NIM : 043218881
SOAL
1 a Ada 4 (empat) ciri birokrasi di negara berkembang dengan Model Sala, sebutkan
ke 4 ciri tersebut!, serta jelaskan pula menurut pandangan Anda kondisi birokrasi
pada Pemerintah Republik Indonesia termasuk atau tidak pada Model Sala?
Jelaskan ciri-cirinya ! (Skor 20)
Salam Sejahtera,
Mohon ijin menanggapi Tugas 3 ini, koreksi apabila terdapat jawaban yang kurang tepat.
Menurut pandangan saya kondisi birokrasi pada Pemerintah Republik Indonesia termasuk
pada Model Sala. Karena,
3) Ada ovelaping dalam praktik birokrasi, struktur modern tetapi diisi dengan budaya
tradisional.
Pada zaman orde baru, pola susunan organisasi cenderung mengarah kepada pola yang
mekanik yang mempunyai cirri antara lain menganut prinsip pembagian habis tugas dan
prinsip perumusan tugas okok yang jelas. Susunan organisasi yang mekanik ini mengarah
pada terkotak-kotakan tugas pekerjaan dan mendidik seorang petugas untuk bertanggung
jawab hanya satu bidang tugas saja. Akibat selanjutnya akan mendidik orang bersifat
individualis dalam melaksanakan tugasnya.
Contoh : Apabila tugas masing-masing individu telah selesai, tidak mau mengerjakan tugas
diluar tupoksinya. Pembangunan di Indonesia yang harus memakai sistem terpadu.
Pembangunan seperti ini tidak dapat diwujudkan oleh satu instansi pemerintah saja, tetapi
akan melibatkan berbagai-bagai instansi pemerintah maupun pihak swasta
Pembangunan terpadu yang melibatkan berbagai instasnsi pemerintah dan pihak swasta
dalam pengelolaannya memerlukan suatu lembaga sebagai wadah koordinasi. Lembaga ini
terkenal dengan sebutan Bahan Koordinasi (BAKOR).
Contoh : pada zaman orde baru, dalam program transmigrasi kita mengenal suatu BAKOR.
Dahulunya disebut BAKOPTRANS sekarang berubah menjadi KOPTRANS. Dalam Keppres
No. 44 Ttahun 1974 ada suatu ketentuan untuk menggunakan prinsip koordinasi dalam
mengelola kegiatan pembangunan, tetapi tidak mengatur cara organisasinya,terutama yang
bersifat horizontal dan yang melibatkan berbagai instansu pemerintah dan swasta.
Akibatnya banyak tumbuh Bakor seperti jamur di luar organisasi pokok. Hal ini menandakan
bawa unit-unit organisasi yang ada kurang mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya,
terkesan individual dan terkotak-kotak.
-Kelemahan Komunikasi
Kelemahan komunikasi ini sering terjadi karena instansi-instansi yang lebih rendah tidak
serentak mendapat surat perintah dari atasan pusatnya. Keadaan demikian sering terjadi
pada instansi-instansi vertical tingkat daerah provinsi atau kabupaten.
-Kendala Psikologi
Salah satu cara yang efektif dalam melakukan koordinasi ialah melalui rapat kerja,
pertemuan atau peninjauan bersama ke lapangan yang harus diprakarsai oleh koordinator.
Tetapi penyakit koordinasi ini muncul saatt rapat koordinasi diwakilkan kepada bawahan
yang tidak dapat memutuskan dalam rapat. Akibatnya menimbulkan efek psikologi yang
negative bagi kepala instansi lain yang menganggap tidak setaraf dengan bawahan yang
mewakili. Pada rapat berikutnya mereka cenderung mengirim perwakilan juga sehingga
bakor tidak berfungsi karena tidak segera memecahkan masalah.
Contoh : Ketika rapat koordinasi pembentukan satgas Covid, harusnya didatangi oleh kepala
desa/lurah, tetapi diwakilkan kepada perangkat sehingga perangkat tidak bisa memberi
keputusan/masukan. Dampak pada rapat berikutnya dari desa lain mengirimkan perwakilan,
yang menimbulkan tertundanya pembentukan satgas covid.
Kendala ini akan timbul sebagai akibat kurangnya distribusi kewenangan yang terjadi dalam
birokrasi, secara keseluruhan maupun pada unit organisasi. Keadaan ini akan tercermin
pada cara pengambilan keputusan yang cenderung ke atas, artinya pejabat yang lebih
bawah tidak berani mengambil keputusan dan harus menunggu dari atas.
Contoh : suatu instasi pemerintah yang berada jauh dari pusat memerlukan truk untuk
kelancaran tugasnya. Mereka tidak diperkenankan membeli sendiri kendaraan tersebut dan
harus menungu dibelikan oleh pusat. Untuk menunggu memerlukan masa yang panjang dan
banyaknya birokrasi atau prosedur yang dilalui sehingga tugas tersebut terkendala.
letak geografis Indonesia yang seba sulit, seharusnya tidak menjadi masalah pokok dalam
berkomunikasi dewasa ini, mengingat telah sempurnanya sarana komunikasi seperti
frekuensi penerbanggan, pelayaran, telefon, dll. Tetapi dalam komunikasi tertulis efisiensi
masih rendah.
Contoh : dalam hal permintaan penjelasan peraturan terhadap menteri yang kurang jelas,
kadang-kadang memerlukan waktu sampai berbuln-bulan sehingga jawaban sampai ke
daerah masalahnya sudah tidak relevan lagi.
Contoh :
- Keluarnya intruksi terhadap BRI untuk menyalurkan dana Inpres Desa langsung
kepada kepala desa adalah salah satu cara menghindari penyunatan dana
pembangunan desa oleh aparat birokrasi yang tidak bertanggung jawab.
- Jam kerja pegawai di Indonesia hanya 25-35 jam per minggu, padahal menurut
pendapat ahli, kerja optimal adalah 40 jam pe minggu.
atas daripada berorientasi ke bawah. Dengan demikian setiap orang dalam organisasi akan
dapat proaktif dan memberdayakan dirinya mengantisipasi gejala yang timbul di lingkungan
setiap saat. Faktor ini yang paling berat untuk dilakukan karena asumsi yang telah melekat
selama ini bahwa atasan dianggap sebagai bos yang berkuasa penuh dan bawahan patuh
dan menurut kepadanya.Mempersiapkan aparat yang bermutu tinggi dengan ciri-ciri penuh
kreatifitas dan inovatif dan mampu menghadapi tantangan lingkungan yang cepat berubah.
Untuk ini setiap orang harus dapat membuat ahli dirinya sendiri supaya dapat terlbat dan
didayagunakan dalam sistem T. form. Strategi pelayanan secara terkotak-kotak harus diganti
dengan strategi pemberian pelayanan satu atap untuk mempercepat pelayanan kepada
pengguna jasa. Dengan demikian akan timbul anggapan di mata eksternal bahwa organisasi
departemen itu satu secara keseluruhan. Aparat birokrasi dipesiapkan untuk mahir
berkomunikasi melalui komputer terutama yang berhubungan dengan sistem teknologi
informasi. Menurut saya organisasi pemerintahan di Indonesia sudah sesuai dengan syarat
T-form tetapi masih perlu disempurnakan. Yaitu sudah adanya pendelegasian wewenang
yang akan mengubah sikap birokrat agar tidak selalu berorientasi ke atas, diadakan tes
Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) maupun seleksi aparat birokrasi lain yang transparan
dan jujur agar mendapat kualitas SDM yang kreatif, inovatif, dan kompeten: Dibentuknya
DPMPTSP/P?T untuk pelayanan terpadu satu pintu agar pelayanan terorganisasi secara
menyeluruh salam satu pintu, serta diberikan pelatihan serta fasilitas seperti komputer,
internet, dan aplikasi yang berbasis IT agar aparat birokrasi dapat mahir berkomunikasi dan
mengikuti perkembangan zaman.
Sumber referensi :