2024
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan Laporan Kajian Sertifikat Laik Fungsi (SLF) pada SPBU Jatikawi Group
yang berlokasi di Jalan Lingkar Selatan Desa Cimahi Kecamatan Cicantayan Kabupaten
Sukabumi. Pemeriksaan SLF ini dilakukan meliputi 4 aspek yaitu aspek keselamatan,
aspek kesehatan, aspek kenyamanan dan aspek kemudahan yang dimana akan menjadi
kadar kelaikan bangunan apakah sesuai dengan standar teknis atau tidak sesuai. Jika tidak
sesuai maka akan ada perbaikan dengan batasan waktu yang sesuai dengan kesepakatan
antara pemilik gedung, pengkaji teknis dan pemerintah.
Mudah mudahan kajian ini akan bermanfaat bagi kelancaran proses pemenuhan
standar teknis dan pegangan pemilik gedung untuk acuan dalam masa pemanfaatan.
Terima kasih.
Tim Konsultan
i|Page
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Maksud dan Tujuan 2
1.2.1 Maksud 2
1.2.2 Tujuan 2
1.3 Dasar Hukum 2
1.4 Tempat Pelaksanaan 4
1.5 Sistematika Pembahasan 4
Bab 3 Metodologi
3.1 Pemeriksaan Kelaikan Bangunan 58
3.2 Penyelenggaraan Bangunan Gedung 58
3.3 Tata Cara Penerbitan Sertifikat Laik Fungsi 61
3.4 Kegiatan yang akan dilaksananakan 74
3.5 Pengolahan Data dan Penentuan Kelaikan 76
3.6 Batasan Kegiatan 77
3.7 Indikator Keluaran 78
3.7.1 Indikator Keluaran Kualitatif 78
3.7.2 Indikator Keluaran Kuantitatif 79
iii | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
v|Page
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Daftar Gambar
Gambar 4.53. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Pemasangan ATG dan Pos system
Gambar 4.54. Pintu sirkulasi dan evakuasi pada Bangunan SPBU Jatikawi Group
Gambar 4.55. Koridor Jalur Evakuasi Bangunan SPBU Jatikawi Group
Gambar 4.56. Jalur Evakuasi Bangunan Penunjang lantai 1 pada SPBU Jatikawi Group
Gambar 4.57. Jalur Evakuasi Bangunan Penunjang lantai 2 pada SPBU Jatikawi Group
Gambar 4.58. Jalur Evakuasi Bangunan Mushala pada SPBU Jatikawi Group
Gambar 4.59. Denah Jalur Evakuasi Bangunan SPBU Jatikawi Group
Gambar 4.60. Data eksisting dan pengukuran geometri struktur kanopi
Gambar 4.61. Data eksisting dan pengukuran geometri bangunan gerai
Gambar 4.63. 3D View Dimensi dan Pemodelan Struktur
Gambar 4.64. P-M Rasio
Gambar 4.65. Deformasi Struktur
Gambar 4.65. Reaksi Perletakan
Gambar 4.66. 3D View Dimensi dan Pemodelan Struktur
Gambar 4.67. P-M Rasio
Gambar 4.68. Deformasi Struktur
Gambar 4.69. Reaksi Perletakan
Gambar 4.70. Denah APAR pada SPBU Jatikawi Group
Gambar 4.72. Visual Kondisi APAR pada SPBU Jatikawi Group
Gambar 4.73. Kondisi Panel Alarm SPBU Jatikawi
Gambar 4.74. Berita acara pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran SPBU Jatikawi
Gambar 4.75. Radius proteksi petir pada SPBU Jatikawi
Gambar 4.76. Instalasi Penangkal Petir SPBU Jatikawi Group
Gambar 4.77. Berita acara pengukuran tahanan pentanahan SPBU Jatikawi Group
Gambar 4.78. Dokumentasi Pengujian Grounding SPBU DODO PT. Jatikawi Group
Gambar 4.79. Panel LVMDP dan Meter KWH pada SPBU Jatikawi Group
Gambar 4.80. Alat pengujian elektrikal
Gambar 4.81. Lampiran Sertifikat Laik Operasi Listrik SPBU Jatikawi Group
Gambar 4.82. Single Line Diagram dan Kebutuhan Daya SPBU Jatikawi Group
Gambar 4.83. Penghawaan alami pada bangunan mushala dan kantor pengelola
Gambar 4.84. Jenis AC Direct Cooling
Gambar 4.85. Tata Udara Bangunan Penunjang
Gambar 4.86. Pencahayaan Pencahayaan Alami (Fasad Transparan) dan Buatan
ix | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Daftar Tabel
xiii | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kasus kebakaran atau kecelakaan di SPBU masih sering terjadi, tercatat selama tiga
tahun terakhir (tahun 2016 s.d. 2023) ratusan kasus kejadian yang mengakibatkan kerugian
baik bagi pengusaha maupun terhadap konsumen dan masyarakat. Banyak upaya pencegahan
yang sudah dilakukan Pemerintah maupun pihak Badan Usaha. Dari analisis hasil audit dan
investigasi selama ini, berbagai kejadian di SPBU disebabkan oleh beberapa faktor seperti
aspek manusia (lack of skill, culture, competence), kelemahan rancang bangun (lack of
engineering) seperti desain peralatan, instalasi, tata letak, perpipaan dan lainnya. Disamping
itu, ditemukan juga kelemahan dalam pengelolaan keselamatan (lack of safety management
system) seperti penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Migas (SMKM) dan lainnya.
Dalam upaya untuk meningkatkan pemahaman serta untuk membantu badan usaha dan
pengelola SPBU dalam menerapkan Keselamatan Pada Permen No. 27 tahun 2018
Pemerintah mensyaratkan pemberlakuan Sertifikat Laik Fungsi Gedung (SLF) bagi setiap
bangunan SPBU yang telah selesai dibangun sebagai syarat untuk bangunan gedung tersebut
dapat dimanfaatkan. Pemberlakuaan SLF tersebut bertujuan untuk terwujudnya bangunan
gedung SPBU yang fungsional dan andal. Namun saat ini, hampir semua bangunan belum
sesuai dengan kaidah bangunan konstruksi yang benar seperti yang diatur dalam Undang –
Undang (UU) Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Dalam undang-undang
tersebut, disebutkan bahwa setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan
administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung tersebut.
Persyaratan administratif tersebut meliputi persyaratan status hak atas tanah, status
kepemilikan bangunan gedung dan izin mendirikan bangunan. Sedangkan persyaratan teknis
meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung. Keandalan
bangunan diperlukan untuk menjamin keselamatan pengguna bangunan, sedangkan kelaikan
bangunan akan menjamin kenyamanan pada pengguna bangunan. Bangunan yang tidak
memiliki SLF tentu dianggap sebagai bangunan yang ilegal karena belum mengantongi izin
1|Page
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
untuk beroperasi. Gedung yang tidak memiliki SLF tidak hanya dapat membahayakan
keselamatan penghuni dan lingkungannya, tetapi juga akan dibayang-bayangi dengan sanksi
administrasi yang sudah menunggu. Untuk itu dalam rangka pemenuhan standar teknis dan
administrasi dan ketaatan terhadap hukum maka SPBU Jatikawi Group Kabupaten Sukabumi
on progres dalam melakukan kajian SLF dan akan menjadi pioneer dan contoh untuk SPBU
lainnya agar pentingnya keandalan bangunan menjadi prioritas pemilik SPBU untuk
mentaatinya.
1.2.2. Tujuan
Tujuan dari kegiatan SLF ini yaitu :
1. Mewujudkan Bangunan Sesuai Fungsinya
2. Memberikan Kepastian Hukum
3. Meningkatkan Kenyamanan bagi para penghuninya
4. Terlaksananya pemeriksaan kelaikan bangunan gedung SPBU, pengamatan visual,
ditinjau dari persyaratan administrasi teknis.
5. Terindikasikannya tingkat kelaikan dan rekomendasi upaya perbaikan dalam rangka
penerbitan Sertifikat Laik Fungsi.
6. Terciptanya bangunan gedung yang layak sesuai yang diamanatkan dalam Undang-
undang Cipta Kerja No. 11 tahun 2020, UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung dan sesuai dengan peraturan pelaksanaannya PP. No. 36 Tahun 2005 di daerah.
3|Page
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab 1 ini dibahas tentang latar belakang, maksud dan tujuan, tempat pelaksanaan dan
sistematika pembahasan.
5|Page
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
2|Page
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
c) Fungsi usaha merupakan bangunan gedung dengan fungsi utama sebagai tempat
manusia melakukan kegiatan usaha yang terdiri dari :
- Bangunan perkantoran.
- Bangunan perdagangan.
- Bangunan perindustrian.
- Bangunan perhotelan.
- Bangunan wisata dan rekreasi.
- Bangunan terminal.
- Bangunan tempat penyimpanan.
d) Fungsi sosial budaya merupakan bangunan gedung dengan fungsi utama sebagai
tempat manusia melakukan kegiatan sosial dan budaya :
- Bangunan pelayanan pendidikan.
- Bangunan pelayanan kesehatan.
- Bangunan kebudayaan.
- Bangunan laboratorium.
- Bangunan pelayanan umum.
3|Page
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Keandalan bangunan merupakan sebuah tolok ukur bagaimana sebuah bangunan gedung
telah teruji secara teknis memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh pemerintah.
Persyaratan teknis bangunan diatur dalam PERMEN PU No. 29 TAHUN 2006 tentang
Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung. Peraturan tersebut merupakan dasar
hukum dari persyaratan teknis yang harus dimiliki sebuah bangunan gedung.
b. Kelaikan Bangunan
Laik menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah memenuhi persyaratan yang
ditentukan atau yang harus ada. Jadi bisa dikatakan kelaikan adalah keadaan yang
memenuhi persyaratan yang ditentukan atau yang harus ada. Sedangkan kelaikan
bangunan adalah keadaan bangunan yang harus memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan dalam hal ini ditentukan oleh pemerintah.
Kelaikan bangunan adalah suatu ukuran dimana bangunan tersebut dapat digunakan
secara aman dan nyaman atau tidak. Kelaikan bangunan sangat mutlak diperlukan dalam
penyelenggaraan bangunan. Menurut PP No. 36 TAHUN 2005 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang Undang No 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung dijelaskan
bangunan haruslah laik fungsi. Yang dimaksud laik fungsi dalam PP ini adalah suatu
kondisi bangunan gedung yang memenuhi persyaratan administrative dan persyaratan
teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung yang ditetapkan.
c. Pedoman Teknis
Pedoman teknis adalah acuan teknis yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari
Peraturan Pemerintah dalam bentuk ketentuan teknis penyelenggaraan bangunan gedung.
d. Standar Teknis
Standar teknis adalah standar yang dibakukan sebagai standar tata cara, standar
spesifikasi, dan standar metode uji baik berupa Standar Nasional Indonesia maupun
standar internasional yang diberlakukan dalam penyelenggaraan bangunan gedung.
e. Pemilik bangunan gedung
Pemilik bangunan gedung adalah orang, badan hukum, kelompok orang, atau
perkumpulan, yang menurut hukum sah sebagai pemilik bangunan gedung.
j. Utilitas
Utilitas adalah perlengkapan dalam bangunan gedung yang digunakan untuk menunjang
fungsi gedung dan tercapainya unsur – unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan,
komunikasi dan mobilitas di dalam bangunan tersebut.
k. Arsitektural
Arsitektural adalah mutu hasil perencanaan dan pengerjaan dari suatu gedung, yang
meliputi aspek-aspek:
1. Estetika bangunan dan penyelesaian (finishing).
5|Page
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
2. Bentuk dan dimensi serta kesesuaian organisasi ruang, sirkulasi dalam bangunan,
hubungan antar ruang, kondisi eksterior dan interior gedung yang dapat menjamin
fungsi gedung, kenyamanan dan kesehatan gedung sesuai dengan rencana yang
diinginkan.
3. Keserasian tata letak gedung terhadap lahan bangunan serta lingkungan sekitarnya,
sesuai dengan KDB (koefisien dasar bangunan) dan KLB (koefisien lantai
bangunan).
4. Ketepatan jumlah, kapasitas dan penempatan ruangan untuk penempatan sistem
pengamanan bangunan.
5. Ketepatan pemilihan bahan bangunan.
6. Ketepatan pengaturan tata cahaya dan ventilasi.
l. Struktural
Struktural adalah segala aspek berkenaan dengan perihal struktur bangunan gedung
secara keseluruhan yang menentukan kekuatan, kekakuan, kestabilan dan keselamatan
bangunan gedung.
m. Komponen Struktur
Komponen struktur adalah bagian atau anggota dari struktur yang terikat kuat satu sama
lain serta bekerjasama secara satu kesatuan membentuk dan berfungsi sebagai struktur
bangunan.
n. Kondisi Andal
Kondisi andal adalah kondisi dari bangunan atau bagian bangunan atau utilitas yang
menunjukkan kinerja yang prima atau berfungsi sesuai rencana atau sesuai persyaratan
teknis dan keselamatan gedung.
mengubah menjadi kondisi prima diperlukan upaya penggantian secara partial atau total.
q. Kondisi Tidak Berfungsi
Kondisi tidak berfungsi adalah suatu keadaan dimana bagian atau komponen dan atau
utilitas yang ditinjau tidak berfungsi sesuai dengan persyaratan teknis atau tidak dapat
digunakan/dimanfaatkan lagi.
r. Kenyamanan
Kenyamanan adalah kondisi yang menyediakan berbagai kemudahan yang diperlukan
sesuai dengan fungsi ruangan atau gedung dan atau lingkungan sehingga
pemakai/penghuni dapat melakukan kegiatannya dengan baik dan atau merasa betah dan
merasakan suasana tenang berada di dalamnya.
s. Keselamatan (Gedung)
Keselamatan (Gedung) adalah kondisi yang menjamin keselamatan dan tercegahnya
bencana bagi suatu gedung beserta isinya yang diakibatkan oleh kegagalan dan atau tidak
berfungsinya aspek – aspek arsitektural, struktural, dan utilitas gedung.
t. Keamanan
Keamanan adalah kondisi yang menjamin tercegahnya gedung dan isinya dari segala
macam gangguan baik orang dan gangguan cuaca dan alam di sekitarnya.
u. Bangunan Sehat
Bangunan sehat adalah gedung yang dapat menjamin tercegahnya segala gangguan yang
dapat menimbulkan penyakit atau rasa sakit bagi penghuni suatu gedung.
v. Plambing/Plumbing
Plambing adalah sistem jaringan per-pipa-an dan kelengkapannya didalam gedung yang
berfungsi untuk mengalirkan kedalam bangunan gedung zat/benda yang diperlukan
seperti air bersih, gas masak (bahan bakar gas), udara bersih. Juga yang berfungsi
mengalirkan keluar dari gedung segala zat/benda (cair,gas) yang tidak berguna atau yang
dapat mengganggu/membahayakan gedung/isinya serta kesehatan dan keselamatan
penghuninya. Termasuk didalamnya peralatan yang mendukung berfungsinya sistem
plambing seperti pompa air, bak/tangki penampungan air, tangki septic, dan sebagainya.
w. Eskalator/Escalator
Eskalator adalah alat/sistem transportasi didalam bangunan gedung untuk mengangkut
penumpang (pemakai/penghuni gedung) dari suatu tempat ke tempat lain yang bergerak
secara terus menerus baik dalam arah horizontal maupun dalam arah miring atau
diagonal.
7|Page
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
x. Kompartemenisasi
Kompartemenisasi adalah usaha untuk mencegah penjalaran kebakaran dengan cara
membatasi api dengan dinding, lantai, kolom, balok yang tahan terhadap api untuk waktu
yang sesuai dengan kelas bangunan.
y. Pintu Kebakaran
Pintu kebakaran adalah pintu yang langsung menuju tangga kebakaran dan hanya
digunakan apabila terjadi kebakaran pada/ didalam gedung. Tingkat mutu bahan terhadap
api :
1. Bahan mutu tingkat 1 atau bahan tidak bisa terbakar adalah bahan memenuhi
persyaratan pengujian sifat bakar serta memenuhi pula penguncian sifat penjalaran
api pada permukaan.
2. Bahan mutu tingkat 2 atau bahan tidak mudah terbakar adalah bahan yang
sekurang-kurangnya memenuhi persyaratan pada pengujian penjalaran api pada
permukaan untuk tingkat bahan sukar terbakar serta memenuhi ujian permukaan
tambahan.
3. Bahan mutu tingkat 3 atau bahan penghambat rambatan nyala api adalah lahan yang
sekurang-kurangnya memenuhi persyaratan pada pengujian penjalaran api
permukaan, untuk tingkat bahan yang bersifat menghambat api.
4. Bahan mutu tingkat 4 atau bahan berkemampuan menghambat nyala api adalah
bahan yang sekurang-kurangnya memenuhi syarat pada pengujian penjalaran api
permukaan untuk tingkat agak menghambat api.
5. Bahan mutu tingkat 5 atau bahan mudah terbakar adalah bahan yang tidak
memenuhi baik persyaratan uji sifat bakar maupun persyaratan sifat penjalaran api
permukaan.
z. Tangga Kebakaran
Tangga kebakaran adalah tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan
penghuni dari bahaya kebakaran.
aa. Bahan Lapis Penutup
Bahan lapis penutup adalah bahan bangunan yang dipakai sebagai lapisan penutup bagian
dalam bangunan.
bb. Ketahanan Terhadap Api
Ketahanan terhadap api adalah sifat dari komponen struktur untuk tetap bertahan terhadap
api tanpa kehilangan fungsinya sebagai komponen struktur dalam satuan waktu yang
8|Page
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
ff. Sprinkler
Sprinkler otomatis dalam ketentuan ini adalah suatu sistem pemancar air yang bekerja
secara otomatis bilamana suhu ruangan mencapai suhu tertentu yang menyebabkan
pecahnya tabung/tutup kepala sprinkler sehingga air memancar keluar. Deflector yang
tedapat pada kepala sprinkler menimbulkan distribusi pancaran ke semua arah.
gg. Pipa Peningkatan Air (Riser)
Pipa peningkatan air (riser) adalah pipa vertikal yang berfungsi mengalirkan air ke
jaringan pipa antara di tiap lantai dan mengalirkannya ke pipa cabang dalam bangunan.
Pipa peningkatan air dibedakan atas pipa peningkatan air kering (dry riser) yang kosong
dan pipa peningkatan air basah (wet riser) yang senantiasa berisi air.
hh. Pipa Peningkatan Air Kering
Pipa peningkatan air kering adalah pipa air yang umumnya kosong dipasang dalam
gedung atau didalam areal gedung dengan pintu air masuk (inlet) letaknya menghadap ke
jalan untuk memudahkan pemasukan air dari dinas kebakaran guna mengalirkan air ke
pipa-pipa cabang yang digunakan untuk mensuplai hidran di lantai lantai bangunan.
ii. Pipa Peningkatan Air Basah
Pipa peningkatan air basah adalah pipa air yang secara tetap berisi air dan mendapat
aliran tetap dari sumber air, dipasang dalam gedung atau di dalam area bangunan, yang
digunakan untuk mengalirkan air ke pipa-pipa cabang untuk mengisi hidran di lantai-
lantai bangunan.
jj. Sumber daya listrik darurat
Sumber daya listrik darurat adalah suatu pembangkit tenaga listrik yang digunakan untuk
9|Page
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
mengoperasikan perawatan dan perlengkapan termasuk utilitas yang ada pada bangunan,
pada kondisi darurat.
kk. Kerusakan komponen bangunan kerusakan komponen bangunan meliputi:
1. Kerusakan ringan arsitektural adalah kerusakan pada bagian bangunan yang tidak
mengganggu fungsi bangunan dari segi arsitektur seperti kerusakan kecil pada
pekerjaan finishing yang tidak menimbulkan gangguan fungsi dan estetika gedung
serta tidak menimbulkan bahaya sedikitpun kepada pemakai/penghuni bangunan
disebut kondisi andal.
2. Kerusakan sedang arsitektur adalah kerusakan pada bagian bangunan yang dapat
menganggu fungsi bangunan dari segi arsitektur (fungsi, kenyamanan dan estetika)
seperti kerusakan pada bagian dari bangunan yang dapat mengurangi segi
keindahan/estetika bangunan dan dapat mengurangi kenyamanan kepada
pemakai/penghuni banguna, disebut kurang andal.
3. Kerusakan berat arsitektur adalah kerusakan pada bagian bangunan yang sangat
mengganggu fungsi dan keindahan serta mengakibatkan hilangnya rasa nyaman dan
atau dapat menimbulkan bahaya kepada pemakai /penghuni gedung, disebut tidak
andal.
4. Kerusakan ringan struktur adalah cacad/kerusakan/kegagalan pada komponen
struktur yang tidak akan mengurangi fungsi layan (kekuatan, kekakuan dan
daktilitas) struktur secara keseluruhan, struktur dalam kondisi prima atau kondisi
andal.
5. Kerusakan sedang struktur adalah cacat/kerusakan/kegagalan pada komponen
struktur yang dapat mengurangi kekuatannya tetapi kapasitas layan (kekuatan,
kekakuan, dan daktilitas) struktur sebagian atau secara keseluruhan tetap dalam
kondisi aman tetapi dibawah kondisi primaatau disebut kurang andal.
6. Kerusakan berat struktur adalah cacad/kerusakan/kegagalan pada komponen struktur
yan dapat mengurangi kekuatannya sehingga kapasitas layan (kekuatan, kekakuan,
dan daktilitas) struktur sebagian atau secara keseluruhan tetap dalam kondisi aman
tetapi dibawah kondisi prima atau disebut kurang andal.
7. Rusak ringan utilitas adalah rusak kecil/tidak berfungsinya sub komponen utilitas
yang tidak akan menimbulkan gangguan atau mengurangi tingkat keberfungsian
komponen utilitas dalam gedung atau disebut kondisi andal.
8. Kerusakan sedang utilitas adalah kerusakan/tidak berfungsinya sub komponen utilitas
10 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
11 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
3. Persyaratan sanitasi
Sistem sanitasi harus disediakan di dalam dan diluar bangunan gedung untuk
14 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
memenuhi kebutuhan air bersih, pembuangan air kotor, dan atau air limbah,
kotoran, dan sampah, serta penyaluran air hujan. Sistem sanitasi pada bangunan
gedung dan lingkungannya harus dipasang sehingga mudah dalam pengoperasian
dan pemeliharaannya, tidak membahayakan serta tidak mengganggu lingkungan
sekitar. Setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sistem plambing, yang
meliputi sistem air bersih, sistem air kotor, air kotoran dan atau air limbah, alat
plambing yang memadai serta sistem pengolahan air limbah.
Sistem plambing harus direncanakan dan dipasang sedemikian rupa sehingga
mudah dalam operasional dan pemeliharaannya, tidak mencemari lingkungan, serta
diperhitungkan sesuai fungsi bangunan gedung. Ketentuan tata cara perencanaan
dan pemasangan sistem plambing pada bangunan gedung mengikuti pedoman dan
standar teknis yang berlaku.
Setiap bangunan gedung dan pekarangannya harus dilengkapi dengan sistem
air hujan.
Air hujan harus dialirkan ke sumur resapan dan dialirkan ke jaringan drainase
kota sesuai dengan ketentuan tertentu kecuali untuk daerah tertentu.
Bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun sebab-sebab lain yang dapat
diterima, maka harus dilakukan cara-cara lain yang dibenarkan oleh instansi
yang berwenang.
Sistem saluran air hujan harus dipelihara untuk mencegah terjadinya endapan
dan penyumbatan pada saluran.
Ketentuan tata cara perencanaan, pemasangan dan pemeliharaan sistem saluran
air hujan pada bangunan gedung mengikuti pedoman dan standar teknis yang
berlaku.
Ketentuan tata cara perencanaan, pemasangan dan pengelolaan fasilitas
persampahan pada bangunan gedung mengikuti pedoman dan standar teknis
yang berlaku.
Aspek-aspeknya meliputi :
Persyaratan plambing pada bangunan gedung.
Persyaratan instalasi gas medik.
Persyaratan penyaluran air hujan.
Persyaratan fasilitas sanitasi dalam bangunan gedung (saluran
pembuangan air kotor, tempat sampah, penampungan sampah, dan
15 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
pengolahan sampah).
4. Persyaratan penggunaan bahan bangunan gedung
Penggunaan bahan bangunan gedung harus aman bagi kesehatan pengguna
bangunan gedung dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Penggunaan bahan bangunan dalam pembangunan dan pemanfaatan bangunan
gedung harus:
Menjamin kesehatan, keselamatan pengguna gedung dan tidak menimbulkan
dampak negative terhadap lingkungan.
Menjamin keandalan bangunan gedung sesuai umur layanan teknis yang
direncanakan.
Menjamin ketahanan bahan bangunan terhadap kerusakan yang diakibatkan
oleh cuaca, serangga perusak, dan atau jamur.
Mewujudkan bangunan gedung yang serasi dan selaras dengan
lingkungannya.
Pemanfaatan dan penggunaan bahan bangunan lokal dianjurkan sesuai dengan
kebutuhan dan memperhatikan kelestarian lingkungan.
Penggunaan bahan bangunan untuk fungsi dan klasifikasi bangunan gedung
tertentu termasuk bahan bangunan tahan api harus melalui ujian.
Bahan bangunan pre-fabrikasi harus dirancang sehingga memiliki sistem
sambungan yang baik dan andal serta mampu bertahan terhadap gaya angkat
pada saat pemasangan.
Ketentuan mengenai bahan bangunan mengikuti pedoman dan standar teknis
yang berlaku.
17 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Beberapa aspek fisik yang sangat penting untuk diperhatikan dalam studi evaluasi
karena sangat menentukan kenyamanan bagi pemakai di dalamnya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi fisik ruang adalah:
a. Warna
Sebagai bangunan gedung yang memiliki fungsi sebagai bangunan rumah sakit,
bangunan perkantoran, bangunan olah raga maka pemilihan warna untuk ruang-ruang
dalam bangunan akan sangat berpengaruh terhadap penciptaan suasana ruang, terutama
yang berkaitan dengan psikis pemakai bangunan.
Pemilihan warna dapat berupa warna penerangan buatan yang digunakan maupun warna
yang dipakai sebagai bahan pelengkap ruangan seperti bahan penutup dinding, furniture,
bahan dekoratif ruangan dan sebagainya.
Penyelesaian warna pada masing-masing banguna, baik untuk eksterior ataupun interior
menggunakan warna-warna cerah. Kondisi ini telah sesuai dan sangat mendukung
fungsi ataupun jenis kegiatan yang berlangsung, sehingga penyelesaian warna ini perlu
ditindaklanjuti. Penerangan buatan di dalam ruang sebagaian besar menggunakan
penerangan umum yang bersifat langsung dengan menggunakan jenis lampu daylight
yang mempunyai efek perubahan warna relatif kecil.
b. Penghawaan
Suhu yang nyaman dan optimum untuk suatu ruang adalah 22-25° C dengan
kelembaban 40%-60%. Penyimpangan dari standar tersebut akan berpengaruh kepada
kelangsungan aktivitas dalam ruang, penyimpangan ini dapat menimbulkan kelelahan,
kegerahan dan sebagainya. Oleh sebab itu perlu dipikirkan mengenai pemecahan untuk
memperoleh suhu dan kelembaban yang sesuai dengan standar sehingga ruang menjadi
nyaman. Ketidaknyamanan ruang dipengaruhi oleh :
- Radiasi dinding, atap, oleh sinar matahari
- Panas karena suhu badan manusia
- Peralatan dan bahan yang dapat menimbulkan panas
Salah satu usaha yang dilakukan untuk menghindari ketidaknyamanan, adalah:
- Mengatur tata letak bangunan dan ruang sehingga dapat mengurangi pengaruh
langsung sinar matahari.
- Penggunaan peralatan/bahan yang dapat mengurangi panas.
- Mengkondisikan udara, baik dengan ventilasi alam maupun buatan (AC).
Untuk mencapai kondisi ruang yang diinginkan yaitu dengan suhu sekitar 22- 25°C dan
20 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
nilai kelembaban 40%-70% dan kebutuhan udara bersih 20- 50m3/jam per orang
maka perlu pengkondisian ruang, yaitu dengan cara pemasangan AC Pakage dan
Split. Pemilihan sistem tergantung pada kekhususan ruang dan kebutuhan ruang.
Pada kondisi bangunan eksisting secara umum luasan pelubangan Binding untuk fungsi
jendela sebagai tempat pertukaran udara berlangsung telah memenuhi persyaratan
apabila dibandingkan dengan luas ruangan di dalamnya, kondisi ini didukung dengan
sumbu akses bangunan. Penggunaan sistem AC pada bangunan eksisting tentu saja akan
sangat membantu dalam menciptakan suasana kerja yang nyaman. Sebagai
konsekuensinya biaya operation maintenance perlu ditambahkan.
c. Penerangan
Dalam usaha untuk menunjang aktivitas yang terjadi maka dibutuhkan sistem
penerangan yang tepat. Sistem penerangan ini dibedakan menjadi 2 yang disesuaikan
dengan kebutuhan, yaitu :
- Penerangan alami
Penerangan alami pada siang hari dapat dimanfaatkan untuk ruang-ruang yang
langsung berhubungan dengan luar. Penerangan alam ini memiliki jarak jangka
mencapai 6 kali tinggi bukaan sedangkan selebihnya dapat diupayakan penerangan
buatan.
- Penerangan buatan
Sebagai bangunan perkantoran, pengadaan penerangan buatan disesuaikan dengan
aktivitas dan fungsi masing-masing ruang, yaitu : Penerangan umum untuk
memberikan iluminasi yang tersebar merata ke seluruh ruangan, penerangan,
penerangan khusus untuk ruang-ruang yang membutuhkan ketelitian kerja yang
cukup tinggi, selain itu juga untuk menciptakan suasana yang diinginkan. Penerangan
buatan pada siang hari diupayakan hanya sebagai tambahan penerangan dari terang
alami atau untuk mengatasi permasalahan apabila kondisi tidak memungkinkan,
sehingga zonasi perletakan dari tata lampu yang ada perlu untuk direncanakan secara
seksama. Perletakan tata lampu dari penerangan buatan yang terdapat pada bangunan
eksisting, umumnya sebagai penerangan umum dengan jenis penerangan langsung
dan merata pada seluruh ruang. Jumlah titik lampu dan jenis penerangan yang ada
secara umum telah memenuhi persyaratan. Pada perencanan nantinya perlu
direncanakan zonasi dari tata letak lampu yang mengacu pada terang alami yang
diterima oleh ruangan.
21 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
22 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
bawah ini.
Sedangkan instrumen sederhana yang digunakan adalah menggunakan alat yang dapat
mendeteksi beberapa parameter suhu, kelembaban suatu ruang, kandungan kadar
karbondioksida. Berikut adalah gambar beberapa alat kerja yang digunakan dalam melakukan
pengujian.
Keterangan:
- Sound level meter LUTRON SL-4012 untuk mengukur tingkat kebisingan.
- Anemometer probe YK-200PAL-LUTRON + Intelligent Thermometer YK- 2001TM
untuk mengukur laju kecepatan udara.
- Light level meter LUTRON YK-200PLX untuk mengukur tingkat pencahayaan.
- Distance meter - DISTO untuk mengukur jarak, luas dan volume ruang.
23 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Sedangkan untuk mengumpulkan informasi yang dapat dipercaya (reliable data) dan faktual,
maka tahap awal yang penting untuk dilakukan adalah pemeriksaan lapangan.
a. Kesepakatan pemeriksaan (Inspection agreement)
- Pemahaman tujuan inspeksi (perlu ada kesepakatan tertulis antara pemeriksa dan
pemilik/pengelola bangunan gedung, Tujuan dari kesepakatan adalah untuk
menghindari perselisihan dan ketidaksepahaman yang tidak perlu).
- Identifikasi kondisi fisik.
- Tahapan pengamatan awal terhadap kondisi bangunan gedung.
- Pengamatan visual dalam kondisi pencahayaan normal atau khusus.
- Testing dengan peralatan tertentu.
- Batasan (limitation).
b. Pemeriksaan (Inspection)
- Nama pemilik/pengelola bangunan.
- Alamat lokasi bangunan yang diamati.
- Tanggal dan waktu pemeriksaan.
- Identitas dari pemeriksa yang melakukan pemeriksaan.
- Kondisi ambien pada saat dilakukan penyelidikan yang dinilai relevan dengan
tujuan penyelidikan.
- Deskripsi dan identifikasi kondisi struktur bangunan.
- Identifikasi area tertentu yang tidak bisa diselidiki (meskipun termasuk dalam
lingkup peneyelidikan) dengan alasan tertentu.
- Observasi dari hasil pemeriksaan.
c. Pelaporan (Inspection records)
- Identifikasi semua pihak yang terlibat (Nama dan alamat lembaga pemeriksa,
Identitas personil yang melakukan pemeriksaan, Identitas pemilik/pengelola
bangunan gedung).
- Detail properti (Alamat bangunan gedung yang diperiksa, Deskripsi dan identifikasi
bangunan, bagian dari bangunan atau struktur lainnya).
- Detail pemeriksaan (Tanggal pemeriksaan, Detail tentang tujuan, lingkup dan
kriteria-kriteria yang disepakati, Kondisi ambien pada saat dilakukan pemeriksaan).
- Batasan-batasan, berupa identifikasi beberapa area atau item yang tidak diperiksa
karena alasan tertentu dan jika diperlukan diberikan rekomendasi untuk
pemeriksaan lebih lanjut.
24 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
- Observasi.
- Item-item penting.
- Kesimpulan.
25 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Konsep Perencanaan batas dan evaluasi kondisi batas digunakan sebagai prinsip dasar
peraturan beton Indonesia (SNI 03-2847-2019).
26 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Prosedur desain yang memperhitungkan adanya faktor-faktor beban dan resistance diatas
disebut sebagai desain kekuatan ultimit. Prosedur desain ini pada dasarnya merupakan metoda
perencanaan kondisi batas dimana perhatian utama ditekankan pada kondisi batas ultimit.
Kondisi batas serviceabilitas (kemampuan layanan) kemudian dicek setelah desain awal
diperoleh. Filosofi dasar metoda perencanaan ini terdapat pada SNI 03-2847-2019 yang
27 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
bunyinya adalah:
1. Struktur dan komponen struktur harus direncanakan hingga semua penampang
mempunyai kekuatan rencana minimum same dengan kuat perlu, yang dihitung
berdasarkan kombinasi beban dan gaya terfaktor yang sesuai dengan ketentuan tata
cara ini.
Dalam butir a diatas, kuat rencana adalah identik dengan ORn; sedangkan kuat perlu
mengacu pada pengaruh beban terfaktor, yaitu a1S1 + a2S2 + ....
2. Komponen struktur juga harus memenuhi ketentuan lain yang tercantum dalam tata
cara ini untuk menjamin tercapainya perilaku struktur yang cukup baik pada tingkat
beban kerja. Butir 2 diatas mengharuskan adanya pengontrolan lendutan dan lebar
retak pada komponen struktur yang sudah didesain.
Beban Terfaktor dan Kuat Perlu
SNI 03-2847 menguraikan tentang faktor-faktor beban dan kombinasi beban terfaktor untuk
perhitungan pengaruh beban.
Kombinasi beban terfaktor tersebut adalah:
- Kombinasi beban mati dan beban hidup: U = 1,2 D + 1,6 L
- Jika pengaruh angin ikut diperhitungkan: U = 0,75 (1,2 D + 1,6 L + 1,6 W) atau U = 0,9
D + 1,3 W
- Jika pengaruh gempa harus diperhitungkan: U= 1,05 ( D + LR ± E) atau U = 0,9 (D ± E )
Kuat perlu atau pengaruh beban terfaktor (seperti momen, geser, torsi, dan gaya aksial)
dihitung berdasarkan kombinasi beban terfaktor U diatas. Kuat perlu atau pengaruhpengaruh
beban terfaktor tersebut ditulis dengan simbol- simbol M, V, T, dan u, dimana subscript u
menunjukkan bahwa nilai-nilai M, V, T dan U tersebut didapat dari beban terfaktor U.
d. Investigasi Penanganan Struktur Gedung yang Mengalami Retak Retak dan Penurunan
Penyelidikan terhadap Bangunan Gedung dilakukan untuk mengetahui Kelayakan dan
Keamanan Bangunan dan segi kekuatan strukturnya.
Penyelidikan yang akan dilakukan meliputi penyelidikan lapangan dan laboratonium. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui Kelayakan dan Keamanan bangunan struktur eksisting.
Disamping itu, penyelidikan ini juga diharapkan dapat memberikan rekomendasi tentang
metoda perbaikan atau perkuatan bilamana diperlukan.
Sebagai tahapan pertama sebelum dilakukannya analisis faktor keamanan struktur, perlu
dilakukan terlebih dahulu evaluasi yang mendalam mengenai kondisi aktual struktur,
28 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
29 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
30 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
31 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
32 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
34 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
35 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
36 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
2. Tahapan pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan perlu diperhatikan tingkat kesulitan dalam
mencapai lokasilokasi yang telah ditentukan sebagai lokasi pengujian.
Sistem perancah dapat digunakan, namun sistemnya harus direncanakan
dan dipersiapkan dengan baik. Penanganan peralatan pengujian harus
dilakukan dengan baik selama pelaksanaan. Selain itu, keselamatan
tenaga pelaksana harus benar-benar diperhatikan (tenaga pekerja perlu
dilengkapi dengan peralatan keselamatan seperti topi pengaman ("hard
hat"), tali pengikat dan lain-lain). Pada saat pelaksanaan, perlu
diperhatikan pengaruh gangguan yang mungkin timbul dari pengujian
tersebut terhadap lingkungan (baik terhadap orang maupun terhadap
gedung-gedung struktur-struktur disekitar lokasi struktur yang sedang
diuji).
3. Tahapan interpretasi
Tahap interpretasi dapat dibagi menjadi tiga tahapan yang berbeda.
Kalibrasi
Peninjauan variasi hasil pengukuran
Analisis Perhitungan
i. Metoda Pengujian
Metoda pengujian untuk mengevaluasi kerusakan beton pads umumnya dapat
dibagi menjadi dua yaitu :
- Metoda langsung
Sebagai contoh : pengamatan visual, analisis dan pengujian bahan.
- Metoda tidak langsung
Pada metoda ini, dilakukan pengukuran parameter-parameter yang dapat
dikorelasikan dengan kekuatan, perilaku elastik atau kondisi kerusakan bahan.
37 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Selain itu metoda pengujian dapat juga dikelompokkan atas dasar tingkat
kerusakan yang ditimbulkan pads struktur, yaitu pengujian Non-Destructive,
pengujian Semi-Destructive, dan pengujian Destructive.
Metoda pengujian non-destructive adalah metode pengujian yang tidak merusak
struktur/komponen struktur yang ditinjau. Yang tergolong dalam jenis pengujian
ini diantaranya adalah pengujian hammer, ultrasonic, dan kain-lain. Metoda
pengujian semi-destruktive adalah pengujian yang menimbulkan kerusakan
minor sampai sedang pads struktur/komponen struktur yang diuji. Contoh dari
pengujian ini diantaranya adalah pengujian pull-out, pengujian core, pengujian
beban batas (ultimatelcollapase load test) pada komponen-komponen struktur.
39 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
41 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
42 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Eskalator : motor penggerak, alat kontrol, kabel dan panellisrik, rantai penarik,
roda gigi penarik, badan eskalator, anak tangga.
3. Utilitas plumbing
Air bersih : sumber air, tangki penampungan atas, pompa penampungan dan
alat kontrol, pompa distribusi, listrik untuk panel pompa, pompa instalasi, kran.
Air kotor : kloset, saluran ke tangki septictank, kran air gelontor, tangki septic,
bak cuci, saluran dari bak cuci kesaluran terbuka, lubang pengurasan, pipa air
hujan.
4. Utilitas instalasi listrik
Sumber daya PLN : panel tegangan menengah, trafo, panel distribusi, lampu
amature, kabel instalasi.
Sumber daya genset : motor penggerak, alternator, alat pengisian aki, radiator,
kabel instalasi, AMF, daily tank panel.
Sistem tata udara sentral: sistem pendinginan langsung (media air), sistem
pendinginan tidak langsung (media udara).
Sistem tata udara non sentral: sistem AC windows, sistem AC split.
43 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
44 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
antar pengguna, penghuni dan masyarakat sekitarnya, selain itu harus memenuhi persyaratan
dalam pencegahan terjadinya Kecelakaan.
Dalam rangka melindungi, memelihara dan mewujudkan lingkungan yang sehat pada sarana
dan :angunan umum perlu dilakukan berbagai upaya pengendalian faktor risiko penyebab
timbulnya penyakit sebagai bagian dari kegiatan surveilans epidemiologi.
a. Komponen Lingkungan
Indikator penilaian Sarana Sanitasi bangunan meliputi beberapa parameter sebagai
berikut
- Sarana air bersih
- Drainase gedung
- Sarana pembuangan air limbah
- Sarana pembuangan sampah.
1. Sarana air bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari baik domestik
(rumah tangga) maupun non domestik (perkantoran, industri, komersial dan fasilitas
umum lainnya) yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dapat diminum apabila
telah dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan
dan dapat langsung diminum.
Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang
bersih dan aman, karena pencemaran air minum/air bersih dapat terjadi mulai dari
sumber air, selama proses pengolahan maupun selama pengaliran di dalam pipa
distribusi. Beberapa sarana air bersih yang umum digunakan untuk keperluan
domestik ataupun non domestik diantaranya: sumur dangkal (sumur gali, sumur
pompa tangan dangkal), sumur dalam (sumur artesis), terminal air, PDAM.
Demikian pula dalam suatu bangunan, pencemaran dalam sumber air bersihnya pun
dapat terjadi, oleh karena itu, sumber/sarana air bersih dalam suatu bangunan perlu
direncanakan. Misalnya jika menggunakan sarana air bersih dari sumur, maka
persyaratan konstruksi bangunan sumur harus aman terhadap polusi yang disebabkan
pengaruh luar, sehingga harus dilengkapi dengan pagar keliling, selain itu bangunan
pengambilan harus dapat dikonstruksikan secara mudah dan ekonomis serta dimensi
sumur harus memperhatikan kebutuhan maksimum harian.
Persyaratan kualitatif menggambarkan mutu atau kualitas dari air bersih. Persyaratan
ini meliputi persyaratan fisik, kimia, biologi dan radiologi. Syarat kualitas air ini
46 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
menunjukkan bahwa kandungan unsur fisik, kimia,biologi dan radiologi harus berada
dibawah ambang batas yang diatur menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.907/Menkes/SK/VII/2002, sehingga tidak membahayakan tingkat kesehatan
manusia.
Batasan-batasan air yang bersih dan aman antara lain
- Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit.
- Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun.
- Tidak berasa dan tidak berbau.
- Dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga.
- Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen
Kesehatan RI. Adapun syarat-syarat kualitas air minum diantaranya seperti
terlihat pada tabel berikut.
Tabel 2.9. Persyaratan Kualitas Air Minum (Sumber: SK Menkes No. 907 Tahun 2002)
2. Drainase Gedung
Bangunan yang dilengkapi dengan sistem plambing harus dilengkapi dengan sistem
drainase untuk pembuangan air hujan yang berasa) dari atap maupun jalur terbuka
yang mengalirkan air. Air hujan yang dibawa dalam sistem plambing ini harus
disalurkan ke dalam lokasi pembuangan untuk air hujan. Hal ini karena tidak boleh
air hujan disalurkan ke dalam sistem plambing air buangan yang hanya bertujuan
untuk menyalurkan air buangan saja atau disalurkan ke suatu tempat sehingga air
hujan tersebut akin mengalir ke jalan umum, menyebabkan erosi atau genangan
47 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
air. Bila terdapat sistem plambing air buangan dan air hujan dalam satu gedung
maka tidak dianjurkan untuk digabungkan kecuali hanya pada lantai paling bawah
saja. Sistem plambing air hujan yang digabung dengan air buangan pada lantai
terbawah harus dilengkapi dengan perangkap untuk mencegah keluarnya gas dan bau
tidak enak dari sistem tersebut. Setiap gedung yang direncanakan/dibangun harus
mempunyai perlengkapan drainase untuk menyalurkan air hujan dari atap dan
halaman (dengan pengerasan) di dalam persil ke saluran pembuangan campuran kota.
Adapun sistem pengaliran air hujan dapat dilakukan dengan 2 cara:
- Sistem Gravitasi : yaitu melalui pipa dari atap dan balkon menuju lantai dasar
dan dialirkan langsung ke saluran kota
- Sistem Bertekanan (Storm Water) : yaitu air hujan yang masuk ke lantai
basement melalui ramp dan air buangan lain yang berasal dari cuci mobil dan
sebagainya dalam bak penampungan sementara (sump pit) di lantai basement
terendah untuk kemudian dipompakan keluar menuju saluran kota.
Gutter (talang atap) dan leader (talang tegak) air hujan digunakan untuk
menangkap air hujan yang jatuh ke atas atap atau bidang tangkap lainnya di atas
tanah. Dari leader kemudian dihubungkan ke titik-titik pengeluaran, umumnya
ke permukaan tanah atau sistem drainase bawah tanah (underground drain).
Tidak diperkenankan menghubungkannya dengan sistem saluran saniter. Talang
tegak dapat ditempatkan di dalam ruangan (conductor) maupun di luar bangunan
(leader).
Berdasarkan rekomendasi dari Copper & Brass Research Association beberapa
prinsip berkenaan dengan penentuan ukuran gutter & leader adalah:
- Ukuran leader dibuat sama dengan outletnya, untuk menghindari kemacetan
aliran yang ditimbulkan oleh daun dan kotoran lainnya.
- Jarak maksimum antar leader adalah 75 ft (22,86 m). Aturan yang paling
aman adalah untuk 150 ft2 (13,94 m2) luas atap dibutuhkan I inci luas
leader. Angka-angka tersebut dapat berubah akibat kondisi-kondisi lokal.
- Ukuran outlet tergantung pada jumlah & jarak antar outlet, kemiringan atap
dan bentuk gutter.
- Jenis gutter terbaik adalah jika punya kedalaman minimal sama dengan
setengah kali lebarnya dan tidak lebih dari 3/4 lebarnya.
Gutter berbentuk setengah lingkaran merupakan bentuk yang paling
48 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
49 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
50 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
51 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Beberapa jenis pemeliharaan berdasarkan British Standard Institute (1984) BS 3811 : 1984
Glossary of Maintenance Management Terms in Terotechnology :
1. Pemeliharaan terencana (planned maintenance): pemeliharaan yang terorganisir dan
terencana. Adanya pengendalian dan pencatatan rencana pemeliharaan.
2. Pemeliharaan preventif (preventive maintenance): pemeliharaan dengan interval yang
telah ditetapkan sebelumnya, atau berdasarkan kriteria tertentu. Bertujuan untuk
mengurangi kemungkinan kegagalan atau degradasi performa suatu benda.
3. Pemeliharaan korektif (corrective maintenance): pemeliharaan yang dilakukan setelah
kerusakan atau kegagalan terjadi, lalu mengembalikan atau mengganti benda tersebut ke
kondisi yang diisyaratkan sesuai fungsinya.
4. Pemeliharaan darurat (emergency maintenance): pemeliharaan yang dilakukan dengan
segera untuk menghindari risiko yang serius. Pemeliharaan bangunan gedung harus
sering dilakukan selama masa penggunaan bangunan tersebut sehingga biaya perbaikan
yang digunakan dapat ditekan sekecil-kecilnya.
Komponen
Pemeliharaan
54 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Namun, tidak semua komponen gedung diamati pemeliharaannya karena waktu penelitian
yang terbatas. Standar pelaksanaan pemeliharaan komponen- komponen gedung mengacu
pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung disajikan dalam Tabel di bawah ini:
12 Pengecetan kembali talang tegak dari pipa besi atau PVC 4 tahun
55 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
57 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Bab 3 Metodologi
3.1 Pemeriksaan Kelaikan Bangunan
Secara umum pemeriksaan kelaikan bangunan gedung dilakukan dengan Cara
pengamatan visual kondisi fisik bangunan terhadap komponen Arsitektur, Struktur,
Utilitas, Kebakaran dan pemenuhan fasilitas aksesibilitas bagi penyandang cacat. Untuk
pemeriksaan struktur beton pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan Hammer test.
Untuk pemeriksaan instalasi bangunan pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan
alat pemantau suhu ruangan dan alat lainnya yang diperlukan. Setiap komponen
pemeriksaan wajib disiapkan gambar rencana atau as build drawings untuk kebutuhan
pemeriksaan dilapangan. Bila gambar yang dimaksud tidak tersedia, konsultan wajib
membuat gambar sesuai dengan kebutuhan (Conditional Drawings).
58 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
59 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
60 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
64 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Gambar 3.3 Bagan Tata Cara Penertiban SLF untuk Bangunan Gedung Baru
65 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Gambar 3.4 Bagan Tata Cara Penertiban SLF Bangunan Gedung yang Sudah Ada (Eksisting) dan Memiliki IMB
66 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Gambar 3.5 Bagan Tata Cara Penertiban SLF Bangunan Gedung yang Sudah Ada (Eksisting) dan Belum Memiliki IMB
67 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Gambar 3.7 Bagan Tata Cara Pemeriksaan Kelaikan Fungsi Bangunan Gedung Baru berupa Rumah Tinggal Tunggal dan Rumah
Tinggal deret yang Dilakukan Oleh Tim Teknis Perangkat Daerah Penyelenggara SLF.
69 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Gambar 3.8 Bagan Tata Cara Pemeriksaan Kelaikan Fungsi Bangunan Gedung yang Sudah Ada (Eksisting) berupa Rumah Tinggal
Tunggal dan Rumah Tinggal Deret yang Telah Memiliki IMB Untuk Penerbitan SLF.
70 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Gambar 3.9 Bagan Tata Cara Pemeriksaan Kelaikan Fungsi Bangunan Gedung yang Sudah Ada (Eksisting) berupa Rumah Tinggal
Tunggal dan Rumah Tinggal Deret yang Belum Memiliki IMB Untuk Penerbitan SLF
71 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Gambar 3.10 Bagan Tata Cara Pemeriksaan Kelaikan Fungsi Bangunan Gedung yang Sudah Ada (Existing) berupa Rumah Tinggal
Tunggal dan Rumah Tinggal Deret untuk Perpanjangan SLF
72 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Gambar 3.11 Bagan Tata Cara Pemeriksaan Kelaikan Fungsi Bangunan Gedung yang Sudah Ada (Eksisting) berupa Rumah Tinggal
Tunggal dan Rumah Tinggal Deret Pasca bencana
73 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
dilapangan. Bila gambar yang dimaksud tidak tersedia, Konsultan wajib membuat
gambar sesuai dengan kebutuhan.
1. Arsitektur
a) Menyiapkan gambar-gambar arsitektur yang diperlukan.
b) Menyiapkan formulir isian data lapangan.
c) Periksa dan cara kondisi fisik komponen arsitektur, sesuai formulir
yang telah dibuat.
2. Struktur
a) Menyiapkan gambar-gambar struktur yang diperlukan.
b) Menyiapkan formulir isian data lapangan.
c) Periksa dan catat kondisi fisik komponen struktur.
3. Utilitas
a) Menyiapkan gambar-gambar utilitas gedung, seperti: instalasi plumbing,
sistem penghawaan buatan, penerangan buatan, transportasi verlikal (lift,
eskalator), jaringan listrik, jaringan komunikasi, sanitasi, dan peralatan lain
yang menunjang fungsi bangunan gedung.
b) Menyiapkan formulir isian data lapangan.
c) Periksa dan catat komponen utilitas yang ada baik di dalam maupun di luar.
d) Menyiapkan (gambar-gambar prasarana dan sarana kebakaran pada
bangunan gedung seperti: hidran, sprinkler, tangga darurat, dll, sesuai
dengan Permen PU No. 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem
Prototipe Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
e) Menyiapkan formulir Isian data Lapangan.
f) Perangkat dan cara komponen prasarana dan sarana kebakaran.
g) Menyiapkan gambar-gambar aksesibilitas penyandang cacat pada bangunan
gedung sesuai dengan Permen PU Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman
Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
h) Menyiapkan rekomendasi elemen aksesibilitas yang dipersyaratkan untuk
bangunan gedung.
76 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
digunakan untuk proses pengolahan dan penentuan nilai kelaikan dari segi arsitektur,
struktur, utilitas, kebakaran dan aksesibilitas, dengan langkah- langkah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan dan kesesuaian dan penyimpangan hasil pemeriksaan kondisi fisik
terhadap gambar desain arsitektur yang terkait.
2. Menentukan nilai kelaikan arsitektur berdasarkan hasil pemeriksaan.
3. Menyusun Rekomendasi.
4. Langkah penanganan bangunan gedung Selanjutnya, yaitu apakah bangunan
gedung tersebut perlu dilakukan penelitian detail lebih lanjut, perawatan,
perbaikan, perkuatan dan sebagainya untuk mencapai kondisi prima atau laik yang
wajib dilakukan oleh pemilik / pengguna bangunan gedung.
77 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
b) Struktur
Evaluasi dilakukan terhadap sistem struktur, pondasi, kolom, balok,
dinding, core, shear-wall, plafond dan atap.
c) Utilitas/Mekanikal dan Elektrikal
Evaluasi dilakukan terhadap sistem transportasi vertikal (STV), sistem
transportasi vertical eskalator, sistem instalasi plumbing (air bersih, air
kotor dan limbah, dan air hujan), sistem instalasi listrik sistem Instalasi
tata udara, sistem instalasi penangkal petir, sistem instalasi komunikasi
dan tata suara, sistem pembuangan sampah, dan sistem BAS (Building
Automatic System).
Persyaratan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran, Evaluasi
dilakukan pada sistem proteksi pasif dan aktif yang terdapat pada obyek
bangunan gedung, termasuk pemeriksaan terhadap peralatan pemadam
kebakaran, material insulator kebakaran.
Aksesibilitas penyandang cacat, Evaluasi dilakukan terhadap elemen
aksesiblitas yang terdapat pada bangunan gedung, sesuai dengan
ketentuan pada Permen PU No. 30/ PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis
Fasilitas dan Aksesiblitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
pemerintah terkait).
2. Meningkatnya kinerja pembinaan teknis bangunan gedung di daerah;
Meningkatkan kelaikan bangunan gedung dan perlengkapannya dalam menunjang
fungsi bangunan gedung dan tercapainya unsur-unsur keselamatan, kenyamanan,
kesehatan, komunikasi dan mobilisasi di dalam bangunan gedung tersebut.
3. Mengurangi kegagalan struktur yang diikuti oleh runtuhnya sebagian atau seluruh
gedung dan mengurangi dampak yang di timbulkan akibat bencana alam seperti
angin kencang, gempa, tanah longsor, perubahan fungsi dan sebagainya.
4. Terbinanya aparat Pemerintah Daerah dalam persiapan menyongsong
pemberlakuan SLF.
79 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
80 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Dinas Catatan
7 KTP Pemilik 3202102812500002 - Sipil Kabupaten
Sukabumi
Direktorat
8 NPWP Pemilik 06.871.781.8-405.000 -
Jenderal Pajak
SPT/PPH
Direktorat
10 PT. Jatikawi 65650406503231230330 30/04/2023
Jenderal Pajak
Group
Rekomendasi
Direktorat
11 UKL-UPL PT. 65650406503231230330 30/04/2023
Jenderal Pajak
Jatikawi Group
Dinas
Persetujuan Perhubungan
12 33/Hub.02.03.01/T.2021 06/01/2021
Andalalin Provinsi Jawa
Barat
As Build Drawing
PT. Farna
13 SPBU Jatikawi - 27/05/2021
Engineering
Group
PT. Farna
14 NIDI I.02.2024.PC07 08/02/2024
Engineering
Berita Acara PT. Gasindo Cipta
15 27/03/2023
Grounding Jaya
Berkas Tes
16 02/02/2024 PT. Pertamina
Commisionning
Sumber: PT. Jatikawi Group
81 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
bangunan.
Lokasi SPBU harus cukup luas dan aman dari bahan berbahaya yang mudah
terbakar dan berpotensi menimbulkan kecelakaan terhadap manusia dan/atau
lingkungan.
Lokasi SPBU harus mempertimbangkan tata letak yang aman untuk semua tangki,
tempat pengisian, pipa venting, dispenser dan fasilitas pelayanan lainnya terhadap
bahaya kebakaran atau ledakan serta tersedianya jalur keadaan darurat dan
evakuasi.
Lokasi SPBU harus bebas banjir dan di atasnya tidak dilalui jaringan kabel listrik
tegangan tinggi (SUTET) atau dekat transformer listrik.
Lokasi SPBU harus mempertimbangkan kondisi lalu lintas, jalan keluar masuk
agar tidak mengganggu lalu lintas umum.
a. Lokasi Tapak
SPBU Jatikawi Group berada di Kp. Cibolang RT/RW.001/001 Desa Cimahi
Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Gedung SPBU
sendiri berada di kawasan perumahan warga dengan lahan terdiri dari bangunan dan
open space (lahan terbuka). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan
Tabel 4.1 berikut ini.
82 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
SPBU Jatikawi Group berada di antara batas Desa Cimahi, Kecamatan Cicantayan
dan Desa Cibatu, Kecamatan Cisaat.
Berdasarkan Gambar 4.3 peta diatas maka lokasi kajian berada di kawasan
permukiman perumahan yang cukup padat. (Sumber: Drone dan RTRW Kabupaten
Sukabumi).
83 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
30˚
c. Perhitungan Tapak
- Luas lahan minimum:
Luas bangunan = 1.152,2 m2 / 0,8
= 1.440,25 m2 < 2.466 m2 ( Memenuhi)
- Luas lantai dasar:
KDB x Luas lahan minimum = 60% x 1.440,25 m
= 864,15 m2
- Dengan KDB 60%, maka luas lahan yang optimal untuk dibangun
adalah 60% x 2.466 m2 = 1.479,6 m2
Berkaitan dengan analisis tersebut di atas, maka hasil kajian lahan sudah sesuai
Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Sukabumi Tahun 2012-2032. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel 4.1 dibawah ini:
85 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
86 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Visual perkerasan hard standing pada SPBU Jatikawi Group seperti pada gambar
dibawah ini.
Jumlah orang pada masing-masing ruang akan ditampilkan pada Tabel 4.4 di bawah ini.
88 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Tabel 4.4. Luasan Lahan yang tersedia untuk parkir di SPBU Jatikawi Group
a. Volume Parkir.
- Analisis Kebutuhan Ruang Parkir Sepeda Motor
Dengan memperhitungkan Satuan Ruang Parkir (SRP) kendaraan roda dua =
0,75 x 2,00 = 1,5 m2, Jumlah kendaraan hasil forecasting adalah 50 kendaraan,
dan luas lahan yang tersedia 100 m2 yang berada di samping dan depan
mushala, Sehingga dibutuhkan 50 x (0,75 x 2,00 ) = 75 m² < 100 m2, Sehingga
luasan lahan yang tersedia mencukupi.
berdasarkan PP. No. 16 Tahun 2021 dan Permen PU No. 26 Tahun 2008 Tentang
Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan, yaitu volume bangunan diantaranya akses mobil pemadam kebakaran
dengan kriteria jalan lingkungan tinggi bebas pada jalur mobil masuk pemadam
kebakaran tidak boleh kurang dari 4.50 meter, lebar jalan akses kebakaran minimum
4.00 meter, dan radius putar akses pemadam kebakaran minimum 10,50 meter.
Ketinggian bangunan > 10 meter, dipersyaratkan adanya Lapis Perkerasan (hard
standing) dengan ukuran lapis perkerasan minimum 6.00 m x 15.00 m, posisi lapis
perkerasan 2 < x > 10 meter dari pusat posisi akses pemadam kebakaran, lapis perkerasan
pada bangunan lebih tinggi dari 24 meter, harus mampu menopang beban sebesar 44 ton,
dengan beban plat kaki (Jack), kemiringan Lapis Perkerasan 1 : 8.3, dan panjang lapis
perkerasan lebih dari 46 meter, harus disiapkan fasilitas belokan (memutar
kendaraan/manuver). Ketinggian < 10 meter, harus ada area operasi lebar 4 meter pada
bukaan akses, dengan jarak 45 meter dari jalur akses mobil pemadam kebakaran.
90 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Gambar 4.9. Ukuran Standar Tinggi, Ruang dan Jarak Bebas Area Proteksi Kebakaran
Bangunan gedung SBPU Cicantayan memiliki lebar jalan paling kecil 6 m dan
paling lebar 8 m, tempat titik kumpul berada di depan kiri gedung SPBU dan untuk
evakuasi kebakaran dengan radius belokan minimum 10 m.
Panjang minimal akses proteksi kebakaran tergantung dari besarnya volume bangunan
dalam (m3). Area hard standing dapat dilihat pada Gambar 4.13. dibawah ini.
91 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Pada rigid pavement SPBU Jatikawi Group dimensi yang ada yaitu tebal 20 cm,
lantai dasar 5 cm dan pasir 5 cm sudah sesuai dan cukup kuat menampung jumlah beban
.
92 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Gambar 4.11. Tikungan hard standing akses kebakaran SPBU Jatikawi Group
98 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Gambar 4.12. Lokasi Ruang Terbuka Hijau Pada SPBU Jatikawi Group
99 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
100 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Dari hasil pengamatan lahan yang diduduki oleh SPBU Jatikawi Group memiliki
RTH dengan luasan 383,5 m² yang berada disekitar pagar pembatas. Dengan adanya RTH
dibeberapa area site dan jalur pedestrian pada jalan lingkungan SPBU ini dapat
mempengaruhi iklim lokal yang baik. Sehingga tingkat kualitas udara dilokasi site akan
semakin baik dengan memperhatikan pengelolaan dan pemeliharaan RTH di area site.
Dengan ini SPBU Jatikawi Group telah memenuhi syarat RTH (Ruang Terbuka Hijau)
menurut Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Sukabumi hingga elemen-elemen pendukungnya. Kualitas RTH
(Ruang Terbuka Hijau) dan dari segi kapasitas RTH (Ruang Terbuka Hijau)
pada SPBU Jatikawi Group memiliki luasan yakni 383,5 m² setara dengan 15,55
% > 10% (RTH Privat) dari total luas lahan yaitu 2.466 m² sehingga memenuhi
ketentuan yang berlaku.
101 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
b) Analisis Hidrologi
Curah Hujan Maksimum Tahunan
Data curah hujan yang digunakan dalam pengecekan dimensi saluran drainase
tersebut adalah data curah hujan yang maksimum. Hal ini bertujuan agar analisa dapat
mendekati kondisi yang sebenarnya yang ada di lapangan. Data curah hujan tersebut
didapat dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika yang mewakili frekuensi
curah hujan yang jatuh dalam daerah tangkapan hujan (catchment area). Perencanaan
debit banjir rencana ini didasarkan pada besarnya curah hujan dalam periode ulang yang
direncanakan, yaitu dalam tahun pengamatan selama 7 Tahun terakhir dari 2015 sampai
dengan 2021, yang mana akan disajikan data curah hujan maksimum dari stasiun Hujan
Ciraden. Data Curah Hujan Harian Maksimum akan disajikan dalam Tabel 4.13 berikut
ini.
102 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Tabel 4.8. Rekapitulasi Curah Hujan Rancangan Distribusi Sebaran Curah Hujan
Periode (th) Gumbel Tipe I Log Person Tipe III Log Normal Normal
2 85,9676 83,5433 83,5433 85,9676
5 106,3846 107,3057 107,3057 106,3846
10 119,9025 126,6482 126,6482 119,9025
20 132,8691 148,4705 148,4705 132,8691
25 136,9823 156,1497 82,4518 136,9823
50 149,6531 182,3926 182,3926 149,6531
100 162,2303 212,8017 212,8017 162,2303
Analisis Konsultan, 2024
Waktu Konsentrasi
Waktu konsentrasi digunakan untuk menentukan lamanya air hujan mengalir dari hulu
kawasan pengaliran hingga ketempat keluaran perencanaan drainase. Waktu konsentrasi (tc)
dihitung dengan menggunakan rumus Kirpich (1940) pada Persamaan tc = (0,0195. 𝐿
0,77).(𝑆−0,00357), berikut adalah hasil perhitungan waktu konsentrasi tc =
(0,0195.200.0,77).(0,005-0,00357) = 3,00357 menit ̴ 3 menit. Hal ini berarti bahwa waktu
yang diperlukan oleh air hujan untuk mengalir dari titik terjauh (hulu) sampai ke tempat
keluaran drainase (hilir) sebesar 0,05 jam. Durasi hujan yang sering dikaitkan dengan waktu
konsentrasi sehingga sangat berpengaruh pada besarnya debit yang masuk ke saluran. Hal
ini menunjukkan bahwa durasi hujan dengan intensitas tertentu sama dengan waktu
konsentrasi dapat terpenuhi sehingga metode rasional layak digunakan.
Hasil perhitungan intensitas curah hujan disajikan pada Tabel berikut ini:
104 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Hasil analisis berupa intensitas hujan dengan durasi dan periode ulang tertentu
dihubungkan kedalam sebuah kurva Intensity Duration Frequency (IDF). Kurva IDF
menggambarkan hubungan antara dua parameter penting hujan yaitu durasi dan intensitas
hujan selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk menghitung debit banjir/rencana dengan
metode rasional. Hal ini sesuai dengan persyaratan Sosrodarsono dan Takeda (2003), yang
mengatakan bahwa lengkung IDF ini digunakan dalam menghitung debit banjir/rencana
dengan Metode Rasional untuk menentukan intensitas curah hujan rata-rata dari waktu
konsentrasi yang dipilih dari tabel diatas dapat dibuat kurva IDF terlihat bahwa intensitas
hujan yang tertinggi berlangsung dengan durasi pendek. Hal ini menunjukan bahwa
hujan deras pada umumnya berlangsung dalam jangka waktu singkat, namun hujan
tidak deras berlangsung dalam waktu lama. Interpretasi kurva IDF diperlukan untuk
menentukan debit banjir rencana menggunakan metode rasional. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar grafik dibawah ini:
105 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Grafik Mononobe
500,00
400,00
Intensitas (mm/jam)
300,00
200,00
100,00
0,00
0 15 30 45 60 75 90 105 120 135 150 165 180 195
Waktu Konsentrasi (menit)
2 5 10 25 50
Dari nilai koefisien pengaliran ini dapat diketahui bahwa dari air hujan yang
akan turun akan mengalir/melimpas kepermukaan yang kemudian akan
mengalir ke daerah hilir. Nilai koefisien pengaliran dapat juga digunakan untuk
menentukan kondisi fisik kawasan daerah pengaliran (Subdas). Hal ini sesuai
106 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
dengan pernyatan Kodoatie dan Syarief (2005), yang menyatakan bahwa angka
koefisien aliran permukaan ini merupakan indikator untuk menentukan kondisi
fisik suatu kawasan pengaliran. Nilai C berkisar antara 0 - 1. Nilai C = 0
menunjukan semua air hujan terintersepsi dan terinfiltrasi kedalam tanah,
sebaliknya untuk C = 1 menunjukkan bahwa air hujan mengalir sebagai aliran
permukaan. Perubahan tata guna lahan yang terjadi secara langsung
mempengaruhi debir banjir rencana. Untuk itu kondisi di daerah SPBU
Jatikawi Group harus ada upaya pelestarian lingkungan sehingga air hujan bisa
terintersepsi guna koefisien aliran tidak naik drastis.
- Debit Banjir
Berdasarkan data yang diperoleh di atas maka dapat dihitung debit
banjir/rencana di kawasan SPBU Jatikawi Group dengan Metode Rasional
sesuai persamaan Q = 0,278 C.I.A untuk berbagai kala ulang tertentu. Lama
hujan dengan intensitas hujan tertentu sama dengan waktu konsentrasi.
Sehingga diperoleh seperti pada tabel berikut :
107 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Untuk perencanaan Dimensi, aliran saluran dianggap sebagai aliran tetap, dan
untuk itu diterapkan rumus Strickler.
A = bh
P = b+2h
V = 1/n x R2/3 x S1/2 = (1/0.014) R2/3 x (0.0268)1/2
Dari hasil perhitungan dengan kala ulang 5 tahunan debit banjir yang
dihasilkan sebesar Q = 0,047 m3/detik mampu ditampung oleh dimensi saluran
eksisting pada SPBU Jatikawi Group yaitu sebesar 0,155 m3/detik artinya Q5 < Qs
(memenuhi). Sistem Drainase yang ada sudah sesuai dengan perhitungan dimana
dimensi saluran yang ada sudah bisa menampung jumlah limpasan air dan
jumlah buangan air domestik.
108 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
109 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
110 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Elevasi paling tinggi berada di pagar samping dan belakang dengan elevasi
+577,10 mdpl dan elevasi terendah berada di depan gerbang dengan elevasi +575,50
mdpl. Muka air normal Saluran Jalan Lingkar Selatan yaitu sebesar + 575,63 m, dengan
intensitas curah hujan 97,45 mm per jam terjadi tinggi air naik pada saluran sekitar 20
cm dimana muka air banjir sebesar + 575,83 waktu satu jam. Dengan dimensi saluran
Raden Patah yaitu lebar ± 0,6 – 0,7 m dan tinggi ± 1 – 1,5 m masih mampu
menampung jumlah debit banjir yang ada sehingga tidak menyebabkan banjir kepada
lahan sekitarnya. Penentuan Peil Banjir ditetapkan + 577,13 m naik 1,40 cm dari
ketinggian Jalan sebesar + 575,75 m Sehingga peil kawasan SPBU Jatikawi Group
naik sekitar +1,40 m dari elevasi jalan Lingkar Selatan dan kawasan aman dari
banjir
Cx, Cy
R
P1x, P1y
X1,Y1
R
H
P2x, P2y
O(0,0) X2,Y2
112 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Hasil analisis faktor keamanan lereng eksisting lebih besar daripada 2,0 (SF>2)
artinya lereng eksisiing aman dan memenuhi syarat stabilitas.
lingkungan.
b) Lokasi SPBU harus mempertimbangkan tata letak yang aman untuk semua tangki
tempat pengisian, pipa venting, dispenser dan fasilitas pelayanan lainnya terhadap
bahaya kebakaran atau ledakan serta tersedianya jalur keadaan darurat dan
evakuasi.
c) Lokasi SPBU harus bebas banjir dan di atasnya tidak dilalui jaringan kabel listrik
tegangan tinggi (SUTET) atau dekat transformer listrik.
d) Lokasi SPBU harus mempertimbangkan kondisi lalu lintas, jalan keluar masuk agar
tidak mengganggu lalu lintas umum.
Gambar 4.19. Bangunan SPBU Jatikawi Group perspektif “Bird Eye Angle”
114 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
115 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Berdasarkan data IMB dari SPBU tersebut didapatkan data luasan dari masing-
masing bangunan dalam SPBU Jatikawi Group untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 4.18.
Tabel 4.18. Lahan dan bangunan menurut IMB
117 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Zona 0
Zona 1
Zona 2
Zona 3
Tipologi bangunan dan zonasi klasifikasi area berbahaya pada SPBU Jatikawi
Group dapat dilihat pada gambar dan penjelasan berikut.
118 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
drum. Cairan BBM masuk melewati saringan kasar dan halus pompa lalu naik melalui
pipa di dalam menuju gelas pompa dan turun ke selang kemudian cairan dikeluarkan
melalui nozzle.
119 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Yang ditandai dengan angka 1 (satu), inilah mesin yang menghisap cairan BBM
dari tangki pendam. Di bawah mesin ada pipa spiral yang dihubungkan dengan pipa
dari tangki pendam. Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa saat operator
mengangkat nozzle, roda mesin akan berputar (bunyi) yang dibantu oleh dinamo
pompa. Kemudian cairan bbm naik ke selenoid valve (nomor 4) untuk menerima
perintah pembelian. Lalu masuk melewati flowmeter (nomor 3). Setelah itu, cairan
BBM naik ke gelas pemantau cairan lalu turun ke selang dan dikeluarkan melalui
moncong nozzle. Saat handle nozzle dipencet, maka tongkat totalisator yang berada di
atas flowmeter bergerak bersamaan dengan angka nominal harga, totalisator
penghitung penjualan sesuai kecepatan cairan yang keluar di nozzle.
120 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Gambar 4.26. Lokasi dan Visual tampak atas posisi tangki pendam
Lokasi untuk tangki atau dombak berada di area terbuka untuk menjaga ventilasi
yang cukup sehingga dapat menghindari terjadinya akumulasi gas. Lokasi tangki
terpisah dari bangunan yang dihuni dengan jarak yang mencukupi, untuk mengurangi
efek radiasi panas terhadap bangunan (12 meter dari bangunan rumah tinggal dan 6
meter dari bangunan lain yang ditempati), kecuali pintu, jendela dan penutup bukaan
lainnya dari bangunan tersebut menggunakan bahan tahan api (fire resistance) yang
mampu bertahan selama 0,5 jam. Pembagian zonasi pada tangki pendam dapat dilihat
pada Tabel 4.26 dan Gambar 4.28. dibawah ini:
R R R R R
Zona 0
Zona 1
Zona 2
Gambar 4.28. Klasifikasi area berbahaya pada Tangki Pendam SPBU Jatikawi Group
122 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
123 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Pipa venting SPBU Jatikawi Group dirancang lebih tinggi dari maksimum level cairan
di dalam setiap mobil tangki yang akan membongkar BBM ke tangki pendam dan
minimum tingginya 5 meter di atas tanah. Keluaran/ujung vent berjarak minimum 2
meter ke semua arah dari bagian bukaan bangunan atau bangunan yang terbuka. Pipa
venting berjarak minimum 3 meter jaraknya dari batas pagar. SPBU ini dilengkapi
tembok pembatas dengan ketinggian minimum 2,5 meter, maka jarak pipa venting
dengan pagar dapat dikurangi menjadi 2 meter.
124 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Gambar 4.31. Klasifikasi area berbahaya pada Pipa Venting Tangki Pendam
SPBU Jatikawi Group
Tabel 4.20 Penjelasan pada Pipa Venting Tangki Pendam SPBU Jatikawi Group
4.3.4 Dispenser
Dispenser pada SPBU Jatikawi Group ditempatkan di ruang terbuka sehingga
memiliki ventilasi yang cukup. Titik pusat dari dispenser jaraknya minimum 4,25 meter
dari jalan umum, 9 meter dari rumah tinggal, 6 meter dari segala tipe bangunan yang di
huni/ditempati kecuali bangunan tersebut dilengkapi dengan sistem pencegahan khusus
(misalnya bangunan bertekanan/ pressurized building dan lain-lain). Penempatan
dispenser pada SPBU ini memperhatikan agar kendaraan pelanggan dapat diparkir
dengan mudah, nyaman dan aman di area dispenser, tanpa terganggu oleh pergerakan
kendaraan pelanggan yang lain. Harus dipertimbangkan agar operator tidak kesulitan
dalam mengoperasikan selang pengisian dan tidak perlu menarik secara berlebihan
karena akan merusak selang akibat kontak dengan benda-benda lain. Control Point
125 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
merupakan posisi di dalam bangunan SPBU Jatikawi Group di mana petugas dapat
melihat dan mengawasi kegiatan di dispenser SPBU serta dapat mengaktifkan dan
mematikan peralatan dalam hal terjadinya keadaan darurat .
Gambar 4.32. Klasifikasi area berbahaya pada Dispenser SPBU Jatikawi Group
126 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Gambar 4.34. Klasifikasi area berbahaya pada Remote Pump SPBU Jatikawi Group
Gambar 4.35. Skema Pemipaan bahan bakar pada SPBU Jatikawi Group
127 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Tabel 4.23 Penjelasan pada Pipa sambungan ulir atau flens diatas tanah SPBU
Jatikawi Group
128 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Gambar 4.36. Klasifikasi area berbahaya pada area parkir mobil tangki SPBU
Gambar 4.37 Klasifikasi area berbahaya pada area parkir mobil tangki SPBU
Posisi Filling Point harus aman terhadap pergerakan mobil tangki saat
unloading/bongkar BBM. Jarak filling point di SPBU Jatikawi Group 4,25 meter dari
pagar/dinding terluar.
129 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Tabel 4.24 Penjelasan pada area parkir mobil tangki tanah SPBU Jatikawi Group
130 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Tabel 4.25 Penjelasan pada lantai kerja di sekitar Dispenser SPBU Jatikawi Group
4.3.9.1 Kanopi
Kanopi dibuat dari material yang tidak mudah terbakar (non-combustible) dan
harus sesuai persyaratan yang berlaku.
Bangunan kanopi terdiri dari sistem struktur, atap, pondasi, ceiling dan lisplang.
131 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Material bahan pembentuk struktur berupa kolom H-Beam 300, tiang penopang kanopi
yang merupakan bagian atau berdekatan dengan dispenser memenuhi standar yang
berlaku, untuk rangka atap yaitu baja IWF-300X150, pondasi menggunakan Footplate
dengan tumpuan kolom baja dengan pondasi yaitu baseplate. Lisplang dan rangka atap
menggunakan baja jenis siku dan jenis Hollow, material besi finish cat warna putih atap
sendiri mengunakan jenis material UPVC alderon warna putih.
132 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Gambar 4.42. Zonasi Bangunan Kantor dan Gerai lantai 1 dan 2 SPBU Jatikawi
Group
133 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Pedestrian pada bangunan kantor dan gerai memiliki jenis material yaitu keramik,
dimensi lebar koridor sebesar 0,6 – 0,9 m berfungsi sebagai sirkulasi pejalan kaki yang
masuk dan keluarnya karyawan dan tamu, sedangkan didepan sepanjang koridor
menuju SPBU menggunakan perkerasan beton fungsinya untuk sirkulasi karyawan dan
pengunjung.
Gambar 4.43. Pedestrian pada bangunan kantor dan gerai SPBU Jatikawi Group
Spesifikasi bangunan tersebut adalah Pengunaan bukaan Jendela dan pintu pada
bangunan kantor dan gerai, kusen jendela tersendiri memiliki bahan dari PVC 5 mm
kaca bening tebal 9 mm. Interior bangunan ini dengan keadaan aktifitas didalam
ruangannya, yang terdiri dari beberapa peralatan meja kursi kerja, peralatan papan tulis,
sofa, meja kursi rapat, seperangkat alat kerja, rak, lemari loker, dan peralatan pelengkap
lainnya. Kondisi ruangan juga didukung dengan pencahayaan yang cukup dengan
aktifitas didalam ruangan yang dapat mengoptimalkan kegiatan aktifitas didalamnya.
Ruangan yang ada di dalam Bangunan ini memakai plafond board dan akustik.
Gambar 4.44. Jendela dan Plafond bangunan kantor dan gerai SPBU Jatikawi Group
134 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Tinggi plafond pada lantai 1 yaitu 3,0 m dan lantai 2 yaitu 2,7 m, maka tinggi total
bangunan ini yaitu 6,80 m.
Gambar 4.45. Ketinggian bangunan kantor dan gerai SPBU Jatikawi Group
4.3.9.3 Mushala
Bangunan Mushala terdiri dari struktur beton dengan dinding bata memiliki ukuran
luasan 30 m2. Bangunan ini terdiri dari 1 lantai. Zoning didalam Mushala yaitu 1 zona
servis (biru) dan pedestrian (hijau), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar
4.44 berikut ini:
Pedestrian pada bangunan mushala memiliki jenis material yaitu keramik, dimensi
135 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
koridor dengan lebar 0,6 m berfungsi sebagai sirkulasi pengunjung yang mau
menggunakan mushala. Spesifikasi bangunan mushala yaitu kusen jendela tersendiri
memiliki bahan dari kayu kaca bening tebal 5 mm. Interior bangunan ini dengan
keadaan aktifitas didalam ruangannya, yang terdiri dari beberapa peralatan alat shalat
dan peralatan pelengkap lainnya. Kondisi ruangan juga didukung dengan pencahayaan
yang cukup dengan aktifitas didalam ruangan yang dapat mengoptimalkan kegiatan
aktifitas didalamnya. Ruangan yang ada di dalam Bangunan ini memakai plafond board
dan diluar menggunakan akustik. Tinggi plafond pada mushala yaitu 3,0 m dengan atap
berupa dak beton.
Gambar 4.47. Kusen dan jendela bangunan mushala SPBU Jatikawi Group
136 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
137 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Gambar 4.49. Selokan dan bak kontrol di tanam pada SPBU Jatikawi Group
Ketentuan mengenai zona pada Parit, Bak Kontrol, Selokan dan Galian untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.33 berikut ini:
Tabel 4.26 Penjelasan pada Parit, Bak Kontrol, Selokan dan Galian SPBU
Jatikawi Group
138 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
a) Aspek Lingkungan:
1. SPBU wajib dilengkapi izin lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Manajemen SPBU wajib melakukan upaya dan langkah pencegahan
tumpahan BBM dan menyediakan sistem pendeteksi kebocoran dan sarana
penanggulangan tumpahan minyak.
3. Manajemen harus menjamin agar setiap kebocoran atau tumpahan tidak
keluar dari batas area SPBU.
4. Semua bahan yang digunakan untuk pembersihan tumpahan BBM harus
disimpan di tempat yang aman sebelum dibuang atau dimusnahkan ke tempat
penampungan atau pemusnahan limbah B3 yang ditentukan.
5. Bahan yang tumpah atau bocoran yang ditampung di dalam sistem
penampungan seperti oil catcher harus dibuang ke tempat yang ditentukan
sesuai persyaratan SPBU wajib dilengkapi dengan sumur pantau.
6. Jika ditemukan adanya indikasi kebocoran, maka kegiatan harus dihentikan
dan dilakukan pemeriksaan, mencari sumber bocorannya.
7. Monitoring lingkungan sesuai dengan rekomendasi dalam dokumen
139 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
140 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
141 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
142 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
143 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Gambar 4.52. OSS Sistem Pertamina Tes Commisioning SPBU Jatikawi Group
Gambar 4.53. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Pemasangan ATG dan Pos system
144 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Setelah dilakukan tes commisionning pada hari Jumat, 2 Februari 2024 oleh PT.
Pertamina dan tim inspeksi dan dinyatakan layak dengan beberapa perbaikan dan
penambahan yaitu pada cctv dan genset, maka dinyatakan layak apabila sudah
memperbaiki kekurangannya.
Gambar 4.54. Pintu sirkulasi dan evakuasi pada Bangunan SPBU Jatikawi Group
145 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Gambar 4.56. Jalur Evakuasi Bangunan Penunjang lantai 1 pada SPBU Jatikawi Group
146 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Gambar 4.57. Jalur Evakuasi Bangunan Penunjang lantai 2 pada SPBU Jatikawi Group
Gambar 4.58. Jalur Evakuasi Bangunan Mushala pada SPBU Jatikawi Group
Jalur mitigasi dari bangunan penunjang akan diarahkan ke titik kumpul di depan
pintu keluar SPBU, pada pemeriksaan oleh pengkaji teknis masih ditemukan rambu-
rambu penunjuk yang belum terpasang seiring dengan akan dibuka secara resmi SPBU
Jatikawi Group supaya ketersediaan itu menjadikan rasa aman bagi pengunjung maupun
karyawan itu sendiri terhadap bahaya gempa bumi dan bahaya kebakaran.
147 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
baja mengalami buckling dan lainnya. Pada bangunan ini tidak terdapat penemuan
kerusakan yang berarti dan struktur bangunan dapat memikul beban dan tetap berdiri
kokoh. Akan tetapi perawatan dan pemeliharaan bangunan harus terus dilakukan untuk
menunjang keandalan dari bangunan tersebut.
Tabel 4.27. Hasil pengamatan visual pada struktur kanopi dan Gerai SPBU Jatikawi
Group
Struktur Retak Keropos Lendutan Miring
Struktur
Kanopi Finishing Struktur
Struktur Kolom - - - - -
Balok - - - - -
Pedestal - - - - -
Atap Rafter - - - - -
Regel - - - - -
Gording - - - - -
Sumber: Inspeksi lapangan, 2024
Pengukuran elemen struktur balok dan kolom juga dilakukan langsung didalam
bangunan gerai SPBU Jatikawi Group yaitu:
a. Lebar bangunan = 6,0 m
b. Panjang bangunan = 16,2 m
c. Jarak antar kolom = 4,5 m ke arah x dan 3,0 m ke arah y
149 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Tabel 4.28. Hasil pengamatan visual pada struktur Kanopi SPBU Jatikawi Group
1. Kolom
- Base Plate 25x40 cm, t= 1,6 cm
- Pedestal Beton 40x40 cm
Tabel 4.29. Hasil pengamatan visual pada bangunan gerai SPBU Jatikawi Group
1. Kolom 30 x 30
2. Balok 20 x 30
3. Ringbalk 20 x 30
Sumber: Inspeksi lapangan, 2024
150 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
151 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Tabel 4.30. Hasil uji beton dengan Hammer Test pada Rigid Pavement
PENGUJIAN ELEMEN STRUKTUR BETON
DENGAN METODE ALAT HAMMER TEST
Laporan : Hammer Test
Titik Yang di Uji : SPBU Jatikawi Group Cicantayan Cibolang
Bangunan SPBU
Tanggal Pengujian : 29 Januari 2024
Pemberi Tugas : SPBU Jatikawi Group Cicantayan Cibolang
Proyek : SLF SPBU Jatikawi Group
= 36.98
= 309.60 Kg/cm2
Demikian diperoleh kuat tekan beton 26,0 MPa untuk titik uji tersebut.
Catatan :
Nilai Kuat Tekan dengan menggunakan Alat Hammer Test adalah Ekivalen dengan
80% dari kekuatan tekan beton karakteristik.
152 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Tabel 4.31. Hasil uji beton dengan Hammer Test pada Kolom Bangunan Penunjang
PENGUJIAN ELEMEN STRUKTUR BETON
DENGAN METODE ALAT HAMMER TEST
Laporan : Hammer Test
Titik Yang di Uji : SPBU Jatikawi Group Cicantayan Cibolang
Bangunan SPBU
Tanggal Pengujian : 29 Januari 2024
Pemberi Tugas : SPBU Jatikawi Group Cicantayan Cibolang
Proyek : SLF SPBU Jatikawi Group
R Terkoreksi 69 23,41
= 9
Dokumentasi Visual TABEL PERKIRAAN KUAT TEKAN BETON
S = 2.7689
= 36.98
= 309.60 Kg/cm2
Demikian diperoleh kuat tekan beton 21,0 MPa untuk titik uji tersebut.
Catatan :
Nilai Kuat Tekan dengan menggunakan Alat Hammer Test adalah Ekivalen dengan
80% dari kekuatan tekan beton karakteristik.
153 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Tabel 4.32. Rekapitulasi hasil dengan Hammer Test pada bangunan SPBU Jatikawi
REKAPITULASI KUAT TEKAN BETON PADA ELEMEN STRUKTUR
DENGAN METODE ALAT HAMMER TEST
Laporan : Hammer Test
Titik Yang di Uji : SPBU Jatikawi Group Cicantayan Cibolang
Bangunan Pabrik
Tanggal Pengujian : 29 Januari 2024
Pemberi Tugas : SPBU Jatikawi Group Cicantayan Cibolang
Proyek : SLF SPBU Jatikawi Group
Kode Bidang Jenis elemen Perkiraan Kuat Tekan Beton
2
Uji Struktur Beton Terkoreksi (N/mm )
SPBU JK-2 Struktur 21,00
SPBU JK-1 Pelat Lantai 27,82
Perkiraan Kuat Tekan Beton Minimum 21,00
Perkiraan Kuat Tekan Beton Maksimum 27,82
Dari data yang telah diambil, hasil akhir menunjukkan bahwa tegangan hasil
pengujian lebih besar dari tegangan rencana artinya memenuhi spesifikasi.
154 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
1) Struktur Kanopi
Struktur kanopi terdiri dari:
a. Data Umum
Terdiri dari :
- Fungsi Bangunan : Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum
- Jenis Konstruksi : Struktur Kanopi
- Jenis Struktur : Portal Baja
b. Kriteria Material
Terdiri dari :
a. Baja
- Mutu Profil : ASTM – A36
- Mutu Baja : ST-37 (Fy 370 Mpa)
- Kuat Tarik/Tekan (Fy) : 240 Mpa
- Berat Jenis : 7850 kg/m3
- Poisson Ratio : 0.3
- Modulus Elastisitas : 200000 Mpa
- Baut : Baut HTB (A-325)
- Angker : ST-41
- Las : E – 70XX
c. Referensi
Acuan pada bangunan gedung ditentukan berdasarkan peraturan, standar atau data
sebagai berikut:
- SNI-2847-2019 Tentang Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung,
- SNI-1726-2019 Tentang Tata Cara Perancanaan Ketahanan Gempa Untuk Gedung
dan Non Gedung,
- SNI-1729-2020 Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural,
- SNI-1727-2020 Tentang Beban Minimum Untuk Perancangan Gedung dan
Struktur lain,
- SNI-1727-1989 Pedoman Pembebanan Indonesia Untuk Rumah dan Gedung,
- SNI-2052-2017 Baja Tulangan Beton.
Selain standar yang disebutkan di atas, kami juga menggunakan referensi dari
155 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
d. Pembebanan
Struktur dibebani dengan beban akibat berat sendiri struktur, beban mati tambahan,
beban hidup, beban gempa dan beban angin. Beban-beban yang digunakan yaitu :
- Beban Mati (DL); Berat sendiri struktur + beban mati tambahan (SIDL)
- Beban Hidup (LL); Beban penghuni gedung
- Beban Hidup Atap (Lr); Beban hidup atap
- Beban Hujan (R); Beban hidup hujan
- Beban Gempa (E); Didesain dengan metode respon spektrum berdasarkan peta
gempa Indonesia wilayah Kabupaten Sukabumi.
- Beban Angin (W); Beban tekanan angin.
Beban-beban yang bekerja pada struktur:
disebutkan pada tabel diatas. Bangunan gedung dikategorikan dengan kategori risiko II
dengan nilai faktor keutamaan gempa sebesar 1.
Salah satu cara untuk dapat memodelkan beban gempa adalah dengan
menggunakan nilai respons spektrum. Untuk mendapatkan fungsi nilai spektrum gempa
maka diinput lokasi ke dalam Desain Spektra Indonesia yang dikeluarkan oleh Dinas
Cipta Karya Kementerian PUPR. Bangunan SPBU Jatikawi Group ini terletak di
Kabupaten Sukabumi. Dengan informasi tersebut, maka didapatkan parameter respons
spektrum sebagai berikut.
157 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Kombinasi Pembebanan
Berdasarkan SNI 1726:2019 Kombinasi beban untuk metode ultimit (LRFD),
Struktur, komponen-elemen struktur dan elemen- elemen fondasi harus didesain
sedemikian hingga kuat rencananya sama atau melebihi pengaruh beban-beban terfaktor
dengan kombinasi-kombinasi sebagai di bawah. Pengaruh adanya satu atau lebih beban
yang tidak bekerja harus ditinjau. Pengaruh yang paling menentukan dari beban-beban
angin dan seismik harus ditinjau, tetapi kedua beban tersebut tidak perlu ditinjau secara
simultan.
U = 1,4D
U = 1,2D + 1,6L + 0,5 (Lr atau R)
U = 1,2D + 1,6L + 0,5 (Lr atau R) + (L atau 0,5 W)
U = 1,2D + 1,0W + L +0,5 (Lr atau R)
U = 0,9D + 1,0W
Selanjutnya untuk kombinasi pembebanan dengan pengaruh beban seismik,
Apabila suatu struktur menerima pengaruh beban seismik, maka kombinasi-kombinasi
beban berikut harus diperhitungkan bersama dengan kombinasi beban dasar di atas.
Apabila pengaruh beban seismik yang dimaksud, E = f(Ev,Eh) (pada 0) dikombinasikan
dengan pengaruh beban lainnya, maka kombinasi beban seismik yang harus digunakan
adalah
158 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
U = 1,2D + Ev + Eh + L
U = 0,9D – Ev + Eh
Bilamana sesuai, pengaruh struktural dari T harus ditinjau dalam kombinasi dengan
beban lainnya. Faktor beban pada T harus ditentukan dengan memperhitungkan
ketidaktentuan yang sepertinya terkait dengan besaran T, probabilitas dimana pengaruh
maksimum dari T akan terjadi serentak dengan beban terapan lainnya, dan konsekuensi
yang berpotensi merugikan jika pengaruh T lebih besar dari yang diasumsikan. Faktor
beban pada T tidak boleh mempunyai nilai kurang dari 1,0. Pengaruh beban gempa, E,
harus ditentukan sesuai dengan berikut ini :
a) Untuk penggunaan dalam kombinasi beban c ditentukan dengan sebagai berikut :
E = Eh + Ev
b) Untuk penggunaan dalam kombinasi beban d ditentukan dengan sebagai berikut :
E = Eh – Ev
Pengaruh beban gempa horizontal, Eh, harus ditentukan sebagai berikut :
Eh = ρ QE dan pengaruh beban gempa vertikal, Ev harus ditentukan sebagai berikut Ev
= 0,2 SDS D
Kombinasi beban gempa yang digunakan untuk desain kekuatan adalah sebagai
berikut:
U = (1,2 + 0,2 SDS) D + ρ QE + L
U = (0,9 – 0,2 SDS) D + ρ QE
dimana :
U = kuat perlu (“Required Strength”), D = beban mati
L = beban hidup
Ρ = faktor redundansi
QE = pengaruh gaya gempa horizontal
SDS = parameter percepatan respons spektral pada perioda pendek dengan redaman
5%.
Pemodelan Struktur
Dimensi Struktur Bangunan berdasarkan As build drawings dan pengukuran
geometri.
159 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
struktur yang diizinkan adalah 14.000/300 sehingga didapatkan batas deformasi sebesar
46,667 mm. Dapat dilihat pada tabel, seluruh nilai deformasi baik maksimum dan
minimum dan juga pada ketiga arah sumbu memenuhi persyaratan tersebut.
161 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Pemodelan Struktur
Dimensi Struktur Bangunan berdasarkan As build drawings dan pengukuran
geometri.
163 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Nilai deformasi struktur dibatasi sebagai batas kelayakan atau batas layanan yang
nyaman bagi pengguna bangunan gedung. Nilai ini disyaratkan dengan batasan sebesar
L/300. Atap terjauh pada bangunan adalah sebesar 6 m, sehingga batas deformasi
struktur yang diizinkan adalah 6.000/300 sehingga didapatkan batas deformasi sebesar
20 mm. Dapat dilihat pada tabel, seluruh nilai deformasi baik maksimum dan minimum
dan juga pada ketiga arah sumbu memenuhi persyaratan tersebut.
164 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Resume
Pengamatan Lapangan
Pengamatan secara visual menunjukkan kondisi Bangunan Struktur Kanopi dan
165 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
d. SPBU harus dilengkapi dengan sistem pelaporan kebakaran seperti telepon keadaan
darurat dan/atau bentuk lainnya.
e. SPBU harus dilengkapi dengan sarana darurat:
Tombol darurat yang terletak di dekat petugas untuk menghentikan semua
kegiatan yang sedang berlangsung dan terintegrasi antara lain dengan
dispenser, pompa, lampu dan lainnya.
Untuk SPBU swalayan harus dilengkapi dengan sistem pengeras suara untuk
komunikasi dengan pelanggan.
f. SPBU wajib menyediakan dan memasang petunjuk dan informasi keadaan darurat:
Telepon petunjuk yang memuat nama dan alamat SPBU dan petugas yang bisa
dihubungi jika terjadi keadaan darurat.
Pada titik dispenser dipasang informasi dengan tampilan mengenai tindakan
yang diambil jika terjadi kebakaran atau keadaan darurat. Semua informasi ini
harus mencolok, terlihat dan mudah dipahami oleh setiap orang.
Sarana Penanggulangan Tumpahan dan Pencemaran
a. SPBU harus dilengkapi dengan sarana penanggulangan
tumpahan minyak sekurangnya meliputi:
1) Oil Spil Kitbox (container) yang berisikan variasi sorbent
seperti sorbent powder, sorbent pad atau sorbent boom.
2) Refill dari sorbent di atas minimum 1 paket refill untuk
Penanggulangan ini juga digunakan untuk membantu pemadaman kebakaran
yang terjadi pada bangunan/ruangan. Alat penanggulangan aktif biasanya tiap bangunan
sudah ada. Apabila sewaktu-waktu terjadi kebakaran alat ini dapat digunakan tetapi
membutuhkan tenaga manusia untuk menyalakan atau menggunakan alat tersebut.
Beberapa contoh alat pemadam kebakaran secara aktif pada SPBU Jatikawi Group
yaitu:
alat pemadam ini menggunakan pendorong karbon dioksida bukan nitrogen, meskipun
model cartridge nitrogen juga kadang digunakan pada temperatur rendah. Jumlah
APAR SPBU Jatikawi saat ini berjumlah 12 Unit, APAR 68 kg berjumlah 2 unit,
APAR 9 kg (DCP) berjumlah 5 unit dan APAR CO2 berjumlah 5 unit alat ini berfungsi
sebagai alat pemadam kebakaran. Kondisi dari APAR SPBU Jatikawi Group ini dalam
kondisi baik dan laik fungsi.
168 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Dalam kondisi emergency alarm akan memberi tanda dengan bunyinya, pada
SPBU Jatikawi Group alarm dipasang di tempat yang mudah di jangkau dengan jumlah
sekitar 4 titik dengan kondisi masing-masing alarm berfungsi dengan baik dan laik.
169 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Gambar 4.74. Berita acara pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran SPBU Jatikawi
170 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
171 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
172 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Gambar 4.77. Berita acara pengukuran tahanan pentanahan SPBU Jatikawi Group
173 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Gambar 4.78. Dokumentasi Pengujian Grounding SPBU DODO PT. Jatikawi Group
Dari hasil pengujian hasil dari pemeriksaan / pengujian dan pengukuran bahwa
instalasi penyalur petir masih dalam kondisi baik dan laik digunakan hasil pengukuran
0,32 Ω pada Dispenser, 0,15 pada Lossing BBM dan 0,42 Ω pada penangkal petir di
bawah batas maksimal yang persyaratkan yaitu 5 Ω. Maka Instalasi penangkat petir
SPBU Jatikawi Group dinyatakan laik dan sesuai dengan K3 tentang Penyalur Petir
yaitu Permenaker No. 31 Tahun 2015.
174 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Gambar 4.79. Panel LVMDP dan Meter KWH pada SPBU Jatikawi Group
Untuk memenuhi tujuan tersebut, beberapa hal mengenai pokok pengujian dan
pemeriksaan instalasi kelistrikan pada SPBU Jatikawi telah disusun. Berikut poin-poin
yang akan dilakukan tindakan pemeriksaan dan pengujian, dimana hasilnya akan
menjadi bahan untuk menyatakan kelayakan dari kondisi instalasi kelistrikan yang
terpasang.
1. Dokumen Gambar Lengkap Instalasi Listrik Setempat
2. Pemeriksaan cara pemasangan/visual dan pengecekan material (Kabel Suplai, PHB,
Hantaran Utama, Kotak Kontak, Saklar, Fitting, Grounding).
3. Pengecekan kontinuitas, terminasi dan sambungan.
4. Pengecekan polaritas, warna, labeling (penandaan).
5. Pengukuran tahanan isolasi.
6. Pengukuran resistansi pembumian.
7. Fungsi proteksi sistem instalasi listrik.
8. Lain-lain seperti peruntukannya, alamat, gardu dan sifat instalasi.
Masuk pada tahap persiapan dan pelaksanaan pengujian dan pemeriksaan (Uji
Riksa), beberapa hal yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagian masuk pada tahap
persiapan dan pelaksanaan pengujian dan pemeriksaan (Uji Riksa), beberapa hal yang
dilakukan dalam tahap ini adalah sebagaian berikut ;
Persiapan yang dilakukan, meliputi
176 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
177 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Gambar 4.81. Lampiran Sertifikat Laik Operasi Listrik SPBU Jatikawi Group
Bangunan SPBU Jatikawi Group merupakan gedung dengan multi fungsi, disana
terdapat area pengisian BBM, Mini market dan ATM. Dengan sifat gedung yang khusus
jaringan listrik yang digunakan sedang sehingga pada gedung ini memiliki LVMDP.
Pada ruang utilitas terdapat perlengkapan sistem instalasi yang lengkap seperti genset,
kompresor, sistem darurat atau emergensi dan LVMDP. Kondisi baik juga ditunjukan
dari hasil pengukuran dengan uji Cleam meter, Earth Tester dan Infrared Thermograf
yang tim Inspeksi lakukan. Hasil uji menunjukan tidak ada suhu terukur berlebih pada
kelengkapan LVMDP mulai dari saluran masuk, hingga saluran keluar menuju panel
pembagi menujukan suhu dibawah 33°C. Hasil ukur Cleam Meter menunjukan arus
kerja pada masih dibawah kapasitas maksimal, bisa dilihat pada gambar tabel data hasil
pengukuran. Uji pentanahan atau grounding juga menujukan hasil yang baik dengan
nilai 0,15-2 Ω. Ini menunjukan kondisi sistem kelistrikan utama pada gedung dalam
kondisi baik. Sumber cadangan ketika terjadi gangguan listrik dari jaringan PT. PLN,
juga disediakan sebuah pembangkit tenaga diesel atau genset untuk mensuplay daya
listrik sementara. Berdasarkan penambatan instalasi yang digunakan, sistem ini
178 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
mengunakan sistem otomatis pada jaringan khusus untuk seluruh line penerangan.
Sehingga saat terjadi gangguan sistem penerangan akan tetap berfungsi disaat darurat.
Kapasitas daya cadangan terpasang sebesar 30 kVA. Terdapat juga sistem darurat dan
pemadam kebakaran dengan instalasi alarm sensor dengan kondisi yang baik dan
terawat.
Gambar 4.82. Single Line Diagram dan Kebutuhan Daya SPBU Jatikawi Group
179 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
180 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Gambar 4.83. Penghawaan alami pada bangunan mushala dan kantor pengelola
b. Penghawaan Buatan
Penghawaan terhadap bangunan/ruangan sangat penting dalam menciptakan
kenyamanan thermal. Saat penghawaan alami susah untuk didapat dan tidak mendukung
kenyamanan thermal, maka penghawaan buatan ini membantu pengguna untuk
mencapai kenyamanan yang dibutuhkan. Penghawaan buatan ini dibuat menggunakan
alat yang memerlukan energi listrik sebagai sumber daya utamanya. Berikut adalah
beberapa contoh jenis alat penghawaan buatan yang berada di SPBU Jatikawi Group
yaitu :
1. AC (Air Conditioner)
Penghawaan buatan yang berfungsi untuk memberikan suhu udara yang dingin
pada ruangan. Terdapat 2 (dua) sistem AC yaitu:
Direct Cooling
Direct Cooling adalah sebuah sistem penghawaan buatan dengan memberikan
suatu suhu dingin pada ruangan. Penghawaan ini didapat langsung pada alat
181 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Hasil pemeriksaan pada bangunan gerai diketahui untuk sistem pengkondisian udara
(penghawaan) lebih diutamakan menggunakan sistem mekanik (AC Split). Namun
demikian pada setiap ruangan yang terhubung langsung dengan ruang luar pun
dilengkapi dengan jendela hidup untuk alternatif penghawaan secara alami.
182 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
183 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
184 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Hasil pemeriksaan pencahayaan pada SPBU Jatikawi Group sudah sesuai dengan
SNI 6197:2011 tentang standar lux dan dinyatakan laik fungsi.
185 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
CAT.5.
c) 1 buah car call microphone dengan kabel instalasi ITC 2x2x0.6 mm Signal dari
Master control panel fire alarm (MCP-FA) dengan kabel instalasi FRC 2x1.5 mm2.
d) Equalizer yang digunakan untuk melayani pengolahan input suara yang ada dari
digital mixer.
Keempat perangkat utama tersebut mendapat daya listrik dari Power Panel
Elektronik gedung yang tersambung dengan kabel power. Daya speaker yang akan
dipakai yaitu 3W untuk ceiling speaker, 10 W untuk column speaker sedangkan untuk
speaker emergency membutuhkan daya 6 W.
Hasil pemeriksaan tata suara pada SPBU Jatikawi Group sudah sesuai dengan
peruntukan dan kebutuhan maka tata suara dinyatakan laik fungsi.
186 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
187 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
188 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Kapasitas Septictank:
1. Jumlah penghuni = 40 orang
2. Asumsi tinggi rencana = 2 m
septictank
3. Tinggi muka air = 2/3 x 2 = 1,3333 m
4. Tinggi ruang udara = 2 - 1,33333 = 0,6667 m
5. Perhitungan volume air = 40 x 25 x 3 = 3000 liter
yang masuk
= 3 m3
190 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
191 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Qs = 2/3 x Qh
= 400 liter/jam
o Jaringan Air Hujan
Air hujan ini dapat digunakan sebagai air penyiram tanaman atau sebagai flush
toilet. Air hujan didapat dari air yang jatuh ke atap langsung menuju ke aliran
talang lalu terkumpul ke dalam saluran dan di buang ke riol kota.
Atau dengan membuat lubang biopori guna lubang ini adalah untuk menyimpan sampah
kedalam lubang tanah agar sampah membusuk dan menjadi sebuah media tanam pada
lingkungan sekitar.
Perhitungan :
Tiap hari dengan asumsi 1 orang 3 ons (0,03 kg) maka jumlah pengunjung
250 x 0,03 kg = 7,5 kg.
193 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
194 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Tabel 4.43. Hasil Rata-Rata Pengecekan Suhu dan kebisingan pada area kanopi
Suhu (˚C) Kelembaban (%) Kebisingan (dB)
26,20 70,20 68,2
Tabel 4.44. Hasil Rata-Rata Pengecekan Suhu dan kebisingan pada area bangunan
penunjang
Suhu (˚C) Kelembaban (%) Kebisingan (dB)
26,55 70,30 50,2
195 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
196 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Untuk penerangan pada SPBU Jatikawi Grup ditempatkan di ruang luar maupun ruang
dalam dan di sesuaikan dengan standar dan kebutuhan.
197 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
198 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
199 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Gambar 4.101. Denah CCTV dan ATG pada SPBU Jatikawi Grup
Pada SPBU Jatikawi Grup terdapat 9 titik CCTV dan 5 titik ATG, kondisi dalam
keadaan layak operasi dan tidak ada yang tidak berfungsi.
200 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Gambar 4.102. Visual penempatan CCTV dan ATG pada SPBU Jatikawi Grup
Pada SPBU Jatikawi Grup terdapat 9 titik CCTV dengan jenis explosion prof dan
5 titik ATG, kondisi dalam keadaan layak operasi.
201 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
202 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
memiliki box yang tahan cuaca dan ditempatkan pada kantor SPBU.
SFCU terdiri dari beberapa perangkat penting untuk menunjang kinerja. Perangkat
tersebut adalah:
Unit Kontrol
Unit kontrol merupakan otak dari perangkat SFCU yang mengendalikan
perangkat-perangkat lain dalam SFCU. Perangkat ini memiliki sistem operasi
sendiri dan dapat penyimpanan data konfigurasi sistem. Semua setting dari
sistem monitoring pengendalian BBM disimpan pada alat ini.
Server Lokal
Server lokal merupakan server kecil untuk menampung data transaksi sementara
sebelum dikirimkan ke server utama di pusat, server lokal mampu menampung
semua data transaksi SPBU selama satu tahun.
203 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
3G Router
Alat ini digunakan untuk mengirimkan data transaksi dari server lokal ke server
utama di pusat melalui jaringan internet.
Selain itu 3G Router mampu memberikan notifikasi sms secara otomatis kepada
teknisi di lapangan apabila terjadi kerusakan perangkat atau gangguan sistem. Semua
perangkat di atas digabungkan pada suatu box kabinet. Berikut adalah tampilan isi
kabinet SFCU. Kabinet ini harus diletakkan pada kantor SPBU dan diberikan pendingin
tambahan.
204 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
PC Lokal
PC lokal merupakan user interface untuk melakukan setting pada SFCU. Selain itu PC
lokal dapat dimanfaatkan untuk memonitor kinerja perangkat Sistem Monitoring
Pengendalian BBM.
Commverter
Commverter merupakan perangkat yang berfungsi untuk mengubah komunikasi data
serial pada dispenser BBM menjadi komunikasi berbasis IP (TCPIP). Selain itu terdapat
205 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
antar muka pompa (pump interface) yang berfungsi sebagai penerjemah bahasa
komunikasi dari tipe-tipe dispenser yang berbeda-beda.
Printer
Perangkat printer digunakan untuk mencetak hasil transaksi sebagai bukti berupa struk
pembelian BBM. Printer ini memakai sistem thermal printer sehingga tidak
membutuhkan tinta dalam proses pencetakan kwitansi.
206 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
dBm. RFID tag dilengkapi dengan chip yang bisa diprogram. Isi program dalam chip
RFID adalah data dari kendaraan. Mulai dari plat nomor, jenis kendaraan, jumlah
tanggungan pajak per tahun, dan lain-lain.
Nozzle Reader dan Radio Frequenci
Indentification (RFID) tag. Nozzle reader dan RFID tag merupakan pasangan
perangkat untuk mencatat data kendaraan dan jenis BBM yang di konsumsi kendaraan
tersebut. Nozzle reader adalah perangkat transceiver menggunakan catu daya baterai
dan dipasang pada ujung nozzle pompa BBM. Perangkat ini akan membaca data RFID
tag lalu mengirimkannya ke sistem MWGT. Nozzle reader menggunakan frekuensi
2,405 GHz s.d 2,485 GHz untuk berkomunikasi dengan MWGT dan frekuensi 100 KHz
s.d 150 KHz untuk komunikasi dengan RFID tag. Daya transmisi yang dipakai adalah 3
dBm. RFID tag dilengkapi dengan chip yang bisa diprogram. Isi program dalam chip
RFID adalah data dari kendaraan. Mulai dari plat nomor, jenis kendaraan, jumlah
tanggungan pajak per tahun, dan lain-lain. TEDC Vol.8 No.3 September 2014: 211-216
a. RFID Tag Komponen b. Nozzle Reader
Gambar 4.112. Posisi Nozzle reader saat membaca data dari RFID tag
terdapat lebih dari 16 nozzle, maka bisa ditambahkan Wireless Gateway Terminal
(WGT) untuk nozzle lainnya. Data yang didapat dari nozzle reader akan dikirim ke
commverter menggunakan kabel LAN.
208 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
In / out
209 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
4.7.2 Toilet
Toilet akan menjadi hal penting dalam satu sistem bangunan gedung karena
merupakan saran kemudahan bagi setiap penghuni mau pengunjung SPBU Jatikawi
Group. Keadaan ekssiting toilet terlihat bersih dan terawat untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.
210 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
211 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
212 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Hasil
No. Aspek Penilaian Skoring
Pemeriksaan
1. Pemeriksaan sistem struktur bangunan gedung
Tidak bisa
1.1 Pondasi diamati 1
1.2 Kolom Sesuai 3
1.3 Balok lantai Sesuai 3
1.4 Rangka atap Sesuai 3
2. Pemeriksaan Sistem Proteksi Bahaya Kebakaran
Jumlah lantai bangunan Sesuai 3
Luas total lantai bangunan Sesuai 3
Luas lantai dasar bangunan Sesuai 3
Luas daerah hijau dalam persil Sesuai 3
Sistem Proteksi Jarak sempadan
2.1
Pasif jalan/sungai/pantai/danau/rel Sesuai 3
kereta api/jalur tegangan tinggi
Jarak bangunan gedung dengan
persil Sesuai 2
Jarak antar bangunan Sesuai 3
Tidak ada
Sistem pipa tegak sistem 1
Tidak ada
Sistem sprinkler otomatik sistem 1
Tidak ada
Pompa pemadam kebakaran sistem 1
Sistem Proteksi Ketersediaan air Sesuai 3
2.2 Alat pemadam api ringan Sesuai 3
Aktif
Sistem deteksi kebakaran Sesuai 3
Sistem alarm kebakaran Sesuai 3
Sistem komunikasi darurat Sesuai 3
Ventilasi mekanik Sesuai 3
Tidak ada
Sistem pengendali asap sistem 1
Tangga kebakaran Sesuai 2
Pintu kebakaran Sesuai 2
Bukaan penyelamatan Sesuai 2
Tidak ada
Sistem Evakuasi
2.3 Lift kebakaran sistem 1
Darurat
Tinggi ruang Sesuai 3
Tinggi lantai dasar Sesuai 3
Tidak bisa
Ruang rongga atap diamati 1
213 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Hasil
No. Aspek Penilaian Skoring
Pemeriksaan
1. Sistem Penghawaan
1.1 Ventilasi alami Sesuai 3
1.2 Ventilasi mekanik Sesuai 3
214 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Hasil
No. Aspek Penilaian Skoring
Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Ruang Gerak dalam Bangunan
1.1 Jumlah pengguna atau batas okupansi Sesuai 3
1.2 Kapasitas dan tata letak perabot Sesuai 3
2. Pemeriksaan Kondisi Udara dalam Ruang
2.1 Temperatur Ruang Sesuai 2
2.2 Kelembaban Ruang Sesuai 3
3. Pemeriksaan Pandangan Dari dan Kedalam Bangunan Gedung
3.1 Pandangan dari dalam ruang keluar bangunan Sesuai 3
3.2 Pandangan dari luar ruangan Sesuai 3
4. Pemeriksaan Kondisi Kebisingan dalam Bangunan Gedung
4.1 Tingkat kebisingan Sesuai 3
4.2 Instalasi inlet/outlet Sesuai 3
Sumber : Hasil Analisis 2024
216 | P a g e
KAJIAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Hasil
No. Aspek Penilaian Skoring
Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Sarana Hubungan Horisontal
1.1 Kondisi bukaan pintu Sesuai 3
1.2 Kondisi koridor Sesuai 3
2. Pemeriksaan Sarana Hubungan Vertikal
2.1 Tangga Sesuai 2
2.2 Ram Tidak ada sistem 1
3. Pemeriksaan Kelengkapan Prasarana dan Sarana Bangunan Gedung
3.1 Toilet Sesuai 3
3.2 Fasilitas parkir Sesuai 3
3.3 Tempat Sampah Sesuai 3
3.5 Sistem komunikasi Sesuai 3
3.6 Sistem informasi Sesuai 3
Sumber : Hasil Analisis 2024
217 | P a g e
KAJIAN SERIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
Kawasan SPBU
2 Belum terpasang Ditambahkan Proses
semua Signage signage terutama Pemasangan
terutama pada pada area masuk
bangunan dan keluar ruangan
penunjang dan pada area
tangga
Mini market
218 | P a g e
KAJIAN SERIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) SPBU PT. JATIKAWI GROUP KABUPATEN SUKABUMI
219 | P a g e