a. Pelayanan dalam sala berdasarkan kantin -bazar artinya tidak menentu dalam arti
yang sungguh bazar-kantin ini adalah keadaan perekonomian yang berhubungan
dengan jual beli dan pentuan harga.
b. Kebijaksaan pada model sala dibuat berdasarkan pendapat dari pemegang
kekuasaan (elite) dan bukan berdasarkan tuntutan atau keinginan masyarakat. Pada
umumnya bobot kekuasaan antara birokrasi dan politik di negara berkembang tidak
seimbang. Artinya mereka tidak mempunyai keterampilan atau profesionalisasi
dalam merumuskan kehendak negara yang berupa aturan. Ciri yang utama dari
model prismatic ialah adanya ketergantungan anggaran pada inisiatif kekuasaan
birokrasi mempunyai keahlian dalam mengajukan anggaran dalam bentuk
sedemikian rupa yang dapat mempersempit kesempatan diterapkannya system
control yang efektif oleh legeslatif. Dalam segi anggaran ini pun badan legislatif
tidak dapat memainkan perannya sebagai alat control bagi birokrasi. Walaupun
norma-norma secara formal ditetapakan, dan sumber -sumber tersedia dengan layak
untuk membiayai sarana administrasi dalam penerapan norma tersebut tetap hasil
aparat pemerintah sangat berbeda dengan yang di harapkan . oleh sabab itu
administrasi di model sala jauh dari efisien.
c. Pengadaan pegawai di model sala sangat berbeda dengan model biro, pada model
biro pengadaan pegawai diambil dari sumber luar melalui ujian saringan
berdasarkan profesionalisasi. Masalah kepegawaian pada model sala antara lain :
c. Kelemahan komunikasi ini sering terjadi karena instansi-instansi yang lebih rendah
tidak serentak mendapat surat perintah dari atasan pusatnya keadaan yang
demikian, banyak terjadi pada instansi-instansi vertical tingkat daetah provinsi atau
kabupaten. Walaupun bupati adalah sebagai coordinator pembangunan di
daerahnya, adakalanya dia tidak tahu bahwa di daerahnya sedang berlangsung
suatu proyek pembangunan. Contonya kanwil pertanian mengirimkan bibit tanaman
reboisasi dan penghijauan ke suatu daerah kabupaten karena diperintah dari pusat.
d. Kendala psikologi salah satu cara yang efektif dalam melakukan koordinasi ialah
melalui rapat kerja, pertemuan atau peninjauan Bersama ke lapangan yang harus
diprakarsai oleh coordinator. Seharusnya rapat-rapat atau acara koordinasi dihadiri
sendiri oleh kepala instasi yang terlibat dalam koordinasi tersebut. Akibat yang lebih
fatal ialah kalua rapat koordinasi tidak dihadiri sendiri oleh kepada yang demikian
dapat menimbulkan efek psikologi yang negative bagi kepala instansi lain yang
menghindarinya karena mereka menganggap tidak setaraf dengan bawahannya
yang mewakili atasannya pada rapat-rapat yang akan datang mereka akan
cenderung untuk mengirimkan wakil-wakilnya pula. Kalau hal ini yang terjadi maka
bakor-bakor tidak akan berfungsi karena tidak dapat segera memecahkan masalah
yang timbul dan hal yang demikian akan menghambat kelancaran pembangunan itu
sendiri.
e. Kendala dalam pendelegasian wewenang kendala ini akan timbul sebagai akibat
kurangnya distribusi kewenangan yang terjadi dalam birokrasi , secara keseluruhan
maupun pada suatu unit organisasi. Keadaan ini akan tercermin pada cara
pengambilan keputusan yaitu cenderung berorientasi ke atas. Artinya pejabat yang
lebih bawah tidak berani mengambil keputusan dan harus menunggu dari atas,
contonya suatu instansi pemerintah yang berada jauh dari pusat Jakarta
memerlukan truk untuk kelancaraan tugasnya di daerah.
f. Kendala komunikasi ke atas letak geografis Indonesia yang serba sulit seharusnya
tidak menjadi masalah pokok dalam berkomunikasi dewasa ini mengingat telah
semakin sempurnnya sarana komunikasi seperti jumlah frekuensi penerbangan,
pelayaran, dan palapa. Tetapi khususnya dalam komunikasi tertulis, efiseensinya
masih rendah. Misalnya dalam hal permintaan penjelasan terhadap peraturan mentri
yang kurang jelas kadang-kadang memerlukan waktu sampai berbulan-bulan,
sehingga bila jawaban tersebut sampai ke daerah maka maslahnya sudah tidak
relevan lagi.