Anda di halaman 1dari 7

ISLAM SEBAGAI OBJEK KAJIAN

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Pengantar Studi Islam
Yang di ampu oleh :
Setyo Pranoto, M.Pd.

Disusun Oleh :
Arildalona Ilhamawan Tarnasta
NIM : 22109020001

UNIVERSITAS ISLAM BALITAR


FAKULTAS AGAMA ISLAM
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
November 2022
A. Hakikat Islam Sebagai Objek Kajian
Islam pada hakikatnya mengajarkan kepada umatnya sebuah kehidupan yang dinamis
sertaprogresif, dan menghormati serta menghargai sebuah akal pikiran dengan jalan
pengembangan ilmu pengetahuan serta teknologi, mengambil sikap dan perilaku yang setara atau
sejajar di dalam memenuhi keperluan dan kebutuhan spiritual dan materilnya, serta selalu
mengembangkan perhatian dan kepedulian sosial, lebih menghargai waktu, berperilaku dan
bersikap lebih terbuka, bersikap demokratis, kerja sama, cinta akan kebersihan dan keindahan,
selalau mempererat tali persaudaraan antar sesama, berakhlaq mulia serta selalu menebar sikap
dan perilaku positif lainnya.
Sebagai sebuah agama yang mempunyai banyak aspek atau dimensi, islam tentunya
memberikan banyak sekali dukungan keikutsertaan atau kontribusi yang begitu besar didalam
kehidupan manusia didunia, dalam melaksanakan tugas atau kewajibannya hingga diharapkan
dapat melindungi dan menyelamatkan sebagaimana arti islam yang di pegang sebagai tujuan
menuju keselamatan. Sehingga dari abad ke-19 agama islam sudah dijadikan sebagai sebuah
objek atau sasaran kajian studi atau penelitian agama hingga sampai pada saat ini.
Pendidikan adalah sebuah usaha mewariskan nilai-nilai yang dianggap akan menjadi
sebuah penolong serta sebagai sebuah penentu hidup umat manusia, dan sekaligus sebagai
jembatan untuk memperbaiki hidup serta peradaban manusia. Tanpa adanya sebuah pendidikan
maka bisa dipercayai bahwa umat-umat manusia sekarang tidak jauh berbeda dengan umat
manusia pada zaman yang lampau, yang jika dibandingkan sekarang sudah jauh tertinggal
tingkat kualitas kehidupannya ataupun proses pemberdayaannya, dan ini semua adalah hasil dari
sebuah kajian terhadap islam yang dilakukan oleh para cendikiawan.
Studi-studi mengenai agama pada saat ini terlihat mengalami sebuah perubahan orientasi
yang terlihat jauh berbeda jika dilihat dari kajian-kajian tentang agama sebelum abad ke-19.
Pada umumnya kajian-kajian agama sebelum abad ke-19 mempunyai banyak karakteristik yaitu
pernemuan arca baru, sinkritisme, serta untuk beberapa kepentingan selalu dipicu oleh semangat
serta ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga orientasi dan metodologi studi islam mengalami
sebuah perubahan.
Studi islam itu sendiri merupakan sebuah ilmu keislaman yang pembahasannya masih
sangat mendasar, dan dengan studi islam ini para penganutnya mengetahui serta menentukan
ukuran ilmu, amal perbuatan serta imannya terhadap Allah SWT, serta dapat diketahui pula
bahwa islam mempunyai banyak aspek dimensi yaitu aspek keimanan, akal fikiran, ekonomi dan
politik, teknologi, lingkungan hidup dan ilmu pengetahuan serta masih banyak lagi yang lainnya.
Dikalangan umat islam hingga saat ini, banyak yang percaya dan berpendirian bahwa
agama islam bukanlah semata-mata suatu agama yang didalam pemahaman barat, artinya hanya
berhubungan antara manusia dengan Tuhan saja, namun sebaliknya islam marupakan suatu
agama yang sempurna dan begitu komplit dengan norma-norma atau aturan-aturan disegala
bidang dalam kehidupan manusia yang termasuk didalamnya yaitu kehidupan bernegara.
Dilihat dari banyaknya peristiwa-peristiwa sosial yang terjadi dilingkungan masyarakat,
agama islam memang terlihat menarik untuk dijadikan sebagai sebuah objek kajian agama serta
didalam mengkaji atau meneliti islam, tentunya kita harus berpegangan pada dua sumber yang
terpercaya yaitu Al-Qur’an dan juga hadits. Seseorang yang menganut agama islam yang disebut
dengan seorang muslim, merupakan orang yang berjalan didalam arah menuju ketingkat yang
lebih tinggi. Dalam memecahkan sebuah problem yang muncul ditengah-tengah masyarakat
seorang yang beragama islam tentu mengadakan sebuah penafsiran terhadap Al-Qur’an serta
hadits yang akhirnya timbul sebuah pemikitan islam, pemikiran tersebut bisa berupa pemikiran
yang bersifat tekstual dan bahkan bisa bersifat sebaliknya yaitu bersifat kontekstual.
Islam sebagai sebuah agama, penafsiran atau pemikiran Al-Qur’an dan hadits juga
merupakan sasaran objek kajian atau penelitian, serta merupakan sebuah sistem yang hidup dan
dinamis. Sistem yang dimaksud ini mencakup sebuah matriks terkait dengan nilai-nilai serta
konsep yang abadi. Hidup dan realistis dengan apa adanya sehingga akan memberikan sebuah
ciri khas yang unik bagi peradaban islam.
Islam yang juga sebagai agama teologis adalah agama pengetahuan yang memunculkan
berbagai macam pemikiran, dan munculnya pemikiran ini memberikan sebuah petunjuk atau
sinyal yang kuat bahwa pada wilayah pemahaman serta aktualisasi nilai-nilai islam merupakan
sebuah bentuk keikutsertaan manusia didalam islam, dan bukan menyalurkan sebuah doktrin
esensialnya. Dalam islam telah memberikan sebuah semangat untuk dikenali pada keikutsertaan
akal fikiran, diketahui serta diaplikasikan dan di implementasikan ajaran-ajarannya.
Ketika sebuah pemikiran akan masuk didalam wilayah islam guna dikaji atau diteliti
dengan berbagai macam motif, sudut pandang dan berbagai aspeknya, maka didalam proses dan
wujudnya, selanjutnya agama islam dapat dilihat sebagai sebuah pemikiran. Islam adalah
berwujud nilai-nilai, jika sebuah pemikiran dilibatkan dalam sebuah proses memahami dan
mengaplikasikannya dalam sebuah sejarah pemikiran islam terlihat bagaimana pemikiran pecinta
studi islam memberi bagian kreatif dan juga spesifik kepada bagian sebuah bangunan
pemahaman dan pengertian ajaran agama islam dalam bermacam-macam aspek dimensinya yang
menimbulkan bermacam-macam jenis pengetahuan islam seperti filsafat islam, teologi islam,
ulumul Qur’an dan hadits dan sebagainya.
Mengkaji agama islam sebagai pemikiran sama halnya seperti mempelajari apa yang
dimengerti dan dipahamai oleh para pemikir yang telah mengkaji atau meneliti ajaran islam yang
memunculkan wujud pemahaman dan pengertian atau kajian tertentu.
Secara sederhana, islam merupakan suatu subjek yang menjadi pengendali seluruh aturan
atau norma di dalam mengendalikan kehidupan manusia tanpa adanya reserve. Sedangkan islam
yang merupakan sebagai objek membuatnya sebagai yang terkendali oleh kehidupan manusia.
Dinamika kajian atau penelitian agama islam terwujud serta terpisah oleh dialektika
antara rasio dan juga wahyu. Pertemuan diantara keduanya tersebut memotivasi munculnya
tradisi atau adat kebiasaan sebuah pemikiran di dalam studi islam. Ketika seseorang meneliti
atau mengkaji agama islam, hal yang utama yang harus dimengerti adalah dimana atau
bagaimana islam tersebut didudukkan didalam penelitian atau pengkajian tersebut. Kenapa
demikian, karena islam selain memiliki sifat transendental, dirinya juga memiliki sifat yang
bermanusiawi serta historis.
Dengan mengetahui hal semacam ini, maka si peneliti atau pengkaji bisa mengetahui
pada sisi mana yang kemudian akan dijadikan sebagai objek atau sasaran untuk sebuah kajian
dari islam itu sendiri. Kemudian setelah objek atau sasaran kajian tersebut sudah pasti jelas,
maka suatu hal yang perlu dipahami, dimengerti dan diketahui selanjutnya adalah bagaimana
caranya mendekati objek atau sasaran tersebut. Selanjutnya pada bagian atau sisi pemakaian dan
pemilihan cara ini selanjutnya akan mempengaruhi bahkan bisa sampai menentukan motif hasil
kajian atau penelitian.
Awalnya muncul sebuah pertanyaan-pertanyaan bahwa bisakah agama diteliti atau dikaji,
dan pada faktanya agama dapat di dekati secara kualitatif (bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis) dan kuantitatif sekaligus. Namun itu semua harus dilihat terlebih dahulu,
bahwa agama yaang sedang dikaji atau diteliti itu dilihat sebagai gejala apa. Ada hakikatnya dan
beberapa wujud gejala agama yang harus diperhatikan atau dipahami kalau kita semua mau
mempelajari suatu agama.
Pertama, naskah-naskah sumber ajaran agama serta simbol agama. Kedua, para memeluk
atau pemuka agama, yaitu perilaku atau skap serta penghayatan para pemeluknya. Ketiga,
lembaga-lembaga serta ibadah yaitu seperti halnya shalat, haji dan lainnya. Keempat, yaitu
organisasi-organisasi keagamaan yang ada wadah para penganutnya berkumpul menjadi satu.
Pengkajian mengenai keagamaan seperti islam bisa mengambil salah satu sasaran dari beberapa
wujud gejala tersebut.
Jika sesorang hendak mengkaji atau meneliti sebuah peralatan didalam agama, maka itu
semua tergantung alat apa yang dipergunakan untuk menelitinya. Jika yang ingin diteliti adalah
sebuah ka’bah, alat ritusnya adalah islam, seseorang bisa mengkaji atau meneliti sejarah ka’bah
kapan didirikannya, siapa yang membangun dan lainnya. Tetapi hal yang harus diperhatikan ada
yang benar-benat dijadikan sebagai alat agama, dan ada juga yang hanya dianggap sebagai alat
budaya, seperti peci yang dijadikan simbol keislaman seorang muslim, namun disisi lain peci
juga sering dipakai dalam sebuah acara formal.
Islam merupakan suatu agama yang universal, yang memiliki sifat yang bisa tumbuh
dimana saja dan disegala waktu. Namun, pengaruh lokalitas serta tradisi budaya dalam suatu
golongan disadari atau tidak sulit dihindari, tentunya didalam kehidupan masyarakat muslim.
Tetapi dalam sebuah kajian, bahwa sekalipun dihadapkan pada budaya lokal dunia keuniversalan
islam tidak akan batal. Selanjutnya ini menjadi sebuah pertanda bahwa perbedaan yang ada
diantara satu tempat ke tempat yang lain tidak menjadi sebuah penghalang dalam mewujudkan
sebuah tujuan.
Islam yang merupakan sebuah gejala sosial, pada dasarnya beranjak pada sebuah konsep
sosiologi agama. Yang mana pada zaman dahulu, sosiologi agama mempelajari sebuah ikatan
timbal balik antara agama dan masyarakat. Masyarakat mempengaruhi agama dan begitu pula
sebaliknya agamapun dapat mempengaruhi masyarakat-masyarakatnya. Agama sebagai sebuah
sistem nilai yang dapat mempengaruhi tingkah laku para masyarakatnya.
Sebuah sejarah tentang pemikiran islam menyajikan sebuah kajian mengenai ajaran-
ajaran pokok agama serta pengembangan sebuah pemikiran didalam agama islam itu sendiri, dari
awal turunnya islam sampai inti pembahasan terkait dengan pemikiran agama islam yaitu dari
bidang sejarah, politik, ekonomi serta sosial, karena bidang-bidang tersebut mempunyai
pengaruh kepada wujud-wujud ajaran agama islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW
serta perkembangannya nanti.
Agama islam selalu berkaitan dengan konteks yang terjadi pada masa lampau atau
sejarah serta adat budaya yang ada disekitarnya. Bisa dikatakan, bahwa wahyu yang diterima
oleh Nabi Muhammad ini pun merupakan sebuah bentuk tanggapan terhadap masalah-masalah
yang dihadapi oleh warga-warga serta umat islam pada masanya. Dapat dikatakan bahwa islam
ini diturunkan bukan disuatu tempat yang hampa. Kehadiran Nabi bersama dengan wahyunya
menyimpulkan seluruh hal yang berkaitan dengan kehidupan seluruh manusia untuk sepanjang
masa. Namun tepat dengan perkembangan beberapa faktor, umat islam diminta untuk bisa
merumuskan dengan sendirinya mengenai pemahaman serta penjelasan atau penafsiran ajaran
agama atau dikatakan bisa menciptakan sebuah pemikiran.
Agama islam sering dijadikan sebagai sebuah penelitian atau kajian adat budaya, di
golongan umat islam maupun juga non islam. Terkadang didalam menatap agama islam sering
kali terjadi sebuah pemahaman yang berbeda-beda guna menjelaskan agama islam itu sendiri.
Jika menengok islam dari segi normatifnya, maka islam adalah sebuah agama yang didalamnya
mengandung sebuah ajaran Allah yang berhubungan dengan akidah ataupun mu’amalah.
Sedangkan jika ditengok dari segi historisnya, islam adalah sebuah agama yang didalamnya
terdapat sejarah ataupun budaya di dalam masyarakat.
Islam yang merupakan sebagai hasil dari hubungan sosial serta budaya bukan berarti
menghindarkan manusia dari ajaran dasarnya. Islam telah menjadi milik manusia yang
direfleksikan di dalam sebuah kehidupan yang bermasyarakat, sehingga wajar bila sikap
keagamaannya terjadi sebuah perbedaan-perbedaan dari tiap-tiap diri yang satu dengan yang
lainnya, karena hal tersebut di pengaruhi dengan nilai yang bermacam-macam pemahaman serta
kompleks dan beragam.
Dalam konsep agama islam, benda-benda atau sesuatu yang sakral sebenarnya tidak ada.
Islam tentunya mensakralkan sebuah wahyu dari Allah namun terjadi permasalahan, apakah
wahyu tesebut adalah tulisan yang bisa dibaca ataukan isi yang terkandung didalamnya.
Karakteristik agama islam dapat kita lihat dari ajaran-ajaran dalam segi sosialnya, dan ajaran-
ajaran ini yang terlihat paling menonjol karena seluruh segi ajaran agama islam pada akhirnya
untuk kesejahteraan manusia itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/36720720/Islam_Sebagai_Objek_Kajian (diakses pada hari Senin, 14


November 2022 pukul 16.25 WIB)

Anda mungkin juga menyukai