Anda di halaman 1dari 11

TUGAS 3

KODE/SKS/MATAKULIAH : ADPU4217/3SKS/ORGANISASI DAN


MANAJEMEN

JURUSAN/SEMESTER/KELAS : ADMINISTRASI NEGARA/II/A

NAMA MAHASISWA/NIM : RANTI NINGSIH/044206865

UPBJJ-UT : PANGKALPINANG

Soal dan Jawaban!

1 a Ada 4 (empat) ciri birokrasi di negara berkembang dengan Model


Sala, sebutkan ke 4 ciri tersebut!, serta jelaskan pula menurut
pandangan Anda kondisi birokrasi pada Pemerintah Republik
Indonesia termasuk atau tidak pada Model Sala? Jelaskan ciri-cirinya
! (Skor 20)

Jawaban:

Ciri yang menonjol dalam model Sala antara lain:

1. Pelayanan dalam sala berdasarkan bazar-kantin,artinya tidak menentu.


Dalam arti sesungguhnya bazar-kantin ini adalah keadaan perekonomian
yang berhubungan dengan jual-beli dan penentuan harga. Dalam kantin
harga tidak ditentukan oleh harga pasar yang berdasarkan penawaran dan
permintaan tetapi ditentukan berdasarkan konsensus antara pembeli dan
penjual.

2. Kebijaksanaan pada Model Sala dibuat berdasarkan pendapat dari


pemegang kekuasaan (elite) dan bukan berdasarkan tuntutan atau
keinginan masyarakat. Masyarakat prismatic berdiri diantara kedua
jajaran tersebut diatas yaitu antara bobot kekuasaan terbatas (diffracted)
dan tidak terbatas (fused). Oleh sebab itu bobot kekuasaan birokrasi
dalam model prismatic ini akan berbeda-beda tergantung pada berfungsi
atau tidaknya lembaga kontrol dalam masyarakat tertentu.

3. Pengadaan pegawai di Model Sala sangat berbeda dengan Model Biro.


Pada Model Biro pengadaan pegawai diambil dari sumber luar melalui
ujian saringan berdasarkan profesionalisasi. Dalam hubungan ini pengaruh
famili atau teman dapat dikurangi dan ditekan sejauh mungkin,sehingga
sistem merit dapat diterapkan sepenuhnya. Hasil yang diharapkan dari
seleksi ini dapat menjaring orang-orang yang mempunyai keterampilan
atau profesi yang diperlukan dalam biro.

Masalah kepegawaian pada Model Sala antara lain:

a. Perdagangan pegawai dilakukan secara formal yaitu melalui ujian


saringan.

b. Sebagian pejabat-pejabat sama Model Sala yang berkuasa ingin


diperkuat kedudukannya dengan cara merekrut orang-orang yang
dianggap dapat menunjang kedudukannya.

c. Pada Model Sala ini ditemui pula diskriminasi dalam kepegawaian.


Artinya yang perbolehkan menjadi pegawai adalah orang-orang dari kelas
tertentu saja,sedangkan kelas terendah tidak diizinkan melamar.

d. Adanya klik-klik dalam birokrasi. Klik adalah orang-orang yang berasal


dari suatu kelompok yang merasa dirinya terikat dalam suatu hubungan
yang intim,mungkin karena kesamaan ide,daerah,suku dan sebagainya.

e. Sulit melakukan koordinasi

d. Banyaknya norma dan kerincuan di Sala

4. Kewenangan tidak dibarengi dengan pengawasan. Dalam masyarakat


diffracted kewenangan sejalan dengan kekuasaan. Artinya seseorang yang
mendelegasikan kewenangan kepada bawahannya mampu mengawasi
bawahannya. Dalam masyarakat prismatic kewenangan itu tidak sejalan
dengan kekuasaan pengawasan. Sebenarnya kewenangan pucuk pimpinan
Model Sala lebih besar kewenangannya. Tetapi kemampuan untuk
mencapai hasil efisien terbatas. Masalahnya ialah pejabat-pejabat Model
Sala tidak dapat melakukan pengawasan yang intensif terhadap
bawahannya karena adanya pemisahan wewenang dan kekuasaan dalam
diri seorang pejabat.

Menurut pandangan saya,Bagaimana dengan birokrasi di Indonesia?

Birokrasi di Indonesia jauh dari standard birokrasi milik Weber. Dan


seringkali masih menunjukkan Model Sala. Sebagai negara berkembang,
saya rasa birokrasi Indonesia masih harus banyak berbenah. Mulai dari
level bawah sampai pucuk lembaga tertinggi negara. Sebab Model Sala
sangat gamblang menjelaskan apa yang tengah terjadi pada birokrasi di
Indonesia.

Contohnya: di Indonesia, walaupun masih ada program rekruitmen CPNS


dari pemerintah, masih banyak orang-orang menggantungkan nasib
dengan menjadi honorer yang mana gajinya sangat rendah daripada PNS
se-angkatan dan tidak beroleh tunjangan serta sulit rasanya untuk
diangkat menjadi PNS. Ini mengindikasikan bahwa di satu sisi pemerintah
berbenah melakukan proses rekruitmen berbasis digital dan kualifikasi
yang ketat, di sisi lain masih ada lulusan atau masyarakat yang rela
menjadi honorer untuk batu loncatan untuk menjadi PNS dengan
menghindari test CPNS.

SUMBER : BMP ADPU4217 ORGANISASI DAN


MANAJEMEN/3SKS/MODUL 7 KEGIATAN BELAJAR 1 HALAMAN: 7.21-
7.27

b Ada 3 (tiga) faktor yang menyebabkan perubahan organisasi,


sebutkan ke 3 faktor tersebut!, serta jelaskan pula menurut
pandangan Anda kondisi perubahan organisasi Pemerintah Republik
Indonesia disebabkan oleh faktor perubahan tersebut? Jelaskan!
(Skor 20)

Jawaban:

Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan organisasi antara lain:


1. Faktor pasar dan selera masyarakat.

Timbulnya perubahan selera masyarakat menyebabkan persaingan yang


hebat dibidang pemasaran sektor swasta. Misalnya,dahulu orang
senang bersepeda. Sekarang sepeda hanya digunakan untuk keperluan
tertentu saja karena selera masyarakat sudah berubah kepada motor atau
mobil.

2. Kemajuan teknologi yang luar biasa.

Seperti komputer dan sebagainya. Dahulu orang menganlisis sensus


penduduk yang dikerjakan dengan tangan sehingga hasilnya selesai
bertahun-tahun. Tetapi sekarang dengan menggunakan komputer dapat
diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat dan tidak banyak
menggunakan tenaga manusia.

3. Perkembangan sosial,politik, atau tekanan pihak luar.

Faktor sosial misalnya dahulu pengangguran belum menjadi perhatian


negara sehingga tingkat penghasilan masyarakat rendah sekali. Tetapi kini
faktor pengangguran menjadi masalah nasional sehingga negara-negara
mana pun berusaha menanggulangi supaya pendapatan masyarakat
meningkat pula. Faktor politik misalnya terjadinya perubahan sistem
presidential. Faktor tekanan dari pihak luar, misalnya dahulu suatu negara
bebas menetapkan kebijaksanaannya sendiri. Tetapi setelah mendapat
bantuan pihak luar negeri maka dia harus merubah strateginya sesuai
dengan keinginan pihak luar yang membantunya.

Sebagaimana organisasi lainnya, pemerintah Indonesia sebagai organisasi


publik juga mengalami perubahan-perubahan untuk beradaptasi dan
bertahan hidup untuk menjamin tercapainya tujuantujuan negara
Indonesia ini didirikan.Menurut pandangan saya, kondisi perubahan
organisasi di Pemerintah Republik Indonesia telah masive terjadi. Hal ini
selain karena pertumbuhan pendudukan yang tak dapat dielak, juga
berkat pengaruh dari luar seperti perkembangan teknologi yang semakin
hari semakin canggih. Sistem administrasi di pemerintah juga mengalami
kemajuan, yang semula bersifat tertutup, kini menuju prinsip keterbukaan
terhadap publik baik dalam pemakaian dana, perencanaan, perancangan
dan eksekusi lapangan. Namun perlu digarisbawahi bahwa perubahan
organisasi pemerintah Republik Indonesia masih jauh dari kata sempurna
karena saking luasnya cakupan wilayah dan cakupan administrasi negara
di negara ini. Terbatasnya tenaga dan kecakapan para pelayan publik
menjadi salah satu faktor yang cukup harus dipertimbangkan demi
perubahan organisasi publik yang lebih baik lagi ke depannya.

SUMBER : BMP ORGANISASI DAN MANAJEMEN ADPU4217/SKS/MODUL


7 KEGIATAN BELAJAR 2 HALAMAN 7.43-7.44

2 a Sebutkan dan jelaskan kendala-kendala birokrasi di Indonesia?


Jelaskan, serta berikan contohnya! (Skor 20)

Jawaban:

KENDALA-KENDALA BIROKRASI DI INDONESIA

1. Kendala dalam Struktur organisasi

Contoh:

Pada zaman orde baru,kalau diperhatikan pola susunan organisasi


departemen berdasarkan Keppres No. 44 Tahun 1974 dan Keppres No.15
Tahun 1984 maka susunan organisasi ini cenderung mengarah kepada
pola yang mekanik yang mempunyai ciri antara lain menganut prinsip
pembagian habis tugas dan prinsip perumusan tugas pokok yang jelas.
Artinya tidak ada tugas yang tidak ada orang yang mengerjakannya dan
setiap tugas jelas batas-batasnya. Susunan organisasi yang mekanik ini
mengarah kepada terkotak-kotaknya tugas pekerjaan dan mendidik
seorang petugas untuk bertanggung jawab hanya dalam satu bidang tugas
saja. Akibat setiap tugas petugas akan melaksanakan tugas tersebut
secara terkotak-kotak pula dan akan memandang tugasnya lebih penting
untuk didahulukan daripada tugas orang lain. Akibat selanjutnya akan
mendidik orang bersifat individualis dalam melaksanakan tugasnya.
Seperti telah dibahasakan sebelumnya bahwa organisasi yang bersifat
mekanik lebih cocok diterapkan dalam rugas-tugas yang bersifat rutin.

Tugas pembangunan adalah tugas yang bersifat nonrutin atau selalu


berubah-ubah sehingga selalu pula menimbulkan masalah baru. Apalagi
kalau di ingat pula hakikat pembangunan di Indonesia yaitu membangun
manusia seutuhnya dan membangun seluruh wilayah Indonesia.

Pembangunan seperti ini tidak dapat diwujudkan oleh satu instansi


pemerintah saja,tetapi akan melibatkan berbagai-bagai instansi
pemerintah maupun pihak swasta. Oleh sebab itu, pembangunan d
Indonesia menganut sistem terpadu yaitu melibatkan berbagai-bagai
spesialisasi. Setiap instansi harus bekerja sama secara terkoordinasi dalam
usaha menyukseskan program pembangunan tersebut.

2. Kendala dalam Melakukan Koordinasi Horizontal

Pembangunan terpadu yang melibatkan berbagai-bagai instansi


pemerintah dan pihak swasta dalam pengelolaannya memerlukan suatu
lembaga sebagai wadah Koordinasi. Lembaga ini terkenal dengan sebutan
Badan Koordinasi (BAKOR).

Contoh:

Pada zaman orde baru,dalam program transmigrasi kita mengenal suatu


BAKOR. Dahulunya badan ini disebut BAKOPTRANS (Badan Koordinasi
Penyelenggara Transmigrasi). Sekarang menurut Keppres No.59 Tahun
1985 namanya diganti menjadi Koordinasi Penyelenggara Transmigrasi
(KOPTRANS). Apapun namanya,namun tugas yang dilakukannya sama
yaitu suatu lembaga tersendiri yang merupakan suatu lembaga yang
berada di luar organisasi yang berdasarkan Keppres No. 44 Tahun 1974.
Sebenarnya di dalam Keppres No.44 Tahun 1974,ada suatu ketentuan
untuk menggunakan prinsip koordinasi dalam mengelola kegiatan
pembangunan,tetapi tidak mengatur secara tepat bagaimana bentuk dan
cara organisasinya, terutama yang bersifat horizontal dan yang melibatkan
berbagai-bagai instansi pemerintah dan swasta. Akibatnya telah tumbuh
BAKOR seperti jamur di luar organisasi pokok berdasarkan Keppres Nom
44 Tahun 1974, sehingga keberadaannya harus di atur dalam keputusan
tersendiri seperti Keppres No.59 Tahun 1984 tentang Koordinasi
Transmigrasi. Keadaan seperti ini menandakan kepada kita bahwa
Keppres No. 44 Tahun 1974 tentang pokok-pokok organisasi departemen
dan Keppres No.15 Tahun 1986 tentang susunan organisasi departemen
belum lengkap karena koordinasi tidak teratur pokok-pokoknya di dalam
Keppres-keppres tersebut. Apalagi ada anggapan bahwa lahirnya badan-
badan ekstra struktural seperti BAKOR, Panitia Tim dan sebagainya,diluar
struktur resmi menandakan bahwa unit-unit organisasi yang ada kurang
mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya.

Anggapan yang demikian jelas mengarah kepada sistem kerja secara


individual dan terkotak-kotak dan tidak sesuai dengan cara kerja sistem
pembangunan yang membutuhkan suatu wadah Koordinasi yang
melibatkan orang banyak yang bekerja secara terpadu-padu. Dengan
demikian keputusan pemerintah untuk menghapuskan Tim-tim Pembina
Pembangunan Terpadu seperti proyek Inpres kurang bijaksana.

3. Kelemahan Komunikasi

Kelemahan Komunikasi ini sering terjadi karena instansi-instansi yang


lebih renda tidak serentak mendapat surat perintah dari atasan pusatnya.
Keadaan yang demikian,banyak terjadi pada instansi-instansi vertikal
tingkat daerah provinsi atau kabupaten. Walaupun bupati adalah sebagian
koordinator pembangunan didaerahnya, adakalanya dia tidak tahu bahwa
di daerahnya sedang berlangsung suatu proyek pembangunan.

Contoh:

Kanwil Pertanian mengirimkan bibit tanaman reboisasi dan penghijauan


ke suatu daerah kabupaten karena diperintah dari pusat. Sedangkan
Landep Kehutanan dan bupati sebagai koordinator tidak dberitahu oleh
atasannya bahwa didaerahnya akan diadakan reboisasi dan penghijauan.
Mereka tentu harus menunggu dahulu perintah dari atasannya tentang
penunjukan daerah yang akan direboisasikan atau di hijaukan kembali.
Sementara menunggu perintah pusat tersebut bibit tanaman ya g dikirim
oleh Kanwil Transmigrasi sudah mulai membusuk karena tidak ditanam
segera. Adakalanya instansi-instansi vertika tidak mengabaikan koordinasi
yang dilakukan oleh gubernur/bupati sebagai administrasi pembangunan
dan pengawasan di daerahnya. Seperti diketahui bahwa sebagian besar
proyek-proyek pembangunan dibiayai oleh pemerintah pusat. Dengan
demikian, unit-unit pelaksa di Wikipedia seperti kanwil-kanwil lebih
cenderung berkiblat ke pusat saja dan mengabaikan koordinasi yang
dilakukan oleh kepada wilayah gubernur atau bupati. Kalau seandainya
terjadi ketidaklancaran dalam suatu proyek pembangunan yang berasa di
wilayah maka akan dapat teguran bukanlah instansi-instansi pelaksana di
daerah (Kanwil) tetapi adalah gubernur atau bupati selaku koordinator
pembangunan dan pengawasan di daerahnya.

4. Kendala Psikologi
Salah satu cara yang efektif dalam melakukan koordinasi ialah melalui
rapat kerja,pertemuan dan peninjauan bersama ke lapangan yang harus
diprakarsai oleh koordinator. Seharusnya rapat-rapat atau acara
koordinasi dihadiri sendiri oleh kepala instansi yang terlibat dalam
koordinasi tersebut. Tetapi penyakit koordinasi ini adalah kalau rapat-
rapat diwakilkan kepada bawahan mereka yang tidak berhak untuk
memutuskan dalam rapat tersebut. Akhirnya rapat koordinasi yang
diharapkan dapat memecahkan masalah sesegera mungkin menjadi
terhalang karena wakilnya harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan
orang yang diwakilinya ( yang berhak mengambil keputusan). Akibat yang
lebih fatal ialah kalau rapat koordinasi tidak dihadiri sendiri oleh kepada
instansi yang bersangkutan dan mewakilkan kepada bawahannya maka
keadaan yang demikian dapat menimbulkan efek psikologi yang negatif
bagi Kepala Instansi lain yang menghadirinya karena mereka menganggap
tidak setaraf dengan bawahan-bawahan yang mewakili atasannya. Pada
rapat-rapat yang akan datang mereka akan cenderung untuk mengirimkan
wakil-wakilnya pula. Kalau hal ini yang terjadi maka bakor-bakor tidak
akan berfungsi karena tidak dapat segera memecakan masalah yang
timbul dan hal yang demikian akan menghambat kelancaran
pembangunan itu sendiri.

5. Kendala dalam Pendelegasian Wewenang

Kendala ini akan timbul sebagai akibatnya kurangnya distribusi


kewenangan yang terjadi dalam birokrasi,secara keseluruhan maupun
pada suatu unit organisasi. Keadaan ini akan tercermin pada cara
pengambilan keputusan yaitu cenderung berorientasi ke atas. Artinya
pejabat yang lebih bawah tidak berani mengambil keputusan dan harus
menunggu dari atas.

Contoh:

Sesuatu instansi pemerintah yang berbeda jauh dari pusat Jakarta


memerlukan truk untuk kelancaran tugasnya di daerah. Mereka tidak
diperkenalkan memberi sendiri kendaraan tersebut di daerah, tetapi
harus menunggu kendaraan yang dibelikan oleh pusat di Jakarta. Untuk
menunggu kendaraan tersebut mungkin diperlukan masa yang cukup
panjang karena banyaknya birokrasi atau prosedur yang harus dilalui
untuk membeli barang-barang keperluan kantor. Keadaan ini jelas
menjadi kendala dalam pembangunan yang menghendaki serba cepat dan
berkesinambungan.

6. Kendala Komunikasi ke Atas


Letak geografis Indonesia yang serba sulit, seharusnya tidak menjadi
masalah pokok dalam berkomunikasi dewasa ini, mengingat telah semakin
sempurnanya sarana komunikasi seperti jumlah frekuensi
penerbangan,pelayaran,dan palapa. Tetapi khusus dalam komunikasi
tertulis, efisiensinya masih rendah.

Contoh:

Misalnya dalam hal permintaan penjelasan terhadap peraturan menteri


yang kurang jelas kadang-kadang memerlukan waktu sampai berbulan-
bulan,sehingga bila jawaban tersebut sampai ke daerah maka masalahnya
sudah tidak relevan lagi ( Waluyo Ratam,Persadari 1984).

7. Kendala-kendala pada Aparat Birokrasi

Kendala pada aparat birokrasi ini bermacam-macam antara lain adalah


sebagai berikut:

a. Kendala yang bersumber pada hubungan antara atasan dan bawahan

Menurut Newman kendala tersebut berasal dari pihak atasan maupun


dari pihak bawahan. Kendala yang berasal dari pihak atasan ialah
menonjolnya perasaan ego atasan yang tidak mau mendelegasikan tugas
kepada bawahannya secara sempurna. Sedangkan di pihak bawahannya
terlihat cara kerja yang santai dan bahkan tidak dilalui pekerjaan sama
sekali.

b. Kapasitas kerja yang belum maksimal

Menurut perhitungan para ahli,kerja yang optimal adalah 40 jam per


Minggu. Tetapi di Indonesia,menurut pengamatan para ahli khususnya
pegawai negeri hanya bekerja Antara 25-35 jam per Minggu. Gejala kerja
santai ini terlihat dari sikap dan tindakan pegawai sebelum jam kerja usai
atau membaca koran pada jam kantor. Penggunaan teknologi modern
seperti komputer untuk mengabsen pegawai nampaknya tidak banyak
memecakan Maslaah karena absen komputer dapat diakali pegawai
seperti menitipkan kartunya kepada orang lain yang Baisa datang lebih
dahulu,atau sesudah absen pegawai tersebut menghilang dan kembali ke
kantor menjelang akhir jam kantor.

C. Mental aparat birokrasi yang rapuh

Pada umumnya,sebelum rapat birokrasi menduduki suatu jabatan


dalam hierarki organisasi maka mereka melakukan sumpah jabatan antara
lain untuk tidak menyalahgunakan jabatan tersebut untuk kepentingan
pribadi. Hal ini diperlu di lakukan karena jabatan-jabatan dalam hierarki
organisasi khususnya di bidang pemerintahan sangat besar fungsinya yaitu
tempat bersumbernya keputusan yang membawa dampak positif maupun
negatif bagi publik. Sebaliknya publik sebagai yang mengonsumsi
keputusan tersebut tentu selalu berusaha mempengaruhi para pejabat
dengan segala daya upaya yang ada padanya supaya keputusan tersebut
selalu membawa dampak positif bagi dirinya. Disinilah di uji kekuatan
mental seseorang pejabat untuk bertindak rasional dalam menghadapi
rayuan publik yang tidak bertanggung jawab.

SUMBER : BMP ORGANISASI DAN MANAJEMEN ADPU4217/3SKS/


MODUL 8 KEGIATAN BELAJAR. 2 HALAMAN 8.34-8.40

b Ada 4 (empat) syarat dalam penerapan T-Form dalam organisasi,


sebutkan ke 4 syarat tersebut, serta jelaskan pula organisasi
Pemerintah Republik Indonesia sesuai atau tidak dengan dengan
syarat T-Form? (Skor 20)

Jawaban:

Syarat dalam penerapan T-FORM dalam organisasi antara lain


sebagai berikut:
• Melakukan revolusi mental atau perubahan sikap para birokrat untuk
lebih profesional
• Mempersiapkan tenaga birokrasi yang memiliki mutu dan kualitas
tinggi melalui sistem rekruitmen yang selektif
• Menghilangkan pengkotak-kotakan pelayanan publik, setiap lembaga
atau badan yang melayani masyarakat saling terkait dan terintegrasi
pada satu sistem

• Para birokrat dipersiapkan bekal keahlian atau training untuk mahir


menggunakan teknologi informasi dan program digital seperti pelayanan
berbasis komputer

Apakah organisasi Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan


penerapan T-Form?
Menurut saya, secara teoritis telah sesuai. Namun pada praktik
lapangan, masih banyak pegawai negeri atau para birokrat yang buta
teknologi utamanya bagi para birokrat yang telah berusia mendekati
masa pensiun. Pemerintah telah memberikan suntikan motivasi melalui
program sertifikasi agar para birokrat bisa mahir menggunakan
komputer dan pelayanan elektronik serta pelayanan yang memuaskan.
Pemantauan berkala dan program pelatihan salah satu diantara usaha
pemerintah dalam menerapkan T-Form di Indonesia.

SUMBER : BMP ORGANISASI DAN MANAJEMEN


ADPU4217/3SKS/MODUL 5 KEGIATAN BELAJAR 4 HALAMAN 5.83-5.84

Anda mungkin juga menyukai