut) untuk memberikan rasa aman dalam waktu-waktu tertentu agar
anak tidak mengalami distress
□ Rasional : Benda-benda ini memberikan rasa aman dalam waktu-
waktu aman bila anak merasa distres
f Sampaikan sikap yang hangat, dukungan, dan kebersediaan ketika anak
berusaha untuk memenuhi kebutuhan ‗ kebutuhan dasarnya untuk
meningkatkan pembentukan dan mempertahankan hubungan saling
percaya
□ Rasional: Karakteristik-karakteritik ini meningkatkan pembentukan
dan mempertahankan hubungan saling percaya
f Lakukan dengan perlahan-lahan, jangan memaksakan interaksi-interaksi,
mulai dengan penguatan yang positif pada kontak mata, perkenalkan
dengan berangsur-angsur dengan sentuhan, senyuman , dan pelukan
□ Rasional : Pasien autisme dapat merasa terncam oleh suatu
rangsangan yang gencar pada pasien yang tidak terbiasa
f Dengan kehadiran anda beri dukungan pada pasien yang berusaha keras
untuk membentuk hubungan dengan orang lain dilingkungannya
□ Rasional :Kehadiran seorang yang telah terbentuk hubungan
saling percaya dapat memberikan rasa aman

4. Gangguan identitas diri

<
Tujuan: Pasien akan menyebutkan bagian-bagian tubuh diri sendiri dan bagian-
bagian tubuh dari pemberi perawatan dalam waktu yang ditentukan untuk
mengenali fisik dan emosi diri terpisah dari orang lain saat pulang dengan kriteria
hasil:
f Pasien mampu untuk membedakan bagian-bagian dari tubuhnya dengan

bagian-bagian dari tubuh orang lain


f Pasien menceritakan kemampuan untuk memisahkan diri dari
lingkungannya dengan menghentikan ekolalia (mengulangi kata-kata yang
di dengar) dan ekopraksia (meniru gerakan-gerakan yang dilihatnya)

Intervensi:

f Fungsi pada hubungan satu-satu dengan anak


□ Rasional : Interaksi pasien staf meningkatkan pembentukan
data kepercayaan
f Membantu anak untuk mengetahui hal-hal yang terpisah selama
kegiatan- kegiatan perawatan diri, seperti berpakaian dan makan
□ Rasional : Kegiatan-kegiatan ini dapat meningkatkan
kewaspadaan anda terhadap diri sebagai sesuatu yang terpisah
dari orang lain
f Jelaskan dan bantu anak dalam menyebutkan bagian-bagian tubuhnya
□ Rasional : Kegiatan-kegiatan ini dapat meningkatkan
kewaspadaan anak terhadap diri sebagai sesuatu yang terpisah
dari orang lain
f Tingkatkan kontak fisik secara bertahap demi tahap, menggunakan sentuhan
untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan antara pasien dengan perawat.
Berhati-hati dengans entuhan sampai kepercayaan anak telah terbentuk
□ Rasional: Bila gerak isyarat ini dapat diintepretasikan sebagai
suatu ancaman oleh pasien
f Tingkatkan upaya anak untuk mempelajari bagian-bagian dari batas-
batas tubuh dengan menggunakan cermin dan lukisan serta gambar-
gambar dari anak
□ Rasional: Dapat memberikan gambaran tentang bentuk tubuh
dan gambaran diri pada anak secara tepat.

<
BAB IQ
PENPTPP
A. KESIMPPLAN

Autis suatu gangguan perkembangan yang sangat kompleks, yang secara klinis
ditandai oleh gejala ‗ gejala diantaranya kualitas yang kurang dalam kemampuan
interaksi sosial dan emosional, kualitas yang kurang dalam kemampuan komunikasi
timbal balik, dan minat yang terbatas, perilaku tak wajar, disertai gerakan-gerakan
berulang tanpa tujuan (stereotipik). Selain itu tampak pula adanya respon tak wajar
terhadap pengalaman sensorik, yang terlihat sebelum usia 3 tahun. Sampai saat ini
penyebab pasti autis belum diketahui, tetapi beberapa hal yang dapat memicu adanya
perubahan genetika dan kromosom, dianggap sebagai faktor yang berhubungan dengan
kejadian autis pada anak, perkembangan otak yang tidak normal atau tidak seperti
biasanya dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada neurotransmitter, dan akhirnya
dapat menyebabkan adanya perubahan perilaku pada penderita. Dalam kemampuan
intelektual anak autis tidak mengalami keterbelakangan, tetapi pada hubungan sosial
dan respon anak terhadap dunia luar, anak sangat kurang. Anak cenderung asik
dengan
dunianya sendiri. Dan cenderung suka mengamati hal ‗ hal kecil yang bagi orang lain
tidak menarik, tapi bagi anak autis menjadi sesuatu yang menarik.
Terapi perilaku sangat dibutuhkan untuk melatih anak bisa hidup dengan normal
seperti anak pada umumnya, dan melatih anak untuk bisa bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar.
B. SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi

mahasiswa-mahasiswi keperawatan dapat memahami asuhan keperawatan pada anak


berkebutuhan khusus autisme dan bagi orang tua yang memiliki anak autisme.

<
DAFTAR PPSTAKA
Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Sacharin, RM. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta:

Behrman, EGC.Kliegman, Arvin. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15.
Jakarta: EGC.

Anonim. Http:// www.Dikdasmen.Com/Pendidikan anak Autisme.Html

Soetjiningsih. 1994. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: FK Udayana.

Yupi, Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan 2. Edisi 1. Jakarta: Salemba
Medika

PPNI, 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. DPP PPNI. Jakarta.

Nugraheni,SA. (2012). Menguak Belantara Autisme. Bulettin Psikologi. 20(1-2): 9-17.

<

Anda mungkin juga menyukai