Anda di halaman 1dari 2

TAFSIR NUSANTARA

OLEH : RISKA SARI1

A. Pendahuluan
Tafsir merupakan ilmu syari’at yang paling agung dan tinggi kedudukannya. Ia
merupakan ilmu yang paling mulia objek pembahasannya dan tujuannya, serta sangat
dibutuhkan bagi umat Islam dalam mengetahui makna dari Al-Qur‟an sepanjang zaman.
Tanpa tafsir seorang muslim tidak dapat menangkap mutiara-mutiara berharga dari ajaran
Ilahi yang kandung dalam Al-Qur‟an.
Kajian terhadap tafsir al-Qur’an mengalami proses yang cukup panjang dalam
sejarah perkembangan ilmu tafsir, dari masa formalisme Islam hingga kontemporer.
Proses penafsiran pada setiap masa memiliki kecenderungan berbeda, sehingga akan
menghasilkan produk tafsir yang berbeda pula. Perbedaan inilah yang kemudian menjadi
obyek kajian tafsir sebagai suatu proses penafsiran dan tafsir sebagai suatu produk
ekslampar kitab-kitab tafsir.
Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia tentu
memberikan andil yang besar terhadap perkembangan studi Islam, termasuk dalam studi
Al-Qur‟an. Dalam studi Al-Qur‟an Indonesia banyak melahirkan karya-karya dalam
tafsir Al-Qur‟an. Lahirnya suatu tafsir dengan beragam metodologi dan coraknya
mengindikasikan behwa setiap tafsir memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Tradisi penulisan karya-karya Islam di Nusantara seperti dalam bidang sastra,
fiqh, hadits dan tafsir bergerak bersamaan dengan di perkenalkannya Islam kepada
penduduk di Nusantara. Tetapi khususnya karya tafsir perkembangannya tidak seperti
bidang ilmu keislaman lainnya. Satu hal yang perlu diketahui dalam mengkaji
perkembangan awal tafsir di Indonesia adalah perlunya upaya memahami konteks historis
pada saat itu. Ada atmosfir intelektual tertentu yang tengah melingkupi wacana
intelektual yang sedikit banyak memberikan pengaruh pada karakteristik kegiatan
penafsiran terhadap Al-Qur‟an. Membahas tentang tafsir diindonesia, maka dalam
kesempatan ini pemakalah akan membahas lebih lanjut tentang tafsir Nusantara.

B. Pembahasan
1. Sejarah Tafsir Nusantara
Penafisran Al-Qur‟n telah dimulai sejak Al-Qur‟an itu disampaikan oleh
Nabi Muhammad saw kepada umatnya. Hal ini merupakan suatu kenyataan
sejarah yang tidak dapat dibantah oleh siapapun termasuk oleh sejarawan barat dan
timur, baik muslim maupun non muslim.
Tafsir Al-Qur‟an di Indonesia merupakan upaya yang dilakukan utuk
menjelaskan kandungan kitabsuci Al-Qur’an kepada bangsa Indonesia melalui
bahasa yang di gunakan oleh bangsa tersebut, baik dalam bahasa nasional (bahasa
1
Riska Sari Adalah Mahasiswi Universitas Islam Indragiri Jurusan Ilmu Alqur’an Dan Tafsir Semester IV
Indonesia) maupun dalam bahasa daerah, seperti bahasa Melayu, Jawa dan Sunda
yang disampaikan secara lisan maupun tertulis, seperti termaktub dalam kitab-
kitab tafsir, makalah-makalah, atau artikel-artikel dalam bentuk manuskrip atau
hasil cetakan.
Adapun perkembangan penafsiran Al-Qur‟an di Indonesia jelas berbeda dengan
yang terjadi di dunia Arab (Timur Tengah), tempat turunnya Al-Qur‟an
sekaligus tempat kelahiran tafsir Al-Qur‟an. Perbedaan tersebut terutama di
sebabkan berbedanya latar belakang budaya dan bahasa. Oleh karena itu, proses
penafsiran Al-Qur‟an untuk bangsa Indonesia harus melalui penerjemahan kedalam
bahasa Indonesia terlebih dahulu kemudian baru di berikan penafsiran yang luas
dan rinci. Sehingga tafsir Al-Qur‟an di Indonesia melalui proses yang lebih
lama jika di bandingkan dengan yang berlaku di tempat asalnya (Timur Tengah)
Awal mula munculnya tafsir di Nusantara di perkirakan pada abad ke-16 yang
ditandai dengan sosok ulam yang masyhur yaitu Hamzah Fansuri seorang ulama sufi
dan sastrawan yang hidup pada abad ke-16, A. Teeuw menyebutnya sebagai Sang
Pemula Puisi Indonesia, sementara Abdul Hadi W. M. menjulukinya sebagai Bapak
Sastra Melayu. Hamzah Fansuri lama berdiam di Aceh. Kemudian dilanjutkan oleh
muridnya yang bernama Syeikh Syamsuddin Ibn Abdullah As-Sumatrani mrupakan
seorang ulama besar Aceh yang hidup pada Abad ke-16 dan ke-17 Masehi
Pada paruh pertama abad ke-20 karya-karya tafsir mulai bermunculan dan
berkembang pesat di Nusantara. Hal ini merupakan fenomena baru, karena pada
abad-abad sebelumnya, karya-karya tafsir Nusantara sangat jarang
ditemukan.Ditambah kondisi Indonesia pada masa sebelum masa kemerdekaan
berada dalam keadaan yang cukup sulit dan rumit. Kitab tafsir yang ditulis oleh para
mufasir Indonesia saat itu, berupaya membangkitkan semangat bangsa untuk lepas
dari penderitaan walaupun hanya dengan pernyataan yang samar-samar.

Anda mungkin juga menyukai