Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Modul
Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir sebagai salah satu mata pelatihan
dalam Pelatihan Integrated Coastal and Lowland Development. Modul ini disusun untuk
memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) yang tersebar di
beberapa unit organisasi bidang sumber daya air di lingkungan Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Modul Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir ini disusun dalam 3 (tiga) bagian
yang terbagi atas pendahuluan, materi pokok, dan penutup. Penyusunan modul yang
sistematis diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami konsep
keterpaduan pembangunan wilayah pesisir. Penekanan orientasi pembelajaran pada modul
ini lebih menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim Penyusun dan
Narasumber, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyempurnaan maupun
perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka dan dimungkinkan mengingat akan
perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan yang terus-menerus terjadi. Semoga Modul
ini dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kompetensi ASN di lingkungan Kementerian
PUPR.
i
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
DAFTAR ISI
ii
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
DAFTAR GAMBAR
iii
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
iv
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Contoh Tabel Proyek Peningkatan Akses ke Pelabuhan Perikanan Lokal dan
Pembangunan Fasilitas Penyimpanan yang Dingin............................................................. 13
Tabel 2. Perspektif dan Revitalisasi Pengembangan Kota Terpadu .................................... 23
Tabel 3. Suplai Eksisting .................................................................................................... 29
Tabel 4. Proyeksi Suplai ..................................................................................................... 30
v
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
Deskripsi
Modul Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir ini terdiri dari 1 (satu) materi
pokok yang membahas mengenai Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir.
Peserta pelatihan mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan.
Pemahaman setiap materi pada modul ini diperlukan untuk mengetahui dan memahami
konsep keterpaduan pembangunan wilayah pesisir. Setiap materi pokok dilengkapi dengan
latihan yang menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta pelatihan setelah mempelajari
materi pada materi pokok.
Persyaratan
Dalam mempelajari modul ini, peserta pelatihan diharapkan dapat menyimak dengan
seksama penjelasan dari pengajar, sehingga dapat memahami dengan baik materi yang
merupakan kemampuan wawasan umum dari Pelatihan Integrated Coastal Lowland
Development. Untuk menambah wawasan, peserta diharapkan dapat membaca terlebih
dahulu materi yang berkaitan dengan konsep keterpaduan pembangunan wilayah pesisir
dalam ruang lingkup dan sumber lainnya.
Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan kegiatan
pemaparan yang dilakukan oleh Pengajar/Widyaiswara/Fasilitator, dengan adanya kegiatan
ceramah interaktif, tanya jawab, diskusi, problem based learning, dan simulasi.
Alat Bantu/Media
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran dalam mata pelatihan ini, peserta mampu
memahami mengenai konsep keterpaduan pembangunan wilayah pesisir.
vi
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir, wilayah pesisir telah menjadi fokus utama dalam
pembangunan dan pengelolaan sumber daya. Keterlibatan Aparatur Sipil Negara (ASN)
dalam memahami konsep keterpaduan pembangunan wilayah pesisir menjadi semakin
penting seiring dengan pertumbuhan kompleksitas tantangan yang dihadapi oleh
wilayah-wilayah ini. Meningkatnya migrasi penduduk ke wilayah pesisir, bersamaan
dengan konflik dalam penggunaan sumber daya alam, pencemaran lingkungan, dan
degradasi ekosistem, mendorong perlunya pendekatan yang terpadu dalam mengelola
wilayah pesisir. ASN perlu memahami bahwa konsep keterpaduan pembangunan
wilayah pesisir, seperti Integrated Coastal Zone Management (ICZM), mendorong
integrasi berbagai aspek, mulai dari konservasi alam, pemanfaatan lahan yang
terhubung antara daratan dan laut, hingga pengelolaan fungsi publik dan perumahan
yang beragam. Keterlibatan ASN dalam memahami konsep ini akan memberikan
landasan yang kokoh dalam menyusun kebijakan, melibatkan masyarakat secara
berkelanjutan, serta mengelola sumber daya wilayah pesisir secara efektif demi
keberlanjutan lingkungan dan pertumbuhan ekonomi yang seimbang.
B. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini membahas tentang ruang lingkup keterpaduan pembangunan
wilayah pesisir. Pembelajaran disampaikan dengan metode ceramah interaktif, tanya
jawab, diskusi, problem based learning, dan simulasi. Keberhasilan peserta pelatihan
dinilai dari kemampuan untuk memahami mengenai konsep keterpaduan pembangunan
wilayah pesisir.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam mata pelatihan ini, peserta mampu
memahami mengenai konsep keterpaduan pembangunan wilayah pesisir.
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu:
a. Menguraikan isi dari konsep keterpaduan pembangunan wilayah pesisir.
1
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
a. Konsep penataan
b. Pembangunan Terpadu Wilayah Pesisir Ibukota Negara
E. Estimasi Waktu
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata
pelatihan “Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir” ini adalah 6 jam
pelajaran (JP) atau sekitar 270 menit.
2
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
MATERI POKOK 1
KETERPADUAN PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR
Zona pesisir di seluruh dunia sejarahnya telah sering dieksploitasi karena kekayaan sumber
daya yang dimilikinya. Diperkirakan sekitar separuh dari populasi di negara-negara pesisir
tinggal di wilayah pesisir, dan migrasi dari daerah pedalaman ke pesisir semakin meningkat.
Konflik yang sengit muncul antara kebutuhan segera akan sumber daya pesisir dan perlunya
menjaga pasokannya dalam jangka panjang. Di banyak negara, wilayah pesisir tercemar,
perikanan terdegradasi, lahan basah dikeringkan, terumbu karang dirusak, dan pantai
dimanfaatkan untuk kesenangan manusia. Untuk memulihkan sumber daya pesisir, tindakan
efektif diperlukan.
3
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
d) Baik secara ekologis maupun secara ekonomis, pemanfaatan suatu wilayah pesisir
secara monokultur (single use) adalah sangat rentan terhadap perubahan internal
maupun eksternal yang menjurus pada kegagalan usaha. Misalnya suatu
hamparan pesisir hanya digunakan untuk satu peruntukan, seperti tambak, maka
akan lebih rentan, jika hamparan tersebut digunakan untuk beberapa peruntukan.
e) Wilayah pesisir pada umumnya merupakan sumber daya milik bersama (common
property resources) yang dapat dimanfaatkan oleh semua orang (open access).
Padahal setiap sumber daya pesisir biasanya berprinsip memaksimalkan
keuntungan. Oleh karenanya, wajar jika pencemaran over eksploitasi sumber daya
alam dan konflik pemanfaatan ruang seringkali terjadi di wilayah ini, yang pada
gilirannya dapat menimbulkan suatu tragedi bersama (open tragedy).
4
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
jumlah penduduk dunia bermukim di wilayah pesisir dan dua pertiga dari kota-kota
besar dunia juga terletak di wilayah ini. (World Bank, 1994; Cicin-Sain and Knecht,
1998).
c) Tingkat kepadatan penduduk dan intensitas pembangunan yang tinggi di wilayah
pesisir, melibatkan wilayah pesisir pada umumnya mengalami tekanan lingkungan
(environmental stresses) yang tinggi pula. Selain dampak lingkungan yang berasal
dari kegiatan-kegiatan pembangunan di wilayah pesisir, wilayah ini juga menerima
dampak kiriman dan berbagai kegiatan manusia di lahan atas (upland areas),
terutama berupa bahan pencemar dan sedimen dari erosi tanah.
d) Wilayah pesisir biasanya merupakan sumber daya milik bersama (common property
resources), sehingga berlaku rejim open access (siapa saja boleh memanfaatkan
wilayah ini untuk berbagai kepentingan). Pada rejin open access ini, setiap pengguna
ingin memanfaatkan sumber daya pesisir semaksimal mungkin sehingga sulit
dilakukan pengendalian, dan sering kali terjadi kehancuran ekosistem sebagai akibat
tragedi bersama (tragedy of the common). Keadaan demikian dapat menjadi potensi
konflik. Dengan karakteristik wilayah pesisir seperti di atas, maka jelas bahwa
pemanfaatan sumber daya pesisir secara optimal dan berkesinambungan hanya
dapat terwujud jika pengelolaannya dilakukan secara terpadu, menerapkan prinsip-
prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development), serta pendekatan
pembangunan secara hati-hati (precautionary approach).
5
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
Pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut yang tidak memenuhi kaidah-kaidah
pembangunan yang berkelanjutan secara signifikan mempengaruhi ekosistemnya.
Kegiatan pembangunan yang ada di kawasan ini akan dapat mempengaruhi
produktivitas sumber daya akibat proses produksi dan residu, dimana pemanfaatan
yang berbeda dari sumber daya pesisir kerap menimbulkan konflik yang dapat
berdampak timbal balik. Oleh karena itu, pemanfaatan sumber daya pesisir untuk
tujuan pembangunan nasional akan dapat berhasil jika dikelola secara terpadu.
Pengalaman membuktikan bahwa pengelolaan atau pemanfaatan kawasan pesisir
secara sektoral tidaklah efektif (Dahuri et. Al, 1996).
Pengelolaan sumber daya pesisir secara terpadu adalah suatu proses iteratif dan
evolusioner untuk mewujudkan pembangunan kawasan pesisir secara optimal dan
berkelanjutan. Integrated Coastal Zone Management (ICZM) mengacu pada proses
dinamis dan berkelanjutan dari pengelolaan penggunaan, pengembangan dan
6
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
perlindungan zona pesisir dan sumber dayanya menuju tujuan bersama otoritas
nasional dan lokal dan aspirasi kelompok pengguna sumber daya yang berbeda.
ICZM mengacu pada pengelolaan sumber daya pesisir dengan cara yang mengakui
saling ketergantungan dan interaksi; untuk perencanaan sektoral dan koordinasi
kegiatan dengan cara yang mengakui interaksi sosial-ekonomi dan lingkungan alam;
pada pertimbangan spasial terpadu dari zona pesisir yang mengidentifikasi saling
ketergantungan antara zona pesisir kritis dan pengembangan wilayah yang lebih
luas. Tujuan akhir dari ICZM bukan hanya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi
(economic growth) jangka pendek, melainkan juga menjamin pertumbuhan ekonomi
yang dapat dinikmati secara adil dan proporsional oleh segenap pihak yang terlibat
(stakeholders), dan memelihara daya dukung serta kualitas lingkungan pesisir,
sehingga pembangunan dapat berlangsung secara lestari. Dalam rangka mencapai
tujuan tersebut maka unsur esensial dari ICZM adalah keterpaduan (integration) dan
koordinasi. ICZM mengacu pada pengelolaan sumber daya pesisir dengan cara yang
mengakui saling ketergantungan dan interaksi; untuk perencanaan sektoral dan
koordinasi kegiatan dengan cara mengakui interaksi antara sosial-ekonomi dan
lingkungan alam; pada pertimbangan spasial terpadu dari zona pesisir yang
mengidentifikasi saling ketergantungan Setiap kebijakan dan strategi dalam
pemanfaatan sumber daya pesisir harus berdasarkan kepada:
1) Pemahaman yang baik tentang proses-proses alamiah (eko-hidrologis) yang
berlangsung di kawasan pesisir yang sedang dikelola;
2) Kondisi ekonomi, sosial, budaya dan politik masyarakat; dan
3) Kebutuhan saat ini dan yang akan datang terhadap barang (produk) dan jasa
lingkungan pesisir.
7
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
8
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
9
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
10
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
Penting untuk memiliki gambaran dari stakeholders. Dengan kata lain, penting
untuk melibatkan stakeholders pada awal proyek atau rencana, untuk
melakukan analisis. Sebagai langkah pertama, laporan yang ada dan literatur
lain dapat dikonsultasikan, tetapi pada tahap tertentu - dan sebaiknya pada
tahap awal - masalah harus dikonsultasikan tentang kepentingan mereka dan
persepsi mereka tentang kepentingan pihak lain. Ada manfaat besar dalam
mengumpulkan stakeholders bersama dan memfasilitasi diskusi di antara
11
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
12
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
13
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
14
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
ilustrasi adalah alat analisis yang menarik dan dapat melengkapi alat
analisis dengan “rasional”. Dengan menggambar diagram ilustrasi,
stakeholder dapat terlibat dalam analisis masalah dengan cara yang
sederhana. Gambar diagram ilustrasi memungkinkan mereka untuk
mengekspresikan perasaan dan intuisi mereka. Gambaran yang dihasilkan
tentunya dapat digunakan untuk pembahasan yang lebih mendalam
tentang masalah, akibat, sebab dan siapa yang terkena dan/atau
menimbulkan masalah.
15
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
Tentu saja, ada teknik visualisasi lain selain gambar diagram ilustrasi.
Dalam analisis dapat membantu untuk menggambar peta dengan informasi
yang relevan serealistis mungkin, seperti yang ditunjukkan pada slide ini
dan yang berikutnya. Dari visualisasi ini seringkali sudah jelas di mana
dan/atau kapan suatu masalah terjadi dan apa akibatnya. Dua alat pertama
paling sering digunakan: tabel dengan stakeholder dan karakteristiknya
serta matriks Kekuatan/Kepentingan. Berikut merupakan langkah-langkah
yang dapat dilakukan sebagai stakeholders:
- Pertama-tama mengidentifikasi, dalam kaitannya dengan proyek atau
program, para stakeholders yang potensial.
- Buatlah daftar minat mereka yang mungkin.
16
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
Secara garis besar Master Plan PTPIN/NCICD ini terdiri dari tiga tahap, yaitu: (1) Tahap A
yang terdiri dari upaya-upaya penguatan pertahanan laut yang sudah ada (eksisting); (2)
Tahap B terdiri dari pengembangan tanggul laut luar dan reklamasi lahan; dan (3) Tahap C
yang menggambarkan rencana pengembangan di bagian timur Teluk Jakarta. Melalui
Program Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara (PTPIN) diharap dapat membantu
DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara dalam menjawab permasalahan-permasalahan
tersebut dan membantu upaya revitalisasi Jakarta dengan meningkatkan kualitas
lingkungan perkotaan dan kualitas hidup warganya, seperti: (1) Jakarta yang bersih, dimana
sampai dengan akhir tahun 2014 kondisi cakupan layanan sanitasi di DKI Jakarta baru
mencapai angka layanan 4%; (2) Jakarta aman dari banjir serta kemacetan, dimana
tingginya laju urbanisasi penduduk dan degradasi kawasan hulu serta permasalahan
penurunan muka tanah (land subsidence) menjadi faktor penyebab dari permasalahan
17
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
tersebut; (3) Jakarta sebagai kota mandiri yang mampu memenuhi kebutuhannya sendiri;
dan (4) Jakarta yang mampu merangsang pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kualitas
hidup sosial.
Sementara itu, selain penurunan tanah, Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara
dilatarbelakangi oleh beberapa permasalahan, antara lain:
1. Terjadinya banjir akibat pasang surut air laut (rob) dan luapan sungai yang
disebabkan oleh:
- Pesisir Utara Kawasan Ibukota Negara 40% berupa daratan rendah yang
berada di bawah ketinggian pasang air laut.
18
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
Dalam konteks sistem hidrologi Daerah Aliran Sungai, kawasan Pantura Jakarta merupakan
muara sungai-sungai yang berhulu di wilayah selatan, termasuk kanal buatan, yang
mengalir dari arah Puncak – Bogor ke arah laut di utara. Dari ke 13 sungai dan kanal buatan
tersebut, 10 diantaranya bermuara di Teluk Jakarta, yaitu Sungai Mookervart, Angke,
Grogol, Pesanggrahan, Krukut, Kalibaru Barat, Ciliwung, Kalibaru Timur, Cipinang, Sunter,
Buaran, Jatikramat, dan Cakung.
19
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
tanggul laut dan tanggul muara sungai serta penataan kawasan pesisir pantai
utara Kawasan Ibukota Negara dan daerah di sekitarnya.
2. Manfaat
Adapun manfaat dari proyek ini yaitu:
a. Menahan air laut akibat gelombang pasang air laut atau banjir rob.
b. Mengurangi kerugian ekonomi dan kerugian secara sosial akibat banjir.
c. Sebagai batas jelas pengembangan daratan di kawasan pesisir (Penataan
Kawasan).
20
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
Keseluruhan dari tiga SPAM ini diharapkan dapat menyuplai 9.254 liter per detik
(801.000 meter kubik per hari) untuk DKI Jakarta pada tahun 2030, meningkatkan
cakupan layanan air bersih hingga 94%. Ini menandai langkah progresif dalam
memastikan pasokan air yang memadai bagi populasi yang semakin bertambah
di wilayah metropolitan ini.
C. Peningkatan Kualitas Air pada Muara Sungai (Sanitasi)
Sistem Saluran Pembuangan Jakarta (Jakarta Sewerage System/JSS)
menggarap pengembangan dalam beberapa zona. Zona 1, yang direncanakan
dari tahun 2022 hingga 2026, berlokasi di Pluit dengan kapasitas 240.000 meter
kubik per hari (220.000 saluran rumah tangga). Layanan zona ini meliputi Jakarta
Pusat, Jakarta Barat, dan Jakarta Utara, membawa harapan untuk memperbaiki
sistem pembuangan limbah di wilayah tersebut. Di sisi lain, Zona 6 fase 1, yang
akan berjalan dari tahun 2023 hingga 2027, terletak di Duri Kosambi dengan
kapasitas 47.500 meter kubik per hari (36.000 saluran rumah tangga). Layanan
zona ini meliputi Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Jakarta Selatan,
menjangkau area yang lebih luas dalam upaya meningkatkan infrastruktur saluran
pembuangan limbah di kawasan tersebut. Langkah-langkah ini mencerminkan
komitmen untuk meningkatkan sistem pembuangan limbah Jakarta secara
menyeluruh, yang diharapkan akan memperbaiki kualitas lingkungan dan
kesehatan masyarakat secara signifikan. Secara lebih jelas, kebijakan/strategi
21
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
manajemen kualitas air untuk pengembangan tanggul laut tahap B dapat dilihat
pada Gambar 2 di bawah ini.
22
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
Adapun penjelasan mengenai perspektif dan revitalisasi pengembangan kota terpadu pada
proyek PTPIN/NCICD ini tertuang pada Tabel 1 berikut.
1.2.4 Konsep Pembangunan Tanggul Pengaman Pantai dan Muara Sungai yang
Terintegrasi dengan Sistem Polder
Banjir yang terjadi tahun 2007 telah membuka mata banyak orang bahwa banjir yang berasal
dari laut juga patut diperhitungkan dengan lebih serius. Dokumen program PTPIN hanya
menggambarkan strategi umum saja. Saat ini sudah ada beberapa komponen yang sudah
dikerjakan, baik di dalam maupun di luar program PTPIN ini. Lokasi Pluit menjadi contoh
situasi yang tipikal untuk daerah yang berkepadatan penduduk tinggi di sepanjang garis
pantai. Fokus dalam percontohan ini adalah menciptakan ruang untuk pengembangan
kembali wajah pesisir dengan menggunakan penguatan tanggul sebagai katalisator. Konsep
menggabungkan tanggul dengan jalan, bangunan, fasilitas laut dan perbaikan lingkungan
dieksplorasi (lihat Gambar 5 dan 6).
23
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
24
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
tanah terus berlanjut dan upaya-upaya perbaikan lingkungan telah dilaksanakan juga
persyaratan perundangan, administrasi, dan lainnya sudah terpenuhi.
25
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
Lebih lanjut, konsep pembangunan tanggul pengaman pantai yang terintegrasi dengan
sistem polder dijelaskan dalam Gambar 3 di bawah ini.
26
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
Gambar 16. Konsep Pembangunan Tanggul Pengaman Pantai yang Terintegrasi dengan
Sistem Polder
Sumber: Kepmen PUPR No. 112/KPTS/M/2022
27
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
Waduk retensi seluas total 75 km² berfungsi sebagai waduk raksasa. Waduk ini untuk
sementara menyimpan air sungai yang dialirkan ke dalamnya sebelum air ini dipompakan
ke luar. Muka air di dalam waduk retensi ini berfluktuasi sekitar 2,5 meter, yang menciptakan
ruang untuk penyimpanan. Stasiun pompa terbesar di dunia akan dibangun untuk
28
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
Gambar 19. Penampang Danau Retensi Termasuk Aliran Masuk dan Keluar
Sumber: Master Plan NCICD, 2014
29
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
30
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
Sesuai rencana, akan ada 14 zona pengolahan air limbah di Jakarta dimana
pembagian zona tersebut berdasarkan tingkat bahaya suatu limbah. Pembangunan
IPAL merupakan program Kementerian Pekerjaan Umum akan mulai dilaksanakan
pada tahun 2014 dan diprioritaskan utk dibangun di zona I di Setiabudi-Kota yang akan
melayani pengolahan limbah rumah tangga dari 1,2 juta kepala keluarga di Gambir,
Sawah Besar, Senen, dan Menteng.
31
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
32
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
Berdasarkan Perda No.1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Jakarta
2030, kawasan Pantura Jakarta di kembangkan sebagai pusat kegiatan primer yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala nasional atau beberapa provinsi dan
internasional. Dalam skala regional struktur ruang kawasan pantai utara ibukota negara
berfungsi :
- Bagian dari sistem pusat kegiatan dalam Provinsi DKI Jakarta, Kabupaten
Tangerang dan Kabupaten Bekasi.
- Arahan pembentuk keterpaduan sistem pusat kegiatan antar wilayah Provinsi DKI
Jakarta, Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Tangerang.
33
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
34
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
Gambar 25. Arahan Urban Development Berdasarkan Perda No.1/2012 tentang RTRW
Jakarta 2030
Sumber: Master Plan NCICD, 2014
D. Transportasi
Menurut RTRW DKI Jakarta 2011-2030, tujuan utama dari pengembangan sistem
transportasi umum perkotaan adalah untuk menciptakan sistem transportasi yang
efisien yang dapat mendukung pertumbuhan sosial-ekonomi yang positif, menciptakan
kesetaraan kesempatan untuk perjalanan nyaman dan aman bagi seluruh masyarakat,
dan penekanan pada peningkatan transportasi umum massal. Pada saat ini, dua moda
transportasi publik yang diadakan di Jakarta yaitu Bus Rapid Transit system (Trans-
Jakarta Busway) dan Kereta Mass Rapid Transit (MRT). Di masa depan, jenis lain dari
moda transportasi juga akan dikembangkan. Sungai dan kanal di Jakarta mempunyai
kemungkinan untuk pengembangan transportasi sungai. Untuk ini diperlukan
kedalaman air sungai yang lebih stabil.
35
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
36
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
- Koneksi MRT opsional melalui reklamasi lahan yang telah direncanakan di sepanjang
pesisir untuk menghubungkan secara langsung CBD Garuda Megah dengan bandara.
37
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
38
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
sekitar 66,62 persen wilayah daratan utama DKI Jakarta merupakan lahan terbangun,
sedang 33,38 persen dapat diinterpretasikan sebagai lahan terbangun non pemukiman
seperti hutan kota, jalur hijau, pemakaman, lahan pertanian, taman, lahan kosong, dan
lainnya. Bila dijabarkan lebih jauh, penggunaan lahan DKI Jakarta didominasi oleh
lahan terbangun yang diwakili oleh peruntukan bangunan, prasarana jalan, dan
infrastruktur lainnya. Dari penggunaan lahan tersebut, peruntukan untuk perumahan
menduduki proporsi terbesar, yaitu sekitar 64 persen dari luas daratan utama DKI
Jakarta, diikuti oleh peruntukan perkantoran dan pergudangan sebesar 11 persen,
industri sebesar 5 persen.
Oleh karena itu, strategi pengembangan ruang di DKI Jakarta diarahkan sebagai
berikut:
- Memprioritaskan pengembangan kota ke arah timur, barat dan utara serta
membatasi perkembangan ke arah selatan.
- Melaksanakan reklamasi dan revitalisasi Pantai Utara.
- Memperbaiki lingkungan di kawasan perkampungan secara terpadu.
- Membatasi perkembangan perumahan horizontal di kawasan pemukiman baru.
39
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
menjadikan Jakarta sebagai kota pantai modern atau waterfront city. Berbagai upaya
untuk mewujudkan visi tersebut dilakukan melalui studi-studi, perencanaan, dan
dukungan kebijakan.
40
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
Program PTPIN kerap dikaitkan dengan reklamasi 17 pulau di pesisir utara Jakarta tersebut,
padahal keduanya merupakan proses yang terpisah walaupun tujuannya relatif sama, yaitu
melindungi kawasan pesisir pantai utara Jakarta sekaligus mengakomodasi keperluan
pengembangan kota di masa depan. Namun demikian, kedua upaya tersebut perlu saling
bersinergi untuk dapat memberi manfaat bagi ibukota negara. Oleh karenanya, solusi lepas
pantai yang dipilih sebagai dasar Master Plan PTPIN memerlukan kajian yang terkait
dengan kombinasi upaya-upaya perlindungan pesisir terhadap banjir dan peluang untuk
pengembangan daerah baru sebagai jawaban keterbatasan lahan akibat meningkatnya
jumlah penduduk ibukota.
41
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
A. Tahap A
Tahap A fokus kepada peningkatan tanggul pesisir yang telah ada dengan Rencana
kerja dari tahun 2014-2018. Meningkatkan perlindungan pantai yang ada saat ini
merupakan upaya paling prioritas. Seperangkat upaya paling prioritas ini mencakup:
- Memperlambat penurunan muka tanah (dengan menyediakan alternatif selain
penyedotan air tanah).
- Memperkuat dan mempertinggi tanggul laut dan sungai.
- Meningkatkan sistem drainase perkotaan.
- Mengembangkan sistem polder dan pompa.
- Mencegah air sungai di hulu memasuki daerah rendah Jakarta.
- Mempercepat sanitasi air ke dalam Tahap A.
Bagian tanggul laut di Pluit dan Ancol sedang mengalami ancaman yang serius,
dengan demikian pelaksanaannya sudah dimulai pada 2014. Ketinggian
perancangan untuk bagian tanggul ini telah memperhitungkan laju penurunan muka
tanah saat ini yang diharapkan akan dapat memberikan keamanan hingga tahun
2022. Jika pelaksanaan upaya-upaya jangka panjang ditunda, maka profil tanggul
tetap dapat memberikan dasar yang memadai untuk lebih mempertinggi tanggul di
masa mendatang serta memberikan keamanan tambahan untuk 5 – 10 tahun lagi.
Untuk dapat melaksanakan pembangunan tanggul Tahap A di wilayah pesisir yang
berpenduduk padat−dengan bangunan yang bersisian dengan tanggul laut dan juga
yang berada di atas tanggul laut− membutuhkan perencanaan perkotaan yang rinci,
penyelesaian sosio-ekonomi yang hati-hati serta pelibatan masyarakat. Beberapa
tipologi tanggul telah dikembangkan untuk memenuhi persyaratan setempat di
antaranya: tanggul dasar, tanggul reduksi, tanggul hijau, tanggul daratan, dan
tanggul pantai. Tanggul dengan reklamasi lahan juga telah dikembangkan. Dengan
demikian tersedia banyak pilihan penyelesaian.
Secara keseluruhan tujuh polder akan dibangun dalam Tahap A. Untuk menciptakan
satuan yang dapat dikelola secara hidrolik, sejumlah tanggul keliling akan dibangun.
Untuk mempertahankan lahan yang berada di dalam polder ini tetap kering, pompa
waduk dan pompa drainase dibutuhkan untuk memompa keluar air hujan dan air
yang mengalir dari hulu. Sebagian besar polder akan mengalirkan airnya ke dalam
42
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
danau retensi di belakang dalam Garuda Megah. Pompa-pompa Sunter bawah dan
Ancol akan disesuaikan sehingga pompa-pompa tersebut dapat mengalirkan airnya
secara langsung ke laut di Tanjung Priok.
B. Tahap B
Dari sisi elemen pertahanan terhadap banjir, Tahap B difokuskan pada upaya
membangun tanggul laut luar barat dan waduk besar yang diperkirakan akan
dibangun dalam kurun waktu 2018 sampai 2025. Diperkirakan bahwa penurunan
muka tanah tidak akan melambat dalam beberapa tahun mendatang karena akan
butuh waktu untuk mengembangkan dan melaksanakan alternatif lain dari
pemanfaatan air tanah. Muka air laut akan naik, kanal-kanal dan sungai-sungai
berangsur-angsur akan berhenti mengalirkan airnya secara gravitasi ke laut. Pompa-
pompa drainase besar dibutuhkan, khususnya di bagian tengah Jakarta dimana laju
penurunan muka tanahnya tinggi. Stasiun-stasiun pemompaan membutuhkan
danau-danau untuk penyimpanan sementara debit sungai yang mencapai
puncaknya. Keperluan adanya danau-danau (waduk) penyimpanan yang berukuran
besar merupakan salah satu alasan utama untuk menciptakan waduk lepas-pantai.
Hal ini dirasakan lebih baik daripada mencari lokasi bagi danau-danau penyimpanan
di dalam kota Jakarta.
Lokasi tanggul laut luar (Tahap B) ditentukan terutama oleh kapasitas penyimpanan
waduk raksasa yang dibutuhkan yakni berada di antara garis pantai saat ini dan
tanggul laut. Ini akan menyediakan tempat yang cukup untuk perluasan reklamasi
lahan pada masa mendatang dan juga untuk penyimpan pasokan air yang besar.
Setelah seluruh rencana dalam program PTPIN ini selesai, persiapan untuk
membangun Tahap B—tanggul laut bagian barat— diperkirakan harus dimulai.
Persiapan akan memakan waktu 4 sampai 6 tahun, yang artinya pekerjaan
konstruksi dapat dimulai antara tahun 2018 dan 2020. Bila mengikuti jadwal ini maka
tanggul laut luar akan selesai tahun 2026. Selain konstruksi tanggul laut luar, ada
banyak aktivitas yang harus dilakukan untuk mendukung pembangunan, di
antaranya pemipaan untuk pasokan air dan manajemen air.
43
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
44
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
1.3 Latihan
1. Apa saja karakteristik wilayah pesisir yang dijelaskan dalam materi di atas?
2. Mengapa pengelolaan wilayah pesisir sangat penting?
3. Apa yang menjadi latar belakang pengembangan Pembangunan Terpadu Pesisir
Ibukota Negara?
1.4 Rangkuman
Sekitar setengah populasi negara-negara pesisir tinggal di wilayah pesisir dengan migrasi
dari pedalaman yang semakin meningkat. Konflik dalam pemanfaatan zona pesisir global
muncul antara kebutuhan mendesak akan sumber daya pesisir dan perlunya menjaga
pasokannya dalam jangka panjang. Wilayah pesisir sering mengalami pencemaran,
degradasi perikanan, dan penurunan lahan basah, sementara penggunaan wilayah pesisir
untuk kepentingan manusia terus meningkat. Penyembuhan sumber daya pesisir
membutuhkan tindakan efektif. Konsep penataan wilayah pesisir menekankan prinsip-
prinsip seperti pemanfaatan lahan yang terhubung antara daratan dan laut, konservasi
wilayah lindung pantai, dan penataan fungsi publik serta hunian yang berbeda tinggi. Alasan
pentingnya pengelolaan wilayah pesisir termasuk produktivitas hayati yang tinggi, potensi
pariwisata, tekanan lingkungan tinggi, dan sifat common property resources yang dapat
menyebabkan tragedi bersama. Penataan wilayah pesisir harus mencakup asas
keberlanjutan dan keterpaduan, di mana pembangunan berkelanjutan dan Integrated
Coastal Zone Management (ICZM) memainkan peran kunci dalam mengelola sumber daya
pesisir secara efektif dan berkelanjutan. Alasan penggunaan ICZM meliputi pemberian
peluang kepada masyarakat pesisir untuk berpartisipasi dalam pembangunan
berkelanjutan, melibatkan mereka dalam perencanaan, dan menyediakan kerangka kerja
yang dapat merespons fluktuasi serta memfasilitasi pertumbuhan ekonomi lokal.
Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara (PTPIN) atau National Capital Integrated
Coastal Development (NCICD) adalah proyek kolosal yang dirancang untuk melindungi
Jakarta dari banjir yang terus meningkat. Proyek ini merespons masalah kompleks yang
meliputi penurunan permukaan tanah, banjir rob akibat pasang air laut, dan peningkatan
populasi di wilayah pesisir. Dalam upaya mengatasi tantangan ini, PTPIN memiliki beberapa
komponen penting, termasuk peninggian dan perkuatan tanggul laut, pengembangan sistem
45
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
pengendalian banjir dari hulu ke hilir, serta solusi penyediaan air bersih dan pengelolaan
kualitas air yang melibatkan pembangunan infrastruktur yang besar seperti SPAM regional
dan sistem saluran pembuangan limbah. Selain itu, proyek ini juga mencakup strategi
revitalisasi kawasan pesisir dan pengembangan kota terpadu. Konsep tanggul pengaman
pantai yang terintegrasi dengan sistem polder menjadi salah satu solusi utama dalam
memperkuat pertahanan dari banjir, dengan fokus pada klaster pompa polder yang
disebutkan dalam pembangunan tanggul pantai dan muara sungai. Seluruh proyek ini
dirancang dengan tujuan utama untuk melindungi Jakarta dari ancaman banjir dan
perubahan lingkungan yang mengkhawatirkan, sambil mengurangi dampak sosial dan
ekonomi yang disebabkan oleh banjir yang sering terjadi.
46
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
PENUTUP
A. Simpulan
Wilayah pesisir menghadapi tantangan yang kompleks dan sering kali saling terkait,
seperti peningkatan migrasi ke wilayah pesisir, konflik dalam penggunaan sumber daya,
pencemaran, dan degradasi lingkungan. Solusi untuk mengatasi masalah ini
membutuhkan pendekatan yang terpadu, termasuk konsep-konsep seperti Integrated
Coastal Zone Management (ICZM) dan proyek-proyek besar seperti Pembangunan
Terpadu Pesisir Ibukota Negara (PTPIN) yang dirancang untuk melindungi wilayah
tertentu dari ancaman banjir dan perubahan lingkungan.
Tujuan utama dari proyek seperti PTPIN adalah melindungi wilayah pesisir dari
ancaman banjir sambil meminimalkan dampak sosial dan ekonomi yang mungkin
terjadi. Ini menunjukkan bahwa perlunya tindakan terpadu dan komprehensif dalam
mengatasi tantangan lingkungan yang kompleks di wilayah pesisir.
B. Tindak Lanjut
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, peserta diharapkan mengikuti kelas lanjutan
untuk dapat memahami detail dalam tata kelola dan ruang lingkup bidang sumber daya
air dan ketentuan Pelatihan Integrated Coastal Lowland Development pendukung
terkait lainnya, sehingga memiliki pemahaman yang komprehensif mengenai pelatihan
yang dilaksanakan.
Diharapkan setelah memperoleh pembelajaran dari modul ini Peserta dapat melakukan
pengayaan dengan materi yang berkaitan dengan wilayah pesisir, dan juga perlu
47
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
48
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
DAFTAR PUSTAKA
Ismanto, A., Suryadi, & Stevaninck, E. R. (2022). Pengelolaan Kawasan Pesisir Terpadu.
Semarang: Integrated Coastal Zone Management Universitas Diponegoro.
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 112/KPTS/M/2022
tentang Konsep Pengendalian Banjir Terpadu dan Pradesain Tanggul Laut Tahap B
Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara (PTPIN)/National Capital Integrated
Coastal Development (NCICD) di Pesisir Teluk Jakarta.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. (2014). Pengembangan Terpadu Pesisir
Ibukota Negara. Jakarta.
Post, J. C. dan Lundin, C. G. (1996). Guidelines for Integrated Coastal Zone Management.
Environmentally Sustainable Development Studies and Monographs Series No. 9.
Washington, D.C.: The World Bank.
PUPR-PMU NCICD. (2021). Integrated Flood Safety Plan 2020 (update of IFSP 2019).
Jakarta: NCICD – National Capital Integrated Coastal Development.
49
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
EVALUASI FORMATIF
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan diakhir pembahasan modul Konsep
Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir pada Pelatihan Integrated Coastal Lowland
Development. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
peserta pelatihan terhadap materi yang disampaikan dalam modul.
A. Soal
Anda diminta untuk memilih salah satu jawaban yang benar dari pertanyaan-pertanyaan
di bawah ini!
1. Apa manfaat yang dimiliki oleh pendekatan ICZM dalam pengelolaan wilayah
pesisir?
A) Memberikan konflik penggunaan ruang yang lebih kompleks
B) Memperkuat pendekatan sektoral dalam pengelolaan
C) Mengabaikan peran masyarakat pesisir
D) Memungkinkan kesempatan bagi pemangku kepentingan untuk
membangun secara berkelanjutan
2. Apa tujuan dari Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara (PTPIN)?
A) Meningkatkan tinggi permukaan tanah
B) Membangun lebih banyak gedung pencakar langit di Jakarta
C) Melindungi ibukota dari ancaman banjir rob dan penurunan permukaan
tanah
D) Mengurangi urbanisasi di wilayah pesisir
3. Apa yang menjadi solusi untuk meningkatkan ketersediaan air bersih dalam
PTPIN?
A) Pembangunan SPAM regional dan pengurangan tingkat kehilangan air
B) Melakukan penggalian yang lebih dalam
C) Meningkatkan penggunaan sumur tanah
D) Mengabaikan penyediaan air bersih
4. Apa tujuan utama pembangunan klaster pompa polder dalam Tanggul Laut
Raksasa (NCICD)?
A) Meningkatkan keusangan pantai
B) Melindungi wilayah pesisir dari banjir laut saja
C) Melindungi wilayah pesisir dari banjir laut dan banjir sungai terhubung
D) Menghentikan urbanisasi di wilayah pesisir
50
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
5. Apa yang menjadi salah satu alasan utama pentingnya pengelolaan wilayah pesisir
secara efektif?
A) Memaksimalkan pencemaran
B) Mendukung kelestarian lingkungan
C) Meningkatkan konflik penggunaan ruang
D) Meningkatkan monokultur
80 - 90% : baik
70 - 79% : cukup
Diharapkan dengan materi yang diberikan dalam modul ini, peserta dapat memahami
konsep keterpaduan pembangunan wilayah pesisir. Proses berbagi dan diskusi dalam
kelas dapat menjadi pengayaan akan materi konsep keterpaduan pembangunan
wilayah pesisir dengan perkembangan terkini.
51
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
GLOSARIUM
Ekstraksi Air : Proses pengambilan air dari sumber mana pun, baik sementara
atau permanen, untuk pengendalian banjir atau untuk
mendapatkan air, misalnya untuk irigasi.
Intrusi Air Laut : Naiknya batas antara permukaan air tanah dengan permukaan air
laut ke arah daratan.
52
Modul 08. Konsep Keterpaduan Pembangunan Wilayah Pesisir
KUNCI JAWABAN
Berikut ini merupakan kumpulan jawaban atau kunci dari setiap butir pertanyaan yang
terdapat di dalam modul. Kunci jawaban ini diberikan dengan maksud agar peserta pelatihan
dapat mengukur kemampuan diri sendiri.
Adapun kunci jawaban dari latihan-latihan dalam materi pokok adalah sebagai berikut:
Evaluasi Formatif
1. D
2. C
3. A
4. C
5. B
53