Kemudian, masing-masing subkelas juga masih dibagi-bagi lagi menjadi beberapa sub-subkelas. Misal,
enzim subkelas (1) dari kelas (1) yaitu enzim oksidoreduktase yang bekerja pada gugus CH-OH donor,
dibagi lagi menjadi beberapa sub-subkelas, antara lain sub-subkelas (1) yaitu yang bekerja dengan NAD
or NADP sebagai akseptor dan sub-subkelas (2) yaitu yang bekerja dengan sitokrom sebagai akseptor.
Masing-masing sub-subkelas ini beranggotakan beberapa enzim yang memenuhi kriteria dalam
pengelompokannya. Untuk memudahkan memahami pembagian enzim ini dapat dilihat skemanya pada
Tabel 3-4.
Penamaan enzim menurut IUBMB dilakukan dengan memberikan awalan EC, berasal dari singkatan
Enzyme Commitee, lalu diikuti oleh 4 angka yang berturut-turut menunjukkan kelas, subkelas, sub-
subkelas, dan nomor individual pengenal masing-masing enzim.
ENZIM DIKLASIFIKASIKAN BERDASARKAN TIPE DAN MEKANISME REAKSI
Satu abad lalu, baru ada beberapa enzim yang dikenal dan kebanyakan di antaranya mengatalisis
reaksi hidrolisis ikatan kovalen. Semua enzim ini diidentifikasi dengan penambahan akhiran –ase pada
nama substansi atau substrat yang dihidrolisisnya. Jadi, lipase menghidrolisis lemak (Yunani lipos),
amilase menghidrolisis pati (Yunani amylon), dan protease menghidrolisis protein. Meskipun banyak sisa
peristilahan ini masih tetap bertahan sampai sekarang, pemakaiannya sudah terbukti tidak memadai
ketika ditemukan berbagai enzim yang mengatalisis reaksi yang berbeda terhadap substrat yang sama,
misal, oksidasi atau reduksi terhadap fungsi alcohol suatu gula. Sementara akhiran -ase tetap digunakan,
nama enzim yang ada sekarang ini lebih menekankan pada tipe reaksi yang dikatalisisnya. Sebagai
mengatalisis reaksi pemindahan gugus. Dengan semakin banyaknya enzim yang ditemukan,
ketidakjelasan juga semakin tak terelakkan, dan kerap kali tidak jelas enzim mana yang tengah
dibicarakan oleh seorang penyelidik. Untuk mngatasi permasalahan ini, International Union of
Biochemistry (IUB) telah mengadopsi sebuah sistem yang kompleks tetapi tidak meragukan bagi
peristilahan enzim yang didasarkan pada mekanisme reaksi. Meskipun kejelasan dan pengurangan
keraguan tersebut membuat sistem nomenklatur IUB dipakai untuk ujian riset, nama yang lebih pendek
tetapi kurang begitu jelas tetap digunakan dalam buku ajar dan laboratorium klinik. Karena alasan
1) Reksi dan enzim yang mengatalisis reaksi tersebut membentuk enem kelas, masing-masing
2) Nama enzim terdiri atas 2 bagian. Nama pertama menunjukkan substrat. Nama kedua, yang
3) Informasi tambahan, bila diperlukan untuk menjelaskan reaksi, dapat dituliskan dalam tanda
kurung pada bagian akhir; misal, enzim yang mengatalisis reaksi L-malat + NAD+ piruvat + CO2 +
4) Setiap enzim mempunyai nomor kode (EC) yang mencirikan tipe reaksi ke dalam kelas (digit
pertama), subkelas (digit kedua), dan subsubkelas (digit ketiga). Digit keempat adalah untuk enzim
spesifik. Jadi, EC 2.7.1.1 menyatakan kelas 2 (transferase), subkelas 7 (transfer fosfat), subsubkelas 1
(alcohol merupakan aseptor fosfat). Digit terakhir menyatakan heksokinase atau ATP: D-heksosa 6-
fosfotrasferase, sebuah enzim yang mengatalisis pemindahan fosfat dari ATP ke gugus hidroksil pada
a. Oksidoreduktase.
Enzim oksidoreduktase berperan dalam pemindahan elektron (sebagai e -, atom H, atau ion
b. Transferase.
Enzim transferase memiliki fungsi dalam pemindahan gugus fungsional misalnya gugus asil,
c. Hidrolase.
Jenis reaksi yang dikatalisis oleh enzim hidrolase adalah pemisahan ikatan C-O, C-N, atau C-S
dengan penambahan H2O pada ikatan. Hidrolase merupakan enzim-enzim yang menguraikan suatu zat
dengan pertolongan air. Hidrolase dibagi atas kelompok kecil berdasarkan substratnya yaitu :
2. Kelompok ini masih dipecah lagi menurut karbohidrat yang diuraikannya, misal :
3. Amilase, yaitu enzim yang menguraikan amilum (suatu polisakarida) menjadi maltosa 9 suatu
disakarida).
4. 2 (C 6H10O5)n + n H2O
amilase
n C12H22O11
amilum
maltosa
6. C 12H22O11 + H20 2
maltase
C6H12O6
maltosa glukosa
7. Sukrase, yaitu enzim yang mengubah sukrosa (gula tebu) menjadi glukosa dan fruktosa.
8. Laktase, yaitu enzim yang mengubah laktase menjadi glukosa dan galaktosa.
9. Selulase, emzim yang menguraikan selulosa ( suatu polisakarida) menjadi selobiosa ( suatu disakarida)
d. Liase.
Enzim liase mengkatalisis reaksi penambahan gugus ke ikatan rangkap atau pembentukan suatu
e. Isomerase.
Jenis reaksi yang dikatalisis oleh enzim isomerase adalah reaksi pemindahan gugus di dalam
f. ligase.
Enzim ligase mengkatalisis reaksi pembentukan ikatan C-C, C-S, C-O dan C-N disertai
g. Polymerase
Reaksi berantai polimerase atau lebih umum dikenal sebagai PCR (kependekan dari istilah
bahasa Inggris polymerase chain reaction) merupakan suatu teknik atau metode perbanyakan (replikasi)
DNA secara enzimatik tanpa menggunakan organisme. Dengan teknik ini, orang dapat menghasilkan
DNA dalam jumlah besar dalam waktu singkat sehingga memudahkan berbagai teknik lain yang
menggunakan DNA. Teknik ini dirintis oleh Kary Mullis pada tahun 1983 dan ia memperoleh hadiah
Nobel pada tahun 1994 berkat temuannya tersebut. Penerapan PCR banyak dilakukan di bidang biokimia
dan biologi molekular karena relatif murah dan hanya memerlukan jumlah sampel yang sangat kecil.
PCR adalah proses enzimatik dimana suatu area spesifik dari DNA direplikasikan berulang-
ulang untuk menghasilkan banyak kopi dari sekuen tertentu. ( Saiki et al. 1988, Reynolds et al. 1991 ).
Pengkopian molekuler ini meliputi proses pemanasan dan pendinginan sampel dalam suatu siklus panas
tertentu yang melebihi dari 30 siklus ( gambar 4.1 ). Dalam setiap periode siklus, sebuah kopi dari sekuen
target DNA tersebut dihasilkan untuk setiap molekul yang mengandung sekuan target ( gambar 4.2 ).
Keterbatasan dari produk ini ditegaskan dengan oligonukleotida primer yang melengkapi buntut 3’- dari
sekuen tersebut.
gambar 4.1
Berkenaan dengan panas beredar profil temperatur untuk PCR. beredar yang berkenaan dengan
panas Secara khas melibatkan tiga temperatur berbeda yang diulangi berulang-ulang kali 25--35 kali.
Pada 95 derajat celcius, DNA memisahkan atau mengubah sifanya. Pada 60 derajat C, dasar mengikat
atau ' mendinginkan (logam)' kepada DNA template dan daerah target ke atas yang diperbesar. Pada 72
derajat C, DNA polimerase meluas dasar dengan pengcopian daerah target yang menggunakan
deoxynucliotide tripospate yang menghalangi. Hak masuk PCR proses adalah sekitar 3 jam di dalam
jangka waktu dengan siklus masing-masing yang mengambil 5 beberapa menit pada yang berkenaan
dengan panas konvensional cyclers: 1 menit masing-masing pada 94 derajat C, 60 derajat C dan 72
derajat C dan sekitar 2 beberapa menit yang lereng antara ke tiga temperatur
gambar 4.2
DNA pembesaran memproses dengan polimerase reaksi berantai. pada setiap siklus dua DNA
template dulu dipisahkan (yang diubah sifat) dengan memanaskan. Contoh kemudian mendinginkan ke
suatu temperatur sesuai untuk mengikat (mendinginkan (logam)) oligonucleotide dasar akhir temperatur
contoh diangkat kepada temperatur yang optimal untuk DNA polymerasenya meluas dasar itu untuk
menghasilkan suatu salinan masing-masing DNA template. Karena masing-masing siklus, banyaknya
Secara teoritis setelah 30 siklus, telah tercipta kopi dari area target cetakan DNA sebanyak satu
milyar ( tabel 4.1 ). Produk PCR ini, yang terkadang disebut sebagai ‘amplicon’, dalam jumlah yang
cukup dapat diukur dengan mudah menggunakan berbagai teknik yang akan dibahas lebih lanjut dalam
bab teknologi.
PCR umumnya dilakukan dengan jumlah sampel sebanyak 5 – 100 µL. Dengan jumlah yang sangat
rendah itu, penguapan dapat menjadi masalah dan akurasi dari pengambilan sampel dapat menjadi
tantangan. Di sisi lain, volume sampel yang lebih besar mengarahkan pada masalah keseimbangan panas
bagi reaksi pencampuran karena dibutuhkan waktu yang lebih lama bagi perubahan suhu eksternal agar
dapat ditransmisikan ke pusat sampel ( bagi sampel yang lebih banyak dibandingkan dengan sampel
yang sedikit . Maka, dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk setiap suhu, sehingga keseluruhan waktu
siklus panas yang dibutuhkan juga memanjang. Sebagian besar protokol biologi molekuler untuk sampel
Sampel dipipetkan ke dalam berbagai tabung reaksi yang didesain untuk digunakan dalam
siklus panas PCR. Tabung yang paling umum digunakan untuk sampel sebanyak 20 – 50 µL adalah
tabung berukuran 0,2 mL dengan dinding tipis. Tabung – tabung ini dapat dibeli satuan, dengan atau
tanpa tutup, atau juga dibeli berkelompok, yaitu 8 atau 12 tabung berderet dalam kolom. Pada lab yang
lebih besar, dalam penjabaran DNA menggunakan PCR, secara rutin digunakan plat berisikan 96 atau
384 tempat.
PCR telah disederhanakan dalam beberapa tahun belakangan ini dengan adanya perangkat
reagen yang memudahkan Laboratorium DNA forensik untuk menambahkan cetakan DNA ke dalam
campuran PCR yang siap pakai, yang mengandung seluruh komponen yang diperlukan untuk reaksi
penjabaran DNA. Perangkat ini telah dioptimisasi melalui usaha penelitian ekstensif oleh pabrik
komersiil. Perangkat ini dibuat secara khusus sehingga pemakai tinggal menambahkan larutan dari
perangkat ke dalam genom DNA dalam jumlah tertentu. Hasil terbaik dengan perangkat komersiil ini
didapatkan jika cetakan DNA ditambahkan dalam jumlah yang cukup untuk berinteraksi dengan larutan