Salah satu fungsi protein yang paling utama adalah katalisis. Tanpa katalisis, kebanyakan
reaksi-reaksi biologis akan berjalan sangat lambat untuk menghasilkan produk reaksi
pada metabolisme organisme. Katalis yang menjalankan fungsi ini dalam organisme yang
disebut sebagai enzim. Enzim adalah kompleks molekul biologis yang utamanya adalah
protein yang berfungsi sebagai katalis biologis. Kebanyakan enzim merupakan protein
dalam bentuk protein globuler. Sebagai katalis, enzim merubah laju reaksi kimia tanpa
terlibat di dalam atau mengalami reaksi tersebut. Enzim dapat meningkatkan laju reaksi
1020 kali dari reaksi biasa tanpa katalisis. Sebagai perbandingan reaksi dengan katalisator
non-enzim hanya mampu menaikan laju reaksi sampai 102-104. Karakteristik enzim itu
sangat spesifik, menargetkan satu reaksi spesifik.
Analogi yang dapat dipakai menjelaskan fungsi enzim adalah perjalanan mobil melalui
satu bukit ke bukit yang lain. Yang seharusnya jalannya berputar baru sampai di tujuan
tapi dengan adanya jembatan, maka laju perjalanan semakin cepat sampai ditujuan.
Jembatan ini ibarat katalsis (enzim) yang mempercepat proses reaksi sampai tujuan
menghasilkan produk tertentu.
Enzim memiliki berbagai macam bentuk. Beberapa enzim ada yang terdiri dari murni
protein, sedangkan ada yang lain yang memiliki bagian non-protein yang dinamakan
kofaktor. Kofaktor dapat berupa ion logam, seperti magnesium(Mg) ataupun senyawa
organik. Kofaktor organik biasanya disebut sebagai koenzim. Enzim tanpa kofaktornya
disebut apoenzim, sedangkan kombinasi apoenzim dengan kofaktornya disebut sebagai
holoenzim. Dengan demikian istilah metaloenzim sering dipakai untuk apoenzim
dengan kofaktor logam. Koenzim yang berikatan kuat dengan enzim merupakan gugus
prostetik.
Salah satu wilayah dari enzim, sisi aktif, merupakan wilayah yang secara langsung
bertanggungjawab dalam berinteraksi dengan molekul yang akan bereaksi, yang biasa
disebut sebagai substrat. Saat substrat melekat pada sisi aktif enzim, reaksi dapat
berlangsung.
Penamaan enzim diatur oleh Enzyme Commision (EC) of the International Union of
Biochemistry. Nama biasa enzim biasa diakhiri dengan akhiran –ase yang diikuti oleh
nama substratnya. Misalnya amylase, enzim yang mengkatalisis reaksi dengan substrat
amilum (pati). Namun ada juga enzim yang namanya ditentukan sebelum penetapan
enzim –ase seperti, tripsin, pepsin, dan lain-lain. EC sudah mengembangkan satu sistem
numerik untuk mengklasifikasikan enzim. Namanya dimulai dengan EC untuk Enzyme
Commision dan diikuti oleh 4 angka yang dipisahkan dengan titik untuk mendeskripsikan
tiap jenis enzim. Contoh nomenklatur ini seperti berikut EC 2.7.4.4. angka pertama (2)
mereujuk pad akelas enzim utama. Ada 6 kelas enzim utama yang dapat dilihat pada table
1.Sesuai contoh tadi maka angka 2 mengindikasikan kelas transferase. Angka kedua(7)
mengindikasikan gugus yang ditransfer enzim. Angka ketiga (4) mengindikasikan tujuan
gugus yang ditansfer, dan angka terakhir (4) menjelaskan kembali informasi yang
diberikan pada angka ketiga.
sinat
OOCCH 2 CH 2 COO suk dehidrogenase
OOCH CHCOO
CH 3CH 2 OH alkohol
dehidrogen
ase
CH 2CHO
3 Hidrolase Hisrolisis
Oksidasi Reduksi
Kehilangan satu atau lebih elektron Penambahan satu atau lebih elektron
Kelas yang ketiga adalah hidrolase. Hidrolase mengkatalisis pemutusan ikatan melalui
insersi molekul air (dalam bentuk H dan OH). Reaksi ini dapat juga bergantung pada pH,
yang berakibat pada kehilangan ion hidrogen. Contohnya: fosfatase mengkatalisis
hidrolisis monofosfat ester, dan peptidase yang mengkatalisis hidrolisis ikatan peptide.
Bentuk reaksinya secara umum:
Kelas enzim yang keempat adalah Liase. Liase mengkatalisis reaksi pelepasan satu gugus.
Proses ini disertai dengan pembentukan ikatan rangkap atau penambahan gugus ke
ikatan rangkap. Contohnya: deaminase membantu penghilangan amonia, dan
dekarboksilase yang mengkatalisis penghilangan CO2. Bentuk umum reaksinya adalah :
Kelas enzim yang kelima adalah isomerase. Isomerase mengkatalisis konversi satu
isomer ke bentuk yang lainnya. Contohnya rasemase yang mengkatalisis reaksi
rasemisasi enansiomer, dan epimerase yang mengkatalisis perubahan satu epimer ke
yang lainnya.
Kelas enzim yang keenam adalah ligase atau sintetase. Ligase mensintesis reaksi
penggabungan dua molekul dengan ikatan kovalen yang terbentuk antar dua molekul
dimaksud. Proses ini sering menggunakan ikatan berenergi tinggi seperti ATP.
Contohnya: piruvat karboksilase yang mengkatilis pembentukan ikatan C-C, dan
asetilCoA sintetase yang mengkatalis pembentukan ikatan C-S.
Kerja enzim dimulai dengan pembentukan kompleks enzim-substrat. Dalam formasi ini,
substrat harus berikatan pada sisi aktif enzim. Interaksi antara enzim dan substrat harus
memfasilitasi reaksi, dan membuka jalur reaksi baru. Ada 2 model yang menjelaskan
mekanisme kerja enzim
Gambar 2.1. Mekanisme kerja enzim
Model kunci dan anak kunci adalah mekanisme enzim dimana substrat berlaku seperti
anak kunci yang pas untuk satu kunci, yaitu enzim. Model ini menjelaskan kekhasan atau
spesifitas dari enzim, sama seperti hanya anak kunci tertentu yang pas untuk satu kunci,
maka hanya substrat tertentu yang pas dengan satu enzim.
Salah satu keterbatsan model ini adalah bahwa model ini tidak menjelaskan
mengapa reaksi sebenarnya terjadi dan sebenarnya enzim lebih fleksibel dan tidak
sekaku yang diimplikasikan oleh teori ini dimana tidak memperhatikan sifat protein
yang penting yaitu fleksibilitas konformasinya.
Model induced-fit
Model yang kedua model induced-fit, dikembangkan untuk mengatasi keterbatasan dari
model yang pertama. Pada model ini, substrat masih tetap harus pas dengan enzim sama
seperti anak kunci, tetapi tidak hanya harus pas untuk lubang kuncinya. beberapa
modifikasi diinduksi pada substrat, enzim, maupun keduanya. Pengikatan substrat
menginduksi perubahan konformasi pada enzim yang berakibat terjadinya kesesuaian
komplementer setelah substratnya terikat pada enzim. Modifikasinya memulai proses
reaksi.
Semua proses reaksi melibatkan energi. Reaksi terjadi dimulai dari reaktan dengan
tingkatan energy tertentu, energy tambahan akan diserap untuk mencapai tahap transisi
(ΔG*) asterisk mengindikasikakn tahap transisi, setelah itu energi dilepaskan untuk
memperoleh produk. Perbedaan jumlah energi antara reaktan dan produk adalah energi
bebas (ΔG). Jika tingkatan energi produk lebih besar dari reaktan (energi diserap),
reaksinya adalah reaksi endergonik dan non-spontan. Sedangkan jika tingkat energi
produk kurang dari reaktan (energi dilepaskan), reaksinya eksergonik dan spontan.
Walau reaksinya bersifat sponton tidak berarti dapat berjalan dengan laju reaksi yang
cepat. Laju reaksi tergantung pada nilai energy bebas pada tahap transisi ΔG*. Semakin
besar nilai ΔG*, reaksinya makin lambat. Enzim, seperti halnya katalis yang lain
menurunkan nilai ΔG*, dan akibatnya meningkatkan laju reaksi. Sedangkan perbedaan
energi antara reaktan dan produk tidak berubah, sama halnya dengan distirbusi
equilibriumnya. Enzim memfasilitasi pembentukan tahap transisi.
Cara enzim bekerja untuk meningkatkan laju reaksi adalah dengan cara
menurunkan energi aktivasi reaktan sehingga energi bebas pada tahap transisi
(tahap dimana konformasi atom siap membentuk produk) juga menurun
3. KINETIKA ENZIM
Model kinetika reaksi yang dikatalisis enzim yang umum digunakan pertama kali
dikembangkan oleh Leonor Michaelis dan Maud Menten tahun 1913 dikenal dengan
persamaan Michaelis-Menten, yang masih digunakan sampai sekarang, walaupun sudah
mengalami modifikasi.
SP
k1, k-1, dan k2, masing-masing ialah tetapan kecepatan reaksi pembentukan kompleks ES,
tetapan pembentukan kembali E dan S, tetapan kecepatan reaksi penguraian kompleks
ES menjadi enzim dan hasil reaksi. Dari persamaan reaksi ini diuraikan sampai diketahui
persamaan Michaelis-Menten sebagai berikut :
Vmax ( S )
V
K m (S )
Untuk menentukan nilai Km dapat dipakai beberapa cara. Salah satu cara ialah
menggunakan grafik kecepatan reaksi-konsentrasi substrat seperti dibawah ini:
Dari persamaan dan grafik diatas kita dapat mengetahui apabila harga V= ½ Vmax, maka
nilai Km = (S). Ini berarti harga Km sama dengan konsentrasi substrat ( mol per liter)
yang menghasilkan kecepatan reaksi sebesar setengah dari kecepatan maksimum.
Cara lain yaitu merubah grafik hiperbola ke persamaam garis lurus dengan cara membuat
persamaan 1/V dan 1/S dari persamaan.
Vmax ( S )
V
K m (S )
1 Km ( S )
V V max ( S )
1 Km (S )
V V max ( S ) V max ( S )
1 Km 1 1
V V max S V max
Dari persamaam diatas terlihat bahwa 1/V adalah fungsi dari 1/S. Oleh karena Km dan
Vmax adalah tetapan maka apabila 1/V diganti dengan Y dan 1/S diganti dengan X, maka
persamaan garis lurusnya
Km 1
Y aX b a b
V max V max
Dengan demikian terlihat sebagai garis lurus dan dikenal sebagai metode Lineweaver-
Burk (Gambar 2.5)
Gambar 2.5. Metode grafik Lineweaver-Burk
Pada titik potong antara grafik dengan sumbu Y, harga 1/S = 0 dimasukkan di persamaan
diatas grafik, maka didapatkan harga V= Vmax
Pada titik potong antara grafik dengan sumbu X, harga 1/V =0, dengan demikian harga
1/S pada titik potong tersebut sama dengan -1/Km
Kegiatan 2.1
Data berikut ini mendiskripsikakn satu reaksi yang dikatalisis enzim. Plot hasil data ini
dengan menggunakan metode Lineweaver-Burk, dan tentukan nilai Km dan Vmax.
Satuan mM (millimole per liter) 1 mM = 1×10 -3 mol L-1. (Konsentrasi enzim sama pada
semua eksperimen)
2.5 0.024
5.0 0.036
10.0 0.053
15.0 0.060
20.0 0.061
Plot data yang didapat pada tabel diatas pada grafik dengan nilai 1/S sebagai sumbu X
dan nilai 1/V sebagai sumbu Y di excel. Tentukan persamaan best fit linier Y=aX +b . atau
1/V= a. (1/S) +b. Dengan persamaan ini , tentukan nilai Km dan Vmax
Km 1
Y aX b a b
V max V max
Inhibitor adalah senyawa-senyawa yang menurunkan aktivitas enzim, dan terbagi atas 2
kelas inhibitor: inhibitor kompetitif , yang berkompetisi dengan substrat dan inhibitor
non kompetitif , yang tidak berkompetisi dengan substrat. Secara umum proses ini
bersifat dapat balik (reversible), tapi ada juga inhibitor yang bersifat tidak dapat balik
(ireversibel) yang secara permanen merubah enzim atau berikatan sangat kuat pada
enzim. Semua jenis hambatan (inhibitor) dapat berfungsi dalam regulasi aktivitas
enzimatik.
Gambar 2.6. Mekanisme inhibitor enzim
Inhibitor kompetitif
Inhibitor kompetitif disebabkan karena ada molekul yang mirip dengan substrat yang
dapat pula membentuk kompleks yaitu kompleks enzim inhibitor (EI). Pembentukan
kompleks EI sama dengan pembentukan kompleks ES, yaitu melalui penggabungan
inhibitor dan enzim pada bagian sisi aktif enzim. Dengan demikian terjadi persaingan
antara inhibitor dengan substrat terhadap bagian aktif enzim.
Contoh : Asam malonat, oksalat dan oksaloasetat dapat menghambat kerja enzim
suksinat dehydrogenase dalam reaksi dehidrogenasi asam suksinat. Asam malonat,
oksalat dan oksaloasetat mempunyai struktur yang mirip dengan rumus asam suksinat.
Pengaruh inhibitor ini tidak tergantung pada konsentrasi inhibitor semata, tetapi juga
pada konsentrasi substrat. Pengaruh inhibitor dapat dihilangkan dengan cara menambah
substrat dalam konsentrasi besar.
Gambar 2.7. Persamaaan Lineweaver-Burk untuk inhibitor kompetitif
Untuk inhibitor kompetitif titik potong Y (Y intercept) untuk tanpa inhibitor dan
dengan inhibitor sama atau tidak berubah
1 Km (I ) 1 1
1
V V max K1 S V max
Y ax b
Km (I ) 1 1
a 1 x b
V max K1 S V max
Inhibitor non-kompetitif
Inhibitor ini tidak dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi substrat. Dalam hal ini
inhibitor dapat bergabung dengan enzim pada suatu bagian di luar sisi aktif.
Penggabungan antara inhibitor dan enzim ini terjadi pada enzim bebas, atau pada enzim
yang telah mengikat substrat yaitu kompleks ES. Penggabungan inhibitor dengan enzim
bebas menghasilkan kompleks EI, sedangkan penggabungan dengan kompleks ES
menghasilkan kompleks ESI. Baik kompleks EI maupun ESI bersifat inaktif. Ini berarti
bahwa kedua kompleks tersebut tidak dapat menghasilkan hasil reaksi yang diharapkan.
Inhibitor non-kompetitif pada suatu reaksi tidak dapat diatasi dengan jalan
memperbesar konsentrasi substrat.
Contoh inhibitor non-kompetitif : ion-ion logam berat (Cu2+, Hg2+, Ag2+) yang dapat
berhubungan dengan gugus –SH yang terdapat pada sistein dalam enzim. Dengan cara
berikatan dengan ion logam berat maka gugus –SH tidak lagi memiliki aktivitas katalitik
bagi enzim.
1 Km ( I ) 1 1 (I )
1 1
V V max K1 S V max K1
Y ax b
Km ( I ) 1 1 (I )
a 1 x b 1
V max K1 S V max K1
Kegiatan 2.2.
Sukrosa dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa melalui percobaan kinetika klasik.
Reaksinya dikatalisis oleh enzim invertase. Dengan menggunakan data ekeperimen
berikut, tentukan apakah inhibisi dari reaksi ini oleh 2M urea adalah bersifat kompetitif
atau non-kompetitif. Guanakan metode Lineweaver-Burk.
Tentukan nilai 1/S dan 1/V untuk kedua tanpa inhibitor dan dengan inhibitor
Plot nilai 1/S sebagai sumbu X dan kedua nilai 1/V sebagai sumbu Y menggunakan
program excel. Setelah di plot lihat grafiknya dan titik potong Y. Tentukan bahwa data
hasil experimen ini inhibitornya kompetitif atau non-kompetitif.
Rangkuman
Soal Latihan
MOORE, J. T. & LANGLEY, R. 2008. Biochemistry for Dummies, Hoboken, NJ, USA, Wiley
Publishing, Inc. Halaman 85-107.
Senarai