Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................................I

LEMBAR PENGESAHAN`......................................................................................................II

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................III

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................IV

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................................1.1

1.2 Tujuan .........................................................................................................................1.2

1.3 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan..................................................................................1.3

BAB 2 ISI PELAKSANAAN OBSERVASI

2.1 Pengertian Tionghoa...................................................................................................2.1

2.2 Suku Tionghoa Yang Tersebar Di Indonesia..............................................................2.2

2.3 Rumah Adat Tionghoa................................................................................................2.3

2.4 Berdirinya Tionghoa....................................................................................................2.4

2.5 Tradisi Tionghoa..........................................................................................................2.5

2.6 Alat Sembayang Tionghoa..........................................................................................2.6

2.7 Baju Adat.....................................................................................................................2.7

2.8 Simbol-Simbol dan Pertanyaan...................................................................................2.8

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................3.1

3.2 Saran...........................................................................................................................3.2

IV
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah dan
pertolongannya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan laporan hasil observasi ini sebagai salah
satu tugas Kurikulum Merdeka dan P5 ( Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila). Shalawat dan salam
semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan ilmu yang
bermanfaat untuk kesuksesan dunia dan akhirat.

Penyusunan laporan hasil observasi ini dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan
karena bantuan dari berbagai pihak. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih
memerlukan penyempurnaan. Kami mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak. Apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.

III
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Etnis Tionghoa merupakan salah satu suku bangsa yang asal usul leluhurnya berasal dari Tiongkok
yang bermigrasi secara bergelombang ke Indonesia dalam beberapa abad terakhir dan memberikan
pengaruh besar bagi Bangsa Indonesia baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya.
Kebudayaan Tionghoa merupakan salah satu pembentuk dan bagian integral yang tak terpisahkan dari
Bangsa Indonesia.

Kota Semarang merupakan salah satu Kota di Pantai Utara Jawa yang menjadi destinasi utama
migrasi bangsa Tionghoa pada jaman dahulu dan memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia dan
Pulau Jawa pada khususnya. Sejarah Tionghoa di Indonesia yang secara garis besar terbagi dari era
Kerajaan Nusantara, Kolonialisasi Hindia Belanda dan Pasca Kemerdekaan menarik untuk dipelajari dan
dipahami oleh masyarakat modern, khususnya oleh keturunan Tionghoa yang dewasa ini kurang
memahami sejarah dan asal-usul keturunannya sendiri.

Selain itu, fasilitas latihan dan pertunjukkan pelaku seni Tionghoa dan tempat usaha UMKM yang
menjual makanan khas Tionghoa-Indonesia di Kota Semarang juga dikira masih kurang layak dan tidak
memenuhi standar kenyamanan. Maka dari itu, dibutuhkan suatu wadah yang selain dapat menjadi
sarana bagi masyarakat modern untuk belajar dan memahami Seni dan Budaya Tionghoa juga dapat
menfasilitasi para pelaku seni Tionghoa dan UMKM yang menjual makanan khas Tionghoa-Indonesia
yang nantinya selain dapat menjadi magnet pariwisata juga dapat menjadi sarana untuk semakin
menjaga toleransi di Indonesia.

1.1
1.2 Tujuan

Tujuan dari projek ini adalah untuk menyediakan tempat untuk belajar dan memahami Seni dan
Budaya Tionghoa dengan fasilitas yang lengkap dan memenuhi standar-standar dan regulasi yang ada.
Pusat Seni dan Budaya Tionghoa yang dimiliki oleh Organisasi Kopi Semawis diharapkan dapat menjadi
sebuah Pusat Seni dan Budaya yang dapat menarik minat masyarakat untuk belajar, memahami dan
melestarikan Seni dan Budaya Tionghoa dan diharapkan menjadi sebuah Pusat Seni dan Budaya yang
mumpuni dan kontekstual dengan lingkungan sekitarnya serta dapat menjadi magnet pariwisata bagi
wisatawan domestik maupun internasional.

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui pengaruh motivasi event terhadap kepuasan pengunjung pada Perayaan Imlek.

2. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan pengunjung terhadap loyalitas (destinasi wisata Perayaan
Imlek di Kota Kudus).

3. Untuk mengetahui pengaruh motivasi event pada perayaan imlek terhadap loyalitas (destinasi wisata
Perayaan Imlek di Kota Kudus).

1.2
1.3 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan

Kunjungan ke klenteng di laksanakan pada:

Tempat/Lokasi pelaksanaan: Klenteng Hok Ling Bio (Jl. Madurekso No.2, Pejaten,Langgardalem,

Kec. Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah 59315)

Hari :Sabtu , 9 Maret 2024

Jam/Pukul :07.30 WIB - 10.00 WIB

1.3
BAB 2 ISI PELAKSANAAN OBSERVASI

2.1 Pengertian Tionghoa

Tionghoa atau Tionghwa (asal kata dari Hokkien; Hanzi tradisional: 中華; Hanzi sederhana: 中华;
Pinyin: Zhōnghuá; Pe̍h-ōe-jī: Tiong-hôa) atau Huaren (Hanzi tradisional: 華人; Hanzi sederhana: 华人)
adalah sebutan di Indonesia untuk orang-orang dari suku atau bangsa Tiongkok.

Etnis Tionghoa adalah seseorang yang berasal dari negara Tionghoa yang tinggal di Indonesia baik
dari kelompok Tionghoa Totok maupun Tionghoa Keturunan

2.1
2.2 Suku Tionghoa yang Tersebar Di Indonesia

Para leluhur suku Tionghoa melakukan imigrasi sejak abad ke-16 sampai 19. Tujuan mereka imigrasi
adalah untuk berdagang. Salah satu tujuan negara untuk mereka berdagang adalah negara Indonesia.
Setelah imigrasi dan berdagang, mereka memilih untuk menetap dan menikah dengan wanita setempat.
Hal tersebut yang membuat suku Tionghoa tersebar di Indonesia.Karena semua suku Tionghoa masuk ke
Indonesia dan menetap di Indonesia maka hal ini menyebabkan adanya akulturasi dan asimilasi budaya.
Budaya Tionghoa dan Indonesia bersatu karena percampuran penduduk ini, bahkan dapat terjadi
campur kode ketika sedang berbicara satu sama lain Sejak Indonesia merdeka, suku Tionghoa yang
tinggal di Indonesia sudah dianggap sebagai bagian dari lingkup nasional Indonesia sesuai dengan
Undang-Undang yang telah ditetapkan. Suku Tionghoa yang ada di Indonesia jika dihitung kurang lebih
hanya 4-5% saja.

BERIKUT ADALAH BEBERAPA SUKU TIONGHOA YANG ADA DI INDONESIA :

• Suku Hokkian
Suku Hokkian merupakan suku yang berasal dari Fujian yang letaknya di daerah tenggara-selatan
Tiongkok. Suku ini banyak berimigrasi di banyak negara, khususnya di Asia Tenggara. Sebenarnya bahasa
Hokkian dikenal dengan dialek Minnan Selatan yang bagian dari bahasan Han. Dialek ini umumnya
digunakan oleh provinsi Fujian, Taiwan, Guangdong bagian utara, dan Asia Tenggara. Orang Tionghoa
yang memakai dialek ini diperkirakan mencapai 50 juta orang yang ada di seluruh dunia. Hal tersebut
dikarenakan mayoritas orang-orang Tionghoa yang merantau berasal dari Fujian.
Suku Hokkian yang ada di Indonesia biasanya tersebar di beberapa daerah meliputi, Sumatera
Utara, Riau (Pekanbaru), Sumatera Barat (Padang), Sumatera Selatan (Palembang), Jambi, Bengkulu,
Bali, Kalimantan (Kutai dan Banjarmasin), Jawa, Sulawesi (Makassar, Manado, dan Kendari), dan
Ambon.Suku Hokkian termasuk salah satu suku Tionghoa yang paling banyak di Indonesia.

• Suku Haninan

Hainan adalah sebuah suku yang tinggal di kepulauan kecil yang ada di Tiongkok bagian selatan.
Nama tempat yang disinggahi oleh suku Hainan sesuai dengan nama pulau tersebut yaitu Pulau Hainan.
Pulau ini biasanya dijadikan sebagai tujuan wisata oleh para turis karena keindahan lautnya.

Pulau Hainan sebelumnya selama berabad-abad adalah bagian dari Provinsi Guangdong. Namun
pada tahun 1988 pulau ini memutuskan untuk berdiri sendiri dan memiliki ibu kota bernama Haikou.
Orang Hainan menggunakan dialek Hainan dalam kesehariannya. Orang-orang Hainan yang tersebar ke
seluruh dunia berjumlah 1,5 juta orang. Lalu, orang Hainan yang ada di Indonesia tersebar di daerah
Pekanbaru, Batam, dan Manado.

• Suku Hakka

Hakka (Kèjiā 客 家 ) adalah salah satu kelompok Tionghoa Han yang terbesar di Republik Rakyat
Tiongkok. Hakka merupakan kelompok Han terakhir yang bermigrasi ke selatan dari Tiongkok Utara
secara bertahap semenjak abad ke-4 M karena bencana alam, perang, dan konflik.

• Suku Tiochiu
Orang Tiochiu merupakan salah satu kelompok Tionghoa yang banyak merantau ke berbagai tempat
keluar Tiongkok. Orang Tiochiu juga disebut Orang Tio-soa ( Diô-soàⁿ/ Mandarin : Chaoshan ) ,
kependekan dari dua daerah asal mereka Diô-jiǔ dan Sòaⁿ-thâu .
• Suku Kanton
Suku Kanton ini penduduknya berasal dari Guangzhou, yaitu ibu kota dari Provinsi Guangdong, di
mana merupakan daerah terbesar Tiongkok bagian selatan. Penduduk suku Kanton dikenal dengan
pendidikannya yang tinggi. Bahkan suku ini juga memiliki pengobatan tradisional yang sangat mujarab.
Bahasa Kanton ini adalah bahasa yang paling banyak digunakan diseluruh dunia, jumlahnya hampir
70 juta orang yang menggunakannya. Peneliti ahli bahasa Han di Tiongkok mengatakan bahwa bahasa
Kanton ini adalah salah satu dialek Han tertua yang ada sampai sekarang. Dialek ini juga dahulu
digunakan pada masa Dinasti Tang.Suku Kanton yang ada di Indonesia tersebar di daerah Jakarta,
Medan, Makassar, dan Manado.

2.2
2.3 Rumah Adat Tionghoa

Rumah Tradisional Cina Si He Yuan merupakan salah satu desain rumah yang paling umum di zaman
kuno. Gaya rumah ini dianggap sebagai salah satu struktur arsitektur paling dasar bagi orang Cina.
Rumah tradisional Cina ini sangat unik dengan bangunan rumah terpisah.
Dalam bahasa Cina, Siheyuan berarti istilah “segi empat”, dan mengambil halaman sebagaiintinya,
dengan empat rumah – rumah utama (sebagian besar menghadap ke selatan) di sekelilingnya, rumah
yang berlawanan, rumah sayap timur dan rumah barat- rumah sayap. Konstruksi Siheyuan menjelaskan
ciri khas orang Tiongkok dan sistem hierarkis yang ketat pada zaman kuno, dan menekankan Fengshui
(teori geomansi tradisional Tiongkok).
Siheyuan adalah cermin budaya Tiongkok, yang mencerminkan rasa memiliki dalam benak orang
Tionghoa. Gerbang besar berwarna merah, karena merah melambangkan keberuntungan dan
kebahagiaan. Selama festival tradisional, penghuninya memasang bait gatepost di pintu gerbang. Selain
itu, sepasang lentera merah biasanya terlihat di banyak Siheyuan berskala besar. Di belakang gerbang,
dinding layar besar muncul sebagai bagian dekoratif penting dari Siheyuan. Di tengah Siheyuan, halaman
ditanami dengan pohon dan bunga dengan dua jalan berbatu menuju rumah-rumah di setiap sisi.
Biasanya, kolam ikan mas dan meja marmer diletakkan di halaman.
BAHAN PENGGUNAAN RUMAH SI HE YUAN

Yang menarik yaitu bahan untuk membangun rumah-rumah ini cukup sederhana. Kayu dan ubin
terutama jadi bahan pilihan di rumah-rumah tradisional. Namun, kamu bisa melihat penggunaan beton
dan baja di rumah versi modern ini. Warna abu-abu secara keseluruhan memberikan kesan nyaman dan
sederhana dari rumah. Karena kayu adalah bahan untuk membangun sebagian besar struktur, kayu juga
melindungi rumah dari gempa. Versi modern yang indah dari rumah siheyuan ada di beberapa proyek
pembangunan baru di Beijing. Banyak juga penyesuaian untuk mengikuti perkembangan zaman.
Keluarga Cina kaya sering menambahkan struktur terpisah di depan rumah utama dengan halaman
yang lebih kecil. Gerbang utama di rumah ini namanya Da Men ( 大 门 ). Rumah tangga biasa hanya
memiliki satu pintu utama sehingga Da Men mereka ada di tengah. Untuk keluarga kaya, ada banyak
pintu dan gerbang terdalam adalah Da Men yang ada di tengah. Pintu luar ada di kiri atau kanan, tidak di
tengah. Semakin kaya keluarga, semakin banyak pintu di rumah.
Zheng Fang (正房) atau Kediaman Utama di rumah Siheyuan biasanya merupakan bangunan utara
yang menghadap ke selatan. Pemilik rumah tinggal di gedung ini dan biasanya cukup terang dan luas.
Beberapa rumah besar menambahkan tempat tinggal tambahan di belakang tempat tinggal utama.
Bangunan di bagian belakang ini sering untuk anak perempuan dari rumah tangga karena mereka tidak
boleh tampil ke publik. Di sisi lain, itu juga bisa sebagai penyimpanan jika rumah tangga tidak memiliki
anak perempuan.
Bangunan West Wing Residence ( 西廂房) atau Xi Xiang fang dan East Wing Residence atau Dong
Xiang Fang ( 東 廂 房 ) adalah tempat tinggal sekunder atau untuk kegiatan lainnya. Mereka berfungsi
sebagai area umum untuk makan, untuk menjamu tamu, sebagai ruang belajar atau untuk pemujaan
leluhur rumah tangga.
Ruang selatan menerima cahaya paling sedikit dan biasanya adalah kamar pembantu. Para pelayan
tinggal di area pintu masuk ini untuk menyambut para tamu dan memberi tahu pemilik rumah ketika
seseorang datang.

2.3
2.4 Berdirinya Tionghoa

Tionghoa datang di Kudus sekitar tahun 170 tahun abad ke 19 .Suku Tionghoa yang Tersebar di
Indonesia – Para leluhur suku Tionghoa melakukan imigrasi sejak abad ke-16 sampai 19. Tujuan mereka
imigrasi adalah untuk berdagang. Salah satu tujuan negara untuk mereka berdagang adalah negara
Indonesia.

2.4
2.5 Tradisi Tionghoa

• sembayang leluhur 1 kali 3 tahun


• sembayang 1 minggu/1 hari sebelum imlek
• sembayang tembeng / sembayang rebutanadalah arwah leluhur sudah tidak di sembanyangi lagi oleh
keluarga nya.
• sembayang mbakcang adalah pasangan suami istri yang di setujui , suami nanti di laut istrinya ikut.
Biasanya dilaksanakan di kuil-kuil Tionghoa atau rumah-rumah dengan menyiapkan altar khusus untuk
Qu Yuan. Masyarakat menghias altar dengan bunga, dupa, dan makanan seperti bacang. Selama
upacara, para peserta membakar kertas berbentuk uang sebagai persembahan kepada roh Qu Yuan.
Bakcang babi , bakcang ayam
Vegertarian : makannya jamur , tahu , tempe
• tradisi imlek
6 TRADISI IMLEK : -Membersihkan dan Menghias Rumah

-Kumpul Keluarga Besar


-Membaca Shio

-Membagikan Angpao
-Menyalakan Kembang Api dan Petasan
-Menonton Pertunjukan Barongsai dan Liong

2.5
2.6 Alat Sembayang Tionghoa
• Dupa / hio, adalah salah satu atribut yang banyak digunakan untuk sembahyang. Hio berbentuk lidi
dan berwarna merah. Hio artinya harum. Membakar hio memiliki makna “Jalan Suci itu berasal dari
kesatuan hatiku (Dao You Xin He)” dan “Hatiku dibawa melalui keharuman dupa (Xin Jia Xiang Chuan)".
• pasang lilin
• tuakim ( bakar kertas )
√ TATA CARA SEMBAYANG : -Pertama adalah dupa, alat sembahyang ini ditujukan untuk

SangPencipta.

-"Kemudian ada pula botol yang berisikan minyak. Di mana warga

Tionghoa meyakini minyak disimbolkan untuk kelancaran hidup,

serta tubuh selalu sehat selalu," paparnya lagi.


-Ketiga adalah makanan. Biasanya, makanan yang dibawa berupa

buah-buahan, tentu dengan rasa yang manis. "Buah itu

menandakan kesegaran, di mana rasa manis untuk masa depan

yang dilakukan selalu menghasilkan kesegaran, serta kebaikan

layaknya rasa buah," timpalnya.


-Terakhir adalah kertas. Di sini ada dua kertas yang akan dibakar.

Kertas itu bernama Sium Kim atau kertas emas, dan Toa Kim

atau kertas emas berukuran besar."Kertas disimbolkan dengan

tanda terima kasih atau doa penutup".

2.6
2.7 Baju Adat
Pakaian adat China terdiri dari lima kategori, yaitu Hanfu, Cheongsam, Tang suit, Zhongshan dan
etnis minoritas atau di Indonesia dikenal dengan etnis Tionghoa.
√ Hanfu

Hanfu berasal dari kata ‘Han’, merujuk pada mayoritas etnis di China, dan kata yang berarti
pakaian.Hanfu diakui sebagai salah satu pakaian tradisional tertua di China, dengan sejarah yang dapat
dilacak kembali hingga lebih dari 4000 tahun lalu. Ciri khas dari Hanfu kuno meliputi hiasan jumbai,
liontin batu giok yang dikenal sebagai Pei, serta beragam ornamen yang biasanya digantung pada ikat
pinggang atau tali selempang
√ cheongsam
adalah pakaian tradisional Tionghoa yang pertama kali diperkenalkan pada abad ke-17.Namun,
pakaian ini mencapai puncak popularitasnya pada dekade 1920-an hingga 1930-an, terutama di
Shanghai. Di mana ia dikenal sebagai "gaun mandarin" dan menjadi simbol status di kalangan wanita
kelas atas, Moms. Meskipun Cheongsam memiliki akar sejarah yang mendalam di Tiongkok, desainnya
telah mengalami evolusi signifikan sepanjang waktu. Pada era Dinasti Qing, saat China dikuasai oleh
Manchu, terjadi perubahan besar dalam mode tradisional Tionghoa. Penguasa Manchu menerapkan
"sistem Delapan Panji", yang pada awalnya ditujukan untuk keluarga Manchu tetapi kemudian
melibatkan etnis lain seperti Mongol dan Han. Akibat kebijakan ini, etnis Han dilarang mengenakan
pakaian tradisional mereka dan dipaksa mengenakan Changpao, jubah panjang khas Manchu.

2.7
2.8 Simbol-Simbol dan Pertanyaan

Berikut beberapa arti simbol yang ada di Etnis Tionghoa:

• naga : simbol kerukunan

• lampion : orang orang yang mau menyumbangkan dana

• warna merah : waena kebahagiaan

• apel ,pir ,jeruk : wajib

• harus ganjil untuk dewa dewi

• sembayang orang meninggal harus genap

• sembayang tuhan allah harus 12

• pemimpin doa di tionghoa : hochu

wakil : luhochi

• mewakili , -udara : ayam

-tanah : babi

-air : ikan / kepiting

5 Contoh Pertanyaan yaitu :

1. Apa itu etnis Tionghoa?

2. Kenapa etnis Tionghoa ada di Indonesia?

3. Dari mana asal suku Tionghoa?

4. Apa saja budaya Tionghoa yang masih berkembang sampai saat ini?

5. Jelaskan fungsi lampiom dan perbedaan warna bendera!

2.8
BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sejarah kedatangan etnis Tionghoa di Indonesia tidak ada catatan yang pasti, kapan tepatnya orang-
orang Tionghoa untuk pertama kali datang ke Nusantara, begitu juga ke Kota Kudus. Namun seiring
berkembangnya waktu, gelombang kedatangan besar-besaran orang Tionghoa ke Indonesia
diperkirakan terjadi pada abad XVI khusunya di Pulau Jawa.

Saling berinteraksi antar Tionghoa dan pribumi merupakan hal yang sangat bagus, proses interaksi
serta asimilasi etnis Tionghoa dan masyarakat pribumi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antara lain
faktor pendukung adanya asimilasi, toleransi, sikap menghormati serta terjadinya kawin campur.
Persamaan unsur-unsur budaya antara masyarakat pribumi dan orang Tionghoa diantaranya dalam
bahasa, sistem teknologi, serta mata pencahariannya.

Sementara itu, proses Islamisasi dikalangan etnis Tionghoa dipengaruhi karena proses interaksi antar
etnis Tionghoa yang sudah ada di Nusantara dengan pribumi setempat yang beragama Islam. Ini
merupakan salah satu strategi untuk berbaur dengan masyarakat setempat. Meskipun ada juga etnis
Tionghoa beragama Islam datang dari negeri Cina adalah bertujuan untuk agama Islam atau berdakwah
ada juga yang berdagang.

3.1
3.2 SARAN

Berikut adalah beberapa saran yang kiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan serta rekomendasi
bagi upaya mempertahankan tradisi serta budaya Tionghoa :

1. Untuk masyarakat Etnis Tionghoa membangun dan menjaga hubungan baik dengan masyarakat
sekitar. Tetap melibatkan masyarakat sekitar dalam pelaksanaan tradisi maupun budaya Tionghoa.

2. Untuk pihak Klenteng mengembangkan komunitas Tionghoa untuk generasi muda agar
menumbuhkan rasa cinta terhadap tradisi serta budaya Tionghoa. Memperkuat relasi dengan pihak
Pemerintah untuk keberlanjutan tradisi dan budaya Tionghoa

3. Untuk Pemerintah perlu adanya fasilitas yang lebih menunjang untuk pelaksanaan tradisi dan budaya
Tionghoa yang bukan hanya terfokus pada perayaan Bogor Street Festival saat menjelang Imlek dan Cap
Go Meh saja.

Budaya merupakan proses dalam kehidupan seseorang. Mengenai budaya yang terdapat dalam
suatu etnis, untuk mengenalkan dan memberi pemahaman bukanlah hal yang singkat, dibutuhkan
waktu untuk menjadikan sesorang mengenal dan paham terlebih lagi untuk membuat seseorang
memiliki rasa kecintaan akan budaya tersebut.
Jadi, berdasarkan kesimpulan yang didapat, peneliti dapat memberikan masukan saran kepada
generasi tua (kakek-nenek dan orangtua) untuk lebih menanamkan rasa kecintaan akan budaya etnis
Tionghoa, hal ini dapat dimulai sedari dini dengan mengenalkan budaya etnis Tionghoa pada anak-anak
mereka agar mereka mengetahui jati diri mereka dan ada rasa memiliki terhadap budaya tersebut.
Sehingga walaupun etnis Tionghoa yang ada di Indonesia merupakan etnis minoritas dan terlebih lagi
Indonesia merupakan negara multikultural, kaum muda etnis Tionghoa tidak merasa asing akan
budayanya sendiri.

3.2

Anda mungkin juga menyukai