Anda di halaman 1dari 4

NAMA : ADHIMAS WISNU

NIM : 049319061
MATA KULIAH : AUDITING II (EKSI 4310)

TUGAS TUTORIAL KE – 2
PROGRAM STUDI AKUNTANSI

Jawaban soal No 1

Perbedaan Konfirmasi Positif dan Negatif

1. Konfirmasi Positif: Konfirmasi positif adalah prosedur di mana auditor mengirimkan surat
konfirmasi kepada pihak ketiga yang berhutang kepada entitas yang diaudit. Pihak ketiga diminta
untuk mengonfirmasi saldo piutang yang tercatat dalam laporan keuangan. Jika pihak ketiga
setuju dengan saldo yang tercatat, mereka akan mengirimkan surat balasan yang menyatakan
kesepakatan tersebut. Jika terdapat perbedaan antara saldo yang tercatat dan saldo yang
dikonfirmasi oleh pihak ketiga, auditor akan melakukan investigasi lebih lanjut untuk
menentukan penyebab perbedaan tersebut.

2. Konfirmasi Negatif: Konfirmasi negatif adalah prosedur di mana auditor mengirimkan surat
konfirmasi kepada pihak ketiga yang berhutang kepada entitas yang diaudit. Pihak ketiga diminta
untuk mengonfirmasi saldo piutang yang tercatat dalam laporan keuangan dengan cara
membalas surat hanya jika mereka tidak setuju dengan saldo yang tercatat. Jika pihak ketiga
tidak merespons surat konfirmasi, auditor mengasumsikan bahwa saldo yang tercatat adalah
benar.

Pilihan Surat Konfirmasi yang Dikirimkan oleh Auditor

Sebagai auditor, dalam kasus ini, saya akan memilih konfirmasi positif sebagai jenis surat
konfirmasi yang dikirimkan kepada pihak ketiga yang berhutang kepada PT Sejahtera. Alasan
untuk memilih konfirmasi positif adalah sebagai berikut:

1. Risiko Material: Jika terdapat risiko material yang tinggi terkait dengan saldo piutang,
konfirmasi positif akan memberikan bukti yang lebih kuat tentang keberadaan dan
kebenaran saldo tersebut. Dalam kasus ini, jika saldo piutang memiliki dampak signifikan
terhadap laporan keuangan PT Sejahtera, konfirmasi positif akan memberikan keyakinan
lebih tinggi terhadap kebenaran saldo tersebut.

2. Kepentingan Publik: Konfirmasi positif juga lebih disukai oleh pihak-pihak yang memiliki
kepentingan publik, seperti pemegang saham, kreditor, dan regulator. Surat konfirmasi
positif memberikan bukti yang lebih kuat tentang keberadaan dan kebenaran saldo piutang
kepada pihak ketiga yang berkepentingan.
Tindakan Auditor terkait Ketidaksesuaian Saldo Konfirmasi

Jika terdapat ketidaksesuaian saldo konfirmasi pada tabel yang diberikan, auditor akan
melakukan tindakan berikut terkait dengan masing-masing entitas:
1. Toko Risa: Jika saldo konfirmasi dari Toko Risa tidak sesuai dengan saldo yang tercatat,
auditor akan melakukan investigasi lebih lanjut untuk menentukan penyebab perbedaan
tersebut. Auditor dapat meminta penjelasan dari manajemen Toko Risa, memeriksa
dokumen pendukung, atau melakukan kunjungan langsung ke Toko Risa untuk
memverifikasi saldo piutang yang tercatat.
2. PT Ramah Pelita: Jika saldo konfirmasi dari PT Ramah Pelita tidak sesuai dengan saldo
yang tercatat, auditor akan melakukan langkah-langkah yang sama seperti pada Toko
Risa untuk menentukan penyebab perbedaan tersebut. Auditor akan meminta
penjelasan dari manajemen PT Ramah Pelita, memeriksa dokumen pendukung, atau
melakukan kunjungan langsung ke PT Ramah Pelita.
3. PD Uni Makmur: Jika saldo konfirmasi dari PD Uni Makmur tidak sesuai dengan saldo
yang tercatat, auditor akan melakukan langkah-langkah yang sama seperti pada Toko
Risa dan PT Ramah Pelita untuk menentukan penyebab perbedaan tersebut. Auditor
akan meminta penjelasan dari manajemen PD Uni Makmur, memeriksa dokumen
pendukung, atau melakukan kunjungan langsung ke PD Uni Makmur.

Dalam semua kasus di atas, auditor akan melakukan investigasi lebih lanjut untuk
memastikan kebenaran saldo piutang yang tercatat dalam laporan keuangan PT
Sejahtera.

Jawaban Soal No 2

Pada kasus ini, terdapat beberapa komponen pengendalian internal yang perlu dianalisis
dari perusahaan. Komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan Pengendalian: Lingkungan pengendalian mencakup budaya dan nilainilai
perusahaan yang mempengaruhi kesadaran akan pentingnya pengendalian internal.
Dalam kasus ini, terdapat kelemahan dalam lingkungan pengendalian karena partner
bisnis memberikan kewenangan yang terlalu besar kepada Porter tanpa
pengendalian internal yang memadai. Hal ini menunjukkan kurangnya kesadaran
akan pentingnya pengendalian internal dalam perusahaan.
2. Penilaian Risiko: Penilaian risiko melibatkan identifikasi dan evaluasi risiko-risiko
yang mungkin terjadi dalam perusahaan. Dalam kasus ini, terdapat kelemahan
dalam penilaian risiko karena partner bisnis tidak memperhatikan potensi risiko
kecurangan yang dapat dilakukan oleh Porter. Sebagai supervisor yang memiliki
akses keuangan yang luas, Porter memiliki kesempatan untuk melakukan
kecurangan.
3. Sistem Informasi dan Komunikasi: Sistem informasi dan komunikasi melibatkan
penggunaan teknologi dan komunikasi yang efektif untuk memfasilitasi
pengendalian internal. Dalam kasus ini, terdapat kelemahan dalam sistem informasi
dan komunikasi karena tidak ada mekanisme yang efektif untuk mendeteksi
kecurangan yang dilakukan oleh Porter. Hal ini menunjukkan kurangnya penggunaan
teknologi dan komunikasi yang memadai dalam perusahaan.
4. Pengendalian Aktivitas: Pengendalian aktivitas melibatkan prosedur dan kebijakan
yang dirancang untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan serta kesalahan dalam
operasional perusahaan. Dalam kasus ini, terdapat kelemahan dalam pengendalian
aktivitas karena Porter memiliki kewenangan yang terlalu luas tanpa adanya
pemisahan tugas yang memadai. Hal ini memungkinkan Porter untuk melakukan
kecurangan tanpa terdeteksi.
5. Pemantauan: Pemantauan melibatkan pengawasan dan evaluasi terhadap efektivitas
pengendalian internal yang ada. Dalam kasus ini, terdapat kelemahan dalam
pemantauan karena partner bisnis tidak melakukan pemantauan yang memadai
terhadap aktivitas Porter. Jika ada pemantauan yang dilakukan secara rutin,
kecurangan yang dilakukan oleh Porter mungkin dapat terdeteksi lebih awal.

Dalam keseluruhan, memiliki kelemahan dalam komponen pengendalian internal


yang menyebabkan kecurangan yang dilakukan oleh Porter. Untuk mencegah
kejadian serupa di masa depan, perusahaan perlu memperkuat pengendalian
internalnya dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengendalian internal,
melakukan penilaian risiko secara teratur, menggunakan teknologi dan komunikasi
yang efektif, menerapkan pemisahan tugas yang memadai, dan melakukan
pemantauan yang rutin terhadap aktivitas keuangan perusahaan.

Jawaban Soal No 3

a. Uji Pisah Batas dalam Transaksi Pembelian Auditor melakukan uji pisah batas
untuk menentukan apakah transaksi pembelian yang terjadi mendekati tanggal
neraca dicatat pada periode yang benar. Uji ini dilakukan dengan memeriksa
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan transaksi pembelian, seperti faktur,
surat jalan, dan bukti pengiriman. Asersi yang terkait dengan uji pisah batas ini
adalah:
1. Kelengkapan: Auditor memastikan bahwa semua transaksi pembelian
yang terjadi mendekati tanggal neraca telah dicatat dengan lengkap.
2. Penyajian: Auditor memeriksa apakah transaksi pembelian tersebut
telah disajikan dengan benar dalam laporan keuangan.
3. Pembebanan Biaya: Auditor memverifikasi bahwa biaya pembelian telah
dibebankan pada periode yang benar.

b. Pertimbangan Khusus terkait dengan Syarat Pengiriman (FOB)

Syarat pengiriman FOB (Free On Board) mengindikasikan titik waktu di mana


kepemilikan barang berpindah dari penjual ke pembeli. Dalam konteks uji pisah
batas, terdapat beberapa pertimbangan khusus terkait dengan syarat
pengiriman FOB:
1. FOB Pabrik: Jika syarat pengiriman FOB pabrik, kepemilikan barang
berpindah pada saat barang meninggalkan pabrik penjual. Auditor perlu
memastikan bahwa transaksi pembelian yang terjadi mendekati tanggal
neraca telah dicatat pada periode yang benar, yaitu sebelum barang
meninggalkan pabrik penjual.
2. FOB Gudang Pembeli: Jika syarat pengiriman FOB gudang pembeli,
kepemilikan barang berpindah pada saat barang tiba di gudang pembeli.
Auditor perlu memastikan bahwa transaksi pembelian yang terjadi
mendekati tanggal neraca telah dicatat pada periode yang benar, yaitu
sebelum barang tiba di gudang pembeli.

Argumentasi terkait dengan pertimbangan khusus ini adalah bahwa jika


transaksi pembelian tidak dicatat pada periode yang benar, maka
kewajiban yang terkait dengan pembelian tersebut tidak akan tercermin
dengan akurat dalam laporan keuangan.

c. Deteksi Kewajiban yang Tidak Tercatat pada Tanggal Neraca


Auditor merancang prosedur untuk mendeteksi kewajiban yang tidak tercatat
yang signifikan pada tanggal neraca dengan melakukan pemeriksaan terhadap
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan kewajiban tersebut, seperti kontrak,
faktur, dan perjanjian. Asersi yang terkait dengan deteksi kewajiban yang tidak
tercatat ini adalah:
1. Keberadaan: Auditor memastikan bahwa semua kewajiban yang
signifikan telah dicatat dengan benar.
2. Kelengkapan: Auditor memeriksa apakah semua kewajiban yang
seharusnya dicatat telah tercatat dengan lengkap.
3. Penyajian: Auditor memverifikasi bahwa kewajiban tersebut telah
disajikan dengan benar dalam laporan keuangan.

Prosedur yang dapat dilakukan oleh auditor antara lain adalah membandingkan jumlah
kewajiban yang tercatat dengan jumlah yang seharusnya ada berdasarkan dokumen-
dokumen yang ada, melakukan konfirmasi langsung kepada pihak yang berwenang, dan
melakukan analisis rasio untuk membandingkan kewajiban dengan parameter yang relevan.

Dengan melakukan prosedur ini, auditor dapat mendeteksi adanya kewajiban yang tidak
tercatat atau tidak terungkap secara signifikan pada tanggal neraca.

Sumber : Auditing II (EKSI 4310)

Anda mungkin juga menyukai