Anda di halaman 1dari 13

RENCANA KEPERAWATAN KELUARGA

DISUSUN OLEH
1. Florendia ( 20022017 )
2. Hani Patul Husna ( 20022018 )
3. Herlisa.s ( 20022019 )
4. Irsan Mustabela ( 20022020 )
5. Karina Rahmadani ( 20022021 )
6. Kurnia Putri okba ( 20022022 )
7. M. Andri Pratama ( 20022023 )
8. Meisy Ananda Putri ( 20022024 )

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan berkat-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas Makalah “Perencanaan Keperawatan Keluarga” dengan tepat
waktu. Makalah laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah keperawatan Keluarga.
Selain itu, Laporan ini bertujuan menambah wawasan. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah laporan ini. Penulis
menyadari makalah laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusunan makalah ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bantuan, bimbingan serta
saran berbagai pihak. Untuk itulah pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih yang tak terhingga.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat serta hidayahnya atas bantuan yang telah
diberikan kepada penulis dalam penyusunan makalah ini, akhirnya makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembangunan ilmu pendidikan dan ilmu keperawatan bagi kita semua,Amin.

Palembang 27 september 2023

Kelompok 03
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan keluarga merupakan upaya untuk mengatur jumlah anak yang dimiliki dalam
keluarga berdasarkan pilihan dan keputusan bersama di antara pasangan suami istri. Panduan
kerja global yang dikembangkan oleh WHO menyerukan upaya peningkatan dalam
mengadvokasi pengakuan penting perencanaan keluarga dalam mencapai tujuan kesehatan dan
pembangunan di semua tingkatan. Namun, adanya kepercayaan tradisional, hambatan agama,
dan kurangnya keterlibatan pria telah melemahkan intervensi program perencanaan keluarga ini.
Pada tahun 1990-an, banyak program kesehatan yang mulai mengakui bahwa perencanaan
keluarga harus dilihat dalam konteks kesehatan reproduksi yang lebih luas. Program aksi yang
diadopsi oleh International Conference on Population and Development (ICPD) yang diadakan
oleh 179 negara di Kairo pada tahun 1994 mencatat bahwa upaya khusus harus dilakukan untuk
menekankan tanggung jawab bersama di antara pria dan wanita dan mempromosikan
keterlibatan aktif mereka dalam tanggung jawab menjadi orang tua, perilaku seksual dan
reproduksi, termasuk pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS) dan pencegahan kehamilan
yang tidak diinginkan dan berisiko.
Keterlibatan pria dalam keputusan tentang kontrasepsi dan pengasuhan anak memiliki
peranan penting yang menaungi tiga aspek dalam kesehatan reproduksi dan perencanaan
keluarga yaitu aspek kesehatan reproduksi, aspek hak-hak reproduksi, dan aspek perilaku
reproduksi. Oleh karena itu, peranan dan partisipasi pria secara langsung berdampak pada
indikator-indikator capaian program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR).
Target-target pada indikator KBKR yaitu persentase unmeet need, contraceptive prevalence rate
pria, dan angka kelahiran total hingga saat ini masih belum tercapai. Sedangkan jika peran pria
dimaksimalkan dalam keterlibatannya pada kesehatan reproduksi dan perencanaan keluarga,
maka besar kemungkinan bahwa target-target tersebut akan lebih cepat tercapai. BUKU KARIN

1.2 Rumusan Masalah


a)

1.3 Tujuan
a) Untuk mengetahui pengertian perencanaan keluarga ?
b) Untuk mengetahui indikasi Perencanaan Keluarga ?
c) Untuk mengetahui tahap Penyusunan keluarga ?
d) Untuk mengetahui strategi perencanaan keluarga ?
e) Untuk mengetahui ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perencanaan Keluarga
Perencanaan dapat diartikan sebagai proses dalam menyusun strategi yang dibutuhkan
untuk melakukan pencegahan dan penatalaksanaan dari masalah kesehatan yang dialami oleh
klien. Perencanaan juga dapat diartikan dengan setiap tindakan yang dilakukan perawat yang
berdasar pada keputusan klinis yang bertujuan untuk meningkatkan kriteria hasil pada klien.
Bentuk intervensi keperawatan keluarga yang nantinya diberikan oleh perawat keluarga dapat
berupa perawatan langsung maupun tidak langsung.
Perencanaan dibuat setelah proses perumusan diagnosa keperawatan dilakukan. Data
tentang klien tentunya telah diidentifikasi, divalidasi, dan dianalisis pada tahap perumusan
diagnosa keperawatan. Tahap perencanaan dapat pula dikatakan sebagai tahap penyusunan
intervensi keperawatan. Intervensi keperawatan keluarga ini dilakukan dengan merumuskan
tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi yang dapat diberikan, serta menentukan prioritas.
Intervensi keperawatan keluarga dibuat bagi setiap keluarga atau keluarga tertentu dengan
perawat keluarga yang memberikan asuhan keperawatan. Tahap ini tentunya juga membutuhkan
partisipasi banyak pihak, tidak hanya dari klien, tetapi juga dari keluarga, bahkan dapat pula
melibatkan tim kesehatan lainnya. Hal tersebut yang membedakan perencanaan keperawatan
keluarga dengan perencanaan keperawatan dengan setting di rumah sakit.
Ketika perawat memberikan intervensi keperawatan, biasanya data- data baru yang
sebelumnya tidak terkaji akan mulai muncul. Perawat sebaiknya perlu memiliki fleksibilitas yang
cukup tinggi dan mampu beradaptasi tersebut. BUKU 1 KEPERAWATAN KELUARGA

2.2 Indikasi Perencanaan Keluarga


Perawat dan keluarga perlu duduk bersama dan memutuskan apakah diperlukan adanya
perencanaan atau intervensi keperawatan keluarga. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan oleh
perawat dan keluarga dalam memutuskan indikasi perencanaan keperawatan keluarga tersebut,
yaitu: adanya minat dari keluarga untuk menerima bantuan dari perawat, adanya motivasi
keluarga untuk mengatasi masalah yang dialami, tingkat fungsi keluarga, keterampilan yang
dimiliki perawat dalam mengatasi masalah, dan sumber-sumber yang tersedia.
Perencanaan keperawatan keluarga juga tentunya diperlukan pada keluarga dengan
masalah berikut ini, yaitu: anggota keluarga ada yang memiliki penyakit yang menimbulkan
gangguan terhadap anggota keluarga yang lain, anak memiliki masalah emosi atau perilaku,
anggota keluarga yang baru pertama kali didiagnosis penyakit, serta adanya penyakit kronik dan
meninggal dunia.
Peran dari perawat keluarga juga diperlukan dalam setiap tahap perkembangan keluarga.
Hal tersebut untuk membantu keberhasilan keluarga dalam melakukan tugas perkembangan
keluarga di setiap tahap perkembangannya serta mengurangi risiko dari penyakit atau situasi
krisis lainnya. Sebagai contoh, pada tahap keluarga pasangan baru, perawat dapat melakukan
konseling terkait keluarga berencana ataupun keterampilan menjadi orang tua. BUKU
KESEHATAN PEREMPUAN

2.3 Tahapan Penyusunan


Penyusunan perencanaan dalam keperawatan keluarga terdiri dari beberapa tahapan.
Perencanaan mencakup penentuan prioritas masalah, penentuan tujuan, kriteria hasil, dan
rencana Tindakan
1. Penentuan Prioritas Masalah
Tahap pertama yang harus dilakukan yaitu penetapan prioritas masalah. Prioritas masalah
keperawatan dapat ditetapkan dengan menggunakan skala penyusunan prioritas dari Maglaya
tahun 2009. Penyusunan prioritas masalah menggunakan panduan dari Maglaya tahun 2009
tersebut dengan mempertimbangkan empat kriteria. Kriteria yang dipertimbangkan yaitu
berupa sifat masalah, kemungkinan masalah dapat diubah, potensi masalah untuk dicegah,
dan menonjolnya masalah. Setiap kriteria memiliki skala dengan skor tertentu. Setiap kriteria
juga memiliki bobot perhitungannya.
2. Penyusunan Tujuan
Penyusunan tujuan harus dilakukan dengan berorientasi pada hasil yang ingin dicapai
oleh keluarga. Standar dari pencapaian tujuan ini harus dapat diukur dan dicapai oleh
keluarga. Perumusan tujuan ini juga tentunya menggambarkan berbagai pilihan pemecahan
masalah yang dapat dipilih keluarga dalam mengatasi masalah yang dialami. Tujuan juga
tentunya harus bersifat spesifik, merujuk pada diagnosa keperawatan keluarga yang ada.
Penyusunan tujuan sebaiknya mampu menggambarkan kemampuan dan tanggung jawab
keluarga dalam pemecahan masalah. Penyusunan tujuan ini juga harus dilakukan bersama-
sama antara perawat dan keluarga.
3. Penyusunan Kriteria Hasil dan Rencana Tindakan
Penyusunan kriteria hasil dan rencana tindakan dalam keperawatan keluarga tentunya
mengacu pada Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI).
Luaran keperawatan merupakan hasil akhir dari tindakan keperawatan yang dapat diukur dan
terdiri dari indikator ataupun kriteria hasil. Intervensi keperawatan merupakan segala hal
yang dilakukan oleh perawat untuk mencapai luaran yang diharapkan. Penyusunan kriteria
hasil dan rencana tindakan harus berfokus pada diagnosa keperawatan keluarga. Penyusunan
kriteria hasil dan rencana tindakan juga harus mampu mengkoordinir lima tugas kesehatan
keluarga yang mencakup:
a) Keluarga mampu mengenal masalah
Perawat dapat memberikan informasi yang tepat terkait masalah yang dimiliki
keluarga dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan keluarga. Perawat juga dapat
mengajak keluarga untuk melihat secara jelas dampak dari situasi terkini di keluarga.
b) Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat
Perawat dapat mendiskusikan tentang apa yang akan terjadi jika masalah tidak diatasi.
Perawat juga dapat memberikan alternatif kemungkinan yang dapat dipilih oleh keluarga.
c) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit
Perawat dapat melakukan demonstrasi dari tindakan keperawatan serta memanfaatkan
sumber yang dimiliki keluarga.
d) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
Perawat dapat membantu menciptakan lingkungan yang menunjang kesehatan
keluarga, baik lingkungan fisik ataupun lingkungan psikis yang berkaitan dengan masalah
yang dialami keluarga.
e) Keluarga mampu mengakses fasilitas pelayanan Kesehatan
Perawat harus memiliki pengetahuan yang memadai terkait sumber daya yang ada di
masyarakat dan bagaimana pemanfaatannya, terutama sumber-sumber yang berkaitan
dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di masyarakat yang dapat diakses oleh
keluarga.

2.4 Strategi Perencanaan


Strategi perencanaan secara spesifik yang digunakan oleh perawat pada keluarga
menyesuaikan pada tingkat fungsi dari keluarga. Keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga
yang sangat fungsional, agak disfungsional, sangat disfungsional, dan kronik. Keluarga yang
termasuk dalam klasifikasi keluarga sangat fungsional, seringkali hanya membutuhkan tindakan
keperawatan yang bersifat promotif dan preventif seperti edukasi kesehatan. Hal yang berbeda
dibutuhkan pada keluarga yang termasuk dalam klasifikasi sangat disfungsional dan kronik.
Keluarga dengan klasifikasi tersebut sangat membutuhkan tindakan preventif dan suportif
terapeutik baik jangka pendek maupun jangka panjang. Setiap klasifikasi keluarga pada dasarnya
menerapkan strategi edukatif dan suportif yang merupakan inti strategi dari perencanaan dalam
keperawatan keluarga.
Strategi intervensi keperawatan keluarga antara lain mencakup:
1. Edukasi Kesehatan
Edukasi kesehatan yang dilakukan dalam pemberian asuhan keperawatan keluarga
penting sekali untuk melibatkan keluarga. Pemberian edukasi kesehatan pada klien tanpa
melibatkan keluarga akan mengakibatkan buruknya proses pemulihan. Edukasi kesehatan
merupakan intervensi utama yang dapat dilakukan pada keluarga. Edukasi kesehatan yang
dapat diberikan berupa promosi kesehatan, pencegahan penyakit, kondisi disabilitas atau
penyakit yang dialami, dampak dari penyakit yang dialami, serta hal-hal yang berkaitan
dengan tahap perkembangan keluarga.
Edukasi kesehatan bertujuan untuk mendukung perilaku yang adaptif atau sehat, serta
mengubah perilaku yang maladaptif atau tidak sehat yang dilakukan oleh keluarga. Adanya
edukasi kesehatan yang diberikan oleh perawat diharapkan mampu menjadikan keluarga
mandiri dalam perawatan diri keluarga mereka sendiri serta bertanggung jawab dalam
kesehatan keluarga mereka sendiri. Perawat sebaiknya memperhatikan ketepatan, keluasan,
dan kedalaman informasi yang diberikan pada keluarga sesuai dengan kebutuhan keluarga.
2. Konseling
Konseling dapat diartikan sebagai bantuan interaktif antara konselor dengan klien yang
didalamnya mencakup elemen inti penerimaan, empati, ketulusan, dan keselarasan.
Konseling adalah suatu proses yang digunakan untuk membantu keluarga dalam mengatasi
masalah keluarga secara efektif. Hal yang penting dalam proses ini adalah bagaimana
perawat mampu mendorong keluarga untuk mengungkapkan permasalahan yang dialami,
persepsi dan perasaan dari setiap anggota keluarga. Pelayanan konseling keluarga dilakukan
dengan melibatkan setiap anggota keluarga.

2.5 Rencana Keperawatan Keluarga


Perencanan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau
mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasikan pada diagnosis keperawatan tahap ini,
dimulai setelah menentukan diagnosis keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi
Membuat perencanaan merupakan salah satu tahapan dari proses dimulainya tindakan untuk
menuju tujuan yang lebih spesifik. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang
hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang telah
ditetapkan. BUKU MILAM

2.6 Tindakan Keperawatan Keluarga


Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun. Perawat membantu pasien
mencapai tujuan yang diharapkan, oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik ini
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang memengaruhi masalah kesehatan pasien.
Lebih lanjut, Nursalam (2011) mengatakan, bahwa tujuan dari pelaksanaan ini adalah
membantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Selama tahap
pelaksanaan, perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan keperawatan
yang paling sesuai dengan kebutuhan pasien. Semua tindakan keperawatan dicatat ke dalam
format yang telah ditetapkan oleh institusi.
Menurut Murwani (2007), tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal berikut ini.
1. Menstimulasi Kesadaran atau Penerimaan Keluarga
yang dimaksud pada poin ini adalah mendiskusikan berbagai informasi kepada keluarga
tentang masalah-masalah kesehatan. Hal ini akan mampu mendorong kesadaran keluarga tentang
kesehatan dan penjelasan pun akan mudah diterima. Cara-cara yang bisa dilakukan pada poin ini
adalah:
 Memberikan informasi.
 Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.
 Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.

2. Menstimulasi Keluarga untuk Memutuskan Cara Perawatan


Perawat dapat memberikan berbagai informasi dan pertim- bangan sehingga bisa menjadi
stimulus bagi keluarga untuk memutuskan perawatan yang tepat. Cara yang bisa tempuh adalah:
 Menginditifikasi konsekuensi tidak melakukan Tindakan
 Mengindetifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
 Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap Tindakan

3. Memberikan Kepercayaan Diri dalam Merawat Anggota Keluarga


Memotivasi keluarga juga menjadi bagian perawat, agar keluarga merasa percaya diri untuk
merawat anggota keluarga yang sakit. Terkadang, keluarga sangat prihatin dengan anggota
keluarga yang sakit tetapi tidak tahu atau takut melakukan tindakan yang justru akan merugikan
pasien. Padahal pasien sangat membutuhkan bantuannya. Untuk bisa mencapai hal ini, perawat
dapat melakukan beberapa cara, yaitu:
 Melakukan demonstrasi cara perawatan.
 Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.
 Mengawasi keluarga melakukan perawatan.

4. Membantu Keluarga Mewujudkan Lingkungan Sehat


Di sini perawat dapat berperan sebagai konsultan bagaimana agar keluarga mampu
mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat, sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup
anggota keluarganya. Adapun cara yang bisa ditempuh adalah:
 Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.
 Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
5. Memotivasi Keluarga Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan Kesadaran
Dalam mengakses fasilitas kesehatan bagi masyarakat kita sampai saat ini masih relatif
rendah. Untuk itu, perawat perlu melakukan beberapa hal di bawah ini.
 Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga.
 Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada. BUKU MILAM
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai