Anda di halaman 1dari 34

1

PEMBAHASAN

“STRUKTUR DAN FUNGSI ENZIM”

Enzim merupakan protein yang paling menonjol dan amat khusus, yang
memiliki aktivitas katalitik. Enzim mengkatalisis reaksi kimia yang spesifik tanpa
pembentukan produk samping dan berfungsi pada larutan encer pada suhu dan pH
normal. Tenaga katalitiknya jauh lebih besar daripada katalisator sintetik. Enzim
pengatur dapat mengenali berbagai isyarat metabolic dan mengubah kecepatan
katalitiknya sesuai dengan isyarat yang diterima. Sistem enzim terkoordinasi
dengan baik menghasilkan hubungan yang harmonis di antara sejumlah aktivitas
metabolik yang berbeda, yang diperlukan untuk menunjang kehidupan.

Gambar struktur enzim

Gambar struktur sisi aktif enzim


2

Skematik gugus fungsional pada sisi aktif enzim

A. SIFAT-SIFAT ENZIM
Enzim merupakan suatu protein, aktivitas katalitiknya bergantung kepada
integritas strukturnya sebagai protein. Contohnya, jika kita mendidihkan enzim
dengan asam kuat atau diinkubasi dengan tripsin, aktivitas katalitiknya akan
hancur. Hal ini menunjukkan bahwa struktur kerangka primer protein enzim
dibutuhkan untuk aktivitasnya.
Enzim juga memiliki spesifikasi untuk mengkatalisis substrat tertentu.
Enzim memiliki berat molekul antara 12.000 sampai dengan lebih dari 1 juta
sehingga ukuran enzim sangat besar dibandingkan dengan substrat atau gugus
fungsional targetnya. Beberapa enzim hanya terdiri dari polipeptida tanpa
mengandung gugus kimiawi selain residu asam, amino. Tetapi, pada enzim lain
memerlukan komponen kimia untuk aktivitasnya, yaitu yang disebut kofaktor.
Kofaktor bisa berupa molekul anorganik, seperti Fe2+ , Mn2+, dan Zn2+, atau
molekul organik kompleks yang disebut koenzim. Kofaktor bisa terikat secara
lemah ataupun kuat. Jika kofaktor terikat secara kuat atau permanen, maka
3

disebut gugus prostetik. Enzim yang strukturnya sempurna dan aktif


mengkatalisis, bersama-sama dengan koenzim atau gugus logamnya disebut
holoenzim. Bagian protein dalam holoenzim tersebut dinamakan apoenzim.
Tidak seperti koenzim dan ion logam, apoenzim akan terdenaturasi pada saat
pemanasan.

Tabel koenzim
4

Tabel kofaktor

B. PENAMAAN DAN KLASIFIKASI ENZIM


Penamaan enzim secara trivial, yaitu secara nonsistematik, misalnya
pepsin, tripsin, katalase, tidak dapat menerangkan sifat dan macam reaksi
kimia yang terjadi. Penamaan dan klasifikasi enzim secara sistematik telah
ditentukan oleh suatu badan internasional bernama Commission on Enzymes
of the International Union of Biochemistry (CEIUB). Dalam sistem yang
baru ini enzim dibagi lagi menjadi subgolongan. Dalam beberapa hal
tertentu, penamaan trivial masih digunakan jika nama sistematiknya terlalu
panjang.

Contoh:

ATP + D-glukosa  ADP + D-glukosa-6-fosfat

Nama sistematik : ATP D-glukosa fosfotransferase

Nama trivial : heksosinase


5

Klasifikasi enzim secara international meliputi nama golongan,


nomor kode, dan macam reaksi yang dikatalisisnya dan tiap golongan utama
terbagi lagi menjadi kelompok-kelompok enzim berdasarkan gugus substrat
yang diserangnya :
1. OKSIDUREDUKTASE (pemindahan elektron)

Katalis reaksi redoks, substrat yang satu tereduksi sedangkan yang lain
teroksidasi. Enzim dalam golongan ini terbagi ke dalam 2 bagian:
dehidrogenase dan oksidase.

Dehidrogenase: bekerja pada reaksi dehidrogenase (reaksi pengambilan


atom hidrogen dari suatu senyawa (donor) yang kemudian hidrogen tersebut
diterima oleh senyawa lain (akseptor)

Contoh reaksi dehidrogenase:

1. Pembentukan aldehid dari alkohol. Enzim yang bekerja pada reaksi ini
adalah alkohol dehidrogenase
2. Pembentukan asam gliseral-3-fosfat (asam 3-fosfogliserat) dari
gliseraldehida-3-fosfat (3-fosfogliseral-dehida)
3. Pembentukan asam ketoglutarat dari asam glutamat. Enzim yang bekerja
pada reaksi ini adalah glutamat dehidrogenase

Enzim oksidase: katalis pada reaksi pengambilan hidrogen dari suatu


substrat. Yang bertindak sebagai akseptor hidrogen adalah oksigen.

Contoh reaksi oksidasi:

1. Pembentukan asam glukonat dari glukosa. Enzim yang bekerja adalah


glukosa oksidase
6

2. Pembentukan asam urat dari xantin. Enzim yang bekerja adalah xantin
oksidase
3. Reaksi oksidasi asam-asam amino. Enzim yang bekerja adalah asam amino
oksidase
4. Pembentukan asam glioksilat dari glisin. Enzim yang bekerja adalah glisin
oksidase.

2. TRANSFERASE (reaksi pemindahan gugus fungsional)

H
- -
R1 C COO + R2 C COO
NH3+ O

Transaminase

H
R1 C COO- + R2 C COO-
O NH3+

Sebagai katalis reaksi pemindahan sebuah gugus dari satu substrat ke


substrat lain. Contoh enzim transferase:

1. Metiltransferase
Bekerja pada reaksi pembentukan kreatin dari asam guanidino asetat
2. Hidroksimetiltransferase
Bekerja pada reaksi pembentukan glisin dari serin
3. Karboksiltransferase
4. Asiltransferase
5. Aminotrasferase/transaminase

COO COO

COO CH2 COO CH2

CH2 CH2 CH2 CH2

HC NH3+ + C O C O + HC NH3+

COO COO COO COO

aspartate -ketoglutarate oxaloacetate glutamate


Aminotransferase (Transaminase)
7

Bekerja pada reaksi pemindahan gugus amino dari suatu asam amino ke
senyawa lain.

3. HIDROLASE (pemindahan gugus fungsional ke air)

Katalis reaksi hidrolisis suatu substrat. Ada tiga jenis hidrolase:

a. Memecah ikatan ester


b. Memecah glikosida
c. Memecah ikatan peptida

Contoh enzim hidrolase:

1. Esterase
Memecah ikatan ester dengan cara hidrolisis. Contoh: memecah etil
butirat menjadi etanol dan asam butirat.
2. Lipase
Memecah ikatan ester pada lemak menjadi asam lemak dan gliserol
3. Fosfatase
8

Memecah ikatan fosfat pada suatu senyawa, misal: glukosa-6-fosfat


dipecah menjadi glukosa dan asam fosfat. Teradapat pada bisa ular.
4. Amilase
Memecah ikatan-ikatan pada amilum membentuk maltosa. Terdapat tiga
macam enzim amilase, yaitu: α amilase, β amilase, ɣ amilase.
- α amilase : terdapat pada saliva/ludah dan pankreas, memecah ikatan 1-
4 yang terdapat pada amilum. Disebut endoamilum karena dapat
memecah bagian dalam/bagian tengah amilum.
- β amilase : terdapat pada tumbuhan dan dinamakan eksoamilase sebab
dapat memecah dua unit glukosa yang terdapat pada ujung molekul
amilum secara berurutan sehingga pada akhirnya terbentuk maltosa.
- ɣ amilase : terdapat dalam hati. Enzim ini dapat memecah ikatan 1-4 dan
1-6 pada glikogen dan menghasilkan glukosa.

Enzim proteolitik/protease/ peptidase: Enzim yang bekerja sebagai


katalis dalam reaksi pemecahan protein dengan cara hidrolisis dan memecah
ikatan peptida protein. Terdapat 2 jenis enzim peptidase: endopeptidase dan
eksopeptidase. Endopeptidase memecah protein pada tempat-tempat
tertentu dalam molekul protein dan biasanya tidak mempengaruhi gugus
yang terletak di ujung molekul.

Contoh endopeptidase: pepsin yang terdapat dalam usus halus dan


papain, suatu enzim dalam pepaya.

Eksopeptidase bekerja terhadap kedua ujung molekul protein. Contoh:


karboksipeptidase dapat melepaskan asam amino yang memiliki gugus –
COOH bebas pada ujung molekul protein, sedangkan aminopeptidase dapat
melepaskan asam amino pada ujung lain yang memiliki gugus –NH2 bebas.

Dengan demikian, eksopeptidase melepas asam amino secara berurutan


dimulai dari asam amino ujung pada molekul protein hingga seluruh
molekul terpecah menjadi asam amino.
9

5. Amniopeptidase
6. Karboksipeptidase
7. Pepsin
8. Tripsin
9. Kimotripsin

4. LIASE (pemindahan gugus ke ikatan ganda atau sebaliknya)

O O O
-
R-C – C-O R-C – H +
+ H
+ CO2

Katalis reaksi eliminasi sebuah gugus dari substrat sehingga


terbentuk ikatan peptida.

Contoh:

1. Dekarboksilase
Piruvat dekarboksilase: enzim yang bekerja pada reaksi
dekarboksilase asam piruvat dan menghasilkan aldehid.
2. Aldolase
10

Bekerja pada reaksi pemecahan molekul fruktosa 1,6-difosfat


menjadi 2 molekul triosa yaitu dihidroksi aseton fosfat dan
gliseraldehida-3-fosfat.
3. Hidratase

Fumarat hidratase berperan dalam reaksi penggabungan satu


molekul H2O kepada molekul asam fumarat dan asam malat.
11

5. ISOMERASE (pemindahan gugus di dalam molekul, menghasilkan


bentuk isomer)

Katalis reaksi isomerasi, contoh: reaksi perubahan glukosa menjadi


fruktosa, perubahan senyawa L menjadi senayawa D, senyawa sis
menjadi trans.

Contoh:

1. Ribulosafosfat epimerase
Katalis bagi reaksi epimerisasi ribulosa (ribulosa-5-fosfat diubah
menjadi xilulosa-5-fosfat)
2. Glukosafosfat Isomerase
Katalis bagi reaksi isomerisasi glukosa-6-fosfat menjadi fruktosa-6-
fosfat.
12

6. LIGASE/SINTETASE (pembentukan ikatan C-C, C-S, C-O, dan C-N


oleh reaksi kondensasi yang berkaitan dengan penguraian ATP)

Katalis reaksi penggabungan dua molekul dengan bantuan ATP atau


sumber energi lainnya.

Contoh:

1. Glutamin sintetase
Terdapat dalam otak dan hati. Katalis dalam reaksi pembentukan
glutamin dari asam glutamat.
2. Piruvat karboksilase
13

Bekerja dalam reaksi pembentukan asam oksaloasetat dari asam


piruvat.

C. CARA KERJA ENZIM

Enzim adalah katalisator sejati. Molekul ini meningkatkan dengan nyata


kecepatan reaksi kimia spesifik, yang tanpa enzim akan berlangsung sangat
lambat. Enzim tidak akan mengubah titik kesetimbanagn reaksi yang
dikatalisisnya, enzim juga tidak akan habis dipakai atau diubah secara permanen
oleh reaksi-reaksi ini.

Beberapa molekul kaya akan energi, beberapa hanya mengandung sedikit


energi, tetapi kebanyakan molekul memiliki kandungan energi yang mendekati
rata-rata. Suatu reaksi kimia seperti, A → P terjadi karena bagian molekul A
tertentu pada setiap waktu tertentu memiliki lebih banyak energi internal
dibandingkan dengan molekul lain di dalam populasi. Energi ini cukup untuk
membawanya ke puncak bukit energi, menuju bentuk reaktif yang disebut tahap
transisi. Energi aktivasi suatu reaksi adalah jumlah energi dalam kalori yang
diperlukan untuk membawa semua molekul pada 1 mol senyawa pada suhu
tertentu menuju tingkat transisi pada puncak batas energi. Pada tahap ini,
terdapat peluang yang sama bagi molekul-molekul tersebut untuk mengalami
reaksi, membentuk produk, atau untuk kembali menuju pool (kumpulan)
molekul A yang tidak reaktif. Kecepatan setiap reaksi kimia sebanding dengan
konsentrasi senyawa pada keadaan transisi. Jadi, kecepatan reaksi kimia akan
sangat tinggi jika sebagian besar molekul A berada pada keadaan transisi yang
kaya energi, tetapi kecepatan ini akan amat rendah, jika hanya sebagian kecil A
yang berada pada keadaan transisi.
14

Gambar di atas menunjukkan bahwa katalis bekerja dengan


menstabilkan status transisi dari reaksi kimia, dengan menurunkan energi
aktivasi reaksi.

Dengan adanya enzim, reaksi kimia dapat berlangsung dengan cepat


sehingga cepat pula terbentuk produk. Hal ini disebabkan karena enzim
meningkatkan kecepatan dengan bekerja sebagai katalis, yaitu
meningkatkan kecepatan reaksi kimia tetapi enzim tersebut tidak berubah di
15

dalam proses. Enzim dapat berikatan kovalen sementara dengan molekul


yang direaksikan selama pertengahan reaksi, tetapi pada akhir reaksi enzim
akan kembali ke dalam bentuk awalnya pada saat produk dilepaskan.

Di atas telah disebutkan bahwa reaksi yang berlangsung tanpa enzim


akan berlangsung lambat, mempunyai tekanan yang tinggi, dan
membutuhkan suhu yang tinggi. Sedangkan reaksi yang menggunakan
enzim akan memberikan suatu lingkungan yang spesifik di dalam sisi
aktifnya sehingga reaksi secara energenik dapat lebih mudah terjadi.

Mekanisme Pengikatan Substrat

Substrat merupakan molekul yang direaksikan oleh enzim untuk


membentuk produk. Sisi pengikatan substrat merupakan susunan rantai
samping asam amino tertentu pada polipeptida yang dirumuskan secara
khusus untuk berikatan dengan substrat tertentu.
16

Enzim hanya berikatan pada substrat tertentu atau spesifitas


terhadap substrat. Beberapa memiliki spesifisitas yang hampir absolut bagi
substrat tertentu, dan tidak akan bekerja bahkan terhadap molekul yang amat
serupa. Sebagai contoh, enzim aspartase, yang ditemukan pada banyak
tumbuhan dan bakteteri.

Ada juga enzim-enzim dengan spesifisitas yang relatif luas, dan


bekerja pada berbagai senyawa yang memiliki ciri struktural yang sama.
Sebagai contoh, khimotripsin yang mengkatalisa hidrolisis berbagai peptida
atau polipeptida, tetapi hanya memotong ikatan peptida dengan gugus
karbonil yang berasal dari fenilalanin, tirosin, atau triptofan. Contoh lain,
fosfatase usus yang mengkatalisa hidrolisis berbagai ester asam fosfat yang
berbeda, tetapi pada kecepatan yang agak bervariasi. Penelitian mengenai
spesifisitas substrat enzim telah membawa kepada konsep hubungan
gembok dan kunci yang saling berpasangan diantara molekul substrat dan
suatu daerah spesifik pada permukaan molekul enzim, yaitu pada sisi aktif
atau sisi katalitiknya, tempat enzim berikatan dengan substrat pada saat
terjadi reaksi katalitik.

Penelitian terhadap spesifisitas enzim menunjukkan bahwa


molekul substrat harus memiliki dua ciri struktural yang jelas :(1) ikatan
kimiawi spesifik yang dapat diserang oleh enzim dan (2) biasanya beberapa
17

gugus fungsional lainnya, gugus pengikat, yang berikatan dengan enzim


dan mengarahkan molekul substrat dengan tepat pada sisi aktif
sehinggaikatan yang rapuh tepat terletak pada posisi yang berhubungan
dengan gugus katalitik enzim.

Sisi aktif merupakan suatu cekukan yang bersifat 3 dimensi yang


akan memberikan lingkungan mikro yang sesuai untuk terjadinya suatu
reaksi kimia. Sisi aktif berisi mesin dalam bentuk rantai samping asam
amino yang bekerja dalam reaksi katalisis. Asam amino yang membentuk
kedua bagian tersebut tidak harus berdekatan dalam urutan secara linear,
tetapi dalam konformasi 3D mereka berdekatan.

Molekul merah
merupakan
substrat dan
daerah dengan
warna merah
merupakan sisi
aktif

Gambar sisi aktif enzim

Sisi aktif mempunyai 2 bagian yg penting:

1. Bagian yang mengenal substrat dan kemudian mengikatnya

2. Bagian yang mengkatalisis reaksi, setelah substrat diikat oleh enzim


18

Gambar. Sisi aktif ensim dan asam amino yang terlibat

Gugus fungsional pada sisi aktif enzim

Kekuatan enzim dalam mengkatalisis suatu reaksi merupakan


kemampuan enzim membawa substrat bersama-sama pada orientasi yang
tepat untuk terjadinya suatu reaksi.
19

Teori untuk menjelaskan kerja enzim:

1. Lock and Key analogy

Diusulkan oleh Emil Fisher pada tahun 1894, yang menyatakan bahwa
bentuk molekul substrat dengan sisi aktif enzim serupa dengan anak kunci
dengan kuncinya sisi aktif enzim tertentu mempunyai bentuk tertentu yang
20

hanya sesuai dengan substrat tertentu, seperti gembok cocok dengan anak
kuncinya. Hal itu menyebabkan enzim bekerja secara spesifik. Jika enzim
mengalami denaturasi karena panas, bentuk sisi aktif berubah sehingga
substrat tidak sesuai lagi. Perubahan PH juga mempengaruhi dengan hal
yang sama.

Gambar. Lock and Key Model

2. Induced Fit theory

Diusulkan pada tahun 1958 oleh Daniel E. Koshland, Jr. yang menyatakan
bahwa terikatnya substrat menyebabkan perubahan konfirmasi pada bagian
sisi aktif enzim. Menurut teori ini, enzim tidak merupakan struktur yang
spesifik melainkan struktur yang fleksibel. Bentuk sisi aktif enzim hanya
menyerupai substrar. Ketika substrar melekat pada sisi aktif enzim, sisi aktif
enzim berubah bentuk untuk menyerupai substrat. Menurut teori ini, sisi
aktif enzim lebih fleksibel menyesuaikan struktur substrat. Ikatan antara
enzim dengan substrat dapat berubah menyesuaikan dengan substrar.
21

Gambar. Induced Fit Model

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERJA ENZIM

Berikut ini merupakan beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi


kerja enzim adalah sebagai berikut :

a. Suhu

Pada batas-batas tertentu kegiatan enzim dipengaruhi oleh suhu.


Kebanyakan enzim tidak menunjukkan kegiatan lagi, apabila temperature turun
hingga sekitar 0o C, Namun enzim-enzim itu tidak binasa .Jika dikembalikan
kepada temperature yang biasa maka kegiatan enzim akan pulih kembali seperti
22

sebelum mengalami pendinginan sampai titik beku. Meningkatnya suhu dapat


mempercepat gerak termal molekul yang meningkatkan bagian (fraksi) molekul
yang memiliki energi dalam dengan jumlah yang cukup untuk memasuki
keadaan yang transisi. Temperature setinggi 40oC sudah dapat menon-aktifkan
dan mematikan banyak enzim akan tetapi kegiatan reaksi yang ditolong oleh
enzim-enzim tersebut masih dapat berlangsung,apabila waktu pemanasan tidak
terlalu lama .Maka kesimpulannya enzim tahan temperature yang rendah sekitar
0oC akan tetapi binasa pada temperature diatas 50oC,atau dengan kata lain
,enzim itu termolabil.

b. Konsentrasi enzim

Kecepatan reaksi berbanding lurus dengan kadar enzim, karena pada awal
reaksi belum terjadi produk yang dikehendaki.
E + S ↔ [E-S]
- Pada kondisi tertentu
E + S ↔ [E-S] ↔ E + P
E + S ↔ [E-S] ↔ E + P
v1 = k1 [E][S]
v-1 = k-1 [E][P]
k1 [E][S] S
K= -- = ------- = -
k-1 [E][P] P
Pada K tersebut ternyata kadar enzim tidak ada pengaruhnya pada kecepatan
enzimatis. kadar enzim mempunyai pengaruh hanya pada kecepatan reaksi
awal suatu reaksi yang dikatalisis enzim dan besarnya kecepatan reaksi
berbanding lurus dengan kadar enzim Kecepatan awal, V0, dari reaksi yang
dikatalisis enzim tergantung jumlah substrat dan konsentrasi enzim. Pada
konsentrasi enzim yang rendah, keseimbangan dicapai lebih lama dibanding
pada konsentrasi tinggi, tapi posisi keseimbangan akhirnya sama. Kecepatan
reaksi enzim tergantung konsentrasi substrat dan enzim. Terdapat kurva yang
menunjukan peningkatan konsentrasi enzim, di mana terdapat substrat awal
23

yang cukup untuk memenuhi enzim pada semua level. Kecepatan awal
dipercepat dua kali pada saat konsentrasi enzim diperbesar dua kali.
Pengembangan persamaan kecepatan ini,yang dikenal dengan persamaan
Michaelis-Menten membutuhkan 3 dasar asumsi berdasar persamaan:
k1
k3

k2
24

c. Konsentrasi substrat

Pada konsentrasi substrat yang rendah, kecepatan reaksipun menjadi rendah


tetapi kecepatan ini akan meningkat dengan meningkatnya konsentrasi substrat.
Namun, kecepatan akan meningkat dengan nilai yang semakin kecil. Pada
akhirnya akan mencapai titik batas dan setelah titik ini dilampaui, kecepatan
reaksi hanya akan meningkat sedemikian kecil dengan bertambahnya
konsentrasi substrat. Sehingga, tinggi konsentrasi substrat setelah titik tersebut
dicapai, kecepatan reaksi hanya akan mendekati tetapi tidak akan mencapai
garis maksimum. Sehingga batas ini dinamakan kecepatan maksimum, enzim
menjadi jenuh dengan substratnya dan tidak dapat berfungsi lebih cepat.

Enzim bergabung dengan molekul substrat untuk membentuk suatu


komplek enzim substrat sebagai tahap yangt harus dilalui dalam katalis enzim.
Enzim (E) akan bergabung dengan substratnya (S) dalam suatu reaksi
membentuk kompleks enzim substrat (ES). Reaksi ini akan berlangsung lebih
cepat

E + S ↔ [E-S]
Kompleks ES lalu terurai dalam reaksi dapat balik kedua yang lebih lambat
menghasilkan produk (P) dan enzim bebas (E)
25

[E-S] ↔ P + E
Reaksi kedua tersebut merupakan tahap yang membatasi kecepatan.
Kecepatan keseluruhan reaksi enzimatik harus seimbang dengan konsentrasi
komplek enzim-substrat (ES). Kecepatan reaksi ini menjadi maksimum jika
semua enzim terdapat sebagai kompleks ES dan konsentrasi enzim bebas (E)
menjadi sangat kecil. Keadaan ini akan tercapai pada konsentrasi substrat
tinggi.

Hubungan kuantitatif di antara konsentrasi substrat dan kecepatan reaksi


enzimatik
Terdapat ketetapan Michaelis-menten yang didefinisikan sebagai
konsentrasi substrat tertentu pada saat enzim mencapai setengah kecepatan
maksimumnya. Berikut ini merupakan persamaan Michaelis-Menten
𝑉 𝑚𝑎𝑘𝑠 [𝑆]
𝑉𝑜 =
𝐾𝑚 + [𝑆]
𝑉𝑜 = Kecepatan awal pada konsentrasi substrat [S]
V maks = Kecepatan maksimum
Km = Tetapan michaelis-Menten bagi substrat tertentu
Enzim mengkatalis reaksi dengan menggabungkan substratnya dalam waktu
sementara, sehingga menurunkan energi aktivasi seluruh reaksi. Dimana energi
aktivasi adalah jumlah energi dalam kalori yang diperlukan untuk membawa
semua molekul pada 1 mol senyawa pada suhu tertentu menujui tingkat transisi
pada puncaka batas energi.
Setiap ezim memiliki Km yang khas bagi substrat, suhu dan Ph tertentu.
Terdapat dua titik utama yaitu :
a. Konsentrasi substrat (Km) yang menghasilkan setengah kecepatan
maksimum
b. Vmaks atau kecepatan maksimum yaitu kecepatan yang berangsur-
angsur dicapai pada konsentrasi substrat tinggi.
Terdiri dari beberapa parameter yaitu :
a. Konsentrasi substrat (S)
26

b. Kecepatan awal (Vo)


c. Vmaks
d. Km

Persamaan Michaelis-Menten dapat ditransformasi secara aljabar


menjadi bentuk lain. Suatu transformasi yang umum dilakukan
diturunkan secara sederhana dengan membuat kebalikan dari kedua sisi
persamaan Michaelis-Menten sehingga:

Dengan memisahkan komponen pembilang pada sisi kanan persamaan,


diperoleh:

Yang dapat disederhanakan menjadi:

Persamaan ini adalah transformasi persamaan Michaelis-Menten yang


disebut persamaan Lineweaver-Burk. Bagi enzim-enzim yang
mengikuti hubungan Michaelis Menten, pemetaan 1/Vo terhadap 1/[S]-
nya menghasilkan garis lurus. Garis ini akan memiliki sudut km/vmax,
perpotongan garis terhadap sumbu y sebesar 1/vmaks (pada sumbu 1/vo)
dan perpotongan -1/Km pada sumbu 1/[S]. pemetaan tersebut
menghasilkan penentuan Vmaks secara lebih tepat yang hanya dapat
diduga pada pemetaan Vo terhadap [S].
27

d. Enzim memiliki Ph optimum


Enzim memilki ph optimim yang khas, yaitu ph yang menyebabkan
aktivitas maksimal.

Aktivitas enzim optimal biasanya pad pH 5 – 9 tetapi ada bbrp enzim


yang aktivitasnya pada pH yg sangat rendah:
Bentuk kurva aktivitas pH ditentukan oleh
1. denaturasi enzim pada pH yang tinggi atau rendah
2. perubahan status muatan enzim dan/atau substrat.
28

Enzim yang bermuatan negatif akan bereaksi dengan substrat yang


bermutan positif.
* pH yang rendah: enzim mengalami protonasi dan kehilangan muatan
negatifnya
* pH yang tinggi substrat mengalami ionisasi dan kehilangan mutan
positifnya
e. Inhibitor
Terdiri dari dua jenis, yaitu :
a.) Penghambat tidak dapat balik (irreversible)
Adalah golongan yang bereaksi dengan atau merusakan suatu gugus
fungsional pada molekul enzim yang penting bagi aktivitas kataliknya.
Sebagai contoh adalah senyawa diisoprofilfluorofosfat (DFP),yang
menghambat enzim asetikolinesterase yang penting di dalam transmisdi
impuls syaraf. Asetikolinesterase mengkatalisa hidrólisis asetikolin , suatu7
senyawa neurotransmitter yang berfungsi di bagian tertentu dari syaraf.
Asetikolin yang telah menerima rangsang menuju sinap, sambungan dengan
sel saraf yang lain. Molekul ini berikatan dengan sisi penerima (receptor)
pada sel syaraf selanjutnya menyebakan sel tersebut untuk menggandakan
impuls syaraf. Sebelum impuls kedua dipancarkan melalui sinap, asetikolin
harus dihidrolisa oleh asetikolinesterase pada sambungan sel syaraf.
Sehingga, menghasilkan produk yaitu asetat dan kolin. Penghambat EDP
tersebut tidak dapat balik bereaksi dengan gugus hidroksil dari residu serin
esencial pada sisi aktif asetikolinesterase, untuk membuat turunan yang
tidak aktif mengkatalisa.
DFD juga mampu menghambat jenis enzim yang lain yaityu,tripsin,
krimotripsin elastase, fosfoglukomulase, dan kokonase. Sedangkan
senyawa tidak dapat balik lainnya adalah iodoasetamida.
b.) Penghambat dapat balik
Penghambat ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
- Kompetitif
29

Berlomba dengan substrat untuk berikatan dengan sisi aktif


enzim tetapi sekali terikat tidak dapat diubah oleh enzim tersebut.
Ciri penghambat ini adalah hanya dapat dibalikan dengan
meningkatkan konsentrasi substrat. Penghambat kompetitif
biasanya menyerupai substrat normal pada struktur tiga dimensinya.
Sehingga, penghambat kompetitif ini menipu enzim untuk berikatan
dengannya. Penghambat kompetitif dapat dianalisa secara
kuantitaif oleh teori michaelis-menten. Penghambat kompetitif I
hanya berikatan secara balik dengan enzim membentuk suatu
kompleks EI.
E + I ↔ EI
Akan tetapi tidak dapat dikatalis oleh enzim untuk
menghasilkan produk reaksi yang baru. Sebagai contoh adalah
penghambat kompetitif dehidrogenase suksinat oleh anion malonat.
Dehidrogenase suksinat adalah anggota kelompok enzim yang
mengkatalis siklus asam sitrat, lintas akhir metabolik bagi degradasi
oksidatif karbohidrat dan lemak di dalam mitokondria. Enzim ini
mengkatalis pembebasan dua atom hidrogen dari suksinat, satu dari
masing-masing dari kedua gugus mertilen. Dehidrogenase suksinat
dihambat oleh malonat yang menyerupai suksinat karena sama-sama
memiliki dua gugus karboksil yang meng-ion pada Ph 7, tetapi
hanya berbeda dalam tiga atom karbonnya. Namun, malonat tidak
terdehidrogenasi oleh dehidrogenasi suksinat , malonat hanya
menempati sisi aktif enzim dan menguncinya sehingga tidak dapat
bekerja pada substrat normalnya.
- Nonkompetitif
Penghambat berikatan dengan sisi enzim selain sisi pada
substrat berikatan, mengubah konformasi molekul enzim sehingga
mengakibatkan inaktivasi dapat sisi balik katalitik. Penghambat
non-kompetitif berikatan secara dapat balik pada kedua molekul
30

enzim bebas dan komplek ES, membentuk komplek EI dan ESI


tidak aktif :
E + I ↔ EI
ES + I ↔ESI
Penghambat non kompetitif yang paling penting adalah
senyawa antara metabolik yang terdapat di alam, yang dapat
berikatan secara dapat balik dengan sisi spesifik pada enzim
pengatur tertentu sehingga mengubah aktivitas sisi kataliknya.
Kecepatan reaksi mencapai maksimum pada titik di mana
semua sisi yang tersedia dipenuhi. Gambar di bawah ini
menunjukkan kurva pemenuhan substrat pada reaksi yang dikatalisis
enzim dan menunjukkan kenyataan bahwa enzim mempunyai sisi
pengikatan khusus untuk substrat. Enzim (E) dan substrat (S) harus
berinteraksi dengan jalan tertentu jika substrat dikonversikan
menjadi produk. Berikut ini adalah pembentukan kompleks antara
enzim dan substrat:. Konstanta kecepatan untuk pembentukan
kompleks ES ditunjukkan sebagai k2. Peristiwa kimiawi dimana
pengikatan atau pemutusan terjadi pada pembentukan ES kompleks.
Konversi substrat menjadi produk (P) kemudian terjadi dari
kompleks ES dengan konstanta kecepatan k3 . Dengan
persamaan michaelis menten. Pengembangan persamaan kecepatan
ini,yang dikenal dengan persamaan Michaelis-Menten
membutuhkan 3 dasar asumsi berdasar persamaan

Dimana, kompleks ES berada pada status yang mantap,


selama fase awal reaksi, konsentrasi kompleks ES tetap konstan,
meskipun banyak molekul substrat dikonversi menjadi produk
31

melalui kompleks ES, di bawah kondisi penjenuhan, semua enzim


dikonversi menjadi kompleks ES, dan tidak ada yang bebas. Ini
terjadi pada saat konsentrasi substrat tinggi.semua enzim berada
pada kompleks ES, sehingga kecepatan pembentukan produk akan
menjadi maksimal, sehingga, Kemudian ekspresi status mantap
untuk pembentukan dan pemecahan kompleks ES adalah :

Ekspresi kecepatan yang diperoleh dengan manipulasi


aljabar adalah :
Vmaks.[S]
Kecepatan: Vo= Km + [S]
Vo bila seimbang dengan ½ Vmaks, maka Km akan seimbang
dengan [S], karena enzim mengkatalisis reaksi untuk kedua arah,
masalah dapat timbul jika produk mempunyai affinitas untuk enzim
yang sama dengan substrat. Pada keadaan ini produk dapat dengan
mudah berikatan kembali dengan sisi aktif enzim dan akan
berkompetisi dengan substrat untuk sisi tersebut.Penghambatan
produk terjadi pada saat produk secara progresif menghambat reaksi
sepanjang peningkatan konsentrasi produk. Sifat reversible dari jalur
atau reaksi yang dikatalisis enzim tergantung pada kecepatan
penghilangan produk.Jika produk akhir dibuang secara cepat, jalur
tersebut secara fisiologis dapat hanya memiliki satu arah.
32

Enzyme Inhibition (Mechanism)

I Competitive I Non-competitive I Uncompetitive


Substrate E
S S E S
Cartoon Guide

I
E S I
I
I
Compete for S I
Inhibitor active site Different site

E + S →←
ES→ E + P E + S →←
ES→ E + P E + S →←
ES→ E + P
+ + + +
Equation and Description

I I I I
↓↑ ↓↑ ↓ ↑ ↓↑
EI EI+ S →EIS EIS

[I] binds to free [E] only, [I] binds to free [E] or [ES] [I] binds to [ES] complex
and competes with [S]; only, increasing [S] favors
complex; Increasing [S] can
increasing [S] overcomes
not overcome [I] inhibition. the inhibition by [I].
Inhibition by [I].

Juang RH (2004) BCbasics


33

Enzyme Inhibition (Plots)

I Competitive I Non-competitive I Uncompetitive


Vmax Vmax Vmax
vo vo
Vmax ’ Vmax ’
I I I
Direct Plots

Km Km’ [S], mM Km = Km’ [S], mM Km’ Km [S], mM


Vmax unchanged Vmax decreased
Km increased Km unchanged Both Vmax & Km decreased

1/vo I 1/vo I 1/vo


Double Reciprocal

I
Two parallel
Intersect lines
at Y axis 1/ Vmax 1/Vmax
Intersect 1/Vmax
at X axis

1/Km 1/[S] 1/Km 1/[S] 1/Km 1/[S]

Juang RH (2004) BCbasics

c. Inhibitor un competitif
Dalam hal ini, inhibitor hanya akan berikatan dengan enzim substrat
kompleks.
34

DAFTAR PUSTAKA

Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid 1. Jakarta: Erlangg

Anda mungkin juga menyukai