Anda di halaman 1dari 8

Tugas 3

NAMA : PUTRI DEWANTARI

NIM : 043218881

PRODI : ILMU ADMINISTRASI NEGARA

NAMA MATKUL : ORGANISASI DAN MANAJEMEN ADPU4217

SOAL

1 a Ada 4 (empat) ciri birokrasi di negara berkembang dengan Model Sala, sebutkan
ke 4 ciri tersebut!, serta jelaskan pula menurut pandangan Anda kondisi birokrasi
pada Pemerintah Republik Indonesia termasuk atau tidak pada Model Sala?
Jelaskan ciri-cirinya ! (Skor 20)

b Ada 3 (tiga) faktor yang menyebabkan perubahan organisasi, sebutkan ke 3 faktor


tersebut!, serta jelaskan pula menurut pandangan Anda kondisi perubahan
organisasi Pemerintah Republik Indonesia disebabkan oleh faktor perubahan
tersebut? Jelaskan! (Skor 20)

2 a Sebutkan dan jelaskan kendala-kendala birokrasi di Indonesia? Jelaskan, serta


berikan contohnya! (Skor 20)

b Ada 4 (empat) syarat dalam penerapan T-Form dalam organisasi, sebutkan ke 4


syarat tersebut, serta jelaskan pula organisasi Pemerintah Republik Indonesia
sesuai atau tidak dengan dengan syarat T-Form? (Skor 20)
Jawaban :

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh

Salam Sejahtera,

Mohon ijin menanggapi Tugas 3 ini, koreksi apabila terdapat jawaban yang kurang tepat.

1. A) Ciri birokrasi Negara berkembang model SALA :


1) Layanan dalam model SALA berdasarkan bazar-kantin, artinya tidak menyentuh.
Dalam arti yang sesungguhnya bazar-kantin ini adalah keadaan perekonomian
yang berhubungan dengan jual beli dan penentuan harga. Dalam kantin harga
tidak ditentukan oleh harga pasar berdasarkan penawaran dan permintaan tetapi
ditentukan berdasarkan konsensus antara pembeli dan penjual.
2) Kebijaksanaan pada model SALA dibuat berdasarkan pendapat dari pemegang
kekuasaan elit dan bukan berdasarkan tuntutan atau keinginan masyarakat.
Masyarakat Prismatik berdiri di antara kedua jajaran tersebut di atas itu antara
bobot kekuasaan terbatas (diffracted) dan tidak terbatas (fused). Oleh sebab itu
obat kekuasaan birokrasi dalam model Prismatik ini akan berbeda beda
tergantung pada fungsi atau tidak nya lembaga kontrol dalam masyarakat
tersebut pada satu bidang mungkin lembaga kontrol tersebut politikus atau partai
politik dapat memainkan peranannya sehingga Bobot kekuasaan birokrasi
terbatas. Tetapi di bidang lain mungkin tidak berfungsi lampu lembaga kontrol
tersebut. Sehinggabirokrasi mempunyai kemampuan memonopoli kekuasaan
badan legislatif. Tambahan pula masyarakat Prismatic ini sifatnya heterogen
terutama antaradaerah pedesaan dan daerah Perkotaan. Dalam hal ini bapak
kekuasaan birokrasi di daerah Perkotaan tidak akan sama dengan daerah
pedesaan. Pada umumnya bobot kekuasaan antara birokrasi dan politik di
negara berkembang tidak seimbang. Dalam model Prismatic anggota partai
biasanya di Sokong oleh pemerintah dan sangat tergantung pula pada dukungan
birokrasi. Dengan demikian partai politik tidak sepenuhnya sebagai alat yang
efektif untuk mengawasi birokrasi. Hal yang demikian dapat terjadi karena pada
masyarakat Prismatic Elit partai yang mampu sangat terbatas. Artinya mereka
tidak mempunyai keterampilan atau profesionalisasi dalam merumuskan
kehendak negara yang berupa aturan. Sedangkan suatu negara tidak mungkin
dijalankan tanpa ada pedoman yaitu kebijaksanaanmu umum. kekurangan ini
harus diisi oleh birokrat yang mempunyai kemampuan dalam bidang Perumusan
kebijaksanaan umum ini. Dengan demikian Perumusan rancangan undang
undang dipersiapkan oleh birokrasi dan kemudian diajukan kepada badan
legislatif untuk disetujui dan disahkan. Kalau birokrasi yang menyajikan
Perumusan undang undang tersebut sesuai dengan keinginan birokrasi. Dengan
demikian badan legislatif yang diharapkan dapat merumuskan kebijaksanaan
negara berubah fungsinya sebagai badan resmi untuk mengesahkan kehendak
dari Elit birokrasi. Dalam keadaan begini mau tidak mau birokrasi telah
mencampuri urusan politik. Dalam segi anggaran ini dan legislatif tidak dapat
memainkan perannya sebagai alat kontrol bagi birokrasi hal ini akan terus
berlangsung selama masyarakat belum terorganisasi dan dapat melaksanakan
pengaruh politik nya. Akhirnya pembuatan kebijaksanaan itu sangat tergantung
kepada birokrasi. hubungan antara administrator dan masyarakat sangat
Terstruktur tetapi beratnya sanksi yang diterapkan tidak mendorong pegawai
untuk melaksanakan undang undang sebagaimana mestinya. Akibatnya
mendorong pegawai dalam model Sala melakukan pelanggaran seperti
menerima suap dan sebagainya.

3) Pengadaan pegawai di model SALA sangat berbeda dengan model biro.


- Perdagangan pegawai dilakukan secara formal yaitu melalui ujian saringan. Tetapi
yang diterima anak orang orang penting dalam arti hubungan relasi famili, kerabat
dengan para pejabat dalam birokrasi tersebut. Dalam hal ini pengadaan pegawai ini
terbuka pula kesempatan bagi pejabat pejabat di SALA untuk menyalahgunakan
kekuasaannya yaitu menjual tempat tempat lowong yang akan diisi. Artinya dengan
membayar sejumlah uang maka seseorang dapat dijadikan sebagai pegawai dalam
suatu lembaga pemerintah. Apalagi dalam keadaan lowongan pekerjaan tidak
terbuka di luar birokrasi pemerintah maka birokrasi pemerintah menjadi tumpuan
pencari kerja. Akibatnya menjual tempat momongan ini akan merajalela. Sebagian
pejabat-pejabat dalam Model Sala yang berkuasa ungun diperkuat kedudukannya
dengan cara merekrut orang-orang yang dianggap dapat menunjang kedudukannya.
Akibat dari cara pencarian pegawai yang tersebut diatas, maka yang akan terjaring
dalam pengisian jabatan tersebut bukanlah orang-orang yang kompeten. Dengan
demikian sering terjadi salah urus, sehingga administrasi kacau dan tidak berfungsi.
Hal ini pula yg menyebabkan administrasi tidak efisien.Pada model Sala ini
ditemukan pula diskriminasi dalam kepegawaian. Artinya yang diperbolehkan
menjadi pegawai adalah orang-orang daei kelas tertentu saja, sedangkan kelas
terendah tidak diizinkan melamar. Akibatnya kelompok yang tidak diberi kesempatan
untuk menjadi pegawai menanamkan rasa permusuhan terhadap pemerintah dan
selalu berusaha untuk menentanf hukum yang mereka anggap tidak
mempertibangkan kepentingan umum. Adanya klik klik dalam birokrasi Iyalah orang
orang yang berasal dari suatu kelompok yang merasa dirinya terikat dalam suatu
hubungan yang intim, mungkin karena kesamaan, daerah, suku dan sebagainya.
Tren ini sudah ada sejak jaman kolonial. Pada waktu itu pegawai pemerintah terdiri
dari kelompok penjajah yang menduduki jabatan jabatan tinggi dalam pemerintahan,
orang asing yang menduduki jabatan menengah dan pribumi yang menduduki
jabatan rendah. Setelah mereka merdeka klik klik ini bukannya hilang tetapi
bertambah tajam, karena pegawai salah berasal dari kelompok masyarakat yang
berbeda beda. Keadaan ini mempunyai pengaruh besar terhadap administrasi
terutama dalam penerapan peraturan yang diskriminasi. Sulit melakukan koordinasi.
Oleh karena orang Sala orang di organisasi berdasarkan klik-klik maka masing-
masing berusaha memperluas kedudukannya dalam birokrasi. Akibatnya antara satu
klik dengan klik lain menganggap saingannya. Dalam keadaan sulit untuk
menyatukan serta memadukan tindakan para pejabat dalam organisasi atau
mengkoordinasikan mereka dalam rangka pemecahan masalah harus ditanggulangi
secara terpadu. Banyaknya norma dan kericuhan di Sala Dalam model Sala , di satu
pihak pihak seorang pegawai harus bekerja berdasarkan norma asling yang spesifik,
berorientasi kepada kemajuan dan memegang standar penerimaan pegawai yang
objektif. Tetapi di hatinya sangat subjektif, beorientasi kepada nilai aslinya. Misalnya
mulutnya selalu mengutuk korupsi dan pungli terali secara diam diam melakukannya.
Atau berkoar koar supaya tidak membayar pajak, tetapi dia

4)Kewenangan tidak dibarengi dengan pengawasan Dalam masyarakat Prismatik


kemenangan itu tidak sejalan dengan kekuasaan pengawasan misalnya lurah di
desa mempunyai kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan
pembangunan di desanya. Tetapi dalam kenyataannya dia tidak dapat
melaksanakannya karena lihat desa lebih Patuh kepada seorang jagoan desa yang
mempunyai kekuasaan yang dapat mengendalikanmasyarakat di desa tersebut.
Sebenarnya kemenangan pucuk pimpinan mudah sangat lebih besar kewenangan
nya. Tetapi kemampuan untuk mencapai hasil efisien terbatas. Masalahnya ialah
pejabat pejabat model Sala tidak dapat melakukan pengawasan yang intensif
terhadap bawahannya karena adanya pemisahan wewenang dan kekuasaan dalam
diri seorang pejabat.

Menurut pandangan saya kondisi birokrasi pada Pemerintah Republik Indonesia termasuk
pada Model Sala. Karena,

1) Menunjukan adanya gejala formalisme, yaiu pelaksanaan berbeda dengan


perencanaan

2) Terjadinya penyimpangan yaitu mencoba meniru struktur birokrasi Negara maju

tetapi diisi dengan kegiatan kegiatan atau praktik-praktik administratif yang

bersifat nepotisme dan primodialisme sehingga akan menciptakan inefisiensi

3) Ada ovelaping dalam praktik birokrasi, struktur modern tetapi diisi dengan budaya

tradisional.

B) Faktor yang menyebabkan perubahan organisasi :

 Faktor Eksternal Yang Berupa Perkembangan Teknologi


 Faktor Ekonomi Berupa Peraturan Pemerintah
 Faktor Internal Berupa masalah-masalah Sumber Daya Manusia

Kondisi perubahan organisasi Pemerintah Republik Indonesia disebabkan oleh faktor


perubahan tersebut menurut saya misalnya, Akibat perkembangan Lingkungan Dan
Teknologi Di Era Modern Saat Ini, Membuat Tuntutan stakeholder Terhadap Semua
Penyelenggara Pendidikan Semakin Tinggi (Peraturan Pemerintah). Sehingga semua
tenaga pendidik dituntut untuk beradaptasi dengan teknologi yang terbaru. Keberhasilan
Dari Sebuah Organisasi Atau Penyelenggara Pendidikan Dapat Dinilai Dari Keluaran
Peserta Didik. Peserta Didik Dituntut Untuk Mempunyai Ketrampilan Serta Kemampuan
Beradaptasi Yang Baik Dengan Berbagai Cara Kerja Baru Dan Segala Jenis Lingkungan
Yang Berkembang Sangat Cepat Pada Saat Ini. (Sumber daya manusia dituntut semakin
berkembang).

2. A. Kendala-kendala birokrasi di Indonesia :

- Kendala dalam Struktur Organisasi

Pada zaman orde baru, pola susunan organisasi cenderung mengarah kepada pola yang
mekanik yang mempunyai cirri antara lain menganut prinsip pembagian habis tugas dan
prinsip perumusan tugas okok yang jelas. Susunan organisasi yang mekanik ini mengarah
pada terkotak-kotakan tugas pekerjaan dan mendidik seorang petugas untuk bertanggung
jawab hanya satu bidang tugas saja. Akibat selanjutnya akan mendidik orang bersifat
individualis dalam melaksanakan tugasnya.

Contoh : Apabila tugas masing-masing individu telah selesai, tidak mau mengerjakan tugas
diluar tupoksinya. Pembangunan di Indonesia yang harus memakai sistem terpadu.
Pembangunan seperti ini tidak dapat diwujudkan oleh satu instansi pemerintah saja, tetapi
akan melibatkan berbagai-bagai instansi pemerintah maupun pihak swasta

-Kendala dalam melakukan koordinasi horizontal

Pembangunan terpadu yang melibatkan berbagai instasnsi pemerintah dan pihak swasta
dalam pengelolaannya memerlukan suatu lembaga sebagai wadah koordinasi. Lembaga ini
terkenal dengan sebutan Bahan Koordinasi (BAKOR).

Contoh : pada zaman orde baru, dalam program transmigrasi kita mengenal suatu BAKOR.
Dahulunya disebut BAKOPTRANS sekarang berubah menjadi KOPTRANS. Dalam Keppres
No. 44 Ttahun 1974 ada suatu ketentuan untuk menggunakan prinsip koordinasi dalam
mengelola kegiatan pembangunan, tetapi tidak mengatur cara organisasinya,terutama yang
bersifat horizontal dan yang melibatkan berbagai instansu pemerintah dan swasta.
Akibatnya banyak tumbuh Bakor seperti jamur di luar organisasi pokok. Hal ini menandakan
bawa unit-unit organisasi yang ada kurang mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya,
terkesan individual dan terkotak-kotak.

-Kelemahan Komunikasi

Kelemahan komunikasi ini sering terjadi karena instansi-instansi yang lebih rendah tidak
serentak mendapat surat perintah dari atasan pusatnya. Keadaan demikian sering terjadi
pada instansi-instansi vertical tingkat daerah provinsi atau kabupaten.

Contoh : kanwil pertanian mengirimkan bibit tanaman reboisasi ke kabupaten karena


diperintah pusat. Sedangkan kandep kehutanan dan bupati sebagai coordinator tidak diberi
tahu oleh atasannya. Mereka tentu menunggu perintah atasannya tentang penunjukan
daerah yang akan direboisasi. Akibat misunderstanding tersebut tanaman mulai membusuk
dan merugikan anggaran.

-Kendala Psikologi

Salah satu cara yang efektif dalam melakukan koordinasi ialah melalui rapat kerja,
pertemuan atau peninjauan bersama ke lapangan yang harus diprakarsai oleh koordinator.
Tetapi penyakit koordinasi ini muncul saatt rapat koordinasi diwakilkan kepada bawahan
yang tidak dapat memutuskan dalam rapat. Akibatnya menimbulkan efek psikologi yang
negative bagi kepala instansi lain yang menganggap tidak setaraf dengan bawahan yang
mewakili. Pada rapat berikutnya mereka cenderung mengirim perwakilan juga sehingga
bakor tidak berfungsi karena tidak segera memecahkan masalah.

Contoh : Ketika rapat koordinasi pembentukan satgas Covid, harusnya didatangi oleh kepala
desa/lurah, tetapi diwakilkan kepada perangkat sehingga perangkat tidak bisa memberi
keputusan/masukan. Dampak pada rapat berikutnya dari desa lain mengirimkan perwakilan,
yang menimbulkan tertundanya pembentukan satgas covid.

-Kendala dalam pendelegasian wewenang

Kendala ini akan timbul sebagai akibat kurangnya distribusi kewenangan yang terjadi dalam
birokrasi, secara keseluruhan maupun pada unit organisasi. Keadaan ini akan tercermin
pada cara pengambilan keputusan yang cenderung ke atas, artinya pejabat yang lebih
bawah tidak berani mengambil keputusan dan harus menunggu dari atas.

Contoh : suatu instasi pemerintah yang berada jauh dari pusat memerlukan truk untuk
kelancaran tugasnya. Mereka tidak diperkenankan membeli sendiri kendaraan tersebut dan
harus menungu dibelikan oleh pusat. Untuk menunggu memerlukan masa yang panjang dan
banyaknya birokrasi atau prosedur yang dilalui sehingga tugas tersebut terkendala.

-Kendala komunikasi ke atas

letak geografis Indonesia yang seba sulit, seharusnya tidak menjadi masalah pokok dalam
berkomunikasi dewasa ini, mengingat telah sempurnanya sarana komunikasi seperti
frekuensi penerbanggan, pelayaran, telefon, dll. Tetapi dalam komunikasi tertulis efisiensi
masih rendah.

Contoh : dalam hal permintaan penjelasan peraturan terhadap menteri yang kurang jelas,
kadang-kadang memerlukan waktu sampai berbuln-bulan sehingga jawaban sampai ke
daerah masalahnya sudah tidak relevan lagi.

-Kendala-kendala pada aparat birokrasi

Kendala pada aparat birokrasi ini bermacam-macam, antara lain:

1) Kendala yang bersumber pada atasan dan bawahan

2) Kapasitas kerja yang belum maksimal

3) Mental aparat birokrasi yang rapuh

Contoh :

- Keluarnya intruksi terhadap BRI untuk menyalurkan dana Inpres Desa langsung
kepada kepala desa adalah salah satu cara menghindari penyunatan dana
pembangunan desa oleh aparat birokrasi yang tidak bertanggung jawab.
- Jam kerja pegawai di Indonesia hanya 25-35 jam per minggu, padahal menurut
pendapat ahli, kerja optimal adalah 40 jam pe minggu.

B. Syarat penerapan model T. Form dalam organisasi :


Melakukan perubahan sikap aparat birokrasi yang sudah terbiasa berorientasi ke

atas daripada berorientasi ke bawah. Dengan demikian setiap orang dalam organisasi akan
dapat proaktif dan memberdayakan dirinya mengantisipasi gejala yang timbul di lingkungan
setiap saat. Faktor ini yang paling berat untuk dilakukan karena asumsi yang telah melekat
selama ini bahwa atasan dianggap sebagai bos yang berkuasa penuh dan bawahan patuh
dan menurut kepadanya.Mempersiapkan aparat yang bermutu tinggi dengan ciri-ciri penuh
kreatifitas dan inovatif dan mampu menghadapi tantangan lingkungan yang cepat berubah.
Untuk ini setiap orang harus dapat membuat ahli dirinya sendiri supaya dapat terlbat dan
didayagunakan dalam sistem T. form. Strategi pelayanan secara terkotak-kotak harus diganti
dengan strategi pemberian pelayanan satu atap untuk mempercepat pelayanan kepada
pengguna jasa. Dengan demikian akan timbul anggapan di mata eksternal bahwa organisasi
departemen itu satu secara keseluruhan. Aparat birokrasi dipesiapkan untuk mahir
berkomunikasi melalui komputer terutama yang berhubungan dengan sistem teknologi
informasi. Menurut saya organisasi pemerintahan di Indonesia sudah sesuai dengan syarat
T-form tetapi masih perlu disempurnakan. Yaitu sudah adanya pendelegasian wewenang
yang akan mengubah sikap birokrat agar tidak selalu berorientasi ke atas, diadakan tes
Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) maupun seleksi aparat birokrasi lain yang transparan
dan jujur agar mendapat kualitas SDM yang kreatif, inovatif, dan kompeten: Dibentuknya
DPMPTSP/P?T untuk pelayanan terpadu satu pintu agar pelayanan terorganisasi secara
menyeluruh salam satu pintu, serta diberikan pelatihan serta fasilitas seperti komputer,
internet, dan aplikasi yang berbasis IT agar aparat birokrasi dapat mahir berkomunikasi dan
mengikuti perkembangan zaman.

Sumber referensi :

- BMP ADPU4217 Organisasi dan Manajemen


- Arif, Mirrian Sofyan. 2014. Organisasi dan Manajemen edisi 2. Tangerang Selatan :
Universitas Terbuka
- Pendapat pribadi

Anda mungkin juga menyukai