Studi Quran
Studi Quran
Aisyah Firdaus1
Program Pascasarjana Pendidikan Islam
Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara Firdausaisyah80@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan menganalisis Al-Qur’an sebagai pedoman bagi
umat Islam, menjamin keselamatannya, mencegah maksiat, dan menerima keberkahan hidup
dan akhirat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, menyelidiki kondisi
alam suatu objek dan sekelompok orang, objek, kondisi, sistem pemikiran, atau peristiwa
yang terjadi saat ini. Metode pengumpulan data meliputi observasi non partisipan dan studi
literatur yang melibatkan pengumpulan data dari berbagai sumber. Al-Qur'an merupakan
mukjizat dan kumpulan wahyu dari Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
melalui malaikat Jibril As. Ini berfungsi sebagai nasihat spiritual dan menyoroti
perkembangan awal penyembahan berhala dan tirani masyarakat. Al-Qur'an versi standar,
Mushaf Al Ottoman, meletakkan dasar bagi ilmu bentuk lisan Al-Qur'an. Pemahaman ilmiah
terhadap Al-Qur'an pada masa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib terfokus pada aspek
gramatikal. Kesimpulannya, memahami dan menganalisa Al-Qur'an sangat penting bagi umat
Islam untuk menjamin keselamatannya, terhindar dari maksiat, dan mendapat keberkahan
hidup dan akhirat.
Abstract
This research aims to understand and analyze the Al-Qur'an as a guide for Muslims,
guaranteeing their safety, preventing immorality, and receiving the blessings of life and the
afterlife. This research uses a qualitative descriptive method, investigating the natural
conditions of an object and a group of people, objects, conditions, systems of thought, or
events that are currently occurring. Data collection methods include non-participant
observation and literature studies which involve collecting data from various sources. The
Qur'an is a miracle and a collection of revelations from Allah which were revealed to the
Prophet Muhammad SAW through the angel Jibril As. It serves as spiritual advice and
highlights the early development of idolatry and societal tyranny. The standard version of the
Qur'an, Mushaf Al Ottoman, laid the foundation for the science of the oral form of the
Qur'an. Scientific
understanding of the Koran during the reign of Ali Bin Abi Talib focused on grammatical
aspects. In conclusion, understanding and analyzing the Koran is very important for Muslims
to ensure their safety, avoid immorality, and obtain blessings in life and the afterlife.
PENDAHULUAN
Al-Qur'an merupakan kitab suci Ilahi yang menjadi bukti ajaib keaslian kenabian
Muhammad. Hal itu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan dicatat dalam mushaf.
Narasinya diterima secara luas sebagai mutawātir, dan orang yang membacanya dianggap
terlibat dalam tindakan pengabdian.
Al-Qur'an merupakan kitab suci umat Islam yang dianggap sebagai wahyu ajaib yang
dianugerahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Ia berfungsi sebagai paradigma, kompas, dan
pedoman perilaku bagi seluruh umat Islam, termasuk masalah keimanan, ibadah, perundang-
undangan, etika, dan catatan sejarah.
Choiruddin Hadliri menyatakan dalam penelitian yang dilakukan Wahyudin dan
Saifulloh (2013) bahwa Al-Qur’an tidak hanya memberikan petunjuk tentang hubungan
manusia dengan Tuhannya, tetapi juga mengatur interaksi manusia satu sama lain, serta
interaksinya dengan alam. lingkungan. Oleh karena itu, untuk memahami ajaran Islam secara
sempurna, kebutuhan pertama adalah mencapai pemahaman.
Al-Qur'an diturunkan secara ilahi oleh Allah sebagai sarana bagi umat manusia untuk
terlibat dalam pembacaan dan penerapan praktis. Dia telah menunjukkan kepemimpinan yang
luar biasa dalam membimbing individu untuk meminimalkan durasi perjalanan hidup mereka.
Untuk memahami isi Al-Qur'an, manusia harus terlibat dalam membaca. Lebih jauh lagi,
untuk benar-benar merasakan keunggulan dan makna petunjuk Allah dalam Al-Qur’an,
manusia harus terlibat aktif dalam menerapkannya.
Di tengah masa globalisasi saat ini, terjadi perubahan nilai-nilai kemasyarakatan yang
signifikan karena banyaknya generasi kita yang kurang memiliki kemampuan membaca dan
memahami Al-Quran. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk memulai proses
mendidik anak dan menumbuhkan kebiasaan membaca Al-Quran sedini mungkin.
Dengan membaca atau mendengarkan bacaan Al-Qur'an, seseorang dapat memperoleh ilmu
dan menginternalisasikan ajarannya, sehingga mendapat arahan dari Allah SWT dan
merasakan rasa ketenangan. Fenomena ini disebut sebagai anugerah yang dianugerahkan
Allah SWT (Thalib, 2005).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka sangat penting bagi setiap umat Islam untuk
memahami dan menganalisis Al-Qur'an sebagai pedoman dan petunjuk hidup. Hal ini
menjamin keselamatan mereka secara terus-menerus, mencegah mereka terjerumus ke dalam
perangkap maksiat, dan memungkinkan mereka menerima keberkahan dalam kehidupan
mereka, baik di kehidupan sekarang maupun di akhirat.
Tabel 1 Penelitian Terdahulu
METODE
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Menurut
Sugiyono (2016), metode penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan untuk
menyelidiki keadaan alam suatu objek, dimana peneliti berperan sebagai instrumen kuncinya.
Menurut Nazir (2014), penelitian deskriptif mengkaji keadaan kelompok manusia, objek,
kondisi, sistem pemikiran, atau peristiwa terkini dengan tujuan untuk secara sistematis,
faktual, dan akurat menciptakan gambaran deskriptif atas fakta yang diteliti. Menurut Nana
Syaodih
Sukmadinata (2011:73), penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk mendeskripsikan dan
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik alam maupun rekayasa manusia, dengan
fokus yang lebih besar pada karakteristik, kualitas, dan keterkaitan lintas aktivitas.
Ada beberapa metode pengumpulan data yang dapat digunakan penulis agar dapat
mengumpulkan data, informasi yang lebih dalam untuk diolah dengan bermacam cara, yaitu
sebagai berikut:
1. Observasi
Metode observasi yang digunakan adalah observasi non partisipan, dimana peneliti
berperan sebagai pengamat yang tidak memihak dan tidak berpartisipasi aktif dalam
kegiatan yang diamati (Basrowi dan Suwandi, 2008: 109).
2. Studi Kepustakaan
penulis menggunakan metodologi studi kepustakaan untuk mengumpulkan data dari
beberapa sumber, termasuk volume referensi yang berkaitan dengan penyelidikan
(Nazir, 2011: 101).
PEMBAHASAN
Pengertian Al-Qur’an
Berbicara mengenai pengertian al-Qur’an, baik itu dipandang dari sudut bahasa
maupun istilah. Banyak diantara para ulama berbeda pandangan dalam mendefenisikan
mengenai pengertian al-Qur’an. Qara’a memiliki arti mengumpulkan dan menghimpun, dan
Qira’ah memiliki arti menghimpun beberapa huruf-huruf dan kata-kata satu dengan kata yang
lain dalam suatu ucaoan yang sudah tersusun rapi. Quran pada dasarnya seperti Qira’ah yaitu
masdar (infinitive) dari kata Qara’a, qira’atan, qur’anan (Al-Qattan, 2000). sebagaimana
dalam firman Allah:
Artinya:
“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (dalam dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya, apabila kami telah selesai membacakannya maka ikutilah
bacaannya itu.” (Al-Qiyamah/17-18).
Adapun pengertian Al-Qur’an menurut istilah yang telah disepakati oleh para ulama
adalah “kalam Allah yang bernilai mukjizat yang diturunkan kepada “pungkasan” para nabi
dan rasul (Nabi Muhammad Saw) dengan perantaraan melalui malaikat jibril As, yang tertulis
pada mushahif, diriwayatkan kepada kita secara mutawatir, yang membacanya dinilai sebagai
ibadah yang diawali dengan surah al-Fatihah dan di tutup dengan surah An-Nas”. (Ash-
Shabuni, 2001)
Al-Qur’an menurut pendapat yang paling kuat seperti yang dikumukakakn oleh Dr.
Subhi Al Salih berarti ”bacaan”, asal kata qara’a. Kata Al-Qur’an ini berbentuk masdaar
dengan arti isim maf’ul yaitu maqru’.
Al- Qur’an yang mulia menegaskan di beberapa ayat, bahwa ia adalah kalam Allah
yang maha Agung, yakni bahwa ia bersumber dari Allah. Untuk membuktikan bahwa ia
merupakan kalam (firman) Allah yang sebenarnya dan bukan hasil ciptaan manusia, Al-
Qur’an menantang semua manusia untuk mendatangkan, walaupun hanya satu ayat, yang
serupa dengannya. Ini menunjukkan bahwa Al- Qur’an itu mukjizat, yang tak seorang pun
sanggup mendatangkan (membuat) satu ayat serupa dengannya.
Quran dikhususkan sebagai nama bagi kitab yang diturunkan kepada Muhammad
Saw, sehingga quran menjadi nama khas kitab itu, sebagai nama diri. Dan secara gabungan
kata dipakai untuk quran secara keseluruhan, begitu juga untuk penamaan ayar-ayatnya.
Allah menamakan quran dengan beberapa nama, yakni sebagai berikut:
1. Quran
Artinya : “Quran ini memberi petunjuk kepada jalan yang lebih lurus. Dan memberi
jabat gembira bagi orang-orang yang beriman yang salah dan bagi mereka pahala
yang besar”.(Q.S. Al-Isra/9).
2. Kitab
Artinya: “Telah kami turunkan kepadamu al-kitab yang di dalamnya terdapat sebab-
sebab kemuliaan bagimu”.(Q.S. Al-Anbiya’/10).
3. Zikr
Artinya: “Sesungguhnya kaidah yang telah menurunkan az-zikr (quran), dan
sesungguhnya jadilah yang benar-benar akan menjaganya.(Q.S. Al-Hijr/9).
Al-Quran diturunkan dalam 2 (dua) periode, yang pertama periode menikah, yakni
saat Nabi Muhammad Saw bermukim di menikah (610-622 M) sampai Nabi Muhammad Saw
melakukan Hijrah. Ayat- ayat yang diturunkan pada masa itu disebut ayat-ayat makkiyah.
Yang berjumlah 4.726 ayat, meliputi 89 surah. Kedua adalah periode Madinah yaitu masa
Nabi Muhammad Saw hijrah ke Madinah (622 - 632 M). ayat-ayat yang turun dalam periode
ini dinamakan ayat-ayat madaniyah meliputi 1510 ayat dan mencakup 25 surah.
Pengertian Wahyu
Alquran dengan Wahyu memiliki kaitan yang erat karena Al-Quran merupakan
wahyu Allah yang telah disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw, sebagaimana Allah telah
menyampaikan wahyu kepada Rasulullah sebelumnya.
Artinya Kata Wahyu sebagaimana dikatakan wahaitu ilaih dan auhaitu, bila kita
berbicara kepadanya agar tidak diketahui orang lain. Wahyu adalah isyarat yang cepat. Itu
terjadi melalui pembicaraan yang berupa rumus dan lambang, dan terkadang melalui suara
semata, dan terkadang pula melalui isyarat dengan sebagian anggota badan (Al-Qattan,
2000). Sementara itu menurut pendapat lain, yang mendefinisikan Wahyu dari segi bahasa
maupun secara istilah adalah sebagai berikut: bahwa Wahyu secara sematik diartikan sebagai
isyarat yang cepat termasuk bisikan di dalam hati dan Ilham, surat, tulisan, dan segala sesuatu
yang disampaikan kepada orang lain untuk diketahui titik sedangkan menurut istilah adalah
pengetahuan seseorang di dalam dirinya serta diyakininya bahwa pengetahuan itu datang dari
Allah, baik dengan perantaraan atau tanpa suara maupun tanpa perantaraan (Shihab dkk,
2000). Pengertian wahyu dalam makalah ini adalah kitab Alquran yang di dalamnya
merupakan kumpulan-kumpulan dari Wahyu yang membenarkan wahyu-wahyu sebelumnya
(Taurat, Injil, Zabur) dan diturunkan oleh Allah hanya kepada Nabi Muhammad Saw selama
hampir 23 tahun. Berdasarkan surah 42 asy-syu'ara pada ayat 51 menurutnya kosakata
Wahyu yang digunakan oleh ayat sulit untuk diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa
manusia yang tidak sakral, Itulah sebabnya dia tidak menterjemahkan kata kunci Wahyu.
Ia hanya berpendapat bahwa Wahyu dan Alquran sebagai bacaan yang diartikulasikan
ucapan dalam bahasa manusia dan dikomunikasikan kepada nabi secara langsung dengan
melalui perantara
seorang malaikat.
Turunnya wahyu dalam tiga cara. Pertama informasi Wahyu dengan jalan Ilham yaitu
menyampaikan makna tertentu ke hati nabi sekaligus bersama ilmu yang yakin bahwa hal itu
hanya datang dari Allah, baik lewat mimpi maupun saat terjaga dalam keadaan sadar. Kedua,
pembicaraan lewat balik hijab Di mana nabi tidak melihat Allah saat berlangsungnya
pembicaraan, seperti halnya Nabi Musa saat menerima wahyu pertama kali. yang ketiga,
penyampaian Wahyu lewat malaikat.
Untuk menunjukkan bahwa Wahyu yang disampaikan Allah kepada Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi Wasallam melalui Malaikat Jibril sama dengan Alquran yang ada sekarang
mushaf Utsmani marilah kita kaji dua hadis dari Fatimah dan Ibnu Abbas titik dalam
memelihara ingatan Nabi Muhammad terhadap Alquran, Malaikat Jibril berkunjung
kepadanya setiap tahun. Hal ini dapat dilihat dalam hadis yang pertama dari Fatimah ia
mengatakan bahwa Nabi Muhammad memberitahukan kepadanya secara rahasia, yaitu
tentang malaikat jibril yang
hadir membacakan Alquran pada nabi dan beliau membacakannya sekali setahun titik hanya
tahun dekat kematiannya saja membacakan seluruh isi kandungan Alquran selama dua kali
(Purba, 2016).
Pengertian Ilham
Kalimat Ilham dalam Alquran hanya disebutkan sebanyak satu kali, yaitu dengan
ungkapan yang menggunakan fi'il madhi titik kalimat tersebut terdapat dalam surah al-syams
yang berbunyi:
Artinya:
“Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaannya). Maka dia mengilhamkan kepadanya (Jalan)
kejahatan dan ketakwaannya.” (Q.S. al-syams/ 7-8)
Dalam kamus lisan al- Arab dikatakan yang dimaksud dengan Ilham adalah sesuatu
yang Allah berikan kepada jiwa manusia, yang menggerakkan manusia untuk melakukan
Atau meninggalkan sebuah pekerjaan. Al Imam sa'duddin al-taftazmi menyatakan dalam
kitabnya yang berjudul Al ‘Aqaid Al-nasafiyyah bahwa Ilham adalah sebuah anugerah yang
diberikan ke dalam jiwa manusia dengan cara pencerahan atau pelimpahan.
Al Imam Al Syarif al-jurjani dalam kitabnya yang berjudul Al- Ta’rifat
mendefinisikan Ilham sebagai sesuatu yang dianugerahkan ke dalam hati manusia dengan
cara pelimpahan titik dari beberapa definisi yang diberikan oleh para ulama dapat kita
simpulkan bahwa yang dimaksud dengan Ilham adalah menganugerahkan sesuatu yang
bersifat maknawi atau sesuatu yang bersifat pemikiran, kabar, atau hakikat dari sesuatu ke
dalam jiwa.
Metode tafsir Maudhu'i, disebut juga metode tematik, melibatkan pengumpulan ayat-
ayat Al-Qur'an yang membahas topik permasalahan umum. Penafsir menganalisis ayat-ayat
tersebut berdasarkan kronologis dan alasan turunnya wahyu, memberikan keterangan,
penjelasan, dan kesimpulan. Metode ini digunakan dalam kajian tafsir, dimana penafsir
menganalisis ayat-ayat dari segala aspek untuk membantu pembahas memahami pokok
permasalahan, memahami maksud mendalam, dan menolak kritik. Metode ini mempunyai
dua bentuk.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qattan, Manna’ Khalil. Mabahits fi Ulumil Quran, Terj.Mudzakkir As, Studi Ilmu-Ilmu
Quran, (Jakarta: Litera Antar Nusa, 2000).
As-Shalih, Subhi. Mabahits fi Ulumul Quran, Terj. Membahas Ilmu-Ilmu Quran, (Jakarta:
Pustaka Firdaus, 1985).
Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka
Cipta Djalal, Abdul. Ulumul Quran, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000).
Margoliouth, D.S. Mohammed and The Rise of Islam, (New York: Book For Librarian Press,
1975).
Moh, Nazir. (2011). Metode Penelitian (cetakan ke 6). Bogor: PT. Ghalia Indonesia.
Miftah, Miftah dan Riyani, Irma. (2018). Wahyu Dalam Pandangan Nasr Hamid Abu Zaid.
Al- Bayan: Jurnal Studi Qur’an dan Tafsir
Muhyin, N. F. (2023). The Concepts Of Contextual Interpretation Of The Qur’an Abdullah
Saeed. Tanzil: Jurnal Studi Al-Quran, 6(1), 1–16.
https://doi.org/10.20871/tjsq.v6i1.289
Muhammad Thalib, Fungsi dan Fadhilah Membaca Al-Qur’an, ( Surakarta : Kaffah Media,
2005), hlm. 11-12.
Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000).
Shihab, Quraish, dkk. Sejarah dan Ulumul Quran, (Jkarta: Pustaka Firdaus,
2000).
Shihab, Quraish. Membumukan Alquran (Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan
Masyarakat), (Bandung: Mizan, 1994).
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabet
Sukmadinata. Nana Syaodih, 2011, Landasan Psikologi Proses Pendidikan,. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Wahyuddin, dan Saifulloh. “Ulum Al-Quran,Sejarah Dan Perkembangannya.” Jurnal Sosial
Humaniora 6(2013). https://doi.org/10.12962/j24433527.v6i1.608.
Watt, W. Montogomery, Islam and Critianity Today, (London: Routledge & Kagen Paul,
1983).