DISUSUN OLEH
1. Florendia ( 20022017 )
2. Hani Patul Husna ( 20022018 )
3. Herlisa.s ( 20022019 )
4. Irsan Mustabela ( 20022020 )
5. Karina Rahmadani ( 20022021 )
6. Kurnia Putri okba ( 20022022 )
7. M. Andri Pratama ( 20022023 )
8. Meisy Ananda Putri ( 20022024 )
Kelompok 03
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan keluarga merupakan upaya untuk mengatur jumlah anak yang dimiliki dalam
keluarga berdasarkan pilihan dan keputusan bersama di antara pasangan suami istri. Panduan
kerja global yang dikembangkan oleh WHO menyerukan upaya peningkatan dalam
mengadvokasi pengakuan penting perencanaan keluarga dalam mencapai tujuan kesehatan dan
pembangunan di semua tingkatan. Namun, adanya kepercayaan tradisional, hambatan agama,
dan kurangnya keterlibatan pria telah melemahkan intervensi program perencanaan keluarga ini.
Pada tahun 1990-an, banyak program kesehatan yang mulai mengakui bahwa perencanaan
keluarga harus dilihat dalam konteks kesehatan reproduksi yang lebih luas. Program aksi yang
diadopsi oleh International Conference on Population and Development (ICPD) yang diadakan
oleh 179 negara di Kairo pada tahun 1994 mencatat bahwa upaya khusus harus dilakukan untuk
menekankan tanggung jawab bersama di antara pria dan wanita dan mempromosikan
keterlibatan aktif mereka dalam tanggung jawab menjadi orang tua, perilaku seksual dan
reproduksi, termasuk pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS) dan pencegahan kehamilan
yang tidak diinginkan dan berisiko.
Keterlibatan pria dalam keputusan tentang kontrasepsi dan pengasuhan anak memiliki
peranan penting yang menaungi tiga aspek dalam kesehatan reproduksi dan perencanaan
keluarga yaitu aspek kesehatan reproduksi, aspek hak-hak reproduksi, dan aspek perilaku
reproduksi. Oleh karena itu, peranan dan partisipasi pria secara langsung berdampak pada
indikator-indikator capaian program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR).
Target-target pada indikator KBKR yaitu persentase unmeet need, contraceptive prevalence rate
pria, dan angka kelahiran total hingga saat ini masih belum tercapai. Sedangkan jika peran pria
dimaksimalkan dalam keterlibatannya pada kesehatan reproduksi dan perencanaan keluarga,
maka besar kemungkinan bahwa target-target tersebut akan lebih cepat tercapai. BUKU KARIN
1.3 Tujuan
a) Untuk mengetahui pengertian perencanaan keluarga ?
b) Untuk mengetahui indikasi Perencanaan Keluarga ?
c) Untuk mengetahui tahap Penyusunan keluarga ?
d) Untuk mengetahui strategi perencanaan keluarga ?
e) Untuk mengetahui ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perencanaan Keluarga
Perencanaan dapat diartikan sebagai proses dalam menyusun strategi yang dibutuhkan
untuk melakukan pencegahan dan penatalaksanaan dari masalah kesehatan yang dialami oleh
klien. Perencanaan juga dapat diartikan dengan setiap tindakan yang dilakukan perawat yang
berdasar pada keputusan klinis yang bertujuan untuk meningkatkan kriteria hasil pada klien.
Bentuk intervensi keperawatan keluarga yang nantinya diberikan oleh perawat keluarga dapat
berupa perawatan langsung maupun tidak langsung.
Perencanaan dibuat setelah proses perumusan diagnosa keperawatan dilakukan. Data
tentang klien tentunya telah diidentifikasi, divalidasi, dan dianalisis pada tahap perumusan
diagnosa keperawatan. Tahap perencanaan dapat pula dikatakan sebagai tahap penyusunan
intervensi keperawatan. Intervensi keperawatan keluarga ini dilakukan dengan merumuskan
tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi yang dapat diberikan, serta menentukan prioritas.
Intervensi keperawatan keluarga dibuat bagi setiap keluarga atau keluarga tertentu dengan
perawat keluarga yang memberikan asuhan keperawatan. Tahap ini tentunya juga membutuhkan
partisipasi banyak pihak, tidak hanya dari klien, tetapi juga dari keluarga, bahkan dapat pula
melibatkan tim kesehatan lainnya. Hal tersebut yang membedakan perencanaan keperawatan
keluarga dengan perencanaan keperawatan dengan setting di rumah sakit.
Ketika perawat memberikan intervensi keperawatan, biasanya data- data baru yang
sebelumnya tidak terkaji akan mulai muncul. Perawat sebaiknya perlu memiliki fleksibilitas yang
cukup tinggi dan mampu beradaptasi tersebut. BUKU 1 KEPERAWATAN KELUARGA
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA