Anda di halaman 1dari 6

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Deret Standarisasi Paracetamol

Konsentrasi AUC RT
1 194,29 2,78
4 320,14 2,77
6 367,44 2,77
8 435,66 2,76
10 483,13 2,77

2. Deret Standarisasi Sampel Jamu

Sampel Jamu AUC RT


Jamu Racikan 2,84 2,79

3. Hasil Kurva Baku Paracetamol


4. Hasil Kurva Baku Sampel Jamu

Berdasarkan data hasil percobaan diatas, data dapat dihitung menggunakan aplikasi
didapatkan hasil yaitu :
F(X) = Y
35,70 = 33,3124x + 162,424
33.3124x = 35,70-162,424
−126,724
X=
33,312
33.3124x = 2,84 – 162,424
−159,584
X=
33,3124
X = - 4,79
HPLC atau High Performance Liquid Chromatography adalah suatu jenis pemeriksaan
untuk mengidentifikasi secara kualitatif dan kuantitatif suatu molekul dengan cara memisahkan
analit berdasarkan kepolarannya dan kemudian dideteksi dengan menggunakan prinsip
kromatografi (pemisahan) yaitu dengan menggunakan fase gerak cair yang dialirkan melalui
kolom yang merupakan fase diam menuju ke detektor dengan bantuan pompa. Tujuan dari
percobaan ini adalah untuk menentukan kadar paracetamol dalam sampel jamu menggunakan
metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC), baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.

Untuk mengidentifikasi suatu analit yang ingin diperiksa keberadaannya ataupun


jumlahnya dalam sampel, maka diperlukan beberapa standar dengan berbagai konsentrasi untuk
menentukan RT dari suatu analit tertentu. RT atau Retention Time adalah waktu ketika injeksi
sampel memasuki kolom hingga terdeteksi. HPLC memisahkan komponen-komponen dalam
sampel berdasarkan perbedaan distribusi di antara dua fase, yaitu fase gerak (yang mengalirkan
larutan) dan fase diam (kolom pemisah). Pemisahan ini didasarkan pada kepolaran komponen-
komponen dalam sampel.

Sampel jamu ditimbang dan dilarutkan menggunakan aquabidest untuk mendapatkan


larutan sampel. Aquabidest digunakan karena dalam analisis HPLC diperlukan pelarut dengan
kemurnian tinggi untuk menghindari gangguan terhadap hasil pemisahan. Larutan sampel
kemudian diencerkan hingga volume tertentu dan disaring untuk memastikan kebersihan sampel
sebelum diinjeksikan ke dalam HPLC.

Analisis kualitatif dilakukan dengan membandingkan waktu retensi (Retention Time/RT)


komponen dalam sampel dengan waktu retensi standar. Puncak pertama yang muncul pada
kromatogram kemungkinan besar merupakan komponen paracetamol. Analisis kuantitatif
dilakukan dengan mengukur luas area di bawah puncak peak pada kromatogram, karena luas
area lebih stabil dalam menentukan konsentrasi.

Sebelum diinjeksikan ke dalam HPLC, baik sampel maupun standar perlu dilakukan
proses degassing untuk menghilangkan gelembung udara. Gelembung udara dapat mengganggu
kondisi HPLC dan memengaruhi hasil kromatogram.
Beberapa kesalahan yang mungkin terjadi selama percobaan ini antara lain sisa sampel
yang tidak larut sepenuhnya, masih terdapat gelembung udara setelah degassing, atau kesalahan
dalam pengoperasian instrument HPLC yang dapat mempengaruhi hasil analisis.

Hasil kromatografi HPLC disebut kromatogram. sumbu X mewakili waktu retensi atau
Retention Time (RT) sedangkan sumbu Y untuk absorbansi unit. Dari kromatogram akan terlihat
grafik parabola dengan satu atau beberapa puncak atau peak yang menunjukkan adanya suatu
analit yang terdeteksi. Untuk menghitung konsentrasi dapat digunakan luas area di bawah
puncak peak atau ketinggian peak. Namun para ahli menyarankan untuk lebih menggunakan luas
area karena nilainya lebih stabil. Dengan membandingkan luas area absorbansi tiap standart
terhadap konsentrasinya, maka dapat ditentukan korelasi dan persamaannya sehingga dapat
dihitung konsentrasi analit yang sama dalam suatu suatu larutan dengan memasukkan dalam
persamaan tersebut.

Percobaan kali ini bertujuan untuk menentukan kadar paracetamol dan sampel jamu
menggunakan instrument HPLC (High Perfomance Liquid Chromatography). Prinsip dasar
HPLC yaitu berdasarkan perbedaan distribusi komponen-komponen dalam sampel di antara dua
fase, fase gerak dan fase diam. Fase gerak yang digunakan berupa air suling dan methanol pa
(3:1).

Dalam preparasi sampel, sampel ditimbang kemudian dilarutkan menggunakan


aquabidest. Digunakan aquabidest karena dalam analisis menggunakan HPLC diperlukan pelarut
dengan kemurnian yang tinggi, sebab larutan sampel yang akan dianalisis jumlahnya sangat
sedikit (sekitar 30Rl" sehingga apabila digunakan pelarut dengankemurnian kurang akan dapat
mengganggu hasil pemisahan. sebelum pengenceran sampel sampai 10 ml, dilakukan sonikasi
terlebih dahulu agar semua komponen dalamsampel larut dan homogen. setelah diencerkan
sampai 10 ml secara kuantitatif, larutan sampel disaring sebanyak dua kali.
Analisis pada percobaan kali ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis
kualitatif dilakukan dengan membandingkan $aktu retensi komponen dalam sampel dengan
waktu reteensi standar. Puncak Yang akan muncul pada kromatogram adalah puncak komponen
paracetamol terlebih dahulu. Hal tersebut dapat ditentukan berdasarkanstruktur kimia dari
masing-masing komponen. Sebelum dilakukan pemisahan, instrument HPLC harus dikondisikan
padakeadaan optimal agar hasil pemisahan yang didapatkan baik. Kemudian baik sampel
maupun deret standar, sebelum diinjeksikan ke dalam HPLC perlu dilakukan degassing untuk
menghilangkan gelembung udara karena gelembung udara dapat terkumpul dikepala pompa
ataupun detektor sehingga akan mengganggu kondisi HPLC.
Kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi selama analisis pada percobaan ini
diantaranya, masih terdapat sisa sampel yang telah ditimbang yang tidak ikut dilarutkan sehingga
kadar yang diperoleh kurang akurat, masih terdapat gelembung setelah dilakukan penginjeksian,
atau pengoperasian instrument yang kurang tepat sehingga mempengaruhi hasil kromatogram
yang akan didapat.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembacaan menggunakan metode High Performance Liquid


Chromatography (HPLC), ditemukan bahwa nilai retensi time (RT) untuk sampel standar
paracetamol menunjukkan variasi yang sangat kecil, dengan nilai RT berkisar antara 2,76 hingga
2,79 untuk berbagai konsentrasi yang diuji. Hal ini menunjukkan konsistensi yang tinggi dalam
hasil analisis.
Kemudian, pada sampel jamu yang diuji, ditemukan nilai RT sebesar 2,79. Karena nilai
RT sampel jamu berdekatan dengan nilai RT standar paracetamol, dapat disimpulkan bahwa
sampel jamu tersebut mengandung paracetamol.
Selain itu, dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa kadar paracetamol dalam sampel
jamu X adalah sebesar 4,79.
Dengan demikian, kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa jamu X ditemukan
mengandung paracetamol dengan kadar 4,79 pada retensi time 2,76-2,79 berdasarkan hasil
pembacaan metode HPLC. Hasil ini penting untuk diketahui dalam pengawasan mutu dan
keamanan produk jamu.
Daftar Pustaka
Abdullah, D., Annisa, M. and Dewi, N. (2019) ‘Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat
Tentang Obat Generik di Kecamatan Sepuluh Koto, Nagari Singgalang, Kabupaten
Tanah Datar’, Healt and Medical Journal, 1(2), pp. 39–43.
Ahmad, N.R. and Omar, F.K. (2018) ‘HPLC Method For Determination Of Paracetamol In
Pharmaceutical Formulations And Environmental Water Samples’, World Journal of
Pharmaceutical Research, 7(15). Available at: https://doi.org/10.20959/wjpr201815-
12814.
Basharat, R. et al. (2021) ‘A Mini-review on Ultra Performance Liquid Chromatography’,
Oriental Journal Of Chemistry, 37(4), pp. 847–857. Available at:
https://doi.org/10.13005/ojc/370411.
BPOM RI (2019) ‘Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 9 Tahun 2019
Tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat Yang Baik’. BADAN PENGAWAS
OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA.
Available at:
https://sertifikasicdob.pom.go.id/sertif/docs/1PedomanCDOB.pdf.
Chawla, G. and Kr. Chaudhary, K. (2019) ‘A review of HPLC technique covering its
pharmaceutical, environmental, forensic, clinical and other applications’, International
Journal of Pharmaceutical Chemistry and Analysis, 6(2), pp. 27–39. Available at:
https://doi.org/10.18231/j.ijpca.2019.006.
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan (1995) Farmakope Indonesia Edisi IV.
IV. Jakarta: departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Risqiyanan, D.I. and Oktaviani, N. (2023) ‘Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang
Obat Paten dan Obat Generik di Desa Simbang Kulon Kecamatan Buaran Kabupaten
Pekalongan’, ULIL ALBAB : Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 2(4), pp. 1475–1483.
Sarmento, Z.L.C. et al. (2020) ‘Penetapan Kadar Parasetamol Dan Kafein Dengan Metode
High Performance Liquid Chromatography (HPLC)’, Cakra Kimia (Indonesian E-
Journal of Applied Chemistry), 8(2), pp. 99–104.
Suprianto, Syamsul, D. and Harfiansyah, M. deddy (2020) ‘Aplikasi Metode Penetapan
Kadar Rutin Parasetamol PT. Kimia Farma, Tbk Secara HPLC pada Sediaan Tablet
Generik dan Bermerek di Medan’, Jurnal Indah Sains & Klinis (J. Indah Sain.Klin.),
1(1).
Ulfa, D.M. and Irawan, D. (2019) ‘Assay Of Paracetamol Syrup In Different Storage
Temperatures By High Performance Liquid Chromatography’, SANITAS : Jurnal
Teknologi dan Seni Kesehatan, 10(1), pp. 72–80. Available at:
https://doi.org/10.36525/sanitas.2019.7.
Yanti, D.F.D. and Marini (2019) ‘Profil Peresepan Obat Generik di Apotek X Kabupaten
Indramayu Periode Januari – Maret Tahun 2019’, Jurnal Farmasi Muhammadiyah
Kuningan, 4(1), pp. 14–20.

Anda mungkin juga menyukai