Kasus Lembaga Agama
Kasus Lembaga Agama
Gereja Katolik, yang selama berabad-abad menjadi pilar iman dan otoritas moral, telah
diguncang oleh pengungkapan pelecehan seksual luas yang dilakukan oleh para pastor dan
pejabat gereja lainnya. Prancis, negara dengan hubungan panjang dan rumit dengan Katolik,
tidak asing dengan fenomena yang menghancurkan ini. Sebuah laporan tahun 2021 oleh komisi
independen menggambarkan gambaran suram: diperkirakan 330.000 anak dilecehkan secara
seksual oleh petugas gereja selama 70 tahun.
Dampak pelecehan terhadap korban sangat dalam dan luas. Rasa malu, bersalah, dan
pengkhianatan yang mendalam dapat menghantui para penyintas selama bertahun-tahun. Banyak
yang berjuang dengan depresi, kecemasan, dan kesulitan menjalin hubungan yang sehat.
Pelecehan kepercayaan oleh figur otoritas, yang seharusnya mewakili kesucian dan keamanan,
adalah elemen yang sangat menghancurkan dari kejahatan ini.
Pengungkapan tersebut telah memicu kemarahan dan krisis kepercayaan di dalam Gereja Katolik
Prancis. Kehadiran misa menurun, dan banyak yang merasa kecewa dengan kegagalan institusi
tersebut. Laporan tersebut membuat beberapa rekomendasi, termasuk kompensasi finansial untuk
korban, kebijakan tanpa toleransi terhadap pelecehan, dan pelatihan wajib bagi pendeta untuk
mengidentifikasi dan melaporkan pelecehan.
● Kurangnya edukasi tentang pelecehan seksual: Banyak orang tua dan anak-anak yang
tidak mengetahui tentang bahaya pelecehan seksual dan cara pencegahannya.
● Keterbukaan dan transparansi gereja yang kurang: Gereja Katolik Indonesia masih
belum terbuka dan transparan dalam menangani kasus-kasus pelecehan seksual oleh
pastor.
● Stigma dan budaya malu: Korban pelecehan seksual sering kali merasa malu dan takut
untuk melapor karena stigma negatif yang melekat pada mereka.
Dampak:
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20211005191832-134-703776/330-ribu-anak-jadi-k
orban-pelecehan-gereja-katolik-prancis