ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan KPPN Bandar Lampung
berdasarkan laporan keuangan tahun anggaran 2018-2021 dengan menggunakan analisis rasio
keuangan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan studi
kepustakaan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kuantitatif, jenis data
kuantitatif sumber data dalam penelitian ini adalah sekunder.Hasil yang diperoleh dari
penelitian ini adalah bahwa berdasarkan rasio likuiditas kondisi kinerja keuangan KPPN
Bandar Lampung cukup baik hal ini dapat dilihat berdasarkan perhitungan rasio lancar,rasio
cepat. Berdasarkan Rasio Solvabilitas kondisi kinerja keuangan KPPN Bandar Lampung
cukup baik. Berdasarkan Rasio Efisiensi Belanja kondisi kinerja keuangan KPPN Bandar
Lampung efisien berdasarkan dengan realisasi belanja KPPN Bandar Lampung tidak melebihi
anggaran belanja.
Kata Kunci: Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Efisiensi Belanja,
Kinerja Keuangan
Abstract
This study aims to determine the financial performance of the Bandar Lampung KPPNbased
on the financial reports for the 2018-2021 fiscal year using financial ratio analysis. The type
of research used in this research is observation and literature study. The approach used is a
quantitative descriptive approach, the type of quantitative data source of data in this study is
secondary. The results obtained from this study are that based on the liquidity ratio, the
financial performance conditions of the Bandar Lampung KPPN are quite good. This can be
seen based on the calculation of the current ratio, fast ratio. Based on the Solvency Ratio, the
financial performance of the Bandar Lampung KPPN is quite good. Based on the Expenditure
Efficiency Ratio, thefinancial performance of the Bandar Lampung KPPN is efficient based
on the realization that the Bandar Lampung KPPN expenditure does not exceed the
expenditure budget.
Keywords: Liquidity Ratio, Solvency Ratio, Spending Efficiency Ratio, Financial
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara kesatuan yang terbagi
atas beberapa provinsi, dan daerah provinsi terbagi atas kabupaten dan kota. Tiap-tiap
provinsi, kabupaten, dan kota mempunyai 6 pemerintahan daerah yang diatur Undang-
undang atau UU.
Berdasarkan struktur Pemerintahan di Indonesia berdasarkan UUD 1945 terdapat
Pemerintahan Daerah Provinsi yang membawahi Gubernur dan DPRD Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten Kota yang membawahi Bupati/Walikota dan DPRD
tingkat Kabupaten atau Kota, Yang setiap daerah provinsi dan daerah kabupaten kota
memiliki otonominya masing-masing guna optimalisasi potensi pada setiap daerah
otonom.Selain Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah terdapat institusi atau
lembaga yang merupakan pihak yang diberi tugas untuk menjalankan roda
pemerintahan, pembangunan dan layanan sosial kepada masyarakat. Untuk menjalankan
tugas dan kewajiban tersebut, pemerintah memerlukan dana yang dapat dipungut dari
masyarakat, kemudian membelanjakannya untuk penyelengaraan kegiatan pemerintah dan
pelayanan kepada masyarakat.
Bentuk pertanggung jawaban pemerintah dalam kegiatan penyelenggaraan
realisasi transaksi keuangan wajib dilaporkan berupa Laporan Keuangan yang
ditujukan kepada negara dan masyarakat secara akuntabel dan dapat dipertanggung
jawabkan.Di era globalisasi saat ini merupakan era keterbukaan, teknologi, informasi
dan komunikasi yang sudah begitu maju dan berkembang dari waktu ke waktu,
kebutuhan akan keterbukaan informasi keuangan merupakan hal yang mutlak sehingga
dapat mempermudah analisis laporan keuangan pemerintah daerah beberapa periode.
Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu institusi hanya sebagai alat untuk
melaporkan pertanggung jawaban kepada Pemerintah Pusat atau Pemerintah Derah,
namun tujuan ini bergeser dikarenakan Laporan Keuangan dapat menganalisis
Kesehatan dari Laporan Keuangan yang disajikan. Sehat atau tidaknya sebuah keuangan
dapat dinilai berdasarkan beberapa analisis rasio sebagai bahan bagi pemangku
kepentingan pemerintah untuk mengawasi kegiatan pengganggaran untuk
kedepannya.Institusi bisnis dan politik bersedia memberikan laporan keuangan dan
memberikan informasi penting terkait organisasi kepada pemangkukepentingan. Bahkan
tanpa dipaksa untuk melakukannya. Salah satu pilar membangun perekonomian suatu
negara adalah tanggung jawab otoritas, yang handal dan bertanggung jawab dalam
pengelolaan sumber daya publik yang dipercayakan kepada mereka.
Rumusan masalah: Bagaimana kinerja keuangan KPPN Bandar Lampung berdasarkan
laporan keuangan tahun anggaran 2018-2021 menggunakan analisis rasio keuangan.
A. METODOLOGI PENELITIAN
1. Obyek Penelitian
Disini obyek yang diteliti dititik beratkan pada suatu perusahaan saja yaitu
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Tipe A1 Bandar Lampung
4. Metode Analisis
Metode yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif
melalui : Analisis rasio Likuiditas, Analisis rasio Solvabilitas, Analisis rasio Efisiensi
Belanja
B. LANDASAN TEORI
Aktiva Lancar
Current Ratio = x 100%
Hutang Lancar
Current Ratio yang memuaskan adalah Current Assets lebih besar dari Current
Liabilities atau Current Ratio = / 1
c. Cash Ratio
Cash Ratio adalah perbandingan antara kas yang telah dijumlahkan efek-efek
dengan hutang lancar.
Kas + Efek
Cash Ratio = x 100 %
Hutang Lancar
Yaitu perbandingan antar modal kerja (Working Capital) dengan total aktiva
(Total Assets). Yang dimaksud dengan modal kerja disini adalah modal kerja
netto, yaitu aktiva lancar dikurangi dengan hutang lancar.
𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎
Rasio Efisiensi Belanja = 𝑥100%
𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎
d. Rasio
8
Tabel 2
CV. Rayssa Graha Teknik Palembang
NERACA
Per 31 Desember 2014
9
Tabel 3
CV. Rayssa Graha Teknik Palembang
10
11
Rp. 204.150.110
Tahun 2019 = = 156,50
Rp. 1.304.500
Rp. 110.609.746
Tahun 2020 = = 69,61
Rp. 1.588.900
Rp. 49.722.624
Tahun 2021 = = 6,50
Rp. 7.653.800
Current Ratio pada tahun 2019 adalah berjumlah 156,50 yang berarti kemampuan
perusahaan untuk membayar Rp. 1 hutang lancar dijamin oleh 156,50aktiva lancar,
sementara untuk tahun 2020 setiap Rp. 1 hutang lancar dijamin oleh 69,61 aktiva lancar
dan untuk tahun 2021 setiap Rp. 1 hutang lancar dijamin 6,50 aktiva lancar.
= 0
Rp.110.609.746– Rp. 109.033.346
Tahun 2020 =
Rp. 1.588.900
= 0,99
Rp. 7.653.800
=0
Pada Tahun 2019 KPPN Bandar Lampung tercatat tidak memiliki aktiva lancar lain selain
nilai persediaan & memiliki nilai hutang sebesar Rp. 1.304.500, Artinya pada akhir tahun
2019 KPPN Bandar Lampung memiliki rasio cepat bernilai (0). Pada tahun 2020 rasio
epat sebesar 0,99. Pada tahun 2021 tidak memiliki aktiva lancar selain persediaan dan
memiliki hutang sebesar Rp.7.653.800.
12
c. Cash Ratio
Rp.1.576.400 + -
Tahun 2019 =
Rp. 1588.900
= 0,99
rasio kas tahun 2020 sebesar 0,99 dari tabel 4.2 diketahui bahwa perusahaan kurang
baik dalam mengelola utang lancar dan kas yang tersedia dalam perusahaan, hal ini
ditunjukkan dengan besarnya angka rasio dibawah angka minimal 1. Semakin besar
rasio ini semakin baik bagi perusahaan karena perusahaan mampu menjamin semua
utang lancarnya dengan aktiva yang lebih likuid.
e
13
Rasio Solvabilitas
belanja sebesar 99,18% Dengan kriteria efisien. Hal ini ditunjukkan dengan Realisasi
Anggaran Belanja KPPN Bandar Lampung yang tidak terdapat angka melebihi anggaran
belanja. Hasil ini mendukung pendapat dari Mahmudi (2010:166) jika angka yang
dihasilkan dari rasio kurang dari 100% maka dinilai telah melakukan efisiensi anggaran.
14
DAFTAR PUSTAKA
Edy Firmansyah, Anto Tulim, Dina Hastalona, & Desliani Zalukhu. (2022).
Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang Dan
Perputaran Modal Kerja Terhadap Rentabilitas Pada PT
Wijaya Karya. AKUA: Jurnal Akuntansi Dan Keuangan,
1(1), 18–27.
Naskah, I. (2019). Jurnal manajemen. 9(2), 329–346.
Polapa, A. livia. (2021). Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pt
Rembang Bangun Persada. Analisis Standar Pelayanan Minimal
Pada Instalasi Rawat Jalan DiRSUD Kota Semarang, 3, 10–16