Tugas AFIF TRI ALAMSYAH, Pengentar Kurikulum SMSTR III-1.

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 10

MEMAHAMI TERKAIT KEDUDUKAN KURIKULUM DALAM

PENDIDIKAN

Afif Tri Alamsyah

Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Makrifatul Ilmi

Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Makrifatul Ilmi

Afiftrialamsyah@gmail.com

LATAR BELAKANG
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yangsangat strategis
dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam
pendidikan dan dalam perkembangan kehidupanmanusia, maka dalam penyusunan kurikulum
tidak bisa dilakukan tanpamemahami konsep dasar dari kurikulum.Pembentukan suatu organisasi
yaitu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.Begitu pula dengan salah satu organisasi yang sangat
besar seperti dunia persekolahan dalam tingkat nasional. Untuk mencapai tujuan pendidikan
makaharus dibuat rancangan untuk mencapai tujuan tersebut agar dalam pelaksanaannya
terorganisir dan terarah.
Oleh karena itulah kita mengenal yangnamanya kurikulum.Kurikulum berfungsi sebagai
pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan di sekolah bagi pihak-pihak yang terkait.
Selain sebagai pedoman, bagi siswa kurikulum memiliki enam fungsi, yaitu: fungsi penyesuaian,
fungsi pengintegrasian, fungsi diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan, danfungsi
diagnostik.Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan pendidikan, yakni
mempersiapkan peserta didik agar mereka dapat hidup dimasyarakat. Makna dapat hidup di
masyarakat itu memiliki arti luas, yang bukansaja berhubungan dengan kemampuan peserta didik
untuk menginternalisasi nilaiatau hidup sesuai dengan norma-norma masyarakat akan tetapi juga
pendidikanharus berisi tentang pemberian pengalaman agar anak dapat
mengembangkankemampuannya sesuai dengan minat dan bakat mereka. Dengan demikian
dalamsistem pendidikan kurikulum merupakan komponen yang sangat penting, sebab
didalamnya bukan hanya menyangkut tujuan dan arah pendidikan saja akan tetapi juga
pengalaman belajar yang harus dimilki setiap siswa serta bagaimanamengorganisasi pengalaman
itu sendiri.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum
Pada awalnya istilah kurikulum digunakan dalam dunia olah raga pada jaman Yunani
Kuno. Curriculum dalam bahasa Yunani berasal dari kata “Curir“ artinya pelari dan “Curere“
artinya ditempuh atau berpacu. Curriculum diartikan jarak yang harus ditempuh oleh pelari.
Mengambil makna yang terkandung dari rumusan tersebut, kurikulum dalam pendidikan
diartikan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik untuk
memperoleh ijazah.
Kurikulum sebagai program pendidikan mencakup: Sejumlah mata pelajaran atau
organisasi pengetahuan; pengalaman belajar atau kegiatan belajar; program belajar (plan for
learning) untuk peserta didik; hasil belajar yang diharapkan. Menurut Nana Sudjana (2005),
kurikulum diartikan “program dan pengalaman belajar serta hasil-hasil belajar yang diharapkan,
yang diformulasikan melalui pengetahuan dan kegiatan yang tersusun secara sistematis,
diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan pribadi dan kompetensi sosial siswa”.
Dalam beberapa literature kurikulum diartikan sebagai: suatu dokumen atau rencana
tertulis mengenai kualitas pendidikan yang harus dimiliki oleh peserta didik melalui suatu
pengalaman belajar. Pengertian ini mengandung arti bahwa kurikulum harus tertuang dalam satu
atau beberapa dokumen atau rencana tertulis. Dokumen atau rencana tertulis itu berisikan
pernyataan mengenai kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik yang mengikuti
kurikulum tersebut. Pengertian kualitas pendidikan di sini mengandung makna bahwa kurikulum
sebagai dokumen merencanakan kualitas hasil belajar yang harus dimiliki peserta didik, kualitas
bahan/konten pendidikan yang harus dipelajari peserta didik, kualitas proses dan pendidikan
yang harus dialami peserta didik. Kurikulum dalam bentuk fisik ini seringkali menjadi fokus
utama dalam setiap proses pengembangan kurikulum karena ia menggambarkan ide atau
pemikiran para pengambil keputusan yang digunakan sebagai dasar bagi pengembangan
kurikulum sebagai suatu pengalaman.
Perbedaan pemikiran atau ide akan menyebabkan terjadinya perbedaan dalam kurikulum
yang dihasilkan, baik sebagai dokumen mau pun sebagai pengalaman belajar. Oliva (1997)
berpendapat bahawa “Curriculum itself is a construct or concept, a verbalization of an extremely
complex idea or set of ideas”. Selain kurikulum diartikan sebagai dokumen, para ahli kurikulum
mengemukakan berbagai definisi kurikulum yang dianggap sesuai dengan konstruk kurikulum
yang ada pada dirinya. Perbedaan pendapat tetang definisi kurikulum menggambarkan
pengertian yang membedakan antara apa yang direncanakan (kurikulum) dengan apa yang
sesungguhnya terjadi di kelas (instruction atau pengajaran).
Istilah dalam kurikulum seperti “planned activities”, “written document”, “curriculum as
intended”, “curriculum as observed”, “hidden curriculum”, ”curriculum as reality”, “school
directed experiences”, “learner actual experiences” menggambarkan adanya perbedaan antara
kurikulum dengan apa yang terjadi di kelas. Dengan transfer dan transmisi maka kurikulum
menjadi suatu fokus pendidikan yang ingin mengembangkan pada diri peserta didik apa yang
sudah terjadi dan berkembang di masyarakat. Kurikulum tidak menempatkan peserta didik
sebagai subjek yang mempersiapkan dirinya bagi kehidupan masa datang tetapi harus mengikuti
berbagai hal yang dianggap berguna berdasarkan apa yang dialami oleh orang tua mereka.
Definisi kurikulum oleh kelompok “conservative” (perenialism dan essentialism),
kelompok “romanticism” (romantic naturalism), “existentialism” mau pun “progressive”
(experimentalism, reconstructionism) hanya memusatkan perhatian pada fungsi “transfer” dari
apa yang sudah terjadi dan apa yang sedang terjadi. Pada aliran progresif kelompok
rekonstruksionis dapat dikatakan berbeda dari lainnya karena kelompok ini tidak hanya
mengubah apa yang ada pada saat sekarang tetapi juga membentuk apa yang akan
dikembangkan. Walau pun tidak begitu jelas tetapi pada pandangan ini sudah ada upaya untuk
“shaping the future” dan bukan hanya “adjusting, mending or reconstructing the existing
conditions of the life of community”. Seperti dikemukakan oleh McNeil (1977): Social
reconstructionists are opposed to the notion that the curriculum should help students adjusts or
fit the existing society. Instead, they conceive of curriculum as a vehicle for fostering critical
discontent and for equipping learners with the skills needed for conceiving new goals and
affecting social change.
Kemajuan teknologi pada akhir kedua abad kedua puluh telah memberikan velocity
perubahan pada berbagai aspek kehidupan pada tingkat yang tak pernah dibayangkan manusia
sebelumnya. Pendidikan haruslah aktif membentuk dan mengembangkan potensi peserta didik
untuk suatu kehidupan yang akan dimasukinya dan dibentuknya. Peserta didik akan menjadi
anggota masyarakat yang secara individu maupun kelompok tidak hanya dibentuk oleh
masyarakat (dalam posisi menerima = pasif) tetapi harus mampu memberi dan mengembangkan
masyarakat ke arah yang diinginkan (posisi aktif). Artinya, kurikulum merupakan rancangan dan
kegiatan pendidikan yang secara maksimal mengembangkan potensi kemanusiaan yang ada pada
diri seseorang baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat untuk kehidupan
dirinya, masyarakat, dan bangsanya di masa mendatang.

B. Definisi Kurikulum oleh Para Ahli


Terdapat beberapa pengertian kurikulum menurut para ahli yaitu sebagai berikut.
1) Hilda Taba, mengartikan kurikulum sebagai a plan for learning, yakni sesuatu yang
direncanakan untuk dipelajari oleh anak-anak
2) J. Galen Saylor dan William M. Alexander, menjelaskan The curriculum is the sum total
of schools effort to influence learning, whether in the classroom, on the playground, or
out of school. Jadi segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak itu belajar, apakah
dalam ruangan kelas, di halaman sekolah atau di luar sekolah.
3) Harold B. Alberty cs. Memandang kurikulum sebagai all of the activities that the
provided for the students by the school. Dengan kurikulum dimaksud segala kegiatan
yang disajikan oleh sekolah bagi para pelajar dan tidak diadakan pembatasan antara
kegiatan di dalam dan di luar kelas.
4) UU. No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional: Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.

C. Kedudukan Kurikulum
Kurikulum memiliki posisi sentral dalam setiap upaya pendidikan. Dalam pengertian
kurikulum yang dikemukakan di atas harus diakui ada kesan bahwa kurikulum seolah-olah hanya
dimiliki oleh lembaga pendidikan modern dan yang telah memiliki rencana tertulis. Sedangkan
lembaga pendidikan yang tidak memiliki rencana tertulis dianggap tidak memiliki kurikulum.
Pengertian di atas memang pengertian yang diberlakukan untuk semua unit pendidikan dan
secara administratif kurikulum harus terekam secara tertulis.
Posisi sentral ini menunjukkan bahwa di setiap unit pendidikan kegiatan kependidikan
yang utama adalah proses interaksi akademik antara peserta didik, pendidik, sumber dan
lingkungan. Posisi sentral ini menunjukkan pula bahwa setiap interaksi akademik adalah jiwa
dari pendidikan. Dapat dikatakan bahwa kegiatan pendidikan atau pengajaran pun tidak dapat
dilakukan tanpa interaksi dan kurikulum adalah desain dari interaksi tersebut.
Kurikulum merupakan bentuk akuntabilitas lembaga pendidikan terhadap masyarakat.
Setiap lembaga pendidikan, apakah lembaga pendidikan yang terbuka untuk setiap orang ataukah
lembaga pendidikan khusus haruslah dapat mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya
terhadap masyarakat. Lembaga pendidikan tersebut harus dapat memberikan “academic
accountability” dan “legal accountability” berupa kurikulum. Oleh karena itu jika ada yang ingin
mengkaji dan mengetahui kegiatan akademik apa dan apa yang ingin dihasilkan oleh suatu
lembaga pendidikan maka ia harus melihat dan mengkaji kurikulum.
Untuk menegakkan akuntabilitasnya maka kurikulum tidak boleh hanya membatasi diri
pada persoalan pendidikan dalam pandangan perenialisme atau esensialisme. Kedua pandangan
ini hanya akan membatasi kurikulum, dan pendidikan, dalam kepeduliaannya. Kurikulum dan
pendidikan tidak dapat dilepaskan dari berbagai masalah sosial yang muncul, masalah kehidupan
yang berkembang di masyarakat. Kurikulum harus memperhatikan tuntutan masyarakat dan
rencana bangsa untuk kehidupan masa mendatang. Problema masyarakat harus dianggap sebagai
tuntutan, menjadi kepeduliaan dan masalah kurikulum. Apakah kurikulum bersifat
mengembangkan kualitas peserta didik yang diharapkan dapat memperbaiki masalah dan
tantangan masyarakat ataukah kurikulum merupakan upaya pendidikan membangun masyarakat
baru yang diinginkan bangsa menempatkan kurikulum pada posisi yang berbeda.
Secara singkat, kedudukan kurikulum dapat disimpulkan menjadi tiga, yaitu kurikulum
adalah “construct” yang dibangun untuk mentransfer apa yang sudah terjadi di masa lalu kepada
generasi berikutnya untuk dilestarikan, diteruskan atau dikembangkan, kurikulum sebagai
jawaban untuk menyelesaikan berbagai masalah sosial yang berkenaan dengan pendidikan. Hal
ini dicerminkan oleh pengertian kurikulum yang didasarkan pada pandangan filosofi
progresivisme; dan kurikulum untuk membangun kehidupan masa depan di mana kehidupan
masa lalu, masa sekarang, dan berbagai rencana pengembangan dan pembangunan bangsa
dijadikan dasar untuk mengembangkan kehidupan masa depan.
Adapun komponen isi kurikulum dan contoh komponen isi kurikulum pada buku guru
dan siswa, yaitu :
a. Komponen isi kurikulum
adalah salah satu bagian penting dari kurikulum yang menentukan materi atau bahan ajar
yang akan disampaikan kepada peserta didik. Komponen ini mencakup fakta, konsep,
prinsip, dan keterampilan yang relevan dengan tujuan kurikulum dan kebutuhan
masyarakat. Komponen isi kurikulum harus disusun secara sistematis, logis, dan
konsisten agar dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan efektif bagi
peserta didik. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menjelaskan
komponen isi kurikulum:
1. Sumber dan kriteria pemilihan isi kurikulum.
Sumber isi kurikulum dapat berasal dari berbagai bidang ilmu pengetahuan, seni,
budaya, teknologi, dan kehidupan sehari-hari. Kriteria pemilihan isi kurikulum dapat
meliputi relevansi, validitas, aktualitas, keterwakilan, keseimbangan, dan
kesinambungan
2. Struktur dan organisasi isi kurikulum.
Struktur isi kurikulum adalah susunan dan hubungan antara materi atau bahan ajar
yang disajikan dalam kurikulum. Organisasi isi kurikulum adalah cara penyusunan
dan pengelompokan materi atau bahan ajar dalam kurikulum. Struktur dan organisasi
isi kurikulum harus memperhatikan aspek logika, psikologi, dan sosial
3. Penyajian dan implementasi isi kurikulum.
Penyajian isi kurikulum adalah cara penyampaian materi atau bahan ajar kepada
peserta didik melalui media, metode, dan strategi pembelajaran yang sesuai.
Implementasi isi kurikulum adalah proses pelaksanaan materi atau bahan ajar dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas atau di luar kelas. Penyajian dan implementasi isi
kurikulum harus memperhatikan aspek efektivitas, efisiensi, dan kreativitas
b. Contoh komponen isi kurikulum pada buku guru dan siswa
Contohnya adalah salah satu bagian penting dari kurikulum yang menentukan materi atau
bahan ajar yang akan disampaikan kepada peserta didik. Komponen ini mencakup fakta,
konsep, prinsip, dan keterampilan yang relevan dengan tujuan kurikulum dan kebutuhan
masyarakat. Komponen isi kurikulum harus disusun secara sistematis, logis, dan
konsisten agar dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan efektif bagi
peserta didik.
Berikut ini adalah beberapa contoh komponen isi kurikulum pada buku guru dan
siswa:
1. Buku Guru dan Siswa Kurikulum 2013. Buku ini merupakan buku paket yang
terdiri dari buku pegangan guru dan buku pegangan siswa yang disusun sesuai
dengan kurikulum 2013. Buku ini berisi langkah-langkah pembelajaran yang
didesain menggunakan pendekatan saintifik, yaitu mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Buku ini
juga dilengkapi dengan lembar kegiatan, penilaian autentik, dan sumber
belajar lainnya. Contoh buku guru dan siswa kurikulum 2013 :
a. Buku guru
Buku guru adalah panduan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran
di kelas. Buku guru berisi langkah langkah pembelajaran
b. Buku siswa
Adalah buku yang diperuntunkan bagi siswa yang dipergunakan sebagai
panduan aktifitas pembelajaran untuk memudahkan siswa dalam
menguasai kompetensi tertentu
2. Buku Guru dan Siswa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Buku
ini merupakan buku paket yang terdiri dari buku pegangan guru dan buku
pegangan siswa yang disusun sesuai dengan kurikulum tingkat satuan
pendidikan yang berbasis kompetensi. Buku ini berisi standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan
penilaian. Buku ini juga menyajikan berbagai macam metode, media, dan
sumber belajar yang dapat digunakan oleh guru dan siswa.
D. Kedudukan Kurikulum dalam Pendidikan Menurut 3 Pandangan
Ada beberapa pandangan terkait kedudukan kurikulum dalam pendidikan yaitu menurut
pandangan filsafat, psikologis dan epistemologi. Supaya lebih jelas dapat dilihat berikut ini.
1. Menurut Pandangan Filsafat
Kurikulum adalah sarana perangkat lunak pendidikan adalah langkah operasional
yang menjabarkan konsep pendidikan dalam rangka mencapai tujuannya. Kurikulum
sebagai komponen penting dalam pendidikan, harus memiliki tujuan dan sasaran yang
akan dicapai, seleksi dan organisasi bahan dan isi pelajaran, bentuk dan kegiatan
belajar dan mengajar, dan akhirnya evaluasi hasil belajar.
Dalam konteks pendidikan Nasional, kurikukulum adalah rencana tertulis tentang
kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan standar nasional, materi yang perlu
dipelajari dan pengalaman belajar yang harus dijalani untuk mencapai kemampuan
tersebut, dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian
kemampuan peserta didik, serta seperangkat peraturan yang berkenaan dengan
pengalaman belajar peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya pada satuan
pendidikan tertentu (Bainar, 2019).
2. Menurut Pandangan Psikologis
Psikologi merupakan salah satu landasan dalam pengembangan kurikulum yang
harus dipertimbangkan oleh para pengembang. Hal ini dikarenakan posisi kurikulum
dalam proses pendidikan memegang peranan yang sentral. Dalam proses pendidikan
terjadi interaksi antar manusia, yaitu antara anak didik dengan pendidik, dan juga
antara anak didik dengan manusia-manusia lainnya. Manusia berbeda dengan makhluk
lainnya karena kondisi psikologisnya (Yuliawati, 2008).
3. Menurut Pandangan Psikologis
Kurikulum menjadi elemen vital dalam proses pendidikan karena ia menjadi salah
satu alat, peta, dan petunjuk umum untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
Keberhasilan suatu pendidikan karena adanya kurikulum yang baik dan sesuai dengan
kebutuhan peserta didik. Jika bangunan dan struktur kurikulum yang digunakan
bersifat menyeluruh dan komprehensif, maka hasil, out put dan out come, dari proses
pendidikan yang dijalankan akan menjadi bagus pula, demikian juga sebaliknya.
Kurikulum digunakan selain sebagai cara, rencana, aturan-aturan, bahan pelajaran,
dan pedoman dalam proses pembelajaran, ia juga bermakna sebagai peta realitas.
Kurikulum diibaratkan seperti peta jalan dan peta dunia yang menjadi petunjuk dan
arah bagi orang yang sedang melakukan perjalanan. Kurikulum menjadi peta realitas
karena ia menjadi petunjuk, misalnya realitas dan wujud apa saja –fisik, metafisik,
matematik, sosial- yang dapat dikaji dan dipelajari oleh manusia. Sebagai peta, ia
berfungsi sebagai penunjuk arah untuk melihat, membaca, dan mengkaji wujud-wujud.
Di samping itu, kurikulum dapat berfungsi dan digunakan sebagai alat oleh manusia
untuk mengaktualkan potensi-potensinya, sehingga mereka dapat menjadi profesional
dalam pendidikan (Humaidi, 2013).

KESIMPULAN
Kurikulum adalah rencana pembelajaran yang mengatur tujuan, materi, metode, dan
penilaian yang harus dicapai dalam pendidikan. Kurikulum memiliki kedudukan yang sentral
dalam proses pendidikan, karena kurikulum berperan sebagai arah dan pedoman dalam belajar
mengajar, dasar penilaian hasil belajar siswa, dan alat pengembangan potensi siswa. Kurikulum
merupakan alat yang membantu guru dan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan yang
bermutu dan mengembangkan potensi mereka secara optimal. Secara singkat, kedudukan
kurikulum dapat disimpulkan menjadi tiga, yaitu kurikulum adalah “construct” yang dibangun
untuk mentransfer apa yang sudah terjadi di masa lalu kepada generasi berikutnya untuk
dilestarikan, diteruskan atau dikembangkan, kurikulum sebagai jawaban untuk menyelesaikan
berbagai masalah ocial yang berkenaan dengan pendidikan. Hal ini dicerminkan oleh pengertian
kurikulum yang didasarkan pada pandangan filosofi progresivisme; dan kurikulum untuk
membangun kehidupan masa depan di mana kehidupan masa lalu, masa sekarang, dan berbagai
rencana pengembangan dan pembangunan bangsa dijadikan dasar untuk mengembangkan
kehidupan masa depan
REFERENSI

Bainar. 2019. Pandangan Filsafat Pendidikan Islam terhadap Kurikulum. Jurnal Al-Mutharahah,
Vol.16, No.2, Juli- Desember 2019.

file:///C:/Users/bajrul/Downloads/1dd25-bab-i-pengertian-dan-kedudukan-kurikulum.pdf

https://kurtek.upi.edu/kedudukan-konsep-fungsi-dan-peranan-kurikulum/

https://www.academia.edu/11643524/Kedudukan_Kurikulum_dalam_Pendidikan

https://www.silabus.web.id/kedudukan-kurikulum/

https://www.academia.edu/61056094/Kedudukan_Kurikulum_dalam_Pendidikan

Humaidi. 2013. Epistomologi Kurikulum Pendidan Sains. Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 2, No. 2,
Desember 2013.

Yuliawati, L. 2008. Pentingnya landasan Psikologis dalam pengembangan kurikulum tingkat


satuan pendidikan. Inovasi Kurikulum, Vol. 5, No.1, 2008.

Wulandari, Yeni. 2017. Strategi sekolah dalam penguatan Pendidikan karakter bagi siswa
dengan memaksimalkan peran orang tua. univpgri-palembang: Muhammad Kristiawan.

Anda mungkin juga menyukai