Anda di halaman 1dari 9

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

TAHUN AJARAN 2023-2024 SEMESTER GANJIL


MATA KULIAH POLITIK PERTANIAN (FPA 1401)

Sabtu, 23 Maret 2024


Kelompok 5, Paralel 3
Anggota :
1. Dewi Sukma Inderawati (A2401211164)
2. M. Luthful Hakim (G2401221042)
3. Alvin Wildan Sahli (G2401221033)
4. Bintang Yolanda S. S. (G2401221030)
5. Elsa Setianingsih (A2401211057)
6. Vincentius Alfons L. (H4401221012)
7. Ikhda Annisa (H4401221040)
8. Siti Amalia Hikmatullah (K1401221175)

Dosen Koordinator Mata Kuliah


Prof. Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr.

Asisten Praktikum
1. Arifina Bunga Adzkia (A1401201066)
2. Gilang Pujiharti (A1401201070)

Topik
D. Kedaulatan Pangan

Pembagian Tugas
1. Dewi Sukma Inderawati (Kondisi Kedaulatan Pangan di Masa Sekarang)
2. M. Luthful Hakim (Hukum/peraturan/kebijakan di Indonesia
tentang kedaulatan pangan)
3. Alvin Wildan Sahli (Dinamika konsep perkembangan kedaulatan
pangan)
4. Bintang Yolanda S. S. (Pendapat para ahli mengenai kedaulatan
pangan)
5. Elsa Setianingsih (Sejarah kedaulatan pangan)
6. Vincentius Alfons L. (Editor)
7. Ikhda Annisa (Peran kedaulatan pangan di Indonesia)
8. Siti Amalia Hikmatullah (Prinsip, kriteria/prasyarat, dan tolok ukur
kedaulatan pangan)
Daftar Isi
Daftar Isi......................................................................................................................1
1. Definisi Menurut Para Ahli.................................................................................... 2
2. Sejarah Kedaulatan Pangan..................................................................................2
3. Prinsip, Kriteria, dan Tolak Ukur Kedaulatan Pangan........................................ 3
4. Dinamika Konsep Perkembangan Kedaulatan Pangan......................................3
5. Hukum/Peraturan/Kebijakan di Indonesia tentang Kedaulatan Pangan...........4
6. Kondisi kedaulatan pangan di masa sekarang................................................... 5
7. Peran Kedaulatan Pangan di Indonesia...............................................................6
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 7

1
1. Definisi Menurut Para Ahli
Kedaulatan pangan secara ringkas merupakan suatu konsep dasar yang
menyusun dan melengkapi sistem ketahanan pangan untuk tujuan tercapainya
pembangunan pangan (Syahyuti et al. 2015). Kedaulatan pangan belum memiliki
suatu pengertian yang pasti, setiap forum atau ahli memiliki pendapat mengenai
kedaulatan pangan yang saling melengkapi makna kedaulatan pangan yang lebih
detail.
Istilah kedaulatan pangan pertama kali dicetuskan pada The National Union of
Farmers and Livestock Owners (UNAG) congress tahun 1992 (Fauzin 2021).
Menurut pasal 1 angka 2 UU nomor 18 tentang pangan, kedaulatan pangan
mengemukakan bahwa bantuan negara dan pilihan bangsa dalam merumuskan
kebijakan pangan yang memastikan akses pangan bagi semua warga serta memberi
ruang kepada masyarakat untuk mengembangkan sistem pangan yang cocok dengan
sumber daya lokal (Fauzin 2021). Sekjen Kementerian Pertanian, Prijono,
mengatakan bahwa kedaulatan pangan suatu bentuk pemenuhan akan pangan oleh
pemerintah tanpa intervensi pihak asing (Sastrosupadi 2019). Selanjutnya, Megawati
Soekarnoputri, presiden kelima RI, menyampaikan bahwa kedaulatan pangan tidak
sama dengan ketahanan pangan. Kemandirian pangan harus lebih dahulu tercapai
kemudian dilanjut dengan perwujudan ketahanan pangan, barulah akhirnya
kedaulatan pangan dapat tercapai (Sastrosupadi 2019). Sedangkan menurut instrumen
IPC for Food Security, kedaulatan pangan sebagai hak setiap warga negara memiliki
kebebasan dalam pengontrolan sumber daya produktif untuk mengendalikan sistem
pangan sesuai kondisi ekologis, sosial, ekonomi, serta karakter dari budaya negara itu
sendiri (IPC 2006).

2. Sejarah Kedaulatan Pangan


Konsep kedaulatan pangan pertama kali diajukan oleh sebuah organisasi
gerakan petani internasional bernama La Via Campesina (LVC) pada World Food
Summit (WFS) di Roma, Italia pada tahun 1996 yang dilaksanakan oleh FAO. Pada
pertemuan ini, LVC mengkonstruksi bahwa akar dari masalah krisis pangan adalah
sistem ekonomi neoliberal dan menjadikan kedaulatan pangan sebagai solusi atas
permasalahan tersebut (Elake et al. 2022).
Setelah itu, LVC mengikuti agenda Global Campaign for Agrarian Reform
pada tahun 1999-2004 yang mana kampanye ini mendorong perubahan kebijakan
pertanahan pemerintahan nasional atas ketersediaan akses dan proteksi atas tanah
bagi petani (Claeys 2013). LVC menginisiasi terbentuknya aliansi dengan berbagai
sektor sosial lainnya, seperti serikat pekerja, gerakan lingkungan, hak asasi manusia,
masyarakat adat, dan sebagainya untuk memberi tekanan pada institusi-institusi

2
internasional seperti Bank Dunia, IMF, WTO, PBB dan Organisasi Pangan dan
Pertanian Dunia (FAO).
Pada tahun 2007, LVC menginisiasi terlaksananya Forum Global untuk
Kedaulatan Pangan (Forum for Food Sovereignty) di Mali yang dihadiri 500 delegasi
dari lebih 80 negara. Forum ini berhasil merumuskan konsep kedaulatan pangan yang
kemudian tertuang dalam Deklarasi Nyeleni dan berkomitmen untuk menjadikan ‘hak
rakyat atas kedaulatan pangan’ sebagai platform politik aktivisme gerakan petani
transnasional (Elake et al. 2022).

3. Prinsip, Kriteria, dan Tolak Ukur Kedaulatan Pangan


Prinsip kedaulatan pangan berbeda dengan ketahanan pangan yang tidak
mempedulikan asal produksi pangan. Kedaulatan pangan cenderung menjunjung
tinggi hak setiap warga dan masyarakat lokal sebagai satu kesatuan produksi,
distribusi, dan pemenuhan kebutuhan pangan di atas semua kepentingan lain.
Prinsip-prinsip kedaulatan pangan digunakan untuk mengatasi permasalahan
kelaparan, kekurangan gizi, termasuk juga untuk mengkampanyekan pembangunan
pedesaan, keberlanjutan lingkungan dan keseimbangan ekologis.
Kriteria merupakan titik lanjutan dimana suatu penilaian yang dapat dipahami
lebih tajam, sedangkan tolak ukur adalah data atau informasi yang meningkatkan
kekhususan (lebih spesifik) yang dapat memudahkan dalam penilaian suatu indikator.
Berdasarkan Renstra Kementan 2015-2019 menerjemahkan kedaulatan pangan
sebagai bentuk kemampuan bangsa dalam hal : 1) mencukupi kebutuhan pangan dari
produksi dalam negeri, 2) mengatur kebijakan pangan secara mandiri, serta 3)
melindungi dan mensejahterakan petani sebagai pelaku utama usaha pertanian
pangan. Tiga poin ini dapat dijadikan sebagai kriteria keberhasilan kedaulatan pangan
dengan indikator keberhasilan akses pemodalan yang baik, penggunaan alat
pelindung diri (APD) saat melakukan pekerjaan yang mengandung resiko, rasio
rata-rata pengahasilan petani per bulan dibanding dengan UMK setempat, dst.

4. Dinamika Konsep Perkembangan Kedaulatan Pangan


Gagasan mengenai konsep kedaulatan pangan mulanya muncul atas
ketidakpuasan masyarakat terhadap kondisi pangan lokal dan perdagangan pangan
dunia dalam World Food Summit di Roma 1996 yang diselenggarakan oleh Food and
Agriculture Organization (FAO) (Syahyuti 2011). Sejak 3 dekade yang lalu konsep
ketahanan pangan dianggap gagal dalam mengatasi perkara kelaparan dan kemiskinan
global. Masyarakat sipil yang merasakan dampak rendahnya produktivitas pangan
kemudian mengusung gagasan alternatif kedaulatan pangan yang mengedepankan
pada hak atas pangan (right of food). FAO mencatat bahwa pada tahun 1996 terdapat

3
800 juta dari 5,67 miliar penduduk dunia menderita kurang pangan, jumlah ini
kemudian meningkat pada 2006 yang menunjukkan bahwa penderita kekurangan
pangan menjadi 920 juta, bahkan pada tahun 2009 orang kelaparan dan kurang gizi
mencapai 1,02 miliar (KRKP 2019).
Krisis pangan yang terjadi secara holistik di berbagai wilayah memaksa dunia
untuk merumuskan berbagai upaya yang diharapkan mampu menyelesaikan tekanan
terhadap krisis pangan yang melanda. Puncak berikutnya terjadi pada pertemuan
World Food Sovereignty Summit pada tahun 2007 di Desa Nyeleni, Selingue, Mali.
Lebih dari 500 orang, perwakilan dari 80 negara dari berbagai organisasi petani,
nelayan, masyarakat adat, tunawisma, pekerja pedesaan, migran, peternak,
penggembala, pemuda, perempuan, konsumen, lingkungan dan urban menyatakan
tekadnya untuk mewujudkan kedaulatan pangan (Bernstein dan Bachriadi 2014).
Pertemuan tersebut juga menyepakati bahwa kedaulatan pangan mengakui kontribusi
perempuan dalam produksi pangan pada tingkat rumah tangga dan masyarakat.
Pengakuan ini sekaligus menjadi strategi merubah kondisi perempuan petani di
seluruh dunia yang selama ini dibuat tidak terlihat oleh masyarakat patriarki.
Kedaulatan pangan sebagai konsep dan gagasan untuk mewujudkan hak
rakyat atas pangan memiliki tujuh dimensi. Tujuh dimensi ini adalah hasil dari
pertemuan kelompok gerakan sosial dari masyarakat sipil yang digagas oleh
organisasi petani internasional yaitu Via Campesina pada tahun 1996 di Tlaxcala
Meksiko. Konsep kedaulatan pangan dengan pendekatan hak atas pangan yang
disepakati seiring mengubah cara pandang dunia terhadap pangan.

5. Hukum/Peraturan/Kebijakan di Indonesia tentang Kedaulatan Pangan


Indonesia memiliki Undang-undang yang mengatur mengenai pangan, yaitu
UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Persoalan pangan di dalam undang-undang
ini ditujukan untuk mencapai tiga hal, yaitu kemandirian pangan, ketahanan pangan,
dan kedaulatan pangan. UU ini menjadi bukti bahwa Indonesia telah meratifikasi
Kovenan Internasional mengenai hak sosial, ekonomi, dan budaya melalui UU
Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on Economic,
Social and Cultural Rights atau kerap dikenal dengan ECOSOC Rights. Hal itu
didasari bahwa selama ini, negara belum mampu mengakui hak pangan atas warga
negaranya secara sistematis sehingga dengan adanya konsep kedaulatan pangan,
diharapkan persoalan-persoalan dasar mengenai pangan, seperti rawan pangan, gizi
buruk, kelaparan, dan sebagainya tidak lagi dijumpai. Dengan Undang-undang ini,
negara wajib untuk melindungi, memenuhi, dan menghormati hak atas pangan warga
negaranya (Wahyuni et al. 2015).

4
Salah satu dokumen yang merancang mengenai kedaulatan pangan adalah
Rencana Kerja Pembangunan Jangka Menengah 2015–2019. Dalam dokumen ini
pada bagian Kebijakan Nasional Kedaulatan Pangan, sasaran pembangunan yang
ingin dicapai adalah peningkatan produksi komoditas utama. Produksi padi dalam
lima tahun ke depan akan diarahkan untuk meningkatkan surplus produksi beras,
jagung difokuskan untuk meningkatkan pakan lokal dan keragaman pangan, dan
kedelai difokuskan untuk meningkatkan pengamanan kebutuhan konsumsi dan
pengrajin tempe dan tahu. Selanjutnya, untuk daging sapi, garam, dan gula,
difokuskan pada pemenuhan konsumsi rumah tangga masyarakat. Selain itu, terdapat
pula Dokumen Strategi Induk Pembangunan Pertanian 2015–2045 berupa
Pertanian-Bioindustri Berkelanjutan (Kementan 2014). Sasaran pembangunan dalam
dokumen ini ditargetkan untuk mencapai “terwujudnya kemandirian pangan nasional
paling lambat pada 2020, kedaulatan pangan nasional paling lambat pada 2025, dan
kedaulatan pangan komunitas paling lambat pada 2045” (Wahyuni et al. 2015).
Kondisi yang sangat berbeda ditemukan pada dokumen Rencana Kerja
Kementerian Pertanian 2016, khususnya matriks yang membahas tentang Kebijakan
Kedaulatan Pangan 2015– 2019 (Nawacita). Program yang akan dijalankan
pemerintah diantaranya adalah pembangunan/perbaikan irigasi untuk 3 juta hektar
lahan sawah, pengendalian konversi lahan, perluasan 1 juta hektar lahan sawah baru,
pendirian 1.000 Desa Mandiri Benih, perluasan pertanian lahan kering 1 juta hektar di
luar pulau Jawa, pemulihan kesuburan lahan yang airnya tercemar, peningkatan
kemampuan petani, pemanfaatan lahan bekas pertambangan, pembangunan gudang
dengan fasilitas pengolahan pascapanen pada setiap sentra produksi, reforma agraria
9 juta hektar, pendirian 1.000 Desa Pertanian Organik, pendirian Bank Pertanian dan
UMKM, dan pengendalian impor pangan, serta pendirian 34 Science Park dan 100
Techno Park (Wahyuni et al. 2015).

6. Kondisi kedaulatan pangan di masa sekarang


Kedaulatan pangan merupakan perwujudan pemenuhan pangan di wilayah
terkecil yaitu pedesaan sebagai basis kegiatan pertanian. Saat ini, basis pembangunan
pedesaan bertujuan mewujudkan ketahanan pangan dalam satu wilayah dengan
keterpaduan sarana dan prasarana dalam aspek ketersediaan, distribusi, dan konsumsi
pangan untuk mencukupi dan mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga. Selain
itu pembangunan desa sangat penting terutama dalam hal penyediaan bahan baku
pangan untuk penduduk, penyediaan tenaga kerja untuk pembangunan, penyediaan
bahan baku untuk industri dan penghasil komoditi untuk bahan pangan dan ekspor.
Jadi, desa merupakan salah satu entry point untuk masuknya berbagai program yang
mendukung terwujudnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, yang secara

5
kumulatif akan mendukung terwujudnya ketahanan pangan di tingkat kabupaten/kota,
provinsi, dan nasional (Saepudin 2018).
Namun, nyatanya Indonesia saat ini masih bergantung pada impor, petani
masih miskin dan banyak usia produktif meninggalkan pertanian. Permasalahan yang
sering muncul di dalam pertanian dibagi menjadi tiga yaitu pertama aspek geografis
terkait potensi dampak bencana alam. Kedua aspek kebijakan pemerintah, dimana
kebijakan pemerintah kurang pro-petani. Ketiga aspek program pemerintah seperti
subsidi baik benih, pupuk dan bunga kredit pertanian yang kurang tepat sasaran.
Kedaulatan pangan akan mampu tercapai apabila terdapat arah kebijakan yang tegas
dan implementasi kebijakan yang tepat dari pemerintah dalam mengatasi
permasalahan pertanian baik jangka pendek maupun jangka panjang. Salah satu
contoh implementasi program desa dalam peningkatan kedaulatan pangan yaitu
dengan meningkatkan pengetahuan bagi masyarakat dan kelompok tani tentang
bagaimana cara pembibitan yang benar sehingga menghasilkan hasil panen yang
optimal dan bagus, memberi lapangan pekerjaan bagi masyarakat luas, menjadikan
masyarakat desa lebih mandiri, dan membantu terwujudnya kecukupan pangan bagi
desa dan masyarakat khususnya. Peran aktif sangat diperlukan dalam
keberlangsungan kegiatan agar kegiatan dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya
(Hartati et al. 2024).

7. Peran Kedaulatan Pangan di Indonesia


Kedaulatan pangan memiliki peran penting dalam pembangunan pertanian
dan ketahanan pangan suatu negara. Kedaulatan pangan adalah konsep yang
terpenting bagi Indonesia dalam memastikan ketersediaan pangan yang cukup,
berkualitas, dan aman untuk seluruh penduduknya. Sehingga beberapa peran penting
kedaulatan pangan di Indonesia salah satunya adalah Peran Pemerintah. Pemerintah
memiliki peran utama dalam menegakkan kedaulatan pangan di Indonesia.
Pemerintah dalam hal ini bertanggung jawab mengembangkan kebijakan dan program
yang mendukung produksi pangan, distribusi yang adil, dan akses yang merata bagi
seluruh masyarakat. Tidak hanya itu, pemerintah juga berperan dalam melindungi
petani dan mengatur impor pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri
Tidak hanya pemerintah, masyarakat juga ikut andil dalam menjaga
kedaulatan pangan. Masyarakat dapat berpartisipasi dalam produksi pangan melalui
kegiatan pertanian, seperti urban farming atau penanaman mandiri di rumah. Selain
itu, masyarakat juga dapat berperan dalam distribusi, perdagangan, dan konsumsi
pangan yang berkelanjutan. Kesadaran masyarakat untuk menjaga akses terhadap
pangan dan membangun kemandirian pangan sangat diperlukan

6
Lalu, selanjutnya adalah petani. Petani memiliki peran sentral dalam mencapai
kedaulatan pangan. Mereka bertanggung jawab dalam memproduksi pangan untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri. Peningkatan kesejahteraan petani dan
peningkatan produktivitas pertanian menjadi faktor penting dalam mencapai
kedaulatan pangan. Pemerintah dan masyarakat perlu mendukung petani dengan
memberikan akses ke sumber daya, teknologi, dan pasar yang adil.
Dan yang menjadi pilar penting dalam meningkatkan kedaulatan pangan
yaitu, Peran Sistem Irigasi. Sistem irigasi yang baik dan efisien sangat berperan
penting dalam mencapai kedaulatan pangan. Pengembangan dan pengelolaan irigasi
yang baik, ketersediaan air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan pengelolaan
irigasi, dan kualitas sumberdaya manusia yang terlibat dalam bidang irigasi. Dengan
peran yang kuat dari pemerintah, masyarakat, petani, dan sistem irigasi yang baik,
Indonesia dapat terus bergerak menuju kedaulatan pangan yang lebih baik dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

DAFTAR PUSTAKA
Claeys P. 2013. Food Sovereignty: A Critical Dialogue From Food Sovereignty to
Peasants’ Rights: an Overview of La Via Campesina’s Rights-Based Claims
over the Last 20 Years. Journal of Peasent Studies:1-11.
Elake GL, Susilowati R, Ferdiansyah R. 2022. Aktivisme petani transnaional:
perjuangan la via campesina dan serikat petani indonesia untuk kedaulatan
pangan. Open Journal Systems. 17(5):925-938.
Fauzin, F. (2021). Pengaturan impor pangan negara indonesia yang berbasis pada
kedaulatan pangan. Jurnal Pamator: Jurnal Ilmiah Universitas Trunojoyo,
14(1), 1-9.
Hartati S, Yahya MR, Sutrisno. 2024. Implementasi program ketahanan pangan dalam
bidang pertanian di desa mayang sari. Jurnal Dinamika Pemerintahan. 7(1):
107–119.
[IPC] International Planning Committee. 2006. International Planning Committee for
Food Sovereignty. IPC Focal Points. http://www.
foodsovereignty.org/new/focalpoints.php (6 Maret 2015).
Koalisi Rakyat Untuk Kedaulatan Pangan (KRKP). 2019. Indeks Kedaulatan Pangan.
Bogor (ID): KRKP.
Konyep, S. (2021). Mempersiapkan Petani Muda dalam Mencapai Kedaulatan
Pangan. Jurnal Triton, 12(1), 78-88.

7
Propantoko, H., Hasian, W., Nauraini, N., Batara, L. N., & Abdullah, S. (2019).
Indeks Kedaulatan Pangan. Penerbit: Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan
(KRKP).
[PUPR] Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). 2011.
Ketahanan Pangan Untuk Kesejahteraan Masyarakat dan Petani.
https://pu.go.id. Berita PUPR.
Saepudin E. 2018. Partisipasi masyarakat pada program desa mandiri pangan di
kabupaten bandung. Sosiohumaniora. 20(1): 86.
Sastrosupandi A. 2019. Ketahanan pangan dan beberapa aspeknya. Buana Sains.
19(2):47-52.
Syahyuti, Sunarsih, Sri Wahyuni, Sejati WK, dan Azis M. 2015. Kedaulatan pangan
sebagai basis untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional. Forum Penelitian
Agro Ekonomi. 33(2):95-109.
Syahyuti. 2011. Paradigma kedaulatan pangan dan keterlibatan swasta: ancaman
terhadap pendekatan ketahanan pangan (?). Jurnal Analisis Kebijakan
Pertanian.9(1): 1-18.
[UU] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan.
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2020. Ketahanan Pangan Indonesia Di
Masa Pandemi. https://www.umy.ac.id. (26 Mei 2020)
Wahyuni S, Sejati WK, Azis M. 2015. Kedaulatan pangan sebagai basis untuk
mewujudkan ketahanan pangan nasional. In Forum Penelitian Agro Ekonomi.
33(2): 95-109.

Anda mungkin juga menyukai