Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL PROGRAM KEGIATAN MAHASISWA

PEMANFAATAN LIMBAH TAUGE UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS ITIK


LOKAL SEBAGAI SUMBER DAGING

BIDANG KEGIATAN

PKM-RE

DIUSULKAN OLEH:

RAOUL CHESTA ADABI 235050100111002


RAYNALD JONATHAN ABILO 235050100111042
PUTRI WIDYA ASTUTIK 235050100111097
RAHMA FADILLA PUTRI 235050101111130

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2024
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Limbah tauge merupakan proses samping dari perkecambahan biji kacang hijau. Kecambah
biji kacang hijau banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang memiliki berbagai manfaat
dan kaya akan protein. Potensi kacang hijau di Jawa Tengah menurut Badan Pusat Statistik
(2015) sebesar 98.992 ton dalam bentuk biji kering dan setiap 1 kg biji kacang hijau akan
menghasilkan 5 kg tauge kacang hijau dengan limbah yang akan dihasilkan sebesar 20 – 40%
dari produksi tauge kacang hijau. Potensi limbah tauge di beberapa daerah sangatlah tinggi,
sebagai contoh potensi limbah tauge yang ada di kotamadya Bogor berkisar antara 1,5 ton/hari
(Puspitasary, dkk. 2018).
Didalam limbah ini masih terdapat sisa-sisa kecambah yaitu tauge yang kita kenal memiliki
nutrien yang dapat digunakan sebagai sumber protein nabati yang cukup tinggi.
Perkecambahan yang dilakukan oleh kacang hijau diyakini dapat memberikan keuntungan
dengan meningkatkan daya cerna, menurunkan senyawa antinutrisi, menambah mikronutrien
seperti asam amino, mineral mapun vitamin. Kandungan pada limbah tauge salah satunya
adalah vitamin E. Sifat vitamin E sebagai antioksidan, dapat mencegah oksidasi lemak,
sehingga dapat mengurangi bau amis pada daging itik itu sendiri.
Limbah tauge ini sangat mudah diperoleh karena sebagian besar rumah tangga sering
mengkonsumsi tauge. Akan tetapi limbah tauge yang ada di pasaran sering dianggap tidak
berguna dan mencemari lingkungan karena mudah membusuk. Dilihat dari sisi kandungan
gizinya kemungkinan besar limbah ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan pakan. Selain
memberikan nilai ekonomis dan mengurangi pencemaran lingkungan, pemanfaatan limbah
tauge di pasar menjadi komoditas baru yang dapat memberikan penambahan pendapatan
ternak.
Kandungan protein ransum merupakan nutrien yang dibutuhkan untuk hidup pokok,
pertumbuhan, produksi, pembentukan jaringan baru, memperbaiki jaringan yang rusak serta
metabolisme energi (Saelan, 2022). Ternak unggas yang mampu memanfaatkan serat kasar
dalam ransum dengan baik adalah itik. Tingkat produktivitas itik lokal Indonesia khususnya
ititk pedaging masih rendah dan masih berpeluang untuk ditingkatkan. Peningkatan
produktifitas itik pedaging dapat diperbaiki dengan rekayasa pakan yang baik.
Melihat potensi yang besar dari limbah tauge yang saat ini masih belum dimanfaatkan, maka
perlu dilakukan penelitian untuk memanfaatkan tauge sabagai campuran pakan itik pedaging.
Kulit tauge dan patahan tauge cenderung mengalami pembusukan dan kerusakan, sehingga
perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu untuk meningkatkan kandungan nutrisinya
sehingga akan memperpanjang masa simpan. Salah satu pengolahan yang dilakukan adalah
dengan fermentasi menggunakan Trichoderma harzianum.
Limbah tauge memiliki potensi yang besar untuk pakan itik pedaging. Limbah tauge
mengandung 49,44% serat kasar. Itik dapat memanfaatkan serat kasar dalam ransum dengan
baik. Pemberian serat kasar maksimal pada itik jantan adalah 20% (Puspitasary, dkk. 2018).
Salah satu cara untuk menurunkan serat kasar pada limbah tauge adalah dengan fermentasi
menggunakan Trichoderma harzianum. Dari latar belakang di atas maka digagaskan inovasi
pemanfaatan limbah tauge untuk meningkatkan produktivitas itik lokal sebagai sumber protein
berbasis fermemtasi menggunakan Trichoderma harizianum.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perbandingan kualitas nutrisi antara limbah tauge yang telah difermentasi
dengan menggunakan fungi Trichoderma harzianum dan sumbe protein konvensional
yang biasa digunakan dalam pakan itik pedaging?
2. Apa efek pemberian pakan dari hasil fermentasi limbah tauge dengan menggunakan
fungi Trichoderma harzianum tehadap pertumbuhan dan produksi itik pedgaing lokal?
3. Bagaimana pengaruh fermentasi limbah tauge menggunakan fungi Trichoderma
harzianum terhadap kualitas nutrisi sebagai sumber protein?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah tauge yang berlimpah di
lingkungan masyarakat sebagai campuran pakan itik lokal dan mengetahui hasil dari
pengujian dari pencampuran limbah tauge terhadap pakan itik lokal yang dapat
meningkatkan kualitas produksi daging pada ternak itik.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Keilmuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperdalam kajian teori tentang pemberian
ransum pada pemanfaatan protein yang terdapat dalam limbah tauge dan diharapkan
dapat dijadikan referensi dalam pengembangan penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Aplikatif
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam memanfaatkan
limbah tauge yang terdapat di lingkungan sekitar.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kandungan Kacang Hijau


Kacang hijau termasuk kelompok legum yang merupakan tanaman pangan yang cukup
penting di Indonesia karena mengandung gizi yang bermanfaat bagi tubuh. Kacang hijau
memiliki kandungan protein yang cukup tinggi yaitu 22% dan merupakan sumber mineral
yang penting antara lain kalsium dan phosphor (Nisa, dkk, 2016). Menurut Nisa, dkk (2016)
dalam 100 gram biji kacang hijau mengandung kalori (345g), protein (22,2g), lemak (1,2g)
dan karbohidrat (62,9g). Kacang hijau merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang
bergizi tinggi. Kandungn gizi kacang hijau kering energi 323 kkal, protein 22,9 g, rendah
lemak 1,5 g, karbohidrat (56,8 g), zat besi, 7,5 mg serta vitamin C 10 mg (Direktorat Gizi
Masyarakat, 2018). Kacang hijau mengandung pati yang memiliki daya cerna yang sangat
tinggi yaitu 99,8% sehingga sangat baik dijadikan sebagai bahan makanan bayi dan anak
balita yang sistem pencernaannya belum sempurna. Kacang hijau tinggi akan serat rendah
lemak jenuh, rendah sodium, dan tidak mengandung kolestrol. Biji kacang hijau terdiri dari
tiga bagian utama, yaitu kulit biji (10%), kotiledon (88%) dan lembaga (2%). Pada bagian
kulit biji kacang hijau mengandung mineral antara lain phospor (P), kalsium (Ca) dan besi
(Fe). Kotiledon banyak mengandung pati dan serat, sedangkan lembaga merupakan sumber
protein dan lemak (Nisa, dkk, 2016).
2.2. Itik Pedaging
Itik merupakan salah satu ternak unggas yang memiliki potensi yang luar biasa untuk
memenuhi kebutuhan sumber protein pada makanan manusia. Saat ini, banyak makanan
olahan yang berasal dari itik. Permintaan pasar terhadap daging dan telur itik sangat tinggi
dari tahun ketahun. Bahkan pada tanggal 26 Februari 2007 lalu, pemerintah
melaluiDepartemen Pertanian mengizinkan importasi 450 ton daging bebek beku asal
Malaysia. Daging itik umumnya mempunyai tekstur warna agak sedikit gelap jika
dibandingkan daging ayam baik sebelum atau sesudah dimasak. Kandungan senyawa daging
bebek antara lain mengandung kalori 211 kalori., protein ( 23 gram / 100 ), lemak sehat
( lemak jenuh 37%, lemak tak jenuh 50%, lemak asam linoleat 13%, Vitamin ( riboflavin,
niacin, tiamin, vitamin B6, dan vitamin B12 ), mineral ( selenium, fosfor, zinc, zatbesiatau
Fe, tembaga, sodium ).

Kebutuhan Nutrien Itik:


Jenis nutrisi Anak (0-8 mgg) Daara (9-18 Dewasa >19
mgg) mgg

Protein (%) 18-20 14-15 17-19


Energi (kkal/kg) 3.100 2.300 2.800
Ca (%) 0.60-1.0 0.60-1.0 2.90-3.25
P tersedia (%) 0.60 0.60 0.60
2.3. Tauge
Kecambah adalah tumbuhan kecil yang baru tumbuh dari biji kacang kacangan yang
disemaikan atau melalui perkecambahan. Protein pada tauge lebih tinggi 10 persen
dibandingkan dengan kandungan protein dalam biji aslinya, hal ini disebabkan selama proses
menjadi kecambah terjadi pembentukan asam-asam amino esensial yang merupakan
penyusun protein. Tauge mengandung vitamin c sebanyak 15 mg setiap 100 gram dan tauge
juga merupakan sumber vitamin e yang sangat potensial dengan kandungan 662 mg setiap
100 gram. Kandungan gizi yang terdapat di tauge adalah vitamin A, B Kompleks, C, E, serta
mineral seperti kalsium, zat besi, magnesium, kalium, serat, folat, asam amino dan protein
(Abdallah, dkk, 2021). Vitamin yang ditemukan dalam tauge adalah vitamin C,
thiamin ,riboflavin, niasin, asam pantothenik, vitamin B6, folat, kolin, ß- karoten, vitamin A,
vitamin E (a- tokoferol), dan vitamin K. Mineral yang ditemukan dalam tauge adalah kalsium
(Ca), besi (Fe), magnesium (Mg), fosfor (P), potasium (K), sodium (Na), zinc (Zn), tembaga
(Cu), mangan (Mn), dan selenium (Se). Asam amino esensial yang terkandung dalam tauge,
antara lain: triptofan, treonin, fenilalanin, metionin, lisin, leusin, isoleusin, dan valin
(Hairunnisa dkk, 2016).
2.4. Limbah Tauge
Limbah tauge merupakan hasil buangan pembuatan tauge berupa kulit dan potongan-
potongan akar serta kepala tauge yang lolos saat pemisahan tauge. Potensi limbah tauge
cukup tinggi, karena setiap 1 kg kacang hijau dapat menghasilkan 5 kg tauge, sedangkan 20 –
40 % merupakan kulit kecambah kacang hijau (Mawarni, dkk, 2017). Limbah kacang hijau
mempunyai kandungan protein dan serat kasar yang tinggi. Kandungan protein ransum
merupakan nutrien yang dibutuhkan untuk hidup pokok, pertumbuhan, produksi,
pembentukan jaringan baru, memperbaiki jaringan yang rusak serta metabolisme energi.
Kulit tauge kacang hijau adalah limbah pembuatan tauge kacang hijau, dimana kulit kacang
hijau mengandung mineral antara lain phospor (P), kalsium (Ca) dan besi (Fe). Menurut Nisa,
dkk (2016) yang mengutip dari Desi (2009) kelebihan dalam kulit tauge kacang hijau antara
lain mengandung 8,73% protein, 0,12% vitamin B1 dan 6,32% serat.

2.5. Fungi Trichoderma harzianum


Trichoderma harzianum merupakan salah satu jenis jamur yang mampu meningkatkan
pertumbuhan tanaman dan merupakan jamur antagonis terhadap jamur patogen yang
menyerang tanaman. Trichoderma harzianum menghasilkan enzim selulose yang dapat
menurunkan serat kasar dengan cara menguraikan selulosa menjadi glukosa (Mawarni, dkk,
2017).

BAB 3. METODE RISET


3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih berada di Kota Malang, Provinsi Jawa Timur. Tepatnya di
SMC Duck Breeding Peking F1. Lokasi penelitian ini dipilih berdasarkan kesepakatan dan
dari banyak pertimbangan karena sebagian besar masyarakat di daerah tersebut adalah
peternak itik. Kegiatan penelitian ini dilakukan selama 2 bulan, dengan rincian kegiatan
terlampir.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Penelitian pada hewan menggunakan itik yang memenuhi kriteria dan sama standarnya.
Dalam penelitian bahan yang digunakan adalah limbah kacang hijau dan itik. Alat yang
digunakan dalam penelitian adalah panfeeder, blender.
3.3 Tahapan Penelitian
a) Ternak : Penelitian ini menggunakan ternak itik jantan local sebanyak 100 ekor.

b) Kandang dan Peralatan: Kandang yang akan digunakan adalah kandang koloni
sebanyak 9 unit dengan ukuran 250 x 300 cm. Setiap 1 unit kandang diisi oleh 15
ekoritik. Alat yang digunakan adalah tempat pakan, tempat minum, dan pemanas.
c) Ransum dan Konsumsi Air: Setiap ekor itik diberikan ransum sesuai umur
selamapemeliharaan (10 minggu) disiapkan pakan sebanyak 10 kg. Pakan yang
diberikana adalah pakan ayam broiler komersial yang dicampur dengan bahan
perlakuan yang diberikan dan kebutuhannya disesuaikan dengan kebutuhan ternak
itik. Sedangkan air minum diberikan setiap hari ad libitum.
d) Perlakuan: Perlakuan ini menggunakan 3 perlakuan dengan 3 kali ulangan. Umur itik
sehari sampai 4 minggu diberi pakan komersial dan dedak untuk starter ayam broiler.
Umur 4 minggu sampai panen diberi pakan sesuai perlakuanyaitu:P1 = itik tanpa
pemberian tauge (pakan komersial broiler finisher + dedak) P2 = Itik dengan
pemberian tauge sebanyak 10%P3 = itik dengan pemberian tauge sebanyak 20% .
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1. Anggaran Biaya

No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)


.
1. Perlengkapan yang diperlukan Rp 300.000,00
2. Bahan habis pakai Rp 500.000,00
3. Perjalanan Rp 100.000,00
3. Lain-lain Rp 50.000,00
Jumlah Rp 900.000,00

4.2. Jadwal Kegiatan

No. Jenis Kegiatan Bulan


1 2 3


1 Persiapan


2 Pembuatan proposal


3 Penyusunan instrumen
penelitian


4 Penentuan informan


5 wawancara


6 Penggalian data yang
mendukung


7 Evalusai hasil data


8 Analisis datapembuatan
laporan
DAFTAR PUSTAKA

Puspitasari, D., R. I. Pujaningsih, dan I. Mangisah. 2018. Pengaruh Pemberian Pakan


Mengandung Limbah Tauge Kacang Hijau Fermentasi Terhadap Konsumsi Ransum,
Pertambahan Bobot Badan, dan Konversi Ransum Itik Lokal. Jurnal Agromedia.
36(1):57-66.

Putra. S. I., M. C. Dini., I. Nurkamilah., M. Syahri., dan K. R. Januar. 2014. Suplementasi


Limbah Tauge Untuk Mengurangi Kolestrol Dan Meningkatkan Kualitas Dengan
Pengurangan Bau Amis Daging Itik. Institut Pertanian Bogor. 1: 2- 11.

Saelan, E., T. Widjastuti, S. Utami, dan Sulasmi. 2022. Implementasi limbah kacang hijau
dalam ransum terhadap performa produksi Itik Pajajaran petelur. Jurnal Ilmu
Pertanian Dan Peternakan. 10(2): 229-237.

Wiyardana. I. P. G., N. W. Siti., dan N. M. S. Sukmawati. 2020. Pengaruh Penggantian


Ransum Komersial Dengan Tepung Limbah Kecambah Kacang Hijau Difermentasi
Terhadap Komposisi Fisik Karkas Itik Bali Jantan. Jurnal Peternakan Tropika. 1:
422- 434.

Anda mungkin juga menyukai