Kelompok 3:
1. Pemilihan batch
• Data uji stabilitas harus tersedia minimal tiga batch utama
batch harus diproduksi minimal skala pilot dengan formulasi dan sistem
kemasan yang sama (mensimulasikan kemasan yang digunakan untuk
distribusi)
menggunakan metode pembuatan dan prosedur yang mensimulasikan
proses akhir yang akan digunakan untuk batch produksi
kualitas keseluruhan batch bahan obat harus mewakili kualitas bahan
yang akan dibuat dalam skala produksi
• Dua dari tiga batch sekurang-kurangnya memenuhi skala pilot
• Produk harus dihasilkan dari bahan yang berbeda di tiap batch
• Stabilitas dilakukan di tiap batch dan di tiap kemasan, kecuali digunakan
sistem bracketing atau matrixing
Panduan uji stabilitas untuk produk farmasi
2. Sistem Kemasan
• Pengujian dilakukan pada sediaan yang dikemas dalam sistem
kemasan yang sama.
3. Spesifikasi
• Spesifikasi mengacu pada prosedur analitis dan kriteria penerimaan yang
diusulkan
• Mencakup pengujian sifat-sifat dari senyawa aktif, yang rentan terhadap
perubahan selama penyimpanan, yang cenderung mempengaruhi
kualitas, keamanan, dan khasiat
• Pengujian: fisik, kimia, mikrobiologi
Panduan uji stabilitas untuk produk farmasi
4. Frekuensi Pengujian
• Frekuensi pengujian harus cukup untuk menetapkan profil stabilitas
senyawa aktif dalam produk
• Penyimpanan jangka panjang: harus setiap 3 bulan selama tahun
pertama, setiap 6 bulan selama tahun kedua, dan setiap tahun
melalui diusulkan periode re-test
• Penyimpanan uji dipercepat: minimal tiga titik waktu, termasuk
titik-titik awal dan akhir (0,3,6 bulan)
• Penyimpanan menengah: minimal empat titik waktu, termasuk titik
awal dan akhir (0,6,9,12 bulan)
Panduan uji stabilitas untuk produk farmasi
5. Kondisi Penyimpanan
• Dilakukan untuk menguji stabilitas termal dan kepekaan produk
terhadap kelembaban (zona IV, South East Asia Regional Office/
SEARO ICH Q1F)
• 30 ℃ ± 2 ℃/ 65% ± 5% RH
Jangka panjang • Minimal pengujian: 12 bulan
• 30 ℃ ± 2 ℃/ 65% ± 5% RH
Menengah • Minimal pengujian: 6 bulan
• 40 ℃ ± 2 ℃/ 75% ± 5% RH
Dipercepat • Minimal pengujian: 6 bulan
Panduan uji stabilitas untuk produk farmasi
5. Kondisi Penyimpanan
Kemasan semi-permeabel
• 30 ℃ ± 2 ℃/ 65% RH ± 5% RH
Menengah • Minimal pengujian: 6 bulan
5. Kondisi Penyimpanan
Penyimpanan freeze thaw atau kondisi refrigerator
• 5℃±3℃
Jangka panjang • Minimal pengujian: 12 bulan
• 25 ℃ ± 2 ℃/ 60 % RH ± 5% RH
Dipercepat • Minimal pengujian: 6 bulan
Penyimpanan freezer
• -20 ℃ ± 5 ℃
Jangka panjang • Minimal pengujian: 12 bulan
Panduan uji stabilitas untuk produk farmasi
6. Komitmen Stabilitas
• Dilakukan ketika data stabilitas jangka panjang yang tersedia pada batch primer tidak
mencakup periode re-test yang diberikan saat persetujuan
• Komitmen dilakukan agar studi stabilitas dapat dilanjutkan dan dapat ditetapkan masa re-test
• Penyerahan data stabilitas jangka panjang memerlukan data stabilitas pada tiga batch produksi
dan kepastian periode re-test, apabila tidak memenuhi, maka harus dilakukan komitmen
7. Evaluasi
• Untuk menetapkan stabilitas produk berdasarkan pengujian di min.3 batch dan
memperoleh informasi stabilitas (fisik, kimia, mikrobiologi), bentuk sediaan, serta
masa simpan produk tiap batch dalam waktu tertentu
Panduan uji stabilitas untuk produk farmasi
8. Penandaan/ labelling
• Penandaan penyimpanan harus ditetapkan sesuai dengan persyaratan
nasional/regional
• Pernyataan harus didasarkan pada hasil evaluasi stabilitas zat obat
• Periode re-test harus berasal dari informasi stabilitas dan tanggal re-test harus
ditampilkan pada label kemasan begitupun masa expired date nya
4. Cemaran: cemaran organik dan inorganik (produk degradasi) dan sisa pelarut
• Cemaran organik timbul dari degradasi zat aktif dan cemaran yang timbul
selama proses pembuatan sediaan
• Batas penerimaan seharusnya dinyatakan untuk setiap produk degradasi,
termasuk produk degradasi total
Uji Cemaran Menurut FI V
• Persyaratan: jumlah cemaran umum tidak lebih dari 2,0%, kecuali dinyatakan
lain pada masing-masing monografi
• Uji khas cemaran umum menggunakan KLT
• Uji untuk senyawa sejenis atau kemurnian kromatografi dapat juga digunakan
untuk uji cemaran umum
• Metode lain (KCKT atau KLTKT) dapat digunakan sebagai metode alternatif
dengan lasan jelas
UJI SPESIFIK SEDIAAN CAIR ORAL
Keseragaman Sediaan: derajat keseragaman jumlah zat aktif dalam satuan sediaan
• Menggunakan prosedur farmakope
• Nilai penerimaan dari 10 unit sediaan pertama tidak kurang atau sama dengan L1% . Jika
nilai penerimaan lebih besar dari L1% lakukan pengujian pada 20 unit tambahan.
Memnuhi syarat jika nilai penerimaan akhir dari 30 unit sediaan ≤ L1%, tidak ada satu
unit pun kurang dari [1 –(0.01)L2]M dan tidak ada satu unit pun lebih dari [1 +
(0.01)L2]M. Kecuali dinyatakan lain L1 15.0 dan L2 25.0
pH
Menggunakan alat potensiometrik (pH meter) yang sesuai dan telah dibakukan, mampu
mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH
Kriteria penerimaan pH sediaan sesuai monografi masing-masing sediaan
UJI SPESIFIK – Uji Batas Mikroba
Uji Batas Mikroba
• Menggunakan prosedur farmakope
• Kriteria penerimaan: jumlah total mikroorganisme aerob, jumlah total ragi dan kapang, tidak adanya
bakteri tertentu (e.g., Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Salmonella, Pseudomonas aeruginosa)
Menurut FI V:
A. Uji Enumerasi Mikroba: pengujian kuantitatif bakteri mesofil dan kapang yang dapat tumbuh pada
kondisi aerob
• Pengujian pada kondisi aseptik, jika produk memiliki aktivitas antimikroba sebelum uji lakukan
netralisasi menggunakan inaktivator yang tidak toksik terhadap mikroba uji
• Metode penghitungan: Penyaringan Membran, Metode Angka Lempeng, Angka Paling Mungkin
• Mikroorganisme uji: Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis, Candida
albicans, Aspergillus brasiliensis
UJI SPESIFIK – Uji Batas Mikroba
B. Uji Mikroba Spesifik
• jika produk memiliki aktivitas antimikroba sebelum uji lakukan netralisasi
menggunakan inaktivator yang tidak toksik terhadap mikroba uji
• Jika digunakan surfaktan pada penyiapan sampel harus dibuktikan sesuai
dan tidak toksik bagi mikroba dan sesuai dengan inaktivator yang
digunakan dalam produk
• Dilakukan untuk menguji adanya Staphylococcus aureus, Pseudomonas
aeruginosa, Escherichia coli, Salmonella, Clostridia, Candida albicans
• Kriteria penerimaan: sediaan tidak boleh mengandung mikroba tertentu
sesuai dengan monografi
UJI SPESIFIK – Kandungan Pengawet
Kandungan Pengawet Antimikroba
• Untuk cairan oral yang membutuhkan pengawet antimikroba, kriteria penerimaan untuk
kandungan pengawet harus ditetapkan
• Kriteria penerimaan kandungan pengawet harus didasarkan pada tingkat pengawet antimikroba
yang diperlukan untuk mempertahankan kualitas mikrobiologi produk pada umur simpannya.
• Konsentrasi pengawet antimikroba terendah harus dibuktikan efektif dalam mengendalikan
mikroorganisme dengan menggunakan uji efektivitas pengawet antimikrobial yang tertera
dalam farmakope.
• Dalam uji efektivitas pengawet, sediaan oral cair masuk ke dalam kategori 3
• Mikroba uji yang digunakan Candida albicans, Aspergilus niger, Escherichia coli, Pseudomonas
aeruginosa, Staphyloccocus aureus
• Kriteria efektivitas antimikroba:
Bakteri: koloni tidak kurang dari 1 log reduksi dari jumlah hitungan awal pada hari ke-14, dan
tidak meningkat sampai dengan hari ke-28
Kapang: koloni tidak meningkat dari jumlah hitungan awal sampai hari ke-14 dan 28
UJI SPESIFIK – Uji Ekstraksi
• Uji dan kriteria penerimaan untuk ekstraksi dari komponen sistem
kemasan/penutup (misalnya, stopper karet, cap liner , botol plastik, dll.)
dilakukan untuk sediaan oral yang dikemas dalam sistem non-kaca, atau
dalam kemasan gelas dengan penutup non-kaca.
• Dirancang untuk mengkarakterisasi komponen yang terekstraksi dan
identifikasi kemungkinan migrasi
• Uji ektraksi resin spesifik seperti polietilen, polipropilen,polipropilen
tereftalat, polipropilen tereftalat G
• Media ekstraksi yang digunakan kecuali dinyatakan lain adalah air murni
• Parameter uji: residu tidak menguap, sisa pemijaran , logam berat, kapasitas
dapar
UJI SPESIFIK – Kandungan Alkohol
• Kandungan alkohol ditetapkan jika label produk secara kuantitatif
menyatakan kandungan tersebut
FI V:
• Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, penetapan
alkohol dilakukan dengan metode distilasi
• Metode penetapan alkohol lainnya adalah dengan Kromatografi Gas
UJI SPESIFIK – Disolusi
• Uji disolusi dilakukan (misalnya, untuk substansi obat yang tidak larut)
untuk suspensi oral dan dry powder untuk resuspensi yang dilakukan
saat obat akan direlease
• Alat, media disolusi, dan kondisi uji harus sesuai dengan prosedur
yang tertera pada farmakope
• Kriteria penerimaan: ditetapkan berdasarkan variasi variasi yang
diamati, dan harus mempertimbangkan profil disolusi tiap batch yang
diuji
UJI SPESIFIK – Distribusi Ukuran Partikel
• Kriteria penerimaan dan prosedur untuk penentuan distribusi ukuran
partikel dilakukan untuk sediaan suspensi oral
• Pengujian distribusi ukuran partikel harus dilakukan saat obat akan
direlease
• Kriteria penerimaan: disitribusi ukuran partikel yang disajikan dalam
bentuk persentase total ukuran partikel dalam rentang ukuran
tertentu sesuai yang ditetapkan dalam masing-masing persyaratan
sediaan
UJI SPESIFIK – Redispersi
• Redispersi dilakukan untuk sediaan suspensi oral yang memiliki
kemungkinan untuk mengendap melalui prosedur pengocokan
• Waktu yang diperlukan untuk mencapai resuspensi pada uji
redispersi harus dicatat
1. Keseragaman Sediaan
3. Sterilitas
• Dilakukan terhadap semua bentuk sediaan parenteral
• Untuk memastikan bahwa tidak ada kontaminasi mikroba yang dapat
ditemukan dalam sampel di bawah kondisi penyimpanan.
4. Endotoksin/ Pirogen
• Pengujian pirogenicity dapat dilakukan sebagai alternatif untuk pengujian endotoksin jika
dapat dijustifikasi.
• Metode misalnya menggunakan LaL (limulus amoebocyte lysate test)
• Spesifikasi penerimaan mengikuti monografi farmakope
5. Bahan Partikulat
•Sediaan perenteral harus memenuhi persyaratan uji bahan partikulat:
•Metode : Mikroskopik dan pengaburan cahaya
•Pengaburan cahaya
•Mikroskopik
6. Kandungan Air
• Dilakukan untuk sediaan parenteral serbuk untuk rekonstitusi
• Uji Loss on drying dianggap cukup, jika efek kelembaban telah
dikarakterisasi dengan baik selama proses pengembangan, pada kasus-
kasus tertentu, prosedur yang lebih spesifik (misalnya, titrasi Karl Fischer)
lebih baik
7. Kandungan Antimikroba
Dilakukan untuk produk parenteral yang mengandung pengawet pada
komposisinya
Uji efektivitas pengawet antimikrobial : pembuktian konsentrasi pengawet
pada konsentrasi paling rendah yang efektif dalam mengendalikan
mikroorganisme.
Uji kadar pengawet harus dilakukan saat release produk dan menjadi
bagian dari spesifikasi.
8. Kandungan zat antioksidan
Pengujian kandungan antioksidan biasanya harus dilakukan pada saat release produk. Dalam kondisi
tertentu, jika dijustifikasi oleh data pengembangan produk dan stabilitas, pengujian selama waktu
simpan mungkin tidak diperlukan. Ketika pengujian kandungan antioksidan dilakukan sebagai tes
dalam proses , kriteria penerimaan harus tetap menjadi bagian dari spesifikasi.
9. Uji ekstraksi
Pengujian ekstraksi pada penutup dianggap sangat penting untuk sediaan parenteral. Uji dan kriteria penerimaan
untuk ekstraksi dari komponen sistem kemasan/penutup (misalnya, stopper karet, cap liner , botol plastik, dll.)
dilakukan untuk sediaan parenteral yang dikemas dalam sistem non-kaca, atau dalam kemasan gelas dengan
penutup non-kaca.
Dirancang untuk mengkarakterisasi komponen yang terekstraksi dan identifikasi kemungkinan migrasi. Pengujian
ini dilakukan pada saat release produk.
Uji ektraksi resin spesifik seperti polietilen, polipropilen,polipropilen tereftalat, polipropilen tereftalat G
Media ekstraksi yang digunakan kecuali dinyatakan lain adalah air murni
Parameter uji: residu tidak menguap, sisa pemijaran , logam berat, kapasitas dapar.
10.Uji Fungsionalitas alat untuk penghantaran obat