Anda di halaman 1dari 297

TINJAUAN TEOLOGIS PERAYAAN IMLEK

DI GEREJA KRISTEN

___________________

Tesisi
Diajukan kepada Dewan Dosen
Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia Surabaya
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Penerimaan Gelar
Magister Teologi

____________________

Oleh:
Mieke Londa
NIM: 1411804008
26 November 2016
Dosen pembimbing telah menerima Tesis berjudul “Tinjauan Teologis

Perayaan Imlek Di Gereja Kristen” yang ditulis oleh Mieke Londa untuk memenuhi

sebagian dari persyaratan penerimaan gelar Magister Teologi dari Sekolah Tinggi

Teologi Injili Indonesia – Surabaya.

Disetujui pada tanggal:

26 November 2016

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Jonathan Octavianus, D.Min., D.Th. Dr. F. Oscar L. Lontoh, M.Si., Ak.


Setelah membaca dan memeriksa dengan teliti, serta memperhatikan

proses penelitian serta penyusunan tesis yang ditulis oleh Mieke Londa dengan judul

“Tinjauan Teologis Perayaan Imlek Di Gereja Kristen” maka dengan ini saya

menyatakan bahwa tesis ini dapat diterima dan disahkan sebagai bagian dari

persyaratan mendapatkan gelar Magister Teologi dari Sekolah Tinggi Teologi Injili

Indonesia – Surabaya.

Diterima dan disahkan pada tanggal:

26 November 2016

Ketua Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia

Dr. F. Oscar L. Lontoh, M.Si., Ak


Nilai

________________________

Dosen Pemeriksa

_________________

_________________
DAFTAR ISI

MOTTO . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iv

ABSTRAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . x

Bab

I. PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

Latar Belakang Masalah


Fokus Penelitian
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

II. LANDASAN TEORI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

Teori-Teori dan Pandangan-Pandangan Tentang Latar Belakang Budaya


Cina.
Wahyu Umum
Wahyu umum dalam Penciptaan Menunjukkan Bahwa Allah Ada
Wahyu umum menunjukkan atribut Allah yang tertentu.
Allah adalah Maha Mulia
Allah adalah Maha Kuasa
Allah adalah Transenden atau Immortal
Allah adalah Maha Baik dan Maha Kasih
Allah adalah Makhluk Yang Hidup
Allah adalah Makhluk Moral
Wahyu umum membuat manusia tidak ada alasan
Wahyu umum seharusnya membawa orang untuk mencari Allah.
Hasil Menanggapi Wahyu Umum
Wahyu yang diambil kembali
Pemberian lebih banyak wahyu lagi.
Teologi yang dibangun dari Ruism dan dari dialog Sino-Kristen
Teologi Adat (Indigenous Theology) dan Agama-Agama Cina
Ulasan sejarah
Kekosongan Konfusianism.
Kekosongan Buddhisme
Kekosongan Taoism
Teologi Adat dan Gereja Adat
Sejarah Imlek
Penanggalan Lunar Cina.
v
Setiap Dinasti membuat penanggalan sendiri.
Sebutan Perayaan Musim Semi.
Kongzi Li (Khongcu Li) / Anno Confucius /Tahun Khongcu
Sejarah Imlek di Cina sebagai perayaan religi.
Imlek dalam Ru Jiao Kepercayaan Cina Purba.
Imlek dalam San Jiao / Tridharma : Konghucu, Tao dan Budha
Imlek Masa Partai Komunis Cina di bawah Mao Zedong 1949
Imlek Masa Kini Abad 21
Perayaan Imlek Di Indonesia
Pemahaman Kristen tentang Konfusianisme
Sifat Alamiah Konfusianisme
Pengajaran Dasarnya
Kritik Kristen atas Konfusianisme
Allah (teologi proper)
Penciptaan
Manusia (antropologi)
Dosa dan Keselamatan
Penyembahan Leluhur
Hal-hal Akhir Jaman (eskatologi)
Anggapan bahwa Leluhur Cina menyembah satu Allah yang sama dengan
Allah Bapa dalam Alkitab.
Tidak adanya patung dewa dalam Temple of Heaven
Pengorbanan Manusia di Temple of Heaven
Latar belakang Temple of Heaven.
Jejak Pengorbanan Manusia Dinasti ke Dinasti.
Kesimpulan dari Pengorbanan Manusia dan Temple of Heaven.
Kaisar Kuning dan Alkimia
Kaisar Kuning Leluhur Peradaban Cina.
Kaisar Kuning praktisi ‘pencerahan yang sempurna’.
Praktek Alkhemi Kaisar Kuning.
Tinjauan Teologis Perayaan Imlek dari 1 Korintus 8,9,10,11.
Israel contoh yang buruk.
Menghindari contoh buruk Israel.
Ringkasan pelajaran dari sejarah orang Israel: berdirilah kuat terhadap
godaan.
Masalah makan daging persembahan berhala: bagaimana tentang makan di
sebuah kuil pagan?
Prinsipnya : melarikan diri dari penyembahan berhala.
Jauhilah penyembahan berhala!
Penyembahan berhala dalam hal di kuil pagan.
Alasannya : apa yang terjadi di kuil pagan bukanlah tidak berdosa seperti
kelihatannya.
Sebagai orang-orang yang bijaksana
Cawan berkat (King James Version).
Mendapat bagian’ sama dengan ‘persekutuan’
Pemikiran dunia kuno
Cawan berkat (King James Version)
Mengorbankan kepada roh-roh jahat
Suatu perjamuan di meja roh-roh jahat.

vi
Roh-roh jahat mengambil keuntungan atas ibadah yang ceroboh dan
mementingkan diri sendiri ini.
Memprovokasi Tuhan untuk cemburu.
Bukan masalah apakah serius berniat atau tidak
Jika berhubungan serius, apa yang akan terjadi jika berkencan secara
yang sama juga dengan wanita lain?
Apakah kita lebih kuat dari pada Dia?
Kembali Kepada Masalah Makan Daging yang Dipersembahan kepada
Berhala: Bagaimana Bila Makan Daging yang Sama Tadi Di Tempat Lain?
Prinsip : jangan hanya menghindari apa yang berbahaya, tapi kejarlah apa
yang baik.
Perlu juga untuk juga bertanya, "Apa kebaikannya bagi saya?"
Hanya ingin tahu seberapa banyak yang boleh mereka lakukan dan masih
menjadi orang Kristen
Tidak mempertimbangkan bagaimana tindakan mereka merugikan orang
lain.
Hal apa yang dengan penuh kasih dapat dilakukan terhadap saudara-
saudara saya di dalam Yesus.
Pedoman praktis.
Suasana persekutuan dengan roh-roh jahat di kuil pagan harus dihindari.
Asal Anda tidak mengambil bagian dalam suasana kuil pagan, daging itu
sendiri tidak ada masalah. Tidak usah bertanya, dan itu tidak akan
menjadi masalah bagi Anda.
Sapi itu milik Tuhan ketika bediri diatas kakinya, dan sapi itu milik
Tuhan sekarang ketika berada diatas panggangan!
Kebebasan dalam batas-batas kasih.
Prinsip Penutup: Lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.
Tujuan hidup kita seharusnya : untuk memuliakan Tuhan.
Tidak satupun dari perilaku kita boleh mendorong yang lain untuk
berdosa.
Keprihatinan Paulus bukanlah untuk mencari keuntungan [diri] sendiri,
tapi agar semua bisa diselamatkan.

III. METODE PENELITIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 132

Desain Penelitian
Tempat Dan Waktu Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Partisipan
Teknis Analisa Data
Analisis Sebelum Di Lapangan
Analisis Selama Di Lapangan Model Miles Dan Huberman
Data Reduction
Data Displai
Conclusion Drawing Atau Veri Fication
Analisa Data Di Lapangan Model Spradley
Analisis Domain
Analisis Taksonomi
Analisis Komponensial
Analisis Tema Kultural
vii
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 141

Deskripsi Tempat Penelitian


Waktu Penelitian.
Temuan Tematik Data Penelitian
Subyek Penelitian
Analisis Data dan Pembahasan
Analisis Domain
Analisis Taksonomi
Analisis Komponensial
Analisis Tema budaya
Pandangan Perayaan Imlek adalah Perayaan Budaya
Pandangan satu keturunan dari Sem yang menyembah satu Allah
yang sama dengan Allah Bapa dalam Alkitab.
Keturunan Sem.
Menyembah satu nama yang disebut dengan kata Shang Ti.
Bahwa Semua orang menerima suatu porsi Wahyu Umum.
Konfusius sendiri tidak percaya kepada Bapa di Surga yang
Alkitabiah, tapi kepada Surga.
Pengajaran Konfusius dipusatkan di ranah hal-hal yang sementara,
bukan pada hal-hal yang kekal.
Filosofi dan Arti Simbolik yang terkandung dalam Atribut Perayaan
Imlek.
Pandangan bahwa The Temple Of Heaven Bukti Penyembahan Satu
Allah Yang Esa.
Teologi Liberal Sino-Kristen.
Teologi yang dibangun dari Ruism dan dari dialog Sino-Kristen
Teologi Adat (indigenous theology) dan agama-agama Cina
Jejak Degradasi Moral Sepanjang Kekaisaran Cina akibat Kegagalan
merespon Wahyu Umum
Pengorbanan manusia.
The Yellow Emperor dan alkhemi
Atribut Perayaan adalah sarana mengidentifikasi diri dengan filosofi
yang mendasarinya.
Pandangan bahwa Upacara budaya Cina adalah bayang-bayang,yang
digenapinya hanya di dalam Kristus.
Prinsip “kejar kejayaan dan hindari kesialan”.
Pandangan Paulus dalam 1 Korintus 10, hubungan partisipasi dan
penyembahan berhala.
Berpartisipasi dalam salah satu dari elemen-elemen ini berarti
berpartisipasi juga dalam elemen-elemen lainnya.
Melibatkan orang percaya kepada roh-roh jahat.
Mendapatkan keuntungan yang kekal yang jauh lebih besar daripada
kerugian yang sementara ini.
Orang-orang Kristen seharusnya tidak menoleh kembali kepada
penyembahan berhala, tetapi harus lari dari padanya.

viii
V. KESIMPULAN DAN SARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 175

Kesimpulan
Saran

DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 177

LAMPIRAN

ix
Suruhlah terang-Mu dan kesetiaan-Mu datang,
supaya aku dituntun dan dibawa
ke gunung-Mu yang kudus
dan ke tempat kediaman-Mu!
Mazmur 43:3

iv
ABSTRAC

Berangkat dari apa yang diyakini pada umumnya oleh orang keturunan

Cina, bahwa perayaan Imlek adalah semata-mata suatu aktivitas budaya, yang tidak

ada hubungannya dengan religi.

Karena dipandang tidak mengancam iman Kristen, dengan demikian bebas

untuk dirayakan oleh semua orang Kristen. Selain dilaksanakan dalam keluarga,

perayaan ini bahkan mulai dijadikan suatu mata acara khusus dalam ibadah-ibadah

Kristen. Bukan sekedar sebagai sarana penggembira, tetapi sudah masuk ke materi

kotbah dimana prinsip-prinsip yang berasal dari kepercayaan lain yang ‘dipandang

baik’ dicarikan pembenarannya dengan mencocok-cocokkannya dengan ayat-ayat

Alkitab, sementara yang ‘dipandang tidak baik’ disarankan untuk dibuang saja.

Perayaan Imlek adalah perayaan menyambut Tahun Baru, menurut sistim

penanggalan Cina.

Bangsa Cina telah membuat penanggalannya sendiri jauh sebelum

hadirnya San Jiao, yaitu Khonghucu, Tao dan Budha. Dengan demikian perayaan

Imlek diyakini bukanlah perayaan yang ada hubungannya dengan keagamaan /

kepercayaan.

Dari hasil penelusuran Sejarah Cina Kuno, ternyata catatan sejarah yang

paling tua sudah menunjukkan bagaimana setiap pergantian Dinasti Kekaisaran,

dilakukan pengganti sistim penanggalan yang ada; menetapkan saat Tahun Baru

sesuai ajaran kepercayaan kuno Ruism tentang saat penciptaan langit, bumi, manusia,

x
dan selanjutnya. Saat Tahun Baru jadi berubah-ubah mulai saat sebelum musim semi,

saat winter soltice, saat permulaan musim semi.

Nama lain perayaan Imlek adalah Perayaan Musim Semi juga bukanlah

sejak awal penanggalan Cina. Sebutan Perayaan Musim Semi merupakan nama

pengganti untuk membedakannya dari Perayaan Tahun Baru Gregorian 1 januari,

dimana sejak tahun1912 secara resmi Negara Cina beralih menganut Penanggalan

Gregorian.

Lebih jauh lagi, sejak 1949 Partai Komunis Cina yang dipimpin oleh Mao

Zedong memutuskan untuk menyingkirkan perayaan tersebut berikut semua aspek-

aspeknya karena dianggap agamis, feodalistik dan takhayul. Angkatan muda di Cina

saat sekarang ini, yang mulai merasakan kekosongan jiwanya akibat belenggu

komunis, segera mengambil kesempatannya untuk menjadi orang Kristen dan mulai

memandang perayaan Imlek hanyalah sebagai acara liburan panjang untuk

penyegaran diri ditengah kepenatan kerja.

Di Indonesia sendiri secara yuridis perayaan Imlek diakui Negara sebagai

hari raya keagamaan Konghucu sejak Penetapan Presiden nomer 1/pnps/1965 junto

Undang-undang nomer 5/1969 tentang penyalah-gunaan dan/atau penodaan Agama

(lembaran negara tahun 1965 nomer 3, tambahan lembaran negara nomer 2727)

dimana didalamnya disebutkan penduduk Indonesia memeluk 6 (enam) agama yakni

Islam, Katholik, Kristen, Hindu, Budha dan Khonghucu.

Pemerintahan Orde Baru melarangnya lewat Instruksi Presiden nomer 14

tahun 1967 tentang pembatasan kegiatan keagamaan, kepercayaan dan adat istiadat

Cina.

xi
Namun Bapak Presiden KH Abdurrahman Wahid lewat Peraturan Presiden

nomer 6 tahun 2000 membawa pendobrakan besar bagi kebebasan kehidupan

beragama dan hak-hak sipil bagi umat agama Khonghucu.

Ketetapan Menteri Agama nomer 13 tahun 2001 menetapkan Hari Raya

Imlek sebagai Hari Libur Fakultatif Keagamaan Konghucu. Kemudian Keputusan

Presiden Republik Indonesia Ibu Megawati Soekarnoputri nomer 19 tahun 2002

tanggal 9 April 2002 menetapkan Hari Raya Imlek sebagai Hari libur Nasional

Keagamaan Konghucu.

Beberapa aspek yang diangkat dalam tinjauan teologis, menunjukkan tidak

tepatnya upaya membawa masuk perayaan Imlek kedalam kekristenan, dikarenakan

spirit yang menghidupkannya sama sekali berbeda dengan spirit Injili.

Anggapan bahwa Leluhur Cina menyembah satu Allah yang sama dengan

Allah Bapa dalam Alkitab, dikarenakan Leluhur Cina adalah keturunan langsung dari

Sem anak Nuh; sehingga praktek pemujaan kepada Allah yang tidak ada patungnya,

dan praktek pengorbanan ucapan syukur kepada Allah atas panenan yang dilakukan

setiap tahun oleh para Kaisar Cina Kuno di Temple of Heaven dianggap sebagai bukti

otentik pendukung gagasan diatas. Dengan demikian adalah sah bagi orang Kristen

keturunan Cina untuk melanjutkan tradisi-tradisi Leluhur Cina.

Ternyata Kaisar Cina Kuno yang paling awal dan yang dipuja bahkan

dianggap sebagai “Putra Allah”, Kaisar Kuning, mempraktekkan alkhemi. Ini

menunjukkan usaha keras peradaban Cina untuk terus hidup dan mengalahkan

kematian. Sekalipun mereka meyakini bahwa di akhir kehidupan yang sukses, orang

akan naik ke Surga, tidak ada sama sekali pengertian yang jelas dan tegas mengenai

xii
kehidupan sesudah kematian. Peradaban Cina dengan segala cara, baik lewat

usahanya di dunia ini maupun lewat hubungannya dengan para dewa-dewi, berusaha

keras untuk dapat terus hidup dengan baik di dunia ini selamanya. Segalanya

dicurahkan hanya untuk tujuan hidup di dunia ini saja. Ini adalah dasar filosofi

kepercayaan dalam peradaban Cina, yang tentunya sama sekali tidak Injili.

Kehadiran barang-barang tertentu ataupun jenis-jenis makanan tertentu

yang telah menjadi semacam syarat wajib dalam perayaan Imlek, diupayakan dengan

serius karena dipercaya mengandung makna yang baik, yaitu mendatangkan

keberuntungan dan menolak kesialan. Hal-hal semacam ini sangat di perhatikan oleh

orang-orang keturunan Cina diseluruh dunia disepanjang masa, karena keberuntungan

merupakan motivasi utama hidupnya. Benarkah Alkitab mendukung hal-hal semacam

ini ?

Sejalan dengan argument paulus dalam 1 Korintus 10, makan makanan

kuil berhala adalah berpartisipasi dalam ritual roh-roh jahat, yang langsung

bertentangan dengan penyembahan yang tepat kepada Allah. Orang-orang Kristen

seharusnya tidak menoleh kembali kepada penyembahan berhala dengan rindu, tetapi

harus lari dari padanya. Paulus menujukan desakannya untuk menjaga fokus mereka

dan membantu menarik keluarga, teman, dan rekan dari bahaya.

Tindakan membawa masuk perayaan Imlek ke dalam ibadah gerejani

berarti mengecilkan arti upacara-upacara keagamaan, dengan sembrono berpartisipasi

dalam perayaan roh-roh jahat; gagal untuk melihat ancaman terhadap diri sendiri,

merasa cukup kuat melawan kecemburuan Tuhan; mau merengkuh semua keuntungan

yang sedapatnya dicapai, tidak mempraktekkan kasih untuk membangun jemaat; tidak

mengikuti teladan penyerahan diri Tuhan, yang rela menderita ‘kerugian’ yang

sementara ini untuk mendapatkan ‘keuntungan’ yang kekal.

xiii
xiv
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Fenomena yang berkembang akhir-akhir ini, meningkatnya perayaan

Imlek diantara orang-orang Kristen keturunan Cina. Mengikuti jejak beberapa Gereja

Katholik, beberapa Gereja Kristen mengadakan ibadah khusus bertemakan perayaan

Imlek, baik ditingkat persekutuan doa jemaat maupun didalam ibadah raya gereja.

Dihadirkannya atribut-atribut perayaan Imlek seperti pohon angpao, lambang hewan

zodiac Cina, makanan simbol kemakmuran dan kekayaan, dan lain-lainnya ke dalam

ibadah Kristen dengan satu alasan bahwa perayaan Imlek hanyalah suatu kegiatan

budaya, bukan kepercayaan atau keagamaan.

Lebih jauh lagi, filosofi dalam perayaan Imlek diangkat menjadi pokok

kotbah Kristen atau dikristenkan.

Penelusuran fakta sejarah baik di tempat asalnya, di Cina, maupun di

Indonesia membuktikan bahwa perayaan Imlek adalah perayaan keagamaan

Konghucu. Tampak seolah-olah perayaan budaya, karena setelah ribuan tahun

kepercayaan turun temurun ini sudah begitu menyatu dan membentuk pola pikir dan

pola hidup orang-orang Cina, sehingga orang tidak lagi berusaha mencari titik

pertemuan budaya dan kepercayaannya.

Bermula dari kepercayaan Ru Jiao (Ruism) yang kemudian disempurnakan

menjadi Kung Jiao (Konfusianisme) dan berkembang menjadi San Jiao (Tiga-isme)

yang terdiri dari Konghucu, Tao dan Budha Cina; disebut juga Zhung Jiao

1
2
(kepercayaan asli orang-orang keturunan Cina) dapat ditelusuri sebagai kepercayaan

kekaisaran turun temurun sejak sekitar 4000 tahun lalu.1

Sementara di Cina sendiri akhir-akhir ini, dengan meledaknya Kekristenan

dikalangan anak-anak muda Cina, mereka menyatakan memeluk agama Kristen dan

beralih merayaan Natal serta menolak merayaan Tahun Baru Imlek atau Festival

Musim Semi. Masa cuti bersama untuk merayakan Festival Musim Semi bersama

keluarga sekarang hanya dipandang sebagai suatu kesempatan untuk berekreasi lepas

dari kesibukan sehari-hari. Fenomena ini juga telah mendasari pembuatan beberapa

tesis dan disertasi, untuk meneliti sampai seberapa jauh bergesernya nilai-nilai ajaran

Cina kuno dari pikiran anak-anak muda Cina. 2

Perilaku dalam perayaan Imlek dan dasar filosofi religiusnya merupakan

satu kesatuan yang tidak terpisahkan.3 Cepat atau lambat akan diterima, sebagian atau

seluruhnya, bercampur menjadi satu dengan iman Kristen melahirkan iman Kristen

hibrida, yang tentu saja tidak Alkitabiah dan menimbulkan kebingungan secara

mendasar.

Mengambil bagian dalam suatu kegiatan berlatar belakang pagan seperti

perayaan Imlek, tentunya ada manfaat tertentu yang sedang dikejar, baik secara

1
Chronological table of Chinese monarchs (Tabula chronologica monarchiae sinicae;
1686)

2
Shuangping Xu, Globalization and Chinese Spring Festival. Master's Thesis on Masaryk
University, Faculty Of Social Studies, Department of Sociology.
Sha Yang, Conceptions of the Spring Festival and Christmas of Shanghai’s Young and Middle-aged
People: A Qualitative Study of Similarities and Differences. Shanghai International Studies University.

3
Bodde Derk, Festivals in classical China: New Year and other annual observances
during the Han dynasty, 206 b.c.-a.d. 220. Princeton, N.J.: Princeton University Press and the Chinese
University of Hong Kong, 1975.
3
langsung maupun tidak langsung. Intisari dari semua segi kegiatan perayaan Imlek

semata-mata adalah mengejar keberuntungan dan menolak kesialan.

Bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah begitu mengejarnya karena

mereka sama sekali tidak mempunyai harapan untuk kehidupan setelah kematian.

Konsep tentang Allah kabur dan tidak pernah jelas, segalanya harus bertumpu pada

diri sendiri. 4 Tidak mengherankan seluruh hidup hanya berfokus pada kehidupan di

dunia ini saja. Sangat bertolak-belakang dengan iman Kristen yang menjadikan Allah

fokus utama yang memerintah atas kehidupan manusia, serta menegaskan tujuan

hidup manusia di dunia ini adalah untuk melakukan kehendak Allah. Dengan

demikian semua yang lainnya akan ditambahkan oleh Allah sendiri.

Bila filosofi bangsa-bangsa dibawa masuk ke dalam iman Kristen, hal-hal

tersebut justru akan menghambat pertumbuhan Firman Tuhan dalam hidup orang

Kristen dan membuatnya tidak dapat berbuah. Dengan demikian atas permasalahan

ini peneliti merasa perlu dilakukan suatu penelitian untuk mendeskripsikan perayaan

Imlek di gereja menurut pandangan teologis Kristen.

Fokus Penelitian.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dikaji

peneliti adalah berfokus pada mendeskripsikan tinjauan perayaan Imlek di gereja

menurut pandangan teologis Kristen.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah deskripsi tinjauan

perayaan Imlek di gereja menurut pandangan teologis Kristen.

4
Wise Man from the East: Lit-sen Chang (Zhang Lisheng): Critique of Indigenous
Theology; Critique of Humanism (Studies in Chinese Christianity).
4
Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan tinjauan perayaan

Imlek di gereja menurut pandangan teologis Kristen.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penulisan tesis ini sebagaimana yang diharapkan

oleh penulis yaitu;

Bagi Gereja

Tesis ini agar menjadi bahan masukan bagi Gereja bahwa betapa

pentingnya evaluasi perayaan Imlek digereja agar tidak terjadi sinkretisme dalam

iman Kristen.

Bagi Gembala Sidang

Bagi Gembala Sidang penelitian ini adalah untuk memberikan masukan

dan bahan pertimbangan bagi para Hamba Tuhan dalam mengambil sikap Alkitabiah

terhadap hal-hal semacam perayaan Imlek ini di waktu mendatang.

Peneliti

Tesis ini juga bermanfaat bagi para peneliti lain untuk mendalami

perayaan Imlek di gereja dan pengaruhnya bagi keimanan jemaat.


BAB II

LANDASAN TEORI

Teori-Teori dan Pandangan-Pandangan Tentang Latar Belakang


Budaya Cina.

Wahyu Umum

Ada dua bentuk utama dari pewahyuan. Yang pertama disebut wahyu

umum, yang merupakan wahyu yang diterima oleh semua orang. Menurut Charles

Ryrie, Wahyu umum adalah persis seperti namanya : umum. Ia umum dalam ruang

lingkupnya; yaitu, mencapai semua orang (Mat. 5:45;. Kisah. 14:17). Ia umum dalam

geografi; yaitu, meliputi seluruh dunia (Maz. 19:2). Ia umum dalam metodologinya;

yaitu, menggunakan makna-makna yang universal, seperti panasnya sinar matahari

(ayat 4-6.) dan hati nurani manusia (Rm. 2:14-15). Hal ini karena ia merupakan suatu

wahyu yang mempengaruhi semua orang di mana pun mereka berada dan kapanpun

masa hidup mereka, ia dapat membawa terang dan kebenaran untuk semuanya, atau,

jika ditolak, ia membawa penghakiman.

Yang kedua adalah wahyu khusus, yang hanya dimiliki oleh sejumlah

orang saja. Erickson mendefinisikan wahyu khusus demikian: "Manifestasi Allah

tentang diri-Nya sendiri kepada orang-orang tertentu, pada waktu tertentu, dan tempat

tertentu; sehingga memungkinkan orang-orang tersebut untuk masuk ke dalam suatu

hubungan penebusan dengan Dia".

5
6
Wahyu Umum Dalam Penciptaan Menunjukkan Bahwa Allah Ada

Pengetahuan tentang Allah jelas dalam diri manusia oleh kesaksian

internal yang telah diberikan Allah dalam hati nurani. Bukti untuk hati nurani dapat

tampak dengan melihat mayoritas agama di dunia. Bahkan di daerah-daerah

pedalaman, mereka biasanya percaya pada Allah dan penghakiman-Nya. Mereka

percaya bahwa mereka akan dihakimi oleh Allah karena dosa-dosa mereka.

Bukti lain dari hati nurani tampak dalam kesamaan hukum moral umat

manusia. Tidak peduli apa asal budaya seseorang, umumnya kita memiliki hukum

yang sama, "Jangan berbohong, jangan mencuri, jangan membunuh, dan lain-lain"

Semua ini mencerminkan hati nurani manusia.

Ini adalah wahyu umum. Allah telah mengungkapkan diri-Nya kepada

manusia melalui ciptaan-Nya dan juga melalui hati nurani. Kita memiliki Allah yang

ingin dikenal, dan karena itu, Ia mengungkapkan diri-Nya kepada kita.

Wahyu Umum Menunjukkan Atribut Allah Yang Tertentu

Ketika melihat pada ciptaan, kita tidak hanya melihat bahwa Allah ada,

tetapi kita juga dapat melihat beberapa dari karakteristik-Nya.

Allah adalah Maha Mulia

Mazmur 19: 1-3 Ketika melihat matahari dan ukurannya serta

kekuatannya, tidak ada kesimpulan lain yang bisa diambil. Allah ini mulia. Kita bisa

melihat kemuliaan-Nya dalam ciptaan.

Allah adalah Maha Kuasa

Roma 1:19-20 Kekuasaan Allah yang abadi Allah telah menjadi jelas.

Ketika melihat semua ciptaan, tidak bisa tidak kita akan mengenali bahwa Pencipta

ini sangat berkuasa.


7
Allah adalah Transenden atau Immortal

Roma 1:20 juga mengatakan bahwa Allah telah membuat "yang tidak

nampak" menjadi dapat dipahami, seperti "sifat ilahi-Nya”. Kata ilahi berarti "dari,

berhubungan dengan, atau kelur langsung dari Allah atau dari seorang dewa." Pada

dasarnya, ilahi berarti bahwa Sang Pencipta tidak seperti apa pun di seluruh ciptaan.

Tidak ada yang seperti Dia.

Bahkan, ini adalah salah satu cara yang Paulus menyatakan bahwa

manusia telah berdosa dalam menolak untuk mengakui immortality dari Sang

Pencipta, atau apa yang disebut transendensiNya. Transendensi berarti bahwa Allah

adalah "di luar pemahaman."

Roma 1:22-23 Bukannya mengakui bahwa Allah adalah immortal, mereka

malah menciptakan berhala-berhala serupa bentuk ciptaan. Mereka membuat berhala-

berhala serupa manusia dan binatang. Pada kenyataannya, salah satu godaan terbesar

sepanjang sejarah telah menyembah orang lain atau menjadikan diri sendiri sebagai

dewa. Banyak raja-raja telah jatuh ke dalam pencobaan ini, mengklaim keilahian, dan

menginginkan untuk disembah. Ini juga terjadi dengan kultus-kultus dan agama-

agama dunia. Seseorang atau orang-orang yang dipandang sebagai memiliki keilahian

dan dengan demikian disembah.

Allah adalah Maha Baik dan Maha Kasih

Allah telah membuat jelas bahwa dia mencintai dan peduli pada orang-

orang bahkan pada mereka yang tidak mencintai-Nya. Hal ini sering disebut sebagai

kebaikan Allah. Kisah 14:17 Pemeliharaan alami bagi ciptaan menunjukkan bahwa

Allah adalah baik hati. Dia telah memberi kita banyak hal seperti hujan, makanan,

dan, bahkan sukacita.

Allah adalah Makhluk Yang Hidup


8
Kisah 17:28-29 Jika kita mempertimbangkan fakta bahwa Allah

menciptakan manusia untuk menjadi anak-anak-Nya, maka haruslah menjadi sangat

jelas bahwa Dia adalah seorang yang hidup. Dia hidup, bukan berhala yang tanpa

napas. Banyak agama di seluruh dunia menyembah berhala-berhala. Mereka bersikap

seolah-olah Allah hidup di dalam sebuah patung atau benda keagamaan.

Adalah bodoh untuk berpikir bahwa Sang Pencipta kita adalah sesuatu

yang tanpa kehidupan.

Allah adalah Makhluk Moral

Sepanjang sejarah, manusia biasanya memiliki hukum-hukum yang sama.

Adalah salah bagi seseorang untuk mencuri, berbohong, membunuh, merampok; dan

orang-orang yang melakukan hal-hal tersebut harus dihukum. Ini bukan hukum yang

berdasarkan budaya tapi hati nurani.

Roma 2:14-16 Meskipun manusia telah dirusak oleh dosa, suatu hukum

alam masih ada di dalam hatinya. Ini menunjukkan kepada kita bahwa Sang Pencipta

harusnya bermoral.

Wahyu Umum Membuat Manusia Tidak Ada Alasan

Sekali lagi, wahyu umum memang tidak cukup untuk menyelamatkan

seseorang, tapi itu sudah cukup untuk menghukum seseorang karena tidak percaya

kepada Allah dan tidak hidup sesuai wahyu yang diberikan.

Wahyu Umum Seharusnya Membawa Orang Untuk Mencari Allah

Kisah 17:24–27 Paulus mengatakan bahwa Allah ini, yang menciptakan

seluruh bumi, memberi nafas kepada setiap orang, dan segala sesuatu yang lain (ayat

25). Dia menciptakan semua bangsa dari satu orang saja (ayat 26). Dia ditentukan
9
saat-saat kapan bangsa-bangsa akan hidup, di mana mereka akan hidup, dan seluruh

tujuan hal-hal ini adalah bagi manusia untuk mencari Dia (ayat 26-27).

Langit, bumi, dan semua berkat yang telah Allah berikan kepada manusia.

Semua itu bagian dari rencana maha bijak Allah untuk menolong umat manusia

mengejar suatu hubungan dengan Allah. Kisah 14:17 Allah ingin manusia untuk

mencari Dia, dan Dia telah meninggalkan kesaksian-Nya wahyu untuk menarik orang

kepada diri-Nya sendiri.

Hasil Menanggapi Wahyu Umum

Jika seseorang percaya bahwa Allah ada, bahwa Allah adalah bermoral,

dan berusaha untuk hidup sesuai dengan hukum-hukum moral di hati nuraninya;

Allah akan memberinya lebih banyak wahyu lagi. Sebuah prinsip umum yang Kristus

ajarkan dalam Lukas 8:18 bahwa jika kita menanggapi wahyu yang Allah berikan,

maka Dia akan memberi kita lebih banyak; dan jika kita tidak menanggapi, Ia

mengambilnya kembali. Masing-masing dari kita selalu hidup di bawah prinsip ini.

Wahyu Yang Diambil Kembali

Yesaya 6: 8-12, Yesaya akan mengeras hati mereka dengan jalan memberi

mereka wahyu, khususnya wahyu Firman Allah. Saat ia berkhotbah, itu akan

membuat mereka menjadi keras karena mereka memilih untuk tidak mematuhinya.

Allah akan mengambil wahyu-Nya dari mereka.

Roma 1: 18,22 Mereka tidak menanggapi wahyu-Nya, dan karena itu,

mereka membangkitkan murka-Nya. Beginilah wahyu “diambil kembali”. Bangsa-

bangsa menolak pengetahuan tentang Allah dan mulai menyembah sang ciptaan.

Mereka menukarkan kebenaran Allah dengan suatu dusta, dan memuja dan

menyembah para ciptaan daripada Sang Pencipta - yang selamanya terpuji. Amin.
10
Sebagai penghakiman oleh Allah, dunia yang tidak percaya ini menjadi

tidak lagi bisa membedakan antara yang benar dan yang salah.1

Pemberian Lebih Banyak Wahyu Lagi.

Saat kita menanggapi wahyu umum, Allah akan memberikan lebih banyak

wahyu bagi kita untuk menanggapi dan ada potensi Allah bahkan memberikan

pengetahuan yang menuntun pada keselamatan. Kami melihat orang-orang di dalam

Alkitab yang secara ajaib diselamatkan Allah meskipun mereka hanya memiliki

wahyu yang terbatas saja tentang Dia. Namun, mereka telah setia dengan yang sedikit

yang mereka miliki.2

Kisah Kornelius dalam Kisah 10: 1-5; kisah Philipus dan orang Ethiopia

dalam Kisah 8:26-31. Allah bertemu dengannya secara supranatural untuk

memberinya lebih banyak wahyu.

Kesimpulan

Dia mengungkapkan diri-Nya sendiri melalui penciptaan. Yang

menyatakan bahwa ada Allah dan memberi kita karakteristik-karakteristik-Nya;

bahwa Dia Maha Kuasa, Dia Transenden, Dia Bermoral, Dia Baik Hati, dan lain-

lainya. Dia mengungkapkan diri-Nya lewat hati nurani kita sebagai manusia secara

bawaan kita tahu ada Allah dan hukum Allah tertulis di dalam hati manusia (Rom.

2:15).

Wahyu umum membuat manusia tidak ada alasan untuk tidak percaya

pada Allah. Namun, itu adalah suatu bentuk kasih karunia yang dimaksudkan untuk

membuat manusia mencari Allah. Jika seseorang merespon wahyu yang diberikan,

1
The Series Bible Teacher's Guide: Theology Proper By Gregory Brown
2
https://bible.org/seriespage/2-general-revelation
11
Allah akan memberi lebih banyak lagi, tetapi jika tidak, Ia mengambilnya kembali.

Akhirnya, wahyu umum mengingatkan kita perlunya untuk memberitakan Injil,

karena wahyu umum saja tidak bisa menyelamatkan.

Teologi Yang Dibangun Dari Ruism Dan Dari Dialog Sino-Kristen

James Legge (1815-1897) adalah tokoh utama dalam sejarah misionaris

Protestan, baik dalam terang pelayanannya yang panjang di Hong Kong dan karena

prestasinya yang monumental sebagai penerjemah dan karirnya selama tiga puluh

tahun sebagai misionaris di Hong Kong (1844-1874 ). Dua puluh dua tahun terakhir

dalam hidupnya Legge selaku perintis Western Sinology, adalah Profesor of Chinese

di Universitas Oxford.

Legge berpendapat bahwa Konfusianisme, sama seperti Pentateukh, yang

adalah " mengandung ‘cacat’ tapi tidak 'antagonis' terhadap kekristenan" ; ia

menegaskan bahwa Konfusius dan Mencius dan lain-lainnya yang semacam mereka

ini telah ‘dibangkitkan’ oleh Allah untuk memelihara sebahagian pengetahuan tentang

diri-Nya sendiri di antara orang-orang Cina; dan bahwa dalam beberapa ucapan

mereka bukan hanya setara dengan Hukum Musa, tetapi juga sejajar dengan ajaran-

ajaran Kristus.3

Dia juga berkeras bahwa, bagaimanapun, para misionaris harus mencoba

untuk menanamkan rasa berdosa pada orang-orang China, yang tidak dimiliki oleh

Konfusianisme. Namun, keyakinannya bahwa “kekristenan merupakan ‘suplemen’

bukannya ‘bertentangan’ dengan Konfusianisme” memprovokasi sanggahan-

sanggahan yang kuat; juga tuduhan bahwa Legge telah bergerak terlalu jauh ke arah

‘asimilasi’ dari iman kepada Konfusianisme; penilaiannya kembali atas Perjanjian

3
The Victorian Translation of China: James Legge’s Oriental Pilgrimage, by Norman J.
Girardot. Chapter Two : Professor Legge at Oxford University, 1875-1876. Page 122-123.
12
Lama dengan menyetarakan statusnya dengan tulisan-tulisan klasik Konfusius; dan

menjajarkan beberapa pandangan yang rasionalistik menurut orang-orang Cina

sebagai ‘sekutu’ bagi Injil.

James Legge yakin akan adanya ‘kesadaran akan Allah’ dari orang-Cina di

masa sebelum dinasti Chin, Legge mencari dukungan dalam literatur Ruist kuno, lalu

menterjemahkan defini asli Tian, Di dan Shangdi sebagai ekspresi Allah menurut

versi orang Cina, dan bukannya sekedar mencontoh apa yang ia anggap monoteisme

Cina kuno menurut pemikiran Kristen.

Legge menggunakan Konfusianisme - yang merupakan kelanjutan Ruism

untuk mengkonsolidasi-kan keyakinannya akan arti Allah menurut orang Cina,

sumber ketuhanan yang relatif universal bagi Legge, yang memungkinkan China

menjadi salah satu peradaban dunia yang berkelanjutan.

Selanjutnya Legge menulis 'Kesalahan karena tidak menganggap

Konfusius sebagai seorang guru agama', jelas menunjukkan keyakinan Legge akan

monotheism Cina kuno dan akan kereligiusan Konfusius, yang menggema dalam

begitu banyak pandangan teologis yang bisa ditemukan dalam interpretasi Legge

mengenai Lunyu dan tulisan-tulisannyanya yang lain.

Dengan menafsirkan Allah sesuai dengan tradisi komentarial Ruist dan

melalui koneksi antar-agama dalam hubungannya dengan agama Kristen, Legge

menunjukkan bahwa teologi dapat dibangun dari Ruism dan dari dialog Sino-Kristen.

Dari perspektif teoritis mengenai pengembangan theistik dalam dialog antaragama,

kerja Legge ini membuka kemungkinan untuk memahami makna Allah dalam

interaksi antara dua tradisi atau lebih, bukannya secara kaku dalam satu agama saja

seperti Kristen. Seperti yang telah saya tunjukkan, Allah dalam pandangan Legge

adalah relatif terhadap semua orang dan semua agama. Mengacu pada Tian, Di dan
13
Shangdi dalam literatur Ruist sebagai ekspresi Cina akan Allah, Legge menegaskan

kesamaan Ruism dengan Kristen, Yahudi dan Islam dalam mengidentifikasi Allah

sebagai Penguasa Agung.

Dialog Legge dengan Zhu Xi memungkinkan kita untuk membayangkan

atribut dan gambar Allah melalui kosakata Zhu mengenai alam yang lebih tinggi,

prinsip Surga, The Great Ultimate dan The Way. Menyatukan gagasan Zhu dengan

pokok-pokok Kristen seperti hal dosa, transendensi dan sifat moralitas jiwa,

kemudian, Legge merumuskan kembali bahasa penciptaan, keselamatan, soteriologi

dan bahkan Trinitas dalam cara-cara baru, menjangkau ke spektrum yang lebih luas

dari keberagamaan manusia universal.4

Teologi Adat (Indigenous Theology) dan Agama-Agama Cina

Bagaimana seharusnya kekristenan berhubungan dengan budaya Cina?

Pertanyaan itu telah memenuhi pikiran baik orang Kristen di Cina maupun di Barat

selama beberapa abad. Lit-sen Chang memberikan pandangan Alkitabiahnya yang

mendalam.

Lit-sen Chang (1904-1996) dibesarkan sebagai seorang Buddhis dan

terdidik dalam Konfusianisme klasik serta dalam filsafat politik modern. Dia juga

kemudian menggali dalam-dalam Taoisme. Kemudian menjadi Presiden pendiri

Universitas Kiang Nan (Jiangnan), yang menjadi pusat gerakan kebangkitan agama

dan budaya Asia, setelah Perang Dunia II. Tujuannya dalam memulai universitas baru

ini adalah "untuk menghidupkan kembali agama-agama Asia dan menghancurkan

kekristenan." Sejak pertobatannya menjadi Kristen pada tahun 1950, saat ia terdampar

di Jawa. Tulisan-tulisan Chang segera mendapat perhatian yang meluas dari para

4
Connecting Protestantism to Ruism: Religion, Dialogism and Intertextuality in James
Legge's Translation of the Lunyu. By I-Hsin Chen University of Manchester, 2014
14
sarjana agama, sejarah, filsafat, dan teologi, baik di Cina maupun di Barat; suatu

penetrasi wawasan kontras antara ajaran Alkitab dan sistem agama dan filsafat

lainnya.

Ulasan sejarah

Hampir sejak awal, orang Kristen telah tergoda untuk berbaurkan

kebenaran Alkitab dengan konsep-konsep filosofis non-alkitabiah dan asumsi-asumsi.

Chang menelusuri sejarah awal upaya "mempribumikan" di Gereja Barat, dan

kemudian usaha yang sama dalam sejarah Kristen Cina.

"Nestorian" (Gereja Timur) mencoba untuk mengungkapkan kebenaran

Kristen dalam gaya Budha, dan menghasilkan kebingungan yang melemahkan. Para

misionaris Roma Katolik melakukan hal yang sama dengan Konfusianisme, dengan

hasil yang sama. Teologi Liberal menyerah kepada Humanisme Barat dan iman yang

naif dalam Science. Di bawah pengaruhnya banyak teolog modern Cina telah

berusaha untuk mengintegrasikan filsafat Humanis Barat dengan kepercayaan

tradisional Cina, meracik suatu iman hibrida yang bergeser secara signifikan dari

Kitab Suci.

Bagi Chang, para pendukung 'Teologi Adat' 'memiliki pemahaman yang

tidak akurat tentang Allah, wahyu tentang satu Allah yang sejati, pengajaran Alkitab,

dan definisi yang sejati dari agama'.

Akibatnya, 'mereka jatuh di bawah dominasi Konfusianisme, Buddhisme,

dan Taoisme, yang mereka kompromikan sendiri'. Dari pengalaman pribadinya,

Chang tahu: 'Pada pertengahan usiaku, aku tenggelam dalam kegelapan

Konfusianisme, Buddhisme, dan Taoism. Lepas dari masa itu ia mengambil waktu

untuk meninjau masing-masing dari tradisi Cina yang utama.


15
Humanisme

Chang melihat semua pemikiran dan keyakinan non-alkitabiah pada

dasarnya humanistik. Dalam hal ini, baik Timur dan Barat telah bersalah dalam

kesalahan yang sama, yaitu, yang dimulai dengan pemahaman manusia dan

alasannya, dan menjadikan manusia itu pusat alam semesta. Alkitab sendiri memberi

kita perspektif akurat tentang realitas, yang berpusat pada Allah.

Humanisme dalam segala bentuknya adalah jalan buntu, karena tidak bisa

memberi kita kehidupan dan keberkatan yang benar; yang datang kepada kita melalui

karya penyelamatan Yesus Kristus bagi kita, yang diterima lewat iman.

Kekosongan Konfusianism.

Mula-mula Chang berbicara tentang kekosongan Konfusianism.Chang

dengan jelas menyatakan: Konfusianisme menyangkal doktrin penciptaan oleh Allah,

sebaliknya memegang teguh konsep bahwa segala sesuatu terjadi sebagai suatu hasil

dari interaksi dan interpenetrasi dari yin dan yang'. 'Secara sederhana, ini adalah

Naturalisme.

Dalam filsafat, Naturalisme adalah "ide atau keyakinan bahwa hanyalah

hukum natural (lawan dari supranatural atau spiritual) dan kekuatan-kekuatan yang

beroperasi di dunia." Penganut naturalisme (yaitu, naturalis) menegaskan bahwa

hukum-hukum natural (alam atau wajar) adalah aturan-aturan yang mengatur struktur

dan perilaku dari alam semesta, bahwa perubahan alam semesta pada setiap tahapnya

merupakan suatu hasil dari hukum-hukum tersebut.

Berkenaan dengan Antropologi, Chang sama jelasnya. Meskipun

Konfusius (551-479 SM) memiliki suatu antropologi yang optimis - Konfusius

percaya bahwa 'Secara alami semua orang adalah sama. Melalui latihan mereka

menjadi sangat berbeda '.


16
Salah satu penerusnya, Xunzi (314-217 SM), lebih pesimistik. Dia percaya

sifat alami manusia adalah jahat. Konfusianisme memandang kehidupan sebagai hal

bagaimana 'bersaing dengan dengan dirinya' dan berfokus pada 'apa yang dapat

dilaksanakan'. Tapi, bagi Chang, ini 'tidak dapat memecahkan masalah yang luar biasa

besarnya mengenai hidup dan mati ': bagi Chang ini adalah ‘kelemahan yang luar

biasa besar dari Konfusianisme’.

Kekosongan Buddhisme

Selanjutnya, ia membahas kekosongan Buddhisme. Iman yang sudah ia

kenal intim ditahun-tahun awal hidupnya. Dia menawarkan pengamatan yang

menohok ini: 'Budha adalah seorang atheist'.

Chang menambahkan: orang-orang Budha percaya bahwa semua

fenomena di alam semesta hanyalah suatu gambar angan-angan (illusory) dan tidak

tetap (impermanent). Kehidupan manusia adalah salah satu dari banyak tipuan

(illusions) yang ada di alam semesta. Persepsi manusia tentang dirinya sendiri itu

hanyalah suatu tipuan (illusion). Dengan demikian, tujuan besar dalam kehidupan

orang Budha adalah menjadi tercerahkan, dan meloloskan diri dari godaan ketiga

alam (alam keinginan, alam berbentuk dan alam tak berbentuk).

Sebagai suatu filsafat yang ateistik.

Buddhisme 'tidak percaya pada sumber kekuatan atau sumber pertolongan

apapun dari luar, pencerahan berasal dari dalam'. Terlebih lagi, 'titik akhirnya adalah

punahnya atau padamnya kehidupan di Nirvana, dan bukannya hidup kekal'. Oleh

karena itu, Chang dengan prihatin mengamati, 'Buddhisme adalah suatu filsafat yang

membawa bunuh diri bagi jiwa'.


17
Kekosongan Taoism

Chang membahas yang ketiga, kekosongan Taoism. Bagi Chang Taoisme

tidak efektif. Tidak memiliki pemahaman yang jelas tentang Sang Pencipta, dan

'menganggap kebahagiaan manusia terdapat dalam pemurnian dan non-action, untuk

'kembali kepada kebenaran dan memulihkan kesederhanaan'. Visi etisnya hanya

sekedar agar umat manusia hidup dalam harmoni dengan alam dan 'Jalan' surgawi

(Tao).

Taoisme hanya sekedar mengajarkan manusia untuk menyelaraskan diri

dengan alam : 'manusia menyelaraskan diri dengan Bumi, Bumi menyelaraskan diri

dengan Surga. Surga menyelaraskan diri dengan Tao (jalan). Dan Tao menyelaraskan

diri dengan alam. "Tapi pemahaman mereka tentang alam adalah bahwa alam adalah

suatu massa ketidak-pastian dan kekacauan. Hal ini tidak dapat digambarkan dengan

jelas. Singkatnya, kerangka berpikir mereka ditinggikan, tetapi pemahaman mereka

campur aduk atau bingung

Baginya, 'gagasan mereka tentang Tao (jalan) adalah tidak dapat

dilukiskan dan menyesatkan'

Suatu ‘bentuk panteisme yang aneh' dan 'semacam panteisme yang

menyesatkan', yang tidak mengakui Allah sebagai Tritunggal atau memimpin pada

kehidupan kekal. Dia menulis, 'hidup bersama-sama dengan Langit dan Bumi’

bukanlah hidup kekal, karena langit dan bumi sama-sama akan hancur binasa (2 Pet.

3:12). Hal ini bukanlah 'cara hidup' yang benar, bagi Chang.

'Teologi Adat' dan Gereja Adat

Dia menulis: Jika kita ingin membangun 'Gereja Adat’ yang benar yang

akan berakar dan tidak akan pernah diberantas, kita harus memangkas habis struktur

budaya anti-Kristen ini dan sistem filsafatnya. Jika kita ingin mendirikan sebuah
18
gereja adat, kita harus menggunakan strategi proklamasi yang baru, dalam rangka

menciptakan lingkungan sosial dan budaya yang baru dimana keduanya akan sama-

sama menguntungkan bagi penginjilan dan memungkinkan Injil berakar di bangsa-

bangsa pagan.

Sebaliknya, bagi Chang, 'gereja melampaui kebudayaan manusia, dan

tidak dibatasi oleh prasangka budaya apapun. ‘Termasuk keanekaragaman budaya dan

bahasa yang menunjukkan cinta Allah yang universal dan kasih karunia-Nya yang

berdaulat. Sebab, setiap bahasa memiliki ekspresi yang indah dan khas.

Satu-satunya pertanyaan untuk mempertanyakan bentuk-bentuk budaya

dan bahasa, adalah; Apakah memuliakan Allah ? dan Apakah 'konsisten dengan

kebenaran Kristen dan tujuan surgawi dari gereja'? Tidak relevan kalau hanya

'apakah Eastern atau Western'.

Dalam terang ini, ia menulis: ketika berhadapan dengan orang-orang tidak

percaya, kita harus menempatkan diri dalam posisi mereka, bersimpati dengan

mereka, dan memperdulikan mereka. Kita harus membagi Injil kepada mereka dengan

kasih. Tetapi ketika sampai pada mempertahankan kebenaran, bagaimanapun, kita

tidak dapat mengakomodasi atau berkompromi.

Dalam proses komunikasi Kristen yang efektif, pemahaman budaya adalah

suatu sine que non, suatu kebutuhan yang mutlak, sehingga kita bisa ‘memberitakan

Injil dengan cara yang dapat dipahami' orang. Hanya dengan cara demikian - seperti

halnya dalam gereja mula-mula - 'benteng' budaya akan dapat diruntuhkan (2 Kor. 10:

4-5) dan oposisi dapat digagalkan dengan efektif.

Oleh karena itu, ia mendesak: Kita harus belajar secara mendalam dan

memahami budaya, filsafat, agama bangsa kita, dan hal-hal lain yang serupa itu,

sehingga kita dapat menerapkan kebenaran pada situasi masa kini dan 'memberikan
19
obat yang tepat bagi penyakit' ketika memberitakan Injil kepada orang-orang bangsa

kita, terutama untuk kaum intelektual .

Kita harus menyarankan para pendukung Teologi Adat untuk melihat

dengan jelas perbedaan antara budaya tradisional Cina, filsafat, dan agama, dan

keKristenan; sehingga mereka tidak mencoba untuk membandingkan hal-hal yang

tidak dapat dibandingkan atau mengkompromikan kebenaran.

Terhadap 'kebenaran diri sendiri' yang melekat dalam Konfusianisme dan

pengajaran etika Buddhis, Chang mencari suatu kebenaran yang berdasarkan rahmat

ilahi dan anugerah, dimana tanpa itu manusia tidak dapat 'melarikan diri dari

kerusakan yang ada di dunia melalui nafsu', juga tidak dapat 'mengambil bagian

dalam kodrat ilahi' (2 Pet. 1:4). Dengan demikian, ia mendesak, semua perbedaan di

dunia antara 'wahyu umum' (untuk semua, dengan segala cara, untuk membangkitkan

suatu kepekaan akan Allah) dan 'wahyu khusus' (oleh Allah dan Yesus Kristus Sang

Firman Allah yang menyelamatkan); yang telah dilupakan oleh para pendukung

'Teologi Adat' ini.

Bagi Chang, sistem teologis mereka, yang dibangun atas wahyu umum,

gagal untuk mengkomunikasikan kunci kehidupan. 'Wahyu semacam ini hanya dapat

memberi kita pengetahuan yang sangat tidak jelas', dan dengan demikian itu ‘tidak

dapat menawarkan suatu pengetahuan yang akurat tentang Allah Tritunggal, (apalagi

sempurna) yang merupakan satu-satunya Allah yang benar.

Memang, ‘tidak ada pengharapan akan keselamatan melalui agama alami

atau wahyu umum’; yang justru menyampaikan suatu pandangan yang keliru tentang

Allah (karena humanistik) dan suatu pandangan manusiawi yang berlebihan (karena

terlalu optimis). Karena pendukung yang liberal dari 'Teologi Adat' 'tidak memiliki

pemahaman yang akurat tentang dosa', mereka menurut Chang, 'tidak mau bertobat
20
dari dosa-dosa mereka dan secara salah mencoba untuk menyelamatkan dirinya

sendiri'.

Chang mengakhiri dengan contoh Paulus, yang menerapkan

pemahamannya tentang Alkitab serta agama dan filsafat Yunani dan Romawi, untuk

membangun landasan teologis yang kokoh bagi gereja, serta "meruntuhkan benteng"

pemikiran kafir. Chang melihat dirinya sebagai seorang pejuang dalam peperangan

yang sama melawan kebohongan yang membunuh jiwa, dan mendesak orang Kristen

China yang terdidik lainnya untuk bergabung dalam kampanye untuk menerapkan

kebenaran Kristen ke semua domain pemikiran dan aktivitas manusia.

Kesimpulan.

Kesimpulan yang di buat Chang adalah sebagai berikut:

Pertama, meskipun Chang melihat kesamaan palsu antara tradisi budaya Cina dan

keKristenan yang Alkitabiah, ia jelas bahwa perbedaan yang mendalam ada di antara

keduanya; sejauh itu ia menolak, integrasi bahan budaya Cina yang disengaja (pelan

tapi pasti) oleh gerakan 'Teologi Adat' (dan asimilasi-asimilasi ceroboh lainnya)

kedalam Teologi Kristen Klasik.

Kedua, Ia menganggap budaya Cina tradisional kecil nilainya dalam mengenal Allah

yang benar. Hal ini, baginya, tidak berguna bila digunakan sebagai sarana

keselamatan dari dosa, kematian dan penghakiman ilahi. Bagi Chang, hal ini hanya

dimungkinkan melalui iman didalam Yesus Kristus dan oleh pekerjaaan Roh Kudus

yang didalam kita.

Ketiga, Ia yakin orang-orang Kristen Cina harus dengan setia memberitakan Injil

keselamatan oleh iman di dalam Yesus Kristus dan menerapkan prinsip-prinsip

Alkitabiah dalam keterlibatan mereka dengan semua aspek dari budaya Cina dan
21
masyarakat. Tujuan tegasnya adalah transformasi Cina yang komprehensif, oleh karya

Roh Allah dan Firman untuk kemuliaan Allah.

Sejarah Imlek

Penangglaan Lunar Cina.

Asal kata Imlek (dialek Hokkian) berasal dari kata ‘im’ yang artinya

‘bulan’ dan ‘lek’ yang artinya ‘penanggalan’. Dalam bahasa Mandarin ‘Yin Li’ yang

berarti penanggalan Lunar; yaitu suatu penanggalan yang menganut perhitungan

berdasarkan peredaran bulan. Sebaliknya penanggalan Gregorius dalam bahasa

Mandarin ‘Yang Li’ yang berarti penanggalan Solar yaitu suatu penanggalan yang

menganut perhitungan berdasarkan peredaran matahari. Ada beberapa sebutan untuk

penanggalan Yin Li. Nama aslinya ialah Xia Li atau Penanggalan Dinasti Xia. Karena

Dinasti Xia (2205-1766 SM) adalah yang pertama-tama dicatat telah menggunakan

penanggalan ini.

Nama sebutan lain ialah Nong Li, artinya Penanggalan Petani, karena

penanggalan ini Tahun Barunya dimulai saat menjelangnya musim semi, dan

perhitungan-perhitungan musimnya sangat cocok untuk para petani. Tetapi sering

pula disebut Jiù Lì artinya Penanggalan Kuno, atau Lǎo Lì yang artinya Penanggalan

Tradisionil.

Penanggalan Cina memiliki lebih dari 100 varian. Sama seperti huruf Cina,

varian yang berbeda digunakan di berbagai belahan lingkup budaya Cina. Di Korea,

Vietnam, dan Kepulauan Ryukyu, penanggalan Cina diadopsi sepenuhnya. Di Jepang,

penanggalan Cina digunakan sebelum masa Edo, sementara penanggalan Jepang yang

kemudian menggunakan sistim algoritma dari penanggalan Cina.

Menurut kronologi tradisional berdasarkan perhitungan oleh Liu Xin,

Dinasti Xia memerintah antara 2205 dan 1766 SM; menurut kronologi berdasarkan
22
the Bamboo Annals, diperkirakan memerintah antara tahun 1989 dan 1558 SM.

Sedangkan The Xia–Shang–Zhou Chronology Project menyimpulkan bahwa Dinasty

Xia ada antara 2070 dan 1600 SM.5

Setiap Dinasti membuat penanggalan sendiri.

Pada jaman dahulu telah menjadi tradisi, tiap Dinasti menggunakan sistim

penanggalan yang lain. Perbedaan penanggalan ini terutama adalah mengenai saat

hari Tahun Barunya.

Dinasti Xia menetapkan Tahun Barunya pada awal musim semi; saat Jian

Yin (saat kejadian manusia). Dengan jatuhnya Dinasti Xia dan diganti oleh Dinasti

Shang(1766-1122 SM), maka sistim penanggalannya juga berganti. Tahun barunya

sekarang dimulai baru lagi tahun 1 dan bulannya maju 1 bulan sehingga tahun

barunya jatuh pada akhir musim dingin; saat Jian Chou (saat kejadian bumi).

Dinasti Shang lalu diganti oleh Dinasti Zhou (1122-255 SM), maka

bergantilah sistim penanggalannya juga. Sekarang tahun barunya jatuh pada saat

matahari berada di garis 23,5 derajat Lintang Selatan dan bergerak menuju utara, yaitu

tanggal 22 Desember saat titik balik matahari musim dingin (winter soltice); saat Jian

Zi (saat kejadian langit). Itu adalah kesempatan bagi keluarga untuk bersama-sama

merayakan tahun yang baik yang sudah mereka lewati.

Pada masa Dinasti Zhou, orang-orang saling memberi selamat karena telah

berhasil melewati musim dingin yang paling dingin dan sinar matahari menguat

kembali. Perayaan Dōngzhì atau Perayaan Titik Balik Matahari Musim Dingin

(harafiah=Kedatangan Musim Dingin) adalah pada saat panjang hari paling pendek

dalam setahun atau sekitar tanggal 22 Desember. Setelah titik balik matahari, panjang

hari akan semakin memanjang sehingga semakin banyak energi positif yang mengalir

5
Bagley, Robert. "Shang Archaeology." in The Cambridge History of Ancient China.
Michael Loewe and Edward Shaughnessy, ed. Cambridge: Cambridge University Press, 1999).
23
masuk. Filosofi ini disimbolkan oleh fù (復, "Kembali") dalam Ba Gua I-Ching dapat

ditelusuri dari filosofi Yin dan Yang, keseimbangan dan keharmonisan kosmos.

Festival ini di Indonesia juga disebut Hari Wedang Ronde.6

Saat Dinasti Zhou diganti oleh Dinasti Qin (255-206 SM) penanggalan

dibagi menjadi 24 periode dengan masing-masing 15 hari, disebut Posisi Solar dan

Mid-solar. Tanggal awal disetiap Posisi Solar dan Mid-solar ditentukan oleh posisi

matahari pada salah satu dari 12 zodiak, yang oleh orang-orang Cina yang ditandai

dengan 12 hewan misalnya, tikus, sapi, harimau, kelinci, dan seterusnya.7

Kemudian Dinasti Qin diganti oleh Dinasti Han (206 SM - 220 M). Sekitar

104 SM, Kaisar Wu (140 - 86 SM) dari Dinasti Han menyetujui suatu reformasi

penanggalan yang menetapkan awal tahun pada hari ‘bulan baru’ pertama setelah

matahari memasuki tanda ke 11 zodiak matahari; atau pada ‘bulan baru’ kedua

setelah titik balik matahari musim dingin (winter solstice). Ini juga merupakan hari

pertama dari posisi solar yang dikenal sebagai "awal musim semi". Penanggalan

Dinasti Xia diresmikan kembali sebagai penanggalan negara, seturut yang disabdakan

‘Nabi’ Khongcu.

Sebutan Perayaan Musim Semi.

Pada tahun 1928, partai Kuomintang yang berkuasa di Cina menetapkan

bahwa Tahun Baru Cina akan jatuh pada setiap tanggal 1 Januari dari penanggalan

Gregorian, tapi ini diabaikan karena oposisi yang berlebihan dari rakyat. Pada tahun

1967 selama Revolusi Kebudayaan perayaan Tahun Baru Cina yang resmi mulai

dilarang di Cina. Dewan Negara dari Republik Rakyat Cina mengumumkan bahwa

publik harus "Merubahan Kebiasaan", mendapat suatu "Perayaan Musim Semi yang

6
Bidang Litbang PTITD/Matrisia Jawa Tengah. 2007
7
Pengetahuan Umum tentang Tridharma. (Semarang: Penerbit Benih Bersemi)
24
melawan dan merombak keadaan" (have a "revolutionized and fighting Spring

Festival"). 8

Dan karena orang harus tetap bekerja pada perayaan Tahun Baru Cina,

mereka juga tidak diberikan libur selama hari Perayaan Musim Semi. Perayaan-

perayaan publik baru dipulihkan kembali pada masa Reformasi Ekonomi Cina.

Kongzi Li (Khongcu Li) atau Anno Confucius atau Tahun Khongcu

Sama seperti Penanggalan Gregorius disebut Anno Domini atau AD yang

artinya Tahun daripada Tuhan kita (In the year of Our Lord) atau tahun Masehi; maka

Penanggalan Cina disebut Anno Confucius atau AC yang artinya Tahun dari pada

Confucius atau Khongcu. Dinamai Khongcu Li atau Penanggalan Khongcu, karena

penggunaannya kembali secara resmi sejak jaman Kaisar Wu (140 - 86 SM) dari

Dinasti Han (206 - 220 SM) adalah berdasarkan Sabda ‘Nabi’ Khongcu yang terdapat

di dalam Kitab Lun Yu XV: 11 Yan Yuan bertanya bagaimana mengatur

pemerintahan. Nabi bersabda, “Pakailah penanggalan Dinasti Xia …..”

Di dalam penghidupan rakyat jelata pada jaman dahulu penetapan saat

Tahun Baru memegang peranan penting karena penetapan itu menjadi pedoman

mereka menyiapkan pekerjaan di dalam tahun mendatang. Pada jaman kuno itu tidak

ada catatan penanggalan yang dimiliki oleh rakyat sendiri, karena tidak ada peralatan

seperti sekarang. Mereka menanti saat-saat datangnya Tahun Baru dari petugas

kerajaan yang tiap Tahun Baru memberitakan maklumat raja. Di dalam Kitab Shu

Jing Bagian Kitab Dinasti Xia ditulis : “Tiap tahun pada saat datang permulaan

Musim Semi ( Meng Chun) diperintahkanlah orang dengan membawa Mu Duo (

8
Huang, Wei; Xie, Ying (January 2012). "The New Year That Wasn't". NewsCina. News
Cina Magazine. Retrieved 24 February 2015
25
Genta logam yang dipukul dengan kayu / canang ) berjalan sepanjang jalan.” (untuk

menyampaikan amanat-amanat itu).

Sebagai yang kita ketahui Dinasti Xia menetapkan Tahun Barunya pada

saat menjelang musim semi. Maka utusannya pun dikirim pada saat itu. Demikian

pula Dinasti Shang yang menetapkan Tahun Barunya pada akhir musim dingin dan

Dinasti Zhou menetapkan Tahun Barunya pada pertengahan musim dingin. Maka

mereka akan mengutus orangnya juga pada bulan yang sesuai dengan penetapannya

itu. Kini dapat kita simpulkan Dinasti Xia jauh lebih bijaksana karena berita

datangnya Tahun Baru tepat sebagai perintah segera menyiapkan pekerjaan untuk

tahun mendatang. Sedangkan dimasa Dinasti Shang dan Zhou rakyat masih harus

menanti satu atau dua bulan setelah melewatkan musim dingin.

‘Nabi’ Khongcu yang hidup pada jaman Dinasti Zhou (1122 - 255 SM)

merasakan bahwa sistim penanggalan yang dipakai dinasti itu kurang sesuai untuk

kepentingan rakyat banyak yang hidup sebagai petani, yang Tahun Barunya

ditetapkan menurut hari Dongzhi (Winter Soltice). Terhadap anjuran ‘Nabi’ Khongcu

itu sudah barang tentu tidak ada raja atau rajamuda-rajamuda Dinasti Zhou yang mau

menerimanya, karena penanggalan adalah lambang suatu dinasti.

Setelah Dinasti Zhou runtuh pada tahun 255 SM dan berdiri Dinasti Qin

(255 - 206 SM) yang juga mengganti sistim penanggalannya, tetapi saat Tahun

Barunya justru dimajukan sebulan lagi, jadi bulan Shi Yue yang sekarang. Dinasti Qin

tidak lama memerintah, baru turun sampai pada kaisar yang kedua, telah

ditumbangkan oleh seorang pemberontak dari negara Chu, yang bergelar Chu Pa

Wang bersama rekannya yang bernama Liu Bang. Setelah memusnahkan Dinasti Qin,

terjadi pertengkaran antara dua pemimpin pemberontak itu. Chu Pa Wang akhrinya
26
kalah dan berdirilah Dinasti Han dengan Liu Bang sebagai rajanya dan bergelar Han

Gao Zhu.

Terdapat suatu perbedaan besar antara Dinasti Qin dan Dinasti Han. Kalau

pada jaman Dinasti Qin umat dan tokoh-tokoh agama Khonghucu menderita

penganiayaan dan dikejar-kejar, pula Kitab-kitab Sucinya diperintahkan dibakar dan

dimusnahkan (213 SM). Tetapi pada jaman Dinasti Han mereka mendapatkan

kedudukan yang baik, pemerintah membantu pengumpulan Kitab-kitab Sucinya

kembali dengan didirikan jawatan-jawatan khusus untuk keperluan itu.

Bahkan pada jaman Kaisar Wu (140 - 86 SM) agama Khonghucu

ditetapkan sebagai agama negara. Sistim ujian negara untuk mengganti sistim

keturunan bagi jabatan-jabatan penting yang sesuai dengan jiwa ajaran Nabi Khongcu

dilaksanakan, dengan mata pelajaran dasar adalah Kitab-kitab Suci agama

Khonghucu. Dan pada tahun 104 SM sistim penanggalan yang disabdakan ‘Nabi’

Khongcu yaitu yang menggunakan sistim penanggalan Dinasti Xia diresmikan

sebagai penanggalan negara. Semenjak jaman Dinasti Han, meskipun dinasti yang

satu runtuh diganti dengan dinasti yang lain, tetapi sistim penanggalan yang resmi di

Cina tidak berubah lagi sampai akhir Dinasti Mancu atau Man Qing (1922 M) ketika

sistim penanggalan resmi diubah menjadi Yang Li atau penanggalan Gregorius atau

penanggalan Solar oleh Pemerintah Republik Cina.

Dan sebagai penghormatan atas ‘Nabi’ Khongcu, maka tahun kelahiran

‘Nabi’ Khongcu 551 SM ditetapkan sebagai tahun ke-0. Penyebutan Imlek dengan

penyebutan Tahun Baru Kongzi Li / Khongcu Li yang artinya tahun kelahiran ‘Nabi’

Khongcu diperingati sebagai awal Tahun Baru Imlek / Kongzi Li ini. Jadi jika

sekarang Imlek sudah memasuki tahhn 2567, itu dihitung dari tahun kelahiran ‘Nabi’

Khongcu yakni tahun 551 SM + 2016 = Tahun 2567 Kongzi Li / Khongcu Li.
27
Dengan demikian perayaan Tahun Baru Imlek adalah perayaan Tahun Baru Umat

Khonghucu.

Jika Gereja-gereja Kristen dan Katolik serta Vihara menyelenggarakan

perayaan Tahun Baru Imlek, ini merupakan bukti teposeliro dari umat agama lain

untuk mensyukuri datangnya tahun baru tersebut dan mengakui kebesaran dari ‘Nabi’

Khongcu sejajar dengan Isa Almasih, Budha Gautama serta Nabi-nabi lainnya.

Bagi umat agama Konghucu, menjadi suatu kebahagiaan dan kebanggaan,

karena Tahun Baru Imlek yg merupakan 100% Hari Raya Agama Konghucu yang

juga pertanda Tahun Kelahiran ‘Nabi’ Khongcu bisa diperingati oleh agama-agama

besar lainnya lewat Misa Kudus Khusus Imlek di Gereja-gereja Kristen dan Katolik

atau Kebaktian Puja Bakti Khusus Imlek di Vihara-vihara.9

Agama Ru Jiao yang telah diatur kembali oleh Khongcu sekarang di

Indonesia di sebut Agama Konghucu. Agama Konghucu sangat erat hubungannya

dengan Penanggalan Imlek. Tahun Baru Imlek adalah tahun baru yang ditentukan

oleh Khongcu maka Tahun Baru Imlek adalah Tahun Baru Agama Khonghucu.

Namun, hari yang dimuliakan oleh umat agama Ru Jiao itu boleh juga

dirayakan oleh siapa seja yang mau ikut bergembira. Tetapi jangan pernah berkata

bahwa Tahun Baru Ilmlek itu Tahun Baru Kebudayaan Cina.

Menurut seorang peneliti budaya Cina dari Ingris bernama Homer Dubs

(1923), kebudayaan Cina adalah kebudayaan yang telah didisain oleh Xun Zi ( 326-

233 SM) berdasarkan agama Konghucu. Xun Zi telah mengukuhkan ajaran agama

9
Agama Khonghucu & Penanggalan Imlek Published On Tuesday, 15 January 2013,
Written By Xs. Dr. Oesman Arif, M.Pd).
28
Konghucu (agama Ru Jiao), menjadikannya warna dan bentuk dari kebudayaan Cina

hingga sekarang.10

Sejarah Imlek di Cina sebagai perayaan religi.

Imlek dalam Ru Jiao Kepercayaan Cina Purba.

Di Cina pada zaman dahulu orang sudah menganut agama Ru Jiao yang

diajarkan oleh para Raja Suci zaman purba, antara lain Fu Xi (3500 SM), Yao (2300

SM), Shun (2225 SM), Yu, Wen Wang dan Zhou Gong. Ajaran agama Ru Jiao itu

diajarkan secara turun menurun tetapi belum ada Kitab Sucinya. Tidak ada pembinaan

yang intensif bagi rakyat yang memeluk agama Ru Jiao.

Para penjaga Miao (kelenteng) yang disebut Bio Kong tidak dibekali

dengan pengetahuan agama yang lengkap. Mereka hanya dibekali dengan

pengetahuan cara melaksanakan upacara sembahyang secara lisan saja. Orang Cina

pada waktu itu mempelajari agama Ru Jiao dari dongeng-dongeng yang beredar

dalam masyarakat. Sistem pendidikan agama Ru Jiao saat itu sangat tidak efektif,

akibatnya keadaan negara semakin lama semakin kacau. Para raja muda yang

jabatannya sebenarnya cuma gubernur mengangkat dirinya sendiri sebagai raja di

daerahnya. Demikian pula para bupati atau residen juga mengangkat dirinya menjadi

raja kecil lalu menyerang daerah tetangganya.

Kekacauan itu dimulai beberapa puluh tahun setelah Zhou Gong tidak

menjadi raja, dan masih berlanjut sampai zaman Khongcu (551-479 SM). Khongcu

dianggap sebagai ‘Nabi’ yang dikirim Tuhan untuk memperbaiki keadaan kacau di

Cina. Ia menyusun kembali semua ajaran agama Ru Jiao dalam Enam Jilid Kitab

yang disebut Liu Jing atau Enam Kitab Suci Ru Jiao. Kitab Yi Jing, salah satu dari

10
Agama Khonghucu & Penanggalan Imlek Published On Tuesday, 15 January 2013,
Written By Xs. Dr. Oesman Arif, M.Pd.
29
Enam Kitab Suci Ru Jiao, menjelaskan rahasia Ba Gua atau Pat Kwa, dan menjadi

pedoman orang dalam menjalankan segala usaha termasuk usaha bisnis. Ilmu Feng

Shui dan Ilmu Pengobatan Cina juga dikembangkan dari isi Kitab Yi Jing ini.

Khongcu juga menentukankan penanggalan yang cocok untuk melakukan

upacara sembahyang. Ia mewajibkan upacara sembahyang besar kepada Thi Kong

atau Tuhan YME serta kepada para arwah, pada waktu yang tepat. Ia menggunakan

penanggalan Dinasti Xia yang dipandangnya cocok untuk mengatur pekerjaan

pertanian.

Menurut Kalender Dinasti Xia pergantian tahun jatuh pada tanggal empat

Februari (menurut perhitungan matahari). Khongcu yang melakukan perhitungan-

perhitungan yang cermat, menetapkan bahwa pergantian tahun tanggal satu bulan satu

Imlek tidak tepat bila jatuh pada tanggal 4 Februari (menurut perhitungan matahari),

bisa maju atau mundur, tetapi tidak lebih dari 15 hari. Orang yang ingin mengetahui

perjalanan hidupnya dan kesuksesannya mempelajari Kitab Yi Jing dan perlu

mengetahui tanggal kelahirannya berdasar kalender Imlek ini.

Ajaran-ajaran Konfusius sangat berpengaruh dalam kehidupan bangsa

Cina. Selama hampir lebih dari 25 abad Konfusius di anggap sebagai guru pertama di

Cina.11

Imlek dalam San Jiao atau Tridharma: Konghucu, Tao dan Budha

Seperti halnya kata-kata dalam sebuah bahasa yang bisa bertambah karena

masuknya istilah bahasa asing, adat istiadatpun juga bisa bertambah, ini karena

sebuah bangsa berinteraksi dengan bangsa lain sehingga bertambah pengetahuan atau

11
Dr.M.Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat “Agama Konghucu di Indonesia
(Jakarta: Pelita Kebajikan, 2005), 11.
30
mendapat pemikiran baru. Demikian juga adat istiadat Cina mengalami penambahan

setelah berinteraksi dengan agama Budha dan agama Tao.

Selanjutnya, karena adat istiadat berhubungan erat dengan agama, maka

bangsa Cina lama-kelamaan jadi menerima dan menjalankan tiga agama yakni agama

Konghucu, Budha dan Tao.

Atas pertanyaan ini, THHK telah membentuk satu komisi yang beranggota

4 orang yakni Khow Siauw Eng, Oei Khoen Ie, Tan Chong Long dan Lie Kimhok.12

Ketika berkembang agama Budha dan Taoisme di Cina pada permulaan tarikh Masehi

mereka juga menyesuaikan hari-hari besarnya dengan menggunakan penanggalan Yin

Li atau Xia Li ini.13

Imlek Masa Partai Komunis Cina di bawah Mao Zedong 1949

Partai Komunis di bawah Mao Zedong(1893-1976) mengambil alih

kekuasaan pada tahun 1949, kemudian mencoba untuk menyingkirkan perayaan

tersebut berikut semua aspek-aspeknya yang dianggap agamis, feodalistik dan

takhayul.

Sepanjang masa Revolusi Kebudayaan (1966-1976) orang-orang Partai

Komunis bahkan melarang tarian singa dan naga, juga salam-salam tradisional. Tahun

Baru Imlek atau Perayaan Musim Semi dihargai kembali pada periode Liberalisasi

Ekonomi, segera sesudah kematian Mao. Sejak tahun 1996, telah ditetapkan menjadi

liburan sepanjang seminggu.

12
Jawaban yang dimuat secara panjang lebar di Majalah Li Po tanggal 14 Februari 1903)
13
Hartono Tanojo Pengurus Seksi Agama Khonghucu di TITD Hok Sian Kiong
Mojokerto)
31
Imlek Masa Kini

Pada awal abad ke-21, banyak keluarga Cina menghabiskan sejumlah

besar pendapatan tambahan mereka untuk merayakan Perayaan Musim Semi dengan

simbol-simbol tradisional dan makanan. Mereka juga menghabiskan waktu menonton

Pergelaran Festival Musim Semi yang disiarkan televisi : sebuah variety show

tahunan yang menampilkan penyanyi-penyanyi tradisional maupun kontemporer,

penari-penari dan demonstrasi sulap.

Perubahan sikap terhadap Perayaan Musim Semi telah terjadi pada orang-

orang muda Cina, yang dilaporkan bahwa mereka lebih suka berselancar di Internet,

tidur, menonton TV atau menghabiskan waktu dengan teman-teman dari pada

merayakannya bersama keluarga.

Mereka juga dilaporkan tidak menyukai makanan tradisional Tahun Baru

seperti pangsit-pangsit dan kue beras ketan. Bagi beberapa anggota generasi muda

liburan kini telah berubah, dari sebuah kesempatan untuk memperbaharui ikatan

keluarga menjadi suatu kesempatan untuk relaksasi dari pekerjaan.

Perayaan Imlek Di Indonesia

Penetapan Presiden nomer 1/pnps/1965 junto Undang-undang nomer

5/1969 tentang penyalah-gunaan dan/atau penodaan Agama (lembaran negara tahun

1965 nomer 3, tambahan lembaran negara nomer 2727) masih berlaku mengikat

selama masa Orde Baru, dimana didalamnya disebutkan penduduk Indonesia

memeluk 6 (enam) agama yakni Islam, Katholik, Kristen, Hindu, Budha dan

Khonghucu.

Posisi inilah yang dipakai oleh Gus Dur waktu itu untuk beradu

argumentasi dengan pemerintah Orde Baru, sebab keputusan ini belum dicabut dan

masih berlaku. Tetapi pada pelaksanaannya pada KTP, KSK dan Catatan Sipil
32
pernikahan agama Konghucu seakan akan langsung menghilang dan menjadi rancu

oleh sebab keluarnya Instruksi Presiden nomer 14 tahun 1967 tentang pembatasan

kegiatan agama, kepercayaan dan adat istiadat China; serta Surat Edaran Mendagri

nomer 477 / 74054 tertanggal 18 Nopember 1978 tentang pembatasan kegiatan

agama, kepercayaan dan adat istiadat Cina, yang pada kenyataannya sangat

bertentangan dengan Penetapan Presiden nomer 1/pnps/1965 junto Undang-undang

nomer 5/1969 tersebut. (Berdasarkan penjelasan Mahkamah Konstitusi Republik

Indonesia kepada MATAKIN nomer 356/PAN.MK/XII/2005 tanggal 28 desember

2005 yang ditandatangani oleh seorang panitera yakni Bapak Drs. H. Achmad Fadlil,

SH. MHum, menyatakan bahwa Undang-undang tersebut masih berlaku dan

mempunyai kekuatan hukum yang mengikat).

Sejak lahirnya Peraturan Presiden nomer 6 tahun 2000 oleh Bapak

Presiden KH Abdurrahman Wahid, terjadi sebuah pendobrakan besar bagi kebebasan

kehidupan beragama dan hak-hak sipil bagi umat agama Khonghucu. Berikut ini

terangkum kronologi 18 Peraturan Pemerintah (Peraturan Presiden, Keputusan

Menteri, Surat Edaran Menteri) baik yang sudah ada sebelumnya (yang mendasari)

maupun yang dibuat sesudahnya, yakni:

Pertama, yang menjadi dasar hukum utama adalah penetapan presiden nomer

1/pnps/1965 junto Undang-undang nomer 5/1969 tentang penyalahgunaan dan/atau

penodaan agama (lembaran negara th 1965 nomer 3, tambahan lembaran negara

nomer 2727) masih berlaku hingga sekarang dan berlaku mengikat, didalamnya

disebutkan penduduk Indonesia memeluk 6 (enam) agama yakni Islam, Katholik,

Kristen, Hindu, Budha dan Konghucu.

Kedua, Berdasarkan penjelasan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia kepada

Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia Matakin nomer 356/PAN.MK/XII/2005


33
tanggal28 Desember 2005 yang ditandatangani oleh seorang panitera yakni Bapak

Drs. H. Achmad Fadlil, SH. MHum, menyatakan bahwa Undang-undang tersebut

masih berlaku dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat.

Ketiga, keputusan Presiden Republik Indonesia nomer 6 tahun 2000 tanggal 17

Januari 2000 oleh Bapak Presiden KH. Abdurraman Wahid tentang pencabutan

Instruksi Presiden nomer 14 tahun 1967 tentang pembatasan kegiatan agama,

kepercayaan dan adat istiadat China.

Keempat, Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Bapak Suryadi

Soedirdja tanggal 31 Maret 2000 nomer 477/805/Sj yang mencabut Surat Edaran

Mendagri nomer 477 / 74054 tertanggal 18 Nopember 1978 tentang pembatasan

kegiatan agama, kepercayaan dan adat istiadat China.

Kelima, Ketetapan Menteri Agama nomer 13 tahun 2001 tentang penetapan Hari Raya

Imlek sebagai Hari Libur Fakultatif.

Kenam, Keputusan Presiden Republik Indonesia Ibu Megawati Soekarnoputri nomer

19 tahun 2002 tanggal 9 April 2002 tentang penetapan Hari Raya Imlek sebagai Hari

libur Nasional.

Ketujuh, Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Bapak H. Said Agil Husin Al

Munawar, MA. nomer 331 tahun 2002 tanggal 25 Juni 2002 yang menindak-lanjuti

keputusan Hari Raya Imlek sebagai Hari Libur Nasional.

Kedelapan, Keputusan Presiden Republik Indonesia Ibu Megawati Soekarnoputri,

Undang-undang Republik Indonesi nomer 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional, tanggal 8 Juli 2003.

Kesembilan, Surat Menteri Sekretariat Negara Republik Indonesia Bapak Yusril Izha

Mahendra kepada Menteri Agama Republik Indonesia, Menteri Dalam Negeri

Republik Indonesia, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia,
34
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, nomer B.398/M.Sesneg/6/2005

tanggal 27 Juni 2005 tentang menindak-lanjuti pidato Presiden Republik Indonesia di

perayaan Hari Raya Imlek 2556 di Balai Sudirman Jakarta tanggal 13 Februari 2005;

mengenai: Mencabut semua peraturan yang mengandung unsur ketidak-setaraan

antar warga negara dan meminta segenap aparatur negara dari pusat hingga daerah-

daerah agar konsisten dalam menjalankan kebijakan kesetaraan dan menegakkan

keadilan dengan sebenar-benarnya. Dan dapat dilaksanakan oleh aparat pemerintah

sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Kesepuluh, Surat Menteri Agama Muhammad M. Basyuni nomer MA/12/2006

tanggal 24 Januari 2006 kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pendidikan

Nasional tentang penjelasan mengenai status perkawinan menurut Agama Khonghucu

dan Pendidikan Agama Khonghucu.

Kesebelas, Karena Undang-undang nomer 1/pnps 1965 pasal 1 dalam penjelasannya

menyatakan bahwa agama-agama yang dipeluk penduduk Indonesia ada 6 (enam)

termasuk Agama Khonghucu, maka Departemen Agama melayani umat Khonghucu

sebagai umat Agama Khonghucu.

Keduabelas, Berkaitan dengan Undang-undang nomer 11 tahun 1974 tentang

perkawinan, pasal 2 ayat 1, yang menyatakan perkawinan adalah sah, apabila

dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya , maka Departemen Agama

memperlakukan perkawinan para penganut Agama Khonghucu yg dipimpin oleh

pendeta Khonghucu adalah sah. Maka pencatatan perkawinan bagi para umat

Khonghucu dapat dilakukan sesuai perundangan yang berlaku, demikian juga hak-hak

sipil lainnya.

Ketigabelas, Pendidikan Agama Khonghucu sesuai dengan ketentuan pasal 12a

Undang-undang nomer 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,


35
Departemen Agama akan memfasilitasi penyediaan tenaga guru Agama Khonghucu

di sekolah-sekolah; dengan demikian penyebutan ‘Pendidikan Agama Khonghucu’

dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama dan Keagamaan dapat

dipertimbangkan.

Keempatbelas, Surat Menteri Dalam Negeri Mochammad Ma’ruf nomer 470/336/SJ

tanggal 24 Januari 2006 kepada segenap Gubernur, Bupati dan Walikota perihal

Pelayanan Administrasi Kependudukan penganut Agama Khonghucu, didalam rangka

meningkatkan Pelayanan Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil sebagaimana

dimaksud pasal 13 ayat 1 huruf I dan pasal 14 ayat 1 huruf I Undang-undang nomer

32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memerintahkan agar Pemerintah Daerah

dapat memberikan Pelayanan Administrasi Kependudukan kepada penganut agama

Khonghucu dengan menambahkan keterangan agama Khonghucu pada Dokumen

Administrasi Kependudukan yang digunakan selama ini.

Kelimabelas, Surat Menteri Agama Republik Indonesia Bapak Muhammad M.

Basyuni yang ditujukan kepada Seretaris Jenderal Departemen Agama Republik

Indonesia Bapak H. Faisal Ismail, yang sekaligus juga merangkap Kepala Pusat

Kerukunan Umat Beragama Republik Indonesia, yakni no MA/…/2006 perihal

pelayanan terhadap penganut Agama Khonghucu tanggal 28 Februari 2006.

Keenambelas, Surat Menteri Agama nomer 1 tahun 2006 tanggal 16 Maret 2006

tentang sosialisasi status perkawinan, pendidikan dan pelayanan terhadap penganut

Agama Khonghucu. Ini merupakan Surat Instruksi kepada Sekertariat Jendral

Departemen Agama, Irektorat Jendral Departemen Agama, para Direktorat Jendral

Departemen Agama, Kepala Bagian Litbang dan Diklat, Kepala Pusat Kerukunan

Beragama, Para Kanwil Departemen Agama dilingkungan Departemen Agama

Seluruh Indonesia.
36
Ketujuhbelas, Surat Sekertariat Jendral Departemen Agama Republik Indonesia,

Bapak H. Faisal Ismail nomer Sj/B.VII/I/BA.01.2/623/2006 tanggal 21 Maret 2006

kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Seluruh Indonesia tentang

pelayanan terhadap penganut Agama Khonghucu. Pada intinya, Pusat Kerukunan

Umat Beragama untuk sementara (sampai terbentuknya unit kerja yang defenitif)

ditugasi oleh Menteri Agama untuk memberikan pelayanan dan bimbingan kepada

penganut Agama Khonghucu. Untuk di daerah dilaksanakan oleh Kepala Sub Bagian

Hubungan Masyarakatas Dan Kerukunan Umat Beragama untuk melaksanakan

kebijakan diatas.

Kedelapanbelas, Peraturan bersama Menteri Agama Muhammad M. Basyuni dan

Menteri Dalam Negeri Moh. Ma’ruf tanggal 21 Maret 2006 nomer 9 tahun 2006 dan

nomer 8 tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil

Kepala Daerah didalam pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, pemberdayaan

Forum Kerukunan Umat Beragama dan pendirian Tempat Ibadat. Didalamnya Agama

Khonghucu sudah mendapatkan tempat, dan memiliki satu perwakilan dimasing-

masing Forum Kerukunan Umat Beragama baik itu di tingkat Pusat, Propinsi dan

Kabupaten/Kotamadya hingga Kecamatan.

Kesembilanbelas, Surat Seretariat Jendral Departemen Agama Republik Indonesia

/Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Bapak Drs.H. Abdul Fatah,

NIP:150222255, nomer Sj/B.VII/II/BA.01.2/378/2006 tanggal 2 Mei 2006 yang

ditujukan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Seluruh Indonesia;

perihal pemberitahuan kunjungan dan silahturami pengurus Majelis Tinggi Agama

Khonghucu Indonesia (disingkat MATAKIN) dan Majelis Agama Khonghucu

(disingkat MAKIN) ke daerah-daerah dan diharapkan dapat menerima mereka dan

ikut membantu mensosialisasikan kesemua elemen masyarakat dan unit kerja


37
dibawahnya tentang penjelasan Mahkamah Konstitusi bahwa Undang-undang nomer

1 pnps/tahun 1965 masih berlaku, mengikat didalamnya masih menyebut Agama

Khonghucu dipeluk oleh masyarakat Indonesia disamping 5 (lima) Agama lainnya.

Lalu Surat Menteri Agama nomer : MA/12/2006 tanggal 24 Januari 2006 yang

menyatakan Departemen Agama Republik Indonesia melayani umat Khonghucu

sebaggai umat penganut Agama Khonghucu. Serta Intruksi Menteri Agama Republik

Indonesia nomer 1 tahun 2006 tanggal 16 Maret 2006 tentang sosialisasi perkawinan,

pendidikan dan pelayanan terhadap penganut Agama Khonghucu.

Duapuluh, Surat Departemen Dalam Negeri, ditanda-tangani oleh DR. H.A. Rasyid

Saleh Msi, Direktorat Jendral Administrasi Kependudukan kepada Majelis Tinggi

Agama Khonghucu Indonesia nomer 470/3553/MD tanggal 30 Agustus 2007, ada

beberapa pernyataan:

Pertama, Dengan berpatokan Surat Menteri Agama nomer MA/12/2006 tanggal 24

Januari 2006 tentang perkawinan menurut Agama Khonghucu dan Pendidikan Agama

Khonghucu; serta Surat Edaran Menteri Dalam Negeri nomer 470/336/Sj tertanggal

24 Febuari 2006 tentang Pelayanan Administrasi Kependudukan pemeluk Agama

Khonghucu telah diintruksikan kepada seluruh Kepala Daerah se Indonesia.

Kedua, Dengan ditetapkannya Undang-undang nomer 23 tahun 2006 tentang

Administrasi Kependudukan, Peraturan Pelaksanaan yang bertentangan dinyatakan

tidak berlaku; seperti : Peraturan Menteri Dalam Negeri nomer 28 tahun 2005 tentang

Pedoman Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk Dan Pencatatan Sipil di daerah.

Ketiga, Formulir Isian Data Kependudukan, Formulir Isian Biodata Penduduk untuk

Warga Negara Indonesia (perkeluarga) atau F1-01 yang dimuat Peraturan Menteri

Dalam Negeri nomer 28 tahun 2005 belum mencantumkan kolom Agama

Khonghucu, namun sejak diedarkannya Surat Edaran Menteri Dalam Negeri nomer
38
470/336/Sj tanggal 24 Febuari 2006, F1-01 yang baru telah diperbaharui atau

ditambahkan 1 (satu) kolom dengan mencantumkan isian Agama Khonghucu pada

deretan Kolom Agama, yang sebelumnya hanya 5 (lima) menjadi 6 (enam) kolom.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomer 55 tahun 2007 oleh

Presiden DR.H. Susilo Bambang Yudhoyono tanggal 5 Oktober 2007 tentang

Pendidikan Agama Dan Pendidikan Keagamaan. Bagian ke 6 adalah Masalah

Pendidikan Agama Khonghucu , yang terbagi menjadi 3 pasal yakni pasal 45, 46 dan

47

Pasal 45

Pertama, Pendidikan Keagamaan Khonghucu diselenggarakan oleh masyarakat pada

jalur Pendidikan Formal, Nonformal, dan Informal

Kedua, Pendidikan Keagaman Khonghucu berbentuk Program Sekolah Minggu,

Diskusi Pendalaman Kitab Suci, Pendidikan Guru Dan Rohaniwan Agama

Khonghucu, atau bentuk lain yang sejenisnya,

Ketiga, Pengelolaan Satuan Pendidikan Keagamaan Khonghucu dilakukan oleh

Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.

Pasal 46

Pertama, Sekolah Minggu Khonghucu dan Diskudi Pendalaman Kitab Suci

merupakan Kegiatan Belajar Mengajar Nonformal yang dilaksanakan di Xueteng,

Litang, Miao, dan Kelenteng, yang dilaksanakan setiap minggu dan setiap tanggal 1

serta 15 penanggalan lunar.

Kedua, Sekolah Minggu Khonghucu dan Diskusi Pendalaman Kitab Suci bertujuan

untuk menanamkan keimanan dan budi pekerti peserta didik.


39
Ketiga, Kurikulum Sekolah Minggu Khonghucu memuat bahan kajian Daxue,

Zhongyon, Lunyu, Mengzi, Shujing, Liji, Shijing, Chun Qiu Jing, Xiao Jing, Sejarah

Suci Agama Khonghucu serta Tata Agama / Peribadahan Agama Khonghucu.

Keempat, Tenaga pendidik pada Pendidikan Keagamaan Khonghucu mencakup

Jiaosheng, Wenshi, Xueshi, Zhanglao atau yang mempunyai kompentensi.

Pasal 47

Pendidikan Guru dan Rohaniwan Agama Khonghucu adalah Pendidikan

Formal dan Nonformal yang diselenggarakan di Shuyuan atau Lembaga Pendidikan

lainnya dan oleh Yayasan yang bergerak dalam pendidikan atau Perkumpulan Umat

Khonghucu. 14

Pemahaman Kristen tentang Konfusianisme

Sifat Alamiah Konfusianisme

Apakah Konfusianisme sebuah agama ? Pertanyaan ini telah diperdebatkan

dengan hangat selama beberapa waktu. Setelah mensurvei argumen-argumen yang

pro dan kontra, Lit-sen Chang menyimpulkan bahwa Konfusianisme bukanlah suatu

agama, karena Konfusius sendiri tidak mengaku sebagai seorang nabi atau guru

kebenaran-kebenaran tertinggi (teacher of ultimate truths); dia mengaku bahwa dia

tidak tahu tentang hal-hal seperti itu, dan bahwa ia tidak pernah membandingkan /

mengukurkan pada standar-standar kesempurnaan etika dirinya sendiri.

"Konfusius hanya mengajarkan pencapaian, tapi tidak menawarkan

penebusan. Sebagaimana ia sendiri mengakui, pencapaiannya sendiri adalah suatu

14
Dirangkum Dari Berbagai Dokumen Resmi Kenegaraan (Kemenag, Kemendagri,
Mahkamah Konstitusi, Keppres, Kemen Ham & Perundang2an, Setneg), Oleh: Hartono Tanojo
Category: Hokum Published On Wednesday, 24 July 2013 09:56 Oleh : Hartono Tanojo
40
kegagalan tragis. Bukan hanya ia tidak yakin atau tercerahkan tentang 'kebenaran' dan

'hidup', tapi dia juga tidak tahu tentang 'jalan' (tao) ke Surga."

Chang mengakui adanya unsur-unsur agama dalam Konfusianisme seperti

suatu keyakinan akan perlunya iman; suatu kesadaran akan "Misi Surgawi" (atau

Mandat dari Surga); keberadaan dan kekuatan makhluk-mahluk ilahi; penggunaan

pengorbanan-pengorbanan, doa-doa, dan sumpah.

Namun demikian, "Keberadaan Konfusianisme sebagai suatu agama

bukanlah karena ia memiliki argumen teologis yang valid dan benar, tetapi hanya

karena praktiknya".

Pada kenyataannya, Chang menegaskan bahwa "hanya ada satu agama

yang benar Kekristenan, semua agama lainnya adalah palsu. Suatu agama yang benar

harus memiliki dua faktor dasar: religio objectiva (Allah dan wahyu-Nya), dan religio

subjectiva (takut akan Tuhan). Dari dua faktor ini kita dapat menyimpulkan bahwa

“Konfusianisme bukanlah suatu agama yang sesungguhnya".

Konfusius sendiri tidak percaya kepada Bapa di Surga yang Alkitabiah,

tapi kepada Surga. Dengan demikian agamanya hanyalah "dasar monoteisme

primitif". Neo-Konfusianisme yang datang kemudiannya bergeser pada keyakinan

akan Yang Pokok (The Ultimate / tai ji) atau Yang Tidak Pokok (Ultimateless / wu ji)

berarti bahwa "mereka tidak memiliki Penebus, dan tidak ada jalan keselamatan".

Demikian juga, aspek subjektif dari Konfusianisme tidak berfokus pada

takut akan Allah yang transenden tetapi pada pengaturan-pengaturan Surga.

Orang harus menghormati setan-setan dan dewa-dewa namun harus

menjaga jarak dari mereka. Inilah inti pengajaran-pengajaran etika dalam ren (jen;

kebajikan kepada manusia), bukanlah pada takut akan Allah.


41
Oleh karena itu, Konfusianisme lebih pada “suatu sistem humanisme,

bukan suatu agama yang benar".

Pengajaran Dasarnya

Chang menyatakan bahwa “Ajaran Konfusius telah menjadi faktor tunggal

yang paling ampuh dalam membentuk kehidupan dan karakter seluruh orang-orang

Cina dan telah diterima oleh orang-orang Cina sebagai mengandung cap kebenaran

mutlak dan finalitas.

Selama dua puluh lima abad, konfusius telah menjadi panduan hidup bagi

orang Cina; ajaran-ajarannya menyentuh setiap sudut aktivitas manusia dan meresap

ke semua fase kehidupan ".

Sebelum meringkas pandangan ini, ia menegaskan bahwa semua itu

"berpusat pada manusia, bukan pada Allah. Konfusianisme adalah semata-mata suatu

sistem humanisme atau sistem etika pribadi dan etika sosial".

Garis besar singkat dari doktrin konfusianisme yang mencakup ajaran-

ajarannya tentang manusia, keluarga, masyarakat dan pemerintah. Saya rasa ini sangat

membantu. "Sifat asli manusia adalah baik. Semua manusia dapat dididik menjadi

seorang suci atau seorang bijak".

Kritik Kristen atas Konfusianisme

Sekarang Chang memberikan suatu evaluasi atas Konfusianisme dari sudut

pandang Alkitab. Dia membingkai sebagian besar kritik-kritiknya kedalam kategori-

kategori teologis klasik.

Allah (teologi proper)

Konfusius, seperti yang dicatat Chang, meremehkan atau mengabaikan

elemen "spiritual" yang dari sebelumnya sudah ada dalam pemikiran orang-orang
42
Cina, dan membalikkan fokus dari Sang Penguasa Agung (Shang Di) kepada Surga,

yang biasanya dipahami sebagai suatu "konsep abstrak, bukan seorang pribadi".

"Akibatnya, muncullah degenerasi spiritual".

Secara bertahap, orang-orang mulai menyembah nenek moyang mereka

sehingga "gelombang pemujaan leluhur mulai bertumbuh menjadi suatu permekaran

yang sangat kuat".

Dalam masa dinasti Song dan dinasti Ming, Neo-Konfusianisme

mengembangkan gagasan awal dari ‘kesatuan langit dan manusia’ menjadi sebuah

panteisme yang canggih di mana ‘satu adalah semua, semua adalah satu’, dan setiap

manusia memiliki the Supreme Ultimate (taijitu). "Mereka mendewakan diri mereka

sendiri dan, pada kenyataannya, menyangkal Pribadi Allah, dan menjadi naturalis atau

'ateis praktis' ".

Penciptaan

Konfusius tidak akan membahas pertanyaan tentang asal-usul Ultimate.

Zhu Xi, pemikir besar Neo-Konfusianisme abad kedua belas, "memperluas pandangan

lebih jauh, bahwa alam semesta dan segala sesuatu terdiri dari dua prinsip, li dan ch'i

[qi]. Keduanya adalah pasangan yang kekal, tak terbatas, berbeda, dan membentuk

pijakan bagi penciptaan". Akibatnya, intelektual-intelektual China berbalik ke arah

"naturalisme, materialisme, atau agnostisisme; sementara Allah Yang Hidup dan

Yang Maha Kuasa ditolak dan tidak ada hubungan apapun dengan kehidupan orang-

orang Cina, meskipun mereka tidak menyadari fakta serius ini!".

Manusia (antropologi)

Konfusianisme Orthodoks mengajarkan bahwa kodrat manusia adalah

awalnya baik tapi menjadi merosot karena pengabaian dan pikiran yang "diselimuti
43
mendung", yang mana dicoba untuk "dibuat bersih" lewat membudidaya diri sendiri,

yang diklasifikasikan Chang sebagai "kebenaran diri sendiri."

Menurut Alkitab, bagaimanapun, tidak ada seorangpun yang benar, dan

semua orang dilahirkan dalam dosa, dimana tidak pernah cukup jumlah disiplin diri

yang bisa mengatasinya. Kemanusiaan yang sejati hanya dapat dipulihkan dengan

berbalik kepada Allah dan "mengambil bagian dalam kodrat ilahi" (2 Petrus 1: 4)

melalui kelahiran baru.

Dosa dan Keselamatan

"Seperti agama-agama non-Kristen lainnya, Konfusianisme tidak

mengajarkan apa-apa tentang dosa asal, penebusan, pengampunan, pendamaian, dan

pengudusan." Itu karena, sepanjang sejarah orang-orang Cina, "pengajaran-

pengajaran besar mengajarkan orang-orang Cina bahwa tidak ada dosa asal dan

bahwa hanya tindakan-tindakan yang dimaui dengan sadarlah yang dianggap dosa.

Manusia mampu untuk berhenti dari dosa, sama seperti manusia mampu

untuk melakukan dosa, jadi itulah sebabnya manusia didesak untuk membuangnya

keluar oleh ketulusan (ch'eng) atau pengabdian untuk berbuat baik ".

Chang mengatakan bahwa ia dahulu menjadi pengikut Wang Yangming,

yang percaya pada "kesatuan pengetahuan dan praktek kebenaran," tetapi kemudian

menemukan bahwa ia tidak bisa mencapai kesatuan ini dengan usahanya sendiri.

Sebagai seorang Kristen, ia menerima pengajaran Alkitabiah bahwa kita

diselamatkan oleh kasih karunia Allah saja, melalui korban penebusan Kristus di kayu

salib menggantikan kita, yang kita terima melalui iman, bukan melalui karya kita.
44
Penyembahan Leluhur

Sekarang kita beralih ke komponen kunci dari Konfusianisme tradisional,

Chang membahas pemujaan leluhur. Chang mengakui dilema yang telah menghalangi

para misionaris dan orang-orang Kristen di Cina, karena "Alkitab mengajarkan

‘berbakti’ (filial piety) tetapi mengutuk penyembahan berhala termasuk penyembahan

leluhur".

Untuk mengatasi masalah ini, dia berusaha sangat keras untuk

menunjukkan dari tulisan-tulisan Konfusius sendiri bahwa "makna sebenarnya dari

‘berbakti’ (filial piety) bukanlah pemujaan leluhur".

Dia menyimpulkan bahwa "tidak ada hubungan logis antara ‘berbakti’

(filial piety) dan penyembahan leluhur". ‘Berbakti’ (filial piety) dimulai dengan rasa

hormat pada orang tua. Harusnya mencapai puncaknya pada takut akan Tuhan, Bapa

kita di Sorga. Oleh karena itu, iman kepada Allah tidak bertentangan dengan

‘berbakti’ (filial piety) yang benar; melainkan menjadi penggenapan puncak dari

‘berbakti’ (filial piety) yang benar, dalam artinya yang paling utuh ".

Hal-Hal Akhir Jaman (eskatologi)

Seperti kebanyakan orang tahu, "Keprihatinan Konfusius yang terutama

adalah atas karir jasmani manusia, di sini dan sekarang ini; seluruh sistem dalam

pengajarannya dipusatkan di ranah hal-hal yang sementara, bukan pada hal-hal yang

kekal" (2 Korintus 4:18). Oleh karena itu, Konfusianisme tidak memiliki pengajaran

apapun mengenai kebangkitan individu, penghakiman, kehidupan kekal, langit yang

baru dan bumi yang baru. Tidak ada harapan setelah kubur.

Chang menyimpulkan bahwa "pada akhirnya, Konfusianisme adalah suatu

bentuk humanisme. Konsekwensinya, 'Keselamatan milik Allah' (Mazmur 3: 8),

bukan milik Konfusius. Upaya orang-orang China untuk regenerasi nasional akan sia-
45
sia, kecuali mereka bertobat dan kembali kepada Allah, sumber air yang hidup dan

pengharapan kita akan kemuliaan ".15

Anggapan bahwa Leluhur Cina menyembah satu Allah yang sama dengan Allah
Bapa dalam Alkitab.

Tidak adanya patung dewa dalam Temple of Heaven.

Sejak jaman Cina purba, setelah masa panen para Kaisar biasa

mempersembahkan persembahan syukur atas panen yang diberikan oleh kaisar Langit

dan memohon berkat untuk panen berikutnya di Temple of Heaven. Disitu tidak ada

patung dewa apapun, hanya ada papan nama Kaisar langit, serta beberapa papan

arwah di bagian ruangan lainnya.

Bagi para penganut Teologi Adat, hal ini menjadi bukti bahwa para leluhur

Cina sejatinya monotheism. Dipandang menyembah satu Allah yang sama dengan

Allah Bapa dalam Alkitab, dengan demikian tradisi yang dilakukan leluhur Cina dapat

diterima dan tetap dilanjutkan dalam kekristenan.

Kepercayaan Cina purba saat dilaksanakannya ritual Temple of Heaven itu

dikenal sebagai Ruism (Ru Jiao) yang sudah dikenali sejak sekitar 4000 tahun

sebelum Masehi. Yang kemudian di sempurnakan oleh ‘Nabi’ Kongzi menjadi

Konghucu. Bila ditarik garis merahnya akan tampak bahwa tidak adanya patung

sembahan di Temple of Heaven adalah karena memang ajaran Ruism dan Konghucu

tidak menggunakan patung dewa-dewa, hanya menggunakan papan arwah saja.

Tetapi umunya rumah-rumah ibadah Tridarma digunakan secara bersama

antara umat Konghucu, umat Tao dan umat Budha. Sehingga di altarnya ditempatkan

juga patung-patung dewa-dewa lainnya dengan susunan letak yang tertentu, untuk

dapat digunakan beribadah bersama-sama.

15
Lit-sen Chang , “Asia's Religions: Christianity's Momentous Encounter with Paganism”
Paperback – August 1, 2000, by Lit-Sen Chang (Author).
46
Satu-satunya klenteng di Asia Tenggara yang khusus untuk peribadatan

Konghucu adalah di Klenteng Boen Bio, di jalan Kapasan, Surabaya.

Klenteng Boen Bio memiliki sentuhan keunikan dibanding klenteng

lainnya. Di altar tempat peribadatan khusus umat Konghucu ini tidak ditemukan

patung dewa (Kim Sin), melainkan hanya Sin Ci atau papan arwah. Di papan kayu

yang tersusun menyerupai tanda makam itu, tertulis 145 nama para suci, dari dewa,

nabi, dan para pengikutnya dalam tulisan China. "Simbolnya lengkap, ada Tuhan

Yang Maha Esa, Tuhan manusia, dan Tuhan alam," kata jurukunci Klenteng Boen

Bio, Jiao Seng Liem Tiong Yang.

Menurut dia, klenteng yang berusia hampir 300 tahun itu menganut

budaya China kuno dalam penyajian altar untuk ibadah. "Dulu sebelum ada patung,

pendahulu umat Konghucu hanya memakai papan arwah yang diberi nama sebagai

titik fokus sembahyang," jelasnya. Budaya leluhur tersebut hingga saat ini tetap

dilestarikan di Klenteng Boen Bio, sebagai upaya menjaga tradisi leluhur. Meski

berusia hampir 300 tahun, klenteng yang berlokasi di pusat aktivitas ekonomi

Surabaya utara, tepatnya di sisi Jalan Kapasan itu masih berdiri kokoh.

Sejak dibangun pada 1883, hanya sekali dilakukan renovasi pada 1906,

sekaligus memundurkan lokasi klenteng dari lokasi semula, karena kepentingan

fasilitas umum. "Bagian-bagian bangunan berarsitektur China itu sama sekali tidak

mengalami perubahan, dari pilar, atap, lantai hingga bagian gedung lainnya," kata

Liem yang juga Humas Majelis Konghucu Surabaya ini.16

16
Surabaya, Kompas.Com – Selasa, 2 Februari 2016 | 14:08 Wib
47
Pengorbanan Manusia di Temple of Heaven

Tungku pembakaran pada the Circular Mount Altar; Sisa reruntuhan 2700

tahun yang lalu di kota Lou Yang; Periuk Perunggu yang ada hubungannya dengan

pengorbanan manusia; Kapak Perunggu Yuek yang digunakan dalam pengorbanan

manusia (Keterangan gambar ada di lampiran).

Tidak dapat dikatakan dengan pasti, tetapi sejarah, referensi-referensi dan

struktur-struktur yang ada di Temple of Heaven menunjukkan bahwa pengorbanan

manusia telah dilakukan di situ.

Latar belakang Temple of Heaven.

Dengan luas sekitar 2.700.000 meter persegi, Temple of Heaven 4 kali

lebih besar dari Kota Terlarang, tetapi lebih kecil dari Istana Musim Panas. Ada tiga

struktur utama dalam Temple of Heaven, yaitu the Circular Mound Alter, the Imperial

Vault of Heaven dan the Hall of Prayers for Good Harvest.

Terletak di bagian utara the Circular Mound Altar, the Imperial Vault of

Heaven dalah tempat di mana diletakkan plakat tempat roh Kaisar Surgawi serta

plakat-plakat dari delapan generasi leluhurnya. Sejalan dengan kebangkitan

Konfusianism selama dinasti Ming, upacara panen suci dikombinasikan dengan

ibadah kaisar kepada nenek moyangnya. Sebagai perluasan dari Hall of Prayer for

Good Panen, di bagian Timur dan Barat digunakan untuk menyimpan plakat dari

matahari, bulan, bintang-bintang dan waktu serta angin, hujan, gemuruh dan awan.

Ketika upacara kurban bagi Surga diadakan, plakat-plakat ini dibawa ke Imperial

Vault of Heaven untuk didoakan. Kaisar bertindak sebagai imam besar yang

melakukan ritual sakral.

The Circular Mound Alter terdiri dari dua daerah, daerah melingkar bagian

dalam dikelilingi oleh dinding luar persegi. Ada beberapa struktur kecil di daerah
48
persegi bagian luar. Salah satu dari struktur-struktur ini adalah oven ubin hijau yang

bulat. Oven ini rupanya digunakan untuk "pengorbanan manusia".

Di samping oven yang tampaknya tidak berdosa ini ada suatu lubang yang

disebut "Lubang Rambut dan Darah". Jadi selayang pandang pada sejarah,

pengorbanan manusia di Cina telah dimulai sejak Dinasti Shang.

Jejak Pengorbanan Manusia Dinasti ke Dinasti.

Dinasti Shang - 1766 SM - 1122 SM Juga dikenal sebagai Dinasti Yin

memerintah sebagian besar dari wilayah Cina, hanya selama kurang dari 650 tahun

antara 1766 SM -1122 SM. Selama periode ini Cina adalah masyarakat budak di mana

budak, non budak, hewan-hewan dan apa saja yang hidup (dan mati) menggoda untuk

dikorbankan.

Berikut adalah beberapa contoh pengorbanan manusia selama Dinasti

Shang. Sisa-sisa pengorbanan manusia dan hewan ditemukan di kota Lou Yang yang

bertanggal mundur 2.700 tahun yang lalu. Penggalian para peneliti atas sebuah

kompleks kuil istana Dinasti Shang berumur 3.300 tahun di kota kuno Huanbei.

Kompleks telah dilucuti barang-barangnya yang baik kemudian dibakar habis sampai

ke tanah setelah digunakan selama 50 tahun. Sejumlah besar pengorbanan-

pengorbanan manusia telah ditemukan di kompleks tersebut.

Cara Shang mengorbankan manusia di maa awal mungkin cukup

sederhana, tapi mereka tidak lambat mengembangkannya ketingkat canggih. Mereka

mengembangkan kapak yang dikeraskan yang disebut Yueh yang awalnya digunakan

sebagai senjata kemudian menjadi senjata seremonial yang digunakan untuk membuat

pengorbanan manusia keluar dari penderitaan mereka. Mengorbankan pemuda dan

wanita untuk dewa-dewa sungai (menenggelamkan mereka) dan mengubur budak-


49
budak secara hidup-hudup ketika pemiliknya meninggal merupakan mode selama

Dinasti Shang dan Zhou.

Dinasti Zhou - 1046 SM - 256 SM. Tidak mau dikalahkan oleh Dinasti

Shang, Dinasti Zhou mengembangkan baik pengorbanan hewan maupun manusia

untuk para leluhur atau para dewa mereka sebagai bagian rutin dari budaya Cina.

Pengorbanan yang dikatakan sering dibuat untuk memberkati rumah-rumah pada

waktu itu. Para sejarawan menganggap Dinasti Zhou lebih manusiawi dari Dinasti

Shang karena pengorbanan manusia menjadi "semakin berkurang". Meskipun

demikian, tetap dapat dikatakan pengorbanan manusia dipraktekkan diseluruh Dinasti

Zhou.

Dinasti Qin - 221 SM untuk 206 SM. Tidak ada upaya untuk memecahkan

preseden buruk, Kaisar pertama memiliki makamnya dengan tubuh para pekerja dan

para tentara yang dikorbankan dan tentara. Makam lainnya, terutama Makam

Fengyang dari Dinasti Qin, juga ditemukan dengan pengorbanan manusia di mana

korban dikubur hidup-hidup.17

Dinasti Han - 206 SM- 25 M. Artefak seperti bejana perunggu ini

menunjukkan bahwa pengorbanan manusia masih dipraktekkan secara luas. Dinasti

Ming - 1368-1644. Pengorbanan manusia dianggap kuno untuk sementara waktu oleh

Kaisar Hong Wu di 1395. Putranya meninggal sehingga untuk menyertainya

disertakanlah selir-selir pangeran yang dikorbankan. Dalam tahun 1464 Kaisar

Zhengtong melarang praktek pengorbanan manusia. Dinasti Qing atau Manchu - 1644

17
http://chinatravelgo.com/were-human-sacrifices-made-at-the-temple-of-heaven-in-
beijing/
50
- 1912. Pengorbanan manusia bangkit menjadi marak, kemudian dilarang kembali

oleh Emporer Kangxi di tahun 1464.18

Kesimpulan dari Pengorbanan Manusia dan Temple of Heaven.

Menariknya Temple of Heaven selesai dibangun pada 1420 setelah

tertinggal 44 tahun selama Dinasti Qing karena digunakan untuk pengorbanan

manusia. Kembali pada tungku pembakaran berubin hijau dan lubang untuk darah dan

rambut. Saya tidak bisa menemukan hubungan langsung antara pengorbanan manusia

dan Temple of Heaven tapi ada satu referensi yang sangat memberatkan yang muncul

di begitu banyak literatur pariwisata.

Bahwa di sudut bagian tenggara, carang-carang pinus dan cemara dibakar

di tungku pembakaran berubin hijau untuk menyambut para dewa dari surga. Untuk

memberi ucapan selamat jalan kepada para dewa, pengorbanan manusia dibakar

dalam tungku tersebut. Di samping tungku adalah lubang khusus yang disebut Lubang

untuk Rambut dan Darah karena rambut dan darah para korban ritual dimakamkan di

situ.

Karena terdaftar dalam warisan budaya situs dunia UNESCO, tentunya

suatu atraksi wisata yang berhubungan dengan pengorbanan manusia bukanlah humas

yang terbaik dan akan sangat tidak menguntungkan. Jadi jangan berharap

pengorbanan manusia menjadi sangat diiklankan dan dipromosikan.19

Kaisar Kuning dan Alkimia

Alkimia adalah ilmu yang digunakan pada Abad Pertengahan dengan

tujuan mengubah logam biasa menjadi emas. Alkimia merupakan suatu kekuatan atau

18
https://www.travelchinaguide.com/attraction/beijing/heaven/faqs.htm

19
Source: Merriam-Webster's Learner's Dictionary
51
proses yang mengubah atau mentransformasikan sesuatu dengan cara-cara yang

misterius atau mengherankan.

Kaisar Kuning Leluhur Peradaban Cina.

Menurut legenda Cina, Kaisar Kuning (SM 2698 - SM 2598) memimpin

peradaban Cina dari barbarisme ke peradaban. Orang-orang Cina menganggap dia

sebagai leluhur peradaban Cina. Ada banyak legenda tentang bagaimana Kaisar

Kuning mengejar Tao.

Kaisar Kuning praktisi ‘pencerahan yang sempurna’

Sejarawan Sima Qian dalam bukunya "Catatan-catatan Sejarah" (Historical

Records) menulis bahwa Kaisar Kuning menerima sebuah ‘kuali yang berharga’ dan

‘bimbingan ilahi’ dan menganggap Kaisar Kuning sebagai praktisi ‘pencerahan yang

sempurna’.

Menurut legenda, setelah berhasil mencapai pencerahan, ia memerintah

negara sementara juga berlatih alkimia dan meditasi. Pada 2598 SM, Kaisar Kuning

menjatuhkan sebuah tripod besar di kaki Gunung Bridge. Begitu tripod itu dijatuhkan,

Langit dibuka, dan Naga Kuning turun dari Langit untuk menyambutnya. Pada saat

itu, Kaisar Kuning menunggangi Naga Kuning bersama-sama dengan lebih dari tujuh

puluh orang pejabat - mereka naik ke Langit di siang hari bolong, berhasil mencapai

pencerahan.

Sepuluh ribu orang menyaksikan secara pribadi adegan suci yang

spektakuler ini. Para pejabat yang tidak terbawa bersama dengan Kaisar Kuning,

dengan rasa syukur yang mendalam, menguburkan pakaian Kaisar Kuning di Gunung
52
Bridge. Itulah yang dimakamkan di Monumen Kaisar Kuning di Huangling County,

Provinsi Shaanxi sampai hari ini.20

Menurut legenda yang diturunkan dari generasi ke generasi dan orang-

orang China yakini bahwa di akhir kehidupan yang sukses, orang akan naik ke Surga.

Dengan demikian, mereka meyakini bahwa nenek moyang mereka juga telah kembali

ke Surga dan telah dirawat dengan baik. Itulah sebabnya mengapa orang Cina

menyembah nenek moyang mereka di acara-acara khusus atau perayaan-perayaan dan

dalam beberapa kasus mereka membangun kuil leluhur untuk beribadah bersama-

sama. "Ibadah penghormatan" kepada nenek moyang menjadi fitur utama dari budaya

Cina.

Praktek Alkhemi Kaisar Kuning.

Ada berlimpah legenda tentang obat mujarab kehidupan yang mistis:

misalnya Kaisar Kuning seharusnya telah terangkat ke Langit untuk mengalami

Immortal (Hsien) setelah meminum ramuan obat mujarab ilahi. Dipercaya bahwa

emas dan cinnabar dapat memasuki sistimperedaran darah dan pernafasan, sehingga

mengarah pada keabadian.

Ko Hung memberitahu kita bahwa dengan mengambil cinnabar yang telah

dimurnikan, kita akan menyebabkan seekor burung phoenix merah terang melayang-

layang di atas kita.

Mitos dan simbolisme, mimpi dan penglihatan saling bertautan dalam

alkimia Cina, sama seperti yang mereka lakukan dalam tradisi Barat, untuk

menciptakan membuat visi yang hidup dan segar tentang manusia dan alam.

20
The Yellow Emperor, Ancestor of Chinese Civilization By David Wu, Epoch Time |
Last Updated: October 1, 2015 4:25 pm
53
Di bagian ini memberikan contoh fitur teknis dari teks-teks Taiqing yang

awal, yang memberikan rincian tentang perlakuan awal atas bahan bahan-bahan,

persiapan wadah, proses pemanasan, dan cara mendapatkan obat mujarab. Meskipun

tidak adanya pernyataan eksplisit pada prinsip-prinsip pekerjaan alkimia, aspek

doktrinal alkimia Taiqing diilustrasikan lewat metode dari Mud of the Six-and-One,

yang mewakili tujuh tahapan proses kosmogonik, dan the Mysterious and Yellow,

suatu senyawa yang merupakan simbolik dari menyatunya Langit dan Bumi.21

Kesimpulan

Sebagai leluhur peradaban Cina, praktek alkhemi Kaisar Kuning

menunjukkan usaha keras peradaban Cina untuk terus hidup dan mengalahkan

kematian. Sekalipun mereka meyakini bahwa di akhir kehidupan yang sukses, orang

akan naik ke Surga, tidak ada sama sekali pengertian yang jelas dan tegas mengenai

kehidupan sesudah kematian. Peradaban Cina dengan segala cara, baik lewat

usahanya di dunia ini maupun lewat hubungannya dengan para dewa-dewi, berusaha

untuk dapat terus hidup dengan baik di dunia ini selamanya. Segalanya dicurahkan

hanya untuk tujuan hidup di dunia ini saja. Ini adalah dasar filosofi kepercayaan

dalam peradaban Cina.

Catatan : Cinnabar adalah mineral berwarna merah cerah yang terdiri dari

sulfida merkuri. Ini adalah satu-satunya bijih mercury yang penting dan kadang-

kadang digunakan sebagai pigmen. Alergi terhadap pigmen tato jarang terjadi, namun

reaksi terhadap cinnabar, pigmen yang merah, adalah yang paling umum.

21
Diana Fernando, The Dictionary of Alchemy: History, People (Definitions Paperback –
March 1, 2003), 26.
54
Tinjauan Teologis Perayaan Imlek Dari 1 Korintus 8,9,10,11.

Israel contoh yang buruk.

1 Korintus 10:1-5 Israel ketika keluar dari Mesir : diberkati, begitu

banyak pengalaman rohani; tetapi akhirnya didiskualifikasi.

Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita

semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi

laut.Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan

dalam laut. Mereka semua makan makanan rohani yang sama dan mereka semua

minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani

yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus. Tetapi sungguhpun

demikian Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka, karena

mereka ditewaskan di padang gurun.

Selain itu, saudara-saudara (King James Version): 1 Korintus 10

membawa pada subjek yang sudah diperkenalkan dalam 1 Korintus 8, dan terus

berlanjut dalam pasal 9: apa yang harus orang Kristen di Korintus pikirkan dan

lakukan dalam hal daging yang telah dipersembahkan kepada berhala?

Dalam 1 Korintus 8, Paulus mengajukan dua prinsip. Pertama, berhala

bukan apa-apa, dan itu baik-baik saja bagi orang Kristen di Korintus yang telah

mengerti untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan ini, dalam hal untuk diri mereka

sendiri. Kedua, bahwa sebagai orang Kristen, kasih lebih penting bagi kita daripada

pengetahuan. Jadi meskipun mungkin saya "tahu" makan daging persembahan berhala

adalah tidak masalah untuk diriku sendiri, jika hal itu menyebabkan saudara saya

tersandung, saya tidak akan melakukannya, karena itu bukanlah perbuatan kasih.

Dalam 1 Korintus 9, Paulus menunjukkan betapa pentingnya bagi seorang

Kristen untuk menyerahkan "hak". Sama seperti Paulus menyerah "hak" untuk
55
menerima dukungan karena pemberitaan Injil yang dilakukannya, demikian pula

beberapa orang Kristen di Korintus kadang-kadang juga harus menyerah "hak"

mereka untuk makan daging persembahan berhala, berdasarkan pada prinsip kasih

terhadap seorang saudara yang lebih lemah. Pada akhir bab 9, Paulus menunjukkan

bagaimana seorang Kristen harus bersedia untuk melepaskan beberapa hal - bahkan

hal-hal yang "baik" - demi memenangkan perlombaan yang Allah telah tetapkan

dihadapan kita, atau kita akan didiskualifikasi (1 Kor. 9 : 27) dalam kompetisi yang

Allah telah tetapkan dihadapan kita.

Aku tidak ingin kamu tidak sadar bahwa semua nenek moyang kita: Paulus

telah menulis tentang perlunya untuk menyelesaikan apa yang telah ditetapkan Allah

dihadapan kita, dan betapa berbahayanya bila tidak bersedia untuk melepaskan

sesuatu yang didapat di tengah jalan menuju garis finish. Sekarang, ia akan

menggunakan pengalaman Israel ketika keluar dari Mesir untuk menggambarkan

prinsip ini.

Pikirkan semua berkat-berkat yang telah diterima Israel ketika keluar dari

Mesir! Nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan : Awan

shekinah glory membayangi Israel sepanjang perjalanan mereka dari Mesir ke Tanah

Perjanjian. Pada siang hari, awan melindungi mereka dari matahari padang pasir yang

brutal, dan pada malam hari, menyala sebagai tiang api. Semua itu sebagai pengingat

yang terus menerus akan kemuliaan dan kehadiran Allah. (Kel. 13: 21-22)

Mereka semua telah melintasi laut, semua telah dibaptis kedalam Musa

(King James Version): Semua orang Israel melalui Laut Merah dan melihat kekuatan

Allah yang luar biasa dalam menahan dinding laut sehingga orang Israel bisa

menyeberang di tanah yang kering, dan kemudian pekerjaan Allahlah yang

mengembalikan air itu dan menenggelamkan tentara Mesir (Kel. 14: 21-31). Bukan
56
hanya suatu demonstrasi kasih dan kuasa Allah yang menakjubkan, tetapi juga

gambaran dari baptisan - dengan "melewati air," semua Israel diidentifikasi dengan

Musa, bahkan dengan "melewati air" juga seorang Kristen diidentifikasi dengan

Yesus Kristus (Rom. 6: 3-4).

Mereka semua makan makanan rohani yang sama dan mereka semua

minum minuman rohani yang sama. Semua orang Israel terpelihara lewat penyediaan

makanan dan minuman secara ajaib oleh Allah selama waktu mereka di padang gurun

(Kel. 16:35 dan 17:6). Ini pertunjukan yang luar biasa dari kasih dan kuasa Allah bagi

orang Israel, dan suatu bayangan dari makanan dan minuman rohani yang kita terima

dari meja Tuhan (1 Kor. 11: 23-26).

Israel bahkan menerima versi kuno dari dua sakramen Kristen yang kita

terima sampai hari ini: pembaptisan dan perjamuan Tuhan. Kata sakramen digunakan

untuk sumpah setia tentara legiun Romawi kepada kaisar mereka. Orang-orang

Kristen awal menganggap perjamuan Tuhan dan pembaptisan sebagai "sumpah setia"

kepada Yesus Kristus.

Sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan

batu karang itu ialah Kristus. Israel bahkan memiliki kehadiran Yesus Kristus dengan

mereka di padang gurun! Di sini, dalam mengidentifikasi batu karang yang mengikuti

mereka, Paulus mengikuti tradisi Rabbinical yang mengatakan orang Israel dipasok

dengan air dari batu karang yang sama selama melalui padang gurun, batu karang

yang mengikuti mereka. Beberapa sarjana Alkitab saat ini memperdebatkan apakah

batu karangnya yang mengikuti orang Israel, ataukah airnya yang mengikuti orang

Israel (seperti suatu aliran sungai). Intinya adalah sama: Yesus Kristus hadir bersama

dengan orang Israel di padang gurun, menyediakan kebutuhan mereka secara ajaib.

Suatu berkat, suatu hak istimewa!


57
Tetapi sungguhpun demikian Allah tidak berkenan kepada bagian yang

terbesar dari: Meskipun ada semua berkat-berkat ini dan hak istimewa rohani, orang

Israel di padang gurun tidak menyenangkan Allah. Bila ada rasa syukur, atas semua

berkat-berkat itu, mereka seharusnya lebih menyenangkan Allah, tapi mereka tidak

demikian.

Kebanyakan dari mereka dengan tajam menghinakan. Hanya dua orang

dari generasi dewasa yang meninggalkan Mesir masuk ke Tanah Perjanjian (Yosua

dan Kaleb). Betapa banyaknya! Mereka ditewaskan di padang gurun: Ketidak-

senangan Allah atas orang Israel adalah jelas karena mereka tidak pernah masuk ke

Tanah Perjanjian, tetapi sebagai gantinya meninggal di padang gurun. Sekalipun ada

semua berkat-berkat dan pengalaman-pengalaman rohani, mereka tidak pernah masuk

ke dalam apa yang benar-benar Allah sediakan bagi mereka.

Maksud Paulus menohok dengan keras: orang Kristen di Korintus yang

mungkin mengambil semua kebebasan (seperti berpesta di kuil-kuil pagan, menjadi

sandungan bagi saudara-saudara mereka), berpikir bahwa mereka "aman" oleh karena

berkat-berkat masa lalu mereka dan pengalaman-pengalaman rohani (terutama

pembaptisan dan perjamuan Tuhan). Jadi, Paulus memperingatkan mereka untuk

berhati-hati, karena sama seperti orang Israel diberkati dan memiliki pengalaman-

pengalaman rohani, mereka tetap dibinasakan - dan beberapa orang Kristen di

Korintus mungkin akan begitu juga!

"Tampaknya seolah-olah orang Korintus telah mengira bahwa mereka

yang telah mengambil bagian dalam tata cara Injil, seperti pembaptisan dan

perjamuan Tuhan, itu akan mengamankan keselamatan mereka, meskipun, mereka

mungkin kedapatan mengambil bagian dalam perayaan penyembahan berhala;


58
setidaknya, selama mereka menganggap suatu berhala bukanlah apa-apa di dunia ini."

(Clarke)

Menghindari contoh buruk Israel. 1 Korintus 10:6-10

Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita,

supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka

perbuat, dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti

beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: "Maka duduklah bangsa itu untuk

makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria." Janganlah kita

melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka,

sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang. Dan janganlah kita

mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga

mereka mati dipagut ular. Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan

oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.

Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita : Kita bisa, dan harus,

belajar dari kegagalan orang Israel di padang gurun. Bagaimanakah kegagalan orang

Israel ?

Mereka gagal dalam hal tidak bisa berkata "tidak" pada keinginan mereka,

dan jadi kita janganlah menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka

perbuat. Orang Kristen di Korintus yang bersikeras untuk makan daging persembahan

berhala meskipun dengan itu mereka memimpin orang-orang Kristen lainnya ke

dalam dosa, hanya karena tidak bisa berkata "tidak". Mereka berkata, "daging itu

begitu baik!" atau "itu suatu kesempatan!" tetapi mereka tidak bisa berkata "tidak",

yang keluar dari hati yang mengasihi Allah dan mengasihi saudaranya.

Dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama

seperti beberapa orang dari mereka : orang Israel gagal untuk menjaga fokus mereka
59
pada Allah, dan mereka mulai memberikan diri mereka kepada penyembahan berhala

(seperti dalam Kel. 32:1-6 dan Bil. 25:1-3). Beberapa orang Kristen di Korintus bukan

hanya menjadi terlalu dekat dalam hubungan mereka dengan berhala, mereka juga

membuat suatu berhala hasil dari "pengetahuan" mereka sendiri dan "hak"mereka

sendiri.

Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh

beberapa orang dari mereka : orang Israel, dalam penyembahan berhala mereka,

menyerah kepada godaan percabulan. Bangkit untuk bermain (dikutip dari Keluaran

32:6) adalah suatu cara yang halus untuk merujuk ke peringkat amoralitas di antara

orang Israel. Kita tahu orang Kristen di Korintus mengalami masalah dengan

percabulan (1 Kor. 6:18-20), dan konteksnya di sini menunjukkan bahwa itu

terhubung dengan keinginannya yang egois untuk menyenangkan diri mereka sendiri,

dinyatakan dalam sikap bersikeras pada "hak" untuk makan daging dikorbankan yang

dipersembahkan untuk berhala.

Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa

orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular; dan janganlah bersungut-

sungut : Bilangan 21: 4-9 menggambarkan insiden di mana, dalam menanggapi

keluhan orang-orang, Tuhan mengirim ular-ular tedung (fiery serpents) diantara

mereka. Sekali lagi, hati mereka mengeluh menunjukkan bahwa mereka menjadi

terfokus diri sendiri dan lebih peduli dengan keinginan mereka sendiri daripada

kemuliaan Allah. Masalah yang sama menyebabkan masalah dengan orang Kristen di

Korintus yang tidak mau melepaskan ‘hak’ mereka untuk makan daging persembahan

berhala demi saudara yang lain .

Karena peringatan dalam 1 Korintus 10:1-5, tampaknya orang Kristen di

Korintus percaya bahwa mereka "aman" dari bahaya dihancurkan (seperti orang Israel
60
dihancurkan) oleh karena pengalaman-pengalaman rohani atau pencapaian-

pencapaian mereka dimasa lalu. Tapi peringatan Paulus teguh: "Jika itu terjadi pada

orang Israel, hal itu bisa terjadi juga pada anda. Waspadalah."

Orang Kristen di Korintus tampaknya mengacuhkan masalah makan

daging persembahan berhala dan dengan demikian menganggap tersandungnya

saudara mereka sebagai masalah "kecil". Paul ingin agar mereka, dan kita juga,

mengetahui: hal seperti itu mencerminkan keegoisan, hati yang berfokus pada diri

sendiri, yang merupakan type hati orang yang Allah hancurkan di antara orang Israel

di padang gurun. Ini mungkin kelihatannya gejala yang relatif kecil, tapi itu

merupakan gejala dari penyakit yang besar dan berbahaya.

Ringkasan Pelajaran Dari Sejarah Orang Israel: Berdirilah Kuat Terhadap


Godaan. 1 Korintus 10:11-13

Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi

peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba. Sebab itu

siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!

Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak

melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan

membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan

memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.

Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk

menjadi peringatan bagi kita: Karena kita adalah orang-orang yang hidup pada waktu,

di mana zaman akhir telah tiba, kita bisa dan harus menerima peringatan dari contoh

buruk orang Israel ini. Kami memiliki tanggung jawab yang lebih besar karena kita

bisa belajar dari kesalahan-kesalahan orang Israel.


61
Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah

supaya ia jangan jatuh: Bagi orang Kristen di Korintus untuk menahan godaan untuk

menjadi egois dan terfokus diri sendiri, mereka harus memahami terlebih dahulu

bahwa mereka rentan. Orang yang berpikir dia berdiri, bahkan tidak akan waspada

terhadap godaan, sehingga dia bisa dengan mudah jatuh.

Pencobaan bekerja seperti batu-batu di pelabuhan; saat air laut surut,

semua orang bisa melihat bahaya dan menghindarinya. Tapi strategi Setan dalam

pencobaan adalah menaikkan air pasang, untuk menutupi bahaya pencobaan.

Kemudian dia senang mencelakakan anda pada batu-batu yang tidak terlihat di bawah

air.

"Orang kudus tertinggi di bawah langit dapat bertahan lebih lama dari

orang yang bergantung pada Allah dan terus bertekun dalam ketaatan iman. Orang

yang berhenti melakukannya akan jatuh ke dalam dosa, dan mendapatkan suatu

pemahaman yang gelap dan suatu hati yang mengeras." (Clarke)

Tidak ada pencobaan yang dapat mengalahkan anda kecuali seperti yang

umum bagi manusia: Kita sering ingin memaklumi keadaan tertentu yang mencobai

kita, sebagai "luar biasa" dan suatu "situasi khusus." Tapi Tuhan mengingatkan kita

bahwa pencobaan kita tidak "luar biasa" - banyak pria dan wanitanya Allah telah

menghadapi pencobaan yang sama atau serupa, dan telah menemukan kekuatan di

dalam Allah untuk mengatasi pencobaan.

Sebab Allah setia, dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai

melampaui kekuatanmu : Allah telah berjanji untuk mengawasi semua pencobaan

yang datang pada kita melalui keduniawian, kedagingan atau setan. Dia berjanji untuk

membatasinya sesuai dengan kemampuan kita untuk menanggungnya - sesuai dengan


62
kemampuan kita karena kita bergantung pada-Nya, tidak bergantung pada diri kita

sendiri.

With the temptation will also make the way of escape: God has promised

to not only limit our temptation, but also to provide a way of escape in tempting

times. He will never force us to use the way of escape, but he will make the way of

escape. It's up to us to take God's way of escape. Dengan godaan juga akan membuat

jalan keluar: Allah telah berjanji untuk tidak hanya membatasi pencobaan kita, tetapi

juga untuk memberikan jalan keluar di saat menggoda. Dia tidak akan pernah

memaksa kita untuk menggunakan jalan keluar, tapi ia akan membuat jalan ke luar.

Terserah kita untuk mengambil jalan Allah melarikan diri.

Jalan melarikan diri tidak membawa kita ke tempat di mana kita bisa

melarikan diri dari semua pencobaan (yang begitu hanya di surga saja); jalan

melarikan diri membawa kita ke tempat di mana kita dapat menanggungnya.

Masalah makan daging persembahan berhala: bagaimana tentang makan di


sebuah kuil pagan?

Prinsipnya menyatakan: melarikan diri dari penyembahan berhala 1

Korintus 10:14 Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan

berhala!

Pertama, karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala!

Dalam bahasa aslinya, ada sebuah artikel sebelum kata penyembahan berhala, yang

secara harfiah mengatakan penyembahan berhala. Paulus secara khusus mengacu

penyembahan berhala di kuil-kuil pagan.

Kedua, meskipun orang-orang Kristen di Korintus mempunyai kebebasan untuk

membeli daging di toko daging kuil pagan dan memasaknya di rumah mereka sendiri,

mereka harus melarikan diri dari penyembahan berhala dalam hal di kuil pagan.
63
Menggunakan contoh Israel, dan tergelincirnya mereka ke dalam penyembahan

berhala, Paulus mengatakan kepada orang-orang Kristen di Korintus untuk tidak

berpartisipasi dalam makan malam yang disajikan di kuil pagan.

Alasan mengapa: apa yang terjadi di kuil pagan bukanlah tidak berdosa

seperti kelihatannya. 1Korintus 10:15-22

Aku berbicara kepadamu sebagai orang-orang yang bijaksana. Pertimbangkanlah

sendiri apa yang aku katakan! Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya

kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang

kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus? Karena roti adalah

satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat

bagian dalam roti yang satu itu. Perhatikanlah bangsa Israel menurut daging:

bukankah mereka yang makan apa yang dipersembahkan mendapat bagian dalam

pelayanan mezbah? Apakah yang kumaksudkan dengan perkataan itu? Bahwa

persembahan berhala adalah sesuatu? Atau bahwa berhala adalah sesuatu? Bukan!

Apa yang kumaksudkan ialah, bahwa persembahan mereka adalah persembahan

kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah. Dan aku tidak mau, bahwa kamu bersekutu

dengan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari

cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan

juga dalam perjamuan roh-roh jahat. Atau maukah kita membangkitkan cemburu

Tuhan? Apakah kita lebih kuat dari pada Dia?

Aku berbicara kepadamu sebagai orang-orang yang bijaksana : karena

orang Kristen di Korintus cenderung membanggakan diri pada "hikmat" mereka,

Paulus menantang mereka - jika mereka benar-benar bijaksana - mempertimbangkan

baik-baik apa yang dia katakan di sini.


64
Cawan berkat (King James Version). Tidakkah mereka yang makan dari

korban persembahan mendapat bagian dari mezbah? Apa yang dimaksud Paulus

mungkin tidak tampak jelas bagi kita, tapi itu jelas sekali bagi seseorang di budaya

kuno. Sama seperti perjamuan Tuhan yang dilakukan orang Kristen berbicara tentang

persatuan dan persekutuan dengan Yesus, demikian jugalah perjamuan pagan,

dipersembahkan dalam rangka menghormati berhala-berhala, berbicara tentang

persatuan dengan roh-roh jahat, yang mengambil keuntungan dari penyembahan yang

salah arah. Makan di sebuah perjamuan kuil pagan adalah untuk persekutuan di altar

berhala-berhala. Kata ‘mendapat bagian’ adalah kata yang sama (koinonia) untuk

‘persekutuan’ dalam 1 Korintus 10:16 dan ‘bersekutu’ dalam 1 Korintus 10:20. Dalam

pemikiran dunia kuno, untuk makan semeja dengan seseorang berarti menunjukkan

persahabatan dan persekutuan dengan orang itu. Karena Anda makan dari satu roti

yang sama, membuat Anda satu tubuh, karena kalian berbagi makanan yang sama di

meja yang sama. Jadi untuk makan di meja restoran kuil pagan itu bukanlah tidak

berdosa seperti kelihatannya.

Cawan berkat (KJV) adalah cawan terakhir yang disajikan dalam upacara

Passover; ini adalah cawan yang Yesus berkati pada Perjamuan Terakhir, dan yang

ditafsirkan sebagai "perjanjian baru di dalam darah-Ku." Ketika orang Kristen mula-

mula mengambil persekutuan, mereka sadar akan hubungannya dengan Passover dan

dengan Perjamuan Terakhir Yesus dengan murid-murid-Nya .

Apakah yang kumaksudkan dengan perkataan itu? Bahwa persembahan

berhala adalah sesuatu? Atau bahwa berhala adalah sesuatu? Mereka mengorbankan

kepada roh-roh jahat: Paulus telah mengakui bahwa tidak ada berhala di dunia ini (1

Kor. 8: 4). Apakah ia sedang mengatakan bahwa berhala-berhala sebenarnya roh-roh

jahat? Tidak. Tapi dia sedang mengatakan bahwa roh-roh jahat mengambil
65
keuntungan dari penyembahan berhala untuk menipu dan memperbudak orang. Tanpa

sadar, para penyembah berhala memuliakan roh-roh jahat dalam pengorbanan mereka.

Ketika Paulus berbicara tentang meja Tuhan, ia menggunakan istilah yang

sama untuk membandingkan dengan ‘meja-meja’ yang digunakan untuk makanan

berhala-berhala pagan. Undangan kuno untuk jamuan yang demikian tertulis:

"Chairemon mengundang Anda untuk satu jamuan di meja ‘yang mulia’ Serapis di

kuil Serapis, besok tanggal lima belas dari pukul sembilan sampai selesainya." Jika itu

berarti suatu perjamuan di meja ‘yang mulia’, maka itu berarti suatu perjamuan di

meja roh-roh jahat.

Mungkin ada dua pokok pikiran orang Korintus yang ingin dijawab oleh

Paulus: Orang Kristen di Korintus berpikir, "Karena berhala itu sebenarnya tidak ada,

maka tidak ada masalah apa yang kita makan, dan tidak ada masalah di mana kita

memakannya." Jawaban Paulus menyetujui bahwa berhala itu sebenarnya tidak ada (1

Kor. 8: 4), tapi sekarang ia menjelaskan bahwa roh-roh jahat mengambil keuntungan

atas ibadah yang ceroboh dan mementingkan diri sendiri ini. Orang Kristen di

Korintus berpikir, "Selama kita berpartisipasi dalam perjamuan Tuhan, kita aman di

dalam Dia." Paulus menjawab bahwa mereka menghinakan perjamuan Tuhan ketika

mereka bersekutu dengan berhala-berhala.

Persekutuan dengan roh-roh jahat yang tanpa disadari oleh beberapa orang

Kristen di Korintus, melalui berpartisipasi dalam jamuan-jamuan makan malam di

kuil-kuil pagan, akan memprovokasi Tuhan untuk cemburu. Dialah yang berhak atas

semua penyembahan kita, dan berhak untuk tersinggung, jika kita memberikan

persekutuan kita kepada roh-roh jahat.

Tidak ada masalah apakah orang Kristen di Korintus tidak serius

menyembah roh-roh jahat di pesta-pesta kafir di kuil-kuil pagan. Jika seseorang


66
meletakkan tangannya ke dalam api, tidak ada masalah apakah ia serius berniat untuk

membakar dirinya sendiri atau tidak, ia tetap saja terbakar.

Jika seorang pria berkencan dengan seorang wanita, dan hubungan mereka

serius, apa yang akan terjadi jika pria itu berkencan secara yang sama juga dengan

wanita lain? Apa yang akan dipikir oleh wanita yang pertama tadi? Pria itu tidak bisa

hanya sekedar mengatakan, "Yah, aku masih memberikan perhatian kepadamu!"

Apakah kita lebih kuat dari pada Dia? Orang Kristen di Korintus

mengklaim hak untuk makan di kuil-kuil pagan karena mereka adalah orang-orang

Kristen yang kuat, tapi apakah mereka lebih kuat dari Allah?

Kembali Kepada Masalah Makan Daging yang Dipersembahan kepada Berhala:


Bagaimana Bila Makan Daging yang Sama Tadi Di Tempat Lain?

Sebuah prinsip yang perlu dibangun: jangan hanya menghindari apa yang berbahaya,

tapi kejarlah apa yang baik. 1Korintus 10:23-24

"Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna.


"Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu
membangun. Jangan seorangpun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi
hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain.

Segala sesuatu diperbolehkan, tetapi bukan segala sesuatu berguna : orang

Kristen Korintus berfokus pada "hak" dan "pengetahuan" mereka sendiri. Hanya

bertanya satu pertanyaan: "Apa bahayanya bagi saya?" Jangan hanya bertanya seperti

itu saja, mereka perlu juga untuk juga bertanya, "Apa kebaikannya bagi saya?"

Hanya karena sesuatu itu diperbolehkan, tidak berarti itu bermanfaat.

Jemaat Korintus tidak mencari hal-hal bermanfaat, atau hal-hal yang akan

meneguhkan. Pada dasarnya, bukannya ingin maju dengan Yesus sebanyak yang

mereka bisa, mereka hanya ingin tahu berapa banyak yang boleh mereka lakukan dan

masih menjadi orang Kristen. Itu pendekatan yang salah!


67
Jangan seorangpun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah

tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain : ketika orang Kristen di Korintus

bertanya "Apa bahayanya bagi saya," mereka tidak mempertimbangkan bagaimana

tindakan mereka merugikan orang lain.

Hanya karena sesuatu itu aman bagi saya, tidak berarti saya harus

melakukannya. ‘Hak’ saya atau apa yang saya tahu boleh untuk diriku sendiri,

bukanlah standar untuk saya menilai perilaku saya. Saya harus mempertimbangkan

apa hal yang penuh kasih untuk dilakukan terhadap saudara-saudara saya di dalam

Yesus.

Pedoman praktis. 1Korintus 10:25-30

Kamu boleh makan segala sesuatu yang dijual di pasar daging, tanpa mengadakan

pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani. Karena: "bumi serta segala

isinya adalah milik Tuhan." Kalau kamu diundang makan oleh seorang yang tidak

percaya, dan undangan itu kamu terima, makanlah apa saja yang dihidangkan

kepadamu, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani.

Tetapi kalau seorang berkata kepadamu: "Itu persembahan berhala!" janganlah

engkau memakannya, oleh karena dia yang mengatakan hal itu kepadamu dan karena

keberatan-keberatan hati nurani. Yang aku maksudkan dengan keberatan-keberatan

bukanlah keberatan-keberata hati nuranimu sendiri, tetapi keberatan-keberatan hati

nurani orang lain itu. Mungkin ada orang yang berkata: "Mengapa kebebasanku harus

ditentukan oleh keberatan-keberatan hati nurani orang lain? Kalau aku mengucap

syukur atas apa yang aku turut memakannya, mengapa orang berkata jahat tentang

aku karena makanan, yang atasnya aku mengucap syukur?"

Kamu boleh makan segala sesuatu yang dijual di pasar daging : bagaimana

Paulus bisa mengatakan ini dalam terang apa yang dia katakan dalam 1 Korintus
68
10:20-21 (bahwa persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat,

bukan kepada Allah. Dan aku tidak mau, bahwa kamu bersekutu dengan roh-roh

jahat.... Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan juga dalam

perjamuan roh-roh jahat)? Karena daging itu sendiri pada dasarnya tidak "terinfeksi

oleh roh-roh jahat," dan dengan demikian dapat dimakan. Peringatan Paulus dalam 1

Korintus 10:15-22 berkaitan dengan suasana persekutuan dengan roh-roh jahat di kuil

pagan, yang harus dihindari, bukan makanan itu sendiri.

Daging korban itu kehilangan karakter agamanya ketika dijual bebas di

pasar daging, sehingga diizinkan untuk dimakan, walaupun mungkin telah

dpersembahkan untuk suatu berhala di suatu meja persembahan pribadi. Tanpa

mengadakan pemeriksaan atau tanpa mempertanyakannya : di toko daging, ada

daging yang dipersembahan kepada berhala-berhala, dan ada juga yang tidak. Paulus

berkata, "Asal Anda tidak mengambil bagian dalam suasana kuil pagan, daging itu

sendiri tidak ada masalah. Tidak usah bertanya, dan itu tidak akan menjadi masalah

bagi Anda. "

Hal ini diarahkan terhadap orang Kristen di Korintus yang memiliki

kesadaran akan berhala-berhala. . . dan hati nurani mereka, karena lemah, dinajiskan

(1 Kor. 8: 7). Paulus berkata, "Tidak usah bertanya!" Bagaimana jika salah satu

saudara yang hati nuraninya lemah menyanggah dengan berkata, "Tunggu sebentar!

Daging itu telah dipersembahkan kepada berhala”? Paulus menanggapi dengan

mengutip Mazmur 24: 1, bumi serta segala isinya adalah milik Tuhan. Sapi itu milik

Tuhan ketika bediri diatas kakinya, dan sapi itu milik Tuhan sekarang ketika berada

diatas panggangan! Makanan itu tidak menjadi masalah, suasana penyembahan

berhalalah yang menjadi masalah. Kutipan dari Mazmur 24:1 digunakan ketika
69
seorang Yahudi memberkati pada waktu makan. Paulus mengatakan itu berlaku untuk

makanan ini juga.

Kalau kamu diundang makan oleh seorang yang tidak percaya, makanlah

apa saja yang dihidangkan kepadamu: Jika seorang yang tidak percaya mengundang

Anda untuk makan malam, jangan berdebat tentang daging itu dengan mereka. Tidak

usah bertanya, dan itu tidak akan menjadi masalah bagi Anda. Perhatikan bahwa

Paulus tidak melarang bersosialisasi dengan non-Kristen, ia hanya melarang makan

persekutuan di kuil-kuil pagan. Tetapi kalau seorang berkata kepadamu: "Itu

persembahan berhala!" janganlah memakannya: Disini, Paulus sedang berpikir ketika

seorang Kristen diperingatkan tentang makanan oleh sang tuan rumah yang non-

Kristen, atau sang tuan rumah Kristen yang hati nuraninya sensitif. Dalam hal ini,

jelaslah bahwa orang itu berpikir adalah salah bagi orang Kristen untuk mengambil

bagian dari daging yang dipersembahkan pada berhala-berhala, jadi jangan dimakan -

demi hati nurani, bukan hati nurani Anda sendiri, tetapi hati nurani orang lain itu.

Tetapi jika aku mengambil bagian dengan mengucap syukur - yaitu, jika aku bisa

makan dengan hati nurani yang bersih, dan tidak menyinggung hati nurani orang lain -

mengapa mengapa orang berkata jahat tentang aku? Karena makanan itu sendiri

bukan masalah, makan tidak ada yang boleh menghakimi orang Kristen lain yang bisa

makan daging persembahan berhala, selama mereka itu tidak melanggar hati nurani

mereka sendiri atau hati nurani orang lain. Ini mungkin tampak bahwa Paulus tidak

konsisten, tetapi sebenarnya ia sangat konsisten, menurut satu prinsip: kebebasan

dalam batas-batas kasih.

Prinsip Penutup: Lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. 1Korintus 10:31-

33.
70
Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau

melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.

Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang, baik orang Yahudi atau orang

Yunani, maupun Jemaat Allah. Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati

semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk

kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat.ika engkau makan atau

jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah

semuanya itu untuk kemuliaan Allah. Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati

orang, baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun Jemaat Allah. Sama seperti aku

juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk

kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh

selamat.

Lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah: tujuan hidup kita bukan

untuk melihat berapa banyak yang dapat kita ambil dan masih tetap menjadi orang

Kristen; bukan, harusnya untuk memuliakan Tuhan. Kalau saja orang Kristen di

Korintus dari awal permasalahan sudah memegang prinsip seperti ini di dalam

pikirannya, betapa mudahnya jadinya segalanya!22

Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang : Suatu syak atau

menyakitkan hati adalah suatu kesempatan untuk tersandung, mendorong orang lain

ke dalam dosa. Paulus mengatakan tidak satupun dari perilaku kita boleh mendorong

yang lain untuk berdosa. Paulus tidak berbicara tentang menyinggung legalisme orang

lain, sesuatu yang tidak segan-segan ia lakukan (Gal. 5: 11-12).23

22
Study Resources Text Commentaries David Guzik Study Guides for
23
https://www.blueletterbible.org/commentaries/guzik_david/
71
Kerinduan Paulus atas orang-orang adalah agar mereka diselamatkan.

Seringkali tidak terpikirkan, perilaku rendah dalam kehidupan Kekristenan

berhubungan langsung dengan kurangnya perhatian pada mereka yang sedang

terhilang. Keprihatinan Paulus bukanlah untuk mencari keuntungan [diri] sendiri, tapi

agar semua bisa diselamatkan.

Tinjauan Teologis Perayaan Imlek dari 1 Korintus 8,9,10.

1 Korintus 8:1-13

Tentang daging persembahan berhala kita tahu: "kita semua mempunyai

pengetahuan." Pengetahuan yang demikian membuat orang menjadi sombong, tetapi

kasih membangun. Jika ada seorang menyangka, bahwa ia mempunyai sesuatu

"pengetahuan", maka ia belum juga mencapai pengetahuan, sebagaimana yang harus

dicapainya. Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah. Tentang hal

makan daging persembahan berhala kita tahu: "tidak ada berhala di dunia dan tidak

ada Allah lain dari pada Allah yang esa." Sebab sungguhpun ada apa yang disebut

"allah", baik di sorga, maupun di bumi dan memang benar ada banyak "allah" dan

banyak "tuhan" yang demikian namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa,

yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu

Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan

yang karena Dia kita hidup. Tetapi bukan semua orang yang mempunyai pengetahuan

itu. Ada orang, yang karena masih terus terikat pada berhala-berhala, makan daging

itu sebagai daging persembahan berhala. Dan oleh karena hati nurani mereka lemah,

hati nurani mereka itu dinodai olehnya. "Makanan tidak membawa kita lebih dekat

kepada Allah. Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung

apa-apa, kalau kita makan." Tetapi jagalah, supaya kebebasanmu ini jangan menjadi

batu sandungan bagi mereka yang lemah. Karena apabila orang melihat engkau yang
72
mempunyai "pengetahuan", sedang duduk makan di dalam kuil berhala, bukankah

orang yang lemah hati nuraninya itu dikuatkan untuk makan daging persembahan

berhala? Dengan jalan demikian orang yang lemah, yaitu saudaramu, yang untuknya

Kristus telah mati, menjadi binasa karena "pengetahuan" mu. Jika engkau secara

demikian berdosa terhadap saudara-saudaramu dan melukai hati nurani mereka yang

lemah, engkau pada hakekatnya berdosa terhadap Kristus. Karena itu apabila

makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak

akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi

saudaraku.

1 Korintus 9:1-27

Bukankah aku rasul? Bukankah aku orang bebas? Bukankah aku telah melihat Yesus,

Tuhan kita? Bukankah kamu adalah buah pekerjaanku dalam Tuhan? Sekalipun bagi

orang lain aku bukanlah rasul, tetapi bagi kamu aku adalah rasul. Sebab hidupmu

dalam Tuhan adalah meterai dari kerasulanku. Inilah pembelaanku terhadap mereka

yang mengeritik aku. Tidakkah kami mempunyai hak untuk makan dan minum?

Tidakkah kami mempunyai hak untuk membawa seorang isteri Kristen, dalam

perjalanan kami, seperti yang dilakukan rasul-rasul lain dan saudara-saudara Tuhan

dan Kefas? Atau hanya aku dan Barnabas sajakah yang tidak mempunyai hak untuk

dibebaskan dari pekerjaan tangan? Siapakah yang pernah turut dalam peperangan

atas biayanya sendiri? Siapakah yang menanami kebun anggur dan tidak memakan

buahnya? Atau siapakah yang menggembalakan kawanan domba dan yang tidak

minum susu domba itu? Apa yang kukatakan ini bukanlah hanya pikiran manusia

saja. Bukankah hukum Taurat juga berkata-kata demikian? Sebab dalam hukum

Musa ada tertulis: "Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang

mengirik!" Lembukah yang Allah perhatikan? Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya,
73
untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu pembajak harus membajak dalam pengharapan dan

pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya. Jadi, jika

kami telah menaburkan benih rohani bagi kamu, berlebih-lebihank kalau kami menuai

hasil duniawi dari pada kamu? Kalau orang lain mempunyai hak untuk

mengharapkan hal itu dari pada kamu, bukankah kami mempunyai hak yang lebih

besar? Tetapi kami tidak mempergunakan hak itu. Sebaliknya, kami menanggung

segala sesuatu, supaya jangan kami mengadakan rintangan bagi pemberitaan Injil

Kristus. Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus

mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani

mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah itu? Demikian pula Tuhan telah

menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan

Injil itu. Tetapi aku tidak pernah mempergunakan satupun dari hak-hak itu. Aku tidak

menulis semuanya ini, supaya akupun diperlakukan juga demikian. Sebab aku lebih

suka mati dari pada...! Sungguh, kemegahanku tidak dapat ditiadakan siapapun juga!

Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan

diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan

Injil. Kalau andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku

berhak menerima upah. Tetapi karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku

sendiri, pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku.

Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan

Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil.

Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari

semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang.

Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku

memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum


74
Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku

sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka

yang hidup di bawah hukum Taurat. Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah

hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat,

sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum

Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum

Taurat. Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya

aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi

segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari

antara mereka. Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat

bagian dalamnya. Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua

peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah?

Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! Tiap-tiap orang yang

turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal.

Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita

untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa

tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih

tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada

orang lain, jangan aku sendiri ditolak.

1 Korintus 10:1-33

Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita

semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi

laut. Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan

dalam laut. Mereka semua makan makanan rohani yang sama dan mereka semua

minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani
75
yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus. Tetapi sungguhpun

demikian Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka, karena

mereka ditewaskan di padang gurun. Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi

kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat

seperti yang telah mereka perbuat, dan supaya jangan kita menjadi penyembah-

penyembah berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis:

"Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka

dan bersukaria." Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh

beberapa orang dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu

orang. Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa

orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular. Dan janganlah bersungut-

sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka

dibinasakan oleh malaikat maut. Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh

dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana

zaman akhir telah tiba. Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-

hatilah supaya ia jangan jatuh! Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah

pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia

dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada

waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu

dapat menanggungnya. Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah

penyembahan berhala! Aku berbicara kepadamu sebagai orang-orang yang bijaksana.

Pertimbangkanlah sendiri apa yang aku katakan! Bukankah cawan pengucapan

syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus?

Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus?

Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita
76
semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu. Perhatikanlah bangsa Israel

menurut daging: bukankah mereka yang makan apa yang dipersembahkan mendapat

bagian dalam pelayanan mezbah? Apakah yang kumaksudkan dengan perkataan itu?

Bahwa persembahan berhala adalah sesuatu? Atau bahwa berhala adalah sesuatu?

Bukan! Apa yang kumaksudkan ialah, bahwa persembahan mereka adalah

persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah. Dan aku tidak mau, bahwa

kamu bersekutu dengan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan

dan juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam

perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat. Atau maukah kita

membangkitkan cemburu Tuhan? Apakah kita lebih kuat dari pada Dia? "Segala

sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu

diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun. Jangan seorangpun

yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari

keuntungan orang lain. Kamu boleh makan segala sesuatu yang dijual di pasar

daging, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani.

Karena: "bumi serta segala isinya adalah milik Tuhan." Kalau kamu diundang makan

oleh seorang yang tidak percaya, dan undangan itu kamu terima, makanlah apa saja

yang dihidangkan kepadamu, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-

keberatan hati nurani. Tetapi kalau seorang berkata kepadamu: "Itu persembahan

berhala!" janganlah engkau memakannya, oleh karena dia yang mengatakan hal itu

kepadamu dan karena keberatan-keberatan hati nurani. Yang aku maksudkan dengan

keberatan-keberatan bukanlah keberatan-keberata hati nuranimu sendiri, tetapi

keberatan-keberatan hati nurani orang lain itu. Mungkin ada orang yang berkata:

"Mengapa kebebasanku harus ditentukan oleh keberatan-keberatan hati nurani orang

lain? Kalau aku mengucap syukur atas apa yang aku turut memakannya, mengapa
77
orang berkata jahat tentang aku karena makanan, yang atasnya aku mengucap

syukur?" Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika

engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan

Allah. Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang, baik orang Yahudi atau

orang Yunani, maupun Jemaat Allah. Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan

hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk

kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat.

1 Korintus 11:1 Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi

pengikut Kristus.Konsensus ilmiah saat ini memandang 1 Korintus 8: 1-11: 1 sebagai

respon yang koheren untuk penyelidikan tentang makanan berhala. Namun demikian,

banyak masalah penafsiran yang masih belum terselesaikan. Disini dilakukan

pemeriksaan makna ideasional, berusaha untuk melihat bagaimana teks Yunani

mengalir bersama-sama, negosiasi sosial apa yang ditampilkannya, dan bagaimana

Paulus memahami hal-hal yang ia bicarakan.

Adalah harapan saya bahwa dalam membaca ini Anda akan berbagi

kegembiraan dengan saya tentang jalan yang mungkin untuk kita dijelajahi melalui

penerapan linguistik modern atas Perjanjian Baru.

Saya berharap Anda akan melihat bahwa wacana Paulus akan makanan

berhala adalah respon cerdas dan persuasif atas apa yang disebut masalah praktis yang

sangat mendesak. Padahal kita semua cenderung bertahan dalam keinginan-keinginan

dan kebutuhan-kebutuhan kita, salib Kristus mengarahkan perhatian kita ke tempat

lain. Ini mendorong kita untuk menempatkan harapan kita dalam hidup yang kekal.

Dalam membawa salib untuk menanggung pada masalah makanan berhala,

Paulus mengingatkan jemaat Korintus bahwa penyembahan berhala memiliki

konsekuensi-konsekwensi bencana eternal. Dia mendorong mereka untuk melanjutkan


78
menjauhkan diri sendiri dari penyembahan berhala, dan untuk menjauhkan diri dari

makanan berhala sebagai peringatan kepada tetangga mereka yang menyembah

berhala.

Penafsiran Tradisional 1 Korintus 8: 1-11: 1

Secara tradisional, sebagian besar komentator telah membaca 1 Korintus 8:

1-11: 1 sebagai respon Paulus kepada perselisihan internal antara dua faksi dalam

jemaat Korintus. Menurut bacaan ini, beberapa orang percaya di Korintus (yang kuat)

menganjurkan makan makanan berhala pagan.

Orang-orang percaya ini tidak merasa ada keraguan tentang makanan

berhala karena, dalam kata-kata mereka sendiri, 'Berhala-berhala tidak signifikan;

hanya ada satu tuhan.' Orang-orang lainnya (yang lemah) memang memiliki keraguan

tentang makan makanan kurban dan merasa bahwa makanan tersebut tidak seharusnya

dimakan oleh orang Kristen. Untuk menjawab pertanyaan tentang masalah ini, Paul

mengkonfrontasi orang-orang yang kuat itu. Pada prinsipnya dia setuju dengan posisi

mereka, tetapi mendesak rasa hormat yang lahir dari kasih; yang kuat harus tidak

makan makanan berhala jika perilaku ini akan melukai sesama orang Kristen.

Kemudian, bagaimanapun, ia meminta orang-orang yang lemah untuk

mengendurkan keprihatinan mereka, setidaknya sehubungan dengan makanan yang

dijual di pasar dan makanan pribadi. Pasal 9, pada pandangan ini, berfungsi sebagai

ilustrasi atas penyerahan diri orang Kristen. Disamping itu, dalam 10: 14-22, Paulus

melarang kehadiran di rumah berhala, yang merupakan penyembahan berhala.24

Dalam commentary-nya di tahun 1987 atas 1 Korintus, Gordon Fee

menyatakan bahwa cara membaca tradisional ini "penuh dengan kesulitan hampir tak

24
For presentations ofthis traditional view, "Eidwlothuta," 173-74; First Epistle, 358-59;
and Cheung, Idol Food, 85-87.
79
dapat diatasi.25 Dia berpendapat di satu sisi hal itu gagal untuk menyertakan seluruh

teks.26 Dia berpendapat di sisi lain menjadikan Paulus tampak kacau dan tidak tepat.27

Meskipun saya tidak sepenuhnya yakin dengan pembacaan Fee, tidak

diragukan lagi, ia menjamah pertanyaan-pertanyaan yang penting. Bagaimana

mungkin untuk bisa membaca 1 Korintus 8: 1-11: 1 sedemikian sehingga semua

bagian-bagiannya cocok satu sama lain? Dan bagaimana menghasilkan keseluruhan

yang cocok bersama-sama dengan suatu situasi sejarah? 28

Pada awal abad kedua puluh, adalah biasa bagi para penterjemah untuk

menyimpulkan bahwa 1 Korintus tidak saling cocok satu sama lain dan bahwa bagian-

bagiannya muncul dari situasi-situasi sejarah yang berbeda-beda.

Suara paling berpengaruh adalah mungkin dari Weiss, yang, lewat

commentary-nya di tahun 1910, memperkirakan bahwa 1 Korintus terdiri dari dua

buah surat.29 Yang begitu penting adalah 8: 1-11: 1 bagi kebanyakan teori partisi yang

di pertengahan abad kedua puluh, oleh Hurd menjelaskan Korintus 8 1: 1-11: 1

sebagai "batu kunci dari berbagai upaya untuk membagi 1 Korintus menjadi dua surat

atau lebih.30

Beberapa teori partisi masih tetap, tetapi para sarjana masa kini umumnya

menafsirkan 1 Korintus 8: 1-11: sebagai suatu respon kompleks untuk suatu situasi

25
First Corinthians, 359
26
He daims that it does not take 8: 10 seriously and that it "neglects the combative,
apologetic force of chap.9." First Corinthians, 359.
27
"Eidwlothuta," 173-74; Biaya, Surat Pertama, 358-59; dan Cheung, Idol Food, 85-87
28
These are, of course, the unconscious questions that we explore every time we
encounter a text. See my discussion of texture in Chapter 2.
29
Weiss, Korintherbrief, xl-xliii.
30
Hurd, Origin, 115. On pages 43-47, he provides a helpfullist of the early partition
theories.
80
yang kompleks.31 Murphy-O'Connor mewakili mayoritas ketika ia mengatakan,

"semua yang disebut kontradiksi dalam 1 Korintus dapat diselesaikan lewat suatu

exegesis yang lebih tepat.32

Mungkin karena dibutuhkan suatu ketepatan, minat 8:1-11: 1 telah terus

meningkat sejak 1980.10 Kritik-kritik retoris telah menguji mode persuasi abad

pertama dengan harapan bahwa suatu analisis retoris mungkin dapat menjelaskan

bagaimana 8: 1-11: 1 bisa cocok satu sama lain.

Analisis sosiologis telah melukiskan suatu gambaran yang lebih lengkap

dan lebih jelas tentang aneka ekonomi, ethnik, religius dan budaya yang

mempengaruhi pelayanan Paulus dalam dan dengan korespondensinya atas Korintus.

Meskipun semua penelitian ini (atau mungkin karenanya), ada sedikit

konsensus di antara para penterjemah kontemporer. Titik ketidak-sepakatan meliputi

berikut ini:

Integritas 8: 1-11: 1. Meskipun ada suatu kemerosotan popularitas, masih

ada beberapa orang yang bersikeras bahwa penjelasan terbaik dari bukti-bukti ini

adalah bahwa Paulus tidak menulis 8: 1-11: 1 pada satu kesempatan tunggal untuk

ditujukan pada satu situasi tunggal. 33Hal ini sekarang, bagaimanapun, menduduki

posisi minoritas yang sangat kecil.

31
Some of the more recent partition theories may be found in: Héring, First Epistle, xii-
xiv; Schmithals, "Die Korintherbriefe," 263-88; Jewett, "Redaction of 1 Cor," 398-444; Sellin,
"Hauptprobleme," 2964-86; and Yeo, Rhetorical Interaction, 76-83 and 120-211. On the unity of 1
Corinthians specifically, see Belleville, "Continuity"; de Boer, "Composition," 229-45; Merklein, "Die
Einheitlichkeit," 153-83; and Mitchell, Rhetoric of Reconciliation, 186-92.
32
Murphy-O'Connor, Paul, 253.
33
Recent studies focused on 1 Corinthians 8:1-11:1 include: Cheung,Idol Food;
Fotopoulos, Food Offered to !dols; Gardner, Gifts of God; Gooch, Dangerous Food; Magee,
"Rhetorical Analysis"; Newton, Deity and Diet; Phua, Berhalatry and Authority; and Yeo, Rhetorical
Interaction. In the interests ofspace, 1 will not list recent articles; for these 1 refer my reader to the
relatively current bibliographies in Thiselton, First Epistle, and to my own bibliography.
81
Status hubungan Paulus dengan orang-orang Korintus. Membaca teori-

teori Fee yang sangat berpengaruh bahwa 1 Korintus ditulis di tengah-tengah konflik

yang intens antara Paulus dan jemaat Korintus. 34 Tidak semua orang setuju. Garland,

misalnya, menegaskan bahwa hubungan Paulus dengan Korintus belum memburuk

ketika 1 Korintus ditulis.35

Sifat dari makan yang dipermasalahkan. Penafsiran tradisional

mengasumsikan bahwa 8: 1-11: 1 utamanya mengarah pada konsumsi makanan yang

ada di pasaran. 36 Interpretasi lain bersikeras bahwa masalah yang sebenarnya adalah

benar-benar memakan makanan berhala di kuil-kuil pagan. 37 Sementara hampir

semua sarjana ulama mengakui bahwa lebih dari satu konteks makan yang hadir

dalam pandangan, ada ketidaksepakatan di bagian mana dari 8: 1-11: 1 yang mengacu

pada konteks yang mana. 38

Adanya 'yang lemah'. Pandangan tradisional, bahwa adanya faksi 'yang

lemah' dan faksi 'yang kuat' di Korintus, masih dipegang.39 Hurd, bagaimanapun,

telah mengusulkan bahwa 'yang lemah' adalah suatu kelompok hipotetis yang

34
First Epistle, 4-15.
35
Garland, 1 Corinthians, 21
36
For documentation in support ofthis c1aim, see Fee, First Epistle, 358 n. 6.
37
"Eidwlothuta." Other examples inc1ude Fee, First Epistle, 359; Witherington, "Idle
Thoughts"; Horsley, 1 Corinthians, 141; Newton, Deity and Diet, 267; and Fotopoulos, Food Offered
to Idols, 38-9.
38
Untuk tabel bermanfaat dari berbagai pandangan, melihat Fotopoulos, Makanan
Ditawarkan untuk ldols, 46-8.
39
Some examples inc1ude Fee, First Epistle, 385; Thiselton, First Epistle, 652; Cheung,
ldol Food, 124-5
82
diperkenalkan demi argument. 40 Argumennya telah diikuti oleh orang-orang yang

lain juga.41

Kelemahan 'yang lemah'. Di antara mereka yang mengakui adanya

kelompok 'yang lemah' di Korintus, beberapa mengidentifikasi mereka sebagai

petobat dari penyembahan berhala yang masih terbiasa dengan penyembahan

berhala.42 Lainnya mengidentifikasi mereka sebagai orang percaya dengan keberatan-

keberatan ala Yahudi.43 Lainnya mengidentifikasi kelemahan dari 'yang lemah'

sebagai sosio-ekonomi secara alami. 44 Masih juga ada orang lain lagi yang

memahami istilah Paulus 'kelemahan' dalam kaitannya dengan penggunaannya dalam

filsafat moral yang Helenistik.45 Mark Nanos baru-baru ini telah menyatakan bahwa

'yang lemah' bukan orang Kristen sama sekali, tapi orang-orang pagan yang

polytheist.46

Adanya kutipan di 8: 1-13. Hampir semua orang melihat fragmen-fragmen

dari korespondensi sebelumnya dalam 8: 1-11: 1, tetapi merupakan suatu tugas yang

sulit untuk mengisolasinya. Berbagai komentator menafsirkan semuanya atau

sebagian dari 8:1, 8:4-6, 8:8, dan 10:23 sebagai penjelasan langsung.47

40
Hurd, Origin, 117-25
41
"Eidwlothuta," 176 (but see below); Gooch, Dangerous Food, 66-7; and Garland, 1
Corinthians, 383.
42
For example, Fee, First Epistle, 379; and Garland, 1 Corinthians, 380
43
For a discussion of Jewish interpretations, which are often indebted to Bauer's
suggestion that there was a Petrine group in Corinth, see Phua, Berhalatry and Authority, 6-16.
44
This was suggested by Theissen, Social Setting, 70-3 and 121-44. Cf. Garland, 1
Corinthians, 382; Thiselton, First Epistle, 644-5; and Yeo, Rhetorical Interaction, 90.
45
Philodemus; and Malherbe, "Determinism," 233-5.
46
Nanos, "Polytheist."
47
Willis writes: "[That Paul actually quotes from a letter sent by the Corinthians] is almost
universally agreed with respect to [10:23].
83
Fungi dari 9:1-27. Perdebatan ini sangat dekat terkait dengan salah satu

dari hubungan Paulus dengan komunitas Korintus. Di satu sisi adalah mereka yang

melihat 1 Korintus 9 sebagai argumen tipikal pada sifat kemerdekaan Kristen.48

Di sisi lain adalah mereka yang melihatnya sebagai pertahanan diri Paulus

sendiri.49 Mitchell menekankan bahwa kedua posisi ini saling ekslusif.50

Sikap Paulus terhadap makan makanan berhala. Secara tradisional, telah

berpendapat bahwa Paulus setuju secara teologis dengan 'yang kuat' dan bahwa ia

melihat mengkonsumsi makanan berhala sebagai masalah hati nurani. Beberapa masih

menerima posisi ini.51 Namun, semakin meningkat, di sarankan bahwa Paulus

diberlakukan suatu larangan ketat atas semua makanan berhala.52

Jelaslah, konsensus yang sekarang ini bahwa suatu kesatuan interpretasi

dari 8: 1-11: 1 belum bisa disepakati para sarjana. Dalam suasana seperti ini, adalah

kurang penting untuk menunjukkan bahwa suatu interpretasi adalah mungkin, dan

lebih penting untuk mengidentifikasi prinsip-prinsip dimana interpretasi yang saling

bersaing bisa ditengahi.

Metafunction Ideasional Analisys

Metafunction ideasional adalah komponen bahasa yang menteorikan

pengalaman manusia. Ini mengkonstrukkan kenyataan. Metafunction ideasional

membahas tentang alam natural dalam arti yang luas, termasuk kesadaran kita sendiri,

dan berkaitan dengan klausul-klausul sebagai representasi. Metafunction ideasional

48
Garland, 1 Corinthians, 396-401 and 403; Smit, "Rhetorical Disposition," 485; Willis,
"Apostolic Apologia"; and Witherington, Conflict and Community, 191.
49
First Epistle, 392-4.
50
32 Mitchell, Rhetoric of Reconciliation, 130. See also Mitchell, "Accommodation and
'Condescension. '"
51
First Epistle, 383-4; Fisk, "Eating Meat," 62; and Horrell, "Theological Principle," 94ff.
52
Perhaps the strongest voice is Cheung's. He offers convincing evidence that the early
church was unanimous about this ban. Cheung, Idol Food, throughout.
84
berhubungan dengan konteks budaya. Dalam metafunction ideasional, sebuah klausul

dianalisis kedalam proses, peserta dan keadaan, dengan jenis peserta yang berbeda

untuk jenis proses yang berbeda (seperti dalam kasus Grammar).

Dalam bagian ini akan dibahas makna ideasional dalam 8: 1-11: 1 ; akan

menunjukkan apa yang Paulus bicarakan dan bagaimana ia memahami apa yang

sedang ia bicarakan.

Ikhtisar

Setelah mengidentifikasi beberapa rantai kemiripan yang paling penting

dalam wacana Paulus, selanjutnya mencari beberapa pola kejadian yang skalanya

besar, mencoba untuk melihat aspek yang mana dari pengalaman manusia yang

sedang ia bicarakan disepanjang pasal 8: 1-11: 1 dan yang mana yang kebanyakan ia

bicarakan dalam potongan-potongan yang lebih kecil.

Setelah itu perhatian dialihkan ke detail-detail yang terkecil dan melihat

kedalam setiap klausa, mengisolasi proses-proses, para peserta, dan keadaan-keadaan.

Mengamati pola-pola dalam fungi-fungsi yang dilakukan oleh berbagai domain dan

dalam interaksi-interaksi fungsional yang terjadi di antaranya.

Pertama-tama akan diidentifikasi beberapa rantai kemiripan yang paling

penting dalam pasal 8: 1-11: 1, dengan jumlah diskusi yang minimal. Kemudian baru

akan dilihat terungkapnya rantai kemiripan ini di sepanjang pembahasan Paulus.

Domain yang menyeluruh dari pengalaman yang terbangun dalam 8: 1-

11:1 adalah konsumsi komunal akan makanan. Hal ini tidak mengherankan,

mengingat bahwa topik pembahasan Paulus adalah makan makanan jenis tertentu.

Apa yang mengherankan adalah bahwa Paulus jarang memfokuskan

perhatiannya pada berhala-berhala dan penyembahan berhala - hanya dalam 10: 1-22

dimana ia secara eksplisit menghubungkan hal makan dan penyembahan berhala.


85
Argumen yang diberikan dalam hal ini adalah bahwa ini bukan karena Paulus sedang

membicarakan tentang suatu jenis makanan yang berbeda atau suatu pengaturan yang

berbeda dalam 10: 1-22; tetapi karena ia memberikan dua alasan yang berbeda dalam

hal mengapa makanan berhala harus dihindari.

Alasan pertama yang lebih umum, yang di mana ia memfokuskan hampir

semua perhatiannya (liht. 8: 1-9: 27), cara pandang berbeda kontras mengenai

makanan.

Mengkontraskan rasa percaya diri orang percaya mengenai kemerdekaan

dengan ketidak-perdulian orang percaya dan pencemaran yang menjadi

konsekuensinya. Ia juga mengkontraskan keuntungan yang fana dengan keuntungan

yang kekal, dan pengejaran keuntungan pribadi dengan keperdulian akan orang lain

dalam kasih. Konsepsi realitas secara keseluruhan yang mendasari alasan pertama ini

adalah mencontoh salib.

Alasan kedua yang Paulus berikan (lih. 10: 1-22) melibatkan suatu

perspektif yang lebih luas tentang perjamuan makan sosial yang lebih diperhitungkan

dari pada makanan yang dimakan. Semua makanan diperbolehkan bahkan makanan

berhala, tapi perjamuan makan sosial yang melibatkan berbaginya sesuatu yang lebih

dari sekedar makanan; mempersatukan berbagai elemen. Manakala salah satu dari

elemen-elemen tersebut adalah penyembahan berhala, orang Kristen berada dalam

bahaya. Hal ini karena Allah tidak ingin orang-orang milikNya untuk penuh

persahabatan dengan roh-roh jahat. Konsepsi realitas yang mendasari alasan Paulus

yang kedua agak kurang akrab didengar, namun demikian dapat dikenali. Dipahami

bahwa penyembahan berhala menjadi sistem yang berhubungan dengan roh-roh jahat

bertentangan penyembahan yang tepat akan Allah.


86
Kegiatan menyeluruh yang diwujudkan dalam 8: 1-11: 1 adalah penjelasan

dan instruksi. kegiatan yang diwujudkan dalam 9: 4-12, secara kontras, adalah

pertahanan. Sementara kegiatan ini memfasilitasi tujuan utama Paulus dengan

mengamankan perspektif yang diperlukan pada teladan pribadinya, itu adalah titik

tolak yang memadahi dari segala segi dalam 8: 1-11: 1, dengan demikian pertahanan

Paulus harus dianggap sebagai sebuah sub-teks.

Identifikasi Beberapa Rantai Kemiripan

Dua rantai kemiripan utama yang muncul langsung dari topik yang

diangkat Paulus, yakni makan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala.

Rantai kemiripan pertama, Konsumsi, mengandung berbagai makna yang semuanya

berkaitan dengan hal makan dan minum.53 Disini telah disertakan beberapa contoh

kata sifat karena dalam literatur Kristen awal secara konsisten mengarah pada suatu

jenis makanan tertentu.54 Dan begitu erat kaitannya dengan makanan konsumsi yang

biasa digunakan untuk pembanding ketika menggambarkan makanan dan minuman.55

Rantai kemiripan kedua, Pengorbanan, berpusat pada persembahan

religius. Disini telah dicantumkan term karena afinitas yang sangat erat antara ibadah

dan ritual-ritual pengorbanan.56

53
Consumption corresponds to Louw and Nida's domain SA, 'Food', and their domain
23A, 'Eat, Drink'. My practice throughout this chapter will be to present the names of semantic
domains in sm ail caps.
54
Acts 15:29; 21 :25; Rev 2: 14,20
55
Cf. Mat 20:22; 26:27; Dan 1 :13, 15 LXX.
56
Cf. Rom 12: 1; Heb 9:9; 2Ki 17:35 LXX. It does not seem as though the Corinthians
have denied the essential unity ofreIigious sacrifices and worship. Rather, their argument concerns the
nature ofthe object sacrificed to or worshipped. This is interesting because it suggests that the me aIs
they want to eat are overtly religious. Why wou Id they argue that idols are insignificant ifthey could
simply assert that the meals are 'dinner parties' without any religious meaning whatsoever?
87
Dalam literatur umumnya diamati bahwa bagian-bagian tertentu

pembahasan Paulus tampaknya sebagai tanggapan atas pernyataan yang dibuat oleh

orang-orang Korintus mengenai pengetahuan mereka tentang makhluk-mahluk

superhuman. Tapi kata-kata dari domain Pengetahuan Dan Mahluk Superhuman

Hadir sepanjang 8: 1-11: 1. 57

Disini telah dengan sangat berhati-hati memasukkan kedalam rantai

kemiripan Pengetahuan, meskipun tahu bahwa tidak bisa disejajarkan.

Tidak tampak seolah-olah Korintus telah membantah kesatuan esensial

pengorbanan ofreIigious dan ibadah. Sebaliknya, argumen mereka menyangkut sifat

tersebut yang objek dikorbankan atau menyembah. Hal ini menarik karena

menunjukkan bahwa saya AIS mereka ingin makan yang terang-terangan agama.

Mengapa WouId mereka berpendapat bahwa berhala adalah if they signifikan hanya

bisa menegaskan bahwa makanan yang 'pesta makan malam' tanpa makna agama

apapun?

Mantan berkorespondensi untuk Louw dan Nida domain 28A, 'Tahu', dan

28B, 'Disebut'. Yang terakhir sesuai dengan Louw dan Nida lakukan 12A utama,

'Makhluk Supernatural'. Domain Pengetahuan dapat dibagi menjadi dua bagian,

membedakan kata-kata dengan akar dari yang lain. Dalam analisis saya dari 8: 1-11:

1, namun, 1 telah menemukan perbedaan halus ini tidak perlu. Hal ini dimungkinkan

untuk mengobati Pengetahuan sebagai domain tunggal, sekaligus menjaga diingat

kemungkinan bahwa dan sanak adalah istilah populer di Korintus.

57
The former corresponds to Louw and Nida's domains 28A, 'Know', and 28B, 'Known'.
The latter corresponds to Louw and Nida's do main 12A, 'Supernatural Beings'. The domain
KNOWLEDGE could be subdivided into two parts, distinguishing those words with the root *yvw
from the rest. In my analysis of 8: 1-11: 1, however, 1 have found this finer distinction unnecessary. It
is possible to treat KNOWLEDGE as a single domain, while keeping in mind the likelihood that
yve'Datç and its cognates were popular terms in Corinth.
88
Penggunaan kata dalam 8: 1-11: 1 oleh Paulus adalah kontroversial. Saya

berpendapat bahwa hal itu menggambarkan suatu kecakapan psikologikal untuk

mengevaluasi dan terkait erat dengan domain Pengetahuan. Namun demikian, akan

sangat membantu untuk mengenali Hati Nurani sebagai suatu rantai kemiripan yang

berbeda.58

Salah satu dari beberapa rantai kemiripan yang paling penting dalam 8: 1-

11: 1 adalah Kemerdekaan. Beberapa dari kata-katanya mewujudkan proses

pembatasan atau pemerdekaanan, yang lainnya pengertian abstrak mengenai kendala

dan kemerdekaan, dan yang lainnya lagi kualitas keadaan terbatas atau merdeka.

Banyak contoh Kemerdekaan terjadi bersamaan dengan suatu rantai kemiripan yang

telah saya beri label ‘Merengkuh’. Rantai ini adalah kelompok kecil dari arti-arti yang

berkaitan dengan tindakan fisik holding. Ini termasuk tindakan sederhana yang

memiliki sesuatu, tindakan netral merengkuh sesuatu, dan lebih kuat menggenggam

dengan overtones yang egois.59

Hal ini tidak mengherankan bahwa kita menemukan contoh dari domain

Dosa Dan Evaluasi.60

Kata ‘KaTaxpéi Oflat’ sering tampaknya memiliki konotasi negatif. Ini

berarti sesuatu seperti 'menempel' di 1 Korintus 7:31. Dalam konteks lain mungkin

akan diberikan sebagai 'memanipulasi', atau 'mengeksploitasi'. Telah diperlakukan

contoh di 10:13 sebagai contoh evaluasi, tetapi contoh di 10: 9 sebagai contoh SIN.

58
Louw and Nida place avvEi8T]atÇ in domains 28A 'Know' and 26 'Psychological
FacuIties'.
59
The word KaTaxpéiOflat often seems to have negative connotations. It means
something like 'clinging' in 1 Cor 7:31. In other contexts it might be rendered as 'manipulating', or
'exploiting'.
60
1 have treated the instances ofTIEtpaafloç and TIEtpaÇCù in 10:13 as instances of
EVALUATION, but the instances of TIEtpaÇCù and EKTIEtpaÇCù in 10:9 as instances of SIN. In
both contexts TIEtpaÇCù means "to try to leam the nature or character of someone or something by
submitting such to thorough and extensive testing" (Louw and Nida, Greek-English Lexicon, 332). But
in 10:9 TIEtpaçCù construcs the action of an inferior (Israel) towards a
89
Dalam kedua konteks berarti "untuk mencoba untuk belajar sifat atau karakter

seseorang atau sesuatu dengan mengirimkan tersebut untuk pengujian menyeluruh

dan luas" (Louw dan Nida, Kamus Yunani-Inggris). Tapi dalam 10: 9 construcs aksi

inferior (Israel) menuju

Saya telah memasukkan dosa sebagai contoh beberapa proses yang

dikelompokkan bersama-sama oleh Paulus sebagai contoh prototipikal perilaku

berdosa. Kata ini merupakan bagian dari evaluasi karena menyadari kualitas yang

logis tergantung pada beberapa process evaluasi. included karena penggunaannya oleh

Paulus mencerminkan suatu arti legal.61 Yang included karena mereka adalah bagian

dari idiom yang menggambarkan keberhasilan atau kegagalan sehubungan dengan

beberapa evaluation.62

Empat rantai berikutnya terkait erat. Pada berbagai kesempatan dalam

perjalanan dari penelitian saya telah bermain-main dengan ide menyatukan mereka ke

dalam rantai tunggal. Sementara I tetap percaya bahwa ini akan membawa keluar

aspek penting dari pemikiran Paulus, kekakuan metodologis telah menuntut agar I

membedakan antara mereka.

Kemampuan Mirip Dengan Kemerdekaan kecuali bahwa itu melibatkan

gagasan bahwa kapasitas hal untuk proses-pro tertentu dapat dibatasi oleh internai

factors.63 Ini construcs hal sebagai kuat atau lemah, mampu atau gangguan.

61
Louw and Nida define the word as meaning "to deliver a person into the control
ofsomeone else" (Greek-English Lexicon, 485). They note, however, that in certain contexts it involves
more specifically "the handing over of a presumably guilty person for punishment by authorities."
62
The same pair appears in Romans 14:4: Tc}> i8icp Kvpicp UT~KEt ~ rrt-rtTEt, where
the domain EVALUATION is explicit in the co-text. Louw and Nida analyze that verse as containing
an idiom, the sense ofwhich is "whether one maintains one's status or relationship to a master depends
on the master's judgment or evaluation" (Greek-English Lexicon, 739).
63
Tt sesuai dengan kasar Louw dan Nida domain 74, 'Mampu, Mampu'.
90
superior (the Lord), whereas in 10: 13 the reverse is true. And in 10:9 the term is

c1early grouped together with unambiguous instances of SIN, whereas in 10: 13 the

term appears with other items from Evaluation. Superior (Tuhan), sedangkan di 10: 13

sebaliknya adalah benar. Dan di 10: 9 istilah ini c1early dikelompokkan bersama

dengan contoh ambigu dari Sin, sedangkan di 10: 13 istilah muncul dengan barang-

barang lainnya dari Evaluasi. Hal ini sesuai dengan Louw dan Nida domain 88, 'Moral

dan Kualitas Etis dan Terkait Perilaku'.

Louw dan Nida mendefinisikan kata sebagai makna "untuk memberikan

seseorang ke dalam kontrol ofsomeone lain" (Kamus Yunani-Inggris). Mereka

mencatat, bagaimanapun, bahwa dalam konteks tertentu melibatkan lebih khusus

"penyerahan lebih dari orang mungkin bersalah karena hukuman oleh otoritas."

Pasangan yang sama muncul dalam Roma 14: 4: di mana domain Evaluasi

eksplisit dalam co-teks. Louw dan Nida menganalisis ayat itu sebagai mengandung

idiom, arti ofwhich adalah "apakah salah satu mempertahankan status seseorang atau

hubungan untuk menguasai tergantung pada penilaian master atau evaluasi" (Kamus

Yunani-Inggris,).

Rantai Keuntungan terdiri beberapa arti yang construc berbagai aspek

pengalaman manusia sebagai menguntungkan atau merugikan.

Rantai yang 1 telah diberi label Halangan mengandung makna yang dalam

beberapa cara berhubungan dengan tindakan sandungan. Beberapa maknanya

construc hal atau proses yang menghambat; yang lainnya construc kualitas menjadi

halangan.

Rantai Keselamatan construcs dua tindakan yang berlawanan. Salah satu

dari mereka menarik orang menjauh dari bahaya; yang lain menyebabkan

diucapkannya kehancuran mereka.


91
Rantai Kerasulan dan Rantai Proklamasi construc pelayanan Kristen.

Mantan diwujudkan dengan kata-kata dari akar yang terakhir dengan kata-kata dari

akar .

The physical act oftripping or stumbling may or may not be a part of the

meaning associated with these words. Clearly, however, it was deemed an appropriate

image for construing the hindering ofinterpersonal relationships. (Tindakan of

tripping fisik atau sandungan mungkin atau mungkin tidak menjadi bagian dari makna

yang terkait dengan kata-kata. Jelas, namun, itu dianggap sebuah gambar yang sesuai

untuk menafsirkan menghambat hubungan of interpersonal).

Rantai Bekerja mencakup sejumlah makna yang berhubungan dengan

pekerjaan pada umumnya, tetapi juga melibatkan beberapa tugas prototypical bekerja.

Kompensasi mengandung makna yang terkait dengan pendapatan dan biaya.

Rantai Partisipasi melibatkan gagasan tentang sesuatu yang umum antara

masyarakat. Sifat dari suatu hal atau kualitas yang dibagikan bersama dapat sangat

bervariasi.

Beberapa kata-kata menyadarkan domain Fisik. domain ini construcs

dikotomi antara realitas fisik dan spiritual, antara dunia duniawi ini dan dunia yang

tak terlihat.

Akhirnya, ada sejumlah kata-kata terkait dengan Kompetisi Atletik. The

ma8tov jangka disertakan sebagai makna mendalam konsisten terkait dengan kontes

atletik.

Analisis Beberapa Rantai Kemiripan

1 Korintus 8:1-13

Ringkasan
92
Ada sebelas domain pengalaman of human yang sangat terwakili dalam 1

Korintus 8: 1-13: Konsumsi, Pengorbanan, Pengetahuan, Kemampuan, Makhluk-

Makhluk Superhuman, Hati Nurani, Evaluasi, Keuntungan, Kemerdekaan, Halangan,

Keselamatan, Dan Dosa. Disajikan seperti ini, agar mereka penampilan, sulit untuk

melihat bagaimana mereka berhubungan satu sama lain dan untuk topik wacana

tunggal. l karena itu akan kelompok beberapa dari mereka bersama-sama sesuai

dengan peran l melihat mereka bermain di 8: 1-13. Beberapa berasal langsung dari

topik Paulus (Konsumsi, Pengorbanan, Makhluk-Makhluk Superhuman). Beberapa

adalah kualitas abstrak yang dimiliki dalam berbagai derajat oleh individu

(Pengetahuan, Kemampuan, Kemerdekaan). Yang lain harus dilakukan dengan

konsekuensi positif dan negatif yang mengikuti dari konsumsi pangan (Evaluasi,

Keuntungan, Keselamatan, Halangan).

Analisis

Seperti l telah mengatakan, itu mengejutkan seberapa jarang makna dari

Rantai Konsumsi Dibatasi Oleh Rantai Pengorbanan. Kata mengambil sebagai

Qualifier di 8: 4, di mana Paulus perkenalkan kembali topik nya Mengikuti ini terjadi

dengan Peserta dua kali dan terjadi dengan Keadaan contoh yang tersisa. ofc

Onsumption di 8: 1-13 construc makan sebagai pengalaman manusia secara umum.

Dalam ayat 8 Paulus menulis bahwa 'makanan' tidak jadi faktor ke

penghakiman Allah atas orang percaya; mereka tidak kekurangan apa-apa dengan

'tidak makan' dan tidak dapat keuntungan apa-apa dengan 'makan'. Dia berbicara

tentang praktek diet pada umumnya, tentang kemerdekaan orang percaya dari

pembatasan makan (lih. 8: 9). Dalam ayat 13 Paulus menulis bahwa jika 'makanan'

menjadikan suatu pelanggaran bagi saudara atau saudarinya, dia akan menahan diri

dari 'makan daging'. Klaim ini meliputi berbagai macam pantang dan bukan prinsip
93
yang bersangkutan secara khusus dengan makanan berhala. Analisis Konsumsi dan

Pengorbanan di 8: 1-13 mengungkapkan bahwa, sementara topik Paulus adalah

makan makanan berhala, dan sementara skenario dalam ayat 9-12 melibatkan makan

makanan berhala, prinsip yang mendasari argumennya menyangkut makan makanan

secara umum.64

Ketika kami memeriksa contoh rantai kemiripan Makhluk Superhuman,

adalah mungkin untuk membedakan antara penggunaan tertentu yang mengacu

kepada Bapa atau Yesus Kristus dan penggunaan non-spesifik yang construc

pengalaman manusia umum akan makhluk superhuman. Untuk alasan yang jelas,

penggunaan non-spesifik ofmore interest. Paulus menulis bahwa 'berhala' bukan apa-

apa, dan bahwa hanya satu makhluk yang adalah 'satu allah' (8: 4). Mengelaborasi

pada proposisi-proposisi ini, ia menunjukkan bahwa ada banyak hal yang disebut

'allah-allah', sehingga dalam arti tertentu ada banyak 'allah' dan banyak 'tuhan', tapi

untuk orang percaya hanya ada satu-satunya makhluk 'Allah' dan hanya ada satu-

satunya makhluk 'Tuhan' (8: 5-6 ). Hal yang paling mencolok tentang pernyataan ini

adalah bahwa mereka mengakui dua lawan construals ofreality. Paulus tidak hanya

menafsirkan suatu kosmologi bahwa ia dan para pendengarnya berbagi; ia

menafsirkan fakta bahwa kelompok sosial yang berbeda memiliki cosmologies yang

berbeda pula.65

Sebagian besar komentator memahami kelompok kata berarti 'keakraban

mereka dengan berhala'. Bagi saya, 1 memahaminya berarti 'pemahaman adat

berhala'. Dalam Plato Theaetetus (l68b-c), Socrates main-main menempatkan kata-

64
This will be even more noticeable in 9:1-27, where Paul's explanation ofthis principle
includes no mention of idols or idol food at ail.
65
Most commentators understand the word group TÜ uvvll8Etq. mü EibwÀov to mean
'their familiarity with idols'. For my part, 1 understand it to mean 'the customary understanding of
idols'. In Plato's Theaetetus (l68b-c), Socrates playfully puts the following words in the mouth of
Protagoras
94
kata berikut di mulut Protagoras: ( 'Dan atas dasar ofthat Anda akan

mempertimbangkan pertanyaan apakah pengetahuan dan persepsi yang sama atau

berbeda, bukannya melakukan seperti yang Anda lakukan beberapa waktu lalu,

menggunakan sebagai dasar Anda arti biasa nama dan kata-kata, yang kebanyakan

orang memutarbalikkan cara serampangan dan dengan demikian menyebabkan ail

macam ofperplexity di satu sama lain. ').

Bagaimana dengan domain Pengetahuan, Kemampuan, Dan

Kemerdekaan? Mereka semua construc kualitas abstrak yang dapat dimiliki atau tidak

dimiliki orang dan yang Universaily terlibat dalam status sosial. Budaya hadiah

pengetahuan, kekuatan, dan kemerdekaan sebagai penanda keunggulan. Mengambil

fakta ini, beberapa komentator telah menyarankan bahwa Korintus yang melebih-

lebihkan diri mereka sendiri dan bahwa Paulus bermaksud untuk merendahkan

mereka.66

Sebuah analisis yang cermat dari rantai-rantai yang relevan menunjukkan

sebaliknya, namun. Paul tidak menunjukkan bahwa pengetahuan typicaIly mengarah

ke harga diri daripada perhatian penuh kasih untuk orang lain (8: 1-3), tetapi ia tidak

pernah menyangkal bahwa Korintus berpengetahuan. Dia berbicara tentang hati

nurani terganggu (8: 7, 10, 12), tetapi tidak pernah mengatakan bahwa Korintus

terganggu. Dia memperingatkan bahwa kemerdekaan dapat menimbulkan kerugian

(8: 9), tetapi ia tidak pernah menyangkal bahwa Korintus memiliki kemerdekaan.

Dalam kenyataannya, Paul tampaknya lebih dari senang untuk menegaskan bahwa

para pendengarnya memiliki pengetahuan, kekuatan, dan kemerdekaan (liht. 8: 1,8,9,

10). Dia hanya mengambil peduli untuk menunjukkan bahwa sifat-sifat ini tidak

dimiliki oleh semua orang. Dia menunjukkan bahwa non-Muslim tidak memiliki

66
ThiseIton speaks of an "extreme spiritual liberalism" which becomes "an arrogant
beliefthat believers have the right to do anything" (First Epistle, 608),
95
pengetahuan dan bodoh percaya pada berhala (8: 5, 7). Dia menarik perhatian pada

fakta bahwa orang yang makan di kuil Korintus memiliki gangguan hati nurani (8: 7,

10, 12) dan tidak melihat impendingjudgement yang menanti mereka (lih 8:11). Paul

jangan es tidak menggunakan Pengetahuan, Kemampuan, dan Kemerdekaan untuk

menyangkal keuntungan menjadi seorang Kristen, namun untuk menyoroti fakta

bahwa keuntungan ini tidak universal.

Pemeriksaan rantai-rantai Evaluasi, Keuntungan, Keselamatan, dan

halangan mengungkapkan bahwa mereka construc konsekuensi yang foIlow dari

konsumsi makanan percaya. Dalam ayat 8, Paulus menganggap konsekuensi apa yang

ada bagi orang Kristen, menyimpulkan bahwa tidak ada satupun.

Means something like 'the customary meaning ofwords and names'. Given

that Paul has in the immediately preceding text been discussing the various meanings

of the words 'god' and 'lord', contrasting the Christian perspective with that of the

pagan world, it does not seem a stretch to imagine that in 8:7 he is referring to 'the

customary understanding of idols'.

Berarti sesuatu seperti 'makna of words adat dan nama'. Mengingat bahwa

Paulus memiliki dalam teks segera sebelum membahas berbagai arti dari kata-kata

'Tuhan' dan 'tuan', kontras perspektif Kristen dengan yang dari dunia kafir, itu

melakukan tidak terasa peregangan untuk membayangkan bahwa dalam 8: 7 ia

mengacu 'Pemahaman adat berhala'.

ThiseIton berbicara tentang suatu "liberalisme spiritual ekstrim" yang

menjadi "sombong belief that percaya memiliki hak untuk melakukan apa-apa.

Makanan tidak menyebabkan penghakiman, juga tidak menyebabkan keuntungan atau

disadvantage. Dalam ayat 9-13, namun, Paul membuatnya sangat jelas bahwa

konsumsi makanan orang percaya dapat memiliki bencana consequencesfor non-


96
Christian. Paul tidak menjelaskan pada rincian sebanyak yang kita mungkin seperti,

tapi ide umum tampak jelas: orang yang tidak percaya, yang merasakan orang percaya

konsumsi makanan tetapi tidak kosmologi yang mendasari itu, menjadi lebih

mengakar dalam gaya hidup berhala dan mengeras kepada saksi Injil. Mark Nano

menempatkan seperti ini: "Jika mereka bersaksi bahwa Kristus-orang percaya ...

masih makan berhala makanan, mereka akan terus merasakan bahwa penyembahan

berhala yang tepat, yang mengarah ke diri mereka destruction.67

Jadi, apa yang Paulus bicarakan di 8: 1-13? Pada dasarnya, ia berbicara

tentang orang-orang yang mengetahui kebenaran tentang makhluk super dan orang

yang tidak, orang yang memiliki hati nurani mampu dan orang-orang yang tidak. Ini

menetapkan parameter dasar pandangannya tentang konsumsi pangan. Dia berbicara

tentang makanan sebagai sesuatu yang netral bagi orang Kristen, yang tidak akan

dinilai pada hal-hal makanan. Tapi dia juga berbicara tentang makanan sebagai

hambatan dalam cara ofnon-Kristen. Yang paling penting, ia berbicara tentang

perlunya orang Kristen untuk menghindari tindakan yang menghambat orang lain.

Mendasari 8: 1-13 adalah etika berakar pada salib, yang mencontohkan suatu

penyerahan diri sementara mengarah ke keselamatan etemal orang lain. Ini akan

dibawa keluar secara eksplisit dalam pasal 9.

Scholars are divided over the sense. But whether Paul has in view

condemnation or commendation is irrelevant. His point either way is that God's

evaluation of the believer will not concem practices of food consumption. Thiselton

67
Nanos, "Polytheist," 13. He adds, "Interpreters regularly note that Paul uses the word
meaning 'to build up' ironically, to signify tearing down by arrogantly behaving in a way that
encourages the other to do something harmful to themselves. However, Paul's comment here need not
mean that the impaired were not already doing the harmful thing at issue, which most interpreters
understand to be implied. Building up need not signify the same thing as starting from scratch."
Similarly, Garland observes, "The moral sensibility ... ofthis person is impaired. Morally, the weak
person do es not know which way is up and is led to believe that such berhalatrous actions are not
wrong" (! Corinthia!1.8, 390).
97
writes, "Most writers endorse H. A. Mayer' s view that the issue tums on the religious

neutrality of food. Meyer paraphrases: Food is not the determining element in the

Christian 's relation to God' . For a summary offive competing views.

The impaired non-Christian is 'hindered', 'weakened', 'destroyed', 'sinned

against', and 'wounded'.

Tapi apakah Paulus dalam pandangan kecaman atau pujian tidak relevan.

Maksudnya cara baik adalah bahwa evaluasi Allah dari orang percaya tidak akan

concem praktik konsumsi makanan. Thiselton menulis, "Kebanyakan penulis

mendukung 'pandangan s bahwa masalah tums pada netralitas agama makanan Meyer

parafrase.: Makanan bukanlah unsur penentu dalam Christian' HA Mayer hubungan s

dengan Allah '(Surat Pertama, 646-7). untuk ringkasan offive bersaing tampilan, lihat

Thiselton, Surat Pertama, 645-7. Gangguan non-Kristen adalah 'terhalang', 'melemah',

'hancur', 'berdosa terhadap', dan 'terluka'. Nano, "musyrik," 13. Ia menambahkan,

"Juru teratur dicatat bahwa Paulus menggunakan kata makna 'untuk membangun'

ironisnya, untuk menandakan meruntuhkan oleh sombong berperilaku dengan cara

yang mendorong yang lain untuk melakukan sesuatu yang berbahaya untuk diri

mereka sendiri. Namun, komentar Paulus di sini tidak perlu berarti bahwa gangguan

yang belum melakukan hal yang berbahaya yang dipermasalahkan, yang paling

penafsir memahami akan tersirat. Bangunan up tidak perlu menandakan hal yang

sama seperti mulai dari awal. " Demikian pula, Garland mengamati, "The sensibilitas

moral yang ... ofthis orang terganggu. Secara moral, orang yang lemah jangan es tidak

tahu mana sudah habis dan dipimpin untuk percaya bahwa tindakan berhala tersebut

tidak salah" (1 Kor. 1: 8).


98
1 Korintus 9:1-23

Ringkasan

Ada tujuh rantai dominan dalam 9: 1-23: Kemerdekaan, Kerasulan,

Bekerja, Merengkuh, Konsumsi, Kompensasi, Dan Proklamasi. Sekali Lagi, Ini List

Sederhana Gagal Untuk Mewujudkan Bagaimana Berfungsinya Rantai-Rantai. I

Hendak Kelompokkan Mereka Ke Dalam Tiga Kelompok. Beberapa Dari Mereka

Ada Hubungannya Dengan Bekerja (Bekerja, Kerasulan, Proklamasi). Beberapa

Melibatkan Siratan Dalam Bekerja (Kemerdekaan, Kompensasi, Konsumsi).

Kekhawatiran Terakhir Atas Semuanya Bagaimana Individu Berhubungan Dengan

Kemerdekaan (Merengkuh).

Analisis

Banyak komentator telah bergumul dengan transisi yang tampaknya tiba-

tiba Paulus dalam pasal 9, tetapi analisis saya ofideational makna merasakan pasal 8

dan 9 sebagai sangat terintegrasi.

Ada tiga indikasi utama disini. Pertama, keasyikan Paulus dengan 'hak'

tidak menunjukkan perubahan arah; ia hanya melanjutkan refleksinya tentang

kemerdekaan diet (lih. 8: 8-9). Kedua, Paulus ilustrasi utama adalah refusaI untuk

memiliki makanan nya disediakan oleh jemaat Korintus. Ini mengungkapkan bahwa

ia masih terfokus pada efek bahwa konsumsi makanan dapat memiliki non-Muslim.

Ketiga, Paul Argumen utama - bahwa Injil membebaskan individu dari kejaran

keuntungan pribadi dan mendorong suatu bentuk pengendalian diri yang berusaha

keselamatan orang lain - adalah sama seperti yang di 8: 9-13. Berikut beberapa

diskusi ofthese poin, akan menunjukkan bahwa pertahanan Paulus di 9: 3-12 tidak

memberikan kontribusi langsung ke pembahasannya tentang makanan berhala.


99
Melainkan memfasilitasi diskusi yang dengan mendirikan bahwa refusaI untuk

menerima dukungan material adalah penyerahan sesuatu yang berhak.

Dalam studi baru-baru ini dan berwawasan tentang 1 Korintus 9, Lincoln

Galloway mengusulkan bahwa 9: 1-27 adalah suatu pemahaman tentang

kemerdekaan. Kami diundang untuk membaca dengan cara ini, katanya, dengan

pertanyaan pembuka Paulus (9: 1). Selanjutnya, kosa kata Paulus mengungkapkan

ofterms klaster digunakan dalam wacana filosofis populer kemerdekaan. Galloway

berinvestasi sekitar lima belas halaman dalam menunjukkan mata uang istilah seperti.

Dari pembacaannya ia diyakinkan, dan jauh lebih unggul daripada yang

membaca 1 Korintus 9 sebagai diskusi apostleship Paulus.364 Ini coheres terutama

Weil dengan kesimpulan saya bahwa kemerdekaan untuk makan adalah pusat

perhatian dari 8: 1-9: 27. Dalam 8: 9 Paulus memperingatkan bahwa kemerdekaan ini

dapat menjadi penghalang untuk orang lain.

Peringatan ini membangun dalam penegasan klimaks dan menyapu di 8:

13: '. Jika pelaksanaan kemerdekaan saya menghalangi orang lain, saya akan

mengorbankan kemerdekaan saya'. Pasal 9 hanya meneruskan diskusi yang sedang

berlangsung.

Meskipun banyak dari 9: 1-23 yang dapat diterapkan untuk kemerdekaan

Kristen pada umumnya, contoh konkret yang diberikan oleh Paulus adalah haknya

untuk diberi makan oleh jemaat Korintus. Hal ini ditandai dengan pertanyaan pertama

dari pertahanannya: "Apakah kita tidak memiliki hak untuk makan dan minum? (9: 4)

'Memang, hak-hak lain yang disebutkan dalam 9: 5-6; yang ide umum tampaknya

bahwa "ia memiliki hak untuk menerima dukungan dari masyarakat sehingga ia tidak
100
akan menjadi teralihkan dari tugas khotbahnya oleh kesulitan mencoba untuk mencari

nafkah di waktu yang sama.68

Tapi kita tidak harus dibutakan oleh pemborosan budaya yang sangat

moneter sehingga kita gagal untuk melihat bahwa ada hubungan erat antara upah dan

makanan; setiap orang yang bekerja di 9: 7-12 menerima makanan sebagai

kompensasinya yang sah.

A few ofthe ancient manuscripts even reverse the order of Paul's opening

questions, perhaps, as Garland hypothesizes, because the issue ofPau!'s apostleship

was assumed to be foremost. Garland, 1 Corinthians.

Beberapa ofthe naskah kuno bahkan membalik urutan pertanyaan

pembukaan ofPaul, mungkin, sebagai Garland hipotesis, karena masalah ofPau! 'S

kerasulan diasumsikan utama. Garland, 1 Korintus.

Fokus Paulus pada konsumsi makanan menerangi 9: 19-23, di mana ia

menguraikan tentang praktek menelantarkan hak-haknya. Ketika membaca ayat-ayat

ini, ia pertama-tama menunjukkan bahwa ketika melayani orang-orang Yahudi ia

mematuhi hukum makanan Yahudi (meskipun ia tidak terikat oleh hukum-hukum itu)

dan bahwa ketika melayani bangsa-bangsa lain dia makan makanan non-halal

(meskipun ini tidak berarti ia tidak punya prinsip). Motif di balik penolakannya untuk

menerima dukungan dari gereja di Korintus diberikan dalam ilustrasi akhir: Dia

menjadi miskin dan tidak bermartabat untuk menjangkau masyarakat miskin dan tidak

bermartabat (9:22). Saya menyarankan bahwa ini paling baik dipahami sebagai

penanda bahwa, dalam rangka mencapai masyarakat umum Korintus, Paulus memilih

untuk bekerja dan makan di antara mereka, meninggalkan meja orang kaya dan

pengaruhnya.

68
Garland, T Corinthians,
101
Jika hipotesis saya benar, maka di 9 : 1-23 Paulus tidak hanya masih

berbicara tentang konsumsi makanan sebagai suatu kemerdekaan, ia juga masih

berbicara tentang hal itu dalam konsekuensinya untuk penerimaan orang tidak percaya

akan Injil.

Jadi, bagaimanapun, ada sebuah paralel tambahan antara skenario makan

di kuil berhala di 8: 9-12 dan praktek misi Paulus di Korintus. Komentar Garland

menyatukan fakta-fakta yang relevan ini:

Ikut bergabung dalam acara makan sangat penting dalam dunia kuno

karena hal itu sebagai penanda pembagian kelas sosial ekonomi, sebagai kesempatan

untuk berkomunikasi dan membangun persahabatan, dan sebagai sarana untuk

memenuhi kewajiban sosial-politik dan seterusnya. Untuk menolak undangan dari

teman-teman, tetangga, dan pelanggan tidak hanya akan menyebabkan status sosial

seseorang menurun, tetapi juga akan menandai seseorang itu sebagai 'aneh dan

menjijikkan'.

Biasanya fakta-fakta ini disajikan untuk menjelaskan bahwa kalangan

kelas atas tertentu dari orang Korintus tidak ingin menanggung konsekuensi sosial

dari menghindari undangan makan di kuil. Ini adalah kesimpulan yang meyakinkan.

Maksud saya dalam menyajikannya di sini, bagaimanapun, adalah untuk mengamati

bahwa ini adalah konsekuensi-konsekuensi yang sangat nyata yang Paulus

pertahankan karena penolakannya untuk menerima makanan dari jemaat Korintus dan

bahwa reaksi ini untuk praktek misinya menjelaskan mengapa ia mengambil begitu

banyak waktu di 9: 1-9: 23 untuk menguraikan 8: 9-13.69

69
Garland, 1 Corinthians, 357. The quotation he cites is from Gooch, Dangerous Food, 46.
See also Clîûw, Pütrûnüge ünd Power; and Marshall, Enmity in Corinth.
102
Sebagaimana Garland menyatakan di bagian lain: "Mereka tidak

menafsirkan kekurangan Paulus secara sukarela sebagai konfirmasi penyesuaian diri

dengan pola pengorbanan Kristus. Sebaliknya, mereka menafsirkan kemelaratan

Paulus sebagai perendahan diri sendiri dan untuk menyindir mereka.368 Kecuali

Paulus ingin kata-katanya jatuh pada telinga tuli, ia perlu menjelaskan pemahamannya

tentang kemerdekaan Kristen dan alasan untuk mengatakan bahwa itu harus kadang-

kadang disisihkan.

Berikut Paulus menggunakan seperti dalam 1: 25-29, di mana ia kemuliaan

dalam kebodohan salib dan dalam keputusan Allah untuk memilih yang lemah dari

dunia untuk malu yang kuat. Hal ini tentu akan mencakup, tetapi tidak akan terbatas,

kelemahan sosial-ekonomi. Lihat Thiselton, Surat Pertama, 706; dan Garland, 1

Korintus.

Masalah ini mengkristal dalam interaksi antara Kemerdekaan dan

Merengkuh. Lima kali dalam 9:1-23 Paulus menggunakan ekspresi Ëxollev

Èçoverlov, atau sesuatu yang mirip dengan itu. Tiga kali ia menggunakan Èçoverlo

dengan kata-kata Xpaollat dan Kotoxpaollat, selalu dengan polaritas negatif. Pada

pokonya, ia mengconstrucs dirinya sebagai keduanya, baik memiliki kemerdekaan

dan juga tidak menggunakan kemerdekaan itu.70

Pembedaan antara kebenaran dan penampilan mungkin tampak asing bagi

orang-orang Korintus, yang tinggal di suatu lingkungan yang jenuh dengan

propaganda diri.

Witherington mencatat bahwa "Orang-orang Korintus … hidup dengan

orientasi budaya ‘honor-shame’ , di mana pengakuan publik sering lebih penting


70
Actually, Paul uses the strengthened term KaTaxpaoj1at to present himself as not
beingpreoccupied with freedom (cf. 1 Corinthians 7:31). Louw and Nida offer the definition "ta
conduct oneselfin such a way as to become completely occupied by certain means" (Greek-English
Lexicon, 505).
103
daripada fakta-fakta. Dalam budaya seperti rasa seseorang dari layak berdasarkan

pengakuan oleh others. Paulus menghadapi perjuangan yang berat dalam usahanya

untuk meyakinkan jemaat Korintus bahwa mereka tidak boleh makan makanan

berhala. Mengapa seseorang ingin melepaskan sebuah kemerdekaan yang begitu baik

dan melakukan bunuh diri sosial?

Alasan pendekatan ini tidak menjadi masalah bagi Paulus, dapat diringkas

dalam satu kata. Efek Injil yang mengubahkan ada pada hidupnya, tercermin dalam

efek transformasinya pada wacananya di 1 Korintus 9: 1-23.

Sebenarnya, Paulus menggunakan istilah diperkuat KaTaxpaoj1at

menampilkan dirinya tidak beingpreoccupied dengan kemerdekaan (lih 1 Korintus

7:31). Louw dan Nida menawarkan definisi "ta melakukan oneselfin sedemikian rupa

untuk menjadi benar-benar diduduki dengan cara tertentu" (Kamus Yunani-Inggris,

505).

Setelah pendahuluan, kita melihat suatu perubahan yang luar biasa terjadi

di antara beberapa rantai kemiripan yang paling menonjol.

Pertama, Paulus berhenti berbicara tentang dirinya sebagai pekerja bebas

dan mulai menampilkan dirinya sebagai seorang budak yang telah dipercayakan

dengan suatu tanggung jawab (9: 16-17).71

Perhatikan bahasa yang sangat mirip dalam 1 Korintus 4: 1-4:

Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba

[olxovojloç] Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah. Yang akhirnya

dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat

dipercayai. Bagiku sedikit sekali artinya entahkah aku dihakimi oleh kamu atau oleh

suatu pengadilan manusia. Malahan diriku sendiripun tidak kuhakimi Sebab memang

71
It is not unusual for Paul to present himself as a slave. However, notice that in 7:37 Paul
contrasts 'having rights' with being 'under compulsion': shift: has clearly taken place in the discourse.
104
aku tidak sadar akan sesuatu, tetapi bukan karena itulah aku dibenarkan. Dia, yang

menghakimi aku, ialah Tuhan.

Pandangan Paulus yang dipengaruhi oleh Injil yang mengubahkan, tidak

berusaha mencari status sosial, tetapi mengabaikan kritik manusia dan berusaha untuk

melayani Tuhan. Kedua, Paul berhenti mengklaim makanan sebagai kompensasi

pekerja yang menjadi haknya, dan mengalihkan perhatiannya untuk balasan dari jenis

yang lain - kepuasan diri Dia berpegang pada pandangan ini dengan penuh semangat,

menolak segala saran dengan menegaskan bahwa semua itu telah disisihkannya

(9:15). Dan menjadi sumber self-satisfactionnya.72 Adalah kesediaannya untuk bebas

beradaptasi dalam kebiasaan diet nya sehingga dapat meyakinkan dan menyelamatkan

begitu banyak orang (9: 19-22).73 Dia dengan cerdik menyajikan ini menggunakan

kata yang bisa berarti baik 'menguntungkan' dan 'meyakinkan .

Hal ini tidak biasa bagi Paulus untuk menampilkan dirinya sebagai budak.

Namun, perhatikan bahwa di 7:37 Paulus kontras 'memiliki hak' dengan menjadi

'paksaan'. Pergeseran: telah jelas terjadi dalam wacana.

I kemudian mengikuti saran Fee bahwa "cara argumen terstruktur

menyiratkan bahwa 'gaji' dan 'bermegah' nya merujuk pada realitas yang sama,

memberitakan Injil tanpa menerima dukungan." Biaya, Surat Pertama, 421. 1 akan

menyarankan, bagaimanapun, bahwa istilah ini digunakan untuk menandakan apa

yang Paulus merasakan menjadi dasar ofhis reward dan sumber ofhis kepuasan diri.

72
1 am following Fee's suggestion that "the way the argument is structured implies that his
'pay' and his 'boast' refer to the same reality, preaching the gospel without accepting support." Fee, First
Epistle, 421. 1 would suggest, however, that these terms are being used to signify what Paul perceives
to be the basis ofhis reward and the source ofhis self-satisfaction.
73
Paul's diet would have been inferior ifprovided for by his own labour. He would likely
have lacked sufficient money to buy meat from the market, and would have been forced to live on a
rather minimal fare consisting primarily of grain. See Thiessen, Social Setting, 125-29. It is perhaps
significant that Paul do es not use the word wç when discussing the poor. In other words, whereas he
becomes 'like' the Jews and 'like' the Gentiles in order to win them, he actually becomes poor in order
to win the poor. Cf. his comments in 4: 11-13.
105
Diet Paulus akan menjadi lebih rendah ifprovided oleh bekerja sendiri. Dia

kemungkinan akan kekurangan uang yang cukup untuk membeli daging dari pasar,

dan akan telah dipaksa untuk hidup pada tarif agak minim terutama terdiri dari biji-

bijian. Lihat Thiessen, Pengaturan Sosial, 125-29. Hal ini mungkin penting bahwa

Paul jangan es tidak menggunakan WC kata ketika membahas miskin. Dengan kata

lain, sedangkan ia menjadi 'seperti' orang-orang Yahudi dan 'seperti' bangsa-bangsa

lain untuk memenangkan mereka, ia benar-benar menjadi miskin untuk memenangkan

orang miskin. Lih komentarnya di 4: 11-13.

Hasilnya adalah suatu pengulangan mencolok atas point yang dibuat di 8:

9-13 yaitu praktek-praktek diet dapat secara positif atau negatif berdampak pada

penyebaran Injil.

Dalam 9: 1-23, oleh karena itu, Paulus memperluas argumen yang telah

diberikan dalam 8: 9-13. Dengan memunculkan konsekuensi sosial yang telah

melanda dirinya sebagai hasil dari keputusannya untuk menolak makanan dari orang-

orang Kristen di Korintus, ia menunjukkan kesadaran yang mendalam tentang tekanan

sosial atasnya dan konsekuensi-konsekuensi yang berpotensi memalukan yang mereka

ingin hindari. Tapi yang lebih penting, ia menunjukkan bahwa evaluasi yang benar-

benar penting, sesuatu yang di hadapan Allah, menjadikan pengakuan sosial suatu hal

yang kecil. Jauh lebih penting untuk mempertimbangkan kemuliaan kekal yang

dijamin ketika orang menerima Injil.74

Hadirnya argumen menyeluruh ini dalam pandangan, memungkinkan

untuk melihat lebih jelas fungsi yang unik dari 9: 3-12. Jelaslah, rasa frustrasi terasa

di udara. Paul telah menolak beberapa dari ‘orang mampu’ Kristen di Korintus

dengan menolak dukungan mereka dan sebagai hasilnya mereka mengkritik dia,

74
I can imagine him thinking, 'If! canjust get them ta understand why 1 have avaided
eating with them, then süiely they will ünderstând why they iTIüst âVûid 6âting idûl fûûd. '
106
merendahkan status sosialnya. Dapat dengan mudah dibayangkan menyenggol

kebanggaan yang terluka: 'Mengapa kita harus memberinya makan pula - dia hanya

seorang relawan gereja.' Tujuan utama dari 9: 3-12 adalah untuk membantah gerutuan

ini dan memvalidasi hak Paulus untuk menerima makanan sebagai kompensasi atas

pekerjaan gerejanya.

BasicaIly, Paul membangkitkan masalah yang masih dalam pertimbangan

(9: 4-6) dan kemudian menyajikan empat skenario yang melibatkan bekerja dan

kompensasi (9: 7-10). Keempat peserta adalah: seorang prajurit, seseorang yang

menanami kebun anggur, seseorang yang menggembalakan kawanan domba, dan sapi

yang sedang mengirik. Dalam setiap contoh ada upah terkait: ketentuan, anggur, susu,

dan biji-bijian.

Tujuan dari strategi ini ada dua. Pertama, mengidentifikasi domain

kompensasi sebagai suatu jenis kemerdekaan yang mengikuti bentuk bekerja. Kedua,

menghubungkan domain konsumsi dengan domain kompensasi.

Saya bisa membayangkan dia berpikir, 'Jika! canjust mendapatkan mereka

ta mengerti mengapa telah avaided makan dengan mereka, maka süiely mereka akan

mengerti mengapa mereka.

Seperti yang dinyatakan Matius 10:10 : 'Pekerja layak untuk makan. 75

Tentu saja, untuk analogi ini untuk memiliki relevansi kita harus menyimpulkan

bahwa Paulus telah melakukan kerja kerasulan, tapi pendapat ini sama sekali tidak

75
@f. Luke 10:7; Matthew 10:10. This association between wages and food is not as
obvious in our modern culture. However, we do have expressions such as "earn bread and butter" and
"bring home the bacon."
107
tampak dalam 9: 4-12. Sebaliknya, dalam pertahanannya Paulus mengasumsikan

bahwa ia dan Barnabas telah bekerja sebagai rasul-rasul.76

Gambar 13: Beberapa Rantai Kemiripan.

Dalam risiko terlalu menyederhanakan, saya akan menyajikan beberapa

rantai kemiripan utama dari pertahanan paulus secara visual pada gambar 13. Saya

rasa situasi di Korintus pada saat penulisan Paulus adalah bahwa kritik-kritik

berpengaruh tertentu telah membuat emotionalleap dari ujung kanan diagram ke ujung

kiri diagram.

Karena Paul telah menolak untuk makan dengan mereka, mereka

merendahkan kerasulannya.77 Logika kritik mereka, tentu saja, berasal dari keasyikan

mereka duduk dalam status yang diberikan oleh publik. Mereka telah menafsirkan

perilaku Paulus sebagai penolakan untuk berlaku seperti "seorang profesional sejati di

bidang

Lukas 10: 7; Matius 10:10. Asosiasi ini antara upah dan makanan tidak

sejelas dalam budaya modern kita. Namun, kami memiliki ekspresi seperti

"mendapatkan roti dan mentega" dan "membawa pulang daging."

Paul teratur mengungkapkan rasa tidak percaya pada pemikiran bahwa

@orinthians mungkin menyangkal kerasulannya. Pada saat-saat ini, dia secara

76
Paul regularly expresses a sense of incredulity at the thought that the @orinthians might
deny his apostleship. In these moments, he consistently falls back on the indisputable fact of his work
and its results (e.g. 4:15; 9:1-2).
77
Paul is keen to establish the credentials oftrue apostleship ... because his freely chosen
decision to renounce 'rights' which 'the strong' [i.e. influential members of the Corinthian community]
undoubtedly regarded as part of the status and signs of apostleship ... was perceived to imply thereby
something deficient about his status in relation to such 'rights.'" Thiselton, First Epistle, 666. We cannot
avoid the reality of conflict in 1 Corinthians 9 by suggesting that 9:3-12 is purely rhetorical. Contra
Garland, 1 Corinthians, 406; Gardner, Gifts ofGod, 76; Smit, "Rhetorical Disposition," 485; Dodd,
Paradigmatic '1', 102-3; Mitchell, Rhetoric of Reconciliation, 243-50. Ifthe entire defence is a
rhetorical device, how do es it advance the lm'ger discourse on idol food? The truth is that 9: 1-12
contributes nothing of any substance to Paul's discussion. Were it not for his critics, he cou Id have
omitted 9:1-12 altûgetheïo
108
konsisten jatuh kembali pada fakta yang tak terbantahkan dari karyanya dan hasil-

hasilnya (misalnya 4:15; 9: 1-2).

"Paul adalah tertarik untuk membangun kepercayaan oftrue kerasulan

karena keputusan yang dipilih secara bebas untuk meninggalkan 'hak' yang 'kuat'

[yaitu anggota berpengaruh dari masyarakat Korintus] diragukan lagi dianggap

sebagai bagian dari status dan tanda-tanda kerasulan. .. dianggap menyiratkan

demikian sesuatu kekurangan tentang statusnya dalam kaitannya dengan seperti

"Thiselton, Surat Pertama, 666. Kita tidak bisa menghindari kenyataan konflik dalam

1 Korintus 9 dengan menyarankan bahwa 9 'hak.': 3-12 adalah murni retorika . Contra

Garland, 1 Korintus, 406; Gardner, Hadiah of God, 76; Smit, "Retoris Disposition,"

485; Dodd, paradigmatik '1', 102-3; Mitchell, Retorika Rekonsiliasi, 243-50. Seluruh

pertahanan adalah perangkat retoris, bagaimana es itu memajukan wacana lm'ger pada

makanan berhala? Yang benar adalah bahwa 9: 1-12 tidak memberikan kontribusi

apa-apa dari substansi apapun untuk diskusi Paulus. Kalau bukan karena kritik, ia cou

Id telah dihilangkan 9: 1-12 agama dan ahli pidato.78379 Sementara itu, Paul menolak

pengejaran status yang mereka lakukan sebagai antitesis terhadap salib Kristus

(bandingkan 2 Kor. 8: 9). Dia memiliki pandangan yang sangat positif akan

pekerjaan, dan tampaknya telah melihat bekerja manual sebagai cara yang tepat bagi

orang Kristen untuk menghindari ranjau etis dari kewajiban sosial.79 Inilah mengapa

pembelaannya berfokus pada link penting Bekerja dan Kompensasi. Tentu saja,

78
Thiselton, First Epistle, 13. Witherington (Confiiet and Community, 21) says: "In a city
where social climbing was a major preoccupation, Paul's deliberate stepping down in apparent status
would have been seen by many as disturbing, disgusting, and even provocative."
79
See especially 1 Thess 4:9-12, where Paul explicitly states that he does not want his
converts to be dependent on anyone. While commentators regularly discuss Paul's des ire to avoid
social obligations towards wealthy Corinthian believers, it seems just as plausible that he expects the
believers in Corinth to avoid social obligations which would l'equire them to behave improperly (e.g. to
eat idol food). His refusaI to live a high-status lifesty!e may be an attempt to model the kind of
independencc he desires fûr his critics.
109
apakah rekonstruksi ini akurat, hampir tidak penting. Yang penting adalah bahwa

logika pembelaan Paulus ini hasil berasal dari kiri ke kanan. Paulus membela

kemerdekaan yang terkait dengan konsumsi makanan atas dasar kerasulannya. Dia

harus melakukannya dalam rangka untuk melisensi analogi ia ingin tarik antara

tindakannya sendiri dan tindakan yang dia minta orang Korintus lakukan.

Sama seperti keseluruhan diskusi Paulus ini, 9: 1-23 menjelaskan

bagaimana orang Kristen harus bersikap dengan hormat terhadap makanan berhala;

ini adalah bidang yang menyeluruh dari wacana untuk 8:1-11:1. Cara Paul memilih

untuk memulai tentang kegiatan ini, bagaimanapun, menuntut dia untuk mengatasi

suatu kendala besar. Dia tidak bisa dengan percaya diri berbicara tentang penolakan

menerima makanan dari orang-orang Korintus kecuali mereka bersedia untuk

mengakui bahwa ia bebas menuntut makanan ini. Akibatnya, ada suatu perubahan

yang nyata dari lapangan di 9: 3-12, saat ia melakukan suatu pembelaan atas haknya

agar makanannya disediakan oleh jemaat Korintus. Perubahan dalam aktivitas sosial

yang relevan dalam wacana Paulus ini cukup memadahi sehingga 9: 3-12 harus

ditafsirkan sebagai suatu sub-teks yang memfasilitasi.

Thiselton, Surat Pertama, 13. Witherington (Confiiet dan Komunitas, 21)

mengatakan: "Di kota di mana panjat sosial adalah perhatian utama, Paulus sengaja

mundur dalam status jelas akan terlihat oleh banyak orang sebagai mengganggu,

menjijikkan, dan bahkan provokatif."

Lihat terutama 1 Tesalonika 4: 9-12, di mana Paulus secara eksplisit

menyatakan bahwa ia tidak ingin bertobat menjadi tergantung pada siapa pun.

Sementara komentator teratur membahas Paulus des kemarahan untuk menghindari

kewajiban sosial terhadap jemaat di Korintus kaya, tampaknya seperti masuk akal

bahwa ia mengharapkan orang-orang percaya di Korintus untuk menghindari


110
kewajiban sosial yang akan l'equire mereka untuk berperilaku tidak semestinya

(misalnya untuk makan berhala makanan). Refusai untuk menjalani lifesty status

tinggi! mungkin suatu usaha untuk model jenis independencc dia inginkan bulu

pengkritiknya.

1 Korintus 9:24-27

Ringkasan

Banyak rantai kemiripan yang paling dominan di 9: 1-23 lenyap di ayat 24,

dengan majunya Kerasulan, Bekerja, dan Kompensasi menjadi yang paling terlihat.

Beberapa rantai mencolok di 9: 24-27 termasuk Kompetisi Atletik, Kemerdekaan,

Dan Evaluasi.

Analisis

Kebanyakan komentator mengakui bahwa Paulus menggunakan atletik

sebagai suatu ilustrasi, suatu praktek yang umum dalam tradisi filsafat Yunani.381

Banyak diantaranya yang bahkan mengakui bahwa ilustrasi ini dimaksudkan untuk

lebih menjelaskan perilaku yang sedang dianjurkan dalam 8: 9-12. Thiselton,

misalnya, berpendapat bahwa 9:1-23,9:24-27 dan 10:1-13 prinsip kesabaran yang

disajikan dalam 8:1-13 menggunakan tiga ilustrasi yakni, pelayanan Paulus, kompetisi

atletik, dan Israel kuno.80

Sayangnya, beberapa aspek kontinuitas tertentu dengan 9: 1-23 secara

konsisten diabaikan. Misalnya, melihat bahwa dalam 9:19-23 Paulus mengconstruc

keselamatan orang lain sebagai sesuatu yang ia berusaha untuk dapatkan. Beberapa

80
Thiselton, First Epistle, 708-9. Cf. Garland, 1 Corinthians, 438.
111
saat kemudian ia membahas mahkota yang tidak dapat binasa yang seharusnya dikejar

(9: 24-25). 81

Demikian pula, di 9: 19-23 Paulus berbicara tentang kesediaannya untuk

'memperhamba’ dirinya sendiri. Dia kemudian segera menggarisbawahi pentingnya

pengendalian diri (9: 26-27). Asosiasi-asosiasi ini tidak kebetulan. Ini

mengungkapkan bahwa Paulus masih berbicara tentang dampak kebiasaan makan

terhadap penyebaran Injil. Dengan cara yang sama bahwa para atlet berlatih

mengendalikan diri untuk memenangkan suatu hadiah.

Paulus membatasi konsumsi makanannya untuk menghindari menjadi

penghalang orang-orang dari menerima Injil. Ketika ia mendorong gereja Korintus

untuk melakukan hal yang sama, ia cukup mengulangi dorongan yang diberikannya

dalam 8:9.

Suatu hal yang penting untuk dicatat tentang 9: 24-27 adalah penggunaan

Paulus akan domain Fisik. Dia menggunakan itu untuk membedakan karangan bunga

tidak tahan lama yang diperoleh oleh para kompetitor atletik dengan karangan bunga

tidak dapat binasa yang diperoleh oleh orang percaya yang berlatih pengendalian diri

dengan sungguh-sungguh. Kontras serupa terjadi di tempat lain, mungkin yang paling

terasa di 9:11, di mana Paulus mengkontraskan benih 'spiritual' yang ditaburkan

olehnya dan Barnabas dengan panen 'fisik' makanan yang mereka seharusnya berhak

sebagai kompensasi. Kontras-kontras seperti, tentu saja, merupakan komponen

integral dari ajaran Kristen awal. Orang yang paham dapat melihatnya dalam Matius

5: 11-12, yang mencatat desakan Yesus bahwa penganiayaan duniawi dibayang-

bayangi oleh reward surgawi.

81
Observe also that in Philippians 4: l Paul refers to his Philippian converts as his crown.
112
Sangat menarik, dalam Yohanes 4: 31-38 Yesus berbicara tentang

'makanan' nya ialah ‘bekerja’ untuk mana ia diutus. Dia kemudian merujuk pada

ladang yang siap dipanen dan berkata bahwa pemanen 'menerima kompensasi

(flw86ç)' dan 'mengumpulkan panenan kedalam kehidupan kekal.

Ini dapat mengungkapkan pemahaman akan efek pada orang Kristen,

bahwa kompensasi (misalnya, makanan) yang dihasilkan dari bekerja pekerjaan

misionaris adalah orang-orang yang diselamatkan secara kekal. Sebagaimana

Galloway mengatakan, "Ada suatu hubungan intrinsik antara aktivitas seseorang dan

imbal jasa seseorang. Orang tidak hanya dihargai untuk pekerjaan yang dilakukan,

tapi suatu share atau partisipasi dalam hasil-hasil pekerjaan.

Saya telah membuat suatu titik penekanan keberlangsungan 8: 1-9: 27

karena seluruh bagian dari construcs teks Paulus tentang konsumsi pangan sebagai

suatu kemerdekaan yang harus diserahkan sehingga orang-orang tidak terhalang dari

menerima Injil. Pada 10:1, namun demikian, terjadi suatu perubahan. Wacana yang

ada saat ini berhenti berbicara tentang kemerdekaan dan kepekaan terhadap orang

tidak percaya dan mulai berbicara tentang dosa dan murka Allah.82 Suatu bayangan

atas pergeseran ini terjadi dalam 9: 26-27, di mana Paulus berhenti berbicara tentang

konsekuensi positif pantang (misalnya, untuk menang) dan mulai berbicara tentang

konsekuensi negatif dari pemanjaan diri (misalnya, didiskualifikasi).

1 Korintus 10:1-13

Ringkasan

Ilustrasi atletik ditinggalkan setelah 9: 24-27. Sebagai gantinya, Paulus

memperkenalkan cerita tentang orang-orang Israel kuno. Cerita ini melibatkan


82
These are not entirely foreign concepts, of course. Paul has already constmed the eating
of idol food as a sin (8: 12), and the destmction ofnon-believers is predicated upon the assumption that
berhalaters will not enter the Kingdom of Heaven (8: Il). The difference is that Paul applies these ideas
directly to the Corinthian believers.
113
Konsumsi, tapi pelajaran yang berada di intinya adalah bahwa dosa jeopardizes

Salvation. Ia menarik perhatian orang-orang Korintus untuk memperhatikan Evaluasi

Allah.

Analisis

Ayat 1-5 menceritakan kembali dengan agak imajinatif perjalanan padang

gurun Israel. Paulus mengconstruc Israel sebagai di bawah awan dan sebagai

melewati laut, dan ia kemudian menyajikan ini sebagai baptisan mereka (10: 1-2). Dia

mengconstruc mereka sebagai makan dan minum, dan ia menyajikan Kristus sebagai

sumber dari rezeki mereka (10: 3-4). Akhirnya ia mengconstruc ketidaksenangan

Allah, dan pembantaian atas orang Israel (10: 5).

Sebuah garis interpretation umum berpendapat bahwa cara Paulus yang

agak imajinatif dalam menyajikan peristiwa ini dimaksudkan untuk menghilangkan

prasangka pemahaman magis atas sakrament-sakramen Kristen.83 Pembacaan ini

menangkap dengan tepat bahwa Paulus sedang menggambar secara paralel antara

Israel dan gereja Kristen. Ini tidak sepenuhnya konsep asing, tentu saja. Paul telah

constmed yang makan makanan berhala sebagai dosa (8: 12), dan destmction yang

ofnon-orang percaya didasarkan pada asumsi bahwa penyembah berhala tidak akan

masuk ke dalam Kerajaan Surga (8: Il). Perbedaannya adalah bahwa Paulus berlaku

ide-ide ini langsung ke orang percaya di Korintus.

Sama seperti di 8: 1-13 dia berbicara tentang kelebihan tertentu yang

dimiliki oleh seluruh umat God.84 Hipotesis bahwa ia menantang suatu teologi

sakramental yang terlalu bersemangat, bagaimanapun, adalah sama sekali tidak perlu.

83
E.g. \Veiss, ICûrintherbrief, 250; Cûnzelmâïuï, 1 Cûrinthians, 167; Fee, Fiïst Epistle,
442-3.
84
Thiselton, First Epistle, 725
114
Sama dengan pengetahuan, kemampuan, dan kemerdekaan dalam 8: 1-13, adalah

mungkin untuk memahami construc sakramen-sakramen oleh Paulus sebagai suatu

penegasan dari hak yang sah yang dinikmati oleh orang-orang percaya. Dia memilih

untuk fokus pada ritual Kristen yang khas dalam mengantisipasi of his argumen di 10:

14-22.85 Secara khusus, ia mebayangkan diskusi berikutnya tentang Meja Tuhan.86

Ayat 6-11 menggambarkan penyebab dan konsekuensi penghakiman ilahi

dalam serangkaian figur yang melibatkan dosa dan keselamatan. Kita tidak bisa

memastikan seberapa akrab pendengar Paulus yang dengan cerita Israel generasi

padang gurun, tetapi tampaknya mungkin bahwa mereka akan dibawa pada gagasan

umum bahwa merindukan 'hari-hari lalu yang baik' bisa berbahaya. Terus-menerus

Israel melihat kembali ke arah makanan Mesir, membawa mereka ke berbagai dosa,

dan dosa-dosa ini mengakibatkan murka Allah. Paulus ingin tidak ada lagi keraguan

bahwa kerinduan yang sama kadang-kadang menahan orang-orang Kristen, harus

dilawan. Pelajaran dari kegagalan Israel sangat relevan berlaku daam kehidupan

Kristen (lihat 10:6, 11).

Ayat 12-13, yang memberlakukan cerita Israel untuk situasi di Korintus,

menunjukkan terlalu percaya dirinya orang Israel sebagai suatu peringatan dalam

masa pencobaan. Ini, pada akhirnya, adalah dorongan utama dari 10: 1-13. Tekanan

sosial untuk menghadiri perjamuan makan berhala adalah godaan untuk berbuat dosa.

Jika individu-induvidu meremehkan pencobaan ini, perilaku mereka akan

membangkitkan murka Allah dan membahayakan keseluruhan komunitas Kristen.87

85
Conzelmann rightly observes that the depiction of Israel "corresponds to the thought of
sacramental (a, 'communion,' which is developed later." Conzelmann, 1 Corinthians, 166.
86
In 10: 17 Paul construcs 'aU' the Christians as consuming 'one' bread, just as here he
construcs 'aU' the Israelites consumed 'the same' food.
87
It may be that Paul is directing his comments at certain individuals in the Corinthian
community who are challenging his prohibition. Fee, First Epistle, 444 n. 15.
115
Mungkin Paulus mengarahkan komentarnya di individu tertentu dalam

masyarakat Korintus yang menantang larangan-Nya. Biaya, Surat Pertama, Mungkin

dengan menyoroti fakta bahwa 'beberapa' dapat membawa kehancuran pada 'paling'

Paul berusaha untuk mengatur sebagian ofthe masyarakat Korintus terhadap beberapa

yang menantang dia. Ini adalah murni spekulasi, namun.

Hal ini jauh lebih baik untuk bertahan, dan percaya bahwa Allah akan

menolong untuk melewatinya sesuai dengan apa yang telah dijanjikan.

I Korintus 10:14-22

Ringkasan

Dalam 10:14-22, Konsumsi sekali lagi menjadi domain yang paling

terkonsentrasi dalam pembicaraan Paulus. Hal ini diwujudkan dengan tidak kurang

dari empat belas item dalam kedelapan ayat ini.

Domain Partisipasi yang telah muncul secara periodik dalam wacana

sebelumnya, mengambil peran yang sangat penting. Akhirnya, domain Makhluk-

Makhluk Superhuman Dan Pengorbanan kembali.

Analisis

Setelah disajikan adanya kemungkinan didiskualifikasi dan diilustrasikan

secara persuasif, Paulus mengkhususkan suatu kegagalan moral tertentu untuk

presentasi lebih lanjut. Tidak mengherankan, mengingat fokusnya pada makanan

berhala, dosa yang dipilih adalah dosa penyembahan berhala. Seperti yang saya lihat,

ada dua perkembangan yang sangat menonjol dalam bagian surat Paulus ini yang

secara pengartiannya sangat signifikan. Pertama, Paulus menggagas makan makanan

(the eating of food) sebagai suatu tindakan yang melibatkan sang individu kedalam

suatu rituaI sosial. Kedua, ia menggagas penyembahan berhala sebagai pemujaan

roh-roh jahat.
116
Yang pertama dari kedua perkembangan ini dicapai melalui domain

Partisipasi. Thiselton memberikan analisis yang sangat membantu dari kata-kata yang

dia terjemahkan sebagai ‘partisipasi komunal’ dan ‘partisipan komunal’.

Di satu sisi, ada sesuatu yang dengannya orang tersebut jadi terkait; hal ini

adalah sesuatu yang sudah umum, tapi walaupun demikian dipegang secara

individual. Di sisi lain, ada rasa kesamaan yang mekar kedalam komunitas, pikiran

yang sama, dari sesuatu yang mirip dengan societas Greco-Roman.88392

Salah satu aspek yang tidak menguntungkan dari diskusi Thiselton adalah

penerimaannya akan pembedaan oleh Smit antara aspek partisipasi 'vertikal /

teologikal' dan aspek partisipasi 'horizontal / sosial'.89

Hasil karya Smit secara salah terlalu menekankan persatuan dengan para

makhluk superhuman dan gagal untuk melihat bahwa gagasan partisipasi diterapkan

secara sangat luas dalam tulisan Paulus.90

Tidak dapat disangkal, ketika kita mencari objek dari dan pada 10:14-22,

kita mendapati darah Kristus, tubuh Kristus, dan roh-roh jahat.395 Tapi kita juga

mendapati sebuah altar. Selanjutnya, Konsumsi dan Partisipasi terjalin dengan sangat

erat. 91

Cawan dan roti Kristen disebut sebagai suatu partisipasi (10:16), minum

cawan roh-roh jahat dan berbagi pada meja roh-roh jahat sangat jelas menggambarkan

88
Thiselton, First Epistle, 104-05 and 761-62. Unfortunately, he downplays the
connection with the sacietas.
89
Thiselton, First Epistle, 761-62. Cf. Smit, "Paul's Rhetoric," 40-53. The same terms are
also used by Gardner, Gifts a/Gad, 161.
90
Thomton states: "A genitive following the word koinonia expresses ... that ofwhich one
partakes ... the object shared." Thomton, Camman Life, 71 (cited by Thiselton, First Epistle, 104).
91
ActuaIly, in the only place where Paul expands on an act of participation, he focuses on
the so-called horizontal/social dimension. In the verses immediately following his introduction of the
term KOtVWVtO, Paul says: 'Because there is one loaf, we are aIl one body. This is because we aIl
share in the one loaP (10: 17).
117
suatu partisipasi (10:20-21), dan orang-orang yang makan makanan korban

digambarkan sebagai para partisipan (10:18). Meskipun beresiko hilangnya gaya

penulisan, Paulus bisa menulis: 'Suatu partisipasi dalam cawan Tuhan adalah suatu

partisipasi dalam darah Tuhan,' 'Mereka yang berpartisipasi dalam pengorbanan

adalah para partisipan dalam hal altar,' dan lain-lain.

Thomton menyatakan: "A genitive mengikuti kata koinonia

mengungkapkan ... bahwa ofwhich satu turut ... objek bersama." Thomton, Camman

Life, 71 (dikutip oleh Thiselton, Surat Pertama, 104).

Hal ini berlaku tidak hanya dalam teks Paulus tetapi dalam bahasa Yunani

secara keseluruhan. Pertimbangkan kata yang construcs berbagi makan.

Tidak hanya banyak partisipasi yang ditafsirkan dalam 10:14-22, tetapi

Paulus juga menggunakan klausa-klausa relasional untuk menghubungkan beberapa

diantaranya. Dalam melakukannya, ia menyatukan berbagai elemen. Misalnya, dalam

10:16 ia menyatukan cawan Kristen dan darah Kristus, demikian juga, roti Kristen

dan tubuh Kristus.

Dalam 10: 18 ia menyatukan korban-korban dan mezbah pengorbanan.

Dengan cara yang sama, ayat 20-21 secara implisit menyatukan cawan roh-roh jahat,

meja roh-roh jahat, dan roh-roh jahat itu sendiri.

Efek dari hubungan ini, yang saya sarankan, adalah bahwa kontinuitas

ditegakkan diantara berbagai elemen yang membentuk sebuah ritual pengorbanan,

termasuk altar ibadah, korban-korban, sang dewa, dan makanan perayaan. Di dunia

penafsiran Paulus melalui bahasanya, berpartisipasi dalam salah satu dari elemen-

elemen ini berarti berpartisipasi juga dalam lainnya; semua itu adalah satu kesatuan
118
(lihat Gambar 14).92 Salah satu implikasinya adalah adalah bahwa Makan bersama

makanan berhala adalah penyembahan berhala.

Gambar 14: Partisipasi dalam 10:14-22

Pengembangan pengartian yang kedua pada 10:14-22 melibatkan

kembalinya rantai kemiripan Para Makhluk Superhuman. Dalam 8:4-6, Paulus menata

kesepakatan eksplisitnya dengan suatu proposisi penyangkalan akan pentingnya

berhala; dalam 10:19 ia mengangkat masalah ini lagi. Mengapa ia melakukan hal ini?

Garland mengutip Philo yang menyatakan bahwa "diasumsikan bahwa

korban menjadi milik dewa kepada siapa itu dikorbankan, bahwa dewa adalah tuan

rumah dari pesta berikutnya, dan bahwa pengunjung menjadi mitra dengan altar."

Garland, 1 Korintus, 481.

Kemungkinan besar, itu dikarenakan ia baru saja menafsirkan

penyembahan berhala sebagai suatu hubungan bukannya sebagai suatu keyakinan.

Dia mengantisipasi bahwa cara memandang sesuatu yang demikian tidak

akan dapat dipahami dengan baik oleh orang-orang Korintus.

Jika berhala itu tidak nyata, bagaimana bisa perilaku penyembahan berhala

dapat menimbulkan bahaya yang nyata? Bagaimana hal itu bisa membangun suatu

hubungan yang nyata? Garland menulis: "orang-orang Korintus” mungkin ….

membenarkan tindakan-tindakan mereka dengan mengecilkan arti upacara-upacara

keagamaan di sebuah kuil pagan dalam sekantong omong kosong religius yang tidak

ada efek spiritual apapun terhadap mereka. 93

92
Garland cites Philo to the effect that "it was assumed that the victim became the
property of the deity to whom it was sacrificed, that the deity was the host of the ensuing feast, and that
the diners became partners with the altar." Garland, 1 Corinthians, 481.
93
Garland, l Corinthians, 356.
119
Sama seperti orang-orang Korintus tidak melihat bahayanya sikap

penyembahan berhala atas orang lain (8:1-9:27), mereka gagal untuk melihat bahwa

ancaman itu ada terhadap diri mereka sendiri (10: 1-22). Berhala mungkin tidak nyata,

tetapi ada para makhluk superhuman yang sangat nyata yang terlibat dalam sandiwara

penyembahan berhala. Makan makanan berhala berbahaya karena dengan itu

melibatkan orang percaya kepada roh-roh jahat. Jelas, pasti ada kosmologi yang lebih

substansial yang mendasari komentar singkat ini, tetapi Paulus tidak memerincinya.94

Dia akan langsung menuju ke prinsip dasarnya dengan dua pertanyaan

penutup: 'Apakah kita mencoba untuk memprovokasi Tuhan? Kita tidak lebih kuat

dari Dia, bukan? '

Untuk meringkas apa yang telah saya katakan : dalam 10: 14-22, Paulus

akhirnya menyimpulkan subyek penyembahan berhala.

Setelah berusaha meyakinkan para pendengarnya, untuk tidak mendorong

penyembahan berhala dengan cara makan di kuil-kuil, dia sekarang mencoba untuk

meyakinkan mereka untuk tidak berpartisipasi dalam penyembahan berhala dengan

cara makan di kuil-kuil.

Yang pertama adalah suatu dosa yang merugikan orang lain; yang

kemudian adalah suatu dosa yang membahayakan komunitas Kristen itu sendiri.

Argumentasi Paulus memiliki dua cabang: itu mengacu pada fakta yang

relatif jelas bahwa makanan-makanan kuil tidak dapat dipisahkan dari ritual-ritual

kuil, dan juga memperkenalkan keyakinan Yahudi akan adanya suatu tipuan setan

yang tersembunyi di balik penyembahan berhala oleh bangsa-banga ini.

94
For a brief discussion ofhow Paul may have understood the demon roh-roh jahatic
aspects ofberhalatry, see Reid, "Principalities and Powers," 750-51.
120
Untuk diskusi singkat tentang bagaimana Paulus mungkin telah memahami

setan aspek roh-roh Jahat dari penyembahan berhala, lihat Reid, "pemerintah dan

penguasa," 750-51.

1 Korintus 10:23-11:1

Ringkasan

Dalam hal ini, bagian penutup diskusi Paulus mengenai makanan berhala,

banyak rantai sebelumnya yang diangkatkan kembali, termasuk Kemerdekaan, Hati

Nurani, Kemampuan, Keuntungan, Halangan, dan Keselamatan. Rantai Evaluasi Dan

Konsumsi juga terus mengemuka.

Analisis

Dalam 10:23-24, Paulus berbicara tentang hal-hal yang sama dengan yang

digambarkan dalam 8:1-9:27 : ia menterjemahkan mengkonsumsi makanan sebagai

suatu kemerdekaan yang sah (10:23-27, 29), ia menterjemahkan reaksi dari seorang

yang tidak percaya, yang mengamati seorang Kristen makan makanan berhala (10:28-

30), dan dia menterjemahkan penyerahan diri sendiri sebagai suatu pola perilaku yang

dimotivasi oleh suatu kerinduan untuk menyelamatkan orang-orang lain (10: 23-24,

32-11: 1).

Di tengah pengulangan ini, dua hal menonjol layak untuk diperhatikan.

Pertama, Paulus memberikan suatu kriteria yang sangat praktis untuk menentukan

dalam konteks yang bagaimana seorang percaya dapat makan. Kedua, ia menjelaskan

bahwa kriteria ini tidak boleh disalah-artikan sebagai suatu pembatasan kemerdekaan

makan orang percaya.

Berkenaan dengan point yang pertama, perhatikan kelompok kata berikut

ini: November (segala makanan yang dijual di pasar) dan November (segala makanan

yang disajikan kepada Anda). Paulus membedakan antara berbagai jenis makanan
121
sesuai dengan tempat di mana ia dijumpai oleh orang percaya. Tapi perhatikan juga

bahwa di 10:28 sebuah contoh dari makanan jenis kedua diidentifikasi oleh seseorang

sebagai 'makanan suci' (yaitu makanan berhala). Ini memperkenalkan perbedaan yang

kedua, dimana makanan diklasifikasikan menurut apakah asal-usulnya dikenali.

Hal penting untuk diamati tentang perbedaan nyata yang praktis ini adalah

bahwa yang pertama mengeneralisasi yang kedua. Paulus pada umumnya mengijinkan

konsumsi dalam semua konteks dimana tidak dengan kasat mata tampak asal usul

makanan itu, tetapi ia juga membuat jelas bahwa kriteria utama dalam setiap situasi

specifik, haruslah apakah makanan itu diketahui sebagai makanan berhala, atau tidak.

Ilustrasi dari prinsip umum ini untuk menghadapi makanan di pasar

umum, berarti bahwa makanan yang dijual di pasar pasti asalnya adalah campuran. Ini

adalah satu-satunya penjelasan untuk desakan Paulus bahwa makanan tersebut tidak

perlu di periksa dahulu.95

Demikian pula, ilustrasi dari prinsip ini untuk menghadapi undangan

makan malam pribadi berarti bahwa Paulus tidak memasukkan pada prinsip ini setiap

perayaan pribadi yang diselenggarakan di suatu fasilitas kuil. Sekali lagi, ini adalah

satu-satunya penjelasan untuk desakannya bahwa makanan yang disajikan tidak perlu

diselidiki dahulu. (Ini juga menjelaskan mengapa tidak ada lagi pembicaraan tentang

ritual penyembahan berhala.)96

Dalam prakteknya, oleh karena itu, 10:23-11:1 memberikan suatu larangan

komprehensif atas makanan berhala (yaitu 'tidak dengan sengaja makan makanan

berhala'), tapi bagaimanapun juga membiarkan orang percaya bebas untuk makan

95
For discussions of the Greek macellum and the nature of the meat sold there, see
Cadbury, "Macellum"; Gill, "Meat Market"; and Isenberg, "Sale of Sacrificial Meat."
96
Fee writes that Paul is permitting most social dining "apart from the temple me al s,
which functioned fo them as 'restaurants. '" Fee, First Epistle, 482. The obvious reason for this is that
the food served in temples is temple food.
122
hampir apa pun asal tidak disajikan di sebuah kuil (yaitu 'tidak usah Anda mencari

tahu,).97

Dalam rangka untuk memahami bagaimana larangan yang komprehensif

ini bukanlah pembatasan kemerdekaan orang percaya untuk makan, kita harus

mengamati dengan hati-hati bagaimana Paulus menggunakan rantai kemiripan Hati

Nurani.

Hal ini jelas dari 8:1-13 bahwa ia memandang hati nurani sebagai suatu

kesadaran yang subjektif yang berbeda di antara berbagai kelompok orang.

Masyarakat yang berbeda memiliki cara yang berbeda dalam melihat dunia ini dan

dengan demikian cara yang berbeda untuk mengevaluasi tindakan-tindakan tertentu.

Orang Kristen tahu bahwa semua ciptaan adalah milik Tuhan (10:26) dan

bahwa ia pada prinsipnya boleh makan apa saja

Untuk diskusi tentang macellum Yunani dan sifat daging yang dijual di

sana, melihat Cadbury, "Macellum"; Gill, "Meat Market"; dan Isenberg, "Penjualan

Pengorbanan Daging."

Biaya menulis bahwa Paulus mengizinkan makan yang paling sosial

"selain dari kuil saya al s, yang difungsikan fo mereka sebagai 'restoran.'" Fee, Surat

Pertama, Alasan yang jelas untuk ini adalah bahwa makanan yang disajikan di kuil

adalah kuil makanan.

Jadi, sementara 1 tidak setuju dengan penafsiran banyak ofCheung untuk 1

Korintus 8: 1-11: 1, 1 setuju dengan pemahamannya tentang Princip le Paulus

memberikan Korintus: "Demi yang lemah dan demi dirimu, hindari makanan apapun

jika, dan hanya jika, Anda tahu bahwa itu adalah berhala makanan "(Idol food, 162).
97
Thus, while 1 do not agree with much ofCheung's interpretation of 1 Corinthians 8:1-
11:1, 1 do agree with his understanding of the princip le Paul gives the Corinthians: "For the sake of
the weak and for the sake of yourselves, avoid any food if, and only if, you know that it is idol food"
(Idol Food, 162). This principle fits weIlwith what we know of early Christianity (including the often
mentioned Apostolic Decree).
123
Prinsip ini cocok weIlwith apa yang kita ketahui dari awal Kristen (termasuk

Keputusan Apostolik sering disebutkan).Tanpa membuat suatu perbedaan antara

makanan yang dapat diterima dan makanan yang tidak dapat diterima (10:25, 27; lih

8:8). Inilah sebabnya mengapa Paulus kemudian menulis kepada orang-orang Roma,

'Aku yakin bahwa tidak ada yang najis dengan sendirinya.

Seperti yang ternyata dari 10:29, hati nurani orang percaya yang telah

diberitahu tidak perlu memandangkan makanan itu menjadi signifikan, bahkan ketika

ia diberitahu bahwa berasal dari berhala.

Makanan yang telah dipersembahkan kepada suatu berhala tetap saja

sekedar makanan biasa (lih. 10: 19-20). Sayangnya, orang yang tidak percaya merasa

berhalanya dan makan berhalanya memiliki makna yang sangat besar (10:28; lih. 8:7).

Hati nurani yang terganggu dari sang penyembah berhala yang bodoh itu mendorong

dia untuk makan sedemikian rupa sehingga ia menjadi najis (8:7-12). 405

Seperti yang kita dengar di Roma: 'Bagi orang yang menganggap makanan

itu najis, makanan itu adalah najis. .

Dalam 10:29-30, Paulus akhirnya menyatakan secara eksplisit bahwa hati

nurani yang terganggu dari orang yang tidak percaya akan salah menilai kemerdekaan

makan orang Kristen dan salah mengartikan ketika ia makan makanan berhala.

Hal ini menjelaskan mengapa hati nuraninya semakin melemah (ia

memandang perilaku orang Kristen sebagai suatu penerimaan diam-diam atas

penyembahan berhala) dan mengapa ia pada akhirnya hancur (ia tidak melihat

perlunya untuk melarikan diri penyembahan berhala).

Sementara hal makanan adalah suatu masalah hati nurani, prinsip

'mengikuti hati nurani Anda’ tidak dapat diterapkan dalam pertemuan sosial campuran

yang melibatkan orang-orang tidak percaya.


124
Menurut pembacaan saya akan tulisan Paulus, 10:23-11:1 memberikan

petunjuk praktis. Sebagai seorang teolog, Paulus memahami bahwa makanan haruslah

menjadi suatu masalah yang netral bagi orang-orang Kristen.

Segera setelah melarang makan makanan yang diketahui berasal dari

sebuah kuil, Paulus menyatakan: "Tentu saja, ini bukan karena ofyour hati nurani

'(10:29). Aiso, dalam bab 8 Paul bahkan lebih jauh untuk digunakan makan candi

sebagai ilustrasi kebebasan diet (8: 9-12). Ini adalah Ail, tentu saja, disajikan dari

perspektif Paulus. Tidak ada alasan untuk berpikir bahwa penyembah berhala

merasakan himselfto menjadi bodoh atau najis. Bahasa negatif digunakan dalam ayat

29 mengungkapkan evaluasi ini mungkin mencerminkan perspektif pagan (yaitu kafir

mengejek orang Kristen), tetapi sama-sama bisa mencerminkan perspektif Paulus

sendiri pada evaluasi pagan (yaitu pagan mengidentifikasi orang Kristen sebagai salah

satu yang berbagi di menyembah tuhannya, yang menafsirkan Paulus sebagai

berbicara jahat conceming percaya). Yang pertama adalah penafsiran Chrysostom.

Dalam homili 25 pada 1 Korintus ia menulis: "Apa [Paul] artinya ini:" Allah telah

membuat saya bebas dan atas Ail jangkauan cedera, tetapi bukan Yahudi tahu tidak

bagaimana menilai Mie saya hidup, baik untuk melihat ke dalam kemurahan Guru

saya, tapi akan mengutuk dan berkata pada dirinya sendiri, "Kekristenan adalah fabel,

mereka menjauhkan diri dari berhala-berhala, mereka menghindari setan jahats roh-

roh, dan belum bersatu dengan hal-hal yang ditawarkan kepada mereka: besar adalah

kerakusan mereka. '"

Tapi sebagai seorang penginjil, ia tahu bahwa orang-orang non-Kristen

tidak siap untuk memahami kemerdekaan penuh untuk makan ini, dan bahwa mereka

cepat tiba pada semua kesimpulan yang salah.


125
Sebagai seorang pendeta, oleh karena itu, Paulus meletakkan suatu

larangan meliputi semuanya : apa saja yang tidak diketahui asalnya, dapat diterima;

tapi semua makanan berhala adalah dilarang.

Instruksi ini tidak hanya melindungi reputasi Injil, itu menegakkan suatu

penghalang yang teguh yang mencegah orang-orang Korintus dari mengunjungi kuil-

kuil.

Kesimpulan

Bagian ini berpusat di sekitar dua pertanyaan: "Apa yang sedang Paulus

bicarakan?” dan “Bagaimana dia menggambarkan apa yang sedang dia bicarakan?'

Dengan menguji kemiripan beberapa rantai, saya telah mengamati pola-pola dalam

konsep arti dalam tulisan Paulus ini. Dengan menyelidiki bagaimana makna-makna

ini saling terangkai kedalam konfigurasi-konfigurasi semantik, saya telah

mendapatkan wawasan tentang bagaimana pemahaman Paulus atas isu-isu seputar

makanan berhala.

Yang paling berarti dari temuan saya adalah kesatuan konsep makna dari

8:1-9:27 dan 10:1-22. Di bagian yang terdahulu, Paulus memfokuskan perhatiannya

pada makanan yang dikonsumsi. Dia menegaskan bahwa makanan adalah suatu

wilayah kemerdekaan penuh bagi orang Kristen, tetapi menunjuk bahwa praktek

pembatasan makanan itu ada dampaknya pada penyebaran Injil. Orang-orang Kristen

harus mengikuti teladan penyerahan diri Tuhan mereka, yakin mendapatkan

keuntungan yang kekal yang jauh lebih besar daripada kerugian yang sementara ini.

Dalam bagian utama kedua, Paul mengalihkan perhatiannya kepada

masalah kedua disekitar makan makanan berhala. Dia menunjukkan bahwa orang-

orang.
126
Israel berangkat keluar dari Mesir dan 'diinisiasi' menjadi sebuah

komunitas agama baru, tapi kemudian mendambakan makanan yang sebelumnya

mereka menikmati.

Penghancuran Allah atas mereka adalah suatu pengingat atas permintaan

akan kesetiaan. Makan makanan kuil berhala adalah berpartisipasi dalam ritual roh-

roh jahat, yang langsung bertentangan dengan penyembahan yang tepat kepada Allah.

Orang-orang Kristen seharusnya tidak menoleh kembali kepada penyembahan berhala

dengan rindu, tetapi harus lari dari padanya. Menurut pendapat saya, kedua cara

pandang terhadap makan makanan berhala adalah saling melengkapi bukannya saling

bertentangan.

Yang pertama mengambil pertanyaan orang-orang Korintus pada nilai

nominal sebagai penyelidikan tentang konsumsi pangan. Yang terakhir melihat

melalui itu dan menyadari bahwa orang-orang Korintus mencari pembenaran perilaku

mereka yang berbahaya yang menandai cara hidup mereka yang dulu.

Paulus mendesak pendengarnya untuk menjaga fokus mereka dan

membantu menarik keluarga, teman, dan rekan dari bahaya.

Ringkasan Dan Kesimpulan

Dalam 1 Korintus 8: 1-11: l, Paulus mendorong pendengar untuk melihat

melampaui perjuangan yang mereka hadapi dan percaya bahwa penyerahan diri

sendiri yang mereka lakukan akan mendapatkan hadiah yang jauh melampaui

kerugian sementara mereka. Selama sepuluh bulan 1 telah bekerja keras untuk tesis

ini. Saya telah membaca, dan merenungkan, dan menuliskan, dan sangat sering

bertanya-tanya apakah ada reward yang mungkin bisa lebih besar daripada beban

yang telah ditempatkan di atas saya.


127
Ini bukan teori linguistik yang telah melemahkan kekuatan saya, juga tak

pernah kesulitan bekerja dalam bahasa asing. Beban terbesar yang telah telah saya

pikul adalah rasa takut tidak pernah sampai pada suatu kesimpulan. Untungnya,

grafting teori linguistik saya dan rasa ingin tahu pribadi akhirnya memberi buah. Saya

akan menyerahkan kepada mereka yang telah mengikuti saya, untuk memutuskan

apakah buah itu adalah buah yang baik.

Analisis saya telah mengambil masalah dengan beberapa hipotesisnya

yang secara umum telah diterima, secara benar atau secara salah, cenderung untuk

mengontrol penafsiran 8: 1-11: 1.

Pertama, saya telah menolak premis bahwa orang-orang 'lemah'

dibicarakan di 8: 1- 13 adalah orang Kristen. St. John Chrysostomlah yang mula-mula

menyarankan kepada saya bahwa Paulus mungkin ada orang-orang tidak percaya

disekitarnya, meskipun ia sendiri tidak menekankan tentang hal ini. Saya bersyukur

untuk inspirasinya; sayang sekali ia tidak bisa menanggapi argumen saya.

Kedua, saya menghindari dugaan yang sangat umum bahwa Paulus

mengutip perkataan orang-orang Korintus di pasal 8. Sekali itu diakui bahwa ketidak-

cocokan adalah orang yang tidak percaya, tidak perlu lagi untuk mengambil kata-kata

yang keluar dari mulut Paulus dan menempatkannya pada orang-orang Korintus.

Ketiga, Saya telah menantang asumsi yang biasanya bahwa pasal 9 adalah

suatu pertahanan kerasulan Paulus. Saya menyebut ini asumsi yang biasa, karena

walaupun para penterjemah membaca pasal 9 sebagai suatu alat rhetorical yang

memberikan perhatian lebih ke soal kerasulan dari yang seharusnya. Pada

kenyataannya, pertahanan Paulus mengandaikan kerasulannya.

Keempat, saya telah meninggalkan opini hampir bulat bahwa 10: 23-11: 1

adalah diskusi tentang hal-hal yang lebih kecil.Sebagai alternatif, saya telah memeluk
128
ayat-ayat ini sebagai tanggapan Paulus yang paling jelas dan paling praktikal. Adalah

dalam 10: 23-11: 1 Paulus mengungkapkan pendekatan pastoralnya untuk makanan

berhala; 8: 1-9: 27 dan 10: 1-22 hanya menawarkan penjelasan pelengkap atas

pendekatan ini.

Akhirnya, saya telah memutuskan bahwa tidak ada alasan kuat untuk

berpikir bahwa Paulus marah terhadap orang-orang Korintus. Agaknya, mereka masih

mematuhi Apostolic Decree, seperti mereka yang telah mereka lakukan sejak waktu

konversi mereka. Tenor 8: 1-11: 1 adalah penjelasan, bukan konfrontatif.

Harapan saya adalah bahwa pekerjaan saya akhirnya akan menjadi salah

satu langkah kecil dalam suatu perjalanan bersama menuju suatu pemahaman yang

lebih baik atas bahasa Yunani dan 1 Korintus.

Karena persuasi masih sama pentingnya dengan akurasi (beberapa hal

tidak pernah berubah), saya akan menyimpulkan tesis ini dengan beberapa refleksi

tentang mengapa saya membaca 8: 1-11: 1 akhirnya membuat saya puas.

Pada dasarnya, saya senang telah menemukan cara memahami diskusi

Paulus yang sangat cocok dengan apa yang kita ketahui tentang orang Kristen

(Yahudi) awal, yang masuk akal dalam seluruh diskusi, dan menjadi perhatian yang

pertama dan yang terutama bagi teks. Titik terakhir menjadi semakin penting

sehubungan dengan teks Perjanjian Baru karena kekayaan informasi yang sekarang

tersedia untuk para penerjemah modern. Lebih efektif untuk menguji data linguistik

dan menemukan lubang kontekstual, daripada untuk menyaring gundukan data

kontekstual menggunakan sebuah teks.

Mengambil 10: 23-11: 1 sebagai titik awal, kita dapat menyimpulkan

dengan cepat bahwa Paulus menjunjung tinggi Apostolic Decree dan melarang gereja-

gerejanya dari makan makanan berhala. Mengapa ia melakukan hal ini?


129
Berbicara praktis, larangan makanan berhala meliputi dua gol sekaligus.

Di satu sisi, secara efektif membuat orang Kristen pada jarak yang aman dari

penyembahan berhala.

Di sisi lain, mengirimkan suatu peringatan umum atas penyembahan

berhala, yang berpotensi menyadarkan mereka atas bahaya dimana mereka sedang

terlibat. Tentu saja, ada konsekuensi-konsekuensi yang tidak menguntungkan. Kristen

yang menaati larangan akan masuk secara penuh kedalam kesulitan sosial; mereka

juga akan kehilangan sejumlah makanan yang sangat lezat.

Dalam terang salib, tak satu pun dari konsekuensi negatif ini tampaknya

sangat negatif.

Secara teologis, Paul melarang makanan berhala karena ia mengakui

penyembahan berhala sebagai penipuan oleh roh-roh jahat, dan karena satu dari misi

utamanya dalam hidup adalah untuk membantu bangsa-bangsa lain melarikan diri dari

penyembahan berhala. Dia tidak percaya bahwa berhala-berhala adalah sesuatu yang

signifikan; mereka hanya suatu ilusi yang berbahaya. Dia tidak percaya bahwa

makanan berhala adalah signifikan; bumi adalah milik Tuhan dan segala sesuatu di

dalamnya.
BAB III

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Desain yang digunakan

adalah studi kasus. Melalui studi kasus peneliti melakukan eksplorasi secara

mendalam terhadap program, kejadian, proses, dan aktivitas terhadap satu orang atau

lebih dalam waktu yang berkesinambungan.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di tempat Gereja Bethany Gorontalo.... dan

dilaksanakan mulai tanggal sampai.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan

angka-angka. Data tersebut dapat berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan,

foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.

Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah orang gembala sidang Gereja.

132
133
Teknik Analisis Data

Nasution dalam Sugiyono (2013) menyatakan bahwa: “Melakukan analisis

adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan daya

kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat

diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri

metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya. Bahan yang sama bisa

diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda”.

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan

dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri

maupun orang lain.

Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan

data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi

hipotesis, kemudian dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga akhirnya

dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data

yang terkumpul. Bila berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara berulang-

ulang dengan teknik triangulasi tenyata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut

berkembang menjadi teori.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sebelum memasuki

lapangan, selama di lapangan, dan di lapangan. Dalam hal ini Nasution mengatakan

“analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke

lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data

menjadi pegangan bagi peneliti selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang
134
grounded”. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama

proses dilapangan bersamaan degan pengumpulan data. Dalam kenyataannya, analisis

data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data daripada setelah selesai

pengumpulan data.

Analisis Sebelum di Lapangan

Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti

memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan atau

data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun

demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah

peneliti masuk dan selama di lapangan.

Analisis Selama di lapangan Model Miles dan Huberman

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan

data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada

saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang

diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum

memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu

dimana dirasa telah memperoleh data yang dianggap kredibel. Miles and Huberman

mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya

sudah jenuh.

Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, sehingga

perlu dicatat secara teliti dan rinci. Makin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah
135
data akan makin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan

analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-

hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting untuk dicari tema dan

polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi

akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi

data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti computer mini dengan

memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.

Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan

dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu,

kalau peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala sesuatu yang

dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus

dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data. Reduksi data merupakan

proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan, keluasan dan kedalaman

wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data

dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi

itu, maka wawasan peneliti akan berkembang sehingga dapat mereduksi data-data

yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.

Data Display (Penyajian Data)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dengan

mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.


136
Dalam prakteknya tidak semudah ilustrasi yang diberikan karena

fenomena sosial bersifat kompleks dan dinamis sehingga apa yang ditemukan pada

saat memasuki lapangan dan setelah berlangsung cukup lama di lapangan akan

mengalami perkembangan data. Peneliti harus selalu menguji apa yang telah

ditemukan pada saat memasuki lapangan yang masih bersifat hipotetik tadi

berkembang atau tidak. Apabila sudah lama memasuki lapangan ternyata hipotesis

yang dirumuskan selalu didukung oleh data pada saat dikumpulkan di lapangan, maka

hipotesis tersebut terbukti dan akan berkembang menjadi teori yang grounded. Teori

grounded adalah teori yang ditemukan secara induktif, berdasarkan data-data yang

ditemukan di lapangan dan selanjutnya diuji melalui pengumpulan data yang terus-

menerus.

Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian,

maka pola tersebut sudah menjadi pola yang baku dan tidak lagi berubah. Pola

tersebut selanjutnya didisplaykan pada laporkan akhir penelitian.

Conclusion Drawing /Verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-

bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi

apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti

yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat

menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak,
137
karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam

penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian

berada di lapangan.

Analisis Data Selama di Lapangan Model Spradley

Spradley dalam Sugiyono (2013) membagi analisis data dalam penelitian

kualitatif dalam beberapa tahapan, yaitu : Memilih situasi sosial (Place, Actor,

Activity); melaksanakan observasi partisipan; mencatat hasil observasi dan

wawancara; melakukan observasi deskriptif; melakukan analisis domain; melakukan

observasi terfokus; melaksanakan analisis taksonomi; melakukan observasi terseleksi;

melakukan analisis komponensial; melakukan analisis tema; Temuan budaya; Menulis

laporan kualitatif.

Proses penelitian kualitatif setelah memasuki lapangan, dimulai dengan

menetapkan seseorang informan kunci “key informant” yang merupakan informan

berwibawa dan dipercaya mampu “membukakan pintu” kepada peneliti untuk

memasuki obyek penelitian.

Setelah itu peneliti melakukan wawancara kepada informan tersebut, dan

mencatat hasil wawancara. Selanjutnya perhatian peneliti pada obyek penelitian dan

mulai mengajukan pertanyaan deskriptif, dilanjutkan dengan analisis terhadap hasil

wawancara. Berdasarkan hasil dari wawancara selanjutnya peneliti melakukan

analisis domain. Pada langkah ketujuh peneliti sudah menentukan fokus dan

melakukan analisis taksonomi. Berdasarkan hasil analisis taksonomi, peneliti

mengajukan pertanyaan kontras, yang dilanjutkan dengan analisis komponensial.

Hasil dari analisis komponensial, kemudian peneliti menemukan tema-tema budaya.


138
Berdasarkan temuan tersebut, pada akhirnya peneliti menuliskan laporan penelitian.

Jadi proses penelitian berangkat dari yang luas kemudian memfokus, dan meluas lagi.

Terdapat tahapan analisis data yang dilakukan dalam penelitian kualitatif,

yaitu analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponensial, dan analisis tema

kultural.

Analisis Domain (Domain analysis).

Analisis domain pada hakikatnya adalah upaya peneliti untuk memperoleh

gambaran umum dan menyeluruh obyek / penelitian atau situasi sosial untuk

menjawab fokus penelitian. Caranya ialah dengan membaca naskah data secara umum

dan menyeluruh untuk memperoleh domain atau ranah apa saja yang ada di dalam

data tersebut. Pada tahap ini peneliti belum perlu membaca dan memahami data

secara rinci dan detail karena targetnya hanya untuk memperoleh domain atau ranah.

Hasil analisis ini masih berupa pengetahuan tingkat “permukaan” tentang berbagai

ranah konseptual. Dari hasil pembacaan itu diperoleh hal-hal penting dari kata, frase

atau bahkan kalimat untuk dibuat catatan pinggir. Peneliti menetapkan domain

tertentu sebagai pijakan untuk penelitian selanjutnya.

Analisis Taksonomi (Taxonomy Analysis).

Pada tahap ini, peneliti berupaya memahami domain-domain tertentu

sesuai fokus masalah atau sasaran penelitian. Masing-masing domain mulai menjadi

cover term yang dipahami secara mendalam, dan membaginya menjadi sub-domain,

dan dari sub-domain itu dirinci lagi menjadi bagian-bagian yang lebih khusus lagi

hingga tidak ada lagi yang tersisa, alias habis (exhausted) melalui analisis taksonomi.

Hasil analisis taksonomi dapat disajikan dalam bentuk diagram kotak (box

diagram), diagram baris dan simpul (lines and node diagram) dan out line.
139
Pada tahap analisis ini peneliti bisa mendalami domain dan sub-domain

yang penting lewat konsultasi dengan bahan-bahan pustaka untuk memperoleh

pemahaman lebih dalam.

Analisis Komponensial (Componential Analysis).

Pada tahap ini peneliti mencoba mencari ciri spesific setiap struktur

internal dengan cara mengkontraskan antar unsur dalam ranah yang diperoleh. Unsur-

unsur yang kontras dipilah-pilah dan selanjutnya dibuat kategorisasi yang relevan.

Kedalaman pemahaman tercermin dalam kemampuan untuk mengelompokkan dan

merinci anggota sesuatu ranah, juga memahami karakteristik tertentu yang

berasosiasi. Dengan mengetahui warga suatu ranah, memahami kesamaan dan

hubungan internal, dan perbedaan antar warga dari suatu ranah, dapat diperoleh

pengertian menyeluruh dan mendalam serta rinci mengenai pokok permasalahan.

Analisis Tema Kultural (Discovering Cultural Themes).

Memahami gejala-gejala yang khas dari analisis sebelumnya. Analisis ini

mencoba mengumpulkan sekian banyak tema, fokus budaya, nilai, dan simbol-simbol

budaya yang ada dalam setiap domain. Selain itu, analisis ini berusaha menemukan

hubungan-hubungan yang terdapat pada domain yang dianalisis, sehingga akan

membentuk satu kesatuan yang holistik, yang akhirnya menampakkan tema yang

dominan dan mana yang kurang dominan.

Mencari hubungan di antara domain, bagaimana hubungan dengan

keseluruhan, dan selanjutnya dinyatakan ke dalam tema atau judul penelitian. Dalam

penelitian kualitatif yang baik, justru judul laporan tidak sama dengan judul dalam

proposal. Dengan menemukan judul baru dalam laporan penelitian berarti peneliti

telah melakukan analisis tema, dan temanya diwujudkan dalam judul penelitian.
140
Pada tahap ini yang dilakukan oleh peneliti adalah: pertama, membaca

secara cermat keseluruhan catatan penting, kedua, memberikan kode pada topik-topik

penting, ketiga, menyusun tipologi, keempat, membaca pustaka yang terkait dengan

masalah dan konteks penelitian.

Berdasarkan seluruh analisis, peneliti melakukan rekonstruksi dalam

bentuk deskripsi. Berdasarkan rekontruksi ini peneliti melakukan tinjauan tentang

perayaan Imlek di gereja menurut teologi Kristen.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Tempat Penelitian

Penulis mengadakan penelitian awal di Klenteng Boen Bio Jalan Kapasan

nomer 100 Surabaya, yang kemudian hasilnya dijadikan pembanding dalam

menganalisis data, sehingga data yang didapat dapat dipahami dengan baik, dengan

kata lain tingkat kebenaran data tinggi karena didekati dari berbagai sudut pandang.

Beberapa nara sumber yang ditunjuk dari Klenteng Boen Bio adalah: Jiao Sheng

LTY, Wen Shi BI, Wen Shi OS.

Penulis mengadakan penelitian diantara para pejabat Gereja Bethel

Indonesia Surabaya Kota. Sebagai bahan pertimbangan penulis memilih nara sumber

dari kalangan pejabat Gereja Bethel Indonesia Surabaya Kota, di Pulau Jawa, adalah

karena peneliti menginginkan masukan setingkat pemimpin jemaat, dalam

kapasitasnya sebagai penanggung jawab baik secara langsung maupun tidak langsung

atas jemaat-jemaat yang dipimpinnya.

Adapun para responden tersebut adalah

LR (Gembala Sidang Gereja Bethel Indonesia PS). LN (Pendeta Pembantu Gereja

Bethel Indonesia PS). HM (Pendeta Muda Gereja Bethel Indonesia TBB). SL

(Pendeta Pembantu Gereja Bethel Indonesia BBB). LW (Pendeta Pembantu Gereja

Bethel Indonesia BBB). KP (Pendeta Muda Gereja Bethel Indonesia RC). SR

(Pendeta Pembantu Gereja Bethel Indonesia BE). HP (Gembala Sidang Gereja Bethel

Indonesia HOH). EL (Gereja Bethel Indonesia BT). DM (Pendeta Pembantu Gereja


141
142
Bethel Indonesia BT). YS (Pendeta Pembantu Gereja Bethel Indonesia TBB). FH

(Pendeta Pembantu Gereja Bethel Indonesia RC). LM (Pendeta Pembantu Gereja

Bethel Indonesia BE). ET (Gembala Sidang Gereja Bethel Indonesia SS). LA

(Pendeta Muda Gereja Bethel Indonesia SS).

Untuk memperkaya pandangan dalam rangka penelitian ini, penulis

menyertakan juga nara sumber lain setingkat Gembala Sidang, yang telah secara lebih

mendalam mengajarkan dan melaksanakan perayaan Imlek dalam ibadah gerejani di

Gereja Bethany FHCC di kota Gorontalo, di Pulau Sulawesi. Yaitu DHM dan RDB.

Waktu Penelitian.

Penulis memulai penelitian sejak 12 April 2016. Penelitian paling awal

dilakukan dari sisi agama Tridarma lalu mengerucut ke agama Konghucu.

Penelitian selanjutnya, sejak 17 Agustus 2016 berfokus diantara pejabat

gereja-gereja Kristen. Seluruh penelitian masih terus berlanjut sampai dengan

diajukannya tesis ini untuk diuji.

Temuan Tematik Data Penelitian

Subyek Penelitian

Menurut penelitian ini, ada beberapa subyek penelitian sesuai dengan

karakteristik subyek penelitian dapat dibagi menjadi seperti yang tertera pada tabel

4.1 dibawah ini.

Tabel 4.1. Karakteristik Subyek penelitian

Setelah dilakukan penelitian , ternyata peneliti menemukan jumlah data

yang banyak dan kompleks oleh karena itu di dalam analis data kami lakukan

perangkuman data dengan memilih hal-hal yang pokok dan memfokuskan pada hal
143
yang penting. Rangkuman data ini dapat dilihat di dalam tabel 4.2 di bawah ini sesuai

dengan masing-masing penderita sesudah dilakukan wawancara.

Tabel 4.2. Rangkuman data tiap-tiap penderita

Analisis Data dan Pembahasan

Dari analisa data penelitian kualitatif di dalam buku yang dikemukakan

oleh Prof. Sugiyono menggunakan Metode Spradley terdapat beberapa tahapan

analisis dalam penelitian kualtiatif

Analisis Domain

Analisa domain dilakukan untuk memperoleh gambaran atau pengertian

yang bersifat umum dan relatif menyeluruh tentang apa yang tercakup disuatu focus

atau pokok permasalahan yang tengah diteliti. Hasilnya masih berupa

pengetahuan/pengertian ditingkat “permukaan” tentang berbagai domain atau

kategori-kategori konseptual (kategori-kategori simbolis yang mecakup atau

mewadahi sejumlah kategori atau simbol lain secara tertentu). Domain atau kategori

simbolis tersebut memiliki makna/pengertian yang lebih luas dari kategori atau simbol

yang dirangkumnya. Dalam melakukan analisa domain dilakukan penelusuran

hubungan semantis yang dapat dijelaskan hasil penelitian peneliti sebagai berikut,

terdapat beberapa analisis domain dimana menurut Spradley auntuk menentukan

domain dari konteks sosial atau obyek yang diteliti, Spradley menyarankan untuk

melakukan analisis hubungan semantik antar kategori yang meliputi sembilan tipe.

Tipe hubungan ini bersifat universal, yang dapat digunakan untuk berbagai jenis

situasi sosial. Kesembilan hubungan semantik tersebut adalah: strict inclusion

(jenis),spatial (ruang), cause direct (sebab akibat), rationale (rasional), location for
144
action (lokasi untuk melakukan sesuatu), function (fungsi), Means-end (cara

mencapai tujuan), sequence (urutan), attribution (attribut).

Dalam melakukan analisa domain dilakukan penelusuran hubungan

semantis yang dapat dijelaskan hasil penelitian peneliti dalam tabel analisis hubungan

semantik berikut ini:

N Rincian Hubungan Domain (Y) Penjelasan


o. Domain (X) Semantik
1 Pendidikan X adalah jenis Y Struktur Lewat struktur
adaptasi budaya Adalah jenis dari kotbah kotbah jenis tertentu,
kepada jemaat (jenis) pemimpin jemaat
(Sinkretisme, dapat mendidik
Kristen Hibrida) jemaat untuk
mengadaptasi
budaya. Demikian
juga sebaliknya.
2 1.Bersekutu X adalah tempat Ibadah gereja Ibadah gerejani
dengan Tuhan melakukan merupakan tempat
lewat pujian dan /bagian dari Y orang bersekutu
Firman Tuhan (ruang) dengan Tuhan
2.Bersekutu seakligus besekutu
dengan sesama dengan sesama
saudara seiman saudara seiman.
Sebaliknya
bersekutu dengan
Tuhan dan dengan
sesama seiman
adalah bagian dari
ibadah gereja.
3 1.Kurangnya X adalah Adaptasi Kurangnya kemauan
kemauan untuk sebab/akibat/ keagamaan untuk mempelajari
mempelajari. hasil dari Y Konghuchu latar belakang
2.Kurangnya (sebab-akibat) ke dalam perayaan Imlek serta
hasil penelitian. ibadah gereja kurangnya dukungan
hasil penelitian
menjadi sebab
adaptasi keagamaan
Konghucu kedalan
ibadah gerejani.
Demikian juga
sebaliknya.
4 1.Eksegesa I X merupakan Perayaan Perayaan Imlek di
Korintus 8, 9, 10 alasan untuk Imlek di gereja dilakukan
yang kurang melakukan Y gereja karena kurang
memadai. (Rasional/alasan) memadainya
145
2.Rasa sudah eksegesa I Korintus
cukup punya 8,9,10. Dan merasa
‘pengetahuan’. sudah cukup punya
‘pengetahuan’.
Demikian juga
sebaliknya.
5 Kotbah terbatas X merupakan Gereja Gembala Sidang dan
khusus kepada tempat para Pejabat Gereja
Gembala Sidang melakukan Y merupakan tempat
dan para Pejabat (Lokasi untuk gereja melaksanakan
Gereja melakukan tugas khususnya,
pekerjaan) demikian pula
sebaliknya Gereja
merupakan tempat
menyampai-kan
kotbah khusus
terbatas kepada
Gembala Sidang dan
para Pejabat Gereja
6 Jemaat diajak X merupakan Perayaan Ketika jemaat diajak
memandang dan cara untuk Imlek di memandang dan
menerima melakukan atau gereja menerima filosofi
filosofi mencapai Y Konghucu secara
Konghucu (Cara ke tujuan) Kristen maka gereja
secara Kristen. bisa merayakan
Imlek dengan tenang
di gereja. Demikian
juga sebaliknya.

7 Perayaan Imlek X digunakan Kemajuan Perayaan Imlek


dalam ibadah untuk Y gereja dalam ibadah gereja
gereja Digunakan untuk difungsikan untuk
(Fungsi) mencapai kemajuan
gereja. Demikian
juga sebaliknya.

8 1.Iman mulai X merupakan Kemerosotan Makin merosotnya


bertumbuh urutan atau tahap orang Kristen iman orang Kristen
setelah keluar dari Y ‘yang lemah’ ‘yang lemah’ terjadi
dari hidup lama (urutan) iman. dalam beberapa
penyembahan tahapan.
berhala
2.Dikuatkan
untuk bersekutu
dalam meja
berhala
membuat jatuh
kembali pada
hidup lama
146
9 1.Merah, X merupakan Atribut Warna merah,
Petasan (Nian) suatu atribut/ perayaan makanan manis dan
2.Manis. karakteristik dari Imlek lengket, ang pao dan
Lengket (Dewa Y sio-sio merupakan
Dapur) (atribut/karakter) atribut yang pasti
3.Ang pao (Ya hadir dalam setiap
Sui Qien) perayaan Imlek.
4.Sio2 (cabang
bumi, langit)

Dari analisa diatas dapat dibuat kesimpulan singkat sebagai berikut:

domain yang terpenting didalam Perayaan Imlek di Gereja Kristen adalah Pemahaman

filosofi perayaan Imlek dan Eksegesa yang memadai dari 1 Korintus 8,9,10.

Hubungan hasil analisa tersebut dapat digambarkan sebagai berikut

(gambar 4.1)

Hasil analisis domain dapat dijadikan sandaran bertolak untuk melakukan

penelaahan yang lebih rinci dan mendalam lagi, yang perlu difokuskan kepada

masalah-masalah atau domain-domain tertentu. Analisis lebih lanjut yang lebih rinci

dan mendalam tersebut adalah analisis taksonomi..


147
Analisis Taksonomi

Analisis taksonomi adalah analisis terhadap keseluruhan data yang

terkumpul berdasarkan domain yang telah ditetapkan. Dengan demikian domain yang

telah ditetapkan menjadi cover term oleh peneliti dapat diurai secara lebih rinci dan

mendalam melalui analisis taksonomi ini. Analisis taksonomi ini dapat diuraikan

sebagai berikut:

Sinkretisme

Perayaan Imlek
di Gereja
Ibadah gerejawi tidak
Alkitabiah

Praktek Ibadah menyimpang


Eksegesa yang
kurang
memadai
Kerohanian tidak sehat

Akulturasi budaya tidak


tercapai

Analisis Komponensial

Dalam analisis komponesial, hal yang dicari adalah perbedaan atau

kekontrasan. Data diperoleh dari observasi, wawancara, atau dokumentasi terseleksi.

Analisis Komponensial (mencari kekontrasan


yang spesifik dari setiap elemen
Tujuan Manfaat Sasaran Manaje-
men
Mengetahui Sebagai Gereja Ibadah
apakah bahan yang gerejawi
terjadi evaluasi melaku- Alkitabiah
sinkretisme diri kan
148
dan ibadah ibadah
tidak peraya-
Alkitabiah an
Imlek
Sinkretisme
Perayaan Imlek
di Gereja
Ibadah gerejawi
tidak Alkitabiah

Praktek
Ibadah Mengetahui Eksege- Gemba- Gembala
Eksegesa yang menyimpang eksegesa sa I la Sidang
kurang yang Korin- Sidang dan
memadai Kerohanian kurang tus 10 dan Pengerja
tidak sehat memadai Penger- Gereja
ja memdapat
Gereja pendidi-
kan
Akulturasi eksegesa
budaya tidak 1 Korintus
tercapai 10

Analisis Tema budaya

Pandangan Perayaan Imlek adalah Perayaan Budaya.

Secara umum orang-orang keturunan Cina memandang Perayaan Imlek

adalah perayaan budaya yang sudah berlangsung ribuan tahun. Dari hasil penelusuran

Sejarah Penanggalan Lunar Cina di Bab II menunjukkan bahwa penanggalan yang

sekarang adalah penanggalan yang ditetapkan menjadi dasar perhitungan waktu

pelaksanaan ritual. Juga bukan murni perayaan menyambut musim semi.

Telah menjadi tradisi, tiap Dinasti menggunakan sistim penanggalan yang

lain. Perbedaan penanggalan ini terutama adalah mengenai saat hari Tahun Barunya:

Dinasti Xia menetapkan Tahun Barunya pada awal musim semi; saat Jian Yin (saat

kejadian manusia). Dinasti Shang(1766-1122 SM), Tahun Barunya jatuh pada akhir
149
musim dingin; saat Jian Chou (saat kejadian bumi).Dinasti Zhou (1122-255 SM),

Tahun Barunya jatuh pada saat matahari berada di garis 23,5 derajat Lintang Selatan

dan bergerak menuju utara, saat titik balik matahari musim dingin (winter soltice)

yaitu tanggal 22 Desember; saat Jian Zi (saat kejadian langit). Dinasti Qin (255-206

SM) penanggalan dibagi menjadi 24 periode dengan masing-masing 15 hari, disebut

Posisi Solar dan Mid-solar. Tanggal awal disetiap Posisi Solar dan Mid-solar

ditentukan oleh posisi matahari pada salah satu dari 12 zodiak, yang oleh orang-orang

Cina yang ditandai dengan 12 hewan misalnya, tikus, sapi, harimau, kelinci, dan

seterusnya.Dinasti Han (206 SM - 220 M). tahun barunya pada ‘bulan baru’ kedua

setelah titik balik matahari musim dingin (winter solstice). Ini juga merupakan hari

pertama dari posisi solar yang dikenal sebagai "awal musim semi". Penanggalan

Dinasti Xia diresmikan kembali sebagai penanggalan negara, seturut yang disabdakan

‘Nabi’ Khongcu.

Perayaan Imlek tidak dapat dipisahkan lagi antara perayaan religi dan

perayaan budaya karena sudah sedemikian menyatunya.

Imlek di Indonesia menurut berbagai Keputusan Pemerintah tentang

Agama Khonghucu di Indonesia di Bab II menunjukkan bahwa semua keputusan

Pemerintah berkenaan dengan perayaan Imlek semua dibawah tanggung jawab

Departemen Agama Republik Indonesia.

Pandangan satu keturunan dari Sem yang menyembah satu Allah yang sama dengan

Allah Bapa dalam Alkitab.

KETURUNAN SEM Adanya pandangan bahwa semua orang Asia adalah keturunan

dari pada Sem. Sebagian keturunan Sem menuju ke selatan berdiam di Mesopotamia,

dipanggil dengan nama bangsa Armenia; yang lain ke timur, menetap di dataran
150
tinggi Yunan yang kemudian dikenal dengan bangsa Cina. Semua kita berasal dari

satu keturunan. Semua datang dari dataran tinggi Yunan. Mereka menggunakan rakit

dan perahu melewati sungai kuning, sungai Huang Ho, yang bermuara di daerah

Vietnam dan turun kearah selatan.

Kalau air bah itu sekitar 300 tahun sebelum tulisan awal, maka sebenarnya

dari Sem, sampai kepada Dinasti Shang hanya 2 generasi. Perbedaan bahasa telah

membedakan panggilan kepada Tuhan. Tetapi, karakternya di dalam hati, di dalam

pikiran, tetap sama. Kapan? Ya kira-kira Menara Babel.

MENYEMBAH SATU NAMA YANG DISEBUT DENGAN KATA SHANG TI

Sejarah menyebutkan bahwa bangsa Asia ternyata tidak menyembah patung atau

dewa-dewa didalam era itu. Tetapi mereka menyembah satu nama yang disebut

dengan kata Shang Ti.

Arti kata Shang Ti, Raja yang tinggal di surga, atau orang terkuat yang tinggal di

Surga. Menyembah satu Allah, yaitu Allah yang esa. Memiliki karakter yang sama

dengan Allahnya orang Yahudi, yang ada di dalam Perjanjian Lama.

Shang Ti, sebagai Allah, sebagai Tuan dari Panen.

Sebuah dokumen menyebut Shang Ti, sebagai Allah, sebagai Tuan dari

Panen. Shang Ti yang memberi panen. Yesuspun menyebut Allah Bapa sebagai

Tuhan atas panen. Lukas10:2. Shang Ti juga dikenal sebagai seseorang yang sangat

kaya terhadap segala sesuatu, jika kita minta kepadaNya kan Dia berikan. Itu

sebabnya setiap kali ada tahun baru Imlek, didalam ucapan selamatnya, salah satu

akan terisi, selain kesehatan adalah makmur. Sebab shang Ti dikenal sebagai bapak

yang memiliki tuaian.


151
Tian Allah adalah dia maha tinggi.

Dinasti Zhou. Tidak menyembah Shang Ti, tetapi mereka menyembah satu

Allah yang disebut dengan Tian. Segala sesuatu yang besar dan tinggi di bumi ini :

Tian lebih tinggi. Didalam Alkitab, orang Ibrani akan, memanggilnya dengan kata El

Elyon. Salah satu dari kepribadian Allah adalah Dia Maha Tinggi.

Shang Ti itu nama lain dari Thian, dan dia itu esa.

Sema Chin sejarahwan dan budayawan yang sangat terpengaruhi tulisan

Konfusius The Spring and Autumn Annals, menulis sebuah pantun atau pepatah,:

“Shang Ti is another name for Thian. The spirits do not have two Lords.

Jadi katanya Shang Ti itu nama lain dari Thian, dan dia itu esa, cuma satu. Bukankah

Alkitab di dalam Perjanjian Lama mengajar kita : Allah itu adalah esa, ya. Allah itu

adalah esa adanya.

Lewat Mandat Surga mengangkat dan memberhentikan kaisar.

Di jaman Dinasti Zhou, mereka mengenal ‘Mandat dari Surga’, yang lazim

digunakan dan dipercaya bahwa otoritas kuasa Allah itu berkuasa atas segalanya.

Sama seperti di dalam Kitab Daniel pasal yang ke 2, Shang Ti dipercaya memerintah

seluruh bangsa dengan mengangkat dan memberhentikan kaisar, sama dengan yang

diajar oleh Alkitab kepada kita, bahwa Allah adalah Allah atas bangsa yang

mengangkat dan memberhentikan para pemerintah,.

Shang Ti berdaulat.

“The descendants of Shang dinasty; were in number more than hundreds

of thousands; but when Shang Ti gave the command; they became subject to the

Zhou”. Dia berdaulat atas seluruh bangsa. Sama seperti Alkitab katakan. Mereka juga

percaya bahwa Shang Ti itu juga penuh kuasa, bukan hanya berdaulat atas negara dan

bangsa, Shang Ti juga penuh kuasa.


152
Shang Ti omnipotent, maha kuasa.

Mysterious Almighty Heaven is able to strengthen anything. Kita percaya

dan kita diajar bahwa Allah itu omnipotent. Artinya dia mampu, dia punya kuasa, dia

bisa menggunakan kuasanya atas setiap orang. Sema Cien menulis, Allah yang

misterius itu di Surga, itu punya kemampuan untuk menguakkan apa saja yang dia

mau.

Shang Ti onmiscience, maha tahu.

“O Almighty Shang Di, You come to us in Your majesty. You discern all

that is happening for peace of the people.” Mereka juga percaya bahwa Allah itu

onmiscience, Maha Tahu. Kita sebagai orang Kristen diajar bahwa Allah itu juga

maha tahu. Karakternya sama.

Shang Ti maha hadir.

“Shang Ti is revered because His will extends to the nine limits”. Artnya

apa : Shang Ti itu maha hadir, didalam sembilan elemen sekalipun, dia bisa hadir.

Kehadirannya itu sempurna, tidak bisa dihalangi. Kita percaya Allah itu omnipotent,

omni science, omnipesent. Ya.

Shang Ti penuh kasih.

Inilah yang ditulis oleh bapak agama Konghucu, ini yang ditulis oleh

Konfusius : “Heaven loves the people, the ruler should honor Heaven.” Konfusius

percaya Shang Ti itu Maha kasih. Konfusius menyembah Shang Ti dan dia berkata :

Shang ti itu Allah yang penuh kasih. Dikatakan bahwa Surga itu mencintai semua

orang. Jadi para pemimpin harus mencintai semua orang yang dia perintah, sebagai

pertanda bahwa pemimpin itu menghormati Sorga.

Di dalam tulisan yang lain, kita bisa menemukan bahwa Shang Ti itu juga

kudus, dia kekal, dia benar, ia penyayang, penuh rahmat, setia, bijak, dan baik. Jadi
153
sekian jauh maka kita bisa pastikan bahwa Shang Ti yang ada di dalam tulisan kuno

leluhur bangsa Asia adalah sebenarnya Allah atau Pribadi Yang sama dengan Yang

disembah dan yang diajarkan kepada setiap orang Kristen sampek hari ini. Sama, Dia

adalah Allah bapa yang menciptakan langit dan bumi ini.

BAHWA SEMUA ORANG MENERIMA SUATU PORSI WAHYU UMUM

Seperti yang telah dijabarkan dalam Bab II mengenai Wahyu Umum, semua orang

oleh keadilan Allah, menerima suatu porsi pengenalan akan Allah seperti dalam Roma

1:19-25

Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab
Allah telah menyatakannya kepada mereka. Sebab apa yang tidak nampak dari
pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak
kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak
dapat berdalih. Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak
memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya.
Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh
menjadi gelap. Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi
mereka telah menjadi bodoh. Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang
tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-
burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang
menjalar. Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati
mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka.
Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan
menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji
selama-lamanya, amin.

Jadi yang menerima wahyu umum adalah semua orang. Bukan hanya

leluhur orang Asia saja, yang karena dianggap keturunan Sem, lalu budaya dan

tradisinya dianggap benar untuk diikuti.

Bagaimana tanggapannya terhadap wahyu umum itulah yang menentukan

apakah akan membawa kepada wahyu khusus, kebenaran yang menyelamatkan;

ataukah membawa kepada pikiran yang sia-sia, hati yang bodoh dan gelap.
154
KONFUSIUS SENDIRI TIDAK PERCAYA KEPADA BAPA DI SURGA

YANG ALKITABIAH, TAPI KEPADA SURGA Dengan demikian agamanya

hanyalah "dasar monoteisme primitif". Monoteisme primitif mengakui hanya ada satu

tuhan, meski bukan berarti bahwa ada pemujaan kepada Tuhan yang satu dan

penyangkalan dari yang lain; dapat dengan sah diakui karena ada bukti-bukti yang

cukup mengenai hal itu dari sudut antropologi dan etnografi, dalam arti bahwa hal itu

dapat dilacak pada kepercayaan primitif mengenai adanya dewa tertinggi; tetapi hal

itu dapat juga bersifat sekunder, kalau merupakan hasil dari penyatuan beberapa dewa

lokal.1

Neo-Konfusianisme yang datang kemudiannya bergeser pada keyakinan

akan Yang Pokok (The Ultimate atau tai ji) atau Yang Tidak Pokok (Ultimateless atau

wu ji) berarti bahwa "mereka tidak memiliki Penebus, dan tidak ada jalan

keselamatan". Demikian juga, aspek subjektif dari Konfusianisme tidak berfokus pada

takut akan Allah yang transenden tetapi pada pengaturan-pengaturan Surga. Orang

harus menghormati setan-setan dan dewa-dewa namun harus menjaga jarak dari

mereka. Inilah inti pengajaran-pengajaran etika dalam ren (jen; kebajikan kepada

manusia), bukanlah pada takut akan Allah. Oleh karena itu, Konfusianisme lebih pada

“suatu sistem humanisme, bukan suatu agama yang benar".

Mengenai Allah, Konfusius, seperti yang dicatat Chang, meremehkan atau

mengabaikan elemen "spiritual" yang dari sebelumnya sudah ada dalam pemikiran

orang-orang Cina, dan membalikkan fokus dari Sang Penguasa Agung (Shang Di)

kepada Surga, yang biasanya dipahami sebagai suatu "konsep abstrak, bukan seorang

pribadi". "Akibatnya, muncullah degenerasi spiritual". Secara bertahap, orang-orang

1
Mariasusai Dhavamony, Phenomenology of Religion (tp: Penerbit Kanisius, 1995), 79
155
mulai menyembah nenek moyang mereka sehingga "gelombang pemujaan leluhur

mulai bertumbuh menjadi suatu permekaran yang sangat kuat".

Dalam masa dinasti Song dan dinasti Ming, Neo-Konfusianisme mengembangkan

gagasan awal dari ‘kesatuan langit dan manusia’ menjadi sebuah panteisme yang

canggih di mana ‘satu adalah semua, semua adalah satu’, dan setiap manusia memiliki

the Supreme Ultimate (taijitu). "Mereka mendewakan diri mereka sendiri dan, pada

kenyataannya, menyangkal Pribadi Allah, dan menjadi naturalis atau 'ateis praktis' ".

Mengenai penciptaan, Konfusius tidak akan membahas pertanyaan tentang

asal-usul Ultimate. Sementara Zhu Xi, pemikir besar Neo-Konfusianisme abad kedua

belas, "memperluas pandangan lebih jauh, bahwa alam semesta dan segala sesuatu

terdiri dari dua prinsip, li dan ch'i [qi]. Keduanya adalah pasangan yang kekal, tak

terbatas, berbeda, dan membentuk pijakan bagi penciptaan".

Akibatnya, intelektual-intelektual China berbalik ke arah "naturalisme, materialisme,

atau agnostisisme; sementara Allah Yang Hidup dan Yang Maha Kuasa ditolak dan

tidak ada hubungan apapun dengan kehidupan orang-orang Cina, meskipun mereka

tidak menyadari fakta serius ini!".

PENGAJARAN KONFUSIUS DIPUSATKAN DI RANAH HAL-HAL YANG

SEMENTARA, BUKAN PADA HAL-HAL YANG KEKAL "Keprihatinan

Konfusius yang terutama adalah atas karir jasmani manusia, di sini dan sekarang ini;

seluruh sistem dalam pengajarannya dipusatkan di ranah hal-hal yang sementara,

bukan pada hal-hal yang kekal" (2 Kor. 4:18). Oleh karena itu, Konfusianisme tidak

memiliki pengajaran apapun mengenai kebangkitan individu, penghakiman,

kehidupan kekal, langit yang baru dan bumi yang baru. Tidak ada harapan setelah

kubur.
156
Filosofi dan Arti Simbolik Atribut Dalam Perayaan Imlek.

Dari Sumber 2014 yang membahas secara khusus dalam kotbah gereja

maupun dari Sumber Suthana Liem, dapat disimpulkan makna tunggal dalam semua

atribut dalam perayan Imlek.

Warna Merah

Warna wajib dalam perayaan Imlek karena identik dengan kebahagiaan,

merah juga simbol dari kebaikan hati, kebenaran dan ketulusan hati. Selain itu bunyi

karakter “merah” atau “hung” identik dengan karakter “makmur.” 2

Ang Pau.

Diberikan kepada anak-anak merupakan simbol dari “meneruskan”

keberuntungan kepada generasi berikutnya. Juga dikenal dengan sebutan ya sui qian

yang artinya “uang untuk menghilangkan roh jahat.”Jumlah uang yang diberikan

harus genap (dihitung dari digit pertama) misalnya 20, 40, 60, dan seterusnya. Untuk

ang pau tidak boleh angka ganjil (30, 50, 70, dan seterusnya) karena angka ganjil

diberikan untuk bai pao (uang yang diberikan saat melayat kematian).3

Hiasan bunga Mei /Mei Hua /Plum Blossom.

Merupakan bunga yang mekar pada musim semi, simbol dari adanya

harapan pada saat susah dan penuh tantangan. Bunga Mei adalah simbol dari musim

semi.4

Lukisan Tahun Baru - Nian Hua.

Menggantungkan gambar maupun lukisan-lukisan yang bertema Tahun

Baru Imlek dan juga keberuntungan juga merupakan suatu tradisi dalam merayakan

Hari Raya Imlek. Gambar ataupun lukisan yang sering dijumpai seperti gambar Dewa
2
Suthana Liem.
3
Ibid
4
Ibid
157
Rezeki; Dewa Fu Lu Shou yaitu tiga serangkai dewa keberuntungan, dewa kekuasaan,

dewa umur panjang; Lukisan Musim Semi Yin Cun Jie Fu, Lukisan Panen Wu Gu

Feng Deng, dan Lukisan-lukisan Shio.5

Petasan.

Arti dari petasan adalah untuk mengusir nasib-nasib buruk tahun

sebelumnya dan mengharapkan masa depan yang lebih cerah dan bahagia.

Makan Malam Bersama (nien yue fan).

Bersama seluruh anggota keluarga pada malam sebelum tahun baru. Ini

sebagai ungkapan kebersamaan dan keutuhan keluarga dalam menyambut tahun baru,

memohon tahun yang baru ini berkelimpahan rejeki, sehat dan sejahtera.

Setelah itu tidak tidur semalam suntuk dengan pintu rumah dibuka lebar-lebar

agar rezeki bisa masuk ke rumah dengan leluasa.6

Berbagai jenis makanan unggulan Imlek.

Jenis makanan unggulan Imlek mengandung arti tertentu, ataupun ketika

melafalkannya mengandung arti yang khusus; seperti berikut :

Aneka permen dan makanan kecil manis lainnya. Semuanya ini agar kehidupan

senantiasa “manis” pada tahun baru mendatang; mie yang tidak dipotong = umur

panjang. Makan mie, “umur panjang, umur panjang, umur panjang”; kue lapis =

manis dan rempahnya banyak, makan itu secara berlapis lapis, rejeki tidak habis-

habis, berlapis-lapis; kue mangkok = adonannya kalau dipanaskan akan naik sampai

puncaknya akan pecah merekah = supaya hidupnya naik terus; manisan kolang kaling

= supaya punya pikiran yang jernih, berpikir musti jernih; agar-agar bintang = agar

supaya kita bersinar seperti bintang; kuaci = supaya keturunannya banyak, punya

5
Suthana Liem.
6
Ibid
158
banyak anak; ikan bandeng = bisa hidup di dua macam air, air tawar dan air asin.

Artinya agar orang yang makan ikan itu, dalam keadaan baik atau dalam keadaan

buruk, dia tetap bisa hidup; ikan utuh ada kepala juga ada ekornya = rejekinya dari

awal tahun sampai akhir tahun itu utuh. Ikan adalah simbol kebahagiaan dan

keberuntungan bagi masyarakat China. Ikan adalah simbol rezeki karena bunyi

karakter “ikan (yu)” sama seperti karakter :”berlebih.” Makanya ada ungkapan “nian

nian you yu” yang artinya “setiap tahun berlebih (rezekinya).”

Namun, ikan yang dihidangkan tidak boleh dibalik. Jadi, kalau bagian

atasnya sudah habis, tidak boleh mengambil daging di sisi lainnya dengan membalik

ikan. Menurut tradisi, ikan juga tidak boleh dihabiskan sekaligus pada hari itu,

melainkan disisakan untuk keesokan harinya. Tradisi ini melambangkan nilai tambah

untuk tahun berikutnya. 7 Ayam = karena bertelur terus sampai tua, melambangkan

kesuburan. Ayamnya musti utuh jadi kalau makan ayam, bayangkan kelimpahan;

bebek = melambangkan kesetiaan dan ketaatan. telurnya juga melambangkan

kesuburan. Bebeknya musti utuh jadi ketika dimakan; jeruk mandarin ketika dilafal

bunyinya sama dengan kata Mandarin melafal kata emas, lambang kekayaan. Makan

jeruk :“ooh.. emas, ini emas yang masuk”; kue Ku, kue merah yang didalamnya ada

isi kacang ijo, lalu diatasnya ada gambarnya punggung kura-kura. Kalo makan itu

diharapkan umur kita panjang. Karna kura-kura itu umurnya panjang; kue Keranjang

(Nian Gao) = lambang kemakmuran. Bahannya itu gula merah sama beras pulo. Beras

adalah lambang dari kelimpahan. Nian sendiri berarti tahun dan Gao berarti kue. Gao

juga homonim dengan kata “tinggi”, yang artinya adalah ‘Tahun Yang Tinggi’ (tinggi

jabatannya, tinggi penghasilannya serta tinggi tingkat sosialnya). Itulah mengapa kue

keranjang sering disusun tinggi/bertingkat-tingkat. Makna di balik ini ialah

7
Suthana Liem
159
pengharapan agar rezeki dan kemakmuran akan semakin tinggi; Pantang Makan

Bubur. Saat perayaan Imlek, masyarakat Tionghoa dilarang makan bubur. Karena

menurut tradisi, bubur adalah simbol kemelaratan atau kemiskinan.

Hewan Zodiak

Tahun ini adalah tahun 2013 atau the year of water snake.Perekaman tahun

Imlek ke dalam Dua Belas Tanda Hewan (cap ji shio). Setiap tahun ditandai dengan

kombinasi shio yang dikenal dengan istilah 12 di zhi (12 cabang bumi) dan 10 thian

gan (10 batang langit). Kedua belas cabang bumi ialah Tikus, Kerbau, Macan,

Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing dan Babi. Kesepuluh

batang langit ialah Yang Kayu, Yin Kayu, Yang Api, Yin Api, Yang Tanah, Yin

Tanah, Yang Logam, Yin Logam, Yang Air dan Yin Air. Orang bertendensi ingin

tahu bagaimana masa depan, makanya “ramalan” 12 shio disetiap awal tahun baru

Imlek menjadi bacaan favorit.

Setiap sio memiliki tahun sial. Sebagaimana zodiak Cina berulang setiap

12 tahun, masing-masing shio zodiak akan bertemu shio tahun kelahiran mereka pada

usia 12, 24, 36, dan seterusnya. Dikatakan orang-orang yang di shio tahun kelahiran

mereka akan memiliki nasib buruk. Jadi harus mencari cara terbaik untuk

menghindari nasib buruk.8

Ucapan-ucapan salam antara lain Gong Xi Fa Cai artinya ucapan selamat dan semoga

makin jaya, banyak rezeki.

Tarian Naga Liong dan Tarian Singa Barongsai.Tarian Naga Liong dan Tarian Singa

Barongsai menjadi simbol ritual yang diyakini sebagai pembawa rejeki dan penolak

bala. Tradisi liong dan barongsai diyakini sebagai ritual membersihkan lingkungan,

khususnya energi negatif. Dengan turunnya Barongsai dan Liong diharapkan akan

8
Suthana Liem.
160
memberikan perlindungan serta berkah dan keselamatan bagi semua. Selain itu,

barongsai juga menyimbolkan kebaikan, kemenangan, kesuksesan.

Tari naga merupakan salah satu puncak acara dari perayaan Hari Raya

Imlek di pecinan-pecinan di seluruh dunia. sebuah pertunjukan seni khusus China

yang melambangkan kedatangan keberuntungan dan kemakmuran dalam tahun yang

akan datang bagi semua manusia di bumi.9

Ikon Naga.

Orang Cina sering menggunakan istilah 'Keturunan Naga' sebagai suatu

simbol identitas etnis. Naga dipercaya bisa membawa keberuntungan untuk

masyarakat karena kekuatan, martabat, kesuburan, kebijaksanaan dan keberuntungan

yang dimilikinya.

Membersihkan rumah dari debu (Shau Chen)

Dalam Tradisi, Bulan 12 tanggal 24 menurut penanggalan Imlek

merupakan hari yang tepat untuk membersihkan rumah dari debu-debu dan

memperbaharui perabot rumah tangga yang sudah rusak maupun menge-cat ulang

rumah supaya tampak lebih segar dan bersih. Kata Chen yang artinya ‘debu’ dan

Chen yang artinya ‘lama’ memiliki bunyi yang sama maka pada saat menyambut Hari

Raya Imlek, membersihkan rumah memiliki arti untuk membersihkan segala ketidak-

beruntungan dan nasib buruk dari rumahnya. Tradisi ini dilakukan sebagai simbol

buang sial dan membuka keberuntungan. Sebaliknya, tepat saat perayaan tahun baru

China, menyapu rumah adalah hal yang pantang dilakukan, dipercaya akan

membuang rejeki atau keberuntungan

9
Suthana Liem.
161
The Temple Of Heaven Bukti Penyembahan Satu Allah Yang Esa.

Di Beijing ada sebuah bangunan yang luar biasa megahnya dan indahnya,

yang disebut dengan The Temple Of Heaven. Yaitu Kuil Surga, dibangun apada

Dinasti Ming, yaitu 1420 M. Ini adalah kuil yang dibangun untuk mempersembahkan

persembahan kepada Shang Ti. Bukan kepada dewa-dewa yang jamak, tapi kepada

Shang Ti. Mengapa ? sebab kuil ini berbeda dengan kuil yang lain. Kuil ini tidak

punya patung itu, mereka juga tidak pernah menggambarkan Shang Ti di dalam

sebuah wujud patung atau gambar. Bukankah ini juga cocok dengan apa yang

diajarkan oleh Alkitab untuk tidak menggambar apapun juga di dalam bentuk Allah

Bapa. Bangsa Israel pada waktu out, mereka pun dilarang bikin patung dalam bentuk

apapun.

Ya, dan juga selain itu, kuil ini tidak cuman satu. Sejauh kita ketahui

sejarah mengatakan bahwa ada 18 kekaisaran, yang ada di Cina sampai hari ini.

Delapan belas kekisaran bukan delapan belas kaisar. Delapan belas kekaisaran, yang

ada di Cina. Dan setiap kekaisaran akan memiliki Kuil Surganya sendiri. Dan Delapan

belas kekaisaran leluhur orang Asia mempertahankan kebiasaan itu. Maka itu

sekalipun ada tiga agama besar yg muncul, kuil penyembahan terhadap raja sorga

tetap dibangun. Tetap didirikan dan setiap tahun kaisar dan keluarganya akan

mempersembahkan korban tahunan mereka di atas altar itu. Kepada Allah yang kita

panggil dengan nama Allah Bapa, kepada Shang Ti.

Teologi Liberal Sino-Kristen.

Peneliti menemukan ternyata semua point yang dikotbahkan dalam bahan

sumber penelitian bertanda ‘Sumber 2013’,’Sumber 2014’ dan ‘Sumber 2016’ adalah

berasal dari satu tulisan berjudul “Chinese Characters and the Scriptures: Exploring

the Amazing Ancient Stories, Wu, Draft in Progress.”


162
Tulisan dalam ‘draft in progress’ ini mengambil dasarnya dari karya James

Legge (1815-1897) seorang Profesor Sinologi yang berusaha menjembatani

Konfusianisme dengan Kekristenan lewat literatur Ruist kuno, mengatakan bahwa

Shang Ti atau Tian sebenarnya adalah Jehova, Allah Bapa di Sorga.

Teologi yang dibangun dari Ruism dan dari dialog Sino-Kristen

Pembahasan tentang karya James Legge dan dasar pandangannya yang

Legge melangkah terlalu jauh ke arah mengasimilasikan iman Kristen dengan

Konfusianisme, dapat dibaca di Bab II.

Teologi Adat (indigenous theology) dan agama-agama Cina. Di Bab II menurut

Chang, para pendukung 'Teologi Adat' 'memiliki pemahaman yang tidak akurat

tentang Allah, wahyu tentang satu Allah yang sejati, pengajaran Alkitab, dan definisi

sejati dari agama'. Akibatnya, 'mereka jatuh di bawah dominasi Konfusianisme,

Buddhisme, dan Taoisme, yang mereka kompromikan'. Bagi Chang, sistem teologis

mereka, yang dibangun atas wahyu umum, gagal untuk mengkomunikasikan kunci

kehidupan.

Wahyu semacam ini hanya dapat memberi kita pengetahuan yang sangat

tidak jelas', dan dengan demikian itu ‘tidak dapat menawarkan suatu pengetahuan

yang akurat tentang Allah Tritunggal, (apalagi sempurna) yang merupakan satu-

satunya Allah yang benar.

Memang, ‘tidak ada pengharapan akan keselamatan melalui agama alami

atau wahyu umum’; yang justru menyampaikan suatu pandangan yang keliru tentang

Allah (karena humanistik) dan suatu pandangan manusiawi yang berlebihan (karena

terlalu optimis).
163
Jejak Degradasi Moral Sepanjang Kekaisaran Cina.

Pengorbanan manusia.

Pada Bab II peneliti menyertakan artikel mengenai bukti ritual

pengorbanan manusia sepanjang riwayat kekaisaran, baik di Temple of heaven

maupun di makam raja-raja atau bangsawan.

The Yellow Emperor dan alkhemi.

Pada Bab II peneliti menyertakan artikel mengenai keterlibatan Kaisar

Kuning dalam Alkhemi, dan disebut-sebut sebagai bukti keberhasilan alkhemi.

Pembahasan

Klaim bahwa budaya tradisionil Cina (dimana perayaan imlek adalah salah

satu bagiannya) layak dan seharusnya diterima tanpa ragu-ragu, dikarenakan

bersumber dari satu Tuhan yang sama yang Alkitabiah, adalah tidak benar. Adalah

benar hadirnya wahyu umum dalam keadilan Allah, membuat manusia tidak ada

alasan untuk tidak dapat mengenal Allah yang benar.

Namun respon yang salah terhadap wahyu umum tersebut sangat terlihat

dalam sejarah leluhur Cina, mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan

memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji

selama-lamanya.

Bila kita merayakan Imlek dengan sepenuhnya menggunakan atribut

perayaan lainnya - misalnya perayaan Hallowen - atau sebaliknya, merayakan

Hallowen dengan sepenuhnya menggunakan atribut perayaan Imlek, boleh saja

tentunya, tetapi itu tidak dilakukan orang, karena akan menghilangkan sama sekali

identitas perayaan itu sendiri. Sekalipun alasan-alasan untuk berpartisipasi dalam

perayaan itu terpenuhi semua. Dari hasil wawancara didapatkan alasan untuk

berpartispasi dalam perayaan Imlek antara lain: makan bersama keluarga untuk
164
mempererat tali persaudaraan; menghormati orang tua; berbagi berkat; sarana

penginjilan; kreatifitas acara ibadah supaya menarik.

Dengan sepenuhnya menggunakan atribut perayaan Hallowen (misalnya),

kita tetap dapat memenuhi tuntutan tersedianya ‘yang menjadi alasan’ untuk orang

berpartispasi dalam perayaan Imlek:

Pertama, dengan kostum, dekorasi, suasana, jenis menu makanan perayaan Hallowen,

orang dapat makan bersama keluarganya untuk mempererat tali persaudaraan. Kedua,

Ditengah suasana seperti perayaan Hallowen orang tetap dapat memberi

penghormatan pada orang tuanya. Ketiga, Berbagi berkat bisa lewat ‘trick and threat’.

Keempat, Tidak menghalangi untuk penginjilan. Kelima, Cocok untuk alasan

kreatifitas acara ibadah supaya menarik.

Tetapi paling tidak ada 2 alasan yang tidak dapat terpenuhkan, bila

merayakan Imlek menggunakan atribut perayaan Hallowen, yakni : Pertama, jati diri

ketionghoan. Kedua, menghormati orang lain yang merayakannya.

Tidak dapat terpenuhkannya kedua alasan ini adalah karena keduanya

berkenaan dengan identitas perayaan Imlek itu sendiri.

Lewat atribut perayaan Hallowen orang tidak dapat mengidentifikasikan

dirinya dengan perayaan Imlek. Dengan atribut perayaan Hallowen pada perayaan

Imlek orang lain justru akan merasa diejek, bukannya dihormati. Bahkan bisa-bisa

diusir karena yang dihadirkan itu bertentangan atau melawan identitas perayaan

Imlek.

Jadi disini dapat dilihat bahwa perayaan Imlek bukanlah sekedar

menghadirkan atribut, tetapi adanya identitas yang tegas yang harus dihadirkan, suatu

filosofi yang menjadi identitasnya. Identitas ini tidak dapat ditukar dengan yang

lainnya. Bila ditukar, perayaan ini akan hilang.


165
Bagaimana kita sebagai orang Kristen tetap dengan Iman Kristen tetapi

dapat menghayati budaya yang diwariskan oleh nenek moyang kita sehingga bukan

kita menolak semua yang dari tradisi atau kompromi. Menolak juga tidak bisa sebab

itu adalah bagian budaya, identitas dari satu kelompok etnis, kompromi juga tidak

bisa karena Injil juga mempunyai sesuatu yang berbeda dengan keyakinan yang

diyakini secara tradisional. Kalau bisa gimana caranya kalau tidak mengapa

alasannya, kita harus tahu.

Ternyata tanpa sadar ada kebenaran Allah dinyatakan dalam kebenaran

imlek ini. Upacara budaya Cina bayang-bayang, yang digenapinya hanya di dalam

Kristus. Sumber : 2015 pagi. Jadilah orang Tionghoa yang menghormati budaya itu

tetapi hormati budaya itu secara Kristen. Pahami budaya itu dalam imanmu kepada

Yesus Kristus.

Simbol-simbol imlek tidak boleh berhenti pada simbol harus

diterjemahkan pada realita iman kita kepada Kristus, Sumber : 2015 pagi

Dewa dapur

Kata ‘telanjangnya segala sesuatu di mata Allah’ itu digambarkannya oleh

‘mata dewa dapur’ yang selalu memperhatikan itu.

Psikologi budaya dari nenek moyang purba ini meyadari bahwa ada

seseorang yang akan mempertanyakan hidup kita ini dan bahwa yang

mempertanyakan hidup kita ini tahu semua yang terjadi yang digambarkan dengan

laporan yang dilaporkan oleh dewa dapur ini.

Dewa dapur disuap dengan madu, dengan manisan2 lengket, dengan kue

keranjang, dengan uang-uangan kertas, dengan arak.Supaya lupa untuk

melapor,sebenarnya kenapa ? Sebenarnya adalah kesadaran yang tanpa sadar yang

dibahasakan secara mitologis, bahwa aku ingin dosanya dilupakan. Aku ingin jangan
166
sampai dosaku dihukum oleh Allah, dilaporkan kepada Allah, berarti mereka rindu

akan pengampunan itu. Mereka ingin berdamai dengan Allah tetapi selama

perdamaian itu digambarkan secara mitologis, dewa dapur itu tidak ada.

Yang ada adalah Allah Yang Maha Tahu, Allah yang akan mengadili,

yaitulah kaisar langit yang dilapori. Dengan kasih-NYA maka dosa segede

gunungpun akan diampuni kalau kita bertobat, dan itu adalah kebenaran Alkitab yang

tersirat di dalam mitologi dewa dapur yang dirayakan setiap tgl 23 bulan 12 tahun

imlek itu.

Bukan kebetulan kalau imlek tahun ini, dimana gereja purba atau gereja

ortodoks sedang mengadakan minggu pengampunan dosa karena pada dasarnya imlek

adalah jeritan budaya tionghoa atas pengampunan itu. Mereka menjerit sebenarnya

secara psikologi, menjerit ampuni saya, tolong dewa dapur, tolong Tuhan jangan ingat

dosa saya, hanya caranya salah, dengan memitologikan dewa bisa di suap, sedangkan

Tuhan tidak bisa disuap. Tuhan punya caranya sendiri untuk mendamaikan kita.

Pendamaian itu karena Kristus mati untuk kita. Dewa dapur tidak ada, kita

saja kalau makan ketan lengket tetap bisa makan lagi, masak dewa diberi ketan

mulutnya bisa terkunci, dewa kan berkuasa masa bisa terkunci kan tidak masuk akal,

itu kan mitologi. Itu hanya symbol yang membuat Allah tidak lagi mengingat-ingat

dosa ialah kalau dosa sudah dikalahkan sehingga dosa kita dihapuskan melalui

dikalahkannya dosa itu.

Dewa dapur tidak bisa menolong apa-apa tetapi Kristus adalah penggenap

dari dewa dapur. Dewa dapur tidak ada apa-apanya, datanglah kepada Kristus. Dewa

dapur tidak mati untuk kamu, Kristus yang menghapus dosamu.

Kaitannya dengan dewa dapur adalah kita akan dihakimi, maka siap-

siaplah dewa dapur pergi ke sana. Akhirnya dewa dapur datang, hari ke-4, orang
167
bersih-bersih rumah. Bait itu apa ? Bait adalah rumah. Kita ini adalah rumahnya

Allah, yang kita bersihkan bukan rumah, kamarnya, memang itu perlu tetapi hati yang

porak poranda ini perlu dibersihkan, diluruskan. Jangan hanya kau sapu kau bersihkan

rumahmu tetapi tidak kau bersihkan hatimu.

Kalau dewa dapur itu hanya mitologi, angan-angan, yang mungkin jadi,

mungkin tidak. Dan kita tahu bahwa itu tidak mungkin terjadi, sebab dewa dapurnya

saja tidak ada. Dan kembali dengan membawa berita bahwa kaisar langit telah

mengampuni kamu, tetapi di dalam Kristus tidak demikian Allah mendamaikan dunia

dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka.

Allah yang mendamaikan saya dengan diri-Nya, makanya gambarannya

dewa dapur sudah turun lagi, nyatanya kaisar langit tidak marah sama saya. Tahun ini

saya akan mendapatkan berkat, hokkynya makin baik, sesungguhnya itu adalah cara

manusia melihat hidup. Kita harus melihat cara rohani bukan hanya yang duniawi

saja.

Dewa dapur kita yang sejati sudah pulang dari langit. Sudah membawa

pengampunan itu melalui kebangkitan-Nya dari antara orang mati, kita tidak perlu

merayakan dewa dapur, sebab sang dewa dapur sejati Yesus Kristus telah membawa

damai sejahtera dan keselamatan kepada kita.

Nien

Karena nenek moyang pada jaman purba itu percaya ada binatang yang

namanya nien, (nien = tahun).Binatang itu monster yang tidur selama 1 tahun, setiap

tahun dia bangun karena dia kelaparan, dia mencari orang di desa itu untuk dimakan.

Orang satu desa ketakutan dimakan oleh nien ini, mereka tidak tahu cara mengusir

nien ini, tidak tahunya si nien ini takut sama warna merah dan suara keras. Orang
168
kampung ketika mengetahui rahasia itu mereka membuat petasan lalu memakai baju

merah , supaya si nien ini dia pergi. Jadi asal usul baju merah ini untuk mengusir nien.

Nien=umur yang menggerogoti setiap tahun, menakutkan. Sebenarnya

nien itu tidak ada, nien artinya tahun, itu gambaran bahwa setiap tahun umur kita ini

digrogoti waktu. Umur kita dimakan, makin hari makin tua, dan orang ketakutan.

Makanya makin tua kita disadarkan kita akan mati.

Petasan

Akhirnya diberi petasan. Nien ini lambang kematian, lambang iblis,

lambang tahun, tidak bisa diusir dengan petasan. Petasan segede apapun ya tetap

petasan yang tidak bisa membuat umur ini bertambah dengan menjadi kekal. Umur,

waktu dan diri kita ini hanya menjadi kekal jikalau kekekalan itu diberikan pada kita,

bukan dengan bakar petasan. Mau bakar petasan sampai 1 gudang, umur tetap akan

menjadi tua. Niennya tetap datang, tapi yang dapat menghancurkan kuasa umur ini

adalah ketika Kristus bangkit.

Jadi petasan itu lambang ledakan kuasa yang membangkitkan tubuh

Kristus, nien itu lambing maut dan lambing iblis yang dikalahkan ketika Kristus mati.

Ternyata takhayul itu setelah kita selidiki jeritan psikologis. Orang takut akan makin

tua, orang takut akan mati, mereka membutuhkan ledakan yang menghilangkan

kematian itu. Ternyata itu adalah ledakan kebangkitan Kristus.

Nien dihancurkan oleh petasan kebangkitan itu dan petasan kebangkitan

itu adalah bangkit-Nya Kristus. Dia harusnya mencurahkan darah-Nya, warna merah,

maka darah Kristus mengusir nien tadi.

Bersih-bersih rumah.

Pada waktu hari imlek, saudara menyapu rumah, membersihkan rumah,

memotong rambut dan semuanya, ingat itu hanya symbol tidak punya makna pada
169
dirinya sendiri itulah peringatan yang oleh budaya digambarkan dengan itu.

Peringatan untuk kita mau membersihkan batin ini. Peringatan untuk kita mau

membersihkan diri ini.

Baju baru

Imlek menuntut kita untuk kita menghayati ciptaan baru di dalam Kristus,

bukan baru bajunya saja. Makanya kalau imlek, kita harus memakai baju baru. Karena

ini peringatan bahwa Kristus telah mati bagi kamu, darah-Nya tercurah, maka pakai

baju merah. Dan kamu harus hidup baru, makanya pakai baju baru. Tetapi jangan

berdosa lagi, hiduplah di dalam kesucian. Yang digambarkan dengan kita memakai

baju baru tadi.

Angpao

Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah

mendamaikan kita dengan diri-Nya. Jadi kita tahu kalau pembaharuan itu datangnya

dari Allah itu pemberian, maka akhirnya lambang mengingatkan diberi oleh Allah,

kita memberikan angpao. O ini pemberian, saling memberi.

Yang tua memberikan kepada yang muda. Jadi ini baik mengingatkan kita

bahwa semuanya ini pemberian. Semuanya ini karunia Allah, aku harus diperbaharui,

tetapi pembaharuan itu datangnya dari Allah.

Hiduplah dengan cinta kasih dengan saling memberi angpao, dengan

saling memberi makanan yang enak-enak. Kita membuat enak orang lain, membawa

keselamatan pada orang lain.

Sembayang ‘samseng’ atau ‘ngoseng’

Juga sehari menjelang imlek, menurut acara tradisional akan ada

sembahyangan, kecil pakai meja yang disebut sembahyangan ‘samseng’, di mana

mempersembahkan 3 jenis binatang. Atau ‘ngoseng’, lima binatang. Ditambah dengan


170
ikan babi, ikan bandeng, kalau ngoseng tambah kepiting. Apa ini artinya ? Kita tidak

usah gitu (pakai cara itu). Itu artinya korban, korban kita telah terjadi di atas salib, jadi

kita tidak memerlukan korban seperti daging babi, ikan bandeng, kepiting.

Merah=sukacita.

Mengapa kita memakai warna merah ? ini lambang darah Kristus yang

telah dicurahkan untuk saudara dan saya bagi mengalahkan iblis dan kematian

sehingga kita menemukan sukacita. Maka ini warna kebahagiaan, warna sukacita,

sukacita keselamatan.

Merah = darah Yesus

Kepiting kalau dimasak warnanya merah, berarti menggambarkan darah

Kristus, kita memperingati Kristus telah mati bagiku, darah-Nya telah tercurah

bagiku, Dia mendamaikan aku dengan Allah oleh kematian-Nya. Indah sekali.

Dilarang kata-kata kotor

Selanjutnya, di samping itu pada saat hari imlek kita dilarang

mengucapkan yang kotor-kotor, berkelahi pun tidak boleh. Kepada kita ini

dipercayakan pelayanan pendamaian ini untuk membawa damai untuk orang lain

maka mulutnya harus berisi ucapan-ucapan damai. Jadi setiap imlek kita

diperingatkan bahwa panggilanku untuk membawa damai ini bagi orang lain,

panggilanku untuk keselamatan ini kepada orang lain.

Jadi perayaan imlek ditandai dengan kerelaan membawa pembaruan ini

kepada orang lain. Satu saja prinsip kunci yang berlaku menyeluruh, yaitu “kejar

kejayaan dan hindari kesialan.” Beda prinsip secara sangat mendasar dengan

Kekristenan, “kejar pemerintahan Allah dan kebenaran-Nya, semua akan

ditambahkan.” Yang satu memandang diri sendiri sebagai pusat alam semesta, yang

satu lagi memandang Allah sebagai pusat segalanya, bukan hanya alam semesta tetapi
171
juga berdaulat sampai kekekalan. Chang melihat semua pemikiran dan keyakinan

non-Alkitabiah pada dasarnya humanistik. Dalam hal ini, baik Timur dan Barat telah

bersalah dalam kesalahan yang sama, yaitu, yang dimulai dengan pemahaman

manusia dan alasannya, dan menjadikan manusia itu pusat alam semesta. Alkitab

sendiri memberi kita perspektif akurat tentang realitas, yang berpusat pada Allah.

Humanisme dalam segala bentuknya adalah jalan buntu, karena tidak bisa memberi

kita kehidupan dan keberkatan yang benar; yang datang kepada kita melalui karya

penyelamatan Yesus Kristus bagi kita, yang diterima lewat iman.

Seperti yang saya lihat, ada dua perkembangan yang sangat menonjol

dalam bagian surat Paulus ini yang secara pengartiannya sangat signifikan. Pertama,

Paulus menggagas makan makanan (the eating of food) sebagai suatu tindakan yang

melibatkan sang individu kedalam suatu rituaI sosial. Kedua, ia menggagas

penyembahan berhala sebagai pemujaan roh-roh jahat.Yang pertama dari kedua

perkembangan ini dicapai melalui domain partisipasi. Cawan dan roti Kristen disebut

sebagai suatu partisipasi (10:16), minum cawan roh-roh jahat dan berbagi pada meja

roh-roh jahat sangat jelas menggambarkan suatu partisipasi (10:20-21), dan orang-

orang yang makan korban digambarkan sebagai para partisipan (10:18). Jadi misalnya

Paulus menulis dengan gaya sederhana, akan demikian bunyinya: 'Suatu partisipasi

dalam cawan Tuhan adalah suatu partisipasi dalam darah Tuhan,' 'Mereka yang

berpartisipasi dalam pengorbanan adalah para partisipan dalam hal altar,'.

Yang pertama adalah suatu dosa yang merugikan orang lain; yang terakhir

adalah suatu dosa yang membahayakan komunitas Kristen itu sendiri. Argumentasi

Paulus memiliki dua cabang: itu mengacu pada fakta yang relatif jelas bahwa

makanan-makanan kuil tidak dapat dipisahkan dari ritual-ritual kuil, dan juga

memperkenalkan orang percaya Yahudi akan adanya suatu tipuan roh-roh jahat yang
172
tersembunyi di balik penyembahan berhala oleh bangsa-bangsa ini. Tidak hanya

banyak partisipasi yang ditafsirkan dalam 10:14-22, tetapi Paulus juga menggunakan

klausa relasional untuk menghubungkan mereka.

Dalam melakukannya, ia menyatukan berbagai elemen. Misalnya, di 10:16

ia menyatukan cawan Kristen dan darah Kristus, demikian juga, roti Kristen dan

tubuh Kristus. Dalam 10: 18 ia menyatukan pengorbanan-pengorbanan dan mezbah

pengorbanan. Dengan cara yang sama, ayat 20-21 secara implisit menyatukan cawan

roh-roh jahat, meja roh-roh jahat, dan roh-roh jahat itu sendiri. Di dunia penafsiran

Paulus melalui bahasanya, berpartisipasi dalam salah satu dari elemen-elemen ini

berarti berpartisipasi juga dalam lainnya; semua itu adalah satu kesatuan. Jika berhala

itu tidak nyata, bagaimana perilaku penyembahan berhala dapat menimbulkan bahaya

yang nyata? Bagaimana bisa dibangun suatu hubungan yang nyata? Garland menulis:

(orang-orang Korintus) mungkin saja membenarkan tindakan-tindakan mereka

dengan mengecilkan arti upacara-upacara keagamaan di sebuah kuil pagan dalam

sekantong omong kosong religius yang tidak ada efek spiritual apapun terhadap

mereka.

Sama seperti orang-orang Korintus tidak melihat bahaya sikap

penyembahan berhala atas orang lain (8:1-9:27), mereka gagal untuk melihat bahwa

ancaman itu ada terhadap diri mereka sendiri (10: 1-22). Berhala mungkin tidak nyata,

tetapi ada roh-roh jahat yang sangat nyata yang terlibat dalam sandiwara

penyembahan berhala. Makan makanan berhala berbahaya karena dengan itu

melibatkan orang percaya kepada roh-roh jahat. Jelas, pasti ada kosmologi yang lebih

substansial yang mendasari komentar singkat ini, tetapi Paulus tidak memerincinya.

Setelah berusaha meyakinkan para pendengar yang ditujunya, untuk tidak

mendorong penyembahan berhala dengan cara makan di kuil-kuil, dia sekarang


173
mencoba untuk meyakinkan mereka untuk tidak berpartisipasi dalam penyembahan

berhala dengan cara makan di kuil-kuil.

Adanya kesatuan konsep makna dari 8:1-9:27 dan 10:1-22. Di bagian yang

terdahulu, Paulus memfokuskan perhatiannya pada makanan yang dikonsumsi. Dia

menegaskan bahwa makanan adalah suatu wilayah kebebasan penuh bagi orang

Kristen, tetapi menunjuk bahwa praktek pembatasan makanan itu ada dampaknya

pada penyebaran Injil. Orang-orang Kristen harus mengikuti teladan penyerahan diri

Tuhan mereka, yakin mendapatkan keuntungan yang kekal yang jauh lebih besar

daripada kerugian yang sementara ini.

Dalam bagian utama kedua, Paul mengalihkan perhatiannya disekitar

makan makanan berhala. Dia menunjukkan bahwa orang-orang Israel berangkat

keluar dari Mesir dan 'diinisiasi' menjadi sebuah komunitas agama baru, tapi

kemudian mendambakan makanan yang sebelumnya mereka menikmati.

Penghancuran Allah atas mereka adalah suatu pengingat atas permintaan

akan kesetiaan. Makan makanan kuil berhala adalah berpartisipasi dalam ritual roh-

roh jahat, yang langsung bertentangan dengan penyembahan yang tepat kepada Allah.

Orang-orang Kristen seharusnya tidak menoleh kembali kepada penyembahan berhala

dengan rindu, tetapi harus lari dari padanya.

Paulus menujukan desakannya untuk menjaga fokus mereka dan membantu menarik

keluarga, teman, dan rekan dari bahaya.10

10
Sacrificing Sacrifices: A Discourse Analysis Of 1 Corinthians 8:1-11:1 by Christopher
D. Land, B.R.S. A thesis submitted to the Faculty of McMaster Divinity College in partial fulfillment
of the requirements for the degree of Master of Arts McMaster Divinity College, Hamilton, Ontario.
Garland mengutip Philo yang menyatakan bahwa "diasumsikan bahwa korban menjadi milik dewa
kepada siapa itu dikorbankan, bahwa dewa itu adalah tuan rumah dari pesta berikutnya, dan bahwa
pengunjung bermitra dengan altar." Garland, 1 Corinthians, 481. 398 Garland, 1 Corinthians, 356. 399
174
Tindakan membawa masuk perayaan Imlek ke dalam ibadah gerejani

berarti; Pertama, mengecilkan arti upacara-upacara keagamaan, dengan sembrono

berpartisipasi dalam perayaan roh-roh jahat. Kedua, gagal untuk melihat ancaman

terhadap diri sendiri, merasa cukup kuat melawan kecemburuan Tuhan. Ketiga,

merengkuh semua keuntungan yang sedapatnya dicapai, tidak mempraktekkan kasih

untuk membangun jemaat. Keempat, tidak mengikuti teladan penyerahan diri Tuhan,

yang rela menderita ‘kerugian’ yang sementara ini untuk mendapatkan keuntungan

yang kekal.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan pada bab-bab sebelumnya, khusus dari hasil penelitian dari

pembahasan, maka penulis memberikan kesimpulan terhadap pembahasan tesis ini

sebagai berikut:

Pertama, Mengecilkan arti upacara-upacara keagamaan, dengan sembrono

berpartisipasi dalam perayaan roh-roh jahat.

Kedua, Gagal untuk melihat ancaman terhadap diri sendiri, merasa cukup kuat

melawan kecemburuan Tuhan.

Ketiga, Merengkuh semua keuntungan yang sedapatnya dicapai, tidak

mempraktekkan kasih untuk membangun jemaat.

Keempat, Tidak mengikuti teladan penyerahan diri Tuhan, yang rela menderita

‘kerugian’ yang sementara ini untuk mendapatkan keuntungan yang kekal.

Saran

Peneliti berharap penelitian ini memberi manfaat kepada :

Gereja Lokal. Untuk tidak cepat-cepat ikut arus yang menjadi trend diantara gereja-

gereja Kristen masa kini.

Gembala Sidang. Akan sangat penting bagi para gembala sidang atau yang

setingkatnya, yang mengemban tanggung jawab atas domba-domba Tuhan, untuk

senantiasa menguji ‘segala sesuatu’ terlebih dahulu, sebelum melepaskannya

berlangsung. Pengujian dari kedua sisi, dari sisi latar belakang sejarah ‘sesuatu’ itu
175
176
sendiri; maupun dari sisi rohaninya, dengan membawanya kebawah terang Firman

Tuhan.

Peneliti lainnya. Kesediaan para peneliti untuk mengadakan penelitian lebih lanjut

atas hal-hal yang seringkali sudah diterima sebagai kebenaran (atau mengandung

kebenaran) secara begitu saja oleh umum, akan sangat berharga karena dapat

menyingkap sesuatu dibalik tabir yang selama ini tidak pernah tersingkapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Buku

A Systematic Theological Analysis of the Basic Problems in the Confucian-Christian


Dialogue. Studies in Systematic Theology. November 2009. ISBN-13 :
9789004177260

Armstrong, Herbert W. God’s Holy Days or Pagan Holidays? Booklet Copyright ©


2004, 2008 The Restored Church of God®

Burkhardt,V. R. Chinese Creeds and Customs : Volume 1. South China Morning


Post; n Later printing edition,1972. ASIN: B000HKQVWE

Broomhall, A.J. Hudson Taylor and China's Open Century, Book 7: It Is Not Death to
Die !”

Bell, Daniel A. China’s New Confucianism: Politics and Everyday Life in a Changing
Society. Princeton: Princeton University Press, 2008. ISBN 978-0-691-13690-
5.

Covell, Ralph R. The Liberating Gospel in China: The Christian Faith Among
China's Minority Peoples. Baker Pub Group – June, 1995. ISBN-13: 978-
0801025952

Chen, I-Hsin. Connecting Protestantism to Ruism: Religion, Dialogism and


Intertextuality in James Legge's Translation of the Lunyu. University of
Manchester, 2014

Covell, Ralph. Confucius, the Buddha, and Christ: A History of the Gospel in
Chinese. Wipf and Stock Pub – January 20, 2004. ISBN-13: 978-
1592445332Chow, Alexander. Theosis, Sino-Christian Theology and the
Second Chinese Enlightenment: Heaven and Humanity in Unity.
(Christianities of the World). Palgrave Macmillan; 2013 edition (May 8,
2013). ISBN-13: 978-1137312617.

Chang, Lit-Sen (Author), G Wright Doyle (Editor), Samuel Ling (Translation). Wise
Man from the East: Lit-Sen Chang (Zhang Lisheng) Critique of Indigenous
Theology; Critique of Humanism”. Pickwick Publications – August 2, 2013.
ISBN-13: 9781498260046.

Chang,Lit-Sen. Asia's Religions: Christianity's Momentous Encounter with Paganism.


(Horizon). P & R Publishing – August 1, 2000. ISBN-13: 9781892632036.

177
178
Constable, Nicole. Christian Souls and Chinese Spirits: A Hakka Community in Hong
Kong. University of California Press -- August 1, 1994. ISBN-13: 978-
0520083844

Fulton, Brent. China’s Urban Christians: A Light That Cannot Be Hidden. Pickwick
Publications, 2015. ISBN-13:978-1-62564-719-1.

Girardot, Norman J. The Victorian Translation of China: James Legge’s Oriental


Pilgrimage. University of California Press May 20, 2002. ISBN-13: 978-
0520215528.

Glahn, Richard Von. The Sinister Way: The Divine and the Demonic in Chinese
Religious Culture. Berkeley: University of California Press, 2004. ISBN 0-
520-2308-1.

Huang, Paulos Z. Ph.D. Confronting Confucian Understandings of the Christian


Doctrine of Salvation.

Hodder & Stoughton and The Overseas Missionary Fellowship, 1989. ISBN-13: 978-
0340502709

Long, Kim. The Moon Book: Fascinating Facts about the Magnificent Mysterious
Moon. Pa Johnson Books; Rev Exp Su edition – August, 1998. ISBN-13: 978-
1555662301

Martin, Palmer. T'ung Shu: The Ancient Chinese Almanac. Rider & Co .; First
Edition – 1986. ISBN-13: 978-0712611275

Marshall, David B. True Son of Heaven: How Jesus fulfills the Chinese Culture. Kuai
Mu Press, Seattle, 2002. ISBN 0-9702278-1-7.

Ruokanen, Mikka (Editor), Paulos Huang (Editor). Christianity and Chinese Culture.
Eerdmans November 23, 2010. ISBN-13: 978-0802865564

Su, Shuyang. A Reader on China: An introduction to China’s history, culture and


civilization”. Translated by Zijian Chen. San Francisco: Long River Press,
2005. Originally published in Chinese by Shanghai Press and Publishing
Development Company. ISBN 1-59265-059-7.

Stepanchuk, Carol Charles Choy Wong. Mooncakes and Hungry Ghosts: Festivals of
China. China Books & Periodicals – January, 1992. ISBN-13:978-
0835124812

Stepanchuk, Carol. Red Eggs & Dragon Boats: Celebrating Chinese Festivals. Pacific
View PR – February 1, 1994. ISBN-13: 978-1881896081
179
Tetsunao Yamamori (Author), Kim-kwong Chan (Author). Witnesses to Power:
Stories of God’s Quiet Work in a Changing China. Paternoster Press – Jan
1,2001. ISBN-13: 978-1842270417.

The Editorial Department of Hong. The grand spectacle of Chinese New Year
customs/ compiled by the Editorial Department of Hong Kong. Hong Kong:
China Tourism Press. ISBN-13 : 302452

The Restored Church of God. Why Christians Don’t Celebrate New Year’s. Booklet
Copyright © 2008, 2011 The Restored Church of God®

The Watch Tower. Lunar New Year Is It for Christians? The Watchtower, 2009
Public Edition 12/1 pp. 20-23 Copyright © 2017 Watch Tower Bible and Tract
Society of Pennsylvania.

Xi Lian. Redeemed by Fire: The Rise of Popular Christianity in Modern China. Yale
University Press, 2010. ISBN-13: 978-0300123395

Uhalley, Stephen. Jr. and Xiaoxin Wu, Editors. China and Christianity: Burdened
Past, Hopeful Future. Armonk, New York: M. E. Sharpe. 2001. ISBN 0-7656-
0662-3.

Yang, Fenggang. Religion in China: Survival and Revival under Communist Rule.
Oxford University Press; 1 edition October 28, 2011. ISBN-13: 978-
0199735648

Wong, Choon San. Cycle of Chinese Festivals. Singapore, Malaysia Pub. House,
1967.

William, Hu. Chinese New Year: Fact and Folklore (Foods & Snacks of Chinese
Festivals, 2). Keramo :February 1992. ISBN-13: 978-0893440374.

Zhang, Qizhi (Author). Traditional Chinese Culture. Foreign Languages Press


January 1, 2009. ISBN-13: 978-7119057569

Jurnal

Bodde, Derk. Festivals in classical China: New Year and other annual observances
during the Han dynasty, 206 b.c.- a.d. 220. xvii, 439 pp. Princeton, N.J:
Princeton University Press and the Chinese University of Hong Kong, 1975.
Bulletin of the School of Oriental and African Studies, Volume 39, Issue 3
October 1976, pp. 678-679

Xu, Shuangping. Globalization and Chinese Spring Festival. Master's Thesis on


Masaryk University, Faculty Of Social Studies, Department of Sociology.
180
Yang, Sha. Conceptions of the Spring Festival and Christmas of Shanghai’s Young
and Middle-aged People: A Qualitative Study of Similarities and Differences.
Shanghai International Studies University. Intercultural Communication
Studies XVII: 1 2008.

"The Dragon and the Lamb: Chinese Festivals in the Life of Chinese
Canadian/American Christians." By Greer Anne Ng. Religious Education
Journal, Summer, 1989.

The Chinese Face of Jesus Christ, edited by Roman Malek, S.V.C. Sant Augustin:
Institut Monumenta Serica & China – Zentrum, 2007. Volumes 3a and 3b.
Monumenta Serica Monograph Series, L/3a and L/3b (ISBN 3-8050-0524-5).
Review by Joseph Tse-hei Lee, Pace University, in Journal of Chinese
Religions, No. 36, 2008, pages 169-174.

Dr. Doyle, G. Wright. Between Two Worlds: J. Hudson Taylor and the Clash between
British and Chinese Customs, Cultures, and Laws. A paper presented to the
Yale-Edinburgh Group for the Study of the History of Missions and of Non-
Western Christianity, Yale Divinity School, July, 2009.

Chen, I-Hsin. From God’s Chinese names to a cross-cultural universal God: James
Legge’s intertextual theology in his translation of Tian, Di and Shangdi.
Journal Translation Studies Volume 9, 2016 - Issue 3, 268-281.

Cheng, Chung-yi. “New Directions in Chinese Philosophy”. New Asia Academic


Bulletin Volume 21. Publisher : New Asia College, The Chinese University of
Hong Kong. First Edition, October 2014.

Internet

“49 Bible Verses About Celebrating Pagan Holidays” by Stephen Smith (editor)
Publisher: OpenBible.info.
https://www.openbible.info/topics/celebrating_pagan_holidays

“Chinese New Year ceremonies”, by Bonny Tan. Posted in : Heritage and Culture.
Singapore Encyclopedia. An electronic encyclopedia on Singapore's history,
culture, people and events.
http://eresources.nlb.gov.sg/infopedia/articles/SIP_948__2009-01-02.html

“Origins and Practices of Chinese New Year”, by Thiel B (c) 2014 COGwriter.
http://www.cogwriter.com/chinese-new-year.htm

The Christian and Chinese Lunar New Year (Chun Jie). By Dr. Alex Tang. Posted in:
Kairos Spiritual Formation.
http://www.kairos2.com/christian_and_chinese_new%20year.htm
181
The Legacy of Chinese Christianity and China's Identity Crisis. By Dr. Carol Lee
Hamrin. Posted in: Briefing Notes, Christianity in China, March 10, 2006.
http://www.globalchinacenter.org/analysis/christianity-in-china/the-legacy-of-
chinese-christianity-and-chinas-identity-crisis.php
Problems in Translating the Bible into Chinese: The name(s) for God. By Dr. G.
Wright Doyle Posted in: Articles, Christianity in China, July 28, 2016.
http://www.globalchinacenter.org/analysis/christianity-in-china/problems-in-
translating-the-bible-into-chinese-the-names-for-god.php

Chinese Popular Religion By Dr. G. Wright Doyle. Posted in: Articles, Chinese
History & Culture, June 8, 2004.
http://www.globalchinacenter.org/analysis/chinese-history-culture/chinese-
popular-religion.php

“Resources for Constructing a Truly Indigenous Chinese Theology": April 27, 2015.
http://www.reachingchineseworldwide.org/blog/resources-for-constructing-a-
truly-indigenous-chinese-theology-reflections-on-alexander-chows-theosis-
sino-theology-and-the-second-chinese-enlightenment

Dr. Jerry Yu, “Convergence or Divergence: Chinese Culture in a Globalized World.”


Translated by Alice Loh. ChinaSource Journal, April 5, 2010.
http://www.chinasource.org/resource-library/articles/convergence-or-
divergence-chinese-culture-in-a-globalized-world
LAMPIRAN

Transkrip 1.

Kotbah Imlek Gereja Bethany Father House Community Church Gorontalo


tanggal 10 Febuari 2013 oleh Pastor David Hanany Miliando, M. Th.
Selanjutnya di sebut sebagai Sumber 2013.

Kami pasti makmur dan berlimpah-limpah. Dan namaMu dimuliakan.

Tuhan biar Engkau memakai Firman Tuhan pada sore malam hari ini, membuat kami

menjadi orang-orang yang mengerti, dan bangga bahwa kami adalah orang keturunan

Asia, yang telah dilahirkan didalam rencana Tuhan, yang telah ditulis jauh sebelum

kami dilahirkan, bahwa kami ada untuk membawa dampak bagi dunia ini. Sama

seperti para pendahulu kami, leluhur bangsa Asia telah membawa pengaruh yang

besar bagi dunia ini. Dan kami mengucap syukur, biar pengurapan atas FirmanMu ini

kuat dan sempurna di dalam Roh Kudus. Memberikan kepada hati dan pikiran kami

pengertian yang lebih dari pada sekedar seorang manusia biasa berbicara, tapi biar

namaMu saja yang dipermuliakan di dalamnya. Di dalam nama Tuhan Yesus, semua

yang percaya bersama saya, katakan : Amen.

Syalom, silahkan duduk saudara, berikan tepuk tangan buat Allah yang

baik. Halleluya.

Ketika kita berada pada umumnya di negara Asia Tenggara, khususnya

Indonesia, maka banyak dari pada kita dipisahkan oleh warna kulit. Selain dipisahkan

oleh warna kulit, kita juga dipisahkan oleh kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat, maupun

oleh bentuk-betuk disiplin yang berbeda; disiplin dalam keuangan, disiplin di dalam
hal-hal tetentu. Itu sebabnya, sebagian orang berkata saya orang pribumi, sebagian

yang lain berkata bahwa saya orang Cina.

Padahal sebenarnya kita berasal dari satu ras yang sama. Kita berbagi ras

dengan orang Armenia, sebab orang Armenia adalah turunan Sem, sama seperti kita.

Kita bahkan berbagi keturunan berbagi ras yang sama dengan Abraham,

sebab Abraham adalah keturunan Sem.

Nah, sudaraku sekalian, didalam perjalanan waktu, jika kita sebagai

anakTuhan tidak pernah terlalu luas untuk bisa mengerti tentang kehidupan kita, maka

kita akan menjadi orang yang terkelompokkan oleh pengertian kita sendiri.

Kita mulai mengklasifikasikan bahwa saya orang A dan si B orang B. Dan

orang yang sana lebih buruk dari pada orang yang sini; dan orang yang sini jauh lebih

baik dari pada orang yang sana; dan kemudian kita hidupnya akan semakin terpencil.

Kita akan merasa tersisih.

Saudara, dua bangsa yang kemudian memiliki sejarah yang panjang dan

berumur sama adalah orang Ibrani atau bangsa Armenia dan orang Cina, yang

memiliki sejarah yang sangat panjang, setua usia manusia ada di bumi ini.

Dan itu sebabnya Firman Tuhan memberi tahu kepada kita tentang

kebijaksanaan yang lebih.

Itu sebabnya kita di gereja ini tidak cuma bicara tentang Surga.

Hari-hari Surga, hari-hari surga. Tapi kita bicara tentang apa yang kita

hadapi di muka bumi ini. Tidak jarang saudara, ketika seorang yang disebut oleh

orang lain Tionghoa, dan menjadi anak Tuhan, ada sesuatu di dalam hatinya dia

merasa bahwa dia telah meninggalkan pesan-pesan dari leluhurnya.

Dia menjadi orang yang tidak berbakti. Dia menjadi orang yang

melupakan adat istiadat rasnya sendiri.


Sementara ada orang juga yang lain buru-buru menjadi Kristen sebab

mengapa ? Sebab dia sendiri tidak bangga menjadi seorang Asia, kemudian buru-buru

mengganti namanya. Its oke, fine. Kita ganti nama karna apa, karna memang

pemerintah menginginkan asimilasi. Tetapi ini sering terjadi di negara2 yang justru

malah masih ada Tionghoanya kuat. Taiwan, ya, Hongkong, saudara tidak akan

pernah, saudara akan sangat jarang menemukan orang dengan tiga suku kata. Sebab

semua buru-buru mengambil nama orang bule. Sebab mereka agak sedikit malu

dengan sejarah hidupnya. Tetapi biar lewat Firman Tuhan yang sedrhana hari ini, saya

ingin saudara bangga menjadi orang ras keturunan Asia.

Mau saudara lahir di Jawa dengan nama Bagus, dengan nama Untung,

dengan nama Bambang, saudara pikir orang Tionghoa tidak punya nama itu. Justru

nama itu paling banyak dinama orang Tionghoa, ya. Tetapi didalam sebutan yang

berdeda, artinya sama. Ya. Kadang-kadang kita nggal merasa bangga dengan diri kita

sendiri.

Tetapi saudara, di dalam kehidupan kita mempelajari banyak hal, dan

semakin kita mengetahui, semakin kita menjadi bijaksana. Katakan sama-sama :

“Saya jadi bijak”.

Okey, mari tolong, mick saya. Iya.

Kita beri tepuk tangan yang meriah buat Allah yang baik, Amen.

Iya, tolong papan tulisnya.

Saudaraku sekalian, kita mempelajari hari ini tentang persembahan yang

turun temurun. Kita biasa memberikan persembahan di dalam gereja. Kita terbiasa

untuk membangun kebiasaan yang baik ini, ketika kita menjadi orang Kristen dan kita

lupa bahwa sebenarnya leluhur kita telah memberi pendahuluan yang sangat jauh
tentang kebiasaan ini. Bahkan kebiasaan yang spesial ini telah dibangun jauh ketika

Habel ada.

Ada, ada, ada persepsi tentang memberi persembahan sebagai sebuah

kebiasaan dari pada orang Mesopotamia, atau terbiasa disebut dengan orang-orang

Israel. Ah kita koak nanti Kristen baru tau tu babagini.

Jadi sebenarnya kita yang pikirannya kurang luas. Biar hari ini kita mulai

berpikir lebih luas, bahwa kebiasaan ini juga adalah kebiasaan yang dimiliki oleh

bangsa Asia. Saudara, di dalam kehidupan kita mengenal bahwa sejauh…

Saya bisa pindah ? Saya bisa pindah ? Tolong gambar selanjutnya, iya.

Sejarah leluhur bangsa Asia dimulai 4500 tahun. Jadi setua usia manusia. 4500 tahun.

Bagaimana kita bisa melihat 4500 tahun itu sangat lama, saudara. Sangat lama. Saya

berharap ini sudah bisa supaya saya cuman punya waktu yang sangat sempit untuk

menjelaskan pada saudara, okey ?

Jadi kita punya 4500 tahun. Bagaimana kita melukiskan 4500 tahun.

Tahun lalu saya memberikan gambaran kepada saudara di dalam satu garis lurus yang

panjang, dimana disini adalah tahun 2013 atau the year of water snake. Yeah. Ular air.

Lalu ini adalah tahun nol, atau pada waktu Kristus dilahirkan. Yaei. Dan ini adalah

awal dimana tulisan sejarah tertua ditemukan. Jadi kalau dari tahun ini kesini dari

besar jadi kecil. Kalo dari Kristus sampe ke kita, dari kecil menjadi besar. Hari ini,

tahun ini, adalah tahun baru yang dihitung di dalam penanggalan Cina 2000 berapa ?

2564. Iya. Dari mana 2564 ? 2564 itu dari sini sampe disini. Iya. Lalu ada kira-kira

2500 tahun kebelakang, Jadi kalau di total lebih kurang 4500 tahun sampe disini, yang

mengerti katakan amen.

Nah, sejarah leluhur Asia, orang Asia itu sudah sangat lama, setua sejarah

Alkitab. Jadi ketika pada waktu Abraham ada, tulisan-tulisan kuno leluhur orang Cina
sudah ada lebih dulu. Nanti kita sebab-sebabnya. Nah, saudara, budaya Asia setua

budaya Ibrani, atau budaya Yahudi, merupakan budaya yang bertahan sejauh sejarah

manusia.

Lalu saudara, kita lihat disini bahwa biasanya orang beranggapan bahwa

seharusnya, kalau dia berkulit kuning langsat, dia tidak boleh beragama lain, paling

agama Tao, Konfusius atau Buddism. Jadi kalau agama Krisren, dia memeluk agama

orang bule. Begitu kira-kira, ya, anggapannya begitu. Agamanya ndak cocoklah sama

warna kulitnya. Tapi taukah saudara bahwa Tao muncul abad ke-6. Belum lama.

Bukan disini, suadara, tapi disini. Lalu kemudian konfusius itu abad ke-5 SM, sama-

sama dengan Buddish.

Kapan Kristen disebut Kristen ? Ya 300 tahun setelah kematian dan

kenaikkan Kristus. Disini tu agama Kristen. Jadi munculnya tidak begitu jauh.

Nah, yang jadi pertanyaan hari ini, apa yang disembah oleh leluhur bangsa

Asia 2500 tahun antara ini ? Apa yang disembah oleh mereka ? Sebab agama-agama

yang kita tau yang disembah dan dianggap sebagai agama orang yang berkulit kuning

langsat, ternyata muncul terakhir. Bukan muncul di depan. Muncul terakhir. Nah,

lebih kurang 2500 tahun ini, lebih kurang, apa yang disembah oleh mereka. Nah,

saudara sejarah menyebutkan bahwa bangsa Asia ternyata tidak menyembah patung

atau dewa-dewa didalam era itu. Tetapi mereka menyembah satu nama yang disebut

dengan kata Shang Ti.

Menyembah satu nama yang mereka panggil dengan nama Shang Ti. Dan

arti kata Shang Ti adalah Raja yang tinggal di Surga. Itu arti kata Shang Ti, Raja yang

tinggal di surga, atau orang terkuat yang tinggal di Surga. Jadi bukan orang-orang

kuat, bukan, orang kuat. Jadi mereka tidak menyembah banyak Allah seperti yang kita
ketahui hari ini, leluhur bangsa Asia, bangsa kita, ras kita, menyembah satu Allah,

yaitu Allah yang esa. Yang mereka panggil dengan nama Shang Ti.

Saudara, kalau dipelajari dari peninggalan tulisan tentang Shang Ti, maka

Shang Ti memiliki karakter yang sama dengan Allahnya orang Yahudi, yang ada di

dalam Perjanjian Lama. Karakternya, ya, itu sama dengan Yahwe. Yang ada di dalam

Perjanjian Lama, yang hari ini Tuhan Yesus mengajar kita untuk memanggil Dia

dengan nama Allah Bapa. Yang mengerti sejauh ini katakan, amen.

Nah, saudara, kerajaan pertama dan tertua yang memiliki tulisan yang

masih bisa dibaca sampai hari ini, adalah kerajaan pertama Cina yang dibangun oleh

Dinasti Shang. Dinasti Shang, tulisan-tulisannya masih dapat ditemukan di dalam

musium dan di dalam perpustakaan-perpustakkan kuno. Dinasti Shang dibangun pada

tahun 1776 BCE dan berakhir di tahun 1122 BCE jadi kira-kira Dinasti Shang itu ada

disini. Jauh sebelum ada Tao dan ada Buddis, dan ada Konfusius.

Hampir berpaut 2000 tahun, ya, Dinasti Shang. Nah, saudara, periode

Dinasti Shang adalah satu periode sama dengan pada saat Musa membawa bangsa

Israel keluar dari Mesir. Periodenya sama, iya, ini penyelidikan sejarah, periodenya

sama, jadi di Mesopotamia, di Timur Tengah ada Yosua dan Musa yang memimpin

bangsa Israel keluar dari Mesir; di Cina ada Dinasti Sahng yang berdiri. Nah, saudara,

dari catatan Konfusius dalam puisi-puisi kuno dan catatan kuno dari seorang pujangga

yang bernama Sema Chien menyatakan bahawa rakyat Shang waktu itu menyembah

satu Allah yang dipanggil dengan nama Shang Ti. Bukan banyak Allah. Satu Allah.

Sama seperti di dalam Kitab Daniel pasal yang ke 2, Shang Ti dipercaya memerintah

seluruh bangsa dengan mengangkat dan memberhentikan kaisar, sama dengan yang

diajar oleh Alkitab kepada kita, bahwa Allah adalah Allah atas bangsa yang
mengangkat dan memberhentikan npara pemerintah,. Shang Ti memerintah atas

seluruh elemen alam ini. Mulai air, kita tau sama-sama lima elemen yang dipercaya

oleh leluhur orang asia yang sampe hari ini kita jarang nyebutnya saudara ya, itu

bukan agama, itu adalah sebuah, sebuah knowledge. Apa itu : air, api, tanah, angin,

besi. Iya, itu 5 elemen. Wa mungkin saudara pikir-pikir, ini kayak filim kungfu ini

kalo model begini. Ini sebenarnya sesuatu yang bukan berhubungan denagn setan-

setan, iblis-iblis dan semuanya. Ini adalah knowledge. Dari 5 elemen ini, maka dari 5

elemen ini leluhur bangsa Asia mulai bisa menjabarkan bagaimana musim bisa

berlangsung, bagaimana kesembuhan bagi tubuh yang sakit bisa dilakukan, gitu ya,

bagaimana bisa menentukan sebuah rumah ini bagusnya mengahadap kamari, semua

akarnya dari sini. Walaupun semuanya dari berasal dari 9 unsur yang disebut sebagai

9 unsur kesempurnaan.

Nah, saudara, saya lanjut dulu saudara, ya. Jadi dalam dokumen yang

menyebut sebuat dokumen menyebut Shang Ti, perhatikan baik-baik, sebagai Allah,

sebagai Tuan dari Panen. Jadi siapa yang memeberi panen? Shang Ti yang memberi

panen. Dan ini aneh, bukan aneh, tapi setengah lucu, mengapa, sebab Yesuspun

menyebut Allah Bapa sebagai Tuhan atas panen. Coba mari kita buka ayatnya di

dalam injil Lukas pada pasal yang ke 10:2. Injil Lukas 10:2 dikatakan : katanya

kepada mereka, mari baca sama-sama denagn bersuara : “..”

Tuhan mengajarkan bahwa Allah bapa juga dipanggil sebagai Tuan yang

memiliki tuaian. Shang Ti juga dikenal sebagai seseorang yang sangat kaya terhadap

segala sesuatu, jika kita minta kepadaNya kan Dia berikan. Itu sebabnya setiap kali

ada tahun baru Imlek, didalam ucapan selamatnya, salah satu akan terisi, selain

kesehatan adalah makmur. Sebab shang Ti dikenal sebagai bapak yang memiliki

tuaian. Sejauh ini yang mengerti katakan amen. Okey. Saya pelan saudara, ya. Nah,
saudara orang Shang memanggil Shang Ti sebagai Allah yang punya tuaian. Lalu

kemudian Dinasti Shang runtuh oleh sebuah pergantian yang kemudian disebut, yang

ngganti Dinasti Shang disebut sebagai Dinasti Zhou. Dinasty Zhou didirikan pada

tahun 1122-255 SM. Dan saudara, bangsa Zhou tidak menyembah Shang Ti. Tetapi

mereka menyembah satu Allah yang disebut dengan Thian. Apa itu Thian? Begini

nulisnya Thian, saudara. Segala sesuatu yang besar dan tinggi di bumi ini : dia lebih

tinggi. Ya. Sekali lagi saya tulis : segala sesuatu yang tinggi dan besar di atas muka

bumi ini, Thian lebih tinggi. Mereka tidak memengil dia dengan nama Shang Ti,

tetapi memenggil mereka dengan nama Thian. Dan sampe hari ini, setiap orang yang

bisa berbahasa Mandarin mengenal dua kalimat ini, tetepi lebih familier dengan

Thian. Nah, saudara, kalau kita mengetahui tentang Thian , segala sesuatu yang

tertinggi di bumi ini : dialah yang lebih tinggi, maka orang di dalam Alkitab, orang

Ibrani akan, memanggilnya dengan kata El Elyon. Salah satu dari kepribadian Allah

adalah dia maha Tinggi. Yang mengerti sejauh ini, katakan Amen. Saudara mulai tahu

ya, arahnya ya. Jadi ketika orang Zhou memanggil Thian, yaitu Allah yang Maha

Tinggi, orang Israel memanggil dia dengan nama El Elyon. Nah, saya lanjut dulu

saudara,saya agak pelan. Hari ini kita orang Kristen tidak mengenal lagi sebutan Ya

Tuhan, yang kita tahu adalah Oh my God. Oh my God. Tapi kalau saudara punya

teman orang Taiwan, orang Hong kong, mereka akan ngomong yang sama. Kita

bilang : oh my God, mereka akan bilang : wo te Thian a. Hehehe…iya… Nah,

saudara, dijaman Dinasti Zhou, mereka mengenal juga mandat dari surga. Yang lazim

digunakan dan mereka percaya bahwa otoritas kuasa Allah itu berkuasa atas

segalanya. SemaChin menulis sebuah pantun atau pepatah, perhatikan yang bisa

berbahasa Inggris, dikatakan : “Shang Ti is another name for Thian. The spirits do not

have two Lords. Jadi katanya Shang Ti itu nama lain dari Thian, dan dia itu esa, cuma
satu. Bukankah Alkitab di dalam Perjanjian Lama mengajar kita : Allah itu adalah

esa, ya. Allah itu adalah esa adanya. Nah, saudara, sekarang, bagaimana kita dapat

lebih memastikan bahwa shang ti yang ada didalam catatan kuno leluhur bangsa Asia

adalah pribadi yang sama dengan Yehova yang disebutkan di dalam Alkitab, yang

kita sembah sebagai Allah Bapa. Nah, saudara, mari masuk lebih jauh. Nama Shang

Ti muncul 170 kali didalam literatur kuno leluhur bangsa Asia. Nah, kita bisa

mengira-ngira sekarang, saya akan memeberi, kita tidak akan mengira-ngira maksud

saya. Saya akan memberi beberapa catatan, bukan 170, nanti besok pagi nanti torang

pulang, ya.

Beberapa catatan saja.

Mari saya buka puisi klasik yang di tulis tentang Shang Ti.

Nah, disini dikatakan bahwa “the descendants of Shang dinasty; were in number more

than hundreds of thousands; but when Shang Ti gave the command; they became

subject to the Zhou”. Nah, artinya apa? Bahwa sudah memang, Tuhan itu berkuasa

dan berdaulat, sekalipun jumlahnya banyak, Dinasti Shang akan juga : habis, kalu

memang Tuhan sudah bicara. Ya. Kalau Shang Ti sudah memberi perintah maka

negara Zhou juga akan muncul. Artinya apa, sekuat apapun manusia, ndak ada

gunanya, kalau Shang Ti sudah ngomong, semua pasti jadi. Ya.

Okey. Dia berdaulat atas seluruh bangsa. Sama seperti Alkitab katakan.

Mereka juga percaya bahwa Shang Ti itu juga penuh kuasa, bukan hanya berdaulat

atas negara dan bangsa, Shang Ti juga penuh kuasa.

Mysterious Almighty Heaven is able to strengthen anything. Ini luar biasa

kata-kata ini, ya. Bahwa kita percaya dan kita diajar bahwa Allah itu omnipotent.

Artinya dia mampu, dia punya kuasa, dia bisa memakai orang, dia bisa menggunakan

kuasanya atas setiap orang. Begitu juga yang di tulis oleh Sema Cien. Sem Cien
menulis, Allah yang misterius itu di Surga, itu punya kemampuan untuk menguakkan

apa saja yang dia mau. Ya. Apa saja yang dia mau. Sebelum leluhur bangsa Asia

menyembah banyak Allah , membangun banyak patung dan banyak gambar, leluhur

yang sebenarnya menyembah satu Allah yang esa. Katakan Amen ?

Nah, saya tambah lagi, saudara, tidak hanya itu. Jadi tadi mereka percaya

Allah itu omnipotent. Mereka juga percaya bahwa Allah itu onmiscience, Maha Tahu.

Ya. Ini juga ditulis oleh a… Senma Cien :”O Almighty Shang Di, You come to us in

Your majesty. You discern all that is happening for peace of the people.” Ada kata

‘you discern all’ artinya apa ? nggak ada yang tersembunyi, Tuhan tahu semua. Jadi

orang leluhur bangsa Asia kuno percaya bahwa Shang Ti itu maha tahu dan kita

sebagai orang Kristen diajar bahwa Allah itu juga maha tahu. Karakternya sama, ya.

Lalu ini juga, ini menarik. Yang ke-10. Naah.. dikatakan “Shang Ti is

revered because His will extends to the nine limits (everywhere).” Artnya apa : Shang

Ti itu maha hadir, didalam sembilan elemen sekalipun, dia bisa hadir. Kehadirannya

itu sempurna, tidak bisa dihalangi. Kita percaya Allah itu omnipotent, omni science,

omnipesent. Ya.

Yang sudah pernah ikut SOM pasti tau itu, ya. Dan.. Inilah yang ditulis

oleh bapak agama Konghucu, ini yang ditulius oleh Konfusius : “Heaven loves the

people, the ruler should honor Heaven.” Konfusius percaya Shang Ti itu Maha kasih.

Ada berapa banyak agama di dunia ini yang mempercayai bahwa Allahnya adalah

kasih? Nggak banyak, hanya Kristen, dan tulisan ini mengagetkan semua orang

bahwa… hei..hei..hei.. jauh sebelumnya, sebuah salinan mengatakan bahwa

Konfusius menyembah Shang Ti dan dia berkata : Shang ti itu penuh kasih.

Seluruh agama mengajarkan bahwa Allah itu penuh kuasa, harus

dihormati, harus ditakuti. Dia adalah Allah yang pemarah, tidak boleh salah sedikit,
Dia suka temperamental, suka marah-marah, tendang kiri - tendang kanan ndak karu-

karuan.

Tetapi leluhur bangsa asia mengenal ShangTi sebagai Allah yang penuh

kasih. Dikatakan bahwa Surga itu mencintai semua orang. Jadi para pemimpin harus

mencintai semua orang sebagai pertanda bahwa pemimpin itu menghormati Sorga. Ini

artinya tulisan ini. Ya..

The Ruler itu artinya pemerintah. Pemerintah should honour heaven,

dengan cara apa ? mengasihi orang yang dia perintah.

Nah, ini yang ditulis oleh Konfusius sendiri. Saudara, tidak banyak agama

yang mengakui bahwa Allahnya penuh kasih.

Didalam tulisan yang lain, kita bisa menemukan bahwa Shang Ti itu juga

kudus, dia kekal, dia benar, ia penyayang, penuh rahmat, setia, bijak, dan baik. Inilah

karakter yang muncul dari tulisan-tulisan kuno leluhur orang Asia; leluhur saudara

dan saya.

Kita belajar tahun lalu bahwa tidak ada orang yang asli di Indonesia ini.

Yang asli monyetnya. Okey.

Semua kita berasal dari satu keturunan. Semua kita datang dari dataran

tinggi Yunan. Saudara bertanya kenapa kulit saya lebih gelap, sebab saudara datang

lebih dulu. Buyut saudara datang lebih dulu. Migrasi itu terjadi bergelombang.

Terakhir diperkitakan pada tahun 1960.

Kenapa kulit saya kuning, sebab memang leluhur saya datang pada era

tahun 1800an. Leluhur saudara mungkin datang sebelum Kristus ada. Sebelum Kristus

lahir ke dunia ini. Sebelum ada Hari Natal, leluhur saudara, leluhur orang Jawa,

leluhur orang Batak, leluhur orang Ujung Pandang.


Itu datang. Sebelum Kristus ada. Asalnya dari mana, sama, dataran tinggi

Yunan. Mereka menggunakan rakit dan perahu melewati sungai kuning, sungai

Huang Ho, yang bermuara di daerah Vietnam dan turun kearah selatan.

Nah, saudara mari, kita pelajari lebih, saudara. Jadi sekian jauh maka kita

bisa pastikan bahwa Shang Ti yang ada di dalam tulisan kuno leluhur bangsa Asia

adalah sebenarnya Allah atau Pribadi Yang sama dengan Yang disembah dan yang

diajarkan kepada setiap orang Kristen sampek hari ini. Sama, Dia adalah Allah bapa

yang menciptakan langit dan bumi ini… berikan tepuk tangan yang meriah untuk

Allah yang baik…

Saudara, saat itu lebih kurang 2500 tahun sebelum ada tiga agama besar

yang hadir, leluhur bangsa Asia mempercayai satu Allah yang esa. Yaitu Allah yang

menciptakan langit dan bumi. Walaupun dipanggil dengan nama yang berbeda, tetapi

mereka mempercayai Dia, Dia yang benar.

Darimana kita tahu ? Kita sudah pelajari tadi, yaitu pribadinya sama

seperti yang disebutkan didalam Alkitab.

Nah, saudara, ini yang menarik, di Beijing, ada sebuah bangunan yang luar

biasa megahnya dan indahnya, yang disebut dengan The Temple Of Heaven. Yaitu

Kuil Surga, yang pernah jalan-jalan kesana pasti pernah masuk di dalam, okey ?

Pernah foto-foto disana. Ini tidak lagi digunakan, tinggal jadi daerah turis. Nah,

saudara, The Temple Of Heaven ini dibangun apada Dinasti Ming, yaitu 1420M

merupakan kalau tidak salah Dinasti ke 17 atau ke 18 dari sejarah Dinasti yang ada di

Cina. Nah, saudara, banyak yang betrkata bahwa Kuil ini adalah Kuil untuk Agama

tao. Tetapi sebenarnya mereka keliru. Ini bukan kuilnya agama Tao. Ini adalah kuil

yang dibangun untuk mempersembahkan persembahan kepada Shang ti. Bukan

kepada dewa-dewa yang jamak, tapi kepada Shang Ti. Mengapa ? sebab kuil ini
berbeda dengan kuil yang lain. Kalau kita masuki kuil-kuil yang ada di Cina, kita

akan menemukan begitu banyak patung didalamnya. Kuil ini tidak punya patung itu,

mereka juga tidak pernah menggambarkan Shang Ti di dalam sebuah wujud patung

atau gambar. Bukankah ini juga cocok dengan apa yang diajarkan oleh Alkitab untuk

tidak menggambar apapun juga di dalam bentuk Allah Bapa. Bangsa Israel pada

waktu out, mereka pun dilarang bikin patung dalam bentuk apapun.

Ya, dan juga selain itu, kuil ini tidak cuman satu. Sejauh kita ketahui

sejarah mengatakan bahawa ada 18 kekaisaran, yang ada di Cina sampai hari ini. 18

kekisaran bukan 18 kaisar. 18 kekaisaran, yang ada di Cina. Dan setiap kekaisaran

akan memiliki Kuil Surganya sendiri. Jadi, kekaisaran Shang memiliki Kuil Surganya

sendiri, jauh sebelum ada pengajaran Tao, Konfusius, atau Budhis.

Mereka memiliki kuil itu sendiri. Nah, saudara, setiap Dinasti

memilikinya. Jadi kalau misalnya pusat pemerintahan ibu kota negara kekaisaran pada

wakttu itu ada di Xian, maka kuil itu akan ada di Xian. Lalu kemudian bisa jadi itu

dihancurkan dan semuanya kita lihat beberapa foto tadi tinggal puingnya, dan terakhir

ada di Beijing, sebab kekaisaran terakkhir berpusat di Beijing. Dan yang hebatnya,

kuil itu luasnya lebih besar dari pada Kota Terlarang. Dan di dalam kuil itu hanya ada

satu yaitu Altar yang besarnya mungkin altar terbesar didunia, untuk sebuah ibadah,

mempersembahkan sesuatu.

Di dalam tidak ada apa-apa, yang ada hanya altar.

Nah, saudara, jadi kalau pusatnya ada di Nan Ching maka akan ada kuil

Surga di Nan Ching. Hari ini ada di Beijing, karna terakhir pemerintahan ada di

Beijing.

Dari mana leluhur bangsa Asia belajar tentang persembahan ini ?


Bukankah kita sering katakan, kita tao-tao nanti bobakasi di gereja derma apa samua.

Itu nanti so di gereja. Dari mana dorang tau ? Kita sudah tau sekarang bahwa Shang

Ti itu adalah Allah Bapa yang di dalam Kitab Suci, tapi kebiasan ini tidak dibangun

oleh Tao, tidak dibangun oleh Konfusius, atapun Buddish, ini adalah kebiasaan turun

temurun yang jauh sudah ada.

Dari mana mereka tau ? Mari saya urut sebentar. Saudara, orang Asia

adallah keturunan dari pada Sem. Salah satu dari pada anak Nabi Nuh. Ya.

Abraham adalah keturunan Sem. Kalu sudara mau urut, keturunan Sem,

saudara akan menemukan Abraham. Yesus, adalah keturunan Sem. Kita berbagi darah

warisan darah yang sama. Bukan hanya darah penebusan Tuhan, tetapi secara lahiriah.

Saudara benar-benar berbagi darah dengan Tuhan Yesus, karna berasal dari satu

keturunan. Dan itu di dalam Alkitab tertulis dengan jelas. Mereka belum menemukan

tulisan yang lebih kuno tentang silsilah leluhur bangsa asia yang paling kuno. Itu yang

saya tunjukkan sama saudara tadi, dari Dinasti Shang yang mulai belajar untuk

memberikan penulisan.

Nah, saudara, orang Asia dan orang Armenia atau orang Abraham, itu

berbagi rumpun yang sama, masih satu rumpun. Lalu, apa maksud ini semua, coba,

buka di dalam kejadian 8:20. Bagaimana kebiasaan mempersembahkan sesuatu

kepada Thian ini bisa ada, dan bagaimana orang-orang itu memiliki pengertian

tentang Thian dengan karakter yang sama seperti yang disebut Alkitab ?

Nah, mari lihat : “Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi TUHAN; dari segala

binatang yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak haram diambilnyalah

beberapa ekor, lalu ia mempersembahkan korban bakaran di atas mezbah itu.”

Perhatikan, empat puluh hari, empat puluh malam, terjadi banjir bandang

yang sangat besar menutupi seluruh bumi; yang selamat delapan orang.
Salah satunya adalah leluhur orang Asia dan leluhur Abraham, leluhur

orang Armenia. Yang bernama Sem.

Yang paling awal, Sem tau, ketika mereka memulai, sebab ketika Nuh

turun dari bahtera, Nuh menghitung tahun yang baru di dalam perhitungannya sendiri.

Yang dia bangun lebih dulu adalah Altar. Sem lihat, kapan kejadian itu ?

Kejadian itu diperkirakan 300 tahun sebelum tulisan paling tua leluhur Asia ditulis.

300 tahun usia manusia pada waktu itu. Kalau Abraham itu ada disini kira-kira,

saudara, Abraham saja umur 100 masih boleh dapat bini satu, lho Alkitab itu

ngomong bener, saudara, yah. Jadi Abraham itu bilang begini, “ Tuhan, bagaimana

saya ndak bisa dapat anak ini, usia saya sudah 75 tahun, sudah mati pucuk, artinya

sudah impotent. Semua sudah dewasa, kan, yah, kita ngomong apa adanya, ya toh,

sudah impotent.

Lalu Sarah, ngomong : eh, saya ini sudah tua, sudah mati haid, masak mau

tertarik lagi sama suami. Kan begitu, kan. Artinya apa, sudah tidak datang bulan, ndak

mungkin. Tapi Tuhan itu Maha Kuasa. Dia bikin Abraham dari pusat kebawah 17

ulang, lho iya toh, memangnya Abraham sama Sarah baku-baku tengok kong tiba-tiba

Sarah hamil, ndak mungkin. Ya kan, ei, realistis, ei, lalu kemudian yang sarah pun

sama. Ini boleh tua, uah tapi semua jadi baru onderdilnya. Ya kan, lalu kemudian

dapatlah Ishak. Tapi Abraham keblinger, sudah jadi bapak orang percaya, karena dari

pusar kebawah 17 tahun, maka diusia 112 tahun dia ambil istri baru. Nanti lihat di

Alkitab, coba periksa Alkitab saudara nanti pulang, iya.

Dia punya nama sapa ? Ketura, iya. Nah, coba, jadi usia 100 tahun itu

masih muda. Metusalah umurnya berapa ? 900 ya ? 900 sekian tahun.

Jadi, mari kita hitung sama-sama, kalo air bah itu sekitar 300 tahun

sebelum tulisan awal, maka sebenarnya dari Sem, sampek kepada Dinasti Shang
hanya 2 generasi. Ngeri ya saudara, ya. Hanya 2 generasi. 2 Generasi itu siapa ? ya

saya sama papi saya. Jauh ndak ? ndak jauh. Itu sebabnya sekalipun, lho kenapa

sekarang dorang nyandak bilang Yahwe, kenapa ndak bilang Yahwe, kenapa ndak

sama ?

Nah, mari saya buka satu pada saudara. Ini penyebabnya. Ini penyebabnya

waktu pak Robert bicara Kung Si Fa Cai, saudara rasa aneh. Ya ini penyebabnya.

Ini penyebabnya waktu orang Jawa datang ka Gorontalo, dia kagek, ya

kodong samua bilang depe depe bahasa kok samua, ya ini penyebabnya, yah. Jadi

sekalipun terpisah hanya dua generasi, perbedaan bahasa telah membedakan

panggilan kepada Tuhan. Tetapi, karakternya di dalam hati, di dalam pikiran, tetap

sama. Ya. Kapan? Ya kira-kira disini, Menara Babel.

Apa yang Sem ajarkan kepada anak-anaknya, dan bahkan Nuh dikatakan

masih bisa lihat cicitnya. Jadi mungkin pada waktu manusia itu terpisah, Nuh masih

hidup. Sangat mungkin Nuh masih hidup dan melihat itu semua terjadi.

Jadi, sebagian keturunan Sem menuju ke selatan berdiam di Mesopotamia,

dipanggil dengan nama bangsa Armenia; yang lain ke timur, menetap di dataran

tinggi Yunan yang kemudian dikenal dengan bangsa Cina.

Saudara, kita tidak berbagi keturunan seperti bintang di langit dengan

Abraham, tidak. Kita berbagi juga seperti pasir di laut. Seperti pasir di laut. Jadi kalok

ada hamba Tuhan yang bicara pada saudara, “oh sudah kenal Tuhan, musti pelepasan,

saya pikir ndak pas lah. Karna banyak orang berpikir kalau orang Cina dulu pernah

menyembah ini, pernah menyembah itu, banyak dewa. Saudara, tidak, saya beritahu,

kita cuma disesatkan tapi kita adalah benih yang benar. Saudara dan saya ini benih

yang benar. Saya mempercayai sakramen pelepasan. Tetapi tidak dengan motifasi

dasar hanya karena orang tua kita. Ataupun karna leluhur kita. Tidak sama sekali. Kita
harus memiliki dasar yang lebih kuat untuk bisa mengatakannya. Yah, saudara, kalo

Dinasti Shang bisa memilih kebiaaan itu sebab sebenarnya kebiasaan itu tidak hanya

dimulai oleh Nuh, dan dilanjutkan oleh Sem. Tetapi telah dimulai oleh Habel. Ketika

dia mempersembahkan buah sulungnya yang pertama. Itu adalah altar pertama umat

manusia. Taukah saudara bahwa Kain masih hidup pada waktu Nuh pun hidup. Sebab

umur manusia itu puanjang. Nuh tau kisah tentang Habel. Dan Nuh mempertahankan

apa yang dilakukan oleh Habel. Dan 18 kekaisaran leluhur orang Asia

mempertahankan kebiasaan itu. Maka itu sekalipun ada 3 agama besar yg muncul,

kuil penyembahan terhadap raja sorga tetap dibangun. Tetap didirikan dan setiap

tahun kaisar dan keluarganya akan mempersembahkan korban tahunan mereka di atas

altar itu. Kepada Allah yang kita panggil dengan nama Allah Bapa, kepada Shang Ti.

Hari ini saudara, saya berharap saudara mengerti, mengapa lebih kurang 9 tahun kita

melakukan setiap di awal tahun kita mempersembahkan korban syukur, korban buah

sulung kepada Tuhan. Sebab ini adalah persembahan turun temurun.

Saudara, kalo kenal Tuhan Yesus maka saudara benar-benar orang Asia.

Kalau saudara nggak kenal Tuhan Yesus, saudara bukan orang Asia. Karena apa ?

Sebab leluhur kita mengenal Allah Bapa. Menyembah satu Allah dan satu Tuhan.

Kalo dulu kekaisaran dan keluarganyalah yang mempersembahkan korban,

perjanjian baru berkata, hari ini saudara dan saudara, coba lihat ayatnya, 1 Petrus 2:9.

Mari bangkit berdiri bersama.. Halleluya..

1 Petrus 2:9 mari kita baca bersama-sama, dua, tiga : “tetapi kamulah

ayat..” Setuju katakan Amin..

Itu sebabnya hari ini kalau kita memberi persembahan buah sulung. Itu

bukan karna kita mengikuti kebiasaan orang bule, kita ngikuti kebiasaannya orang

mesopotamia, orang yahudi, bukan. Kita mengikuti apa yang telah ditetapkan oleh
leluhurkita yg telah 18 kekaisaran sekalipun begitu banyak penyesatan terjadi,

persembahan itu tetap hidup. Mereka membangun sebuah kuil terbesar, lebih besar

dari pada kota terlarang, untuk menyembah Allah, menyembah Allah yang Esa.

Hari ini saudara, kalau kita dilahirkan sebagai orang Asia, saya berharap

kita bangga sebagai orang Asia, kita tidak menjadi orang yang melupakan sejarah dari

pada leluhur kita. Mungkin saudara berasal dari jauh. Saudara berkata, masak saya

orang Cina ? itulah kenyataannya. Silahkan bongkar semua catatan sejarah maka

saudara akan temukan bahwa semua kita berasal dari satu ras yang sama. Banggalah

menjadi orang Asia dan banggalah karna saudara memiliki kebiasaan yang telah

dibangun turun temurun oleh leluhur kita. Katakan Amen.

Mari sama-sama kita buka tangan kita, Halleluya..


Transkrip 2

Kotbah Imlek Gereja Bethany Father House Community Church Gorontalo


tanggal 02 Febuari 2014 oleh Pastor David Hanany Miliando, M.Th.
Selanjutnya di sebut sebagai Sumber 2014.

Kami percaya hidup kami pasti diberkati, kami percaya hidup kami pasti

sehat, kami umur panjang, tidak satu apapun, kami percaya penyertaan tangan Tuhan

melindungi kami, menghalaukan kami dari segala marabahaya, dari segala hal-hal

yang tidak diinginkan, dari segala kekacauan, kerugian, kehancuran Tuhan kami

percaya akan hal itu. Engkau adalah Allah yang ajaib bagi kami, dan pemeliharaan itu

akan semakin nyata dalam hidup kami. Tuhan kami mau menyerahkan Firman Tuhan

ini kedalam tanganMu. Biar Engkau berbicara dalam hidup kami. Jauh lebih dari pada

apa yang dapat dikatakan seorang manusia biasa. Dan biar namaMu dimuliakan

didalamnya. Dan semua yang siap terima Firman Tuhan bersama saya katakan :

Amen. Beri tepuk tangan yang meriah buat Allah yang baik. Silahkan duduk saudara.

Syalom. Halleluya. Beri salam kiri kananmu, katakan “ayo belajar”.

Halleluya. Haleluya.

Mari kita siapkan Alkitab kita bersama-sama. Kalo Alkitab saudara ada dalam hand

phone, saudara siapkan hand phone saudara. Kalo saudara lupa bawa Alkitab, angkat

saja tangan saudara, ini bukan hukuman, tapi kita akan mengimani apa yang kita

dengar. Mari kita angkat Alkitab kita bersama-sama, mari lambai-lambaikan. Amen ?

Mari katakan dengan iman, dua, tiga : “Ini Alkitab saya, saya jadi seperti

yang dia katakan. Saya dapatkan apa yang dia sediakan. Saya dapat lakukan. Hari ini

saya mendengar apa yang Tuhan katakan. Dengan hati, pikiran saya, dengan hati saya

menerima, hidup saya,

Yang setuju katakan : Amen

Beri tepuk tangan yang meriah untuk Allah yang baik.


Saudaraku sekalian, dalam kehidupan kita, iman muncul dari pada

pendengaran. Telinga kita menjadi sebuah sarana dimana informasi yang positif,

informasi yang kudus akan memasuki pikiran dan hati kita. Tetapi untuk menjaga

agar supaya iman itu dapat bertumbuh, kita tidak hanya harus menjaga telinga kita.

Kita sangat baik menjaga telinga kita. Saudara, terkadang ketika sebuah, satu

pasangan dia mencurigai pasangan ada hugel (hubungan gelap), saudara, dia , dia bisa

menjaga hatinya, sebab dia baru dengar. Okey. Dia baru dengar. Tapi saudara, dia

tidak dapat menjaga dirinya dan hatinya ketika dia bisa melihat bahwa hal itu sungguh

terjadi. Ada banyak orang dapat menjaga hatinya lewat telinganya, tetapi ternyata jika

kita bisa melihat hal itu, kita tidak dapat menjaga hati kita lagi. Mengapa ?

Sebenarnya jendela informasi dalam hidup kita tidak hanya telinga kita. Tetapi juga

mata kita. Hari ini saya ingin berbicara banyak tentang hal ini.

Saudara, mari kita perhatikan di dalam 1 Samuel 16:7 saya ambil dari

sebuah Alkitab yang paling jarang dibaca oleh orang Asia, baik oleh mungkin orang

bule, baik mungkin dimana saja, sebab Alkitab ini dimiliki oleh orang Kristen yang

hidup, yang tinggal di israel sana. Dari sebuah terjemahan The Complete Jewish

Bible. Saudara, di dalam 1 Samuel 16:7 dituliskan dengan kata “humans look at the

outward appearance, but ADONAI looks at the heart”.

Saudara, sebelum saya menjelaskan hal ini, saudara, saya ingin

memberikan sebuah arahan pada hidup saudara didalam bergereja. Saya tahu

Gorontalo punya tingkat transportasi yang sudah cukup baik. Tingkat penerbangan,

masuknya pesawat, keluarnya pesawat, harga tiket dapat dijangkau oleh siapa saja.

Sehingga tidak jarang saudara, dihari minggu kita tidak akan beribadah ditempat

biasanya seperti ini, saudara mungkin ada di Jakarta, ada di Batam, saudara di

Surabaya, karna begitu tinggi tingkat a..a..a.. komuter..a..apa..a…tingkat tramsportasi


yang ada, memudahkan kita mencapai tempat tertentu. Dan saudara, dewasa ini, ada

begitu, ada sebuah aliran-aliran gereja yang menolak dengan pelajaran tertentu,

menyebut nama Allah didalam didalam ibadah mereka. Mereka lebih banyak

menyebutkan nama ..maafkan saya.. Yahwe.

Saya tidak berani ucapkan itu dengan bibir saya. Saudara, sehingga

Alkitab dari Lembaga Alkitab Indonesia menerbitkan satu bentuk Alkitab dengan

tidak ada Allahnya lagi, tetapi, ya itu saudara, ya.

Sebelum saya memberi penjelasan yang dalam, karena itu bukan

waktunya hari ini, saya hanya memberitahu dari sisi budaya dan keagamaan itu

sendiri. Sehingga saudara dapat menimbang dengan baik.

Saudara kata yang saya sebutkan tadi, iya, itu adalah kata yang paling awal

disebutkan, bukan diucapkan didalam Kitab Torat yang hari ini dipegang oleh orang

yang beragama Yahudi. Okey. Dan didalam Kitab Torat itu sendiri, karna dianggap

bahwa itu adalah sebutan yang paling tinggi. Paling mulia dan paling kudus. Sehingga

ketika ditulis, hanya akan nditulis konsonannya, bukan vokalnya. Jadi hanya akan

ditulis YHWH. Ya. YHWH. Bukan, bukan sebutan. Sebutan malah ndak boleh sebut

itu.

Mengapa ? Terlalu kudus bagi bibir manusia yang kadang-kadang masih

dapat menyebutkan sebuah kesalahan. Bibir kita masih kadang-kadang masih maki,

ya. Kita masih belum bisa capai itu. Sebutan itu. Nah, sekarang saudara, kalo hari ini

kita sebagai keKristenan, kita dengan serampangan menyebut nama itu. Sementara

orang Yahudi ketika mereka baca Kitab Torat, mereka lewati kata yang bertuliskan

itu, mereka akan diam, lalu mereka akan lanjutlkan pembacaan mereka.
Ini betul, saudara, ya. Kalu mereka melewati kata itu, mereka akan

menyebut kata pengganti darei pada kata itu, yaitu Jehovah, atau yang kita lihat disini,

Adonai, untuk menyebut itu.

Sebab kata YHWH, mohon maaf, Yahwe, itu adalah sebutan yang paling

tinggi. Ketika dengan sembarangan m,enyebutkan itu, maka didalam kepercayaan

yahudi, kita telah melanggar hokum nomor satu yang paling diatas, yaitu : Jangan

engkau menyebutkan nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan.

Sekarang kita Kristen, entah dasarnya dari mana, kita dengan … oh ndak

boleh.. saya punya teman-teman yang akhirnya tidak boleh lagi berkotbah digereja

tertentu. Sebab kenapa? Sebab dia bersikeras dia tidak mau menyebut itu, karna itu

kata yang terlalu tinggi. Dia menyembut itu dengan kata Allah, Jehova dan Adonai.

Tapi dia diprotes luar biasa oleh gereja bersangkutan. Ndak bole, sudah menjadi

aturannya bahwa ini harus disebutkan. Saudara, saya secara pribadi tidak berani

menyebutkan kata itu. Seperti Presiden, kita tidak menyebutkan nama pribadinya ,

kita akan menyebutkan dia dengan kata beliau. Itulah saudara. Jadi saudara, saya

beritahu, saya nggak berani ucapkan. Itu ucapan kudus yang paling tinggi, okey. Yang

mungkin nanti disudutkan, kita ucapkan, tetapi pelajaran itu berkata, karna itu

disebutkan di Surga, “maka jadilah kehendakMu di Surga seperti bumi”, mari kita

sebutkan itu di bumi ini. Saya nggak berani, okey. Saya tidak ingin, saudara, kita di

Indonesia disesatkan oleh berbagai macam pengajaran yang sebenarnya.. dia berdiri

pada keinginannya sendiri, ingin membuat sebuah perbedaan antara gereja. “Oh,

gereja kita beda, oaa.. kita punya sebuah trade mark tertentu”. No,no,no, no,no.

Okey. Saudara, nanti didalam catatan saudara nanti ada perjalanan pergi ke Israel,

saudara, ya, saudara, kalau Tuhan ijinkan saudara ikut, saya kan ajak, saya nggak

omong bohong, nggak ada orang yang berani menyebutkan itu,di Israel. Kalau kita
ngomong itu kita bisa ditempeleng, saudara, sama orang Yahudi. Samua orang, “saya

tampeleng..”, karna itu penghinaan. Jangan menyebutkan nama Tuhan Alahmu. Dan

di Indonesia kita, dari mimbar kita sebut.. yah.. Bahkan didalam FA kita sebut.. Kita

meninggalkan kata Allah, Adonai, kita meninggalkan kata Yehova. Kita sebut…

waahh… saudara, kita tidak… okey… ada batasan-batasan dalam hidup kita, dan itu

norma-norma yang… Kalau mereka tidak langgar, please, jangan kita langgar. Ya.

Yang mengerti sejauh ini, katakan : Amen. Okey.

Nah, saudara, ayat ini berkata begini, manusia itu dipengaruhi oleh

matanya, oleh apa yang dia lihat. Tetapi allah dipengaruhi oleh apa yang ada didalam

manusia. Ya. Kesimpulan dari kata ini seperti.. Jadi kita ini dipengaruhi oleh mata

kita, ndak cuma oleh telinga kita, okey. Nggak percaya? Ayo coba liat Perjanjian

Baru, naah.. Didalam Living Bible Perjanjian Baru berkata, “Your eyes light up

your inward being. Mata kita adalah lampu yang menerangi apa yang ada didalam

jiwa kita. Mata kita, ya. A pure eye lets sunshine into your soul. Mata yang murni,

okey, akan membawa terang seperti matahari didalam jiwa ini, gitu ya. A lustful eye

shuts out the light and plunges you into darkness. Tetapi mata yang penuh hawa

nafsu, okey, akan mematikan terang yang ada dan mengakibatkan kita jatuh didalam

kegelapan. (Luke. 11:34) Uuh.. okey, jarang kita tau hal ini. Dalam bahasa Indonesia

ayatnya hampir sama, tetapi ini jauh lebih jelas. Yaitu, mata kita ini jadi terang bagi

hidup kita. Kalau mata kita ini tidak bisa melihat yang baik, maka kita jadi gelap.

Begitu ya. Mata kita tidak baik, hidup kita juga nggak baik. Ini.. yang ngomong ini

Tuhan Yesus, sudara, ya.. Tuhan Yesus. Kalau kita lihat didalam King James Version,

ayat ini dicetak dengan tinta merah, artinya apa : ini omongannya Tuhan sendiri. Nah,

saudara, jadi sebenarnya keadaan didalam kita emosi kita iman kita, okey akan dapat

sangat dipengaruhi oleh apa yang kita lihat. Itu sebabnya. Saya katakan ada orang ba
hugel, kalo depe bini masi dengar-dengar, depe bini masi bole tahan, masi punya

iman, ta pe laki da bae-bae, mar kalo dia so lia deng de pe mata, eeh..ya..hancur

semua imannya, hancur semu. Makanya saya kasi tau kepada banyak istri yang

mencurigai suaminya tidak setia, saya kasi tau ngapain dicari tau, berdoa saja. Hancur

nanti hidupmu kalo tau. Tapi pak pendeta, saya pengen tau. Ndak kuat nanti. Kalo

enggak : Puji Tuhan kalo iya, hayo, kuat ndak, kamu punya anak, hei.. kamu harus

membesarkan anak-anak.

Perhatikan dengan baik, jaga. Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan

karena dari situlah timbul kehidupan. Yang mengerti katakan Amin. Hei ?

Nah, saudara, jadi dengan kata lain kita dapat diarahkan oleh mata kita.

Mata kita adalah sebuah mesin pembaca yang dapat membaca lebih cepat dari pada

otak kita atau telinga kita. Okey. Mata kita adalah mesin pembaca yang paling cepat

dan apa yang paling cepat dibaca oleh mata ? Yang paling cepat dibaca oleh mata

adalah simbol atau gambar.

Mata kita dapat membaca,ddengan cepat, saudara, dan oleh karna itu sejak

awal, selain Tuhan, saya ngomong Tuhan nanti, manusia telah menggunakan simbol-

simbol untuk memberikan pesam-pesan kepada manusia yang lain. Jadi tulisan yang

pertama, semua dimulai dari lukisan. Hei.

Dan saudara, saya kasih contoh. Ini adalah huruf Mandarin kuno, yang

disebelah kanan itu Mandarin kuno. Jadi kalo orang dulu berusaha memberitahu

bahwa tentang mata, dia akan gambar mata. Jadi orang membaca dengan apa? Dengan

gambar. Kita kenal di dalam dunia pendiddikan namanya piktogram. Yah. Piktogram

begitu kita liat kita tau artinya, ya.

Saudara duduk di pinggir pantai, asyik, minum minuman dingin, oh

banyak pemandangan, bagitu saudara lia, uuh… ada satu orang yang timbul
tenggelam, depe tangan bagini, sepersekian, seperseribu detik saudara tau bahwa dia

bukan lapar. Okey. Dia butuh pertolongan karna so mo malamise. Okey. Dari mana

kita tau itu ? Kita baca gambar itu dengan jelas. Ya.

Ada teman datang di rumah, duduk. Istri ada disini. So amper setenga jam

baku-baku sedu eh ini minuman belum keluar, jadi suami lia bagini, istri langsung pi

di belakang langsung keluar minuman. Ada hubungan apa deng nengok begini dengan

minuman. Nggak ada hubungan kan. Tapi apa, isyarat simbol itu dapat dibaca. Okey.

Dapat dibaca. Nah, mata kita adalah satu hal yang luar biasa. Dia dapat fokus dengan

baik.

Nah. Pada waktu dulu orang menggambar, ingin berbicara tenteng

manusia. Maka dia menggambar bentuk orang. Kalo orang dalam keadaan

membungkuk itu berarti seorang pria biasa. Okey. Jika dia tegak maka di jaman Cina

kuno itu disebut sebagai raja ‘Wang’. Okey. Kalo membungkuk dia dinamakan pria

biasa, dia dinamakan sebagai laki-laki. Kalo dia berlutut berarti dia adalah wanita.

Gitu aja. Jadi gambar orang separo bungkuk dan gambar orang berlutut bisa

membedakan. Dengan cepat orang bisa membaca. Lalu kemudian disempurnakan,

disempurnakan, disempurnakan, dan hari ini tulisannya yang ada di paling kiri itu ada

tulisan moderen dari huruf Mandarin moderen. Tapi awalnya semuanya berasal dari

situ. Jadi alangkah manusia sangat tau dan sangat mengerti dan saya rindu saudara

mengerti, saudara, bahwa kita berkomunikasi itu begitu sedikit menggunakan kata-

kata. Lebih banyak kita memberikan kode isyarat. Okey. Ketika saya beri begini,

maka sudah pasti saya sedang berkata dua. Kalo saya bilang “dua”, yang disana

bilang “haa?”…. “Dua” … “Haa?” … “DUA” … “HAA.. ?”Karna begitu banyak

orang. Dia tau. Itu isyarat. Simbol, saudara.


Satu waktu teman saya menguji, apakah bahasa simbol itu tepat. Makan

bakso, sudara, uaah rumah makannya ramee makan bakso. Makan baksonya berlima

berenam begitu. Baru dia mau baku sedu ini, ngana lia e, kita mo kase kode pa ini, pa

ini orang ini, dia pasti, dia pasti bawa bill kamari, okey. Jadi badiri, sstt… itu orang

bawa bill.. hahaha… pelayan bawa bill.. okey. Kenapa? Itu simbol. Biasa bill itu kita

bagini, dia bikin begini, orang itu bawa bill. Okey. Jadi bahasa simbol.

Simbol-simbol, itu sebenarnya, pada umumnya, awalnya berupa warna, ya.

Kita mengenal simbol itu berupa warna, bentuk lukisan, gambar. Nah budaya tertua

didunia seperti budaya Mesir, budaya Cina, Mesopotamia, Celtic kuno, itu semua

menggunakan gambar untuk mengkomunikasikan pesan demi pesan, saudara, ya.

Nah ini Mesopotamia kuno, ada Mesir, Babilonia dan semuanya, itu semua

mau mulai dari gambar, okey. Ya, tuh bukti-buktinya , saudara, ya.

Jadi sebenarnya, saudara, kita memiliki kecakapan lebih. Itu sebabnya

saudara, Allahpun menggunakannya, saudara.

Coba saya kasi ayat : Kejadian 9:13 dikatakan :

“Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan

bumi.”

Okey. Berapa banyak yang pernah lihat gambar air bah di Manado, coba

tolong angkat tangan karena ini baru-baru. Okey, okey, bantu saya berkotbah, dong,

saudara, kok malo-malo. Saya nggak perangkap kok dengan pertanyaan ini. Berapa

banyak yang liat gambar ini, okey. Saudara kita bisa membayangkan itu Wakeke

tampat kitorang makan, ya, depe standar itu ada disabelah, itu ada salon namanya

Steiner. Dia pe aer sampe dibatas lante dua. Berarti itu Wakeke selengkapnya ndak

dapa lia. Okey. Itu tampa makan ini Wakeke. Kan ndak mo dapa lia. Alangkah

dahsyatnya.
Dan saudara, kenal Nixon ? Jam 8 pagi kakaknya tinggal di Karombasan.

Nah rumahnya pas di depan Pasar Karombasan itu rumahnya Nixon. Kakaknya BB

dia, nix, napa dorang samua so lari. Kiapa ? aer so jaga nae pa dorang. Pi kong pa

tong pe rumah dang, Nixon bilang, pa tong pe rumah baru di dapur belakang. Dong pe

dapur ada dua, dapur kering sama dapur basa. Dapur basa agak rendah.

Oh, jadi ngoni ndak apa-apa?

Ih, lari jo ngoni dari pada semua jadi apa- apa.

Biar jo, so lima puluh taon tong disini nyandak apa-apa.

Ih, nyandak 10 menit BB masuk,

Nix, na pa tong so di Kodim.

Ih, kiapa ?

Adoh, na pa samatara da mo masak kompor so lari.

Dan setiap orang yang mengalami hal itu, memiliki sebuah e.e. sesuatu

yang kita namakan ketakutan, phobia. Ada seuatiu yang trauma yang tertinggal.

Itu baru Manado. Ini Nuh. Saudara mengerti ? Dan Nuh mengalami susatu yang

dahsyat dalam hidupnya. Ya, dia ditolong Tuhan. Iyaa, dia selamat. Tetapi dia

menyimpan memori yang menyusahkan dia. Setiap hujan, dia akan merasa takut.

Bukan begitu saudara ? Eh eh Nuh masi manusia.

Sedangkan Samuel masi manusia, Tuhan bilang begini, Samuel ngana

masi manusia, biar ngana nabi besar, ngana masih manusia. Ngana pe mata masi

pengaruhi sama ngana. Apalagi Nuh, kasian. Tetapi, setiap kali hujan, Nuh bisa

melihat pelangi. Tuhan tidak perlu bilang, Nuh, tidak usah kuatir Nuh, ini cuma hujan

musiman, ndak usah kuatir. Tuhan ndak perlu bilang begitu. Dia taro saja Dia punya

pelangi. Nuh lihat, hatinya tenang. Bahasa simbol yang Allah buat, yang
mempengaruhi mata dari pada Nuh, dapat menenangkan setiap trauma yang ada

dalam hidupnya.

Saudara kita orang Kristen, kadang2 kita nggak ngerti, nggak dalam. Saya akan dalam

lebih pelan. Saya kasi satu lagi sama saudara. Kejadian 15:5 dikatakan: “…”

Saudara, hari itu Abraham merasa, haduh nggak ada guna kita kerja.

Kekayaan yang sedemikian besarnya. Kuasa yang sedemikian besarnya. Power,

sehingga dia diapanggil setara raja, di tanah itu, sudara, dia dipanggil setara raja. Tapi

dia bilang satu hal ndak ada guna samua. Kenapa ? Kalo aku mati semua ini semua

hasil kerja dari muda sampe hari ini semua kan jadi milik Eliezer tangan kanannya.

Ndak ada gunanya sudah. Sudah putus asa. Usia sudah 99 taon. Oh ndak ada gunanya.

Lalu Tuhan datang, dan Tuhan bawa dia kaluar.

Begitu dia injak pasir ya, okey, yang pertama ayat sebelumnya itu, dia

injak pasir itu, Tuhan katakan kalo kamu bisa itung pasir nanti sebegitu juga

keturunanmu.

Skarang angkat wajahmu juga liat ke langit, kamu bisa hitung bintang ?

Ndak Tuhan.

Andaikan kamu bisa hitung, kamu bisa atau segitu banyaknya keturunanmu.

Allah menggunakan simbol dan lambang untuk menenangkan, memberi iman yang

baik dalam dirinya. Dan setiap kali, setiap kali, Abraham merasa hidupnya tidak ada

apa-apanya, sia-sia, dia kan melangkah keluar dan dia akan liat pasir. Karna itu yang

ada, dia tinggal di gurun, dan dia merasa tenang, dia punya iman lagi. Dia melihat

kelangit, dia punya iman lagi.

Saudara, kadang-kadang kehidupan kita-kita ndak mampu berdoa, kita

nggak mampu sperti orang lain, “di doa ibuku, namaku disebut” kalo kita berlutut,

aduuuh, Tuhan.. Kita ndak bisa begitu.


Tapi tahukah saudara, Tuhan nggak pernah berhenti, Dia tau penyebabnya.

Penyebabnya apa? Mata kita.

Hey, itu sebab Tuhan berkata, kalau kamu berdoa tutup pintu kamarmu,

dan juga ndak cuma tutup pintu kamar, tutup matamu. Hati saudara, saya beri tahu,

Tuhan tlah menggunakan simbol dan lambang untuk membangkitkan kehidupan kita

kembali. Hari ini kita di kontrol oleh simbol dan lambang.

Ayo kita main sebentar, coba lambang ini apa, coba ngomong, hah ? Restoran. Okey.

Ini ? Aa? Hotel, penginapan. Okey.

Ini ? Ya, semua tau, toilet, karna itu digambar gitu.

Ini ? Telfon umum.

Saudara, ketika kita liat ini ndak usah, kenapa, mata kita kalo baca : T E L E P O N

U M U M .. ee..lama.. begitu kita liat gambar ini, kita tau itu telepon umum. Okey ?

Ini ? Pom Bensin.

Okey. Saya harap saudara jadi orang yang taat lalu lintas. Okey ?

Saya cukup terkejut sekaligus sedikit miris. Okey ? saya pulang dari luar

negri, didepan saya ada bule besaar, gundul seperti saya, duduk di row depan, pesawat

itu penuuh orang, duduk di depan, dia agak bermasalah denagn pramugarinya, karna

dia minta supaya jangan ada orang duduk disampingnya karna dia besar sekali. Nanti

orang diini, nanti tersika, karna dia besar sekali. Ada satu orang masuk duduk bukan

ditengahnya tapi diujungnya, jadi dia okey ndak ada masalah, dua-dua besar, yang

satu masuk dari Hongkong, dia ini bule, besar juga. Saudara begitu orang itu duduk,

dia ngomong begini : I’m exciting go to Indonesia. Saya senang, saya senang mau ke

Indonesia, Lalu si Hongkong ini bilang oh ya, kenapa ? Dia bilang begini, totally

chos. Tau ? Indonesia totl kacau…hahaha.. sya kaget, tapi disitu saya tau, kenapa ? Itu

rambu lalu lintas yang pulisi taro itu cuma jadi hiasan jalan, ya.
Saya stir luar kota saudara, kenapa banyak orang tersesat, karna apa ?

Karna polisi tau bahwa orang sering tidak liat rambu jalan, maka untuk apa pasang

rambu jalan.

Kalau disana tidak. Jarang orang bertanya, karna apa ? Lengkap

tulisannya. Manado kanan, kanan.. Ini kiri, kiri.. Ada tulisannya. Di Indonesia nggak

ada. Karna apa ? Polisi tau dari pada liat tanda, tanda tidak diliat, orang lebih banyak

suka bapilih, turun, tanya, Om kalo mo pigi di aa..

Sering begitu, saudara. Saya pernah begitu. Om, kalo mo pigi itu.. Ngana

lia itu.. kiri dan ? Kiri… Okey ?

Seberapa kita peka dengan lambang dan simbol. Dengan kata lain kita

akan memiliki sesuatu kehidupan yang lebih baik. Sebab kadang-kadang saudara, kita

melatih diri kita sama seperti kita melatih orang-orang dibawah kita, nak-anak kita,

dan semuanya untuk lebih peka terhadap omongan : OAEOAOA….OAOAOA….

Anak-anak tidak biasa dibilang begini ..tststs…tststs….nggak bisa, dorang tidak

mengerti isyarat jadi so bagini bagini masih begini ..uuuu…uuuu… masi begini..

okey, dan itu akan terbawa pada generasi yang selanjutnya, okey ?

Karna apa, kita udah nggak peka, ketambahan yang gitu lagi.

Saudara, Allah ingin dalam hidup kita, kita menjadi orang yang bisa memberikan

dalam hidup kita sebuah kestabilan iman ketika kita melihat sebuah simbol dan

lambang. Itu saja. Dengan kepekaan itu hidup kita akan jadi lebih baik, saudara,

hidup kita akan jadi lebih matang.

Saudara, banyak orang kadang-kadang kita ini saudara, dalam hidup kita,

ini santai aja, ya, kita lebih peka sama tanda-tanda yang negatif dari pada tanda-tanda

yang bisa bangkitkan iman.


Eh kalo hari jumat depe matahari terang kong tiba-tiba ujang, jang kaluar,

soe. Kita lebih peka dengan itu. Okey. Apa lagi, eh kalo dirumah jangan buka payung

di dalam rumah, kiapa ? Pamali, soe.

Saudara tau penyebabnya kenapa ? Karna didalam rumah yang tukang

buka payung bukan orang dewasa, anak-anak, kalo anak-anak buka payung dia

barmaeng deng depe taman, sudara, e, kurang e, ada itu ujung payung ta cucu di biji

mata, ha itu baru soe toh ? Itu betul-betul soe, ta cucu akang ujung payung di biji

mata. Okey.

Ooo.. malam-malam jangan manjae, kiapa ? Mo soe. Iyo, soe. Kiapa ?

Dulu tidak ada lampu no ngana manjae ngana deng pakae tangan, nyak ta cucu tu jari,

okey ?

Kita lebih peka terhadap sesuatu yang mendegradasi iman kita, bukan

sesuatu yang memajukan iman kita.

Saudara saya beritahu, tujuh dari sepuluh orang terkaya di Asia adalh

keturunan orang Tionghoa. Okey? Tujuh dari sepuluh orang terkaya di Asia, okey,

adalah keturunan orang Tionghoa. Tiga dari sepuluh orang terkaya di dunia adalah

keturunan orang Tionghoa, mengapa ?

Nah ini saya beritahu, karna mumpung kita lagi seperti, saya tidak mau

berkata bahwa, ah, ini kan cerita.. saya beritau kepada saudara yang baru pertama kali,

yang baru mungkin 2-3 bulan, saya beri tahu, tidak ada satu orang di Indonesia ini,

yang bukan turunan orang Tionghoa, ndak ada satu.

Coba ingat kemnbali pelajarn IPS dimasa SMP, dibilang bahwa apa,

penduduk di Asia Tenggara semua berasal dari dataran tinggi Yunan, titik. Dataran

tinggi Yunana ada dimana ? Itu ada di tengah dataran di Cina, okey ? Lalu kenapa

kulit saya lebih, lebih apa, lebih, lebih putih dari pada kulit, misalnya orang Sanger,
jawabannya gampang, yaitu leluhur orang Sanger datang lebih dulu. Iya. Dibanding

dari pada leluhur saya. Leluhur saya, enkong saya namanya Liang Jok Sie. Makamnya

ada di derah Moliubagus sana. Liang Jok Sie. Dia di lahirkan dimana? Dia lahir 1889

di Shanghai. Okey. Asli dari sana, ya. Dia kawen dengan Oma. Oma Massi

Woworuntu. Okey? Jelas. Sedangkan saudara so nin tau, kita pe Opa pe Opa, pe Opa

pe Opa, pe Opa pe Opa, pe Opa pe Opa. Yang asli Indonesia depe yakis, cuma itu

saja. Okey. Jadi saya beritau pada saudara, mengapa ? Kita mau berbagi sebuah ras

yang sama.

Okey. Kalo kita ada, dimana mereka itu dengan bilang, ooh orang Cina,

endak, orang bilang apa.. .Asia, itu aja yang ditau orang. Mereka tidak bilang ooh ini

apa ini. Kalo etnis na itu beda. Etnisnya dalah orang Filipina, ada orang Indonesia,

ada orang melayu, ada.. tapi kalo rasnya cuma satu, Asia. Okey. Asia.

Nah, coba saudara, leluhur bangsa Asia itu berbagi budaya yang sama

dengan leluhur dari pada bangsa Israel. Mereka memiliki kebiasaan yang sama.

Mereka senang menamai rumah mereka. Mereka senang menamai gunung. Mereka

senang menamai sesuatu dengan apa dengan sebutan yang bagus-bagus. Israel, itu di

pintu gerbang Yerusalem itu namanya Gerbang Indah, ada namanya, ya itu. Cina pun

sama. Setiap ditembok Cina, setiap tembok itu ada namanya. Okey. Dia punya

gerbang itu ada namanya. Gerbang apa, gerbang apa. Jadi kita berbagi budaya yang

sama, orang Asia dengan orang Isreal itu memiliki standar budaya yang sama,

saudara. Nah, kesamaannya yang seharusnya menjadi iman dalam hidup kita, tidak

lagi kita gunakan.

Saya mau bagi sesuatu pada saudara, didalam Imlek,kita memang

merayakannya mengapa karena kita orang Asia. Perayaan kedua terbesar di dunia

adalah perayaan tahun bulan baru, itu Imlek. Okey? Nah di dalam Imlek biasanya ada
makanan , okey? Biasanya ada mie yang tidak dipotong, gitu ya. Biasanya ada kue

lapis legit.. Kue lapis, kue lapis itu ya kalo orang di Jawa biasanya makan itu ya. Ini

semua ada artinya sudara. Kue lapis itu apa ? Kan manis, rempahnya banyak, ada

kayu manisnya, semuanya, manis dia. Jadi kalo kita makan dan kita makan itu secara

berlapis lapis, nah itu diharapkan kita punya iman bahwa rejeki kita nggak habis-

habis, berlapis-lapis. Itu filosofinya, saudara, ya. Apa bertentangan dengan Alkitab ?

Nggak pernah sama sekali. Alkiitab berkata o.. maka damai sejahteramu akan datang

seperti gelombang laut yang tidak akan pernah berhenti. Setuju katakan Amin, Oke ?.

Tentang mie umur panjang Tuhan berkata, orang benar umurnya panajang dibumi ini.

Apa salah, enggak, Cuma kita nggak mengimani, kita nggak mengimaninya, oke?

Juga ku e mangkok, okey, kue mangkok, mereka percaya karena kue ini sama deng

lemonade kalo kase panas dia naik. Kalo dia naik so sampe depe atas dia plote, pak..

Nah, itu nanti kalo kita makan kue itu filosofinya apa? Supaya kita hidupnya naik

terus, ya. Apakah dari Cina ? Nyandak. Apalagi.. Ini bukan drai Cina. Ini dari pohong

Seho.Okey ? Jadi bukan semata-mata ooh.. kalo bekeng Imlek musi barang dari Cina,

nyandak. Samua barang dari Indonesia. Ini dari pohong Seho saudara, okey, orang

yang lain manfaatkan depe kuah, orang yang nyak suka mabok manfaatkan depe ..

depe biji, okey, manisan kolang kaling, okey, itu maksudnya apa ? Agar supaya kita

punya pikiran jernih, jangan kurang pikir, saki hati turus, kurang pikir, jadi kalo

makan itu, filosofinya kita berpikir musti jernih. Ya toh.

Tolong saudara kalo terima BB yang ndak karu-karuan. Saya barusan

marain, kenapa? Karna ngirim BB, ya: banjir Manado bukanlah sesuatu bencana

biasa, tetapi sebuah apa itu, peringatan Tuhan yang kuat, musti bertobat, leh. Iya

ngana nyandak kebanjiran, ngana ngomong begitu, ya. Ada orang kristen yang meresa
dia lebih baik dari orang lain jangan jadi Kristen begini saudara, ini jelek, sangat

buruk.

Jadi jangan disebarin. Rasanya itu rohani, nggak, itu agamawi, itu iblis,

Tuhan tidak ingin kita rabe mata pa torang pe sudara sandiri. Ya. Semua orang di

dunia ini telah melakukan dosa dan kehilangan kemuliaan Allah. Nggak usah kita

merasa lebih baik dari orang lain. Yang mengerti katakan Amen, ya.

Ada banyak orang yang baca Alkitab tiap hari, pikirannya kotor. Ya. Ada

apa-apa, ooh itu dia.., lia depe laki pukul pa dia, kiapa, tantu toh , banyak dosa toh

sebelum itu, sampe depe laki dapa pukul..

Nah, samuanya negatif, nggak bisa jadi. Saudara pernah ngomong-

ngomong dengan orang yang punya kepercayaan Konghucu atau Budha, mereka

punya hati lebih baik dari orang Kristen. Mereka tau kalo kita ngomong jelek, nanti

kita yang jelek juga datang. Nanti saya berikan kesimpulan.

Nah ini makanan yang sering, ya. Agar-agar bintang. Kenapa? Agar

supaya kita bersinar seperti bintang. Apa salah dengan Alkitab? Nggak salah sama

sekali. Tuhan berkata engkau adalah terang dunia, kota yang terletak diatas puncak

gunung tidak mungkin disembunyikan. Nggak ada salahnya, okey.

Kuaci, nah, didalam Imlek ini oah ada kuaci, jadi, ketika orang makan

kuaci, filosofinya apa ? Yaitu supaya keturunannya banyak. Ooh, punya banyak anak,

ya.

Misalnya saudara, wah ternyata saya kepengen nih, buka rumah, saya buka

rumah supaya anu.., kira-kira makan apa aja yang itu, supaya saya bisa punya iman,

nah ini lima macam kanan yang sebenarnya tidak Imlek pun kita ingin ketika engkau

makan, engkau mengimani filosofinya.


Karna apa, tujuh dari sepuluh orang terkaya di Indonesia adalah orang

Tionghoa, sebab mereka mengimani setiap hal yang mereka lakukan. Itu aja. Kita

orang Kristen udah nggak punya, apalagi di Indonesia, okey, kira bisa bebas pake baju

seperti ini, Mandarinan, kenapa ? Era Orde Baru lepas, kiapa ? Diera Orde Baru ndak

bisa, ya. Ada banyak jejak-jejak yang.. yang.. yang sangat membahayakan.

Tapi mari saudara, kenapa ikan ? Saya bagi dulu sama saudara. Sebab

ikan, apalagi ada dua macam ikan yang paling sering adalah ikan bandeng. Kenapa

ikan bandeng, sebab ikan bandeng bisa hidup di dua macam air, air tawar sama air

asin. Artinya apa, agar supaya orang yang makan ikan itu, dia percaya kalau dalam

keadaan baik atau dalam keadaan buruk, dia tetap bisa hidup. Okey.

Lalu apa yang harus dibuang ? Ambil filosofinya, buang mistisnya. Jangan

nanti, oh, ini taun kita mau makan banya banya ini ikan bandeng, kiapa, taon lalu

nyak sempat makan jadi soe turus kita. Itu mistis. Itu yang tidak diterima oleh

keKristenan. Itu yang gak boleh. Ya. Karna sebenarnya ketika makan, kita harus

punya iman di dalamnya. Dan itu yang Tuhan inginkan. Yang mengerti katakan :

Amen.

Dan ikan itu biasanya disiapkan ada kepala juga ada ekornya, utuh.

Artinya apa ? Rejekinya dari awal tahun sampek akhir tahun itu utuh. Okey ?

Kenapa ikan, sekali lagi, kenapa ikan ? Saya mencatat disini hal yang

menarik, sebab kata ikan di dalam huruf Cina, sebutannya kata ikan, itu bunyinya

sama denagn sebutan kata makmur atau berlimpah-limpah. Jadi ketika orang, leluhur

orang tionghoa itu mengajarkan kepada anak-anaknya di tahun yang baru untuk

makan ikan supaya apa, ketika mereka makan ikan mereka membayangkan

kelimpahan.

Hei, mereka mau bayangkan kelimpahan.


Saudara, leluhur itu sama, antara leluhur orang Asia dengan leluhur orang

Yahudi. Mengapa,sebab di dalam leluhur orang Yahudi ada pencatatan yang jelas.

Dan itu yang Tuhan suru dan menjadi kebiasaan, yaitu apa, ajarkan itu kepada anak-

anakmu. Itu ada.. Dan itu kebiasaan yang juga ada di dalam leluhur orang Asia,

mengajarkan itu kepada anak-anak. Lah, ikan, okay, sajikan secara utuh. Jadi sebutan

ikan, bunyinya, lafalnya dari mulut itu sama dengan sebutan kelimpahan. Jadi kita

mengisi kelimpahan didalam kehidupan kita. Itu yang diinginkan imannya. Buang

mitosnya, mistisnya harus dibuang, okey.

Ayam. Ayam dan bebek. Ayam dan bebek itu melambangkan kesuburan,

kenapa, karna ayam, dia batelor terus sampe dia tua. Okey. Kalo bebek itu

melambangkan kesetiaan.

Jadi setiap kali orang makan bebek dia akan tau, memberi dirinya akur,

hidup harus setia. Okey.

Jadi bebek itu melambangkan kesetiaan dan ketaatan. Telornya itu

melambangkan kesuburan. Itu yang diinginkan oleh leluhur orang Asia, ketika di

dalam tahun baru, mereka makan ayam.

Ayamnya musti utuh, bebeknya musti utuh, saudara. Jadi ketika dimakan,

anak-anaknya itu mbayangkan nanti : hari ini hidup susah, susah makan, tapi tidak, ini

hari taun baru, kita makan, kita makan kelimpahan. Nanti besok saya kelimpahan.

Kita orang Kristren harus belajar itu. Saudara kalau makan ayam,

bayangkan kelimpahan. Tuhan sudah janji apa yang engkau percaya, demikianlah

jadinya. Apa yang engkau yakini, demikanlah jadinya. Jadilah seperti yang engkau

percaya.

Nah, saya lanjut saudara. Jeruk mandarin. Hilangkan mistisnya, jangan

diambil mistisnya, ambil filosofinya. Jeruk mandarin, okey, jeruk ini saudara bisa beli
buanyak, saudara, mungkin kalo di Gorontalo kurang, kalo di Makassar, di Surabaya,

di Kalimantan, di sebagian besar Kalimantan, tuh jeruk ini luar biasa banyaknya.

Kata jeruk ini, jeruk mandarin ini, ketika dilafal bunyinya sama dengan

ketika Mandarin melafal kata emas. Okey, itu sebabnya jeruk mandarin dipilih karna

lafalnya sama. Bunyi, sekali lagi : iman timbul dari pendengaran, pendengaran akan

…ah..ah..ah..ah….. oh…aku berkelimpahan…

Hey, kita sekarang nggak pernah nyanyi, kan: “aku diberkati, sepanjang

hidupku diberkati, bila bangun pagi hari, siang berganti malam, aku diberkati”. Kita

nggak isi pikiran kita dengan aku diberkati, aku diberkati.

Sementara, okey, leluhur orang Asia, selalu, dia makan ikan dia pi “jangan

potong kepala, enteru”, sementara dia makan : “makmur, makmur, teruus makmur,

teruus diberkati, teruus berkelimpahan”. Dia makan jeruk, dia :“ooh.. emas, ini emas

yang masuk”.

Itu sama terjadi pada makanan. Semua orang percaya bahwa makanan

akan membawa dampak bagi tubuhnya walaupun cuma sugesti. Tetapi apa, sugesti

telah membuat itu menjadi kenyataan.

Saudara tau kue Ku itu ? Itu pasti ada disetiap Imlek. Kue Ku. Itu kue Ku

itu kue merah itu yang didalam nya ada isi tausa, ya, kacang ijo, ya, lalu diatasnya ada

gambarnya punggungnya kura-kura.

Itu artinya apa ? Kalo makan itu diharapkan apa, kita percaya umur kita

panjang. Karna kura-kura itu umurnya panjang. Filosofinya itu, hey, jadi : “ooh sudah

lemas”.. sama dengan makan mie. Kalau makan mie tidak dipotong, ya, itu mie

waktu dimakan kalo ujungnya di taruh di bibir lalu disedot ..sssss….


Waah, umur panjang. Itu diharapkan apa, orang-orang yang so saki-saki,

dokter bilang tinggal 5 bulan ngana pe umur. Dia punya iman, makan mie “umur

panjang, umur panjang, umur panjang..“

Tapi kalo mitos apa? Kalo mitos itu, “ aduh kalo taon ini kita saki-saki, ei

Imlek, lalu kita nyak makang mie, itu sebabnya kita itu…” Itu mitos, ya. Buang

mitosnya, buang mistisnya, ambil filosofinya, karna nggak pernah bertentangan

dengan Firman Tuhan, okey?

Nah, coba, saya lanjut lebih dulu.

Mie. Kita sudah tau, okey. Sama, umur panjang.

Kuaci. Itu supaya keturunan banyak, ya, supaya keturunan banyak.

Saya miring sendikit, saudara. Kenapa Sarah jadi bisu pada waktu justru dia taun

depan mau punya anak? Oh gampang pak pendeta jawabnya. Apa ? Dia ketawa, pada

waktu dengar Firman dia ketawa. Kenapa dia ketawa ? Sebab dia tidak diajari sama si

Abraham. Abraham ndak datang bilang ke dia begini, “aku skarang percaya, kenapa,

tadi ada malaikat datang, uuh.. tadi aku lemah, tapi tadi ada malaikat datang, dia bilng

begini: kalau kamu liat pasir, segitu banyak keturunanmu, kalo kamu liat bintang,

sebegitu banyak..” Dan Sarah tidak tau. Dan Sarah sudah jadi lemah begitu lama.

Imannya tidak ada lagi. Jadi begitu ada Firman di ucapkan ….mhmhmhmh.. sorga

talinga, dia tatawa….

Berapa banyak kita tidak percaya bahwa kita dapat diberkati oleh Tuhan.

Sering, kita lebih percaya kita lebih layak miskin dari kita layak kaya. Kenapa, karena

kita bukan orang punya uang, karna kulit kita lebih gelap dari orang laen, skolah kita

kurang tinggi dari orang lain. Saya beritahu, Liem Siu Liong itu nyandak lulus SMA

kasiang. Ya, banyak orang yang sangat kaya, mereka nggak pernah selesaikan
sekolahnya dengan baik, okey ? Kenapa? Karena mereka percaya. Mari saudara,

seperti apa kita perlakukan hidup kita, dan saya berharap saudara mengerti simbol ini.

Nah, saudara ini, yang terakhir ini kue Keranjang.

Saudara kue Keranjang, itu lambang kemakmuran. Selain dia bahannya bukan dari

Cina, bahannya saudara, dari Indonesia. Bahannya itu gula merah sama beras pulo.

Nah, beras adalah lambang dari kelimpahan. Yang mistis itu yang apa? Yang katanya

begini : “eh nimbole makan kue Keranjang, yah, kalo belum 7 hari setelah Imlek”.

Kenapa? Pamali. Itu mitos. Itu mistis. Kenapa ? Kue Keranjang dibuat agar supaya

dia bertahan lama, bisa 6 bulan,ya. Dibuat tahan lama, kenapa ? Sebab pada jaman itu.

Ya, sudah jadi kebiasaan bangsa Israel, sama, begitu juga bangsa Yahudi, sama,

begitu juga leluhur orang Asia, sama. Kalo tahun baru ada istilah kumpul keluarga.

Jadi ada orang yang dari jauh, mereka datang pulang naik onta, pulang naik keledai,

pulang naik kuda, itu membutuhkan waktu, saudara.

Nah mereka akan kumpul disatu rumah yang besar, di dalam satu marga.

Jadi satu marga itu punya satu rumah besar. Nah mereka kan pulang semua ini. Nah,

supaya bisa tetap ada perayaan, setelah Imlek, semua kumpul rame-rame, maka kue

mangkok adalah hidangan paling akhir. Sekarang anak-anak paling suka manis-manis.

Kalo dorang makang kase abis, kong dorang pe om datang kamari, so lala-lala naik

kuda kasiang, so barapa hari, sampe dirumah, yah, sele kapala babi so nyandak ada,

samua so nyandak ada, aah ini kukis so nyandak ada. Jadi orang tua bilang begini, eh

mo soe ngoni kalo ngoni makang itu kue Mangkok, eh itu kue apa itu, kue Keranjang

sebelum 7 hari setelah Imlek. Itu mitos, ya.

Supaya jang anak-anak pi ambek itu dia. Okey.

Tapi sampe imannya. Mampukah kita menajdi orang yang didalam setiap langkah

kita, memiliki iman. Memiliki iman. Sebab, ada ayat berkata : aku menjawab, jika
engkau makan atau jika engkau minum atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain,

lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. Imanmu akan memuliakan Allah.

Engkau mengimani hidupmu baik. Engkau mengimani. Engkau makan nasi tiap hari,

maukah engkau mengimani? Aku berkelimpahan, hidupku makmur. Ndak cuma

“terima kasih Tuhan, hari ini cuma makang nasi enteru, mari kita bersyukur sama

Tuhan..” No,no,no, no, ganti itu, okey. Trima kasih Tuhan, berkelimpahan, aku

diberkati, sepanjang hidupku diberkati. Ya. Saya rasa tidak ada disini yang sangking

tidak punya uang sampe cuma makang ubi. Sele ubi musti bli, okey.

Artinya, “Saudara-saudara, isilah pikiranmu dengan hal-hal bernilai”. Ini

dalam Terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari .“Yang patut dipuji, yaitu hal-hal

yang benar, yang terhormat, yang adil, murni, manis, dan baik”. Alkitab katakan itu.

Dan kalo engkau mau hidupmu berhasil, ikuti apa yang dia katakan. Kita kadang

terlalu ngisi pikiran kita dengan apa, cemburu : “Uuu.. napa Firman so bli oto baru.

Uuu.. napa dia so bli sofa baru, ..uuu…“ Kenapa kita nggak punya iman bagi diri kita

sendiri, okey.

Kita makan ikan, kita imani, aku berkelimpahan. Sehingga setiap kali kita

berangkat kerja wajah kita berseri. Kita ada di dunia perdagangan, kita masarkan

sesuatu, wajah kita berseri, kenapa ? Karna kita percaya kita diberkati. Gimana

saudara mau jual, mau jual obat, obat apa, sakit kepala. Mukanya aja model muka

sakit gigi, yang jualan aja ndak berseri-seri, bagaimana barang bisa laku. He ? Kenapa

? Semuanya ada di dalam. Apakah yang engkau liat dapat mengimani hidupmu, itu

yang Tuhan inginkan, dan itu yang sebenarnya filosofi yang ada didalam setiap

tindakan dalam kehidupan leluhur orang Asia. Mereka, saudara, tidak punya

penghasilan yang baik. Empat musim, tanah sulit ditanami, tapi mereka punya

percaya. Mereka berani bekerja, sebab mereka tau hidup akan berkelimpahan. Mereka
berani coba, karna apa, hidup akan berkelimpahan. Kenapa, karna mereka percaya,

mereka percaya.

Hari ini kita harus mencontoh apa yang positif. Setuju katakan, Amen?

Contoh yang positif, yang terbaik. Nah, saudaraku sekalian, sebelum saya akhiri, kita

akan masuki sakramen kita yang terakhir, saya hanya ingin membaca beberapa ayat .

Mari kita buka Kejadian 4:4.

“Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing

dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban

persembahannya itu,”

Imamat 23:10 dikatakan,

“Berbicaralah kepada orang Israel dan katakan kepada mereka: Apabila kamu

sampai ke negeri yang akan Kuberikan kepadamu, dan kamu menuai hasilnya, maka

kamu harus membawa seberkas hasil pertama dari penuaianmu kepada imam,”

Mari buka Roma 11:16, pemain musik harap mempersiapkan diri. Mari

kita baca bersama-sama dengan bersuara, dua, tiga :

“Jikalau roti sulung adalah kudus, maka seluruh adonan juga kudus, dan jikalau akar

adalah kudus, maka cabang-cabang juga kudus.”

Saudara, buah sulung adalah apa yang disukai oleh Tuhan. Tindakan yang

disukai oleh Tuhan. Sepuluh tahun kita melakukannya. Saya melihat dengan dekat

kehidupan para wakil gembala, orang-orang yang sangat dekat dengan saya. Saya

telah melihat hidup mereka diberkati, dan saya tahu Tuhan tidak pernah berhutang

pada kita, katakan amen.

Bagaimana menggambarkan Tuhan senang ? Saudara, saya yang

menyenangi, saya senang makan, okey, saya hobi makan, saya hobi memasak.di

rumah kami ada menu-menu tertentu yang dimana kalu itu dimasak saya akan
meninggalkan panggilan makan yang lain. Saya akan pulang ke rumah untuk makan,

mengapa ? Karena saya menyukai masakannya, okey. Saya menyukai udang pete,

wah kalau ada itu saya akan pulang. Sayur asem dan ikan asin, kalu ada itu saya akan

pulang, okey, Dan buah sulung adalah sesuatu yang Allah sangat suka, seperti hal ini.

Dimulai ketika Habel, dan Tuhan berkata “Aku suka itu,ei Israel.” Hukumnya apa ?

“Lakukan itu buat Aku”. Karna itu Dia suka. Dan didalam Perjanjian Baru Dia

katakan juga itu “Lakukan itu, karna itu aku suka”. Menyenagkan hati Tuhan.

Hari ini kita tau caranya. Yang mengerti katakan : Amin.

Diluar dari pada ’hidupmu akan diberkati’, diluar ini adalah ‘kewajiban kita sebagai

anak Tuhan’, diluar bahwa ini ada ‘tanggung jawab kita sebagai anak, ketaatan kita

kepada Tuhan’. Saya rindu anda melihat ini lebih tinggi, bahwa ini menyenangkan

hati Tuhan.

Dan Saudara, saya percaya, saya imani. Tidak hanya makan, tidak hanya

apa yang kita santap, tapi saya rindu seperti saudara, mari kita imani apa yang kita

lakukan ini menyenagkan hati Tuhan, Amen?

Mari kita bangkit berdiri bersama-sama.


Transkrip 3

Kotbah Spesial Imlek I Gereja Bethany Father House Community Church


Gorontalo tanggal 22 Febuari 2015 kebaktian pagi oleh Romo Daniel Byantoro
(Gereja Orthodox Indonesia). Selanjutnya di sebut sebagai Sumber 2015 Pagi.

Ini adalah kali yang kedua saya datang ke tempat ini dan saya ingin

membagikan Firman Tuhan, saya diminta untuk berbicara tentang budaya Tionghoa

dan Injil, terlalu luas dalam 1 jam tidak mungkin saya berbicara semuanya

Budaya yang agung ini, budaya yang paling tua yang berkesinambungan

ini tidak mungkin dibicarakan hanya dalam 1 jam.

Perayaan-perayaan saja ada : ada cengbeng, ada makan dingin, ada

sembahyang ciokpok & ada perayaan / sembahyangan lainnya

Ada juga altar di rumah mereka yang memegang kepercayaan tradisional,

adanya plakat nenek moyang keyakinan adanya 3 roh : roh dalam tubuh yang mati

dalam kuburan, roh yang ada dalam plakat2 yang orang mati & roh yang ada dalam

neraka

Bagaimana kita menanggapi adanya roh dalam budaya tradisional ini ?

Bagaimana kita menanggapi tentang re-inkarnasi

Bagaimana kita sebagai orang Kristen tetap dengan Iman Kristen tetapi dapat

menghayati budaya yang diwariskan oleh nenek moyang kita sehingga bukan kita

menolak semua yang dari tradisi atau kompromi

Menolak juga tidak bisa sebab itu adalah bagian budaya, identitas dari satu

kelompok etnis,kompromi juga tidak bisa karena Injil juga mempunyai sesuatu yang

berbeda dengan keyakinan yang diyakini secara tradisional

Kalau bisa gimana caranya kalau tidak mengapa alasannya, kita harus tahu
IMLEK

Apakah orang Kristen yang etnis Tionghoa boleh merayakan imlek ?

2 Korintus 5 : 15 – 21

Kata Imlek itu bahasa hokkian artinya tanggalan bulan

Bahasa Mandarin = Yinli (tanggalan bulan)

Imlek memang tahun baru untuk tanggalan bulan yang dirayakan sejak

berabad-abad yang lalu di Tiongkok oleh kaum tani. Mereka merayakan ini sebagai

hari bersukacita dan sebenarnya Imlek itu bukan hanya 1 hari, kalau dihitung dari

persiapannya itu ada 22 hari. Karena apa, karena tanggal 23 bulan 12 tahun bulan itu

sudah ada persiapan.

Persiapan mengantar dewa dapur, Tjiauw Kung Kong untuk pergi ke langit

bertemu dengan kaisar langit. Dalam keyakinan Tionghoa tradisional ada banyak tua

pekhong. Dewa dapur itu adalah salah satu tuapekhong yang dipercayai dan disembah

oleh kepercayaan tradisional.

Dewa dapur memang diletakkan di dapur sehingga memperhatikan setiap

anggota keluarga yang ada di dapur, apakah dia bertengkar atau tidak, dewa dapur

melihat terus.

Dan tanggal 23 bln 12 ini dewa dapur ini akan lapor ke kaisar langit semua

perbuatan yang dilakukan oleh anggota keluarga itu.

Nah sekarang seluruh anggota keluarga ketakutan jangan-jangan yang dilaporkan

yang jelek-jelek kepada kaisar langit, bahaya itu nanti, tidak diberi rejeki oleh kaisar

langit. Supaya dewa dapur melaporkan yang baik, kalau dari tradisi muk yen,

mulutnya diberi madu. Maksudnya ketika menghadap kepada kaisar langit karena ada

madu ngomong yang manis-manis saja mengenai kehidupan keluarga itu atau kalau

tidak diberi manisan lengket jadi kalau mau makan giginya lengket tidak bisa
ngomong sehingga di hadapan kaisar langit tidak bisa melaporkan yang jelek-jelek,

atau kue keranjang terbuat dari ketan, dimakan giginya lengket tidak bisa ngomong

yang jelek2 lagi di hadapan kaisar. Dewa langit ini dibakarkan juga uang-uangan dari

kertas atau diberi arak supaya dia kenyang dan mabuk sehingga sesampai di pintu

kerajaan langit sana, kerajaan Kaisar langit ini. Sehingga karena mabuk, karena

kekenyangan perutnya karena uang, dia lupa menceritakan yang jelek2 kepada kaisar

langit.

Mungkin ini mitologi, tetapi sadarkah saudara bahwa dalam mitologi ini

terkuak suatu psikologi budaya yang tanpa disadari sebenarnya menunjukkan

kebutuhan nenek moyang kita di jaman purba akan Tuhan

Mengapa ?

1. Setiap tahun mereka tahu dewa mereka, dewa dapur akan melaporkan perbuatan

mereka, berarti mereka sadar bahwa perbuatan mereka tidak selalu baik

Mereka sadar bahwa perbuatan itu harus dipertanggung jawabkan, bahwa segala

sesuatu yang dilakukan dalam kehidupan ini harus dipertanggung jawabkan.

Tanpa mereka menyadari mereka menggenapi apa yang tertulis dalam :

Ibrani 4 : 13 : Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya,

sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita

harus memberikan pertanggungan jawab.

Kata ‘telanjangnya segala sesuatu di mata Allah’ itu digambarkannya oleh

‘mata dewa dapur’ yang selalu memperhatikan itu, menunjukkan mereka tidak dapat

menyembunyikan segala sesuatu di mata Allah, mereka tidak bisa bermunafik muka

di hadapan Allah, oleh karena itu mereka sadar tiap tahun dewa dapur ini akan lapor

ke kaisar langit.
Dan dikatakan di sini tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di

hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang

kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.

Uangmu, waktumu, keluargamu, tugasmu, apa saja yang kau miliki,

engkau harus mempertanggung jawabkan kepada yang meminjamkan. Hidup ini

hanyalah pinjaman, uangmu bukan milikmu, hartamu bukan milikmu, itu semua

hanya pinjaman, buktinya apa ?

Kalau barang-barang itu diambil daripada kita, kita tidak dapat

mempertahankan.Entah itu diambil perampok atau api atau pasar yang merugi dan

macam-macam lainnya ternyata kita tidak bisa mempertahankan, berarti semua itu

hanya pinjaman.

Psikologi budaya dari nenek moyang purba ini meyadari bahwa ada

seseorang yang akan mempertanyakan hidup kita ini dan bahwa yang

mempertanyakan hidup kita ini tahu semua yang terjadi yang digambarkan dengan

laporan yang dilaporkan oleh dewa dapur ini.

Yang digambarkan dengan dewa dapur ini akan lari dan naik ke surga sana

bertemu dengan kaisar langit.

2. Dewa dapur disuap dengan madu, dengan manisan2 lengket, dengan kue keranjang,

dengan uang2an kertas, dengan arak

Supaya lupa untuk melapor, sebenarnya kenapa ??

Sebenarnya adalah kesadaran yang tanpa sadar yang dibahasakan secara mitologis,

bahwa aku ingin dosanya dilupakan. Aku ingin jangan sampai dosaku dihukum oleh

Allah, dilaporkan kepada Allah, berarti mereka rindu akan pengampunan itu.

Mereka ingin berdamai dengan Allah tetapi selama perdamaian itu digambarkan

secara mitologis, dewa dapur itu tidak ada.


Yang ada adalah Allah Yang Maha Tahu, Allah yang akan mengadili, yaitulah kaisar

langit yang dilapori

Allah yang akan mengampuni itulah lambang dari dewa dapur yang disuap supaya

tidak lapor itu supaya melupakan kesalahan seseorang ini. Dan bahwa ada laporan,

melambangkan bahwa mereka sadar, mereka itu manusia berdosa berarti kalau kita

hanya berkutat pada mitologi biarpun kita percaya dewa dapur itu ada padahal dewa

dapur itu tidak ada maka pengampunan tidak akan kita terima.

Perdamaian dengan Allah yang kita inginkan dengan cara menyuap dewa

dapur, Allahnya alkitab itu tidak bisa disuap, Allahnya alkitab itu adil, dosa sekecil

apapun, sekecil debupun, akan dikejar oleh Allah untuk diadili karena DIA adil, tetapi

Allah juga kasih.

Dengan kasih-NYA maka dosa segede gunungpun akan diampuni kalau

kita bertobat, dan itu adalah kebenaran Alkitab yang tersirat di dalam mitologi dewa

dapur yang dirayakan setiap tgl 23 bulan 12 tahun imlek itu. Setiap tahun orang

merayakan itu di dalam gereja purba, yang sampai sekarang dirayakan dalam gereja

ortodoks, setiap tahun adalah minggu untuk pengampunan dosa.

Yang kebetulan adalah hari ini, karena besok sudah puasa untuk menyongsong Paskah

Dalam gereja purba, gereja ortodoks, hari2 ini orang2 dipersiapkan selama 5 minggu :

Minggu Pertama : minggu Zakheus,

Yang mengingatkan bahwa kita pendek, rohani kita pendek.

Kita harus mau memanjat, mencari Yesus

Minggu ke-2 : Minggu orang Farisi dan Zaduki

Minggu orang Farisi dan Zaduki yang mengingatkan kita, bahwa kita harus

melaksanakan ibadah kita seperti orang Farisi (member perpuluhan, sembahyang,

tidak berzinah, tidak merampok dll ) Tetapi sombongnya jangan seperti orang Farisi,
kita harus rendah hati seperti si pemungut cukai tetapi dosanya jangan seperti si

pemungut cukai.

Minggu ke-3 : MInggu anak hilang

Minggu anak hilang adalah mengingat bahwa kita ini selama setahun sudah terhilang

dengan macam-macam masalah, ini saatnya kita kembali kepada Bapa.

Maka bacaannya : Kisah tentang anak hilang itu

Minggu ke-4 : Minggu penghakiman akhir

Mengingatkan kita mengapa kita harus kembali kepada Bapa karena nanti kita harus

mengalami penghakiman akhir.

Hidup kita harus kita pertanggung jawabkan, yang dalam budaya imlek digambarkan

dengan dewa dapur naik ke kerajaan langit itu

Minggu ke-5 : Minggu pengampunan

Di situ kita memohon pengampunan kepada Allah, jemaat saling meminta ampun dan

sujud sama lain, rangkulan satu sama lain, mengatakan dosanya dan saling minta maaf

sehingga esok paginya tidak ada ganjalan. Karena esok paginya mulai puasa

Jadi Paskah itu adalah hari raya terbesar dalam gereja purba, hari raya

terbesar dalam gereja ortodoks, sehingga dipersiapkan kita puasa lebih dari 40 hari

sampai masa sengsara Kristus.

Masuk dalam minggu kebangkitan Lazarus, lalu minggu palem, lalu memperingati

selama 6 hari Kristus sengsara sampai akhirnya DIA mati di atas kayu salib dan

bangkit. Di situlah pengampunan datang.

Bukan kebetulan kalau imlek tahun ini, dimana gereja purba / gereja

ortodoks sedang mengadakan minggu pengampunan dosa karena pada dasarnya imlek

adalah jeritan budaya tionghoa atas pengampunan itu. Mereka menjerit sebenarnya

secara psikologi, menjerit ampuni saya, tolong dewa dapur, tolong Tuhan jangan ingat
dosa saya, hanya caranya salah, dengan memitologikan dewa bisa di suap, sedangkan

Tuhan tidak bisa disuap. Tuhan punya caranya sendiri untuk mendamaikan kita, yang

kita baca tadi di dalam 2 Korintus 5

2 Korintus 5 : 15 : “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang

hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan

telah dibangkitkan untuk mereka”

Loh apa urusannya dengan aku, justru di situlah letak pengampunan.

Matinya Kristus itu menghancurkan dosa, koq bisa ?

Intinya dosa itu apa, apa sifat dosa itu, bagaimana adam jatuh dalam dosa ?

Memberontak kepada Allah

Kejadian 2 : 16 – 17

Pertanyaan saya, kalau mereka tidak pernah makan bagaimana ??

Kalau adam dan hawa tidak pernah makan, mereka tidak akan mati

Mereka diancam kematian hanya kalau mereka makan.

Sebenarnya kematian itu benalu dalam kehidupan kita, kita tidak diciptakan untuk

mati.

Kita diciptakan untuk hidup kekal, kita diciptakan untuk mengalami cinta kasih Allah

untuk selama-lamanya, tidak usah jadi tua, tidak usah jadi mati.

Tetapi karena adam memberontak akhirnya kematian muncul, upah dosa adalah maut.

Ada maut karena ada dosa, kalau ada dosa maka ada maut.

Itulah sebabnya supaya hidup kekal itu dipulihkan kematian harus dihancurkan,

caranya dengan apa?

Dengan jalan Firman Allah itu sendiri turun menjadi manusia, sebab kita diciptakan

Allah melalui Firman yang sama ini. Kalau kita punya sepatu rusak, kita tidak akan
bawa sepatu itu ke tukang jahit, kemana kita akan bawa sepatu itu untuk dibetulkan,

ya ke tukang sepatu.

Kalau hidup ini rusak, yang betulin bukan agama, yang membetulin yang membuat

hidup, yang membuat hidup adalah Firman-NYA Allah.

Allah menjadikan segala sesuatu melalui Firman, maka Firman itu turun jadi manusia,

untuk membenahi kita dengan jalan mengenakan tubuh manusia, DIA mengalahkan

intinya dosa.

Intinya dosa adalah pemberontakan, ketidak taatan.

Dengan jalan apa DIA mengalahkan ketidaktaatan ini?? Filipi 2 : 7-8

Filipi 2 : 7 – 8

Firman Allah yang satu dengan Allah, yang bersifat Allah ini,

mengosongkan diri-NYA sendiri, DIA mengambil rupa hamba, mengambil rupa

manusia, dan setelah berupa manusia dikatakan :

“dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai

mati, bahkan sampai mati di kayu salib”

Jadinya matinya Yesus di kayu salib itu adalah wujud ketaatan mutlak.

Jadi kematian Yesus di kayu salib itu adalah wujud ketaatan mutlakNya kepada Bapa

demi melawan ketidaktaatan yang ada di dalam kodrat kita akibat kejatuhan adam.

Dengan demikian ketidaktaatan di dalam kodrat kita dikalahkan oleh

ketaatan, padahal ketidaktaatan tadi intinya dosa. Dengan ketaatan di kayu salib DIA

menghancurkan kuasa dosa itu.

Sehingga kita di damaikan lagi dengan Allah, perlu ada kematian ini,

pendamaian itu bukan dewa dapur yang mulutnya diteplok sama ketan. Pendamaian

itu karena Kristus mati untuk kita


Dewa dapur tidak ada, kita saja kalau makan ketan lengket tetap bisa

makan lagi, masak dewa diberi ketan mulutnya bisa terkunci, dewa kan berkuasa

masa bisa terkunci kan tidak masuk akal, itu kan mitologi. Itu hanya symbol yang

membuat Allah tidak lagi mengingat-ingat dosa ialah kalau dosa sudah dikalahkan

sehingga dosa kita dihapuskan melalui dikalahkannya dosa itu.

Roma 5 : 19 : “Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah

menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi

orang benar”

Karena adam tidak taat kita ikut terbuang dari Allah, demikian pula oleh

ketaatan satu orang, pada waktu Dia di kayu salib. Allah melupakan dosa demi Yesus

yang di kayu salib bagi kita

Dewa dapur tidak bisa menolong apa-apa tetapi Kristus adalah penggenap

dari dewa dapur.

Dewa dapur tidak ada apa-apanya, datanglah kepada Kristus. Dewa dapur

tidak mati untuk kamu, Kristus yang menghapus dosamu. Ketika dewa dapur naik ke

kaisar langit, akan diiringi oleh petasan nanti datang lagi tgl 4 bln 1 jadi turun dari

langit, sudah lapor, lalu ada perayaan macam-macam, terutama dengan petasan.

Mengapa pakai petasan ?

Karena nenek moyang pada jama purba itu percaya ada binatang yang

namanya nien, nien = tahun binatang itu monster yang tidur selama 1 tahun setiap

tahun dia bangun karena dia kelaparan, dia mencari orang di desa itu untuk dimakan.

Orang satu desa ketakutan dimakan oleh nien ini, mereka tidak tahu cara mengusir

nien ini, tidak tahunya si nien ini takut sama warna merah dan suara keras. Orang

kampong ketika mengetahui rahasia itu mereka membuat petasan lalu memakai baju

merah , supaya si nien ini dia pergi. Jadi asal usul baju merah ini untuk mengusir nien.
Sebenarnya nien itu tidak ada, nien artinya tahun, itu gambaran bahwa setiap tahun

umur kita ini digrogoti waktu. Umur kita dimakan makin hari makin tua, dan orang

ketakutan

Makanya makin tua kita disadarkan kita akan mati, kaitannya dengan dewa dapur

adalah kita akan dihakimi, maka siap2lah dewa dapur pergi ke sana. Akhirnya diberi

petasan

Nien ini lambang kematian, lambang iblis, lambang tahun, tidak bisa diusir dengan

petasan

Petasan segede apapun ya tetap petasan yang tidak bisa membuat umur ini bertambah

dengan menjadi kekal. Umur, waktu dan diri kita ini hanya menjadi kekal jikalau

kekekalan itu diberikan pada kita, bukan dengan bakar petasan. Mau bakar petasan

sampai 1 gudang, umur tetap akan menjadi tua. Niennya tetap datang, tapi yang dapat

menghancurkan kuasa umur ini adalah ketika Kristus bangkit.

2 Korintus 5 : 15 : “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang

hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan

telah dibangkitkan untuk mereka.

Matinya Kristus itu menghancurkan iblis itu sendiri, nien dihancurkan bukan dengan

petasan, bukan dengan ledakan petasan tetapi oleh ledakan kebangkitan Kristus dari

dalam kubur. Jadi petasan itu lambang ledakan kebangkitan tubuh Kristus dari kubur

itu, bukan petasan dari pabrik.

2 Korintus 5 : 15 : “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang

hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan

telah dibangkitkan untuk mereka”


Ibrani 2 : 14 : “Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka

Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka,

supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut”

Jadi petasan itu lambang ledakan kuasa yang membangkitkan tubuh

Kristus, nien itu lambing maut dan lambing iblis yang dikalahkan ketika Kristus mati.

Kenapa matinya Kristus mengalahkan iblis? Kalau iblis itu penguasa maut berarti

setiap orang yang mati itu dibawah cengkeraman iblis, makanya tidak bisa keluar,

makanya jangan percaya ada orang mati keluar ganggu orang, itu tidak ada.

Di dalam kepercayaan tradisional, orang yang matinya kesasar itu jadi

setan. Setan itu malaikat yang jatuh bukan rohnya manusia. Tidak ada manusia jadi

setan. Tidak ada pula manusia jadi malaikat.

Manusia adalah manusia, malaikat adalah malaikat, setan adalah setan

sendiri. Menurut keyakinan Kristen sesudah mati tidak ada terjadi apa-apa rohnya

manusia menunggu penghakiman yaitu Tuhan Yesus datang nanti, makanya kita perlu

belajar lebih lanjut, membahas Injil dengan budaya lebih luas lagi. Jadi ketika menjadi

Kristen tidak tertinggal dalam pikiran ajaran-ajaran takhayul, tidak kompromi dengan

ajaran-ajaran takhayul ini.

Ternyata takhayul itu setelah kita selidiki jeritan psikologis. Orang takut

akan makin tua, orang takut akan mati, mereka membutuhkan ledakan yang

menghilangkan kematian itu. Ternyata itu adalah ledakan kebangkitan Kristus.

Jadi kalau orang mati itu di bawah tekanan iblis, Kristus itu mati betul

seolah-olah di bawah cengkeraman iblis, pada waktu Kristus bangkit lepas dari

cengkeraman iblis, berarti iblis tidak bisa mencengkram Kristus, berarti iblis

dikalahkan.
Nien dihancurkan oleh petasan kebangkitan itu dan petasan kebangkitan itu adalah

bangkitNya Kristus. Dia harusnya mencurahkan darahNya, warna merah, maka darah

Kristus mengusir nien tadi

Mengapa kita memakai warna merah ? ini lambang darah Kristus yang

telah dicurahkan untuk saudara dan saya bagi mengalahkan iblis dan kematian

sehingga kita menemukan sukacita. Maka ini warna kebahagiaan, warna sukacita,

sukacita keselamatan.

Jadi kalau merayakan imlek sekarang mengerti makna Kristen-nya. Merayakan Imlek

dengan pemahaman ini.

Akhirnya dewa dapur datang, hari ke-4, orang bersih-bersih rumah.

1 Korintus 3 : 16 : “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa

Roh Allah diam di dalam kamu?”

Bait itu apa ? Bait = rumah. Kita ini adalah rumahnya Allah, yang kita

bersihkan bukan rumah, kamarnya, memang itu perlu tetapi hati yang porak poranda

ini perlu dibersihkan, diluruskan.

Kalau di ortodoks ada minggu pengampunan dosa, memang ada caranya.

Kotorkan hati kita, o ya kotor rumah ini.

Markus 7 : 21-23 :

Kita najis bukan karena tersentuh barang-barang jasmani, itu hanya kotor,

bisa dicuci, tetapi yang betul-betul najis adalah hawa nafsu yang menggelegar dalam

dada. Hawa nafsu yang mendorong kita untuk berbuat yang tidak-tidak, caranya apa ?

Dengan bertobat, dengan mengatakan tidak kepada hawa nafsu, dengan meneliti

kembali ke dalam. Jangan hanya kau sapu kau bersihkan rumahmu tetapi tidak kau

bersihkan hatimu.
Pada waktu hari imlek, saudara menyapu rumah, membersihkan rumah,

memotong rambut dan semuanya, ingat itu hanya symbol tidak punya makna pada

dirinya sendiri itulah peringatan yang oleh budaya digambarkan dengan itu.

Peringatan untuk kita mau membersihkan batin ini.

Peringatan untuk kita mau membersihkan diri ini.

2 Korintus 5 : 16 : “Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang juga pun menurut

ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia,

sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian.”

Jadi jangan menilai visi manusia saja, yang jasmani saja, seperti menyapu, bersihkan

rumah bukan itu, lihat yang rohani, lihat yang dalam, lihat batinmu, lihat hidupmu..

Jadi pembersihan batin ini mengarah pada pembaharuan, maka..

2 Korintus 5 : 17 : “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang

lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”

Imlek menuntut kita untuk kita menghayati ciptaan baru di dalam Kristus, bukan baru

bajunya saja. Makanya kalau imlek, kita harus memakai baju baru. Karena ini

peringatan bahwa Kristus telah mati bagi kamu, darah-Nya tercurah, maka pakai baju

merah. Dan kamu harus hidup baru, makanya pakai baju baru. Dan di dalam Kristus

kamu adalah ciptaan yang baru. Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah

ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.

Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah

mendamaikan kita dengan diri-Nya. Jadi kita tahu kalau pembaharuan itu datangnya

dari Allah itu pemberian, maka akhirnya lambang mengingatkan diberi oleh Allah,

kita memberikan angpao. O ini pemberian, saling memberi.

Yang tua memberikan kepada yang muda. Jadi ini baik mengingatkan kita

bahwa semuanya ini pemberian. Semuanya ini karunia Allah, aku harus diperbaharui,
tetapi pembaharuan itu datangnya dari Allah. Allah yang mendamaikan saya dengan

diri-Nya, makanya gambarannya dewa dapur sudah turun lagi, nyatanya kaisar langit

tidak marah sama saya. Tahun ini saya akan mendapatkan berkat, hokky-nya makin

baik, sesungguhnya itu adalah cara manusia melihat hidup. Kita harus melihat cara

rohani bukan hanya yang duniawi saja.

Juga sehari menjelang imlek, menurut acara tradisional akan ada

sembahyangan, kecil pakai meja yang disebut sembahyangan ‘samseng’, di mana

mempersembahkan 3 jenis binatang.

Atau ‘ngoseng’, 5 binatang. Ditambah dengan ikan babi, ikan bandeng,

kalau ngoseng tambah kepiting. Apa ini artinya ? Kita tidak usah gitu (pakai cara itu)

Itu artinya korban, korban kita telah terjadi di atas salib, jadi kita tidak

memerlukan korban seperti daging babi, ikan bandeng, kepiting. Kepiting kalau

dimasak warnanya merah, berarti menggambarkan darah Kristus. Jadi ketika orang-

orang merayakan ngoseng / samseng, kita memperingati Kristus telah mati bagiku,

darahNya telah tercurah bagiku, Dia mendamaikan aku dengan Allah oleh

kematianNya. Indah sekali.

Ternyata tanpa sadar ada kebenaran Allah dinyatakan dalam kebenaran

imlek ini. Setelah kita menyadari di sana, o ternyata itu adalah bayang-bayang saja

seperti taurat itu bayang-bayang , wujudnya adalah Kristus, upacara-upacara orang

Yahudi itu adalah bayang-bayang tetapi wujudnya adalah Kristus. Upacara-upacara

budaya tionghoa juga bayang-bayang, yang digenapinya hanya di dalam Kristus.

Kolose 2 : 16-17

Saudara dapat merayakan imlek dengan damai sebagai orang Kristen

jikalau mengerti kalau itu adalah bayang-bayang saja wujudnya adalah Kristus.
Makanya saya juga merayakan imlek, saudara merayakan imlek. Dengan demikian

kita bisa menghayati budaya itu secara Kristen.

Jadilah orang tionghoa yang menghormati budaya itu tetapi hormati

budaya itu secara Kristen.

Pahami budaya itu dalam imanmu kepada Yesus Kristus.

Selanjutnya, di samping itu pada saat hari imlek kita dilarang mengucapkan yang

kotor-kotor, berkelahi pun tidak boleh.

Kalau kita ya bukan hanya imlek saja, kita tidak berkata kotor, tidak

berpikiran kotor atau berkelahi. Kita kan sudah makhluk baru, bukan hanya sekali

setahun jadi orang baru (baju baru, potongan baru, makanan baru). Itu hanya bayang-

bayang. Kita bukan hanya tidak ngomong kotor waktu imlek atau tidak berkelahi

waktu imlek saja tetapi seterusnya seharusnya pembicaraan kita jangan kata-kata

kotor yang keluar tetapi kata-kata yang membawa kasih karunia kepada orang lain.

Mulut kita harus mulut yang membawa berkat, mulut kita harus mulut

yang membawa damai sejahtera pada orang lain, makanya dikatakan bahwa kita

sekarang ada di dalam Allah,

“Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah

mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan

pendamaian itu kepada kami.”

Kepada kita ini dipercayakan pelayanan pendamaian ini untuk membawa

damai untuk orang lain maka mulutnya harus berisi ucapan-ucapan damai. Itu harus

menjadi gaya hidup kita, mulut kita harus membawa kebenaran Kristus, jadi setiap

imlek kita diperingatkan bahwa panggilanku untuk membawa damai ini bagi orang

lain, panggilanku untuk keselamatan ini kepada orang lain.


Jadi perayaan imlek bukan senang-senang baju baru tetapi hidup baru yang

ditandai dengan kerelaan membawa pembaruan ini kepada orang lain.

2 Korintus 5 : 19 “Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus

dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita

pendamaian itu kepada kami.”

Kalau dewa dapur itu hanya mitologi, angan-angan, yang mungkin jadi,

mungkin tidak. Dan kita tahu bahwa itu tidak mungkin terjadi, sebab dewa dapurnya

saja tidak ada. Dan kembali dengan membawa berita bahwa kaisar langit telah

mengampuni kamu, tetapi di dalam Kristus tidak demikian Allah mendamaikan dunia

dengan diriNya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka.

Mana ada agama yang mengajarkan begini, Allah mendamaikan kita dengan diriNya,

dan pelanggaran kita tidak dihitung, dosa kita dihapuskan, tetapi jangan berdosa lagi,

hiduplah di dalam kesucian. Yang digambarkan dengan kita memakai baju baru tadi.

Hiduplah dengan cinta kasih dengan saling memberi angpao, dengan saling memberi

makanan yang enak-enak. Kita membuat enak orang lain, membawa keselamatan

pada orang lain.

2 Korintus 5:20 ”Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah

menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta

kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah”

Marilah perayaan imlek menjadi sarana kita makin mendekat pada Allah,

perayaan imlek membawa kita mau didamaikan dengan Allah, perayaan imlek

membawa kita mau didamaikan dengan sesama kita. Simbol-simbol imlek tidak boleh

berhenti pada symbol harus diterjemahkan pada realita iman kita kepada Kristus, Dia

yang tidak mengenal dosa telah dibuatnya menjadi dosa karena kita supaya dalam DIa

kita dibenarkan oleh Allah. Dewa dapur kita yang sejati sudah pulang dari langit.
Sudah membawa pengampunan itu melalui kebangkitanNya dari antara

orang mati, kita tidak perlu merayakan dewa dapur, sebab sang dewa dapur sejati

Yesus Kristus telah membawa damai sejahtera dan keselamatan kepada kita.

Tuhan memberkati, selamat merayakan imlek


Transkrip 4

Kotbah Spesial Imlek II Gereja Bethany Father House Community Church


Gorontalo tanggal 22 Febuari 2015 kebaktian sore oleh Romo Daniel Byantoro
(Gereja Orthodox Indonesia).
Selanjutnya di sebut sebagai Sumber 2015 Sore.

Bapa Surgawi didalam nama FirmanMu yang telah menjadi manusia,

Yesus Kristus Tuhan kami.

Kami datang kepadaMu pada saat ini mengucapkan syukur karna oleh

rahmat dan perkenanMu, kami boleh bersama-sama datang ke tempat ini umtul

menghaturkan pujaan kami dan untuk mehonkan doa-doa kami. Tuhan skarang

waktunya kami ingin dikenyangkan oleh kebenaran sabda-Mu. Kami mohon kiranya

Engkau hadir ditengah kami melalui RohMu yang suci untuk menerangi hati kami,

untuk menerangi pikiran kami, sehingga sabdaMu boleh mendapatkan tempat di hati

kami. Mari Roh Kudus, bekerjalah di hati kami. Berbicaralah kepada kami. Dan kami

siap mendengarkan. Karna kami mohon semuanya ini di dalam nama Tuhan kami

Yesus Kristius. Amin.

Silahkan duduk.

Sin Nien Khuai Lek, Kung Si Fak Jay, Selamat Imlek.

Saudara-saudara sekalian, ini adalah kali yang kedua saya datang ke tempat ini. Dan

ini kali yang keberapa, telah beberapa kali saya berada diatas mimbar ini. Kalau

dimimbarnya bukan dua kali, datangnya Gorontalo dua kali.

Saya diminta untuk berbicara mengenai “Hubungan antara budaya Tionghoa dan

Injil”.

Saya katakan dalam waktu satu jam nggak mungkinlah untuk berbicara semua begitu

luas cakupan membicarakan mengenai budaya Tionghoa ini. Tadi pagi saya sudah

berbicara tentang Imlek. Saya tidak akan mengulang lagi. Kalu saudara mau tahu itu,
ada rekamannya. Dan saya yakin itu nanti mau ditaroh di Youtube ya, sehingga

saudara bisa melihat disana.

Kali ini saya ajak saudara membaca dari Markus 7:9-13. Kita baca demikian.

Yesus berkata pula kepada mereka: "Sungguh pandai kamu mengesampingkan

perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri. Karena Musa

telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya

atau ibunya harus mati. Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada

bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk

pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban--yaitu persembahan kepada Allah--,

maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatupun untuk bapanya atau

ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat

istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan."

Saudara-saudara, dari Tiongkok tidak pernah muncul agama besar. Yang asli produk

budaya Tiongkok. Agama Budha dari India. Apa yang sekarang disebut agama

Konghucu, Konghucu tidak pernah berpikir mendirikan agama. Beliau hanya

mengajarkan filsafat. Ketika negara Zhou ketika itu dalam keadaan kacau, beliau

berjalan kesana kemari mengajarkan filsafat, yang intinya ada dua.

Yang intinya adalah ‘ren’ sama ‘li’. ‘Ren’ artinya kemanusiaan, sikap iba

pada orang lain. Sikap perduli pada orang lain. Dan ‘li’ itu artinya upacara. Etika

memperlakukan orang dengan sebaik-baiknya. Dan itu dilakukan melalui lima jenis

hubungan. Hubungan raja dengan rakyatnya, hubungan orang tua dengan anaknya,

hubungan suami denga istrinya, dan hubungan saudara yang lebih tua dengan adik-

adiknya.

Jadi dari sini kita melihat bahwa filsafat konghucu itu hanya mengatur

relasi antar manusia dalam hidup di dunia ini. Dan Konghucu percaya kalau itu
dilakukan, lima macam hubungan ini dilakukan dengan berdasarkan ‘ren’ dan ‘li’

tadi, maka dunia akan mencapai kedamaian.

Konghucu tidak berbicara masalah kehidupan sesudah kematian. Beliau

mengatakan dalam satu tulisannya yang terkenal mengatakan: yang hidup aja ndak tau

kok berbicara yang mati, katanya. Ketika salah satu muridnya berkata kepada beliau,

kamu itu yang hidup aja ndak tau kok berbicara yang mati.

Berarti kalau begitu beliau tidak mengajarkan tentang kehidupan sesudah

kematian. Beliau hanya mengajarkan hubungan antar manusia terutama antar orang

tua dan anak. Sehingga inti dari pada budaya Tionghoa dari dulu sampai sekarang

adalah ketaatan anak kepada orang tua. Yang kita kenal dengan nama ‘hao’. Bakti

kepada orangtua, bakti yang sedemikian rupa yang kadang-kadang kebablasan.

Alkitab juga mengajarkan bakti, itu makanya saya baca tadi. Dikatakan, coba baca

lagi tadi.

Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang

mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati. Luar biasa, kan. Dalam hukum Musa,

siapa yang mengutuki ayahny atau ibunya, harus mati. Tetapi kamu berkata, kata

Yesus, Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku,

yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban.. maka

kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatupun untuk bapanya atau ibunya. Itu

salah !

Menurut ayat ini. Karna tidak mau memelihata ayah dan ibunya, kata :

udah, uang untuk kamu, pa, ma, udah untuk pelihara yang lain. Jadi aku nggak mau

perduli kamu lagi, karna aku sudah korban. Nah ini kalu istilah kita namanya ‘pu

thau’. Bahasa Indonesianya ndak ada ‘pu thau’ itu ya. Anak tidak berbakti itu terlalu

entheng, padahal kata ‘pu thau’ itu termasuk anak terkutuk, anak durhaka, gitu kan.
Karna anak itu dikatakan ‘pu thau’ itu kayak terkutuk, durhaka, tidak tau.. aduh.., tak

tanggung jawab dan macem-macem. Sesuatu yang negatif. Dan kita tidak suka

disebut ‘pu thau’. Sebagai ‘pu thau’ udah lah, kita sudah tidak ada harganya.

Nah, jadi kebanyakan dari generasi tua dikalangan etnis Tionghoa, mereka

menolak anak-anaknya menjadi Kristen hanya itu, takut nanti kalau anakku jadi

Kristen, tidak ada ‘hao’ lagi. Nanti kalau anakku jadi kristen, tidak mau berbakti

kepada aku lagi. Nanti kalu aku mati, siapa, nah, itu disini kebablasannya. Saudara,

didalam konsep tradisional Tionghoa. Manusia itu punya dua roh. Yang namanya

‘hun’ itu sisi ‘yang’ dan ‘hun’ ini bisa berkembang menjadi ‘shen’, ‘shen’ itu dewa.

Dan ‘pho’. ‘pho’ itu bagian roh yang rendah. Dan roh ini, kalok ‘hun’ nya tidak bisa

meningkat, ini nanti jadi ‘kwei’. ‘kwei’ itu setan. Jadi menurut ajaran tradisional

Tionghoa, manusia itu bisa jadi dewa, bisa jadi malaikat, bisa jadi setan.

Nah, kalu dia jadi setan, nanti bisa mengganggu anak cucunya. Oleh sebab

itu si roh dari engkong-lah, mak co-lah, mama, papa, itu harus dipelihara.

Dipeliharanya dengan jalan ditaroh dipanel itu ya, tulisan namanya ditaroh di altar di

rumah, ya, lalu diadakan upacara Ceng Beng. Ceng Beng itu upacara ke kuburan,

tujuannya untuk ini, untuk menjaga si orang tua ini supaya jangan keluarnya jadi

‘kwei’. Kalau dia jadi ‘kwei’ bisa menyebabkan sial, bisa menyebabkan kemelaratan,

bisa menyebabkan sakit penyakit, bisa mengganggu macam-macam. Nah itulah

sebabnya maka roh orang yang sudah mati ini harus tetap dijaga supaya tidak

menggangu anak cucunya.

Pada akhirnya supaya tidak mengganggu anak cucunya, kalau membuat

kuburan nggak boleh sembarangan, harus sesuai dengan fengsui. Kalau digunung ada

model naga sama macan, itu yang paling baik, sehingga itu membawa hoki kepada

yang hidup. Betul begitu ?


Dan orang kalau waktu Ceng Beng datang ke kuburan, bukan hanya

datang untuk membersihkan kuburan, datang untuk minta-minta pada yang mati.

Kong.. cucumu ini mau ujian, tolong Engkong tolong ya, supaya ujiannya lulus.

Kong.. anaknya anakmu ini mau jadi dokter, tolong kong supaya dia bisa jadi dokter.

Betulkah Engkong bisa nolong ? Waktu hidupnya saja ndak bisa, udah mati apa lagi.

Iya kan. Nah ini namanya ‘hao’ yang kebablasan.

‘Hao” harus. Bakti kepada orang tua, harus. Itu ajaran Kitab Suci.

Dikatakan barang siapa tidak perduli pada orang tuanya, maka dia melanggar firman

Tuhan. Bukan hanya itu. Kata Alkitab, barang siapa tidak memperdulikan

keluarganya itu lebih buruk dari orang kafir.

Coba kita baca 1 Timotius 5:8 kita baca begini.

“Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi

rumahnya, (termasuk mama papanya yang sudah tua) orang itu murtad (orang itu ‘pu

thau’) dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman.”

Berarti kalo gitu Injil itu tidak menetang penghormatan pada orang tua itu,

tidak. Malah menegaskan, kita memang harus menghormati orang tua. ‘Hao’ itu tidak

salah. Yang salah adalah ketika ‘hao’ itu kebablasan menjadi penyembahan kepada

roh-roh nenek moyang.

Ada permasalahan disitu, ya. Ada permasalahan di dalam konsep

tradisionil ini.

Permasalahan apa ? kalau tadi rohnya itu, ‘hun’ nya itu sesuai dengan

’yang’; nanti ‘pho’ nya itu sesuai dengan ‘yin’…. Tapi katanya, nanti kalau orang

mati, rohnya itu ada 3 : yang tinggal di plakat nama itu ada rohnya makanya

disembah, taruh di altar didalam rumah tangga, didalam rumah, kan; yang tinggal

dalam kuburan ; yang masuk dalam neraka. Repot kalo gitu. Yang mana ini. Kalau
gitu ada 5 roh manusia kalau gitu. ‘hun’, ‘pho’, yang tinggal dalam plakat, yang

tinggal dalam kuburan yang selalu dikunjungi waktu Ceng Beng, yang tinggal dalam

neraka.

Ajarannya jadi kacau. Mari kita lihat.

Dan yang ‘hun’ bisa jadi dewa, jadi ‘shen’, yang ‘pho’ bisa jadi ‘kwei’ jadi hantu

yang bisa mengganggu. Betulkah begitu ? Dan kemarin waktu saya di Jambi, saya

berbicara tentang ini. Diminta bicara tentang Budaya Tionghoa dan Injil, ada yang

tanya, apakah betul orang yang mati kesasar itu jadi setan? Mati kesasar yang

bagaimana ? Tabrak mobil, katanya, dia jadi setan.

Saudara, tidak ada roh manusia jadi setan. Setan itu adalah malaikat yang

jatuh. Setan menurut Alkitab itu tidak terjadi karena roh manusia yang mati belum

waktunya, yang mati tercekek, yang mati tenggelam di air, tidak, saudara.

Setan ini adalah malaikat pengikutnya Lucifer, yang karena

pemberontakannya kepada Allah, diusir dari sorga dan mereka disimpan dalam alam

kegelapan.

Coba kita baca Yudas 1:6, Sehingga dengan demikian saudara, ide duga-

duga, ide kira-kira yang tidak berdasarkan kebenaran wahyu illahi.. nah kita orang

Kristen, kita punya Alkitab, kita punya wahyu Illahi ndak usah percaya yang duga-

duga seperti itu. Ndak usah percaya yang kira-kira katanya seperti itu. Tidak usah.

Biarpun yang bicara engkong kita, atau makco kita, kalau masih hidup. Kita harus

mengikuti Firman Tuhan.

Yudas 1:6 dikatakan demikian, saudara ya,

Dan bahwa Ia (maksudnya Allah) menahan malaikat-malaikat yang tidak

taat pada batas-batas kekuasaan mereka, (karena apa , karena Lucifer ingin

menantang Allah, jadi tidak taat pada batas kuasaNya) tetapi yang meninggalkan
tempat kediaman mereka (kediaman mana ? kediamannya sebagai malaikat), dengan

belenggu abadi di dalam dunia kekelaman (sehingga malaikat itu menjadi mahluk

yang gelap, menjadi bala tentaranya penguasa kerajaan angkasa yang tak lain dan tak

bukan adalah Lucifer. Untuk apa mereka disitu ? ) sampai penghakiman pada hari

besar (hari terakhir).

Jadi kalau begitu saudara, menurut Alkitab tidak ada roh orang mati jadi

setan. Setan itui mahluk tersendiri. Siluman itu mahluk tersendiri. Di dalam Alkitab,

dunia binatang, dunia manusia, dunia malaikat, dunianya … Allah ndak punya dunia.

Allah itu masing-masing tegas, tidak saling lintas. Nah kalo dalam mitologi endak.

Binatang bisa ke Surga, namanya siapa ? Sun Go kong, itukan binatang, betul nggak ?

Lha Sun Go kong kok bisa ngomong, masuk ke Surga ngobrak-abrik Surga, itu

binatang apa gerangan ?

Ini memang pikiran mitologi memang gitu, saudara. Tapi kalo pikiran

Alkitab jelas. Yang binatang ya binatang.

Tapi pada saat yang bersamaan, Sun Go Kong itu juga siluman, berarti

alam setan kan. Lho, binatang kadang-kadang dewa, kadang-kadang siluman, gimana

sih ? Si muka babi itu, Tie Pat Kay itu sebutnya, itu juga gitu. Itu dewa tapi jadi

manusia, karna kawin, karna dia kan ganggu anaknya kepala desa itu kan. Tau

ceritanya kan ? lha kok dewa kok ngganggu anaknya kepal desa, jadi manusia,

manusai ngganteng. Tapi muncul binatang, lho gimana ini. Pikiran mitologi memang

gitu. Tidak ada batas mana binatang, mana siluman, mana malaikat, manaTuhan.

Pikiran Kristen tidak begitu. Tuhan ya Tuhan, binatang ya binatang,

manusia ya manusia, siluman itu setan. Dan setan itu bukan terjadi dari manusia,

karna tidak ada lintas spesies.


Masing-masing spesies punya tempatnya sendiri-sendiri. Nah kalau

saudara masih percaya seperti itu, berarti pikiran saudara masih pikiran animis.

Pikiran saudara masih pikiran mitologis. Bukan pikiran Kitab Suci.

Jadi kita lihat disini bahwa di dalam dunia roh itu ada dua, yang satu

dunianya malaikat yaitu dunia suci, yangsatu dunianya setan, dunia yang tidak suci.

Pura-puranya jadi seperti dunia malaikat. Ada rajanya, ada pengikut-pengikutnya.

Mari kita baca Efesus 2:2 dikatakan demikian saudara, ya,

“Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu

mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di

antara orang-orang durhaka.”

Berarti di angkasa yang tidak nampak itu ada kerajaan. Kerajaannya tidak

nampak, itulah kerajaan penguasa kegelapan, Lucifer ini, bersama pengikut-

pengikutnya yaitu malaikat-malaikat yang jatuh. Itu yang sering pura-pura jadi hantu,

jadi keluarga kita yang meninggal, katanya gitu.

Itu yang menipu manusia. Saudara jangan ditipu. Sebab Iblis itu kerjanya

memang menipu manusia, ingin menyesatkan manusia.

Kita baca dalam Yohanes 8:42 dikatakan oleh Yesus :

“Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan

bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam

kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia

berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.”

Ngomong sak omong ya dusta isinya. Mangkanya Iblis digambarkan

sebagai ular. Mengapa ? Kok tidak digambarkan sapi atau kambing gitu atao ayam ?

Kenapa ular ? Sebab ular itu satu-satunya binatang yang lidahnya bercabang dua.

Cabang dua itu lambang apa ? Pembohong. Dan dilidahnya itu satu-satunya binatang
yang ada racunnya yang mematikan. Racun untuk apa ? Untuk membunuh. Makanya

sifatnya pembohong dan pembunuh. Maka gambar yang tepat bukan sapi bukan

kambing. Sebab sapi dan kambing tidak punya lidah seperti itu, hanya ular. Jelas

saudara ?

Nah inilah, ini yang menjadi penguasa kerajaan angkasa itu. Dan dia

punya jendral-jendral dibawahnya dan kroco-kroconya. Nah kroco-kroconya itulah

yang suka jadi hantu itu. Kerjanya nakut-nakutin orang, gitu loh. Itu setan yang, ya

kalau saya katakan, setan… setan jalanan gitu ya.

Coba kita baca didalam Efesus 6:12 dikatakan,

“karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan

pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu

dunia yang gelap ini (itulah jendral-jendralnya karena punya kuasa punya kekuatan

istilahnya punya kesaktian maka digambarkan seperti ini karna punya kesaktian),

melawan roh-roh jahat di udara.”

Kita nggak bisa lihat. Kalau kita bisa lihat, nggak sempat bisa tidur. Ya

kan. Suana, sini, liat itu, jialan sana sini, wujudnya ndak karu-karuan, menakutkan.

Ngeri trus hidup ini. Puji Tuhan mata kita nggak bisa lihat. Tetapi itu ada. Lha roh-roh

jahat diudara ini yang kadang-kadang membohongi manusia, datang dalam mimpi

wujud Engkongnya, dapat datang dalam mimpi wujud Emaknya, dapat datang dalam

mimpi wujud Makconya, ato keluarga yang meninggal. Minta ini, minta itu, nanti

harus dibawa ke kuburannya. Akhirnya jadilah penyembahan kepada roh-roh itu,

penyembahan kepada berhala. Tujuannya setiap berhala itu penyembahan kepada roh

jahat itu sendiri.

Mari kita baca di dalam 1 korintus 10:19-20 dikatakan oleh Alkitab begini,
“Apakah yang kumaksudkan dengan perkataan itu? Bahwa persembahan berhala

adalah sesuatu? Atau bahwa berhala adalah sesuatu? Bukan! Apa yang kumaksudkan

ialah, bahwa persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan

kepada Allah. Dan aku tidak mau, bahwa kamu bersekutu dengan roh-roh jahat.”

Sembahlah berhala, dan saudara akan menyembah roh jahat. Dan berhala

itu namanya Engkong kita di kuburan. Ketika dia kita sudah kita sembah, ketika dia

sudah kita beri sesajen macem-macem, kepala babi dan macem-macem, saudara

sudah terjebak kedalam alam mereka.

Jelas ini. Jadi kalu gitu jangan lagi percaya kalao ada orang ngomong, ooh

itu roh nya saudaraku, tacikku, itu jadi ‘kwei’. Nggak ada itu. ‘Kwei’ itu setan. Setan

itu malaikat yang jatuh.

Nah, permasalahannya, kalau betul rohnya yang mati itu tinggal di

plakatnya yang ada di altar rumah tangga, rohnya yang mati itu tinggal dikuburan,

tapi pada waktu yang bersamaan rohnya yang mati ini ada dineraka.

Lho, mereka percaya pada reinkarnasi kan, roh yang mana ini ? Yang

inkarnasi yang mana ? Yang dalam plakat atau yang dalam kuburan atau yang dalam

neraka ? Bingung.

Kalau yang inkarnasi ini yang dalam neraka, kaco.., kan gini saudara, nah

ini pengaruh agama Tao sama agama Budha. Jadi menurut keyakinan tradisional,

ketika orang mati rohnya kan diseret sama dua dewa, satu kepala kuda, yang satu

kepala lembu. Diseret dibawa kedepan raja neraka, namanya Guan Lo Ong. Yaitu

kalo India itu Dewa Yama; orang Jawa bilang Sanhyang Wiyobojipati katanya.

Itu dewa ini nanti dia akan membuka catatan kehidupan orang ini, ya.

Dilihat sini, ooh orang ini sudah waktunya mati belum ? Kalo belum suruh kembali.
Ada cerita seorang raja, saya lupa namanya, setelah mati lalu dilihat oleh

Guan Lo Ong ini, ternyata dalam catatan dia orang ini belum mati jadi suruh kembali.

Wah terima kasih, kalo gitu terima kasih, saya nggak jadi masuk neraka.

Nah kalo gitu sebagai ucapan terima kasih apa yang saya berikan pada kamu ? Yang

disini tidak ada apa disini, nanti saya kirim dari dunia katanya.

Disini tidak ada semangka.

Oh iya, nanti saya kirim semangka itu.

Lah pulanglah raja ini, hidup lagi, maka setelah itu dia kirim semangka.

Dan sejak itulah dikalangan orang-orang tradisional, kalo ada orang mati,

ada semangka dipecah, betul nggak ? Semangkanya ..duoorr… dipecah gitu.

Tujuannya apa, tujuannya untuk menyuap Guan Lo Ong supaya yang mati ini nanti

tidak diperlakukan yang tidak-tidak.

Saudara, kalau mungkin saudara lahir sudah Kristen, ndak pernah dengar

cerita itu, skarang saya beri cerita itu. Jadi saudara tau, oh begitu, ternyata budaya

nenek moyangku gitu-gitu isinya kok dongeng ndak karuan gitu. Ya kan.

Akhirnya setelah itu, setelah Guan Lo Ong, ternyata orang itu orang

berdosa, nanti harus melewati 10 tempat penghukuman, saudara. Ooh.. kalau dosa

ini… lewat ini.. ini.. ini.. yang dihukum; ada 10 tempat penghukuman. Dan terakhir

setelah lewat tempat penghukuman 10, entah berapa tahun, tergantung bagaimana

berat dosanya, di masing-masing neraka, masing-masing neraka tempat penghukuman

itu berapa tahun. Akhirnya setelah selesai dihukum, nanti ada dewi. Dewi yang

memberikan minuman teh lupa diri. Setelah diminumi the ini dia lupa hidupnya yang

lalu, dia lupa pengalamannya di neraka, dia langsung masuk ke kaca ajaib, masuk ke

dunia, masuk perutnya orang sudah hamil, ini inkarnasi. Kalu itu dari agama Budha.

Ide hukuman tadi dari agama Budha.


Nah, saudara disini kita melihat bahwa didalam budaya tradisional itu

terlalu banyak ketakutan. Orang mati kok pertama-tama yang Neraka pasti, Surga

belum tentu, gitu gimana itu. Ya kan. Mati dibawa ke kerajaan Neraka dulu, nggak

dituntun ke Surga. Beda dengan kita.

Bagaimana kematian menurut ajaran kita ? jikalau orang itu sudah percaya

kepada Kristus, orang itu sudah beriman dan dibabtiskan menyatu dengan Kristus,

orang itu namanya terdaftar di Surga. Amin, saudara? Bukan Neraka. Ndak ada dewa

kepala sapi sama dewa kepala kerbau sama dewa kepala kuda yang menyeret kita ke

Neraka, ndak ada, sebab ndak ada dewa semacam itu, ya.

Mari kita baca, di dalam Lukas 10: 20

“Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi

bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga."

Jikalau kita beriman kepada Kristus dan kita menghidupi kehidupan kita

secara benar, Neraka nggak akan menyentuh kita. Yohanes 5:24 kita baca, saudara.

Tetapi hidupnya yang benar ya saudara, jangan sekedar beragama Kristen. Hiduplah

secara Kristen. Tidak hanya sekedar beragama Kristen. Kalau beragama Kristen, kan

namanya agama, ya nggak beda dengan agama-agama yang lain. Banyak orang

beragama Kristen tapi bukan orang Kristen. Karna tidak hidup secara Kristen. Jangan

hanya puas beragama Kristen. Hiduplah secara Kristen. Membiarkan Kristus hidup di

dalam diri. Membiarkan Roh Kudus menuntun kehidupanmu.

Dikatakan dalam Yohanes 5:24, saudara,

“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan

percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak

turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.”
Guan Lo Ong kuasanya lumpuh dihadapan Kristus Yesus, Amin ? Gian Lo

Ong tidak punya kuasa apa-apa dihadapan Kristus Yesus. Itulah sebabnya bagi orang

Kristen yang ada dipikirannya bukan Neraka dulu. Kalau orang tradisional, Neraka.

Masuk neraka dulu. Neraka sudah pasti, Surga belum tentu, gitu loh.

Tapi ini nggak, dia akan mendapat hidup kekal, dan tidak turut dihukum,

sebab dia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.

Nah, terus gimana kalau orang itu mati ? Orang beriman mati ? Lukas

16:19 kita baca demikian,

“Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap

hari ia bersukaria dalam kemewahan.”Apa itu maknanya jubah ungu, maknanya dia

itu bangsawan, itu pakaiannya bangsawan pada jaman Romawi, orang kaya. Ada

namanya nggak orang itu, orang kaya ini ada namanya nggak ?

Dalam ayat ini tidak ada. Mengapa tidak ada, berarti dimata Allah

namanya tidak tercatat dalam Kitab Kehidupan, itu calon Neraka. Orang kaya dibumi

belum tentu kaya di Suraga. Iya orang ini. Kaya dibumi, nanti kemana perginya ?

Ayat yang ke 20, “Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus,

badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu”

Ada namanya tidak? Ada. Berarti orang itu namanya tertulis didalam Kitab

Kehidupan. Ini gambarnya orang beriman. Yang namanya terdaftar di surga.

Namanya Lazarus. Itu berasal dari kata Lazar dalam bahasa Ibrani yang

merupakan singkatan dari kata Eliazar. Eli artinya Allahku, Azar artinya penolong,

Allahku adalah penolong. Berarti ini gambaran orang beriman yang mempunyai Allah

sebagai penolongnya.
Mengapa digambarkan seperti orang mengemis? Ya kita ini dihadapan

Allah kita ini siapa sih, kita memang raja nya ya Allah. Kita itu hanya mengemis

belas kasihanNya, mengemis kasih karuniaNya. Diberikan dengan cuma-cuma.

Ya untuk orang ini apa yang terjadi ? Teruskan ayat 21-22.

“dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu.

Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. Kemudian matilah orang

miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham.”

Itu saudara, orang beriman kalo mati bukan masuk ke tempatnya Guan Lo

Ong. Bukan. Orang Beriman kalo mati dia akan dijemput para malaikat, dibawa ke

Firdaus yang digambarkan sebagai Pangkuan Abraham ini. Belum Surga ya saudara.

Sebab masuk Surga itu perlu kebangkitan, nanti kalo Tuhan Yesus datang. Ini baru

tempat penantian untuk nanti masuk ke Surga. Namanya Firdaus.

Jadi sekarang belum ada orang masuk Surga itu. Sebab masuk Surga harus

menunggu kebangkitan. Menunggu Pengadilan Akhir. Ini Tempat Penantian, semisal

Surga. Namanya Firdaus. Dan kalau sudah disitu saudara, ya ndak bisa keluar lagi, ya

toh. Dia menikmati disana, nggak keluar lagi. Hanya kadang-kadang kalau ada tujuan

Allah, diijinkan. Contohnya Musa. Musakan sudah mati. Waktu Kristus dimuliakan

diatas gunung, siapa yang menampakkan diri ? Musa dan Elia. Berarti untuk tujuan

tertentu orang-orang yang ada di Firdaus itu diijinkan muncul tetapi orang yang dalam

Neraka.. Belum Neraka, karna belum ada kebangkitan. Tartarus. Itu adalah alam

semisal Neraka. Alam itulah yang di masuki oleh mereka yang tidak percaya kepada

Kristus.

Ayat 23, pak.


“Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di

alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus

duduk di pangkuannya.”

Itulah alam maut yang namanya Sheoul, atau namanya Hades.

Berarti orang mati itu sadar. Punya perasaan, masih. Dan ingat saudara-saudaranya

didunia, bukan tidak ingat.

Ayat 25.

“Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala

yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia

mendapat hiburan dan engkau sangat menderita.”

Berarti dianya waktu hidup dia lupa sama sekali. Maka orang kan kalo

orang sudah mati sudah aja. Itu bukan ajaran Kitab Suci. Menurut Kitab Suci, orang

mati masih ingat waktu hidupnya dulu.

“Ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu,

sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau

sangat menderita.”

Teruskan, ayat 26.

“Selain dari pada itu di antara kami ( yaitu Firdaus) dan engkau (yaitu Hades)

terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini

kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat

menyeberang.”

Ayat ini sering, sangat sering disalah gunakan.

Oh... tidak ada hubungan antara orang mati dengan orang hidup.

Ayat ini tidak berbicara antara orang mati dengan orang hidup. Ayat ini tidak

berbicara antara orang mati dengan orang mati. Yang satu di Firdaus, yang satu di
Hades. Jangan memperkosa ayat, yah. Demi keyakinan kita. Kita harus tunduk pada

bunyi ayat. Bukan ayat kita tundukkan mau kita. Jadi yang tidak ada hubungannya ini

apa ? Alam Firdaus sama alam Hades. Yang di Hades dapat melihat yang di Firdaus,

supaya apa, supaya deritanya makin nyata. Sakitkan hatinya, …aduuh… aku seperti

itu, ndak bisa... Yang di Firdaus nggak bisa lihat kecuali Abraham. Abaraham itu

gambarannya Allah. Lazarus nggak lihat. Supaya apa ? Sukacitanya tidak ditambah

dengan duka, melihat orang tersiksa. Sehingga yang di Firdaus mengalami sukacita

tanpa duka, yang di Hades mengalami dukacita tanpa suka sama sekali.

Ayat 27-28.

“Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau

menyuruh dia ke rumah ayahku., sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia

memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke

dalam tempat penderitaan ini.”

Lhoo ingat rumah ayahnya, pasti dia tau di Gorontalo, kampung apa gang

berapa nomer berapa cat apa, ingat semua itu. Jangan katakan orang mati ndak ingat

apa-apa. Itu bukan ajaran Alkitab. Orang mati masih mengingat siapa yang hidup.

Hanya mereka tidak jadi ‘kwei’ gitu lho. Hanya merek tidak dapat keluar. Ke Firdaus

aja ndak dapat, apa lagi keluar, ndak bisa. Jadi bukan mereka yang keluar

gentayangan, nih.

Nah, didalam bulan 7, tahun bulan, tanggal 15, itu dia datang Upacara

Sembayang Rebutan namanya. Atau Perayaan Hantu Kelaparan. Karna apa ? Mereka

yang ada dalam Neraka itu pada bulan itu selama sebulan diijinkan keluar dari Neraka

untuk mencari apa saja yang dibutuhkan, keman-mana, kerumah keluarganya

sehingga keluarganya disuruh menyediakan sajen, takut diganggu roh keluarganya

yang keluar dari… Cuti selama satu bulan dari Neraka untuk cari makanan di dunia.
Maka diadakanlah sajen besar-besaran di klenteng-klenteng. Kalo sudah dijadikan

rebutan, makanya disebut Sembayang Rebutan, gitu lho. Rebutan apa ? Rebutan sajen

tadi. Rebutan makanan tadi.

Saudara, Alkitab tidak pernah mengatakan ada cuti dari Neraka. Aah, kalo

pegawai sih bisa cuti. Kalo orang di Neraka ndak ada cutinya. Jadi Sembayang

Rebutan Cioko itu hanyalah merupakan ketakutan nenek moyang di jaman dulu akan

apa nasib yang disana.

Mereka menangis. Itu jeritan jiwa mereka yang tanpa sadar membutuhkan

pertolongan. Ternyata roh-roh ini membutuhkan pertolongan. Pertolongan dari alam

Neraka hanya mungkin di dalam Yesus Kristus. Bukan pada sesajian. Bukan pada

upacara-upacara oleh siapa, terserah, suhu dari klentang ato apa, bukan itu.

Yesus telah mati dan menghancurkan kuasa Neraka. Yesus telah mati

menghancurkan penguasa maut.

Coba kita baca dalam ibrani 2:14, saudara.

“Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging (maksudnya kita

punya tubuh jasmani), maka Ia (Ia itu Firman Allah atau Anak Allah) juga menjadi

sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh

kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut;”

Yesus oleh kematianNya mengalahkan iblis. Jadi kita tidak usah takut Iblis

itu lagi. Dia sudah dikalahkan. Kalo di Alkitab mengatakan, dia seperti singa yang

mengaum-ngaum. Bagi orang luar memang singa menakutkan, bagi kita itu singa

ompong, giginya sudah dicabut, taringnya sudah dicabut oleh Kristus. Jadi kita tidak

perlu mengadakan Sembayang Rebutan, karena memang tidak ada yang perlu di

rebutkan, dan tidak perlu memberi sajian pada orang yang mati, orang mati ndak

keluar dari kuburan, saudara.


Lagi pula, kalo sudah mati itu alamnya itu sudah beda. Ndak butuh

makanan seperti di dunia ini. Roh tidak makan. Yang makan adalah tubuh. Mereka

sudah tidak punya tubuh, gimana bisa makan. Jadi kalo kita mau berbakti kepada

orang tua, bukan caranya itu.

Waah, kalo orang tuanya sudah mati diberi sajian kepala babi, tapi waktu

hidupnya orang tuanya tidak dihormati sama sekali. Hal yang benar adalah waktu

orang tua hidup. Bukan waktu dia mati. Perbuatlah sebaik-baiknya untuk orang

yuamu waktu hidup ini. Waktu mati orang tuamu tidak membutuhkan apa-apa.

Engkau boleh mengirimkan rumah-rumahan dari kertas, atau televisi dari

kertas, atau mobil dari kertas. Dipikir hidup disana itu butuh mobil ? Apalagi kertas.

Dibakar ya ndak jadi mobil, jadi abu, sia-sia uangmu. Ngapain main-main kayak anak

kecil aja. Itukan kertas mainan akhitrnya. Ndak ada efeknya apa-apa.

Jadi kalo saudara mau berbuat ‘hao’, jadi anak yanga’hao’ lakukan pada

waktu sekarang hidup. Hormati oragng tuamu. Kalo kamu kaya, belikan rumah untuk

dia. Belikan, kalo kamu punya uang, perhatikan orang tuamu waktu hidup ini supaya

nanti tidak menyesal. Saya aja kadang-kadang menyesal, kenapa orang tua saya sudah

meninggal dulu, sebelum saya mampu membalas apa-apa. Seandainya masih hidup,

apa yang bisa saya buat. Saya sering pikir begitu.

Jadi kalo begitu gimana, apakah kita tidak boleh mengingat orang tua kita

yang meninggal , sebagai bentuk ‘hao’? Boleh, yang ngelarang siapa? Dalam

alkitabpun ada peringatan orang mati.

Coba kita baca, 2 Tawarikh 16:13-14.

“Kemudian Asa mendapat perhentian bersama-sama nenek moyangnya. Ia mati pada

tahun keempat puluh satu pemerintahannya, dan dikuburkan di kuburan yang telah

digali baginya di kota Daud. Mereka membaringkannya di atas petiduran yang penuh
dengan rempah-rempah dan segala macam rempah-rempah campuran yang

dicampur menurut cara pencampur rempah-rempah, lalu menyalakan api yang

sangat besar untuk menghormatinya.”

Jadi kalo Perjanjian Lama mereka menyalakan apai, apa salahnya

menyalakan lilin? Kalo di Perjanjian Lama mereka menyediakan rempah-rempah, apa

salahnya kita membersihkan setiap tahunnya kuburan dari pada keluarga kita yang

meninggal ? Boleh saja rayakan Ceng Beng, asal bukan menyembah minta apa-apa

pada yang mati. Boleh saja bersihkan kuburan itu, hiasi, untuk apa? Untuk

mengucapkan rasa terima kasih. Kalo aku ndak ada engkau papa, mama, mdak

mungkin aku ada seperti ini. Itu menunjukkan rasa terima kasih.

Kalau dalam Perjanjian Lama, “Ingatlah akan hambamu Abraham, Ishak

dan Yakub. Jadi kalo Tuahn aja disuruh minta diingatkan supaya anak cucunya itu

mendapat berkat dari Tuhan, akibat janji Tuhan pada mereka, kenapa kita tidak.

Jadi orang Kristen, menjadi orang Kristen bukan berarti akhirnya kita tidak

melakukan ‘hao’. Tetap. Hanya, kita harus pilah. Kalo ‘hao’ itu sudah berwujud

penyembahan, itu dilarang. Klau ‘hao’ itu sudah berwujud tahayul, itu dilarang.

Selama ‘hao’ itu sifatnya untuk mengingat jasa mereka, karna untuk menunjukkan

rasa terima kasih kita.

Kalo Ceng Beng datang saja situ, kalo mau doa bukan pada yang mati, doa

pada Allah. Doanya untuk apa ? Doa untuk memperingati jasa-jasa mereka. Berterima

kasih kepada Allah. Bukan pada doa yang mati. Engkong.. nanti biar aku ada banyak

hoginya, ya Engkong. Engkongnya tidak bisa berbuat apa-apa, ndak bisa jawab. Ya

saudara-saudara, ya.

Tidak ada 5 roh itu ndak ada. ‘hun’, ‘pho’, yang satu diplakat, yang satu di

kuburan, yang satu di Neraka. Tidak ada, itu cuma satu.


Dan tidak ada reinkarnasi, itupun tidak ada. Kita tidak percaya itu semua.

Mengapa ? Sebab ide reinkarnasi itu bertentangan dengan ide kebangkitan.

Kebangkitan artinya, dia ada satu roh, satu tubuh. Pada waktu mati, roh nya dibawa ke

Pangkuan Abraham, tubuhnya disitu menunggu kebangkitan.

Nanti kalo kebangkitan, tubuh yang sama ini akan oleh kuasa Allah dibangkitkan

keluar dari kuburan, rohnya disatukan. Nah, kalo inkarnasi, nanti tubuh mana yang

dipakek ? Lho itu beban kita. Aku reinkarnasinya pernah jadi tikus, umpamanya. Apa

tubuh tikusnya ? Ini ndak masuk akal saudara. Jadi kalau kita percaya pada

kebangkitan tubuh, kita tidak bisa percaya pada reinkarnasi.

Karna kebangkitan tubuh membutuhkan satu roh dan satu tubuh untuk dibangkitkan.

Reinkarnasi bisa macam-macam tergantung karmanya. Iya toh.

Orang bilang : oh, jangan makan daging kambing. Nanti barang kali

kambing kamu sembelih itu, itu nyawanya Engkongmu, jangan makanEngkong. Lho

Engkong kok jadi kambing, gimana.. Iya. Ini menghina. Ini bentuk ‘pu thao’

penghinaan pada nenek moyangnya sendiri. Tidak ada itu semua.

Nah inilah salah satu budaya yang kita harus pilah-pilah.

Boleh menghormati orang tua. Masang fotonya boleh ? Ya kenapa tidak, masak tidak

boleh. Yang tidak boleh : disembah.

Boleh ngkuti Ceng Beng, yang tidak boleh meminta-minta pada yang mati.

Boleh kita menghiasi kuburan orang tua kita. Tujuannya apa? Tujuannya untuk

mengingat bahwa mereka pernah berjasa.

Jadi untuk saudara-saudara yang belum percaya di luar sana, jangan takut kalo

anaknya mau jadi Kristen. Mereka tidak akan kehilangan ‘hao’nya, endak. Mereka

akan tetap m,enghotmati, tanpa harus menyembah saudara. Tanpa harus menjadikan
saudara sebagai dewa. Sebab tidak ada manusia jadi dewa. Dan memang menurut

Alkitab dewa-dewa itu tidak ada.

Di alam roh cuma ada malaikat. Malaikat roh yang baik dan roh yang

jahat. Dan untuk orang manusia, kalo mereka nanti masuk Neraka, nanti tempatnya di

Hades, di Tartarus; mereka yang akan masuk Surga tempatnya di Firdaus. Satu tidak

melangkah ke tempat yang lain. Jadi kalau gitu, saudara sebagai orang Kristen mulai

berpijak pada jalan Kitab, jangan tahayul-tahayul.

Kristus telah membebaskan kita dari ketakutan akan kematian. Kristus mati bagi kita

supaya kita dilepaskan dari ketakutan itu.

Baca lagi, ibrani 2:14-15.

supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas

maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur

hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.

Saudara diperhambakan kepada berhala macem-macem. Punya Toapekong

macem-macem, karna takut.

Toapekong kita sering ngarang-ngarang sendiri. Kalo kita punya Tuhan Yesus, nggak

usah takut, percaya saja. Tidak ada setan belang yang mengganggu kita. Tidak ada

orang mati yang jadi hantu ngganggu kita, tidak ada nenek moyang kita yang mati

akhirnya menyebabkan hidup kita sengsara. Yang memerlukan kita harus pakek

jiamsi, ramalan. Pake guamia semua itu. Nggak ada semua itu.

Semua kembalinya pada Firman Tuhan.

Saudara akhirnya dibebaskan dari rasa takut. Takut diganggu ini, takut diganggu itu.

Sebab Yesus adalah Raja segala raja. Kita taklukkan pada Yesus, semua dikalahkan.

Saudara jangan mau lagi ditaklukkan pada itu roh-roh yang lemah. Itu roh jahat dan

semuanya.
Kalo rajanya sudah dikalahkan, iblisnya sudah dikalahkan oleh Yesus,

maka antek-anteknya dibawahnya pasti sudah kalah. Siapa yang lebih menang dari

pada orang percaya Tuha Yesus. Amin saudara?

Nah, inilah salah satu aspek dari budaya Tionghoa yang setelah kita

selidiki dengan Injil, Injil masih jauh lebih luar biasa. Amin? Kristus masih jauh lebih

luar biasa.Saya tidak dapat berbicara dengan bahannya yang lain. Suatu kali nanti kita

akan berbicara mungkin secara khusus, ada seminar, membahas satu persatu, kalo

Fengsui itu bagaimana, kalo guamia itu bagimana, kalo shio itu bagaimana. Kita

bicarakan nanti satu-satu. Supaya sudara tidak dipengaruhi yang gitu-gitu. Supaya

saudara-saudara boleh jadi orang Tionghoa, boleh memahami budayanya, tapi lihatlah

dari kacamat Injil.

Lihatlah dari kacamata injil. Apa yang bertentangan dengan Injil harus kita

tinggalkan. Apa yang bersifat tahayul dan penyembahan berhala harus kita tinggalkan.

Yang netral kita pakek. Ini saya pakek ini warna merah ini, sengaja saya buat jubah

untuk kalo saya merayakan Imlek.

Tapi saya merayakannya bukan di klenteng, di gereja, gitu, menyembahnya pada

Kristus.

Saya sudah menjelaskan Imlek tadi pagi, makanya saya ndak usah menjelaskan.

Saya menjelaskan mengenai makan ‘hao’. ‘Hao’ itu lakukan selama orang tua kita

hidup. Bukan waktu mati. Kalau waktu mati nggak ada gunanya.

Biarpun ada mimpi orang tuanya datang minta ini-itu, yang datang bukan orang

tuamu, itu roh jahat. Yang datang bukan keluargamu, itu malaikat yang telah jatuh.

Jangan diikuti, karna mereka selalu berdusta.

Saya kira saudara, itu yang dapat saya bagikan hari ini. Jadilah orang Tionghoa,

cintailah budayamu, tapi jadilah orang Kristen. Saring budaya itu menurut ajaran
Kitab Suci. Nikmati itu didalam terang Injil. Hormati itu didalam terang Injil. Injil

datang bukan untuk menghancurkan budaya. Injil datang untuk mentransformasi

budaya. Jadi saudara tetap jadi orang Tionghoa, bukan jadi orang Barat, tetapi

menjadi orang Tionghoa yang sudah mendapat pencerahan dari Injil. Amen saudara-

saudara ?

Puji Tuhan saya kira itu yang saya dapat sampaikan untuk malam ini.

Tuhan memberkati kita semua.

Amin.
Transkrip 5.

Chinese Characters and the Scriptures: Exploring the Amazing Ancient Stories
(Draft in Progress) Sebagai data pendukung Kotbah Imlek Gereja Bethany
Father House Community Church Gorontalo tanggal 10 Febuari 2013 oleh
Pastor David Hanany Miliando, M. Th.
Selanjutnya di sebut sebagai Sumber Chinese Characters and the Scriptures.

Chinese is one of the oldest continuously written languages in the world. It came

about in 2,500 B.C., centuries before the Egyptians built their pyramids. This date

coincides closely with the time (2218 B.C.) of the great dispersal of peoples from the

tower of Babel (Babylon, Iraq). According to what was recorded in the Bible, before

that time, the whole world had only one language and a common speech. But after the

great dispersal, the people were from then on scattered all over the earth and the

languages of the people were divided. (Genesis 11:1-9)

In this section, I will introduce to you how the ancient Chinese characters were

invented and explore the similarities between the stories hidden in the ancient

characters and the Christian Scriptures. And hopefully at the end of this session, you

will be able to find out your own answers to these two questions:

1) Could the ancient Chinese people have known the same history recorded in the

Bible?

2) Is there any evidence to be found in the characters of the ancient Chinese written

language that suggests that those who formulated the language had knowledge of pre-

Babel Biblical history?

How Chinese Characters Were Invented


First you need to know that Chinese writings do not use letters; they use characters in

picture form. The inventors of the characters drew simple pictures to express words or

ideas. These simple pictures were then combined to make more complex thoughts.

For example, the inventor drew “” to represent the sun; “” the moon; “” mountain; “”

tree; “” man; “” cow; “” lamb; “” mouth and so on. Generations after generations

later, these ancient characters evolved into their modern forms 日, 月, 山, 木, 人, 牛,

羊, 口 respectively. These simple pictures were then combined to make more complex

thoughts. For example, if you put “the sun (日)” and “the moon (月)” together, it

makes the word “bright (明)”. To make the word “woods (林)”, you put two “trees

(木)” together. To make the word “forest (森), you add another “tree (木)” on the top

of “林 (woods)” to indicate many trees. To make the word “worship (拜), you add

two “hands (手)” together. And when there are three hands (掱) appearing at the same

time, that means there is an unwanted third hand. That makes the word “pick pocket”.

Isn’t it fascinating!

Ancient Chinese writings are unique because somehow they have this ability to

capture Chinese history and global events. Well-known global history and common

everyday things were used to make a word so people could remember it.

Biblical Stories Hidden in the Ancient Characters

Now let’s consider a few Bible stories and some traditional Chinese characters. Then

from the evidence, you can determine for yourself whether the connection is just a

random coincidence or by design.

Starting from the Book of Genesis, “… God said, ‘Let us make mankind in our image,

in our likeness…’ “Then the LORD God formed a man from the dust of the ground
and breathed into his nostrils the breath of life, and the man became a living being.”

(Genesis 1:26 and Genesis 2:7)

Now how do we write “to make (造)” in Chinese? Notice this character is made up of

four components: “土” (means dust), “口” (means a mouth), “丿” (means movement

or life), and “辶” (means able to walk). Isn’t it interesting that within the word for “to

make” is found the characters representing a “living dust person?” And notice here,

the first living dust person was created not as a baby but as an adult, able to walk! So

right from the word “to create (造)”, you know that the creation story was recorded

there.

After the creation of the first living dust person and the woman, Eve, the Bible says,

“Now the LORD God had planted a garden in the east, in Eden; and there he put the

man he had formed (made). The LORD God made all kinds of trees grow out of the

ground - trees that were pleasing to the eye and good for food. In the middle of the

garden were the tree of life and the tree of the knowledge of good and evil.” (Genesis

2:8-9) And the Lord God gave the man orders, saying, “‘You are free to eat from any

tree in the garden; but you must not eat from the tree of the knowledge of good and

evil, for when you eat from it you will certainly die.’ ” (Genesis 2:16-17). Man was

forbidden to eat one of the two trees – If he ate the forbidden tree, the other would be

taken from him also. That was His first command to man.

Now how do we write the Chinese word “to forbid or forbidden (禁)”? Look at this

character closely if you have not yet noticed the two trees on the top. This character

(to forbid) has something to do with two trees - the two prominent trees in the garden

(the tree of life and the tree of the knowledge of good and evil). Notice this character

is made of two components: the upper portion “two trees (林)” and the bottom
“command “示”. The inventor of this character seemed to be telling us that the first

command from God had something to do with the trees planted in the garden.

“Now the serpent (devil or Satan) was more cunning than any beast of the field which

the Lord God had made.” (Genesis 3:1) He came to tempt the woman and the woman

fell. Here how do you write the Chinese character for “devil or Satan (魔)? Alright,

there was a garden (田) and then there was a movement (丿). One guy came to man

(儿) secretly (厶). And this became the word for devil (鬼). But where did this devil

come? He came among the trees (林), under cover (广). He came as a tempter to

seduce Eve. Can you see the story that the inventor of this character was trying to tell

us?

Unfortunately, “When the woman saw that the fruit of the tree was good for food and

pleasing to the eye, and also desirable for gaining wisdom, she took some and ate it.

She also gave some to her husband, who was with her, and he ate it.” (Genesis 3:6)

How do we write the Chinese character for “to desire or to lust (婪)”? Again, it has

something to do with the trees (林). But it was the woman (女) who desired and lusted

for it first. Isn’t it aligning with what the Bible says?

After eating the fruit (果), “Then the eyes of both of them were opened, and they

realized they were naked; so they sewed fig leaves together and made coverings for

themselves.” (Genesis 3:7) They wore clothing to cover their nakedness. There are

two characters for “naked (倮/裸)” in Chinese. If you add the ancient characters of

“man (亻) and “fruit (果)” together, it makes the word “naked (倮)”. If you add the

ancient characters of “clothing (衤)” and “fruit (果)” together, it makes another form

of the word “naked (裸)”. Isn’t it amazing that both have something to do with the

fruit (果)!
After they realized that they were naked, “Then the man and his wife heard the sound

of the LORD God as he was walking in the garden in the cool of the day, and they hid

from the LORD God among the trees of the garden.” (Genesis 3:8) Why did Adam

and Eve go into hiding? That is because they felt the guilt and shame of sin. Now how

do you write “quilt (愧)” in Chinese? Have you noticed the two components of this

character: “heart (忄)” and the “devil (鬼)”? What happened? It is all because of the”

tempter (鬼)” in the beginning. The devil got a foothold of man’s life. So now all men

are under “quilt (愧)”.

What punishment did Eve receive for her sin? Unto the woman God said, “I will make

your pains in childbearing very severe; with painful labor you will give birth to

children...” (Genesis 3:16) And what punishment did man receive for his sin? To

Adam God said, “Cursed is the ground because of you; through painful toil you will

eat food from it all the days of your life. It will produce thorns and thistles for you,

and you will eat the plants of the field.” (Genesis 3:17-18) There are two characters

for “painful or sorrow”: one is “苦” and the other “楚”. The first one “苦” has

something to do with the thistles or weeds “艹”; the second (楚) has something to do

with the forbidden tree (林). Again, is it simply a coincidence?

Next we come to the flood in Genesis 7. In verse 7, “And Noah and his sons and his

wife and his sons’ wives entered the ark to escape the waters of the flood.” Notice that

the Chinese word for ark - a big boat or a large ocean going vessel (船), is made of a

“boat (舟)” with “eight (八) people (口). This character “口” has two meanings. It

means mouth; it can also mean people. Here why eight people in the boat? Notice

what verse 7 says: Noah and his wife, 3 sons and their wives. That’s eight! The first
time a big boat was used, eight people were inside. Can you see the story that the

inventor was trying to tell us?

The tower of Babel is another major global event in the ancient Biblical history. And

here the world espoused wickedness again. “Now the whole world had one language

and a common speech.” (Genesis 11:1) “They said to each other, ‘Come, let’s make

bricks and

bake them thoroughly.’ They used brick instead of stone, and tar for mortar.” (Genesis

11:3) Can you imagine the material of the tower that the inventor of this character

“tower (塔)” has in mind is also brick? But remember this first. In the ancient time,

brick is made of clay (土) and grass (艹).

Let’s look in more detail at the word “tower (塔)” in Chinese. The right side, middle

portion of this character (塔) tells us that at that time all the “people (人)” speaking

with “one (一)” “language/mouth (口). And they were “united (合)”. But they were

united for something evil. They said to one another “Come, let us build ourselves a

city, with a tower that reaches to the heavens, so that we may make a name for

ourselves; otherwise we will be scattered over the face of the whole earth.” (Genesis

3:4) So they took “grass (艹)” and “clay (土)” making them into bricks and built the

big “tower (塔)”. So the first time “tower (塔)” is used in Chinese history, it pertained

to people in unity together building something with brick.

Because they were united to do evil, “So the LORD scattered them from there all over

the earth, and they stopped building the city. That is why it was called Babel - because

there the LORD confused the language of the whole world. From there the LORD

scattered them over the face of the whole earth.” (Genesis 11:8-9) So from then on, all

nations migrated or moved from Babylon and the Chinese might have migrated or
walked from the west to China. But why it was from the west? That is because from

China, Babel is in the west.

Let’s analyze the word “migrate (遷)” The right portion of this word (遷) tells us that

in the “west (西)”, there was a “great (大)” “division (巳)” and the Chinese people

started to “migrate or walk (辶)” from there. So the Chinese might have migrated

from the tower of Babel and settled in the land of China. (According to Biblical

scholars, the Chinese race is the descendent of Shan, one of Noah’s sons.

Interestingly, Abraham was also a descendent of Shan. So the Israelites and Chinese

might have shared a common heritage although today our colors of skin are very

different.)

Thankfully, although we have all fallen into sin, God did not want to forsake

relationship with man. So what did God do? The Old Testament tells us that God

institutes a system of blood sacrifice (犧or 犠) for the forgiveness of our sin. Notice

this ancient character “sacrifice (犧)” has four components: “cow (牜)”, “lamb (羊)”,

“without blemish (秀)” and “spear (戈)”. Can you see the story that the inventor of

this ancient character was trying to tell us? Take the “cow (牜)”, take the “lamb (羊)

but it got to be “without blemish (秀)”, kill them with a “spear (戈)” and offer as a

“sacrifice (犧)”. This is exactly what was said in the Bible. Do you see that the whole

concept of the blood sacrifice is already in this one word (犧)”? Again, is it a

coincidence?

The New Testament mentions about the sacrifice as well. When John the Baptist first

saw Jesus walking towards him, he said, “Look, the Lamb of God, who takes away

the sin of the world! “ (John 1:29) Paul also says, “But now in Christ Jesus you who

once were far away have been brought near by the blood of Christ.” (Ephesians 2:13)
It is because “God made him who had no sin to be sin for us, so that in him we might

become the righteousness (義) of God.” (2 Corinthians 5:21). Now let’s take a look at

the Chinese character “righteousness (義)”. Notice that it is made of three

components: “lamb (羊)”, “hand (手)” and “spear (戈)”. It says “take a ‘lamb (羊)’

with your ‘hand (手)’, and take a ‘spear (戈)’ and pierce. Yes, a spear and pierce

Him! And according to what is recorded in the Bible, this had already happened on

Calvary about two thousand years ago. Can you try to imagine what the inventor of

this character had in mind at the time he was inventing this word? Did you see the

similarities with what were recorded in the Bible?

The God “Shang Di” that Ancient Chinese Worshiped

Now in China, the first dynasty with actual written records and documents is the

Shang Dynasty (商朝, 1776 - 1122 B.C.). That means those historical documents are

still available in museums and libraries. And this is roughly the same period as the

time of Exodus all the way to the Book of Judges. So while Moses and Joshua are

leading the people into the Promised Land, the Shang Dynasty existed in China.

According to Historical Records (史記) written by Sima Qian (司馬遷, 135-86 B.C.)

who was China’s greatest historian, in the first 2,000 years of their history, including

the Shang Dynasty, the Chinese people worshipped a singular supreme Most High

God called Shang Di (上帝). Shang Di means the King (帝) that lives above (上).

This “Shang Di” has sovereignty over the nations. Like what was said in Daniel

chapter 2, “He removes kings and He raise up kings.” This “Shang Di” also governs

the rains, the wind and all the elements of the nature. So they also called Him “the

Lord of the Harvest (莊稼的主)”. Isn’t that interesting! Jesus also said that you have

to pray to “the Lord of the Harvest.” (Matthew 9:38).


When you read other historical records such as Classics of History (尚書), Classics of

Poetry (詩經) and Confucius’ Records of Rites (禮記), you will also find “Shang Di”

is the same Jehovah God of the Bible. He has exactly the same character, nature and

power of the God of the Bible. But while the Hebrew people called Him Yahweh, or

Jehovah, the Chinese people from the beginning called Him “Shang Di (上帝)” or

Tian (天), or Shang Tian (上天). It means the Most High God. Notice how we write

the character (天). Everything that is big (大), He is on top (一) of all of them. He is

the creator God.

You might be wondering how we can be 100% sure that this “Shang Di” is the same

Jehovah God of the Bible? Well “Shang Di” is mentioned 175 times in the Chinese

classics. So you don’t have to second guess. You can have a very clear idea who He is

like.

The Characters of the Most High God “Shang Di”

There is a song found in the Collected Statues of the Ming Dynasty, describing the

creator God, Shang Di (上帝). “Of old in the beginning, there was the great chaos,

without form and dark. The five planets had not begun to revolve, nor the two lights

to shine. In the midst of it there existed neither form nor sound. You, O spiritual

Sovereign, came forth in Your sovereignty, and first did separate the impure from the

pure. You made heaven; You made

earth; You made man. All things became alive with reproducing power.” (Collected

Statues of the Ming Dynasty, Vol. 82, p.28) The original text in Chinese is this:

“於昔洪荒之初兮, 混蒙; 五行未運兮, 兩曜未明; 其中挺立兮, 有無容聲;

神皇出御兮, 始判濁清; 立天立地兮, 羣物生生.” (大明會典 第82 卷28 页)


Now doesn’t this commentary sound exactly like the Book of Genesis? It says in

verse 1 and 2, “In the beginning God created the heavens and the earth. Now the earth

was formless and empty, darkness was over the surface of the deep, and the Spirit of

God was hovering over the waters.” It also says God separated light from darkness,

and the land from the waters. He also created trees and plants, fish and birds and

beasts of the field. And then He created man. All were given reproducing power to

produce after their own kind.

The Shang Dynasty was later conquered by the Zhou Dynasty (周朝, 1122 - 255

B.C). In the Classics of Poetry (詩經), it mentioned about Shang Di’s sovereignty. It

said that “The descendants of Shang Dynasty were in number more than hundreds of

thousands. But when Shang Di gave command, they became subject to Zhou.”

(Classic of Poetry, Da Ya, Anecdotes of King Wen, End of Chapter 4) Here is the

original text in Chinese: “商之孫子, 其麗不億. 上帝既命, 侯於周服.” (詩經, 大雅,

文王之什, 文王) So “Shang Di” has all the authority over the nations and this is what

the Bible teaches.

The ancient Chinese believed “Shang Di” is all powerful. Here in the Classics of

Poetry it says “Mysterious Almighty Heaven is able to strengthen anything.” (Classis

of Poetry, Da Ya, Anecdotes of Tang, Homage, Chapter 7, Verse 4) “藐藐昊天,

無不克固.” (詩經, 大雅, 蕩之什, 瞻仰) Similarily, the God of the Bible is

omnipotent. The Bible says “Is there anything too hard for God?” No, there is nothing

too hard for Him.

They also believed that Shang Di is all knowing. He is omniscient. Here in the

Classics of Poetry it says, “O Almighty Shang Di, You come to us in Your majesty.

You discern all that is happening for the peace of the people.” (Classic of Poetry, Da

Ya, Anecdotes of King Wen, Huang Yi, Verse 1”


“皇矣上帝,臨下有赫,監視四方,求民之莫.” (詩經, 大雅, 文王之什, 皇矣) So there

is no secret that Shang Di doesn’t know. He knows all things.

They even believed Shang Di is ever present. In Confucius’ Record of Rites, it says,

“Shang Di is revered because His will extends to the nine limits (everywhere).”

(Record of Rites, Confucius, Xian Ju, Verse 29) “上帝是祗, 帝命式於九圍.” (禮記,

孔子, 閒居) That means He is everywhere. And this is written by Confucius himself.

Same as Christians, the ancient Chinese also believe Shang Di is love. In Classic of

History, it says, “Heaven loves the people, the ruler should honor Heaven.” (Classic

of History, Book of Zhou, The Great Declaration, Middle Section, Paragraph 4)

“惟天惠民, 惟闢奉天.” (尚書, 周書, 泰誓中)

And there are other records that say “Shang Di” is eternal. He is righteous; He is just;

He is holy. He is compassionate and full of grace. He is faithful; He is wise; He is a

good God. So when you look at all these attributes, you can only come to one logical

conclusion. The Shang Di that the Chinese believe in is surly the same Jehovah God

of the Old Testament in the Bible. They believed in the same God that we Christians

believe in. He reveals Himself to all.

The Sacrifice System the Ancient Chinese offered to Their God “Shang Di”

Sima Qian, in his Historical Record, recorded that China’s first king, Huang Di (2,500

– 2,400 B.C), went to Tai Shan or Mount Tai in Shandong Province. There he built an

altar and offered sacrifices to the Most High God “Shang Di”. And that was 4,500

years ago. Sima Qian said that this ritual was always done at the outskirt of the city.

In this record, it says “In ancient times, the Son of Heaven of the Xia Dynasty

personally and reverentially sacrificed to Shang Di at the border that was why it is

called the Border (Sacrifice).” (Historical Records, Vol. 10, Chron 10, Xia Wen &
Vol. 28, Book 6, Feng Shan) “古者天子夏躬親禮記祀上帝於郊, 故曰郊.” (史記,

卷10, 本紀10, 孝文本紀, 28, 書6, 封蟬書)

Confucius considered the border sacrifices the most important activity of men. This is

what Confucius wrote, “The ceremonies of the celestial and terrestrial sacrifices are

those by which men serve Shang Di.” (The Doctrine of Mean, Chapter 19, Verse 6)

“郊社之禮, 所以事上帝也.” (中庸, 19 章, 6 節)

This is how the ceremonies were performed: five days before the ceremony, all

animals to be sacrificed were inspected. They must be the first born, without blemish

and must be totally clean. And this is exactly what God required in the Old Testament

– first born, without spot, without blemish. Now three days before the ceremony, the

Emperor would go on a total fast to sanctify his mind, his soul and his body. And

during this time he is to seek the Most High God “Shang Di”. And the day before the

sacrifice, the emperor comes in and begins to wash his hands in a basin. He comes

before a tablet with the most holy inscription. The inscription says “Huang Tian

Shang Di” (The Supreme Lord of Harvest). On the day of sacrifice, the emperor

wakes up early in the morning; he washes his face and hands in a golden basin, just

like the priests would do at the laver. Incense will be burnt and then just like a church

service, he would sing songs of sacrifices and praise and worship unto Shang Di.

More interestingly, all the songs they sang contain similar truths that can be found in

the Bible. For example, in the “Song of Beginning Peace” (元和之曲), the second

song in the list, it says, “Lord Di, when you separated the Yin and the Yang, (That

means the heavens and the earth.) Your creative work had begun. You did produce, O

Spirit, the seven elements (The Sun, Moon and five planets; that was what Chinese

understood of heavens in those days.) Their beautiful and brilliant lights lit up the

circular sky and square earth. All things were good. ‘I, Your servant, thank you
fearfully, and while I worship, present this memorial to You, O Di, calling you

Sovereign. (Ming Statues, Vol. 82, p. 28) “(帝闢陰陽兮, 造化張, 神生七政兮,

精華光, 圓覆方載兮, 爪物康, 臣敢祗報兮, 拜鷹帝日皇.” (大明會典, 82 冊, 2 頁).

This is just like Genesis chapter one. God separates the heavens and the earth. And

then God created the Sun, the Moon and the planets. And then God said, “Let there be

light,” and

there was light. God saw that the light was good, and he separated the light from the

darkness. God called the light ‘day,’ and the darkness he called ‘night.’ And there was

evening, and there was morning—the first day.” (Genesis 1:3-5) That is Genesis

chapter one!

And then there is the song “Xiu He Song (休和之曲阜)” that was even more

amazing. It says, “You have promised, O Di, to hear us, for You are our Father, Your

child dull and unenlightened, am unable to show forth my dutiful feelings. I thank

you, that You have accepted our pronouncement. Honorable is your great name. With

reverence we spread out these gems and silks, and as swallows rejoicing in the spring,

praise Your abundant love.” (Ming Statues, Vol. 82, p. 28) “帝垂聽兮, 義若親,

子職庸昧兮, 無由申, 冊表荷鑒兮, 泰號式尊, 敬陳玉帛兮, 燕賀洪仁.”(大明会典,

82 册, 28页)

The first line was amazing: “You have promised, O Di, to hear us, for You are our

Father.” Do you know that only the God of Bible is considered a wonderful Heavenly

Father? And the ancient Chinese believed in that of their Shang Di.

After they have sung a dozen songs, the animals are now ready to be sacrificed. But

along the way to be slain, they have to pass through a tunnel called the Gates of Hell.

In other words, the Chinese understand this. The lambs, the goats and the bulls, have
taken on the sins of all mankind as their penalty. That is exactly what the Bible taught

in the Old Testament. Every time when they come before the Lord during the feast,

the sins are transmitted to the lambs, the sheep and the goats. And they are supposed

to take this penalty on behalf of sinful men. Can you see what Israel is doing in the

west the Chinese are doing in the East at the same time. Hebrew 9:22 says, “In fact,

the law requires that nearly everything be cleansed with blood, and without the

shedding of blood there is no forgiveness.” The Chinese already understood the

importance of blood sacrifices.

Now only the emperor himself could perform the boarder sacrifices ceremony. So the

emperors functioned as high priests. They came before the altar and offered the

sacrifices on behalf of the sins of the people. So they were both kings and priests unto

their God. Just like what the Bible would teach. But they became tired of those rituals.

So like the nation of Israel in the west, the Chinese had a very elaborated blood

sacrifice system. And like the Israelites, the emperors performed this for thousands of

years without fully understanding why. Once in a while, you have emperors who no

longer wanted to do this.

We find this to be true under King “Qin Shi Huang’s” reign (259-210 B.C.) Although

he united China, he was the most corrupt king in Chinese history. And he rejected the

worship of Shang Di. It was during his reign that massive idolatry came into China. It

was during his time when Daoism, Buddhism and Confucianism grew and dominated

the Chinese people.

In China today, the most beautiful and elegant of all the ancient construction is the

Temple of Heaven. It was built in 1420 during the Ming Dynasty. It contains the

largest altar in the history of the world for the worship of the Heaven, for the worship
of the singular God. But unlike other temples where you will find idols or statues, in

the Temple of Heaven, you will

not see a single idol or a graven image. Many people considered this to be a Daoist

temple. But the truth is that the altar of Heaven can be traced all the way back to the

beginning 2,500 B.C. And Daoism did not start until 6 B.C.

In the Temple of Heaven is the altar of Heaven whose sacrifices were offered to

“Shang Di” for almost 4,500 years. All eighteen dynasties throughout the Chinese

history have always sacrificed to “Shang Di” at this altar. And depending on where

the Emperor set up their capital city, there you find the altar of Heaven. So if the

capital was in Xian, then the altar of Heaven would be in Xian. If the capital was in

Nanjing, then the altar would be in Nanjing. And now it is in Beijing because the

emperors of the past settled their capital in Beijing. They always built an altar of the

Heaven for the Most High God.

Now what was the first thing that Noah did when he came out of the ark? Remember

God sent a great flood, and it rained for 40 days and 40 nights. At the end of the flood,

Noah came out of the ark, and Genesis 8:20 recounted the first thing he did, “Then

Noah built an altar to the LORD and, taking some of all the clean animals and clean

birds, he sacrificed burnt offerings on it.” So he built an altar, he took clean animals,

and he offered sacrifices to God. And Noah just lived a few hundred years before

2,500 B.C. - just one or two generations before the temple of Heaven was built.

After Noah was the episode of the Tower of Babel where all the people were

scattered, and God confused the language. The Chinese forefathers migrated to the

east and settled in the land that is known as China today. So they remembered and

continued the practice of offering holy sacrifices from Abraham to Noah.


About Jesus’ Birth, His Death and His Resurrection

We now come to the New Testaments to look at Jesus’ birth. In Matthew 2: 1-2, it

says, “After Jesus was born in Bethlehem in Judea, during the time of King Herod,

Magi from the east came to Jerusalem and asked, ‘Where is the one who has been

born king of the Jews? We saw his star when it rose and have come to worship him.”

Now Bible scholars time this to be around 5 to 4 B.C. which was during the Han

Dynasty.

From ancient Chinese records, we know that the astronomers in China saw the same

star.

According to the Astronomy’s Records of the Han Dynasty, this is what they said, “In

the second month of the second year (of Jian Ping), the comet was out of Altair for

more than 70 days. It is said, ‘Comets appear to signify the old being replaced by the

new.’ Altair, the sun, the moon and the five stars are in movement to signify the

beginning of a new epoch; the beginning of a new year, a new month and a new day.

(Astronomy Records of the Book of the Han Dynasty, Vol. 26, No 6)

“二年二月,彗星出牽牛七十餘日。傳曰: ‘彗所以除舊佈新也.’

牽牛,日、月、五星所從起,歷數之元,三正之始。彗而出之,改更之象也。

其出久者,爲其事大也.” (漢書, 卷二十六, 天文志第六)

Jian Ping was the name given to the emperor of China during the time. So you can pin

point which period this was. It was in the second month of the second year of Jian

Ping that

means from March 9th to April the 6th, 5 B.C. This coincides with the dates that some

Bible scholars estimated. The Chinese did not know the truth of Jesus’ birth in the

west, but somehow they were convinced that this event is of great importance. And it

said for seventy days they saw this comet. Seventy days was the time needed for these
wise men to travel from the East to Jerusalem. This comet was seen around Altair

which is called “Qian Nian牵牛” in Chinese. It is one of the fifteen brightest observed

by the Chinese astronomers.

And according to the classic Historical Records, it said, “The primary meaning of

Altair, the key supporting pillar of the heavens, is the Perfect Sacrifice.” (Historical

Records, Vol. 27, Book of Astronomy) “正義牽牛爲犠牲, 亦爲關樑.” (史記 卷27

天官書) The ancient Chinese believed Heaven was trying to give a message. Look at

the comet! Here comes the perfect sacrifice!

Even more amazingly, the History of Latter Han Dynasty says, “In the day of Gui

Hai, the last day of the month, there was a solar eclipse. [The emperor] avoided the

Throne Room, suspended all military activities and did not handle official business

for five days. And he proclaimed, ‘My poor character has caused this calamity, that

the sun and the moon were veiled. I am fearful and trembling. Anyone who presents a

memorial is not allowed to mention the word ‘holy’” (History of Latter Han Dynasty,

Vol. 1, Chronicles of Emperor Guang Wu, 7th year) “ 癸亥晦, 日有食之, 避正殿,

寑兵,不聽事五日.詔曰:「吾德薄致災, 謫見日月, 戰慄恐懼, 夫何言哉!…

其上書者, 不得言聖.」(後漢書 光武帝第七年) This is exactly the same as what was

recorded in the Books of Gospel. In Luke 23 it said when Jesus was crucified on the

cross, there was darkness in the land for at least three hours.

Now Gui Hai was the last day of the third month in the spring during the seventh year

of the Latter Han emperor, Kuang Wu (6 B.C. – 57 A.D.) You can pin point that to

A.D. 31, exactly thirty four years after the comet was cited that moved for 70 days.

That was the life of Jesus. So when He was born there was a sign in heaven, the
Chinese saw it. When He died, there was a sign in heaven and the Chinese saw it and

recorded it. And they even gave us the exact time and date!

Another more amazing entry was made in the same document. It says, “Sumer, fourth

month [of the year], on the day of Ren Wu, the imperial edict reads, ‘Yin and Yang

have mistakenly switched, and the sun and moon were eclipsed. The sins of all the

people are now on one man. Pardon is proclaimed to all under heaven.” (History of

Latter Han Dynasty, Vol. 1, Chronicles of Emperor Guang Wu, 7th year)

“夏四月壬午,詔曰: ‘比陰陽錯謬,日月薄食.百姓有過,在予一人,大赦天下’.”

(後漢書 光武帝第七年)When the emperor, Guang Wu, saw this eclipse, he felt

convicted of his sins and became fearful. He said “It is my sin; It is our sin that caused

this calamity.” And he proclaimed that the sins of all the people were laid on one man.

Did he really understand what he was saying? He can’t be sure. But he was accurate

to say that all sins were laid on one man. And we know that man is Jesus Christ, the

Savior of the world.

Even more incredibly, there was another commentary in the same document. It said,

“Eclipse on the day of Gui Hai, Man from Heaven died.” (History of Latter Han,

Annals No. 18, Gui Hai) “癸亥日蚀, 天人崩.” (後漢書 志第十八) Can you believe

they could even say the exact date that the Son of God died!

And then three days later, Chinese astronomers recorded this, “During the reign of

Emperor Guang Wu, on the day of Bing Yin of the fourth month of Jian Wu, a halo

(rainbow) encircled the sun.” (History of Latter Han, Annals No. 18, Gui Hai)

“光武建武七年四月丙寅, 日有晕抱, 白虹贯晕.” (後漢書 志第十八) They noticed

three days after the solar eclipse, there was another sign in the heaven! What

happened three days after Jesus’ death? He resurrected; He rose from the death. He is
alive. Isn’t that amazing! His birth, His death, His resurrection were all recorded in

the Chinese historical documents.

Conclusion

So far, we have gone over just a handful of ancient Chinese characters that recorded

the ancient global events, which coincided with what were written in the Bible. We

have also explored a couple of the ancient Chinese historical records that gave us

marvelous messages that were similar to what were recorded in the Bible. Can you

imagine that while you’re learning the Chinese language, unknowingly, you are

rehearsing the story of the Bible, and you are rewriting the history of God!

References: To be completed.

Anda mungkin juga menyukai