Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN DASAR

PADA NY. A USIA 25 TAHUN P2A0 POST SECTIO CAESAREA


ERACS ATAS INDIKASI NYERI LUKA OPERASI
DENGAN TINDAKAN PERAWATAN LUKA
DI RSUD BUNG KARNO
KOTA SURAKARTA

Anggota Kelompok:
Puput Mita Kurnia Wati G0222038
Raihana Syifa Alkazhimah G0222040
Reni Nur Puspitasari G0222041
Rizka Rachmadiani G0222042

PROGRAM STUDI SARJANA DAN PENDIDIKAN


PROFESI BIDAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat


rahmat dan hidayahnya kami bisa menyelesaikan laporan kasus ini
dalam bentuk maupun isinya yang sederhana. Ucapan terima kasih kami
sampaikan kepada ibu Noviyanti Rahardjo Putri, S.Si.T.,M.Tr.Keb. dan
ibu Nurul Jannatul Wahidah, S.ST,M.Kes. selaku dosen pembimbing
praktik dan ibu Masruroh, S.Tr.Keb.,Bdn selaku pembimbing klinik di
lahan, serta kepada semua pihak yang telah membantu proses
berjalannya praktik kelompok kami sejak awal hingga terbitnya laporan
kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan Dasar pada Ny. A Usia 25
Tahun P2A0 Post Sectio Caesarea ERACS atas indikasi Nyeri Luka
Operasi dengan Tindakan Perawatan Luka di Rumah Sakit Umum
Daerah Bung Karno Kota Surakarta”.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini
masih banyak terdapat kekurangan di dalamnya. Kritik dan saran guna
penyempurnaan laporan kasus ini sangat kami harapkan, sehingga
nantinya dapat memberikan hasil yang lebih baik.

Surakarta, 02 Januari 2024

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................

A. Latar Belakang..............................................................................................

B. Tujuan Umum...............................................................................................

C. Tujuan Khusus..............................................................................................

D. Waktu Pengambilan Kasus...........................................................................

BAB II KASUS.......................................................................................................

A. Subyektif (S).................................................................................................

B. Obyektif (O)..................................................................................................

C. Assesment (A)...............................................................................................

D. Planning (P)...................................................................................................

BAB III TINJAUAN TEORI..............................................................................

A. Sectio Caesarea...........................................................................................

B. ERACS........................................................................................................

C. Perawatan Luka Post Sectio Caesarea.........................................................

BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................

3
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus
“Laporan Kasus Praktik Klinik Kebidanan Dasar pada Ny. A Usia 25
Tahun P2A0 Post Sectio Caesarea ERACS atas Indikasi Nyeri Luka
Operasi dengan Tindakan Perawatan Luka di RSUD Bung Karno Kota
Surakarta”

Oleh:
Puput Mita Kurnia Wati G0222038
Raihana Syifa Alkazhimah G0222040
Reni Nur Puspitasari G0222041
Rizka Rachmadiani G0222042

Disahkan di , pada hari, tanggal .

Mengetahui

Pembimbing Institusi Clinical Instructure

(………………….………...) (…………………………...)

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan merupakan suatu proses fisiologis normal yang
dialami ibu berupa keluarnya hasil konsepsi. Persalinan normal
adalah proses pengeluaran janin yang terjadi antara usia kehamilan
37 sampai 42 minggu. Jika persalinan normal tidak dapat dilakukan
diperlukan metode alternatif yang disebut operasi caesar, yaitu
dengan membuat sayatan pada dinding rahim dan mengeluarkan
hasil konsepsi dari dinding perut. Operasi caesar adalah prosedur
pembedahan yang dilakukan ketika persalinan normal tidak
memungkinkan nyawa ibu dan anak (Hastuti, 2010).
Menurut WHO jumlah kelahiran SC pada tahun 2010
sangat tinggi, yaitu sekitar 24% hingga 30% dari seluruh kelahiran.
Di Indonesia sendiri angka operasi caesar sangat tinggi. Survei
nasional pada tahun 2009, sebanyak 921.000 dari 4.039.000
kelahiran dilahirkan melalui operasi caesar atau sekitar 22 dari
seluruh kelahiran. Berdasarkan hasil data tahun 2013, kelahiran
bedah SC menyumbang 9,8% dari total 49.603 kelahiran dari tahun
2010 hingga 2013 dengan persentase tertinggi di Daerah Istimewa
Jakarta (19,9%), terendah di Sulawesi Tenggara (3,3%) (Juwita et
al., 2020). Secara umum, pola ekspansi melalui bisnis SC
berdasarkan karakteristiknya paling kuat terjadi pada mereka yang
berada pada kuintil teratas dalam indeks kepemilikan (18,9%), yang
tinggal (13,8%), bekerja sebagai karyawan (20,9%) dan pendidikan
tinggi/Lulus PT (25,1%) (Pakaya et al., 2021).
Masalah utama setelah operasi adalah penyembuhan luka,
perawatan luka yang tepat merupakan salah satu faktor eksternal
yang sangat mendukung dan mempengaruhi proses penyembuhan

5
luka. Menurut Morrison (2004), faktor lain yang mempengaruhi
penyembuhan luka antara lain faktor internal yaitu usia, nutrisi,
mobilisasi, dan faktor eksternal yaitu perawatan luka. Sedangkan
menurut Kasdu (2003) terdiri dari faktor sistematik yaitu umur dan
pola makan dan faktor lokal yaitu penyakit menular (kurangnya
perawatan diri atau kebersihan diri). Penerapan teknik perawatan
luka yang tepat terjadi pada saat pasien masih berada di ruang
operasi dan setelah pasien dipindahkan atau dirawat di bangsal
perawatan. Luka pasca operasi caesar mengalami penyembuhan
luka yang terdiri dari tiga tahap : fase inflamasi, fase proliferasi dan
fase pematangan (Puspitasari et al., 2011).
Fase inflamasi terjadi dalam 1 hingga 3 hari, fase proliferasi
terjadi dalam 3 hingga 24 hari, dan fase maturasi terjadi dalam 24
hari hingga lebih dari setahun. Setelah operasi caesar, pasien
biasanya membutuhkan waktu rawat inap sekitar 3-5 hari setelah
operasi. Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka adalah
pengendalian infeksi karena infeksi menghambat proses
penyembuhan luka sehingga menyebabkan angka morbiditas dan
mortalitas bertambah besar. Infeksi luka post operasi merupakan
salah satu masalah utama dalam praktik pembedahan (Sumantri &
Fitri, 2022).

B. Tujuan Umum

Mengetahui prosedur tindakan pada Ny. A usia 25


tahun P2A0 post sectio caesarea ERACS atas indikasi nyeri
luka operasi dengan tindakan perawatan luka di RSUD Bung
Karno Kota Surakarta.

C. Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan kasus kebidanan dengan tindakan


perawatan luka pada pasien post sectio caesarea ERACS

6
atas indikasi nyeri luka operasi di RSUD Bung Karno,
Surakarta.
2. Menganalisis prosedur tindakan pada Ny. A usia 25
tahun P2A0 post sectio caesarea ERACS atas indikasi
nyeri luka operasi dengan tindakan perawatan luka di
RSUD Bung Karno Kota Surakarta.

D. Waktu Pengambilan Kasus

Kasus diambil pada tanggal 29 Desember 2023 di Bangsal


Latief RSUD Bung Karno, Surakarta.

7
BAB II

KASUS

A. Subyektif (S)

1. Ibu mengatakan bernama Ny. A usia 25 tahun.

2. Ibu mengatakan saat ini merupakan persalinan kedua yang


dilakukan secara operasi caesar, dan tidak pernah mengalami
keguguran.
3. Ibu mengatakan merasakan nyeri pada luka operasi sectio
caesarea.

B. Obyektif (O)

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Compos mentis

3. TTV

a. Tekanan darah : 116/76 mmHg

b. Nadi : 80 kali/menit

c. Respirasi : 20 kali/menit

d. Suhu : 36,7 ˚C

4. TFU : Dua jari di bawah pusar

5. PPV : 10 cc

C. Assesment (A)
Ny. A usia 25 tahun P2A0 post sectio caesarea ERACS hari ke-
1 dengan nyeri pada luka operasi.

8
D. Planning (P)

1. Laksanakan observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital.

2. Laksanakan advice dokter :

a. Berikan infus RL 20 tpm.

b. Pasien BLPL, kontol 1 minggu lagi.

3. Lakukan perawatan luka operasi caesar ERACS.

9
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sectio Caesarea

Persalinan dapat terjadi secara fisiologis maupun patologis,


pada persalinan patologis terkadang membutuhkan tindakan
pembedahan atau section caesarea. Caesar memiliki istilah sendiri
yang berasal dari bahasa latin yaitu caesera yang berarti memotong
atau menyayat, section caesarea merupakan salah satu tindakan
persalinan yang dilakukan untuk mengeluarkan janin melalui
sayatan pada abdomen. Penjelasan yang lain menyebutkan operasi
caesar (caesarean section atau cesarean section) disebut juga
dengan C-section (CS) adalah proses persalinan dengan melakukan
pembedahan dimana irisan dilakukan di perut ibu (lapartomi) dan
rahim (histeretomi) untuk mengeluarkan bayi. Walaupun section
caesarea mempunyai risiko terhadap komplikasi, namun terkadang
tindakan ini menjadi cara terbaik untuk menjaga keselamatan ibu
dan janin dengan selamat, tindakan section caesarea umumnya
dilakukan ketika proses persalinan spontan atau normal melalui
pervaginam tidak memungkinkan dilakukan dikarenakan terdapat
risiko terhadap komplikasi medis lainnya (Rahim et al., 2019)

Pada tahun 2015 WHO merekomendasikan persalinan


section caesarea (SC) sebesar 10-15%, namun terjadi peningkatan
angka persalinan SC atas permintaan ibu yang melebihi batas kisaran
yang direkomendasikan oleh WHO. Hal ini dapat dilihat pada besar
rasio persalinan SC di seluruh dunia. Survei demografi dan
kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 angka kejadian section
caesarea di Indonesia yaitu sebesar 921.000 dari 4.039.000
persalinan atau sekitar 22,8% dari seluruh persalinan terjadi

10
peningkatan angka yang lebih tinggi dan cukup drastis dibandingkan
dengan persalinan section caesarea pada tahun 1997 yanng hanya
4,1% persalinan yang berakhir dengan tindakan section caesarea,
yaitu sebanyak 695 kasus dari 16.217 persalinan (Katmono et al.,
2013)

B. ERACS
Peningkatan pemulihan setelah persalinan caesar
(ERACS) adalah teknik bedah yang dikembangkan untuk persalinan
sesar yang menawarkan beberapa keunggulan dibandingkan
pengobatan CS tradisional , termasuk pemulihan fungsional yang
lebih cepat dan masa rawat pasien di rumah sakit yang lebih
singkat. Konsep protokol ERACS bertujuan untuk meningkatkan
hasil bedah, dikembangkan oleh ahli bedah Denmark Henrik Kählet
pada tahun 1990an. Menurut Kehlet, beberapa prosedur perioperatif
di area usus besar belum tervalidasi secara ilmiah selama bertahun-
tahun dan perlu diganti dengan rekomendasi baru. Kelompok
tersebut, yang kemudian dikenal sebagai ERACS Society, menguji
protokol, mempresentasikan hasil berbagai perawatan perioperatif,
mengadakan simposium, mengembangkan model untuk menerapkan
praktik perioperatif terbaik, dan melibatkan partisipan pemerintah
sehingga konsep ERACS dapat dikenal secara luas.
ERACS (Enhanced Recovery After Cesarean Section), juga
dikenal sebagai operasi "Fast Track" atau "Enhanced Recovery
Protocol" (ERP), dirancang untuk mempercepat pemulihan dan
meminimalkan komplikasi pasca operasi. Jalur pengobatan
perioperatif multidisiplin yang bertujuan untuk mengurangi
morbiditas dan lama perawatan di rumah sakit. Serta dirancang
untuk mempercepat pemulihan dan meminimalkan komplikasi pasca
operasi. Secara umum, ERACS mengoptimalkan persiapan

11
pembedahan, mencegah atau menghindari cedera iatrogenik
intraoperatif, meminimalkan respons stres pascaoperasi, mengurangi
atau mengatasi perubahan metabolik yang terjadi, dan mempercepat
penyembuhan, dengan tujuan mengembalikan fungsi normal dan
mendeteksinya sedini mungkin adanya proses penyembuhan yang
tidak normal dan melakukan intervensi sesegera mungkin jika
diperlukan (Guarango, 2022).
Terdapat beberapa protokol untuk sectio caesarea ERACS
antara lain :
A. Pra Operatif
1. Konseling pasien tentang instruksi pra-persalinan sesar,
dengan harapan intraoperatif dan pascaoperasi.
2. Edukasi tentang fisiologi menyusui, manajemen komplikasi
dan sumber daya pendukung menyusui.
3. Optimalisasi medis dengan skrining dan pengobatan
anemia.

B. Intra Operatif
1. Membatasi cairan IV < 3 L untuk kasus rutin. Gunakan
dosis efektif terendah uterotonika infus vasopresor
profilaksis untuk mencegah hipotensi yang diinduksi
anestesi spinal.
2. Pencegahan mual pasca operasi dan muntah dengan dua
kelas antiemetik IV.
3. Anestesi neuraksial dengan opioid kerja lama Mulailah
analgesia nonopioid multimodal di ruang operasi (seperti
ketorolak dan asetaminofen).
4. Pemanasan aktif dengan penghangat cairan IV in-line,
pemanasan udara paksa, dan suhu ruang operasi >72F.
5. Profilaksis antibiotik sebelum insisi kulit.
6. Lakukan kontak bayi dengan ibu melalui sentuhan kulit

12
sesegera mungkin

C. Perawatan Luka Post Sectio Caesarea


Penyembuhan luka adalah proses penggantian jaringan yang
rusak dan mengembalikan fungsinya. Laserasi operasi caesar
tergolong luka bersih waktu penyembuhan luka berdasarkan tahapan
penyembuhan luka yaitu fase inflamasi (berlangsung hingga hari ke-
3 atau hari-4), fase proliferasi (berlangsung selama 3 hingga 24
hari), dan fase maturasi dimulai pada minggu ketiga setelah operasi
caesar (Widiantoro, 2017). Perawatan yang tidak tepat pada luka
operasi pasca operasi caesar dapat menyebabkan infeksi dan
berujung pada kematian. Perawatan luka dilakukan dengan tujuan
menjaga kebersihan luka, mencegah infeksi, menunjang proses
penyembuhan luka, serta meningkatkan kesehatan fisik dan psikis.
Menurut Rumah Sakit Portland, lama rawat inap setelah operasi
adalah 4 hingga 7 hari. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan
luka ini yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik
meliputi faktor yang berdampak buruk pada lokasi luka (suplai darah
tidak mencukupi, hipoksia, penggunaan berlebihan, benda asing,
hematoma, efek trauma berulang), faktor patofisiologi umum (status
gizi, disabilitas kardiovaskuler, anemia, penurunan daya tahan
terhadap infeksi, dan penyakit metabolik dan penyakit endokrin)
dan faktor usia. Sedangkan, faktor eksternal meliputi manajemen
luka yang tidak memadai (pengkajian luka yang tidak akurat,
penggunaan bahan aktif topikal dan produk pembalut luka primer
yang tidak tepat, teknik penggantian balutan yang lalai (mencuci
tangan, memakai sarung tangan, penggunaan masker, teknik
mengganti perban, dan instrumen steril), sikap negatif staf terhadap
pengobatan dan penyembuhan), efek negatif pengobatan lain
(kemoterapi kanker, steroid dosis tinggi jangka panjang dan

13
radioterapi.
Perawatan luka yang tepat dapat mencegah infeksi silang
dan mempercepat proses penyembuhan luka. Saat merawat luka,
frekuensi perawatan luka harus diperhatikan untuk meminimalkan
risiko infeksi jika perlu, kain kasa yang menutupi luka harus diganti
lebih awal jika basah. Hal ini karena kain kasa basah meningkatkan
kemungkinan kontaminasi bakteri pada luka operasi. Jika ibu
menderita luka infeksi pasca operasi caesar dan tidak segera diobati,
maka tidak hanya dapat merusak jaringan epidermis dan dermal,
tetapi juga menyebabkan gangguan sistem saraf dan kerusakan
jaringan sel. Adanya luka pasca operasi caesar membutuhkan
perawatan yang tepat. Perawatan luka yang tepat juga ditujukan
untuk mencegah terjadinya infeksi, karena kasus terjadinya infeksi
pada pasca operasi caesar 80 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
persalinan pervaginam. Pada penelitian mengenai infeksi luka
laserasi operasi caesar dan membedakan infeksi ini menjadi 3
kategori berdasarkan waktu kejadian infeksi, infeksi pertama yaitu
infeksi yang terjadi ketika pasien di rumah sakit dengan jumlah
27%, infeksi yang terjadi saat re-admission sejumlah 1%, dan kasus
yang paling besar adalah setelah pasien keluar dari rumah sakit,
dengan angka kejadian 71%. Hal tersebut menjadi alasan sebelum
pemulangan pasien harus memiliki kesiapan dan kemandirian untuk
melakukan perawatan di rumah. Salah satu bentuk intervensi
keperawatan yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan pasien di
rumah adalah discharge planning (perencanaan pemulangan pasien)
untuk mempromosikan tahap kemandirian tertinggi kepada pasien,
teman-teman, dan keluarga dengan menyediakan, serta
memandirikan aktivitas perawatan diri di rumah (Setiawati et al.,
2023) .

14
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Data Subyektif
Sebelum persalinan Ny. A rutin melakukan kontrol
kehamilan kepada dr. Sandie, SpOG dan menurut interview yang
kami lakukan, Ny. A mengatakan bahwa tidak mengeluhkan masalah
apapun pada trimester 1 hingga trimester 3. Namun karena Ny. A
memiliki riwayat persalinan secara caesar pada kehamilan
sebelumnya dengan jarak kurang dari 2 tahun dari kehamilan saat ini
sehingga dokter menganjurkan kepada Ny. A untuk melakukan
persalinan caesar pada kehamilan saat ini. Hal ini dilakukan untuk
menghindari adanya komplikasi ruptur uteri apabila ibu memaksakan
untuk melakukan persalinan pervaginam. Menurut teori, wanita
dengan riwayat operasi caesar merupakan kelompok risiko tinggi
karena kemungkinan besar akan mengalami ruptur uteri pada
kehamilan berikutnya (Flis et al., 2023).
Untuk menghindari adanya komplikasi pada saat persalinan,
kemudian Ny. A memutuskan untuk melakukan persalinan caesar
ERACS pada hari Kamis, 28 Desember 2023 pukul 10.00 WIB.
Persalinan caesar Ny. A berjalan dengan lancar dan lahirlah bayi
perempuan dengan berat 3.180 gram. Setelah operasi caesar, Ny. A
mengeluhkan adanya nyeri luka operasi. Menurut Febrianti (2020)
rasa nyeri yang dirasa pada pasien post sectio caesarea, hal ini
disebabkan karena pengaruh dari efek penggunaan anestesi epidural

15
saat proses operasi. Kemudian keesokan harinya pada Jumat, 29
Desember 2023, Ny. A dinyatakan sudah boleh pulang sehingga
dilakukan tindakan perawatan luka bekas operasi caesar. Tujuan dari
tindakan pembersihan luka bekas operasi caesar ini yaitu untuk
mencegah adanya infeksi dan mempercepat proses penyembuhan
luka.

B. Data Obyektif
Data obyektif dari kasus Ny. A didapatkan melalui
pemeriksaan fisik yang meliputi Keadaan umum sedang, kesadaran
compos mentis, tekanan darah 116/76 mmHg, nadi 80 kali/menit,
respirasi 20 kali/menit, suhu 36,7°C, saturasi oksigen 99%,TFU 2
jari di bawah pusar, PPV 10 cc.

C. Diagnosis
Diagnosis kebidanan ada kasus ini yaitu Ny. A P2A0 usia
25 tahun post caesarea ERACS dengan nyeri luka operasi. Hasil
diagnosis ini didapatkan dari data subyektif yaitu melalui anamnesis
dan data obyektif yaitu melalui pemeriksaan fisik. Nyeri luka daerah
insisi atau robekan pada jaringan kontuitas perut depan pasien terjadi
karena pengaruh dari efek penggunaan anestesi epidural saat proses
operasi. Skala nyeri yang dirasakan pasca operasi ini tergantung dari
kondisi fisiologi dan psikologi masing-masing individu (Rompas dan
Mulyadi, 2017). Adanya nyeri yang dialami pasien tentu dapat
menyebabkan rasa tidak nyaman sehingga perlu ditangani dengan
tepat. Nyeri luka operasi ini dapat dikontrol secara farmakologis
dengan pemberian obat pereda nyeri yang diresepkan oleh dokter.
Selain itu, nyeri luka operasi dapat dikurangi secara non-
farmakologis dengan teknik relaksasi nafas dalam. Nyeri luka
operasi ini biasanya masih akan sering dirasakan dalam waktu yang
lama sampai dengan penyembuhan luka di semua tempat selesai.

16
D. Penatalaksanaan
Pada kasus nyeri bekas luka operasi dilakukan tindakan
berupa perawatan luka (medikasi). Perawatan luka dilakukan dengan
tujuan menjaga kebersihan luka, mencegah infeksi, menunjang
proses penyembuhan luka, serta meningkatkan kesehatan fisik dan
psikis. Pada kasus Ny. A ini telah dipilih penatalaksanaan yang
sesuai dengan teori yaitu dengan melakukan tindakan perawatan luka
bekas operasi sectio caesarea (SC). Sebelum melakukan intervensi
kepada pasien, perawat mencuci tangan dan memakai handscoon
terlebih dahulu, serta tidak lupa untuk mengajukan informed consent.
Selanjutnya meminta izin menaikkan pakaian bagian atas pasien dan
memulai melakukan perawatan luka menggunakan cairan NACL,
memberikan sufratul, kasa, serta memakaikan plester luka anti air.

17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan studi kasus pada Ny. A Usia 25 tahun P2A0
post sectio caesarea ERACS dengan keluhan nyeri pada bekas luka
operasi dilakukan tindakan perawatan luka operasi di Bangsal Latief
RSUD Bung Karno untuk menghindari terjadinya infeksi.
Penatalaksanaan yang dilakukan oleh perawat di sana sudah sesuai
dengan teori yang ada.

B. Saran
Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan, diberikan
saran-saran sebagai berikut :
1. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Bung Karno khususnya pada
bangsal Latief diharapkan agar meningkatkan pelayanan menjadi
lebih baik lagi, mempertahankan pelayanan yang telah ada meliputi
kelengkapan sarana dan prasarana, kedisiplinan petugas saat jam
kerja, keterampilan petugas, dan sikap sopan santun petugas kepada
klien. Hendaknya memfasilitasi karyawan yang ada untuk
meningkatkan kompetensi misalnya mengikuti pelatihan.
2. Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat memberikan promosi
kesehatan kepada masyarakat mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi proses penyembuhan luka post operasi caesar melalui
penyuluhan, media leaflet, dan lain-lain. Hendaknya memberikan
pendidikan kesehatan tentang melakukan perawatan luka post
operasi caesar agar dapat mengenali tanda-tanda infeksi sedini

18
mungkin dan menerapkan manajemen perawatan luka operasi
dengan baik, diharapkan dapat menurunkan angka kejadian infeksi
post operasi caesar. Selain itu, pendidikan kesehatan tentang status
gizi juga penting diperlukan pada pasien post operasi caesar karena
gizi yang baik sangat diperlukan untuk penyembuhan luka.
3. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan referensi yang
lebih update serta memperhatikan faktor lain yang mempengaruhi
penyembuhan luka pasien.

19
DAFTAR PUSTAKA

Flis, W., Socha, M. W., Wartega, M., & Cudnik, R. (2023). Unexpected Uterine
Rupture-A Case Report, Review of the Literature and Clinical
Suggestions. Journal of Clinical Medicine, 12 (10), 3532. doi:
10.3390/jcm12103532
Hastuti, F. (2010). Gambaran Pelaksanaan Perawatan Luka Post Operasi Sectio
Caesarea ( SC ) Dan Kejadian Infeksi Di Ruang Mawar I RSUD Dr.
Moewardi. 6(1), 10.
Juwita, Z., Zulkarnaini, Murniati. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Terjadinya Infeksi Luka Post Sectio Caesarea. Journal of Nursing and
Midwifery, 1, 21.
Katmono, Arijulmanan, & Fachrudin, F. (2013). Analisis rekayasa kelahiran
melalui operasi caesar dalam perspektif hukum islam. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Pakaya, I. R., Djunaidi, R. R., & Hafid, R. (2021). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Penyembuhan Luka Sectio Caesarea Ibu Post
Partum Di Rumah Sakit Di Kota Gorontalo. Jurnal Sahabat Keperawatan,
3(02), 113–123.
Puspitasari, H. A., Basirun, H., Ummah, A., Sumarsih, T., & Gombong, M.
(2011). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Post
Operasi Sectio Caesarea (SC). Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, 7(1),
1–10.
Rahim, W. A., Rompas, S., & Kallo, V. D. (2019). Hubungan Antara Pengetahuan
Perawatan Luka Pasca Bedah Sectio Caesarea (SC) Dengan Tingkat
Kemandirian Pasien Di Ruang Instalasi Rawat Inap Kebidanan Dan
Kandungan Rumah Sakit Bhayangkara Manado. Jurnal Keperawatan, 7(1).
doi : https://doi.org/10.35790/jkp.v7i1.22890

20
Rompas, S., & Mulyadi. (2017). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Dan
Guided Imagery Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien Post Operasi
Sectio Caesarea Di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado. Jurnal
Keperawatan, 5(2), 1-6.
Setiawati, E., Rizani, A., & Mukhtar, M. (2023). Edukasi Perawatan Luka Pada
Ibu Post Operasi Seksio Seksaria Di Wilayah Kerja Puskesmas
Marabahan. Jurnal Rakat Sehat (JRS), 2(1), 54–59.
Sumantri, A. W., & Fitri, Y. E. (2022). Hubungan Lama Penyembuhan Luka Dan
Tindakan Perawatan Dengan Perawatan Penyembuhan Luka Pada Ibu
Sectio Caesarea. Babul Ilmi Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan, 14(1),
150–156. doi : https://doi.org/10.36729/bi.v14i1.879

21
22

Anda mungkin juga menyukai