Anda di halaman 1dari 17

I.

E N Z I M

Enzim, seperti protein lain, mempunyai berat molekul yang berkisar dari kira-
kira 12.000 sampai lebih dari 1 juta. Oleh karena itu, enzim berukuran amat besar
dibandingkan dengan substrat atau gugus fungsional targetnya (Gambar 1). Beberapa
enzim hanya terdiri dari beberapa polipeptida yang tidak mengandung gugus kimiawi
selain residu asam amino : contohnya adalah ribonuklease pankreas. Akan tetapi, enzim
lain memerlukan tambahan komponen kimia bagi aktivitasnya: komponen ini disebut
kofaktor. Kofaktor mengandung suatu molekul anorganik seperti ion Fe2+, Mn2+, atau
Zn2+ (Tabel 1). Jika mengandung suatu molekul organik kompleks maka disebut
koenzim. (Tabel 2). Beberapa enzim membutuhkan baik koenzim maupun satu atau
lebih ion logam bagi aktivitasnya. Pada beberapa enzim, koenzim atau ion logam hanya
terikat secara lemah atau dalam waktu sementara pada protein. Tetapi pada enzim lain,
senyawa ini terikat kuat, atau terikat secara permanen yang dalam hal ini disebut gugus
prostetik. Enzim yang strukturnya sempurna dan aktif mengkatalisis, bersama-sama
dengan koenzim atau gugus logamnya disebut haloenzim. Koenzim dan ion logam
bersifat stabil pada waktu pemanasan, sedangkan bagian protein enzim, yang disebut
apoenzim,terdenaturasi oleh pemanasan. Beberapa koenzim spesifik disajikan dalam
Tabel. 2.

Gambar 1. Gambaran hipotetik molekul enzim

1
Tabel 1. Beberapa Enzim Mengadung atau Memerlukan
Unsur Anorganik Esensial sebagai Kofaktor
Oksidasi sitokrom
Fe atau Fe
2+ 3+
Katalase
Peroksidase
Cu 2+
Oksidasi sitokrohm
Polimerase DNA
Zn 2+
Anhidrase Karbonik
Dehidrogenase alkohol
Mg2+ Heksokinase
6-fosfatase glukosa
Tabel 2. Koenzim
Mn2+ berfungsi sebagai pembawa sementara atom spesifik atau gugus
Arginase
fungsionil K +
Kinase piruvat
Koenzim (juga memerlukan Senyawa
Mg2+) yang dipindahkan
Ni2+
Tiamin pirofosfat Urease Aldehida
Flavin adeninModinukleotida Reduktase nitrat Atom hidrogen
NikotinamidaSe Peroksidase glutation
adenin dinukleotida Ion hidrida (H-)
Koenzim A Gugus asil
Piridoksal fosfat Gugus amino
5’-deoksiadenosilkobalamin (Koenzim B12) Atom H dan gugus alkil
Biositin CO2
Tetrahidrofolat Gugus satu-karbon lainnya

A. Enzim Digolongkan Berdasarkan Reaksi Yang Dikatalisis


Banyak enzim yang telah dinamakan dengan menambahkan akhiran –ase-
kepada nama substratnya. Jadi, urease mengkatalisis hidrolisis urea, dan arginase
mengkatalisis hidrolisis arginin. Tetapi, banyak enzim yang telah dinamakan dengan
tidak menerangkan substratnya, seperti, pepsin dan tripsin. Terdapat pula satu enzim
yang sama dikenal dengan dua atau lebih nama, atau bahwa dua enzim yang berbeda
telah diberikan nama yang sama. Suatu dasar penemuan dan penggolongan enzim secara
sistematis telah dikemukakan oleh persetujuan internasional. Sistim ini menempatkan
semua enzim kedalam enam kelas utama, masing-masing dengan sub kelas, berdasarkan
atas jenis reaksi yang dikatalisis (Tabel 3). tiap-tiap enzim ditetapkan kedalam emapt
tingkat nomor kelas dan diberikan suatu nama sistematik yang mengidentifikasi reaksi
yang dikatalis. Contohnya adalah penamaan enzim yang mengkatalisis reaksi :

ATP + D-Glukosa → ADP + D-Glukosa 6-fosfat

Nama sistematik formil enzim ini adalah fosfotransferase ATP: glukosa, yang
menunjukkan bahwa enzim ini mengkatalisis pemindahan gugus fosfat dari ATP ke
glukosa. Enzim ini ditempatkan ke dalam kelas dua pada Tabel 3, dan nomor

2
klasifikasinya adalah 2.7.1.1, dengan bilangan pertama (2) menunjukkan nama kelas
(transferase), bilangan kedua (7) bagi sub kelas (fosfotransferase), dan bilangan ketiga
(1) bagi sub-sub kelas (fosfotransferase dengan gugus hidroksil sebagai penerima), dan
bilangan keempat (1) bagi D-glukosa sebagai penerima gugus fosfat. Jika nama
sistematik suatu enzim ternyata panjang atau rumit, dapat dipergunakan nama biasa;
dalam hal ini, nama biasanya adalah heksokinase.

Tabel 3. Klasifikasi enzim secara internasional, berdasarkan atas reaksi yang


dikatalisis. Kebanyakan enzim yang mengkatalisa pemindahan elektron, atom, atau
gugus fungsional. Oleh karena itu, enzim diklasifikasikan, diberikan nomor
kode/sandi, dan ditentukan namanya menurut jenis reaksi pemindahan gugus
pemberi, dan gugus penerima. Terdapat 6 kelas utama .
No Kelas Jenis reaksi yang dikatalisa
1 Oksidoreduktase Pemindahan elektron
2 Tranferase Reaksi pemindahan gugus fungsionil
3 Hidrolase Reaksi hidrolisis (pemindahan gugus fungsional ke air)
4 Liase Penambahan gugus ke ikatan ganda atau sebaliknya
5 Isomerase Pemindahan gugus didalam molekul, menghasilkan bentuk
isomer
6 Ligase Pembentukan ikatan C-C, C-S, C-O, dan C-N oleh reaksi
kondensasi yang berkaitan dengan penguraian ATP

B. Enzim Meningkatkan Kecepatan Reaksi Kimia Dengan Menurunkan Energi


Aktivasi Reaksi

Enzim adalah katalisator sejati. Molekul ini mampu meningkatkan kecepatan


reaksi kimia spesifik yang tanpa enzim akan berlangsung amat lambat. Sebagai katalis,
enzim tidak dapat mengubah titik kesetimbangan reaksi yang dikatalisisnya; enzim juga
tidak akan habis dipakai atau diubah secara permanen oleh reaksi-reaksi ini.
Bagaimanakah peranan katalisator, termasuk enzim, mampu meningkatkan
kecepatan reaksi kimia?
Pertama-tama, kita harus mengingat kembali bahwa kandungan energi
molekul secara invidu di dalam suatu populasi pada suhu tetap amat beragam. Beberapa
molekul amat kaya akan energi. Beberapa mengandung hanya sedikit energi, tetapi
kebanyakan molekul memiliki kandungan energi yang mendekati rata-rata. Suatu reaksi
kimia seperti A→ P terjadi karena bagian molekul A tertentu dari setiap waktu tertentu
memiliki lebih banyak energi internal dibandingkan dengan molekul lain di dalam
populasi. Energi ini cukup untuk membawanya ke puncak bukit energi (Gambar 2)
menuju bentuk reaktif yang disebut tahap transisi. Energi aktivasi suatu reaksi adalah

3
jumlah energi dalam kalori yang diperlukan untuk membawa semua molekul pada 1
mol senyawa pada suhu tertentu menuju tingkat transisi pada puncak energi. Pada tahap
ini, terdapat peluang yang sama bagi molekul-molekul tersebut untuk mengalami reaksi
membentuk produk atau untuk kembali menuju pool (kumpulan) molekul A yang tidak
reaktif (Gambar 2). Kecepatan setiap reaksi kimia sebanding dengan konsentrasi
senyawa pada keadaan transisi. Jadi, kecepatan reaksi kimia akan sangat tinggi jika
sebagian besar molekul A berada pada keadaan transisi yang kaya akan energi, tetapi
kecepatan ini akan amat rendah, jika hanya sebagian kecil A yang berada pada keadaan
transisi.

Gambar 2. Kurva energi aktivasi reaksi dengan adanya katalisator dan tanpa katalisator
Terdapat dua cara umum dalam meningkatkan kecepatan reaksi kimia. Yang
satu adalah meningkatkan suhu, yang mempercepat gerak termal molekul, dan
karenannya, meningkatkan bagian (fraksi) molekul yang memiliki energi dalam, dengan
jumlah yang cukup untuk memasuki keadaan transisi. Biasanya, kecepatan reaksi kimia
meningkat sampai kira-kira dua kali dengan kenaikkan suhu 10oC.
Cara kedua untuk mempercepat reaksi kimia adalah dengan menambahkan
katalisator. Katalisator ini mempercepat reaksi kimia dengan menurunkan batas
penghalang energi. Molekul ini, ditunjukkan oleh C bergabung dengan pereaksi A
secara sementara menghasilkan senyawa atau kompleks baru CA yang memiliki energi

4
aktivasi yang lebih rendah dalam keadaan transisi dibandingkan dalam keadaan transisi
A pada reaksi yang tidak dikatalisa (Gambar 2). kompleks katalisator-pereaksi CA, lalu
bereaksi membentuk produk P dengan membebaskan katalisator bebas lalu dapat
bergabung dengan molekul A yang lain dan mengulangi siklus ini. Melalui cara
demikian katalisator menurunkan energi aktivasi reaksi-reaksi kimia dan meningkatkan
fraksi molekul di dalam suatu populasi molekul tertentu, untuk lebih cepat bereaksi
persatuan waktu dibadingkan dengan keadaan tanpa katalisator. Banyak bukti yang
memperlihatkan bahwa enzim seperti katalisator lain, juga bergabung dengan
substratnya selama siklus katalitiknya.

C. Enzim Memperlihatkan Spesifisitas Terhadap Substrat


Beberapa enzim memiliki spesifisitas yang hampir absolut bagi substrat
tertentu, dan tidak akan bekerja bahkan, terhadap molekul yang amat serupa. Contoh
enzim aspartase, yang ditemukan banyak dalam tumbuhan dan bakteri. Aspartase
mengkatalase penambahan amonia kepada ikatan ganda asam fumarat membentuk L-
aspartat secara dapat balik. Akan tetapi, aspartase tidak menyebabkan terjadinya
penambahan amonia terhadap asam tidak jenuh lainnya. Aspartase juga memiliki sifat
optik yang kaku dan spesifisitas geometrik; enzim ini tidak akan bekerja terhadap D-
aspartat, dan tidak akan menambahkan amonia kepada maleat, yaitu isomer geometrik
cis dari fumarat.
Pada kelompok ekstrim lain, dijumpai enzim-enzim dengan spesifisitas yang
relatif luas, dan bekerja pada berbagai senyawa yang memiliki ciri struktural yang sama.
Sebagai contoh, khimotripsin mengkatalisa hidrolisis berbagai peptida atau polipeptida,
tetapi hanya memotong ikatan peptida dengan gugus karbonil yang berasal dari
fenilalanin, tirosin, atau triptofan. Contoh yang agak beda adalah fosfatase usus, yang
mengkatalisa hidrolisis berbagai ester asam fosfat yang berbeda, tetapi pada kecepatan
yang agak bervariasi. Penelitian mengenai spesifisitas substrat enzim telah membawa
kita kepada konsep hubungan ”gembok dan kunci” yang saling berpasangan, diantara
molekul substrat dan suatu daerah spesifik pada permukaan molekul enzim, yaitu pada
sisi aktif atau sisi katalitiknya, tempat enzim berikatan dengan substrat pada saat terjadi
reaksi katalitik.
Penelitian terhadap spesifisitas enzim menunjukkan bahwa molekul substrat
harus memiliki dua ciri struktural yang jelas : (1) ikatan kimiawi spesifik yang dapat

5
diserang oleh enzim dan (2) biasanya beberapa gugus fungsional lainnya, yaitu gugus
pengikat, yang berikatan dengan enzim dan mengarahkan molekul substrat dengan tepat
pada sisi aktif sehingga ikatan rapuh tapi tepat terletak pada posisi yang berhubungan
dengan gugus katalitik enzim.

D. Enzim Dapat Dihambat Oleh Senyawa Kimiawi Spesifik


Hampir semua enzim dapat diracuni atau dihambat oleh senyawa kimia
tertentu. Hasil penelitian mengenai senyawa penghambat enzim, telah diperoleh
informasi yang berguna mengenai spesifisitas substrat enzim, sifat-sifat alamiah gugus
fungsional pada sisi aktif, dan mekanisme aktivitas katalitik. Senyawa penghambat
enzim juga amat berguna dalam menjelaskan lintas metabolik di dalam sel. Lebih lanjut,
beberapa obat yang bermanfaat di dalam dunia kedokteran nampaknya berfungsi karena
senyawa ini dapat menghambat enzim-enzim tertentu yang mengganggu kerja sel.
Terdapat dua jenis utama penghambat enzim : yaitu yang bekerja tidak dapat
balik (ireversibel) dan dapat balik (reversibel). Penghambat tak dapat balik adalah
golongan yang bereaksi dengan, atau merupakan suatu gugus fungsional, pada molekul
enzim yang penting bagi aktifitas katalitiknya. Suatu contoh dari penghambat tak dapat
balik adalah senyawa adalah diisopropilfluorofosfat (DPF), yang menghambat enzim
asetil kolinesterase, yang penting dalam transmisi inpuls saraf. Asetil kolinesterase
mengkatalis hidrolisis asetil kolin, (Gambar 3), suatu senyawa neurotransmitter yang
berfungsi bagian tertentu sistem saraf. Asetil kolin dibebaskan oleh sel saraf yang telah
menerima rangsang menuju sinaps, atau sambungan dengan sel saraf yang lain. Sekali
asetil kolin telah dikeluarkan ke dalam sinaps, molekul ini berikatan dengan sisi
penerima (reseptor) pada sel saraf selanjutnya menyebabkan sel tersebut untuk
menggandakan impuls saraf. Akan tetapi, sebelum impuls kedua dapat dipancarkan
melalui sinaps asetil kolin yang dikeluarkan setelah impuls pertama harus dihidrolisa
oleh asetilkolinesterase pada sambungan sel saraf. Produk aktivitas ini, adalah asetat
dan kolin (Gambar 3). dan tidak memiliki aktivitas transmiter. Penghambat DPF tak
dapat balik amat reaktif dan bereaksi dengan gugus hidroksil dari residu serin ensensial
pada sisi aktif asetilkolinesterase, untuk membentuk turunan yang tidak aktif
mengkatalisa. Seklai turunan ini telah terbentuk molekul enzim tidak dapat lagi
berfungsi. Hewan yang menerima DPF, yang merupakan salah satu gas saraf yang

6
pertama kali ditemukan, menjadi lemah, tidak dapat lagi melaksanakan fungsi bagian-
bagian tertentu, karena impuls saraf tidak lagi dapat ditransmisikan secara normal.
Tetapi, tedapat manfaat lain dari DPF. Senyawa itu menyebabkan berkembangnya
Malation dan insektisida lain yang relatif tidak beracun bagi manusia dan hewan.
Malation menjadi tidak aktif dengan sendirinya, dan diuraikan dengan hewan tinggi,
menjadi produk yang tidak membahayakan hewan tersebut, tetapi, senyawa ini diubah
oleh enzim-enzim pada insekta, menjadi penghambat aktif asetilkolinesterase insekta
tersebut.

Gambar 3. contoh reaksi penghambatan enzim


DPF telah ditemukan
menghambat semua jenis enzim, banyak
diantaranya yang mampu mengkatalisa
hidrolisis ikatan peptida atau ester.
Golongan ini tidak hanya mencakup
asetilkolinesterase, tetapi juga tripsin,
khimotripsin, elastase, fosfoglukomutase,
dan kokoonase, suatu enzim yang

7
dihasilkan oleh larva ulat sutra untuk
menghidrolisa serat-serat sutra
kepompong dan menyebabkan larva
dapat dibebaskan. Semua enzim yang
dihambat oleh DPF memiliki residu serin
esensial pada sisi aktifnya, yang
berpartisipasi dalam aktivitas katalitik
(Gambar 3).

Gambar 4. Contoh reaksi penghambatan


enzim secara tak dapat balik.

Senyawa penghambat tidak dapat balik lainnya dari beberapa enzim adalah,
iodoasetamida (Gambar 4), yang dapat bereaksi dengan gugus sulfidril (-SH) dari residu
sistein esensial atau dengan gugus imidazol dari residu histidin esensial. Dengan
bantuan penghambat gugus hidroksil serin tersebut, gugus tiol sistein dan gugus
imidazol histidin telah diidentifikasi sebagai gugus yang berpartisipasi di dalam
aktivitas katalitik berbagai golongan enzim.

E. Terdapat Dua Jenis Penghambat Dapat Balik : Kompetitif Dan


Nonkompetitif
Penghambat enzim dapat balik, juga telah memberikan banyak informasi
penting mengenai struktur sisi aktif berbagai enzim. Suatu penghambat kompetitif
berlomba dengan substrat untuk berikatan dengan sisi aktif enzim, tetapi, sekali terikat
tidak dapat diubah oleh enzim tersebut. Ciri penghambat kompetitif adalah
penghambatan ini dapat dibalikkan atau diatasi hanya dengan meningkatkan konsentrasi
substrat. Sebagai contoh jika suatu enzim 50% dihambat pada konsentrasi dari substrat
dan penghambat kompetitif, kita dapat mengurangi persen penghambat dengan
meningkatkan konsentrasi substrat.
Penghambat kompetitif biasanya menyerupai substrat normal pada struktur
tiga dimensinya. Pada persamaan ini, penghambat kompetitif ”menipu” enzim untuk
berikatan dengannya. Sebenarnya, penghambatan kompetitif dapat dianalisa secara
kuantitatif oleh teori Michaelis Menten. Penghambat kompetitif I hanya berikatan
secara dapat balik dengan enzim, membentuk suatu kompleks EI.

8
E + I EI

Akan tetapi, penghambat I tidak dapat dikatalisa oleh enzim untuk menghasilkan
produk reaksi yang baru.

F. Sistem Enzim Memiliki Enzim Pengatur Atau Pemacu


Di dalam metabolisme sel, sekumpulan enzim bekerja bersama-sama dalam
rangkaian atau sistem yang berurutan, untuk menjalankan proses metabolik tertentu,
seperti pengubahan glukosa menjadi asam laktat dalam otot kerangka atau sintesis asam
amino dari prekursor yang lebih sederhana. Di dalam sistem seperti itu, produk reaksi
enzim pertama menjadi substrat bagi enzim selanjutnya, dan seterusnya (Gambar 5).
sistem multi enzim dapat memiliki sampai 15 atau lebih enzim yang bekerja pada urutan
spesifik.
Di dalam tiap sistem enzim, terdapat sekurang-kurangnya satu enzim,
”pemacu” yang menentukan kecepatan keseluruhan urutan reaksi, karena enzim ini
mengkatalisa tahap yang paling lambat, atau tahap penentu kecepatan. Enzim pemacu
seperti ini, bukan hanya memiliki fungsi katalitik, tetapi juga mampu meningkatkan
atau menurunkan aktivitas katalitik sebagai respon terhadap isyarat tertentu. Melalui
kerja enzim pemacu tersebut, kecepatan masing-masing urutan metabolik diatur secara
tetap, pada setiap menit, untuk mengubah, menyesuaikan dengan kebutuhan sel akan
energi dan molekul unit pembangun yang diperlukan dalam pertumbuhan dan perbaikan
sel.
Di dalam kebanyakan sistem multi enzim, enzim pertama pada urutan reaksi
tersebut merupakan enzim pemacu atau pengatur. Enzim-enzim lain di dalam urutan
reaksi, yang biasanya terdapat dalam jumlah yang memungkinkan aktivitas katalitik
yang berlebihan, hanya mengikuti enzim pengatur ini, enzim-enzim tersebut dapat
melangsungkan reaksinya hanya dengan kecepatan yang sesuai dengan kecepatan
penyediaan substrat dari tahap sebelumnya.
Enzim tersebut, yang aktifitasnya diatur melalui berbagai isyarat molekuler,
disebut enzim regulatori (atau enzim pengatur). Terdapat dua golongan utama enzim
pengatur : enzim alosterik atau pengatur bukan kovalen, dan enzim pengatur kovalen.

9
G. Enzim Alosterik Diatur Oleh Pengikatan Non Kovalen Molekul Pengatur
Pada beberapa sistem multienzim,
enzim pertama atau enzim pengatur
memiliki sifat yang menonjol : enzim ini
dihambat oleh produk akhir sistem
multienzim. Bilangan produk akhir urutan
metabolik tersebut meningkat diatas
konsentrasi imbang-normalnya, yang
menunjukkan bahwa senyawa ini sedang
diproduksi dalam jumlah melebihi
kebutuhan sel, produk akhir urutan ini
bekerja sebagai suatu penghambat spesifik
terhadap enzim pertama atau pengatur
didalam urutan ini.
Gambar 5. Gambar skematik sistem multi enzim

Keseluruhan sistem enzim, oleh karenanya dapat mengatur kecepatan reaksi


sehingga produksi senyawa produk akhir tersebut menjadi seimbang dengan kebutuhan
sel. Jenis pengaturan ini disebut penghambatan balik. Contoh klasik dari penghambatan
balik alosterik seperti ini; salah satu yang pertamakali ditemukan, adalah sistem enzim
bakteri yang mengkatalisa pengubahan L-trionin menjadi L-isoleusin (Gambar 6). pada
urutan lima enzim ini, yang pertama yaitu dehidratase trionin dihambat oleh isoleusin,
produk enzim terakhir dari rangkaian ini. Isoleusin bersifat spesifik sebagai
penghambat.
Tidak ada senyawa antara
lain pada rangkaian reaksi ini yang
bersifat menghambat terhadap
dehidratase treonin, demikian pula
tidak ada enzim lain di dalam
rangkaian ini yang dihambat oleh
isoleusin. Penghambatan balik adalah
satu diantara dari beberapa jenis

10
Gambar 6. Penghambatan secara non
kovalen
pengaturan alosterik. Penghambatan
dehidratase treonin oleh isoleusin
bersifat dapat balik; jika konsentrasi
isoleusin menurun, kecepatan
aktifitas reaksi dehidratase treonin
meningkat. Jadi, aktifitas
dehidratasetreonin bereaksi sangat
cepat dan bersifat dapat balik
terhadap fluktuasi konsentrasi
isoleusin di dalam sel. Walaupun
isoleusin merupakan penghambat
enzim yang sangat spesifik, isoleusin
tidak terikat dengan sisi substrat.

Sebaliknya, molekul ini berikatan dengan sisi spesifik lain pada molekul
enzim, yaitu sisi pengatur. Pengikatan isoleusin pada sisi pengatur dehidratase treonin
ini bersifat nonkovalen dan karenanya segera dapat diatasi. Dehidratase treonin
merupakan anggota yang khas dari golongan enzim alosterik, yaitu enzim-enzim
pengatur yang berfungsi melalui pengikatan nonkovalen dan dapat balik suatu molekul
pengatur. Istilah alosterik diturunkan dari bahasa yunani ”allo” yang berarti yang lain,
dan ”stereos” yang berarti ruang atau isi. Enzim alosterik adalah enzim yang memiliki
sisi lain selain sisi katalitik.
Sifat-sifat enzim alosterik
berbeda nyata dari enzim-enzim
bukan pengatur (biasa). Pertama,
seperti semua enzim, enzim
alosterik memiliki sisi katalitik
yang berikatan dengan substrat dan
mengubahnya, tetapi enzim ini
juga memiliki satu atau lebih sisi
pengatur atau alosterik untuk

11
mengikat metabolit pengatur, yang
disebut modulator (pengatur) atau
efektor (Gambar. 7)
Gambar 7. Model skematik enzim alosterik

Sama seperti sisi katalitik enzim yang bersifat spesifik bagi substratnya, sisi
alosterik bersifat spesifik bagi modulator (pengatur)-nya. Kedua, molekul enzim
alosterik umunya lebih besar dan lebih kompleks dibandingkan dengan molekul enzim
biasa. Kebanyakan enzim-enzim alosterik memiliki dua atau lebih rantai atau subunit
polipeptida. Ketiga, enzim alosterik biasanya memperlihatkan penyimpangan yang
nyata dari tingkahlaku klasik Michaelis-Menten, hal ini salah satu ciri yang pertama-
tama membedakannya dari enzim-enzim biasa.

H. Enzim Alosterik Dapat Dihambat Atau Dipercepat Oleh Modulator


Bilamana sisi alosterik diisi oleh modulator negatif atau penghambat spesifik,
yang terjadi, jika konsentrasi senyawa ini meningkat di dalam sel, enzim mengalami
perubahan menjadi bentuk yang kurang aktif atau bentuk tidak aktif: dengan kata lain
molekul ini ”dimatikan.” Bilamana modulator penghambat terlepas dari sisi alosterik,
yang terjadi jika konsentrasi modulator di dalam sel menurun, enzim kembali ke bentuk
aktif atau bentuk ”hidup”.
Tetapi, terdapat juga enzim alosterik yang diaktifkan oleh molekul modulator
(pengatur)-nya. Dalam hal ini, modulator perangsang atau positif bukan merupakan
produk akhir rangkaian enzim, tetapi beberapa metabolit lain yang berperan sebagai
isyarat molekuler terhadap enzim untuk mempercepat dirinya (Gambar 8). Seringkali
modulator pengaktif golongan enzim alosterik ini merupakan molekul substratnya
sendiri.

12
Gambar 8. Pengaturan alosterik mempercepat dan menghambat

Enzim alosterik dalam hal ini, disebut homotropik (karena substrat dan
modulatornya identik), dan memiliki dua atau lebih sisi pengikatan bagi substrat. Sisi
pengikatan ini seringkali memainkan dua peranan; bekerja sebagai sisi katalitik dan juga
sisi pengaturan. Jenis enzim alosterik ini bereaksi terhadap keadaan terjadinya
akumulasi substrat dalam jumlah berlebih, yang harus diubah dengan reaksi selanjutnya.
Jadi, kita memiliki dua jenis enzim alosterik; golongan yang dihambat oleh
modulatornya, biasanya oleh molekul bukan substrat (golongan ini disebut enzim
heterotrofik), dan golongan enzim yang dirangsang oleh modulatornya yang seringkali
merupakan substratnya sendiri. Dalam banyak hal, mekanisme aktif-tidaknya enzim
alosterik menyerupai mekanisme aktif-tidaknya hemoglobin oleh difosfogliserat.
Beberapa enzim alosterik memiliki dua atau lebih modulator yang dapat
berpengaruh secara berlawanan, sehingga satu atau lebih modulator enzim ini bersifat
pengaktif, dan satu atau lebih bersifat penghambat. Pada enzim yang lebih kompleks ini,
masing-masing modulator memiliki sisi alosterik spesifiknya, yang jika terisi,
mengisaratkan enzim untuk mempercepat kerja katalitiknya atau memperlambat reaksi.

I. Beberapa Enzim Diatur Oleh Modifikasi Kovalen Dapat Balik


Golongan enzim pengatur yang penting lainnya diatur melalui interkonversi
bentuk aktif dan tidak aktifnya oleh modifikasi kovalen molekul enzim. Contoh yang
penting adalah enzim pengatur fosforilase glikogen pada otot dan hati, yang
mengkatalisa reaksi

(glukosa)n + fosfat (glukosa)n-1 + glukosa 1-fosfat


Rantai glikogen
diperpendek
glukosa 1-fosfat yang lalu terbentuk, dapat diuraikan menjadi asam laktat di dalam otot
atau menjadi glukosa bebas dalam hati. Fosforilase glikogen terdapat dalam dua bentuk,

13
yaitu bentuk aktif fosforilase a dan bentuk yang relatif tidak aktif fosforilase b.
fosforilase a memiliki dua subunit rantai polipeptida, masing-masing dengan satu residu
serin fosfat ini diperlukan untuk aktivitas maksimum enzim. Gugus fosfat dapat
dilepaskan secara hidrolitik dari fosforilase a oleh enzim yang disebut fosfatase
fosforilase
Fosfatase fosforilase
fosforilase a +2H2O fosforilase b + 2Pi
(kurang aktif)
Di dalam reaksi ini fosoforilase a diubah menjadi fosforilase b, yang jauh
kurang aktif dibandingkan dengan fosforilase a dalam mengkatalisa pemecahan
glikogen. Jadi, bentuk aktif fosforilase glikogen diubah menjadi bentuk yang relatif
tidak aktif oleh pemotongan dua ikatan kovalen diantara asam fosfat dan dua residu
serin spesifik pada enzim (Gambar 9).
Fosforilase b, sebaliknya dapat diaktifkan kembali, yaitu ditransformasi
kembali menjadi fosforilase a yang aktif oleh enzim lain, kinase fosforilase, yang
mengkatalisa pemindahan gugus fosfat dari ATP ke gugus hidroksil residu serin
spesifik pada fosforilase b.
Kinase fosforiliase
2ATP + Fosforilase b 2ADP + Fosforilase a
(kurang aktif) (lebih aktif)
Jadi, penguraian glikogen pada otot kerangka dan hati diatur melalui variasi pada ratio
bentuk aktif dan inaktif enzim. Kedua bentuk ini berbeda dalam struktur kuartenernya,
sehingga sisi katalitik mengalami perubahan dalam struktur dan sebagai akibatnya,
mengalami perubahan dalam aktivitas katalitiknya.
Walaupun pada kebanyakan kasus yang diketahui, pengaturan kovalen kerja
enzim disebabkan oleh fosforilase dan defosforilase residu serin spesifik, seperti
dijelaskan bagi fosforilase glikogen, jenis lain dari modulasi kovalen disebabkan oleh
metilasi residu asam amino spesifik, atau oleh pengikatan gugus adenilat.
Beberapa enzim pengatur
yang lebih kompleks diatur oleh
mekanisme nonkovalen maupun
kovalen. Enzim tersebut terletak

14
terutama pada titik–titik kritis di
dalam metabolisme, sehingga enzim
tersebut bereaksi terhadap berbagai
metabolit pengatur melalui
modifikasi alosterik maupun kovalen.
Sebenarnya, fosforilase glikogen
yang baru saja didiskusikan
merupakan suatu contoh. Walaupun
pengaturan utamanya dilakukan
melalui modofikasi kovalen seperti
dijelaskan di atas, enzim ini diubah
atau diatur juga oleh adenilat melalui
mekanisme alosterik nonkovalen.
Adenilat bekerja sebagai modulator
pengaktif fosforilase b.
Gambar 9. Pengaturan aktivitas enzim
secara modifikasi kovalen

J. Enzim Dapat Mengalami Kerusakan Katalitik Karena Mutasi Genetik


Banyak penyakit genetik manusia yang diketahui melibatkan kerusakan atau
inaktifasi salah satu enzim atau lebih, dalam fungsi katalitik atau pengaturannya. Pada
penyakit serupa ini, molekul enzim yang mengalami kerusakan mungkin mengandung
satu atau lebih asam amino yang salah satu rantai polipeptidanya, sebagai akibat dari
mutasi pada DNA penyandinya. Aktivitas katalitik suatu enzim tergantung pada bukan
hanya adanya residu asam amino spesifik pada sisi katalitik dan sisi pengaturannya (sisi
regulator), tetapi juga tergantung pada keseluruhan konformasi tiga dimensi enzim.
Pengganti satu residu asam amino pada beberapa posisi kritis pada rantai polipeptida,
karenannya dapat mengubah atau merusak aktivitas katalitik enzim, seperti penggantian
satu residu asam amino, menyebabkan hemoglobin sel sabit tidak berfungsi dengan
baik. Jika enzim telah terubah secara genetis ini merupakan anggota sistem enzim yang

15
mengkatalisa atau lintas metabolik utama, akibatnya dapat menjadi serius atau bahkan
gangguan yang fatal di dalam metabolisme.
Beberapa penyakit genetik manusia yang utama yang berkaitan dengan
penyimpangan pada salah satu enzim atau lainnya diberikan pada Tabel 4. Banyak
usaha yang dilakukan untuk mencegah akibat-akibat yang tidak diinginkan dari
kerusakan genetik pada enzim. Salah satu pendekatan yang sedang diteliti adalah
pemasukan bentuk enzim yang normal dan aktif kedalam tubuh, yang diimobilisasi pada
kapsul berfilter yang di masukkan ke dalam pembuluh darah. Dengan cara ini,
diharapkan bahwa metabolit yang terakumulasi di dalam badan sebagai akibat
kerusakan genetik dapat diubah menjadi produk normalnya pada saat darah mengalir
melalui kapsul yang mengandung enzim normal-aktif ini.
Tabel 4 Beberapa Penyakit Genetik Manusia Yang Berkaitan Dengan Rusaknya
Enzim Tertentu
Penyakit Enzim Yang Rusak
Albino 3-Monooksigenase tirosin
Alkatonuria 1,2-dioksigenase homogentisat
Galaktosemia Uridilil transferase galaktosa 6-fosfat
Homosistinuria Β-Sintase sistationin
Fenilketonuria 4-Monooksigenase fenilalanin
Penyakit Tay-Sachs Heksosaminidase A
Pengubahan genetik pada
enzim tidak selalu membahayakan.
Seringkali peristiwa ini menghasilkan
keragaman pada sifat-sifat sekunder.
Suatu organisme, seperti perubahan
pada warna mata atau rambut secara
khas (Gambar 10). Kadang-kadang,
pengubahan genetik pada suatu enzim
dapat membuatnya lebih efisien,
memberikan organisme ini beberapa
Gambar 10. Contoh perubahan
genetik enzim pada kelebihan di dalam daya tahan
pigmen bulu kucing hidupnya.
siam

16
17

Anda mungkin juga menyukai