Anda di halaman 1dari 64

Kimia Polimer

Harizal

29-
29-1
Defenisi
 Pol
Poliimer:
mer:dari bahasa latin, poly + meros
meros, yang
berarti banyak bagian.
• Merupakan molekul rantai panjang yang disintesis
dengan mengikat bagian per bagian (monomer).
 Monomer
Monomer: dari bahasa latin, mono + meros
meros, satu
bagian.
• Unit paling sederhana dari polimer.
 Plasti
Plastikk:
polimer yang dapat dibentuk ketika
panas dan mengeras ketika dingin.

29-
29-2
Defenisi
 Termoplasti
Termoplastikk:polimer ang dapat dilelehkan dan
dibentuk berulang kali.
 Termoset : polimer yang hanya dapat dilelehkan
dan dibentuk sekali ketika awal pembentukan
dan tidak dapat dilelehkan lagi.

29-
29-3
Notasi dan Tatanama
 Tunjukkan struktur monomernya:
• n = rerata tingkat polimerisasi.

n synthesized synthesized
from from
n
Cl Cl

Polystyrene Styrene Poly(vinyl chloride) Vinyl


(PVC) chloride

 Tatanama:
tambahkan awalan poli pada awal
nama monomer asalnya.
• Untuk monomer yang lebih kompleks atau monomer
yang terdiri dari kata, tambahkan tanda kurung pada
nama monomer setelah kata poli
29-
29-4
ab

Massa Molekul
 Semua polimer merupakan campuran molekul
dengan massa molekul ang berbeda.
• Jumlah rerata Mw (Mn)
(Mn):: Hitung jumlah rantai dari
masing2 massa molekul tertentu (dalam mol Ni),
kalikan dengan massa molekul tiap rantai (Mi),
tambahkan nilai ini, dan bagi dengan total jumlah
rantai polimer.

• Berat rerata Mi (Mw):


(Mw):

29-
29-5
contoh
Sampel memiliki panjang rantai sbb:
Massa
Mol dalam Massa
molekul
sampel, Ni rantai, MiNi
rantai, Mi
120 0.10 12
140 0.20 28
140 0.10 14
160 0.30 48
160 0.40 64
180 0.20 36
200 0.10 20

29-
29-6
contoh
Untuk berat rerata Mi (MW)
Massa
Mol dalam Massa
molekul
sampel, Ni rantai, MiNi
rantai , Mi
120 0.10 12
140 0.20 28
140 0.10 14
160 0.30
140 48
160 0.40 64
180 0.20 36
200 0.10 20

29-
29-7
Indeks Poldispersivitas
Poldispersivitas
PDI = Mw/Mn merupakan ukuran sebaran massa
molekul dalam suatu polimer.

PDI memiliki nilai lebih besar atau sama dengan 1.0

29-
29-8
Morfologi
Mor fologi
 Polimer cenderung mengkristal ketika
mengendap atau mendingin dari lelehan.
 Namun dapat juga membentuk amorf jika
memiliki bentuk rantai yang rumit dan tidak
beraturan yang mengakibatkan penataan ang
tidak efisien.
 Sehingga polimer dalam fase padat cenderung
terdiri atas dua jenis morfologi:
• Beraturan: daerah kristalin
• Tak beraturan: daerah amor
amorff

29-
29-9
Morfologi
Mor fologi:: Kristalin
 Polimer dengan kristalinitas ang tinggi umumnya
memiliki karakteristik berikut:
• Struktur ang rapat dan beraturan
• Gaya intermolekular yang tinggi seperti ikatan idrogen
dan interaksi dipolar.
 Semakin tinggi derajat kristalinitasnya, semakin
buram polimer yang dihasilkan karena adanya
hamburan cahaya oleh daerah kristalin.
 Temperatur transisi lelehan,
lelehan, Tm: temperatur
dimana daerah kristalin meleleh.
• Semakin besar derajat kristaliitasnya, semakin tinggi
Tm.
29-
29-10
Morffolog
Mor ologii: Amorf (Amorphous
(Amorphous))
 Polimer dengan derajat amorf yang tinggi kadang
disebut polimer glassy.
• Tidak seperti daerah kristalin yang dapat
menghamburkan cahaya, polimer amorf relatif
transparan.
• Amorf merupakan polimer yang memiliki kekuatan
mekanis yang lebih kecil dan fleksibilitas yang lebih
besar.
• Saat dipanaskan, polimer amorf merubah dari kaca
yang keras menjadi keadaan yang lunak, fleksibel, dan
elastis.
 Temperatur transisi kaca,
kaca, Tg: temperatur dimana
mengalami transisi dari kaca keras menjadi padatan
elastis. Misalnya polistirena dalam air mendidih. 29-
29-11
Morffolog
Mor ologii
• Contoh:
Contoh: poli(etilen terepthalat), disingkat PET atau
PETE, dapat dibuat dengan daerah kristal 0% hingga
55%.
O O
O
O
n
Poly(ethylene terephthalate)

29-
29-12
Morfologi
 PETdengan daerah amorf total dibentuk dengan
pendinginan cepat.
• PET dengan derajat kristalinitas rendah biasanya
digunakan untuk botol minuman ringan.

 PET dengan kristalinitas yang lebih tinggi


dibentuk dengan pendinginan lambat, lebih
banyak difusi molekular, dan daerah kristalin
akan terbentuk seiring dengan semakin
teraturnya struktur yang terbentuk.
• PET dengan kristalinitas tinggi dapat ditarik menjadi
serat tekstil dan kawat ban. 29-
29-13
Polimer Step
Step--Growth
 Polimerisasi Step
Step--growth : merupakan proses polimerisasi dimana
proses pembentukannya rantainya terjadi secara bertahap antara
monomer2 difungsional. Banyak rantai diinisiasi pada saat yang
sama. Semua monomer -> sebagian besar dimerik -> sebagian besar
trimer, dll.

 Lima jenis polimer step-growth:


• Poliamida

• Poliester

• Polikarbonat

• Poliuretan

• Resin epoksi
29-
29-14
Poliiamida
Pol amida Nylon 66

 Nylon 66 (dari dua monomer dengan 6 karbon


O
HO H 2N heat
OH + N H2
O
Hexanedioic acid 1,6-Hexanediamine
(Adipic acid) (Hexamethylenediamine)

O H
N
N n
O H
Nylon 66
• Selama fabrikasi, serat nilon ditarik sambil
didinginkan (cold-drawn) untuk meningkatkan
keteraturan, kristalinitas, kekatan tensil, dan
kekakuan.
29-
29-15
Nylon 66, sumber asam He
Heks
ksan
ana
adio
dioat
at
• Bahan baku untuk produksi nylon 66 adalah benzena
yang diturunkan dari proses perengkahan dan
pembentukan ulang minyak bumi.
3 H2 O2
catalyst catalyst

Benzene Cyclohexane

OH O
HN O 3 COOH
+
COOH
Cyclohexanol Cyclohexanone Hexanedioic acid
(Adipic acid)

29-
29-16
Nylon 66, sumber 1,6 heks
heksan
ana
adiamin
diamina
a
• Asam heksansdioat merupakan bahan dasar untuk
pembuatan heksametilendiamina.
O
NH4 + - O heat
O- NH4 +
O
Ammoniu m h exanedioate
(Ammoniu m ad ipate)

O
H2 N 4 H2 H2 N
NH2 NH2
catalyst
O 1,6-Hexanediamine
Hexanediamide (Hexameth ylen ediamine)
(Ad ipamide)

29-
29-17
Poliiamida
Pol amida, Nylon 6
 Nylonsmerupakan suatu golongan polimer. Dua
senyawa yang paling banyak digunakan adalah
nylon 66 and nylon 6.
• Nylon 6 disintesis dari monomer enam karbon.
O
H O
N H 1. partial hydrolysis
N
n
2. heat n
Caprolactam Nylon 6

• Nylon 6 difabrikasi menjadi serat, kawat ban, bulu


sikat, dll.

29-
29-18
Poliiamida
Pol amida, Kevlar
 Kevlar
merupakan poliaromatik amida (suatu
aramida).
O O
nHOC COH + nH2 N N H2
1,4-Benzenedicarboxylic 1,4-Benzenediamine
acid (p-Phenylenediamine)
(Terephthalic acid)
O O
C CNH NH + 2 nH2 O
n
Kevlar
• Kabel kevlar memiliki kekuatan se4erti kabel baja,
dengan bobot yang lebih ringan.
• Serat kevlar digunakn untuk rompin anti peluru, jaket,
dan jas hujan. 29-
29-19
Poliiester, PET
Pol
 Poli(etilenterepthalat), disingkat PET atau PETE,
difabrikasi menjadi serat Dacronn, film Mlar, dan
wadah minuman ringan.
O O
+ OH heat
HO
HO OH
1,4-Benzenedicarboxylic acid 1,2-Ethanediol
(Terephthalic acid) (Ethylene glycol)

O O
O + 2 nH2 O
O n
Poly(ethylene terephthalate)
(Dacron, Mylar)

29-
29-20
PET, sumber glikol dan asam terepthalat
• Etilen glikol diperoleh melalui oksidasi etilena diikuti
dengan hidrolisis menghasilkan glikol.
O H+ , H2 O
O2 HOCH2 CH2 OH
CH2 = CH2 CH2 -CH 2
catalyst
Ethylene Oxirane 1,2-Ethanediol
(Ethylene oxide) (Ethylene glycol)

• Asam Terepthalat diperoleh melalui oksidasi p-xilena


terkatalisis.

O2 O O
H3 C CH3 HOC COH
catalyst
p-Xylene Terephthalic acid

29-
29-21
Poliikarbonat
Pol arbonat,, Lexan
• Untuk membuat Lexan, suatu larutan berair garam
bisfenol A dilewatkan pada larutan fosgen dalam
CH2Cl2.
CH 3 O
+
Na - O O- Na + + Cl Cl
CH 3 Phosgene
Disodium salt
of Bisphenol A

CH 3 O
O O + 2 NaCl
CH 3 n
Lexan
(a polycarbonate)

29-
29-22
Katalis transfer fase.
fase.
Larutan Garam natrium bisfenol A dan larutan
fosgen dalam CH2Cl2 merupakan dua larutan
ang tidak saling bercampur.

Dibutuhkan katalis transfer fasa. NBu4+ dan ion


negatif dapat melewati kedua fasa.

 NBu4+ membewa ion bisfenolat ke dalam fasa


organik
 Reaksi terjadi dengan fosgen menghasilkan ion
Cl-
 NBu4+ membawa ion klorida ke fasa air. 29-
29-23
Poliikarbonat
Pol arbonat,, Lexan
 Lexanmerupakan polimer transparan yang keras
dengan kekuatan impact dan tensil ang tinggi
dan dapat mempertahankan bentuknya pada
berbagai suhu.
• Biasanya digunaka n untuk alat olahraga seperti
sepeda, bola, dan helm mobil salju, dll..
• Dapat juga digunakan di pabrik sebagai kaca
antipecah.

29-
29-24
Poliiuretan
Pol
 suatuuretan atau karbamat, merupakan suatu
uretan,
ester asam karbamat, H2NCH2COOH.
• Uretan biasanya dibuat dengan mereaksikan isosianat
dan alkohol.
O Adisi pada
RN = C= O + R' OH RN HCOR' ikatan C=N
An isocyanate A carbamate

 Poliuretan
terdiri atas poliester atau polieter
berulang dengan unit uretan yang kaku.
• Unit uretan yang kaku diturunkan dari diisosianat..

29-
29-25
Poliiuretan
Pol
• Unit yang lebih fleksibel diperoleh dari poliester atau
polieter dengan Mw yang lebih rendah dengan gugus
OH pada tiap ujung rantai polimer.
CH3
O=C=N N=C=O + nHO-polymer-OH
Low -molecu lar-w eight
polyester or polyeth er
2,6-Toluene
diis ocyanate
O CH3 O
CNH NHCO-p olymer-O
n

A p olyurethane

29-
29-26
Resin epoksi
 Resinepoksi merupakan material yang dibuat
melalui polimerisasi yang melibatkan gugus
epoksi.
• Resin epoksi dihasilkan dalam bentuk beragam dari
cairan dengan viskositas rendah hingga padatan
dengan titik leleh tinggi.

29-
29-27
Resin Epoksi
• Monomer yang paling sering digunakan adalah
diepoksida yang dibuat dengan mereaksikan satu mol
bisfenol A dan dua mol epiklorohidrin.
CH 3
O
+-
Cl + Na O O - Na +

Epichlorohydrin CH 3
the disodium salt of
bisphenol A

CH 3 O
O
O O
CH 3
A diepoxide

29-
29-28
Resin epoksi
• Reaksi antara diepoksida dengan diamina
menghasilkan resin.
CH 3 O
O
O O
CH 3
A diepoxide
NH 2
H2 N
A diamine

OH CH 3 OH H
O O N
N
CH 3 H n
An epoxy resin
29-
29-29
Termoset
 Bakelite merupakan polimer termoset pertama.

29-
29-30
Polimer Chain
Chain--Growth
 Polimerisasi Chain
Chain--growth : merupakan suatu
polimerisasi yang melibatkan reaksi adisi
runtun, baik melalui monomer tidak jenuh
maupun monomer yang memiliki gugus fungsi
lain.
 Intermediet reaktif pada polimerisasi chain-
growth meliputi radikal, karbanion, karbokation,
dan komplek organomatelik.

29-
29-31
Polimer Chain-
Chain-Growth
 Salahsatu contoh polimerisasi Chain-growth
adalah polimerisasi etilena atau turunan etilena.
R R

An alkene n

29-
29-32
Poliieti
Pol etilena
lena

Monomer Common Polymer N ame(s) and


Formula Name Common Us es
CH2 =CH2 Ethylene Polyethylene, Polythene;
break -res istant contain ers
and packaging materials
CH2 =CHCH3 Propylene Polypropylene, Herculon;
textile an d carpet fibers
CH2 =CHCl Vinyl chlorid e Poly(vinyl chlorid e), PVC;
con struction tub ing
CH2 =CCl2 1,1-D ichloro- Poly(1,1-dichloroethylene),
eth ylen e Saran ; food packaging

29-
29-33
Poliieti
Pol etilena
lena
CH2 =CHCN Acrylonitrile Polyacrylon itrile, Orlon ;
acrylics and acrylates
CF2 =CF2 Tetrafluoro- Poly(tetrafluoroeth ylen e),
eth ylen e PTFE; nonstick coatings

CH2 =CHC6 H5 Styrene Polystyrene, Styrofoam;


in sulatin g materials
CH2 =CHCOOEt Ethyl acrylate Poly(ethyl acrylate);
latex p aints
CH2 =CCOOCH3 Meth yl Poly(methyl methacrylate),
CH3 methacrylate Plexiglas ; glas s sub stitutes

29-
29-34
Polimerisasi Chain-
Chain-Growth radikal
 Salahsatu inisiator yang digunakan pada
polimerisasi chain-growth radikal adalah diasil
peroksida, yang terdekomposisi pada
pemanasan suhu rendah.
O O
O O 

D ib enzoyl
peroxid e
O
O
2 2 + 2 CO2

A b enzoyloxy A p henyl
radical radical

29-
29-35
Polimerisasi Chain-
Chain-Growth radikal
 Inisiator
lain adalah senyawa azo, yang
terdekomposisi pada pemanasan lunak atau
dengan sinar UV.

 or h 
N N 2 + N N
:
:

N C C N N C
Azoisobu tyronitrile (A IBN ) Alk yl radicals

29-
29-36
Polimerisasi Chain-
Chain-Growth radikal
 Polimerisasi radikal dari etilena tersubstitusi.
• Inisiator rantai
In-In
 or h  2 In

In + In
R R

• Propagasi rantai
In In
+
R R R R

In + n In
n
R R R R R
etc.
29-
29-37
Polimerisasi Chain-
Chain-Growth radikal
• Terminasi rantai.
radical
coupling
In In
n n
R R R R
2 In
n
R R

dispropor-
tionation H
In
n + In
n
R R R R

29-
29-38
Polimerisasi Chain-
Chain-Growth radikal
 Reaksiradikal dengan ikatan rangkap dua hampir
selalu memberikan radikal yang lebih stabil (lebih
tersubstitusi).
• Karena adisi seringkali dibiaskan dalam hal ini,
polimerisasi monomer vinil malah cenderung
menghasilkan polimer dengan jembatan head-to-tail.

R R R R R R R

R R R
head-to-tail linkages head-to-head linkage

29-
29-39
Polimerisasi Chain-
Chain-Growth radikal
 Reaksi Chain-
Chain-transfer : reaktiviti gugus ujung
ditransfer dari satu rantai ke rantai lain, atau dari
satu posisi pada satu rantai ke posisi lain di
rantai yang sama.
• Polietilena yang terbentuk melalui polimerisasi radikal
menunjukkan cabang butil pada rantai polimer utama.

H H

A six-membered tran sition


state leadin g to nCH2 =CH2
1,5-hydrogen ab straction
n

29-
29-40
Polimerisasi Chain-
Chain-Growth radikal
 Polietilenakomersial pertama relatif lunak
sehingga dikenal sebagai polietilena dengan
densitas rendah.
• Rantai LDPE memiliki banyak cabang karena adanya
reaksi chain-transfer.
• Karena cabang ini menyulitkan rantai polietilen
berinteraksi secara efisien, LDpE sebagian besar
memiliki bentuk amorf dan transparan.
• Sekitar 65% difabrikasi menjadi film untuk kebutuhan
tertentu seperti plastik, dll.

29-
29-41
Polimer Ziegler-
Ziegler-Natta
 Polimerisasi
chain-growth Ziegler-Natta h
merupakan metode alternatif yang tidak
meibatkan radikal.
• Katalis Ziegler-Natta merupakan katalis heterogen
yang terdiri atas penyokong MgCl2, suatu senyawa
halida unsur golongan transisi 4B seperti TiCl4, dan
suatu senyawa alkilaluminum.

TiCl4 / Al( CH2 CH3 ) 2 Cl


CH2 =CH2
MgCl2 n
Eth ylen e Polyethylen e

29-
29-42
Polimer Ziegler-
Ziegler-Natta
 Mekanisme polimerisasi Ziegler-Natta.
Langkah 1: pembentukan suatu ikatan titanium-ethyl
Mg Cl2 / TiCl 4
particle
Cl
Ti Cl + Cl A l Ti + Cl A l

Diethylaluminum
chloride
Langkah 2: Insersi tilena pada ikatan Ti-C.

Ti + CH2 = CH2 Ti

29-
29-43
Polimer Ziegler-
Ziegler-Natta
 Polietilena dari sistem Ziegler-Natta menghasilkan
polietina dengan densitas yang tinggi (HDPE).
• Memiliki derajat percabangan yang rendah
dibandingkan dengan LDpE sehingga memiliki derajat
kristalinitas ang lebih tinggi, dan lebih kuat
dibandingkan dengan LDpE.
• Sekitar 45% dari semua HDpE dibentuk menjadi
berbagai wadah.
• Dengan fabrikasi khusus, rantai HDpE dapat dibuat
untuk mengadopsi konformais zig-zag. HDpE With
special fabrication techniques, HDPE chains can be
made to adopt an extended zig-zag conformation.
Proses ini menghasilkan HDpE yang lebih kaku
dibandingkan baja dan memiliki kekuatan tensil yang
4x lbih kuat. 29-
29-44
Stereokimia Poli
Polimer
 Terdapattiga jenis relatif konfigurasi
stereosenter sepanjang rantai polimer etilena.

R H R H R H R H R H

Isotactic polymer
(identical configurations)

R H H R R H H R R H R H R H R H R H H R

Syndiotactic polymer Atactic polymer


(alternating configurations) (random configurations)

29-
29-45
Stereokimia polimer
 Secara umum, semakin isotaktik atau
sindiotaktik suatu polimer, semakin tinggi derajat
kristalinitasnya.
• Polipripilena ataktik, misalnya, tidak dapat memadat
dengan baik dan polimer ini menghasilkan bentuk
amorf.
• Polipropilena Isotaktik merupakan polimer kristalin
dengan titik leleh transisi yang tinggi.

29-
29-46
Polimerisasi Chain Growth ionik
 Baik polimerisasi ionik maupun kationik
• Polimerisasi kationik umumnya dilakukan
menggunakan monomer dengan gugus pendonor
elektron.

OR SR
Styrene Isobutylene Vinyl ethers Vinyl thioethers
• Polimerisasi ionik umumnya dilakukan dengan
monomer yang memiliki gugus penarik elektron.
CN

COOR COOR CN COOR


Styrene Alkyl Alkyl Acrylonitrile Alkyl
methacrylates acrylates cyanoacrylates
29-
29-47
Polimerisasi Chain Growth anionik
 Polimerisasi
anionik dapat diinisiasi melalui adisi
suatu nukleofil seperti misalnya metil litium pada
suatu alkena.
R' R'
R'
R +
R Li +
+
Li

R' R'
R etc.

29-
29-48
Polimerisasi Chain Growth anionik
 Metode alternatif melibatkan reduksi satu
elektron dari monomer dengan Li atau Na
membentuk suatu radikal anion yang dapat
direduksi atau terdimerisasi menjadi dianion.

Li + Li +

Butadiene A radical anion

radical coupling Li
to form a dimer

+ +
Li Li +
Li + Li

A dimer dianion A dianion


29-
29-49
Polimerisasi Chain Growth anionik
 Natrium naphthalida dapat digunakan

THF
+ Na N a+

:
Naphthalene Sodium naphthalide
(a radical anion)
radikal anion naftalida merupakan agen
pereduksi yang kuat, misalnya dalam reduksi
stirena menjadi anion radikal yang terkopling
menghasilkan dianion.

29-
29-50
Polimerisasi Chain Growth anionik

N a+

Styrene
N a+
N a+
N a+

A styryl
radical anion A distyryl dianion

• Dianion stiril kemudian mempropagasi polimerisasi


pada kesua ujung secara bersamaan.

29-
29-51
Polimerisasi Chain Growth anionik
 Propagasi distiril dianion.

1. 2n
N a+
N a+ 2 . H O
2

A distyryl dianion

n n

Polystyrene

29-
29-52
Polimerisasi Chain Growth anionik
 Polimerhidup; merupakan suatu rantai polimer
yang terus memanjang tanpa adanya tahap
terminasi rantai atau pereaksi luar yang
ditambahkan untuk menterminasi rantai tersebut.
• Setelah menghabiskan seluruh monomer pada kondisi,
elektrofilik seperti CO2 atau etilen oksida ditambahkan
untuk memfungsionalisais ujung rantai.

29-
29-53
Polimerisasi Chain Growth anionik
• Terminasi melalui karboksilasi.

n CO 2 n H3 O +
: Na + COO- Na +

n
COOH

29-
29-54
Polimerisasi Chain Growth anionik
• Terminasi oleh etilen oksida.

n
Na+
O

n - +
H2 O n
CH2 CH2 O Na CH2 CH2 OH

29-
29-55
Polimerisasi Chain Growth kationik
 Dua metode yang umum untuk inisiasi
polimerisasi kationik adalah:
• Adisi oleh H+. Reaksi proton asam kuat denagn
monomer.
• Ionisasi, seperti pada SN1. abstraksi halida dari
inisiatoe organik oleh asam lewis.
 Inisiasi
oleh suatu proton asam membutuhkan
asam kuat untuk menghindari adisi ikatan
rangkap.
• Asam yang sesuai adalah HF/AsF5 dan HF/BF3.

29-
29-56
Polimerisasi Chain Growth kationik
• Inisiasi oleh proton asam.
R
R
R H + BF 4 - R
H3 C + BF4 -
R R
H3 C + R
n BF4 -
R R RR R

• Asam lewis digunakan untuk inisiasi meliputi BF3,


SnCl4, AlCl3, Al(CH3) 2Cl, dan ZnCl2.

29-
29-57
Polimerisasi Chain Growth kationik
• inisiasi
Cl + SnCl 4 + SnCl 5 -

2-Chloro-2-phenylpropane

• Propagasi
+ +
+
2-Methylpropene

n
+ n +

29-
29-58
Cationic Chain Growth
• Terminasi rantai

H2 O
n +
SnCl 5 -

n + H+ SnCl 5 -
OH

29-
29-59
Polimerisasi metatesis pembukaan cincin
• Misalnya:

n
TiCl4 ,
LiAl( C7 H1 5 ) 4 1,2-Ad dition polymer

N orborn ene
n
ROMP polymer

29-
29-60
Polimerisasi metatesis pembukaan cincin
• Polimerisasi ini melibatkan spesi metalosiklobutana
se4erti pada reaksi penutupan cincin alkena.

M CH2 M CH2
M CH2 M CH2
A metal
carben e

con tinued
polymerization redraw
n
M CH2 n
ROMP polymer from cyclop entene

29-
29-61
Polimerisasi metatesis pembukaan cincin
• Semua langkah pada polimerisasi ini bersifat
reversibel, dan reaksi didorong ke arah produk dengan
melepaskan tegangan cincin yang menyertai
pembukaan cincin.

- > >>

Ring strain 125 (29.8) 113 (27) 24.7 (5.9) 5.9 (1.4)
[kJ (kcal)/mol]

29-
29-62
Polimerisasi metatesis pembukaan cincin
• Polimerisasi ini unik mengingat semua ikatan tak
jenuh relatif terjaga dalam polimer..
• Poliasetilena disintesis dengan teknik ini.

metal-n ucleophilic
carben e catalys t

n
Cyclooctatetraene Polyacetylene

29-
29-63
Polimerisasi metatesis pembukaan cincin
• Poli(fenilen vinilena) disintesis sebagai berikut.

AcO OAc
OAc ROMP
OAc
H H n

heat
-2 nCH3 COOH
n
Poly(ph enylene vin ylen e)

29-
29-64

Anda mungkin juga menyukai