E@LPTPBNI EBPWPW
NPTOWJ@
FH@B 3
<=>9
ENTN ]@IKNITN\
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-
Nya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah tentang “Asihan Keperawatan Pada Anak
Berkebutuhan Khusus Autisme”.
Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Terlepas dari segala hal tersebut, saya sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat, tata bahasa maupun isi dari makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu saya sangat mengaharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
ii
DNATN\ OWO
KATA P@NKANTA\............................................................................................................................. ii
D. PATFAOSOFHFKO.................................................................................................................... ;
@. Phatway......................................................................................................................................... 9
A. MANOA@STASO KHONOS................................................................................................>=
K. P@M@\OKSAAN DOAKNFSTOK.....................................................................................>>
B. P@NATAHAKSANAAN........................................................................................................ ><
>. P@NATAHAKSANAAN M@DOS.....................................................................................><
<. P@NATAHAKSANAAN K@P@\AWATAN....................................................................>7
BAB OOO KFNS@P K@P@\AWATAN
A. P@NKKACOAN....................................................................................................................... >0
B. DOAKNFSA K@P@\AWATAN...........................................................................................>1
G. ONT@\Q@NSO K@P@\AWATAN....................................................................................<7
BAB OQ P@NUTUP
A. K@SOMPUHAN...................................................................................................................... <;
B. SA\AN......................................................................................................................................... <;
DAATA\ PUSTAKA............................................................................................................................ <2
iii
LNL O
]@IDNBPHPNI
merupakan pribadi individu yang harus diberi pendidikan baik itu keterampilan, maupun
secara akademik. Permasalahan yang ada dilapangan terkadang setiap orang tidak
mengetahui tentang anak Autisme tersebut. Oleh kerena itu kita harus kaji lebih dalam
tentang anak Autisme. Dalam pengkajian tersebut kita butuh banyak informasi mengenai
siapa anak Autisme, penyebabnya dan lainnya. Dengan adanya bantuan baik itu
pendidikan secara umum. Dalam masyarakat nantinya anak-anak tersebut dapat lebih
mandiri dan anak-anak tersebut dapat mengembangkan potensi yang ada dan dimilikinya
yang selama ini terpendam karena ia belum bisa mandiri. Oleh karena itu, makalah ini
nantinya dapat membantu kita mengetahui anak Autisme tersebut.
Autisme didapatkan pada sekitar 20 per 10.000 penduduk, dan pria lebih sering
dari wanita dengan perbandingan 4:1, namun anak perempuan yang terkena akan
menunjukkan gejala yang lebih berat. Beberapa penyakit sistemik, infeksi dan neurologis
menunjukkan gejala-gejala seperti-austik atau memberi kecenderungan penderita pada
perkembangan gejala austik. Juga ditemukan peningkatan yang berhubungan dengan
kejang.
L. \PJPWNI JNWNHNB
Dari data pada latar belakang masalah pada Anak Berkebutuhan Khusus Autisme,
maka rumusan masalah Anak Berkebutuhan Khusus Autisme adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan anak Autisme ?
2. Apa yang menyebabkan anak Autisme ?
3. Bagimana patofisiologi anak yang Autisme ?
4. Apa saja manifestasi klinis anak Autisme ?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada anak Autisme ?
6. Apa saja penatalaksanaan pada anak autis?
7. Bagaimana Asuhan keperawatan pada klien anak dengan Berkebutuhan Khusus
“Autisme”?
>
G. TPCPNI JNWNHNB
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi tentang Konsep Medis dan Konsep Keperawatan Anak
Berkebutuhan Khusus “Autisme”.
2. Tujuan Khusus
<
LNL OO
EFIW@] J@DOW
N. D@A@IOW
O
Secara harfiah autisme berasal dari kata autos (diri) sedangkan isme
(paham/aliran). Autisme secara etimologi adalah anak yang memiliki gangguan
perkembangan dalam dunianya sendiri. Beberapa pengartian autis menurut para ahli
adalah sebagai berikut:
a. Autisme merupakan suatu jenis gangguan perkembangan pada anak, mengalami
kesendirian, kecenderungan menyendiri. (Leo kanker handojo, 2003)
b. Autisme adalah ganguan perkembangan yang terjadi pada anak yang mengalami
kondisi menutup diri. Dimana gangguan ini mengakibatkan anak mengalami
keterbatasan dari segi komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku “Sumber dari
Pedoman Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Austistik”. (American Psychiatic
Association, 2000)
c. Autisme adalah adanya gangguan dalam bidang Interaksi sosial, komunikasi, perilaku,
emosi, dan pola bermain, gangguan sensoris dan perkembangan terlambat atau tidak
normal. Autisme mulai tampak sejak lahir atau saat masi bayi (biasanya sebelum usia
3 tahun). “Sumber dari Pedoman Penggolongan Diagnotik Gangguan Jiwa” (PPDGJ
III)
d. Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa
balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau
komunikasi yang normal. Hal ini mengakibatkan anak tersebut terisolasi dari anak
yang lain. (Baron-Cohen, l993).
Jadi anak autisme merupakan satu kondisi anak yang mengalami gangguan
perkembangan yang sangat kompleks yang dapat diketahui sejak umur sebelum 3 tahun
mencakup bidang komunikasi, interaksi sosial serta perilakunya. Anak autisme dapat
ditinjau dari beberapa segi yaitu:
a. Segi pendidikan : anak autisme adalah anak yang mengalami gangguan
perkembangan komunikasi, sosial, perilaku pada anak sesuai dengan kriteria DSM-IV
sehingga anak ini memerlukan penanganan/layanan pendidikan secara khusus sejak
dini.
b. Segi medis: anak autisme adalah anak yang mengalami gangguan/kelainan otak yang
7
c. Segi psikologi: anak autisme adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan
yang berat bisa ketahui sebelum usia 3 tahun, aspek komunikasi sosial, perilaku,
bahasa sehingga anak perlu adanya penanganan secara psikologis.
d. Segi sosial: anak autisme adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan berat
dari beberapa aspek komunikasi, bahasa, interaksi sosial, sehingga anak ini
4
L. EHNWOAOENWO
Autisme dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian berdasarkan gejalanya. Sering
kali pengklasifikasian disimpulkan setelah anak didiagnosa autis. Klasifikasi ini dapat
diberikan melalui Childhood Autism Rating Scale (CARS). Pengklasifikasiannya adalah
sebagai berikut:
1) Autis Ringan
Pada kondisi ini anak autis masih menunjukkan adanya kontak mata walaupun tidak
berlangsung lama. Anak autis ini dapat memberikan sedikit respon ketika dipanggil
namanya, menunjukkan ekspresi-ekspresi muka, dan dalam berkomunikasi dua arah
meskipun terjadinya hanya sesekali.
2) Autis Sedang
Pada kondisi ini anak autis masih menunjukkan sedikit kontak mata namun tidak
3) Autis Berat
Anak autis yang berada pada kategori ini menunjukkan tindakan-tindakan yang sangat
tidak terkendali. Biasanya anak autis memukul-mukulkan kepalanya ke tembok secara
berulang-ulang dan terus menerus tanpa henti. Ketika orang tua berusaha mencegah,
namun anak tidak memberikan respon dan tetap melakukannya, bahkan dalam kondisi
berada di pelukan orang tuanya, anak autis tetap memukul-mukulkan kepalanya. Anak
baru berhenti setelah merasa kelelahan kemudian langsung tertidur (Mujiyanti, 2011).
G. @TOFHFKO
Penyebab autisme menurut banyak pakar telah disepakat bahwa pada otak anak
autisme dijumpai suatu kelainan pada otaknya. Apa sebabnya sampai timbul kelainan
tersebut memang belum dapat dipastikan. Banyak teori yang diajukan oleh para pakar,
kekurangan nutrisi dan oksigenasi, serta akibat polusi udara, air dan makanan. Diyakini
bahwa ganguan tersebut terjadi pada fase pembentukan organ (organogenesis) yaitu pada
usia kehamilan antara 0 ± 4 bulan. Organ otak sendiri baru terbentuk pada usia
kehamilan setelah 15 minggu.
0
Dari penelitian yang dilakukan oleh para pakar dari banyak negara diketemukan
beberapa fakta yaitu 43% penyandang autisme mempunyai kelainan pada lobus parietalis
otaknya, yang menyebabkan anak cuek terhadap lingkungannya. Kelainan juga
ditemukan pada otak kecil (cerebellum), terutama pada lobus ke VI dan VII. Otak kecil
bertanggung jawab atas proses sensoris, daya ingat, berfikir, belajar berbahasa dan proses
atensi (perhatian). Juga didapatkan jumlah sel Purkinye di otak kecil yang sangat sedikit,
sehingga terjadi gangguan keseimbangan serotonin dan dopamine, akibatnya terjadi
gangguan atau kekacauan impuls di otak.
Ditemukan pula kelainan yang khas di daerah sistem limbik yang disebut
hippocampus. Akibatnya terjadi gangguan fungsi control terahadap agresi dan emosi
yang disebabkan oleh keracunan logam berat seperti mercury yang banyak terdapat
dalam makanan yang dikonsumsi ibu yang sedang hamil, misalnya ikan dengan
kandungan logam berat yang tinggi. Pada penelitian diketahui dalam tubuh anak-anak
penderita autis terkandung timah hitam dan merkuri dalam kadar yang relatif tinggi.
dan oksigenasi pada janin dapat memicu terjadinya austisme. Bahkan sesudah lahir (post
partum) juga dapat terjadi pengaruh dari berbagai pemicu, misalnya : infeksi ringan
sampai berat pada bayi. Pemakaian antibiotika yang berlebihan dapat menimbulkan
tumbuhnya jamur yang berlebihan dan menyebabkan terjadinya kebocoran usus (leaky
get syndrome) dan tidak sempurnanya pencernaan protein kasein dan gluten. Kedua
protein ini hanya terpecah sampai polipeptida. Polipeptida yang timbul dari kedua
protein tersebut terserap kedalam aliran darah dan menimbulkan efek morfin pada otak
anak. Dan terjadi kegagalan pertumbuhan otak karena nutrisi yang diperlukan dalam
pertumbuhan otak tidak dapat diserap oleh tubuh, ini terjadi karena adanya jamur dalam
1
D. ]NTFAOWOFHFKO
Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk mengalirkan
impuls listrik (akson) serta serabut untuk menerima impuls listrik (dendrit). Sel saraf
terdapat di lapisan luar otak yang berwarna kelabu (korteks). Akson dibungkus selaput
bernama mielin, terletak di bagian otak berwarna putih. Sel saraf berhubungan satu sama
calcitonin-related gene peptide) yang merupakan zat kimia otak yang bertanggung jawab
untuk mengatur penambahan sel saraf, migrasi, diferensiasi, pertumbuhan, dan
perkembangan jalinan sel saraf. Brain growth factors ini penting bagi pertumbuhan otak.
Peningkatan neurokimia otak secara abnormal menyebabkan pertumbuhan
abnormal pada daerah tertentu. Pada gangguan autisme terjadi kondisi growth without
guidance, di mana bagian-bagian otak tumbuh dan mati secara tak beraturan.
Pertumbuhan abnormal bagian otak tertentu menekan pertumbuhan sel saraf lain.
Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel Purkinye (sel saraf tempat keluar
hasil pemrosesan indera dan impuls saraf) di otak kecil pada autisme. Berkurangnya sel
Purkinye diduga merangsang pertumbuhan akson, glia (jaringan penunjang pada sistem
saraf pusat), dan mielin sehingga terjadi pertumbuhan otak secara abnormal atau
;
sebaliknya, pertumbuhan akson secara abnormal mematikan sel Purkinye. Yang jelas,
peningkatan brain derived neurotrophic factor dan neurotrophin-4 menyebabkan
kematian sel Purkinye.
Gangguan pada sel Purkinye dapat terjadi secara primer atau sekunder. Bila
autisme disebabkan faktor genetik, gangguan sel Purkinye merupakan gangguan primer
yang terjadi sejak awal masa kehamilan karena ibu mengkomsumsi makanan yang
mengandung logam berat.
Degenerasi sekunder terjadi bila sel Purkinye sudah berkembang, kemudian
terjadi gangguan yang menyebabkan kerusakan sel Purkinye. Kerusakan terjadi jika
dalam masa kehamilan ibu minum alkohol berlebihan atau obat seperti thalidomide.
Penelitian dengan MRI menunjukkan, otak kecil anak normal mengalami aktivasi
selama melakukan gerakan motorik, belajar sensori-motorik, atensi, proses mengingat,
serta kegiatan bahasa. Gangguan pada otak kecil menyebabkan reaksi atensi lebih
lambat, kesulitan memproses persepsi atau membedakan target, overselektivitas, dan
Adapun hal yang merusak atau mengganggu perkembangan otak antara lain
alkohol, keracunan timah hitam, aluminium serta metilmerkuri, infeksi yang diderita ibu
pada masa kehamilan.
2
E. Phatway
Keracunan
Partus lama Genetik
neutropin dan
Gangguan nutrisi neuropeptida
dan oksigenasi
Reaksi atensi
lebih lambat
Autisme
Stresor dari
Keterlambatan Mengabaikan dan hiperaktif lingkungan
dalam menghindari orang
berbahasa/kom lain
dapat berkomunikasi dalam waktu singkat. Kata-katanya tidak dapat dimengerti oleh
orang lain. Tidak mengerti atau tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang
sesuai. Ekolalia (meniru atau membeo), meniru kata, kalimat atau lagu tanpa tahu
artinya. Bicara monoton seperti robot.
>
atau sangat pasif (pendiam), duduk diam bengong denagn tatap mata kosong. Marah
tanpa alasan yang masuk akal. Amat sangat menaruh perhatian pada satu benda, ide,
aktifitas ataupun orang. Tidak dapat menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif
ke orang lain atau dirinya sendiri. Gangguan kognitif tidur, gangguan makan dan
gangguan perilaku lainnya.
Menangis setiap kali dicuci rambutnya. Merasakan tidak nyaman bila diberi pakaian
tertentu. Tidak menyukai pelukan, bila digendong sering merosot atau melepaskan diri
dari pelukan.
;. Intelegensi
Dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi secara fungsional.
Kecerdasan sering diukur melalui perkembangan nonverbal, karena terdapat gangguan
bahasa. Didapatkan IQ dibawah 70 dari 70% penderita, dan dibawah 50 dari 50%.
Namun sekitar 5% mempunyai IQ diatas 100. Anak autis sulit melakukan tugas yang
melibatkan pemikiran simbolis atau empati. Namun ada yang mempunyai kemampuan
>
1. Childhood Autism Rating Scale (CARS):
Skala peringkat autisme masa kanak-kanak yang dibuat oleh Eric Schopler di awal
tahun 1970 yang didasarkan pada pengamatan perilaku. Alat menggunakan skala
hingga 15; anak dievaluasi berdasarkan hubungannya dengan orang, penggunaan
gerakan tubuh, adaptasi terhadap perubahan, kemampuan mendengar dan komunikasi
verbal
2. The Checklis for Autism in Toddlers (CHAT):
Berupa daftar pemeriksaan autisme pada masa balita yang digunakan untuk
mendeteksi anak berumur 18 bulan, dikembangkan oleh Simon Baron Cohen di awal
tahun 1990-an.pertanyaan dokter kepada orang tua.
3. The Autism Screening Questionare:
Adalah daftar pertanyaan yang terdiri dari 40 skala item yang digunakan pada anak
dia atas usia 4 tahun untuk mengevaluasi kemampuan komunikasi dan sosial mereka
4. The Screening Test for Autism in Two-Years Old:
Tes screening autisme bagi anak usia 2 tahun yang dikembangkan oleh Wendy Stone
di Vanderbilt didasarkan pada 3 bidang kemampuan anak, yaitu; bermain, imitasi
motor dan konsentrasi.
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dibagi dua yaitu penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan
keperawatan.
1. PENATALAKSANAAN MEDIS
Kimia otak yang kadarnya abnormal pada penyandang autis adalah serotonin 5-
hydroxytryptamine (5-HT), yaitu neurotransmiter atau penghantar sinyal di sel-sel
saraf. Sekitar 30-50 persen penyandang autis mempunyai kadar serotonin tinggi
dalam darah. Kadar norepinefrin, dopamin, dan serotonin 5-HT pada anak normal
dalam keadaan stabil dan saling berhubungan. Akan tetapi, tidak demikian pada
penyandang autis. Terapi psikofarmakologi tidak mengubah riwayat keadaan atau
perjalanan gangguan autistik, tetapi efektif mengurangi perilaku autistik seperti
hiperaktivitas, penarikan diri, stereotipik, menyakiti diri sendiri, agresivitas dan
gangguan tidur.
>
atipikal, merupakan antagonis kuat terhadap reseptor serotonin 5-HT dan dopamin
tipe 2 (D2). Risperidone bisa digunakan sebagai antagonis reseptor dopamin D2 dan
serotonin 5-HT untuk mengurangi agresivitas, hiperaktivitas, dan tingkah laku
menyakiti diri sendiri. Olanzapine, digunakan karena mampu menghambat secara luas
pelbagai reseptor, olanzapine bisa mengurangi hiperaktivitas, gangguan bersosialisasi,
Dengan pelbagai terapi itu, diharapkan penyandang autis bisa menjalani hidup
sebagaimana anak-anak lain dan tumbuh menjadi orang dewasa yang mandiri dan
berprestasi
2. PENATALAKSANAAN KEPERA[ATAN
Penatalaksanaan pada autisme bertujuan untuk:
a. Terapi wicara : membantu anak melancarkan otot-otot mulut sehingga membantu
anak berbicara yang lebih baik.
b. Terapi okupasi : untuk melatih motorik halus anak
c. Terapi perilaku : anak autis seringkali merasa frustasi. Teman-temannya seringkali
>
heran mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari
latar belakang dari perilaku negative tersebut dan mencari solusinya dengan
merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk
memperbaiki perilakunya.
>
LAL III
KONSEP KEPERA[ATAN
A. PENGKACIAN
a. Identitas klien
Meliputi nama anak, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, suku bangsa,
• Cidera otak
➢ Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit serupa
dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau keturunan. Biasanya
pada anak autis ada riwayat penyakit keturunan.
c. Status perkembangan anak.
• Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh.
• Keterbatasan kognitif.
>
d. Pemeriksaan fisik
• Terdapat ekolalia.
• Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain.
• Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda tersebut.
• Permainan stereotip
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
>
(internal)
a. Kejang
b. Sinkop
c. Vertigo
d. Gangguan penglihatan
e. Gangguan pendengaran
f. Penyakit Parkinson
g. Hipotensi
h. Kelainan nervus vestibularis
i. Retardasi mental
PENYEBAB
a. Penurunan sirkulasi serebral
b. Gangguan neuromuskuler
c. Gangguan pendengaran
d. Gangguan muskuloskeletal
e. Kelainan palatum
>
f. Hambatan fisik (mis. terpasang trakheostomi, intubasi, krikotiroidektomi)
g. Hambatan individu (mis. ketakutan, kecemasan, merasa malu, emosional, kurang
privasi)
h. Hambatan psikologis (miss gangguan psikotik, gangguan konsep diri, harga diri
rendah, gangguan emosi).
e. Disartria
f. Afonia
g. Dislalia
h. Pelo
i. Gagap
j. Tidak ada kontak mata
k. Sulit memahami komunikasi
l. Sulit mempertahankan komunikasi
m. SuJit menggunakan ekspresi wajah atau tubuh
>
p. Verbalisasi tidak tepat
q. Sulit mengungkapkan kata-kata Disorientasi orang, ruang, waktu Defisit
penglihatan
r. Delusi
i. Distropi muskuler
j. Penyakit Alzheimer
k. Kuadriplegia
l. Labiopalatoskizis
m. Infeksi laring
n. Fraktur rahang
o. Skizofrenia
p. Delusi
q. Paranoid
r. Autisme
1
e. Disfungsi sistem keluarga
f. Ketidakteraturan atau kekacauan lingkungan
g. Penganiayaan atau pengabaian anak
h. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
i. Model peran negatif
j. Impulsif
k. Perilaku menentang
l. Perilaku agresif
m. Keengganan berpisah dengan orang terdekat
<
f. Gangguan Tourette
g. Gangguan Kecemasan perpisahan
h. Sindrom Down
PENYEBAB
a. Gangguan peran sosial
b. Tidak terpenuhinya tugas perkembangan
c. Gangguan neurologis
d. Ketidakadekuatan stimulasi sensori
<
KONDISI KLINIS TERKAIT
a. Gangguan autistik
b. Gangguan orientasi seksual
c. Periode perkembangan remaja
<
G. INTERQENSI KEPERA[ATAN
1. Risiko cidera
Tujuan: Pasien akan mendemonstrasikan perilaku-perilaku alternative (misalnya
memulai interaksi antara diri dengan perawat) sebagai respons terhadap
kecemasan dengan criteria hasil:
2. Pasien memulai interaksi antara diri dan perawat apabila merasa cemas
Iiterveisi
anak)
• Kaji dan tentukan penyebab perilaku ‗ perilaku mutilatif sebagai respon
terhadap kecemasan
□ Rasional : pengkajian kemungkinan penyebab dapat memilih cara
/alternative pemecahan yang tepat.
• Pakaikan helm pada anak untuk menghindari trauma saat anak memukul-
mukul kepala, sarung tangan untuk mencegah menarik ‗ narik rambut,
pemberian bantal yang sesuai untuk mencegah luka pada ekstremitas saat
gerakan-gerakan histeris
□ Rasional : Untuk menjaga bagian-bagian vital dari cidera
• Untuk membentuk kepercayaan satu anak dirawat oleh satu perawat
□ Rasional : Untuk dapat bisa lebih menjalin hubungan saling percaya
dengan pasien
• Tawarkan pada anak untuk menemani selama waktu ‗ waktu mening-katnya
kecemasan agar tidak terjadi mutilasi
□ Rasional : dalam upaya untuk menurunkan kebutuhan pada perilaku-
perilaku mutilasi diri dan memberikan rasa aman
2. Gangguan komunikasi verbal
<
Tujuan : Anak akan membentuk kepercayaan dengan seorang pemberi perawatan
ditandai dengan sikap responsive dan kontak mata dalam waktu yang telah
ditentukan dengan kriteria hasil:
f Pasien mampu berkomunikasi dengan cara yang dimengerti oleh orang lain
f Pesan-pesan nonverbal pasien sesuai dengan pengungkapan verbal
f
Pasien memulai berinteraksi verbal dan non verbal dengan orang lain
Intervensi
<
Tujuan : Anak akan mendemonstrasikan kepercayaan pada seorang pemberi
perawatan yang ditandai dengan sikap responsive pada wajah dan kontak mata
dalam waktu yang ditentukan dengan criteria hasil:
f Anak mulai berinteraksi dengan diri dan orang lain
f Pasien menggunakan kontak mata, sifat responsive pada wajah dan perilaku-
<
Tujuan: Pasien akan menyebutkan bagian-bagian tubuh diri sendiri dan bagian-
bagian tubuh dari pemberi perawatan dalam waktu yang ditentukan untuk
mengenali fisik dan emosi diri terpisah dari orang lain saat pulang dengan kriteria
hasil:
f Pasien mampu untuk membedakan bagian-bagian dari tubuhnya dengan
Intervensi:
<
BAB IQ
PENPTPP
A. KESIMPPLAN
Autis suatu gangguan perkembangan yang sangat kompleks, yang secara klinis
ditandai oleh gejala ‗ gejala diantaranya kualitas yang kurang dalam kemampuan
interaksi sosial dan emosional, kualitas yang kurang dalam kemampuan komunikasi
timbal balik, dan minat yang terbatas, perilaku tak wajar, disertai gerakan-gerakan
berulang tanpa tujuan (stereotipik). Selain itu tampak pula adanya respon tak wajar
terhadap pengalaman sensorik, yang terlihat sebelum usia 3 tahun. Sampai saat ini
penyebab pasti autis belum diketahui, tetapi beberapa hal yang dapat memicu adanya
perubahan genetika dan kromosom, dianggap sebagai faktor yang berhubungan dengan
kejadian autis pada anak, perkembangan otak yang tidak normal atau tidak seperti
biasanya dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada neurotransmitter, dan akhirnya
dapat menyebabkan adanya perubahan perilaku pada penderita. Dalam kemampuan
intelektual anak autis tidak mengalami keterbelakangan, tetapi pada hubungan sosial
dan respon anak terhadap dunia luar, anak sangat kurang. Anak cenderung asik
dengan
dunianya sendiri. Dan cenderung suka mengamati hal ‗ hal kecil yang bagi orang lain
tidak menarik, tapi bagi anak autis menjadi sesuatu yang menarik.
Terapi perilaku sangat dibutuhkan untuk melatih anak bisa hidup dengan normal
seperti anak pada umumnya, dan melatih anak untuk bisa bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar.
B. SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi
<
DAFTAR PPSTAKA
Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Behrman, EGC.Kliegman, Arvin. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15.
Jakarta: EGC.
Yupi, Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan 2. Edisi 1. Jakarta: Salemba
Medika
PPNI, 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. DPP PPNI. Jakarta.
<