Anda di halaman 1dari 4

Nama : Chandra Tema Natalis Mendrofa

NIM : 043888461
JAWABAN
1. Proses audit pengeluaran kas pada pemerintah daerah adalah :
a. Membandingkan faktur–faktur pembelian dengan bukti cek / kas yang dikeluarkan.
Dalam tata kelola keuangan daerah, istilah faktur pembelian merujuk kepada
Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang dan Jasa bisa berupa Surat Perjanjian
Kontrak, Surat Pesanan, atau Kwitansi untuk transaksi / tagihan dibawah 50 juta.
Sementara saat ini bukti cek/ kas dikeluarkan oleh Bendahara Umum Daerah
(BUD) dalam bentuk SP2D, dan untuk transaksi langsung kepada pihak ketiga
dikenal dengan istilah SP2D-LS. Prosedur substantif atas pengujian arus kas keluar
dari Kas Daerah dapat ditambahkan dengan menguji kesesuaian nilai dan tanggal
transaksi pada transaksi debet pada rekening koran Organisasi Perangkat Daerah
(OPD).
b. Melakukan perhitungan kembali apabila terdapat diskon yang diberikan.
c. Melakukan perhitungan kembali apabila terdapat pajak yang dikenakan. Untuk
transaksi dengan mekanisme SP2D-LS mengenal istilah asas netto, dimana BUD
akan memotong langsung kewajiban kepada pihak Ketiga dan selanjutnya langsung
disetor kepada Bank Persepsi Penerimaan Negara. Prosedur alternatif dapat
dilakukan untuk memastikan kewajiban PFK telah dipotong dengan benar jumlah
nya dan telah disetor kepada Bank Persepsi.
d. Membandingkan tanggal – tanggal transaksi dengan catatan pengeluaran kas.
Dilakukan dengan menguji tanggal terbit SP2D dengan tanggal pindahbuku pada
rekening koran. Menjadi krusial apabila penerbitan SP2D terjadi pada akhir tahun
buku, sehingga perlu dipastikan apakah telah terjadi transaksi atau masih bersifat
outstanding.
e. Melakukan pengecekan atas Buku Pencatatan Pengeluaran Kas dengan faktur-
faktur pembelian untuk pengadaan barang. Buku Catatan Pengeluaran Kas dikenal
dengan istilah Buku Kas Umum (BKU) yang wajib diselenggarakan baik di level
Bendahara Umum Daerah maupun Bendahara Pengeluaran OPD.

2. Menurut saya, Kantor inspektorat perlu membuat program audit karena itu menjadi
bagian yang amat penting dalam sebuah proses audit. Kantor inspektorat perlu
membuat program audit agar pelaksanaan tugas audit pada kegiatan operasional
terutama sektor publik dapat mencapai tujuan audit yang telah ditetapkan dengan
penggunaan sumber daya yang seminimal mungkin yang meliputi tenaga, biaya dan
waktu yang digunakan. Program audit pula menjadi sebuah landasan dalam pembagian
tugas audit di antara anggota tim audit. Prosedur audit yang telah disusun secara
sistematis akan memudahkan auditor dalam melaksanakan program audit. Selain itu
program audit menjadi penting, karena :
a. Sebagai acuan pengumpulan data dan proses evaluasi pelaksanaan tugas audit.
b. Sebagai pedoman spesifik dan langkah-langkah yang harus diikuti dalam
mengumpulkan bukti.
c. Sebagai sarana perbandingan data yang dikumpulkan dari tahun-tahun sebelumnya.
d. Sebagai alat untuk mengontrol dan mencatat pelaksanaan yang tepat dari pekerjaan
audit dan juga untuk meninjau pekerjaan audit.
e. Sebagai alat bantu bagi auditor junior yang belum punya banyak pengalaman dalam
tahap-tahap pelaksanaan audit.
f. Sebagai bukti audit yang mendukung pendapat auditor.
g. Dapat dijadikan sebagai pedoman bagi penilai fungsi audit internal untuk menilai
dan mengevaluasi upaya audit yang telah dilaksanakan.

3. Dengan melakukan pemeriksaan berbasis elektronik, maka seharusnya pelaksanaan


audit akan menjadi lebih mudah, tersistematis, terstruktur, dan transparan. Seluruh
laporan hasil audit akan lebih mudah di akses, pembuatan schedule audit yang mudah
untuk diorganisir, penentuan tanggung jawab inspektorat akan lebih mudah dilakukan,
dan lain-lain. Dengan seluruh laporan audit di masukkan kedalam suatu system,
pembuatan laporan atau kesimpulan juga dapat lebih cepat di akses karena hasil audit
akan dapat dilihat realtime. Manfaat potensial penggunaan teknologi sistem informasi
dalam audit meliputi beberapa hal berikut ini:
a. Kertas kerja yang dihasilkan oleh komputer umumnya lebih dapat dibaca dan
konsisten. Kertas kerja seperti itu dapat juga disimpan, diakses, dan direvisi dengan
mudah.
b. Dapat menghemat waktu dengan mengurangi penelusuran, pengecekan silang, dan
perhitungan rutin lainnya.
c. Perhitungan, perbandingan, dan manipulasi data lainnya dilakukan dengan lebih
akurat.
d. Perhitungan kajian analisis dapat dilakukan dengan lebih efisien dan lingkupnya
pun dapat diperluas.
e. Informasi proyek seperti anggaran waktu dan proses pemantauan waktu actual
terhadap jumlah anggaran dapat dihasilkan dan dianalisis dengan lebih mudah.
f. Korespondensi audit standar seperti kuesioner dan daftar nama, surat-surat
proposal, dan bentuk laporan dapat disimpan dan dimodifikasi dengan mudah.
g. Moral dan produktivitas dapat ditingkatkan dengan mengurangi waktu yang
digunakan untuk tugas-tugas yang bersifat klerikal.
h. Peningkatan efektivitas biaya dapat dicapai dengan menggunakan kembali dan
memperluas aplikasi audit elektronik yang ada saat ini untuk audit-audit
berikutnya.
i. Mampu meningkatkan independensi personal sistem informasi.

4. Dalam menyajikan temuan audit, hendaknya laporan temuan audit dapat meyakinkan
manajemen (persuasif) dan mampu menggerakkan manajemen ke arah yang lebih baik
(konstruktif). Laporan persusif disini dalam arti laporan audit harus dapat memberikan
persuasi bagi pembaca. Maksudnya adalah pembaca memperhatikan setiap isi laporan
dan melakukan tindakan sesuai dengan rekomendasi yang disajikan. Untuk menjadikan
sebuah laporan persuasif bagi pembaca, maka perlu memiliki hal berikut :
a. Benar, berisikan fakta dan temuan-temuan yang terukur
b. Penting, laporan berisi temuan serta dampak apabila tidak di tindak lanjuti. Fakta
dan temuan yang terukur berarti bahwa masalah yang terjadi adalah nyata dan
bukan hal yang di cari-cari.
Contoh:
Pada organisasi pemerintah, setiap laporan hasil pemeriksaan BPK disampaikan kepada
DPR/DPD/DPRD (lembaga legislatif) sesuai dengan kewenangannya ditindaklanjuti,
antara lain dengan membahasnya bersama pihak terkait. Selain disampaikan kepada
lembaga perwakilan, laporan hasil pemeriksaan juga disampaikan oleh BPK kepada
pemerintah. Dalam hal laporan hasil pemeriksaan keuangan, hasil pemeriksaan BPK
digunakan oleh pemerintah untuk melakukan koreksi dan penyesuaian yang diperlukan,
sehingga laporan keuangan yang telah diperiksa (audited financial statements) memuat
koreksi dimaksud sebelum disampaikan kepada DPR/DPRD.

5. Tindak lanjut audit didefinisikan sebagai proses yang dilakukan untuk menentukan
kecukupan, keefektifan, dan ketepatan waktu dari tindakan-tindakan yang dilakukan
oleh manajemen atas temuan pemeriksaan yang dilaporkan. Pelaksanaan tindak lanjut
audit terhadap rekomendasi yang telah diberikan auditor atas temuan yang ada
merupakan salah satu wujud komitmen dari auditee dalam memperbaiki kekurangan
dan kelemahan yang ada untuk meningkatkan kinerja organisasi.
Tujuan dari tindak lanjut audit yaitu sebagai berikut :
a. Sebagai wadah untuk membantu pihak manajemen dalam mengarahkan Tindakan
yang harus dilakukan terkait hasil audit
b. Mendorong proses pembelajaran dan pengembangan auditee. Tindak lanjut
diharapkan menjadi tempat realisasi perbaikan organisasi menjadi lebih baik.
c. Tindak lanjut dapat digunakan sebagai bahan penilaian dan evaluasi untuk auditor.
Hasil tindak lanjut audit dapat dijadikan tolak ukur yang baik untuk evaluasi tim
auditor seperti penilaian dalam ketepatan pemberian rekomendasi.
Pelaksanaan tindak lanjut audit terbagi dalam beberapa tahapan, yaitu :
a. Perencanaan Tindak Lanjut Proses perencanaan tindak lanjut dilakukan dalam
beberapa bagian, yaitu :
1) Menentukan apakah tindak lanjut akan dilaksanakan : menentukan prioritas
atas rekomendasi-rekomendasi yang diberikan, mana yang paling utama
perlu ditindak lanjuti.
2) Menentukan lingkup dari tindak lanjut : penentuan lingkup tindak lanjut
didasarkan pada hasil penilaian audit, pernyataan manajemen untuk
Tindakan perbaikan serta tingkat kepercayaan auditor atas hasil kinerja
auditor yang lalu.
3) Cross audit follow up : melakukan review dengan menggunakan hasil audit
yang entitas sejenis atau hasil audit dengan topik audit yang sejenis.
4) Menyiapkan sumber daya tindak lanjut : pengalokasian sumber daya untuk
pelaksanaan tindak lanjut perlu direncanakan agar tidak terjadi sumber daya
yang berlebih maupun kurang.
5) Menyusun jadwal tindak lanjut : penyusunan jadwal dimaksudkan untuk
menentukan waktu yang tepat dan lamanya pelaksanaan tindak lanjut
berdasarkan kepada prioritas yang telah ditentukan sebelumnya.
b. Pelaksanaan Tindak Lanjut Proses pelaksanaan tindak lanjut dibagi dalam tiga
bagian sebagai berikut :
1) Melakukan pengumpulan informasi : informasi yang dikumpulkan
berkaitan dengan status pelaksanaan setiap rekomendasi oleh auditee.
2) Mencatat hasil : setiap tindakan atas rekomendasi yang diberikan harus
dicatat sesuai dengan perkembangan pelaksanaanya.
3) Menilai dampak : setelah rekomendasi dijalankan maka penilaian atas
pelaksanaan rekomendasi tersebut perlu dilakukan untuk melihat
bagaimana dampak yang diberikan.
c. Pelaporan Hasil tindak lanjut Pada tahap akhir, perlu disusun pelaporan atas
tindak lanjut yang telah dilaksanakan. Pelaporan dilakukan berkaitan dengan
rekomendasi yang telah maupun belum dilakukan. Selain itu dampak dari
pelaksanaan juga perlu di laporkan. Apabila memberikan dampak negatif, maka
perlu dilakukan tindakan untuk mengatasi dampak tersebut.

Anda mungkin juga menyukai