Anda di halaman 1dari 42

PENDAHULUAN

• Industri Farmasi
Menurut definisi yang tercantum dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1799/MENKES/PER/XII/2010, industri farmasi adalah
badan usaha yang memiliki izin dari Menteri
Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan
obat atau bahan obat.
• Peran industri farmasi sebagai unit pelayanan
kesehatan adalah memproduksi obat atau
menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan oleh
masyarakat supaya sediaan obat yang dihasilkan
industri farmasi senantiasa terjamin mutu dan
kualitasnya.

• Untuk itu obat yang dihasilkan harus memenuhi


persyaratan khasiat (efficacy), keamanan (safety) dan
mutu (quality) dalam dosis yang digunakan untuk
tujuan pengobatan
SKEMA
Input • Bahan Kemas
• Bahan Baku

• Solid
process • Liquid
•Cream

output • Produk
Bahan Kemas
• Bahan kemas (tebal, Lebar, warna, diameter)
1. Botol kaca (60, 100 mL)
2. Botol plastik (10 mL)
3. Aluminium foil (cetakan berdasarkan jenis produk)
4. Box (kertas)
5. Insert (kertas di dalam box)
6. Dus tunggal
7. Pot plastik
Bahan Baku
• Bahan pokok/bahan mentah yang menjadi dasar
pembuatan suatu produk di mana bahan tersebut
diolah dalam proses produksi.
• Bahan Baku bisa diperoleh secara langsung dari
alam, tetapi bahan baku lebih sering diperoleh dari
suplier yang merupakan produk akhir perusahaan
tersebut.
• Bahan baku dapat juga diperoleh dari pembelian
lokal, pembelian impor maupun berasal dari
pengolahan sendiri.
Bahan Baku
• Oleum Cajuputi, Oleum Cocos, Oleum Anis
• Piperazine citrate
• Mg(OH)2 dan Al(OH)2, Cimethicon
• Ciprofloxacin HCl
• Betamethasone Valerate, Neomycin Sulfate
Analisa Fisik Bahan Baku
• Penentuan Viskositas

• Penentuan Berat Jenis


• pH

• Konduktivitas
• Kadar air
Analisis Kimia Bahan Baku
• Spektrofotometri UV-VIS  (Ciprofloxacin HCl)
• Gravimetri  (Piperazine citrate)
• Gas Kromatografi  (Oleum Cajuputi)
• Titrasi  (Mg(OH)2 dan Al(OH)2)
• Ekstraksi  (Cimethicon)
• HPLC  (Betamethasone Valerate)
Jenis obat
• Solid {kaplet (besar,kecil), tablet, kapsul}

• Liquid (sirup, suspensi)

• Cream
PROSES PRODUKSI
• Produksi adalah kegiatan atau proses
menghasilkan, menyiapkan, mengolah,
membuat, mengemas, dan/atau mengubah
bentuk sediaan farmasi dan alat kesehatan
(Anonim, 2012).
• Untuk menjaga mutu obat yang dihasilkan,
maka setiap tahap dalam proses produksi
selalu dilakukan pengawasan mutu In
Process Control (IPC).
• Menurut produknya, proses produksi
dibedakan menjadi 2, yaitu Produksi Solida
dan Produksi Liquida.

• Sedangkan untuk proses produksi secara


keseluruhan dapat dibagi menjadi 2 seksi,
yaitu :
1. Processing (pengolahan)
 Penimbangan
 Granulasi
 Cetak Tablet / Kaplet
 Filling Kapsul
 Coating (tertentu)
 Stripping + Packing Primer
 Mixing + Filling Cream
 Mixing Syrup / Suspensi
 Filling Syrup / Suspensi
 Mixing dan Filling Minyak
2. Packaging (pengemasan sekunder)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
proses produksi :

1. Pengadaan Bahan Awal


2. Penimbangan dan Penyerahan
3. Pengembalian
4. Pengolahan
5. Kegiatan Pengemasan
6. Pengawasan Selama Proses Produksi (IPC)
7. Karantina Produk Jadi
Pentingnya In Process Control dalam CPOB Produksi

• Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)


bertujuan untuk menjamin obat yang dibuat
secara konsisten, memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dan sesuai dengan tujuan
penggunaannya.
• CPOB merupakan bagian dari pemastian mutu
yang memastikan obat dibuat dan
dikendalikan secara konsisten untuk mencapai
standar mutu yang sesuai dengan tujuan
penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin
edar serta spesifikasi produk.
• Pemastian mutu adalah totalitas semua
pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk
memastikan bahwa obat yang dihasilkan
memenuhi persyaratan mutu dan tujuan
pemakaiannya.
• Oleh karena itu pengawasan selama proses
(in-process control) produksi sangat perlu
dilakukan untuk menjaga kualitas dari sediaan
farmasi yang dibuat dan merupakan hal yang
yang penting dalam pemastian mutu produk.
Di samping itu, pengawasan-selama proses
hendaklah mencakup :
1. Semua parameter produk, volume atau jumlah
isi produk hendaklah diperiksa pada saat awal
dan selama proses pengolahan atau
pengemasan; dan
2. Kemasan akhir hendaklah diperiksa selama
proses pengemasan dengan selang waktu yang
teratur untuk memastikan kesesuaiannya
dengan spesifikasi dan memastikan semua
komponen sesuai dengan yang ditetapkan
dalam Prosedur Pengemasan Induk.
Bagan proses pembuatan obat

Alur Proses Pembuatan Tablet / kaplet


Alur Proses Pembuatan Cream/Semi Solid
Alat Uji Bobot Individu

Alat Uji Dimensi (panjang,


tebal, lebar, diameter)
Alat Uji Kebocoran

Alat Uji Kekerasan


Alat Uji Kerapuhan

Alat Uji Waktu Hancur


5 Produk yang Memenuhi Solid Liquid Cream dan
Mencakup Metode Analisa yang Digunakan
• Oleum Cajuputi
(cair, minyak, pemerian+fisik+mikrobiologi+GC)
• Piperazine Citrate
(cair, sirup, pemerian+fisik+gravimetri)
• Mg(OH)2 dan Al(OH)2
(cair, suspensi, pemerian+fisik+titrimetri+mikrobiologi)
• Ciprofloxacin HCl
(padat, kaplet besar, disolusi+spektrofotometri)
• Betamethasone Valerate
(krim, fisik+HPLC)
METOLISA

Studi Literatur Pembuatan


Trial Metode
(FI 2014, USP 37, Prosedur Tetap
(R&D)
BP 2013) (Protap)

Validasi Metode
Analisa Reguler Analisa
(QC)
(QA)
Oleum Cajuputi
• Termasuk obat liquid, fisiknya berupa minyak
• Tergolong : obat luar non antibiotik
• Analisa: Pemerian, Fisik (BJ, Viskositas), Mikrobiologi (ALT, AKK) dan GC
• Syarat :
Fisik : Bobot Jenis 0,8500-0,9500
Viskositas 5,0-15,0 cP (spindel 1, 60 rpm)

Mikro : Angka Lempeng Total ≤ 1000 kol/ml


Angka Kapang Khamir ≤ 100 kol/ml

Kuantitatif : Kandungan Sineol ≥ 70,0 % b/b → di luar Pabrik (ketidaktersediaan GC)


ΓU
(%) Kadar Sineol = x 100 %
ΓT
ΓU : Area puncak Sineol dari larutan sampel
ΓT : Jumlah area semua puncak dari larutan sampel
Bobot Jenis Viskositas
• Menggunakan alat Piknometer
• Yang harus diperhatikan ??
• Menggunakan alat Viskometer
• Perhitungan :
Digital Brookfield Model DV-E
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜 + 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜 𝐾𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
• Pada monitor terlihat data : jenis
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜 + 𝐴𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜 𝐾𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔 spindel, kecepatan putaran (rpm),
hasil viskositasnya (cP)
• Syarat spindel, kecepatan, dan
viskositas yakni dari manual
book alat dan hasil trend
analisa reguler
Piperazine Citrate
• Bentuk fisik obat : liquid (cairan)  sirup
• Tergolong : obat dalam non antibiotik
• Analisa : Pemerian, Fisik, Gravimetri
• Prinsip Gravimetri : isolasi dengan cara pengendapan zat aktif
yang sudah terpisah secara murni dari komponen yang lain
dalam suatu obat
• Syarat :
Fisik : Bobot Jenis 1,0500-1,1500
pH 5,00-6,00
Viskositas 5,0-10,0 cP (spindel 1, 60 rpm)

Kuantitatif / Kadar : 93,00-107,00 %


pH Kadar (Gravimetri)
• Menggunakan alat pH meter • Menggunakan cawan porselen dan oven
METTLER TOLEDO SevenEasy • Perhitungan :
• Proses kalibrasi dan verifikasi :
Buffer Solution pH 4,00 ; pH 7,00; 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑟𝑖𝑠𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑣𝑒𝑛 𝑚𝑔 × 𝑚𝑙 𝑒𝑡𝑖𝑘𝑒𝑡 × 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
× 100 %
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑔𝑟 × 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑒𝑡𝑖𝑘𝑒𝑡 (𝑚𝑔)
dan pH 9,21
• Yang terlihat pada alat : pH, suhu
larutan (°C), offset (mV), slope %
• Menggunakan larutan KCl 3M
Prosedur Analisa
• Ditimbang 1 ml sampel dimasukkan dalam cawan
(tripo)
• Dicuci dgn ethanol lalu disaring (dekantir)  hingga
tidak berwarna (perbesar luas permukaan)
• Kertas saring (berisi sedikit endapan) dibilas dgn
ethanol (semua padatan masuk kembali ke cawan)
• Oven dengan suhu 105°C selama 1 jam 45 menit.
Keringkan dalam desikator. Ditimbang.
Mg(OH)2 dan Al(OH)2
• Bentuk fisik obat : liquid (cairan)  suspensi
• Tergolong : obat dalam non antibiotik
• Analisa : Pemerian, Fisik, Mikrobiologi, Titrimetri ( Alkalimetri,
Kompleksometri)
• Syarat :
Fisik : Bobot Jenis 1,0500-1,1500
pH 7,00-8,60
Viskositas 650,0-950,0 cP (spindel 2, 30 rpm)

Mikrobiologi : ALT maks 100 cfu/g


E. Coli negatif

Kuantitatif / Kadar : Mg(OH)2, Al(OH)2 90,00-115,00 %


Alkalimetri Kompleksometri
• Prinsip : titrasi menggunakan • Prinsip : reaksi pembentukan senyawa
basa sebagai titran, dalam hal kompleks yang stabil antara AL3+ dgn EDTA
ini yaitu larutan NaOH 0,5 N. (Ethylene diamine tetraacetic acid),
kompleks warna biru gelap (adanya
indikator dithizon). Kelebihan EDTA
• Cara Kerja: 200mg sampel-10 ml dititrasi oleh Zn2+ membentuk kompleks
H2SO4 0,5 N-ditambah akuades warna merah menyala (adanya indikator
dan indikator metil merah-titrasi dithizon).
dgn Na0H 0,5 N hingga berwarna • Cara Kerja: 100mg sampel-ditambah
kuning. akuades-2 ml HCl 2N-dipanaskan
mendidih lalu didinginkan-15 ml Na2EDTA
• Reaksi: 0,05 M-dipanaskan mendidih lalu
• Mg(OH)2 + H2SO4berlebih, tertentu didinginkan-20 ml dapar ammonium
MgSO4 + 2H2O + H2SO4 acetate-indikator ditizon-ditambah etanol
• H2SO4 + 2NaOH Na2SO4 + 2H2O warna jadi biru pekat-titrasi dengan
ZnSO4 0,05 N hingga merah menyala.
• Perhitungan: • Perhitungan :
𝑉𝐻2𝑆𝑂4 𝑁𝐻2𝑆𝑂4 𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻×𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 × 29,16 × 𝑇𝑐 (𝑉𝑁𝑎2𝐸𝐷𝑇𝐴 × 𝑁𝑁𝑎2𝐸𝐷𝑇𝐴 − 𝑉𝑍𝑛𝑆𝑂4 × 𝑁𝑍𝑛𝑆𝑂4) × 3,9 × 𝑇𝑐
× − × 100 % × 100 %
1×𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙×𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑒𝑡𝑖𝑘𝑒𝑡 0,05 × 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑒𝑡𝑖𝑘𝑒𝑡
Ciprofloxacin HCl
• Bentuk fisik obat : solid (padat)  kaplet besar
• Tergolong : obat dalam antibiotik
• Analisa : Disolusi, Spektrofotometri
• Prinsip : mengetahui kandungan zat aktif dari suatu obat dengan cara
membandingkan serapannya dengan serapan sebuah standar (baku kerja)
pada panjang gelombang yang sama (panjang gelombang maksimum) 
standar tunggal
• Syarat :
Uji Disolusi : Q = 80 % + 5 %
Adalah untuk mengetahui jumlah zat aktif terlarut dalam media disolusi yang
diketahui volumenya dalam waktu tertentu. Proses kelarutan ini sangat
berpengaruh terhadap absorpsi obat di dalam tubuh.
Kuantitatif : Kadar 95,00 - 105,00 %
Keragaman Bobot 95,00 - 105,00 %
Kadar
• Menggunakan alat Spektrofotometer
(misal U-2900)
Uji Disolusi • Timbang 20 kaplet-timbang satu persatu
utk 10 kaplet-haluskan 10 kaplet tsb-
• Menggunakan alat Dissolution timbang 30 mg sampel-masukkan dlm
Tester Hanson SR 8 labu ukur 50 ml dan larutkan dengan
• Media : 900 ml HCl 0,01 N pelarut aquades (disonikasi)-lakukan
pengenceran 1 ml ke labu 100 ml
• Tipe Alat : 2  Paddle
• Timbang 25 mg baku kerja-masukkan
• Kecepatan : 50 rpm dlm labu ukur 50 ml dan larutkan
• Waktu Disolusi : 30 menit dengan pelarut aquades (disonikasi)-
• Syarat : Q > 80 % lakukan pengenceran 1 ml ke labu 100
ml
• Penentuan : Spektrofotometri, λ
• Penentuan : Spektrofotometri, λ 276 nm
276 nm
• Untuk Disolusi :
A sampel P sampel V media
Kadar % = x massa baku x x x faktor konversi x % Baku kerja
A baku P baku Kadar Etiket

• Untuk Kadar :
A sampel m baku P sampel Tc
Kadar % = x x x x faktor konversi x % Baku kerja
A baku m sampel P baku Kadar Etiket
Betamethasone Valerate
• Bentuk fisik obat : cream
• Tergolong : obat luar antibiotik
• Analisa : Fisik, Mikrobiologi, HPLC (High Performance Liquid Chromatography)
• Prinsip HPLC : Pemisahan zat aktif dari senyawa lain dalam obat berdasarkan
like disolve like dengan pengisi yang ada di dalam kolom berdasarkan waktu
tinggal (waktu retensi).
• Syarat :
Fisik : pH 5,00 - 6,00
Viskositas 120.000,0 -160.000,0 cP (s95, 3 rpm)

Mikrobiologi : Neomycin Sulfate 90,00 – 135,00 %

Kuantitatif / Kadar : 90,00 - 110,00 %


Prosedur Analisa
• Pelarut : Methanol
• Fase gerak : Acetonitrile : Aquabidest = 40 : 60
• Pembuatan larutan baku :
a. 25,0 mg baku kerja Betamethasone Valerate dalam labu ukur 25 ml.
b. Ditambah 10,0 ml Methanol, sonikasi . Tambah Methanol sampai tanda batas, gojog.
c. Dipipet 1,0 ml, dimasukkan dalam labu ukur 10 ml. Tambah Methanol sampai tanda batas, gojog.
d. Saring dengan kertas saring kemudian dengan Whatman 0,45 µm.
• Pembuatan Larutan Sampel
a. 2,5 gram sampel obat dalam labu ukur 25 ml.
b. Ditambah 10,0 ml Methanol, sonikasi . Tambah Methanol sampai tanda batas, gojog.
c. Saring dengan kertas saring kemudian dengan Whatman.
• Sistem Kromatografi:
a. Alat : Hitachi / Shimadzu
b. UV-Vis Detektor : panjang gelombang (nm)
c. Kolom : 4 mm x 125 mm, ukuran partikel 5µm, berisi bahan pengisi
L 1(Lichocart, Lichrospher,Rp 18Merck).
d. Laju alir : range (ml/min)
e. Tekanan pompa : range (kgf/cm2)
f. Simpangan Baku Relatif : misal < 2,0 %
g. Volume injeksi : 20 µl (syringe)
• Cara perhitungan
Luas area sampel Massa baku Pengenceran sampel 1
Kadar % = x x x x % Baku kerja
Luas area baku Massa sampel Pengenceran baku Kadar Etiket
Limbah Industri Farmasi
• Limbah Padat :
Obat kadaluarsa, Kegiatan produksi (kegagalan produksi, debu
bahan yg terkumpul dari dust collector dan vacum cleaner,
bekas kemasan bahan baku, kemasan yang rusak.

• Limbah Cair :
limbah yang berasal dari kegiatan produksi, laboratorium,
sarana penunjang, domestik pencucian.

• Cemaran debu/gas :
gas sisa pembakaran bahan bakar boiler, debu dari proses
granulasi, pencetakan tablet, proses coating dan massa kapsul
Limbah Padat
• Obat kadaluarsa
• Kegiatan produksi (kegagalan produksi, debu bahan
yg terkumpul dari dust collector dan vacum cleaner,
bekas kemasan bahan baku, kemasan yang rusak.

• Cara penanganan:
limbah padat termasuk dalam limbah B-3 diolah.
limbah media diolah dengan alat autoklaf, ditampung
dalam wadah tertutup.
Cara Penanganan
• Limbah B-3 diolah dengan bekerjasama
dengan pengelolah limbah B-3
• Limbah media diolah dengan cara disterilisasi
dengan alat autoklaf dan ditampung,
• Limbah debu yang terjadi dalam proses
produksi dikurangi dengan pemasangan dust
collector pada ruang yang menghasilkan debu.

Anda mungkin juga menyukai