Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KOMPETENSI INTI, KOMPETENSI DASAR, DAN


PENGEMBANGAN INDIKATOR

OLEH
KELOMPOK 5

AINUNNIDA WATI : NIM. 23.01.22.2063


KUKUH KURNIAWATI : NIM 23.01.22.2070

Dosen Pengampu Mata Kuliah


H. AHMAD NAZIF, M.Pd.I

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL FALAH


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARBARU
2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang
berkenaan tentang tema Akidah Akhlak.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi sebagian tugas pada mata
kuliah Akidah Akhlak MI pada Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

Kami ucapkan terima kasih karena dalam penulisan makalah ini banyak sekali
mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bimbingan, dukungan dan motivasi
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pada
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Aamiin ya Robbal ‘Alamin.

Banjarmasin, 18 Maret 2024

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan penulisan makalah ......................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN .................................................................................................. 2
A. Kompetensi Inti......................................................................................... 2
B. Kompetensi Dasar ..................................................................................... 4
C. Pengembangan Indikator ............................................................................. 6
BAB III
PENUTUP ......................................................................................................... 11
A. Simpulan ................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kompetensi inti dan kompetensi dasar adalah seperangkat sikap, pengetahuan,
dan keterampilan yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh peserta didik pada
kelas dan satuan pendidikan tertentu.
Bagi para pendidik tentu saja istilah kompetensi sudah tidak asing lagi karena
berkaitan erat dengan profesinya untuk mendidik peserta didik. Definisi Kompetensi
menurut UU No. 63 Tahun 2014 adalah seperangkat sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh peserta didik setelah
mempelajari suatu muatan pembelajaran, menamatkan suatu program atau
menyelesaikan satuan pendidikan tertentu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kompetensi inti dalam kurikulum 2013?
2. Bagaimana kompetensi dasar dalam kurikulum 2013?
3. Bagaimana mekanisme pengembangan indikator?

C. Tujuan
1. Menjelaskan kompetensi inti dalam kurikulum 2013.
2. Menjelaskan kompetensi dasar dalam kurikulum 2013.
3. menjelaskan mekanisme pengembangan indikator.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. KOMPETENSI INTI
Kompetensi inti adalah kompetensi utama yang diuraikan ke dalam beberapa
aspek, yaitu aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan dan harus dipelajari oleh peserta
didik di setiap jenjang dan mata pelajaran.
Kompetensi inti pada kurikulum 2013 menurut Kemendikbud No. 22 Tahun 2016
adalah kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan (SKL) yang harus
dimiliki peserta didik setiap tingkat kelas.
Kompetensi ini tidak diajarkan langsung dalam pembelajaran, melainkan setiap
mata pelajaran harus memiliki tujuan yang sama dengan rumusan kompetensinya.
Pada KTSP, kompetensi ini biasa disebut sebagai standar kompetensi. Lantas apa
perbedaannya dengan kompetensi dasar? Kompetensi inti merupakan kemampuan yang
ingin dicapai melalui kompetensi dasar.
Kompetensi inti (KI) adalah suatu standar penilaian yang harus dimiliki secara
berbeda pada setiap tingkatan dan kelas yang dapat mewujudkan isi dari standar
kompetensi inti.
Isi dari kompetensi inti harus mencerminkan apa yang diharapkan SKL
kompetensi inti (KI). Kompetensi inti terdiri dari KI-1 sampai KI-4. Tujuannya adalah
membentuk karakter unggul bagi peserta didik melalui kegiatan pembelajaran. Hal itu
sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai melalui kurikulum 2013. Adapun fungsinya
adalah sebagai acuan untuk mengorganisasi kompetensi dasar. Artinya, seluruh kegiatan
pembelajaran yang dikembangkan melalui kompetensi dasar harus tunduk dan selaras
dengan kompetensi inti.
Rumusan setiap KI berbeda sesuai dengan aspeknya. Menurut Permendikbud
Nomor 24 tahun 2016, kompetensi inti harus mencakup empat dimensi, yaitu sebagai
berikut:
a. Kompetensi inti 1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spritual
Sikap atau biasa disebut attitude merupakan kecenderungan seseorang untuk
berbuat sesuatu dalam bentuk tindakan. Sikap spiritual ini menjadi sikap utama yang
harus dioptimalkan karena sikap ini bisa membentuk kekuatan karakter.
Itulah mengapa, setiap pembelajaran seorang guru harus mampu mengarahkan
peserta didiknya agar senantiasa menjadi individu yang dekat dengan ajaran agama,
misalnya rajin bersedekah, takut mencontek, selalu berdoa, dan masih banyak

2
lainnya.
b. Kompetensi inti 2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial
Sikap sosial berkaitan erat dengan kehidupan antarmanusia. Artinya,
hubungan antar satu manusia dan manusia lain harus berpedoman pada sikap ini.
Tujuan adanya sikap sosial ini adalah agar peserta didik bisa selalu menjaga
hubungan baik antarsesama karena pada dasarnya manusia tidak bisa hidup sendiri
tanpa melibatkan peran orang lain.
c. Kompetensi inti 3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan
Pengetahuan adalah katalog sesuatu yang telah diketahui manusia. Cara untuk
mendapatkan pengetahuan adalah dengan belajar baik secara formal, nonformal,
maupun informal. Adapun dimensi pengetahuan menurut taksonomi Bloom adalah
sebagai berikut:
1) Pengetahuan secara faktual
Pengetahuan faktual bisa didapatkan secara ilmiah melalui berbagai metode,
misalnya pengamatan, penyelidikan, penelitian, dan sebagainya. Contoh
pengetahuan faktual adalah planet penyusun sistem tata surya, reaksi antara asam
dan basa, dan seterusnya.
2) Pengetahuan secara konseptual
Pengetahuan ini lebih cenderung pada proses klasifikasi dan pengategorian. Lalu,
akan dihasilkan suatu kesimpulan.
3) Pengetahuan prosedural
Pengetahuan ini berisi kaidah-kaidah untuk melakukan sesuatu, misalnya teknik,
metode, algoritma, dan sebagainya.
4) Pengetahuan metakognitif
Pengetahuan ini memuat pengetahuan kognisi yang meliputi pengetahuan
strategis, pengetahuan diri, dan sebagainya.
d. Kompetensi inti 4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan
Kompetensi keterampilan ini berkaitan dengan aplikasi pengetahuan yang
diperoleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum
2013 tidak hanya menuntut peserta didik untuk mahir teori, melainkan juga
praktiknya.
Tahapan-tahapan yang bisa digunakan untuk mengukur tingkat keterampilan
peserta didik bisa diperoleh melalui kegiatan “mengamati, menanya, mencoba,
menalar, menyaji, dan mencipta”.

3
Kompetensi yang biasa kita lihat di tabel kompetensi hanya memuat dua dimensi,
yaitu kompetensi inti pengetahuan dan keterampilan. Keduanya bisa dicapai melalui
kegiatan pembelajaran.
Sementara itu, untuk sikap spiritual dan sosial hanya bisa dicapai melalui
pembelajaran tidak langsung, misalnya keteladanan, pembiasaan, lingkungan sekolah,
dan sebagainya.
Isi dari kompetensi tersebut sudah dirumuskan secara sistematis dan mengacu
pada kondisi serta karakter pendidikan bangsa Indonesia. Langkah menyusun kompetensi
ini bisa dikatakan tidak mudah. Oleh karena itu, rumusannya diserahkan sepenuhnya
pada pemerintah.

B. KOMPETENSI DASAR
Kompetensi dasar adalah bentuk penguasaan peserta didik terhadap pengetahuan,
perilaku, keterampilan, dan sikap setelah mendapatkan materi pembelajaran pada jenjang
pendidikan tertentu. Kompetensi ini dikembangkan berdasarkan karakteristik peserta
didik dan harus mengacu pada kompetensi inti yang telah dirumuskan.
Kompetensi dasar dirumuskan agar mencapai kompetensi inti. Rumusan
kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik dan kemampuan
peserta didik, dan kekhasan masing-masing dalam bidang mata pelajaran. Adapun
perbedaan antara kompetensi inti dan kompetensi dasar adalah:
Kompetensi inti = penjabaran antara muatan pembelajaran, mata pelajaran, dan
program studi sebagai upaya untuk mencapai standar kompetensi lulusan (SKL).
Sedangkan kompetensi dasar = kemampuan peserta didik untuk bisa mencapai
kompetensi inti.
Tujuan kompetensi dasar mengacu pada aspek yang hendak dicapai di dalamnya,
yaitu sebagai berikut:
1. Meningkatkan pengetahuan di bidang kognitif.
2. Mengasah bakat, minat, dan kemampuan.
3. Mengajarkan norma-norma untuk mempraktikkan segala tugas yang menjadi
tanggung jawabnya.
4. Memperbaiki sikap individu.
Dari beberapa poin di atas, jelas bahwa tujuan kompetensi ini tidak hanya sebatas
memahamkan peserta didik pada suatu materi. Lebih dari itu, bagaimana mereka bisa
mengimplementasikan itu di kehidupan sehari-hari secara mahir dan tanggung jawab.

4
Adapun fungsinya adalah sebagai acuan atau rujukan guru dalam menyusun
indikator kompetensi pada pembelajaran di kelas. Dengan demikian, akan tercapai tujuan
pembelajarannya.
Langkah-langkah menyusun kompetensi dasar adalah sebagai berikut:
1. Membuat penjabaran kompetensi dasar yang terkait dengan mata pelajaran yang
diampu.
2. Menuliskan rumusannya.
3. Melakukan pengkajian guna identifikasi indikator yang tepat, lalu merumuskan
indikator tanpa melihat urutannya.
4. Melakukan pengkajian ulang terhadap indikator apakah sudah merepresentasikan
kompetensi dasar yang ada. Jika ada indikator yang terlewat, Bapak/Ibu bisa
menambahkannya asalkan masih relevan.
5. Melakukan pengecekan terhadap keakuratan indikator. Barulah Bapak/Ibu bisa
mengurutkan sesuai urutan yang berlaku.
Contoh kompetensi inti dan kompetensi dasar

5
C. PENGEMBANGAN INDIKATOR
Indikator merupakan tanda yang menunjukkan bahwa tingkat capaian kompetensi
dasar bisa mengubah perilaku peserta didik yang dinilai dari sikap, pengetahuan, dan
keterampilannya. Indikator ialah penanda pencapaian kompetensi dasar secara spesifik
yang dapat dijadikan ukuran agar mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran.
Pengembangan indikator bisa dilakukan sampai pada tingkat satuan pendidikan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan
pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur
dan/atau dapat diobservasi.
Dalam mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan: (1) tuntutan
kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam KD; (2)
karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah; dan (3) potensi dan kebutuhan
peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/ daerah.
Dalam mengembangkan pembelajaran dan penilaian, terdapat dua rumusan
indikator, yaitu: (1) indikator pencapaian kompetensi yang dikenal sebagai indikator; dan
(2) indikator penilaian yang digunakan dalam menyusun kisi-kisi dan menulis soal yang
di kenal sebagai indikator soal.
Indikator dirumuskan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan kata kerja
operasional. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua hal yaitu tingkat
kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi.
Adapun komponen-komponen yang harus diperhatikan saat menyusun indikator
adalah penjabaran indikator harus mengacu pada KD, dan rumusan indikator harus
memuat kata kerja operasional yang bisa diukur dan diamati. Adapun kata operasional
yang bisa digunakan harus sesuai dengan tingkat levelnya, apakah itu kognitif, afektif,
dan psikomotorik.
Indikator dirumuskan dengan kata kerja operasional yang bisa diukur dan dibuat
instrumen penilaiannya. Ada lima hal yang menjadi indikator pembelajaran yang efektif,
yaitu:
1. Pengelolaan pelaksanaan
2. Proses komunikatif
3. Respon peserta didik
4. Aktifitas belajar
5. Hasil belajar

6
Hal-hal yang menjadi ketentuan dalam indikator pembelajaran ialah:
 Indikator dirumuskan dari kompetensi dasar (KD)
 Untuk memahami lebih jauh, kita dapat mengunduh KI dan KD jenjang SD, SMP
dan jenjang SMA
 Menggunakan kata kerja operasional (KKO) yang dapat diukur
 Dirumuskan dalam kalimat yang mudah, jelas gampang difahami
 Tidak menggunakan kata yang bermakna ganda
 Hanya mengandung satu tindakan
 Memperhatikan karakteristik mata pelajaran, potensi dan kebutuhan peserta didik,
sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar.
Mekanisme pengembangan indikator
1. Menganalisis Tingkat Kompetensi dalam SK dan KD.
Langkah pertama pengembangan indikator adalah menganalisis tingkat
kompetensi dalam SK dan KD. Hal ini diperlukan untuk memenuhi tuntutan
minimal kompetensi yang dijadikan standar secara nasional. Sekolah dapat
mengembangkan indikator melebihi standar minimal tersebut.
Tingkat kompetensi dapat dilihat melalui kata kerja operasional yang
digunakan dalam SK dan KD. Tingkat kompetensi dapat diklasifikasi dalam tiga
bagian, yaitu tingkat pengetahuan, tingkat proses, dan tingkat penerapan. Kata kerja
pada tingkat pengetahuan lebih rendah dari pada tingkat proses maupun penerapan.
Tingkat penerapan merupakan tuntutan kompetensi paling tinggi yang diinginkan.
Klasifikasi tingkat kompetensi berdasarkan kata kerja yang digunakan disajikan
dalam tautan ini (Tingkat Kompetensi Kata Kerja Operasional).
Selain tingkat kompetensi, penggunaan kata kerja menunjukan penekanan
aspek yang diinginkan, mencakup sikap, pengetahuan, serta keterampilan.
Pengembangan indikator harus mengakomodasi kompetensi sesuai tendensi yang
digunakan SK dan KD. Jika aspek keterampilan lebih menonjol, maka indikator
yang dirumuskan harus mencapai kemampuan keterampilan yang diinginkan.
Klasifikasi kata kerja berdasarkan aspek kognitif, Afektif dan Psikomotorik
disajikan dalam tautan ini (Kata Kerja Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotor].
2. Menganalisis Karakteristik Mata Pelajaran, Peserta Didik, dan Sekolah
Pengembangan indikator mempertimbangkan karakteristik mata pelajaran, peserta
didik, dan sekolah karena indikator menjadi acuan dalam penilaian. Sesuai Peraturan

7
Pemerintah nomor 19 tahun 2005, karakteristik penilaian kelompok mata pelajaran
adalah sebagai berikut:
Kelompok Mata Pelajaran Mata Pelajaran Aspek yang Dinilai
Agama dan Akhlak Mulia Pendidikan Agama Afektif dan Kognitif
Kewarganegaraan dan Pendidikan Afektif dan Kognitif
Kepribadian Kewarganegaraan
Jasmani Olahraga dan Penjas Orkes Psikomotorik, Afektif,
Kesehatan dan Kognitif
Estetika Seni Budaya Afektif dan Psikomotorik
Ilmu Pengetahuan dan Matematika, IPA, IPS Afektif, Kognitif,
Teknologi Bahasa, dan TIK dan/atau Psikomotorik
sesuai karakter mata
pelajaran

Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu yang membedakan dari


mata pelajaran lainnya. Perbedaan ini menjadi pertimbangan penting dalam
mengembangkan indikator. Karakteristik mata pelajaran bahasa yang terdiri dari
aspek mendengar, membaca, berbicara dan menulis sangat berbeda dengan mata
pelajaran matematika yang dominan pada aspek analisis logis. Guru harus
melakukan kajian mendalam mengenai karakteristik mata pelajaran sebagai acuan
mengembangkan indikator. Karakteristik mata pelajaran dapat dikaji pada dokumen
standar isi mengenai tujuan, ruang lingkup dan SK serta KD masing-masing mata
pelajaran.
Pengembangkan indikator memerlukan informasi karakteristik peserta didik
yang unik dan beragam. Peserta didik memiliki keragaman dalam intelegensi dan
gaya belajar. Oleh karena itu indikator selayaknya mampu mengakomodir
keragaman tersebut. Peserta didik dengan karakteristik unik visual-verbal atau psiko-
kinestetik selayaknya diakomodir dengan penilaian yang sesuai sehingga kompetensi
siswa dapat terukur secara proporsional.
Karakteristik sekolah dan daerah menjadi acuan dalam pengembangan
indikator karena target pencapaian sekolah tidak sama. Sekolah kategori tertentu
yang melebihi standar minimal dapat mengembangkan indikator lebih tinggi.
Termasuk sekolah bertaraf internasional dapat mengembangkan indikator dari SK

8
dan KD dengan mengkaji tuntutan kompetensi sesuai rujukan standar internasional
yang digunakan. Sekolah dengan keunggulan tertentu juga menjadi pertimbangan
dalam mengembangkan indikator.
3. Menganalisis Kebutuhan dan Potensi
Kebutuhan dan potensi peserta didik, sekolah dan daerah perlu dianalisis
untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam mengembangkan indikator.
Penyelenggaraan pendidikan seharusnya dapat melayani kebutuhan peserta didik,
lingkungan, serta mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Peserta
didik mendapatkan pendidikan sesuai dengan potensi dan kecepatan belajarnya,
termasuk tingkat potensi yang diraihnya.
Indikator juga harus dikembangkan guna mendorong peningkatan mutu
sekolah di masa yang akan datang, sehingga diperlukan informasi hasil analisis
potensi sekolah yang berguna untuk mengembangkan kurikulum melalui
pengembangan indikator.
4. Merumuskan Indikator
Dalam merumuskan indikator perlu diperhatikan beberapa ketentuan sebagai
berikut:
a) Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga indikator
b) Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang dalam kata
kerja yang digunakan dalam SK dan KD. Indikator harus mencapai tingkat
kompetensi minimal KD dan dapat dikembangkan melebihi kompetensi minimal
sesuai dengan potensi dan kebutuhan peserta didik.
c) Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hirarki kompetensi.
d) Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu tingkat
kompetensi dan materi pembelajaran.
e) Indikator harus dapat mengakomodir karakteristik mata pelajaran sehingga
menggunakan kata kerja operasional yang sesuai.
f) Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator penilaian
yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan/atau psikomotorik.
5. Mengembangkan Indikator Penilaian
Indikator penilaian merupakan pengembangan lebih lanjut dari indikator
(indikator pencapaian kompetensi). Indikator penilaian perlu dirumuskan untuk
dijadikan pedoman penilaian bagi guru, peserta didik maupun evaluator di sekolah.
Dengan demikian indikator penilaian bersifat terbuka dan dapat diakses dengan

9
mudah oleh warga sekolah. Setiap penilaian yang dilakukan melalui tes dan non-tes
harus sesuai dengan indikator penilaian.
Indikator penilaian menggunakan kata kerja lebih terukur dibandingkan
dengan indikator (indikator pencapaian kompetensi). Rumusan indikator penilaian
memiliki batasan-batasan tertentu sehingga dapat dikembangkan menjadi instrumen
penilaian dalam bentuk soal, lembar pengamatan, dan atau penilaian hasil karya atau
produk, termasuk penilaian diri.

10
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Kompetensi inti dan kompetensi dasar merupakan seperangkat sikap, pengetahuan
dan keterampilan yang harus dimiliki dan dikuasai oleh peserta didik pada kelas dan
satuan pendidikan tertentu. Perbedaan antara kompetensi inti dan kompetensi dasar
adalah: Kompetensi inti = penjabaran antara muatan pembelajaran, mata pelajaran, dan
program studi sebagai upaya untuk mencapai standar kompetensi lulusan (SKL).
Sedangkan kompetensi dasar = kemampuan peserta didik untuk bisa mencapai
kompetensi inti.
Indikator merupakan tanda yang menunjukkan bahwa tingkat capaian kompetensi
dasar bisa mengubah perilaku peserta didik yang dinilai dari sikap, pengetahuan, dan
keterampilannya. Pengembangan indikator bisa dilakukan sampai pada tingkat satuan
pendidikan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata
pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja
operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.

11
DAFTAR ISI

Permendikbud No. 22 tahun 2016 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah

https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/08/15/pengembangan-indikator-dalam-ktsp/

https://staffnew.uny.ac.id/upload/131284656/penelitian/draf-laporan-panduan-ssp.

12

Anda mungkin juga menyukai