Anda di halaman 1dari 12

PERSPEKTIF

Volume 25 Nomor 1 Tahun 2020 Edisi Januari


P-ISSN 1410-3648 E-ISSN 2406-7385
Kajian Masalah Hukum dan Pembangunan Sekretariat:
Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Jl. Dukuh Kupang XXV No. 54 Surabaya
e-mail & Telp: perspektif_hukum@yahoo.com (08179392500)
Diterbitkan oleh:
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

PEMBATASAN KONTEN DIGITAL


PADA MEDIA NETFLIX
OLEH KOMISI PENYIARAN INDONESIA

Ernawati
Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Airlangga
e-mail: upettoke@gmail.com

Yemima Sonita Nugraheni


Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Airlangga
e-mail: yemimanugraheni@gmail.com

ABSTRAK
Rencana pengawasan terhadap konten digital yang disajikan oleh Youtube dan Netflix oleh Komisi
Penyiaran Indonesia banyak ditentang oleh berbagai pihak. Netflix disini yang merupakan media baru
dan KPI menganggap bahwa pengawasan terhadap media baru ini diperlukan, lantaran pada saat ini
banyak masyarakat mulai pindah dari media konvensional seperti radio dan televisi ke media-media
baru salah satunya netflix. Inovasi dari KPI ini selain ditentang oleh berbagai pihak, kewenangan untuk
mengawasi media baru pun belum termasuk dalam cakupan tugas dan wewenang KPI. Isu yang diangkat
pada penelitian ini adalah kedudukan KPI di dalam ketatanegaraan Indonesia dan kajian atas kewenangan
KPI dalam membatasi konten digital media Netflix menurut UU No. 32 Tahun 2002. Metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif dengan pendekatan perundang-undangan dan
pendekatan konseptual. Analisa atas isu hukum dengan menggunakan metode penelitian yang tepat, akan
didapat konklusi bahwa dalam konteks perundang-undangan KPI belum berwenang untuk mengawasi
media digital baru, sehingga diperlukan adanya revisi terutama mengenai konsep penyiaran, mengingat
pengawasan media digital ini sudah menjadi hal yang penting untuk diperhatikan.
Kata Kunci: pengawasan; Komisi Penyiaran Indonesia; media digital

ABSTRACT
The Plan to monitor digital content such as that are presented by Youtube and Netflix by The
Indonesian Broadcsting Commission is opposed by various parties. Netflix here is a new media and
KPI assume that supervision of this new media is needed, because at this time many people are
starting to switch from conventional media such as radio and television to new media, such as
netflix. In addition to being opposed by various parties, this innovation of KPI has yet been
included in the scope of duties and authority of KPI to oversee new media. The issues raised
in this research are KPI’s position in Indonesian state administration and a review of KPI’s
authority to restrict Netflix’s digital media content according to UU No. 32 of 2002. The method
applied is normative, with statute approach and conseptual approach. Based on the analysis of
legal issues using the appropriate research methods, it will be concluded that in the context of
the KPI legislation, is not yet authorized to oversee new digital media, so a revision is needed
especially regarding broadcasting concepts, bearing in mind that monitoring of digital media
has become an important matter to pay attention to.
Keywords: surveillance; Indonesian Broadcasting Commission; digital media

44
PERSPEKTIF
Volume 25 Nomor 1 Tahun 2020 Edisi Januari

PENDAHULUAN
Salah satu alat yang berfungsi untuk menyalurkan internet. Pada media konvensional televisi dan radio,
pesan atau informasi adalah media. Agar dapat konten didistribusikan menggunakan gelombang
melaksanakan fungsi yang benar, maka media harus terestrial atau kabel/satelit secara searah, dari stasiun
menjalankan regulasi secara profesional. Saat ini televisi ke masyarakat luas.
mengenai penyiaran telah diatur dalam peraturan Komisi Penyiaraan Indonesia akhir-akhir ini
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang sering melakukan kegiatan yang dapat mengedukasi
Penyiaran (selanjutnya disebut UU No. 32 Tahun masyarakat umum dengan tujuan agar masyarakt
2002). dapat memiliki kemampuan dalam mengkaji dan
Definisi penyiaraan menurut UU Penyiaraan menelaah informasi-informasi yang diterima. Salah
adalah suatu kegiatan pemancarluasan dalam hal satu kegiatan KPI untuk mengedukasi masyarakat
siaran melalui sarana pemancaran atau sarana adalah dengan adanya literasi media, yang bertujuan
transmisi laut, darat atau di antariksa yang agar masyarakat mengetahui dan memahami tentang
menggunakan spektrum frekuensi radio melalui keberadaan lembaga Komisi Penyiaran Indonesia dan
kabel, udara atau media lainnya agar dapat diterima Komisi Penyiaran Indonesia Daerah. Kegiatan ini
secara bersamaan dan serentak oleh masyarakat dapat juga dimaknai sebagai gerakan sadar media
dengan perangkat penerima siaraan. Televisi dan yang dibuat untuk mengawasi individu terhadap
radio adalah media penyiaran. Definisi penyiaran media yang digunakan masyarakat untuk menerima
radio adalah media komunikasi yang dapat didengar dan mengirim berita dan pesan.
oleh massa yang menyampaikan informasi dan Salah satu lembaga independen yang merupakan
gagasan secara terbuka di depan umum dalam bentuk organ lapis kedua dibentuk oleh UU di Indonesia
suara, yang berisi program yang berkesinambungan yang kedudukannya setingkat dengan lembaga negara
dan teratur. Sedangkan penyiaran televisi adalah lainnya dan berfungsi sebagai regulator di bidang
media komunikasi yang dapat dipandang dan penyiaraan di Indonesia yaitu Komisi Penyiaraan
didengar oleh massa atau masyarakat umum, yang Indonesia. Dibentuknya lembaga independen salah
menyampaikan informasi dan gagasan secara terbuka satu latar belakang dan alasannya yaitu terdapat
maupun secara tertutup, yang berisi program yang adanya dinamika di masyarakat dalam mewujudkan
berkesinambungan dan teratur.1 suatu demokratisasi, hal tersebut dampak dari kurang
Media digital baru yang beragam dan percayanya masyarakat terhadap lembaga yang telah
bermunculan saat ini di Indonesia menambah ada, di samping itu karena dengan adanya semangat
pekerjaan bagi Komisi Penyiaraan Indonesia keterbukaan di masyarakat sebagai sarana terciptanya
(selanjutnya disebut KPI). Hal tersebut tidak dapat hubungan yang harmonis antara masyarakat terutama
dianggap sepele, karena adanya media digital baru masyarakat menengah dan kecil dengan pemerintah.
yang beragam membawa pengaruh bagi masyarakat Salah satu tugas Komisi Penyiaraan Indonesia adalah
baik pengaruh positif dan pengaruh negatif. Media untuk mewujudkan dan meningkatkan pelayanan
digital baru tersebut dapat mengambil alih keberadaan untuk publik yang bebas dari campur tangan politik.2
media konvensional yang sudah ada pada saat ini Undang-Undang tentang Penyiaran di Indonesia
yaitu televisi dan radio. Media digital baru tersebut telah mengalami perubahan. Pengaturan tentang
antara lain: Youtube, Facebook, Instagram, Netflix penyiaraan pertama di atur ke dalam Undang-Undang
dan lain sebagainya. Nomor 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran (selanjutnya
Kehadiran internet menciptakan satu paradigma disebut UU No. 24 Tahun 1997), kemudian UU
baru mengenai proses penyampaian informasi dan No. 24 Tahun 1997 diubah dan dicabut menjadi
pesan. Dari segi distribusi, terdapat perbedaan proses Undang-Undang Penyiaran terbaru yaitu Undang-
distribusi yang terjadi akibat pergeseran media Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaraan.
konvensional seperti televisi atau radio ke media baru
2
Irzha Friskanov. (2016). “Kedudukan dan Kewenangan
1
Muhammad Anshar Akil. (2014). “Regulasi Media Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) atas Hak Publik
DiIndonesia (Tinjauan UU Pers dan UU Penyiaran”. Jurnal dalam Penyelenggaraan Penyiaran di Provinsi Sulawesi Tengah”.
Dakwah Tabligh. 15 (2), h. 141. Lex Renaissance, 1(1), h. 76-91.

45
Ernawati dan Yemima Sonita Nugraheni,
Pembatasan Konten Digital Pada Media Netflix Oleh Komisi Penyiaran Indonesia

Kedua peraturan tersebut terdapat perbedaan 1997 tentang penyiaraan menunjukan tugas sebagai
prinsip. UU No. 32 Tahun 2002 kental akan nuansa regulator yang diserahkan kepada Pemerintah
demokratisnya dibanding dengan UU No. 24 Tahun masalah penyiaraan tidak berjalan dengan baik. Hal
1997 tentang Penyiaraan.3 Hal tersebut dapat dilihat tersebut dapat dilihat dan dibuktikan dengan adanya
dalam Pasal 7 ayat (1) UU No. 24 Tahun 2007 yang beberapa peraturan pelaksana UU No. 24 Tahun 1997
menyatakan bahwa “Penyiaran dikuasai oleh Negara tentang Penyiaraan yang tidak dibuat dan dikeluarkan
yang pembinaan dan pengendaliannya dilakukan oleh pemerintah.
oleh Pemerintah”. Hal tersebut menunjukan bahwa Disamping itu terdapat beberapa pendapat
pada masa itu penyiaran adalah merupakan suatu bahwa yang mempunyai otoritas terhadap isi siaran
instrumen kekuasaan yang digunakan semata- yang disiarkan oleh lembaga penyiaran adalah
mata bagi kepentingan pemerintah. Disisi lain UU pemerintah.5 Saat itu Departemen Penerangan
No. 32 Tahun 2002 dalam Pasal 6 ayat (1) yang menjadikan lembaga penyiaran sebagai alat
intinya menerangkan bahwa dalam hal penyiaraan propaganda. Oleh karena itu melalui UU Penyiaran
diselenggarakan ke dalam satu sistem penyiaraan ada perubahan paradigma dan juga perubahan model
nasional. Sedangkan ayat (2) Pasal 6 menerangkan penyelenggara penyiaran dimana sebagai regulator
bahwa sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) bidang penyiaran yang diamanatkan kepada KPI.
di atas bahwa dalam sistem penyiaraan nasional yang UU No. 32 Tahun 2002 Pasal 1 angka 13
menguasai spektrum frekuensi radio yang digunakan menerangkan bahwa KPI yaitu lembaga yang
dalam penyelenggaraan suatu penyiaraan guna memiliki sifat independen dari lembaga negara yang
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.4 berkedudukan tidak hanya di pusat tetapi di daerah
Adanya Undang-Undang Penyiaran terbaru juga yang memiliki tugas dan wewenang yang telah
yaitu UU No. 32 Tahun 2002 terdapat perubahan diatur dalam peraturan ini sebagai wujud peran serta
paradigma saat ini lembaga penyiaraan tidak lagi masyarakat dalam hal penyiaraan. Dalam Pasal 7 ayat
mengendalikan penyiaraan. Peran negara saat ini (2) dalam peraturan ini menerangkan bahwa KPI
telah dibatasi oleh Undang-Undang Penyiaran karena adalah lembaga yang mengatur di bidang penyiaraan
dinilai terlalu besar terhadap media penyiaraan. yang bersifat independen. Keberadaan KPI sebagai
Kebebasan berpendapat yang diatur dalam lembaga yang bertugas untuk melakukan pengawasan
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dianggap yang terhadap kegiatan penyiaran diharapkan memberikan
mempengaruhi adanya perubahan paradigma suatu kepastian hukum kepada masyarakat dalam hal
tatanan demokrasi. Berdasarkan asas demokrasi, penyiaran. Hal ini dilakukan agar masyarakat dapat
masyarakat diberikan peran yang lebih besar untuk memperoleh konten siaran yang bermanfaat.
dapat menggerakan dan mengatur ranah penyiaraan. Komisi Penyiaran Indonesia sebagai representasi
UU No. 32 Tahun 2002 mengamanatkan adanya masyarakat diharapkan dapat menjamin hak
sebuah lembaga yang mandiri tidak terpengaruh oleh masyarakat untuk mendapatkan isi siaran atau konten
pihak manapun yang bernama Komisi Penyiaran dan juga informasi yang adil dan bebas serta agar dapat
Indonesia dan lembaga ini berfungsi sebagai melibatkan masyarakat guna mengelola lembaga-
lembaga pengawas penyiaran. Komisi Penyiaran lembaga dan juga dapat menjamin kemandirian
Indonesia terbentuk melalaui undang-undang dan lembaga penyiaran di bidang penyiaraan. Disamping
memiliki tanggung jawab kepada DPR RI sebagai itu diharapkan Komisi Penyiaran Indonesia ke depan
wakil rakyat. Maksud hal tersebut bahwa Komisi mewujudkan masyarakat agar mendapatkan konten
Penyiaran Indonesia dalam melakukan tugas, fungsi yang dapat menumbuh kembangkan pendidikan serta
dan wewenangnya tanpa adanya tekanan serta pengetahuan masyarakat. Konten yang bermanfaat
campur tangan dari pemerintah. UU No. 24 Tahun dan sehat merupakan parameter bagi Komisi
3
Hidajanto Djamal dan Andi Fachruddin. (2011). Dasar-
Dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi, Operasional, dan
Regulasi. Jakarta: Kencana, h. 271.
4 5
Denico Dolly. (2015). “Upaya Penguatan Kelembagaan Rhiza S. Sadjad. “Likuidasi Departemen Penerangan”.
Komisi Penyiaran Indonesia Dalam Perspektif Hukum”. Negara www.unhas.ac.id/rhiza/arsip/makalah/likuid.rtf, diakses tanggal
Hukum, 6 (2), h. 149-150. 22 Oktober 2015.

46
PERSPEKTIF
Volume 25 Nomor 1 Tahun 2020 Edisi Januari

Penyiaran Indonesia dalam menjalankan tugas, agama, martabat manusia Indonesia, atau merusak
fungsi dan wewenangnya.6 hubungan internasional.
Penyiaran konten yang semula disiarkan
menggunakan jaringan penyiaran konvensional PERUMUSAN MASALAH
sebagaimana diatur dalam UU No. 32 Tahun Kedudukan KPI dalam ketatanegaraan Indonesia
2002 juga mulai bermigrasi melalui jaringan serta kewenangannya dalam pembatasan konten
internet seperti dalam hal TV berlangganan yang digital Netflix.
ditawarkan First Media atau Indohome atau konten-
konten pengulangan siaran dari televisi kemudian METODE PENELITIAN
diunggah di platform media sosial. Sama halnya Metode yang digunakan dalam penelitian jurnal
dengan tersedianya channel televisi luar negeri ini yaitu yuridis normatif atau legal research dengan
yang ditawarkan oleh layanan TV atau internet menggunakan pendekatan perundang-undangan
berlangganan. Sayangnya hukum positif Indonesia (statute approach) yang mengkaji undang-undang
belum menjangkau konvergensi media dan situasi dan peraturan yang terkait serta pendekatan
tersebut.7 konseptual (conseptual approach) yang mengkaji
Sebagaimana yang telah dilansir dari berita teori-teori dan doktrin-doktrin dari para ahli bidang
yang bertajuk “Soal Pengawasan Konten YouTube penyiaran.
& Netflix, Komisi Penyiaran Indonesia Dapat
Sampaikan Laporan ke Kominfo” yang diterbitkan PEMBAHASAN
oleh platform berita kompas.com, menyatakan isu Kedudukan KPI di Dalam Ketatanegaraan
pengawasan digital konten di Youtube dan Netflix Indonesia
mulai diinformasikan oleh Bapak Ketua KPI Pusat, Terdapat dua aspek dalam setiap sistem
yaitu Agung Suprio, setelah pengukuhan Komisioner ketatanegaraan aspek yang pertama yang
Komisi Penyiaraan Indonesia periode Tahun 2019 berhubungan dengan kekuasaan lembaga-lembaga
- 2022 yaitu pada awal Agustus lalu. Agus Suprio negara beserta hubungannya satu sama lain diantara
berpendapat bahwa dalam hal controlling terhadap lembaga-lembaga negara tersebut, dan aspek yang
Youtube dan Netflix diperlukan lantaran mayoritas kedua yaitu hubungan antara warga negara dengan
masyarakat saat ini telah berpindah dari media lembaga negara.9
konvensional radio dan televisi.8 Adapun konsep Lembaga negara terkadang disebut dengan
pembatasan yang dimaksud disini adalah meliputi istilah lain yaitu lembaga non departemen atau
penyensoran dan take down (memaksa untuk lembaga pemerintahan. Lembaga negara tidak hanya
menghapus konten negatif). dibentuk berdasarkan kekuasaan yang diberi oleh
Menurut Pasal 36 UU No. 32 Tahun 2002, UUD RI 1945 saja, akan tetapi dapat juga dibentuk
ruang lingkup konten yang dilarang dan yang berdasarkan undang-undang, dan juga ada yang
berada dalam pengawasan adalah konten yang didirikan berdasarkan oleh Keputusan Presiden.10
fitnah, menghasut, menyesatkan dan/atau bohong, Hirarki atau tingkatan lembaga negara tergantung
unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalahgunaan dari derajat pengaturannya yang berdasarkan dengan
narkotika dan obat terlarang. Mempertentangkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Organ
suku, agama, ras, dan antar golongan, memperolok, Konstitusi ialah salah satu lembaga yang dibentuk
merendahkan, melecehkan, mengabaikan nilai-nilai yang berdasarkan UUD RI 1945, sedangkan Organ
6 Undang-Undang yaitu lembaga negara yang telah
Denico Dolly, op.cit.
7 dibentuk berdasarkan undang-Undang, lembaga
Lintang Setianti dan Wahyudi Djafar. (2017). “Tata
Kelola Konten Internet di Indonesia-Kebijakan, Praktik, dan negara yang dibentuk berdasarkan Keputusan
Permasalahannya”. Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat
9
(ELSAM), h. 6. Lukman Hakim. (2010). “Kedudukan Hukum Komisi
8
Christoforus Ristianto. “Soal Pengawasan Konten Negara di Indonesia”. Malang: Setara Press, h. 42.
10
YouTube dan Netflix, KPI Bisa Sampaikan Laporan ke Kominfo”. Jimly Asshiddiqie. (2006). Perkembangan dan
https://nasional.kompas.com/read/2019/08/13/soal-pengawasan- Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi. Jakarta:
konten-youtube-dan-netflix-kpi-bisa sampaikan-laporan, all Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI,
diakses pada tanggal 8 September 2019. h. 1.

47
Ernawati dan Yemima Sonita Nugraheni,
Pembatasan Konten Digital Pada Media Netflix Oleh Komisi Penyiaran Indonesia

Presiden derajat dan tingkatan lebih rendah perlakuan lembaga negara bantu hasil amandemen tersebut
hukumnya terhadap pejabat yang duduk didalamnya. kini menjadi bagian dari politik hukum negara untuk
Begitu pula lembaga negara dibentuk yang diberi menguatkan dan melengkapi upaya pemerintah
kekuasaan berdasarkan Peraturan Daerah, tentu untuk mewujudkan cita-cita bangsa. Yang artinya,
tingkatannya lebih rendah lagi. Menurut tingkatan amandemen ke 4 Undang-Undang Dasar 1945
atau hirarki lembaga negara dibagi menjadi 3 lapis memberikan begitu banyak ruang dan dasar hukum
antara lain:11 tingkatan yang pertama yaitu organ mengenai independensi lembaga-lembaga negara
lapis pertama disebut sebagai lembaga tinggi negara, yang hadir setelah amandemen ini.12
dimana fungsi, nama dan kewenangannya dibentuk Perkembangannya di Indonesia yang kini
berdasarkan UUD 1945; tingkatan yang kedua yaitu sudah memiliki dan melahirkan lembaga-lembaga
organ lapis kedua disebut sebagai lembaga negara negara baru yang bersifat independen ini tidak lepas
saja, dimana dalam lapis atau tingkatan kedua ini mengingat Indonesia telah Indonesia mengalami
dimana sumber kewenangannya berasal dari UUD masa perubahan atau transisi, juga mengalami fase-
RI 1945, terdapat juga yang sumber kewenangannya fase penting di masa itu. Dengan lahir dan hadirnya
berasal dari undang-undang, regulator atau lembaga-lembaga negara penunjang (state auxiliary
pembentuk peraturan yang berada di bawah undang- bodies) yang bersifat independen, KPI (Komisi
undang; dan organ lapis ketiga yaitu lembaga daerah, Penyiaran Indonesia) turut andil membantu proses
yaitu lembaga yang terdapat di daerah yang telah transisi.
diatur dari UUD RI 1945 adalah Gubernur, DPRD Adapun ditinjau dari segi kuantitas, lembaga
Provinsi, DPRD Kota, DPRD Kabupaten, Pemerintah negara yang indepen tidak akan menjadi masalah
Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten, apabila mengenai keberadaan dan pembentukannya
Pemerintah Daerah Kota, Bupati, Walikota lembaga tercermin prinsip-prinsip antara lain sebagai berikut:13
negara yang berdasarkan perintah undang-undang 1. Prinsip konstitusionalisme
tersebut yaitu lembaga independen, lembaga yang Konstitusionalisme adalah suatu konsep atau
dapat berdiri sendiri dengan tanpa campur tangan gagasan yang berpendapat bahwa perlu adanya
oleh pemerintah yaitu lembaga independen. pembatasan terhadap kewenangan penyelengara
Lembaga negara independen sekilas memang negara, dalam hal ini adalah pemerintah. Prinsip
menyerupai organisasi non pemerintah (non ini bertujuan agar penyelenggaraan negara tidak
governmental organization (NGO)) atau yang sewenang-wenang. Dengan pembatasan yang
biasa disebut lembaga swadaya masyarakat karena sedemikian, lembaga-lembaga negara dapat
lembaga ini terdapat di luar sistem pemerintahan membantu menunjukkan eksistensinya agar hak-
eksekutif. Tetapi, lembaga ini keberadaanya memiliki hak dasar warga negara semakin terjamin dan
sifat publik dan juga memiliki sumber pendanaannya demokrasi dapat terjaga.
yang berasal dari publik juga, yang memiliki tujuan 2. Prinsip checks and balances
guna kepentingan publik, lembaga ini tidak dapat Prinsip checks and balances merupakan prinsip
disebut lembaga non pemerintahan (NGO) dalam arti ketatanegaraan yang sejatinya menghendaki
sebenarnya. agar tiap-tiap kekuasaan legislatif, eksekutif,
Pengesahan atau legitimasi dibentuknya lembaga dan yudikatif sama-sama sederajat dan saling
negara independen mendapatkan respon baik setelah mengontrol satu sama lain.
perubahan Undang-Undang Dasar 1945. Dengan 3. Prinsip integrasi
memiliki konstitusi baru yang telah diamandemen Selain daripada memiliki fungsi dan kewenangan
ini cukup menyediakan tempat yang lebih luas yang jelas, konsep kelembagaan negara juga
guna pembentukan dan perkebangan lembaga harus membentuk suatu kesatuan yang turut
negara yang dibentuk oleh Presiden dan DPR RI berproses dalam melaksanakan fungsinya.
yang berdasarkan undang-undang. Pembentukan Ketiadaan sistem yang integral dapat
12
11
Gokma Toni Parlindungan S. (2013). “Tinjauan Ibid., h. 6.
13
Umum Pembagaian Kekuasaan Dalam Hukum Tata Negara di Ni’matul Huda. (2005). Hukum Tata Negara Indonesia.
Indonesia”. Jurnal Advokasi, 4(2), h. 21. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, h. 67.

48
PERSPEKTIF
Volume 25 Nomor 1 Tahun 2020 Edisi Januari

mengakibatkan kewenangan antar lembaga Adapun prinsip check and balances ini dapat ditelaah
menjadi tumpang-tindih, dan menimbulkan tidak melalui teori pemisahan kekuasaan.
efektifnya penyelenggaraan pemerintahan. Dengan mengamati Undang-Undang No. 32
4. Prinsip kemanfaatan bagi masyarakat Tahun 2002 tentang Penyiaran dengan menggunakan
Seyogyanya pembentukan lembaga negara banru pendekatan Hukum Tata Negara (staatsrectelijke)
diperuntukkan agar dapat mengoptimalkan yang memungkinkan pembentukan independent
kesejahteraan warga negaranya serta menjamin state body di luar struktur pemerintahan eksekutif,
hak-hak dasar warga Negara. legislatif, ataupun yudikatif berikut juga mengenai
Perlu diketahui bahwa perihal kedudukan tugas, fungsi, wewenang dan kewajiban yang
lembaga KPI, ditinjau dari segi hukum dan politik, diberikan secara langsung oleh undang-undang.
KPI berada pada posisi dan didudukkan sebagai Konsep independent state body ini sebenarnya bukan
lembaga bantu negara atau state auxialiary bodies.14 hal baru bagi Indonesia. Saat ini sudah cukup kita
Sebagaimana lembaga negara bantu yang lain, yang ketahui sudah cukup banyak lembaga-lembaga yang
sekiranya dapat disetarakan dengan kedudukan KPI, bersifat independen dan mempunyai fungsi campuran
antara lain lembaga Komisi Nasional Hak Asasi antara sifat legislatif,eksekutif, dan/atau sekaligus
Manusia, Komisi Perlindungan Anak Indonesia, yudikatif, yang eksistensinya didistribusikan melalui
Komisi Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, Komisi undang-undang.16
Pemberantasan Korupsi, dan lembaga negara bantu
yang independen lainnya. Kewenangan KPI dalam Membatasi Konten
Agus Sudibyo menyatakan bahwa setidaknya Digital Media Netfilx Menurut Undang-Undang
terdapat empat alasan di balik pembentukan KPI Penyiaraan
sebagai lembaga negara bantu yang independen Sebagaimana yang diamanatkan oleh UU No. 32
antara lain:15 (1) domain publik, (2) sebagai ujud Tahun 2002, KPI diberi wewenang sekaligus fungsi
kontrol kekuasaan, (3) terdapat banyak dan variatif untuk menyusun dan mengawasi berbagai peraturan
pemilik konten siaran dan substansi konten yang terkait penyiaran dengan mengsinergikan lembaga
semakin berkembang, (4) desentralisasi dunia penyiaran dengan pemerintah dan masyarakat.
penyiaran. Pengaturan ini juga meliputi seluruh proses
Perlindungan hak asasi manusia dan pemajuan kegiatan penyiaran, dimulai dari tahap pendirian,
kesejahteraan umum merupakan tujuan bernegara operasionalisasi, pertanggungjawaban, dan evaluasi.
yang justru paling sesuai dengan visi misi masyarakat Berdasarkan Pasal 8 ayat (2) UU No. 32
yang kini sudah tidak lagi primitif. Di lain sisi, negara Tahun 2002, dalam menjalankan fungsinya, KPI
dalam hal ini pemerintah senantiasa memerangi mempunyai wewenang:
hukum besi kekuasaan yang sudah sejak lama terjadi, 1. Menetapkan standar program siaran;
yaitu power tends to corrupt, absolute power corrupts 2. Menyusun peraturan dan menetapkan pedoman
absolutely. Mengatasi paradigma tersebut, negara perilaku penyiaran (diusulkan oleh asosiasi/
melalui pemerintah telah berupaya mengembangkan masyarakat penyiaran kepada KPI);
berbagai sistem ketatanegaraan, baik dari sisi teoritis 3. Mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman
terlebih lagi dari segi praktis. Sebagai salah satu perilaku penyiaran serta standar program siaran;
prinsip sekaligus sistem yang dimaksudkan adalah 4. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran
dengan diterapkannya prinsip check and balances. peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta
standar program siaran;
5. Melakukan koordinasi dan/atau kerjasama
14
Zainal Arifin Mochtar dan Iwan Satriawan. (2008). dengan Pemerintah, lembaga penyiaran, dan
“Sistem Seleksi Komisioner State Auxiliary Bodies (Suatu masyarakat.
Catatan Analisis Komparatif)”. Jurnal Konstitusi, 1(1), h. 86.
15 Sedangkan dalam Peraturan Komisi Indonesia
Agus Sudibyo. (2010). “Ada Apa dengan PP Penyiaran”,
2005 dalam Rubric Opini Kompas tanggal 24 Maret 2005, dalam Nomor: 01/P/KPI/07/2014 tentang Kelembagaan
Agus Ngadino, “Pergeseran Relasi Negara dan Media Massa
16
Dalam Kerangka Demokrasi”. Jurnal Simbur Cahaya, XV(43), Jimly Asshiddiqie. (2006). Pengantar Ilmu Hukum Tata
h. 113. Negara Jilid 2. Jakarta: Konpres, h. 24.

49
Ernawati dan Yemima Sonita Nugraheni,
Pembatasan Konten Digital Pada Media Netflix Oleh Komisi Penyiaran Indonesia

Komisi Penyiaran Indonesia Pasal 3 ayat (2) selain layak ditonton, juga bersifat edukatif dan
menyebutkan bahwa “dalam menjalankan fungsinya memiliki pesan moral yang sesuai dengan nilai-
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini, KPI nilai luhur dari Pancasila. Hal ini dipandang oleh
mempunyai wewenang: KPI perlu dilakukan karena saat ini telah terjadi
a. Menetapkan SPS; pergeseran kebiasaan dan kebutuhan masyarakat
b. Menyusun peraturan dan menetapkan P3; yang saat ini lebih condong mengakses media-media
c. Mengawasi pelaksanaan peraturan dan P3 serta digital baru seperti YouTube, Netflix, Facebook, atau
SPS; dibanding media konvensional seperti televisi dan
d. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran radio.17
peraturan dan P3 serta SPS; Dengan menelaah UU No. 32 Tahun 2002 ternyata
e. Melakukan koordinasi dan/atau kerjasama belum ada kewenangan KPI untuk mengawasi konten
dengan Pemerintah, lembaga penyiaran, dan di platform streaming seperti Netflix, YouTube,
masyarakat. dan lain sebagainya, mengingat media ini adalah
Salah satu wewenang KPI berdasarkan UU media digital yang termasuk baru dan peminatnya
Penyiaran adalah mengawasi pelaksanaan peraturan belum banyak pada waktu sebelum pembentukan
dan pedoman perilaku penyiaran serta standar undang-undang penyiaran yang terbaru. Sehingga
program siaran. Batasan mengenai objek wewenang- langkah awal yang selanjutnya akan diambil oleh
wewenang KPI di atas sendiri telah diatur cukup jelas KPI adalah KPI berencana akan merevisi Undang-
di dalam Pasal 13 UU No. 32 Tahun 2002. Hal ini Undang tentang Penyiaran. Pengawasan tersebut
tersurat dalam pengaturan mengenai jasa penyiaran, dilakukan agar konten-konten yang berada di media
yang mana jasa penyiaran yang dimaksud terdiri digital selain layak ditonton, juga bersifat eduktaif
atas jasa penyiaran radio dan jasa penyiaran televisi. dan memiliki pesan moral yang sesuai dengan nilai-
Mengenai penyelenggaranya, penyelenggaraan, nilai luhur dari Pancasila. Alasan lain dari maksud
jasa penyiaran dapat diselenggarakan antara lain KPI ini adalah karena menimbang sebagian besar
oleh lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran masyarakat sudah beralih dari media konvensional
swasta, lembaga penyiaran komunitas, dan lembaga televisi dan radio dan lebih condong mengakses
penyiaran berlangganan. media atau konten pada platfrom streaming. KPI
Dengan demikian, kewenangan kewenangan sendiri mengupayakan agar penambahan wewenang
KPI sebagai penyelenggara penyiaran sejatinya tersebut dapat masuk dalam revisi UU No. 32 Tahun
terbatas pada konten radio dan televisi, serta lembaga 2002.
penyiarannya. Dengan kata lain, KPI pada dasarnya Dalam Peraturan Komisi Indonesia Nomor:
tidak berwenang untuk mengawasi media digital baru 01/P/KPI/07/2014 tentang Kelembagaan Komisi
antara lain: Youtube, Facebook, Instagram, Netflix, Penyiaran Indonesia pada Pasal 4 ayat (1) terdapat
dan lain sebagainya. 3 Pembidang KPI antara lain:
Isu bahwa akan ada perluasan pengawasan a. Bidang Pengelolaan Struktur dan Sistem
terhadap wewenang KPI untuk mengawasi konten di Penyiaran;
media baru, KPI berkehendak untuk mengupayakan b. Bidang Pengawasan Isi Siaran; dan
aturan yang nantinya menjadi pedoman untuk c. Bidang Kelembagaan.
menambah obyek pengawasan konten digital dari Dalam melaksanakan fungsi, wewenang, tugas,
media yang baru-baru ini digandrungi masyarakat dan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
banyak seperti YouTube, Facebook, Netflix, dan huruf b Pasal ini, Bidang Pengawasan isi Penyiaran
media sejenis. Maksud ini disampaikan Ketua menyelenggarakan koordinasi, mengawasi, dan
KPI Pusat Agung Suprio seusai acara pengukuhan mengevaluasi program dan kegiatan:
komisioner periode 2019-2022 yang diselenggarakan
oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika di 17
M. Agus Yozami. “KPI Ingin Awasi Konten Digital,
Jakarta pada tanggal 06 Agustus 2019. Pernyataan Kominfo: Belum Ada Aturannya”. dikutip: https://www.
tersebut dijelaskan dengan pelbagai alasan, termasuk hukumonline.com/berita/baca/lt5d5260a5e791a/kpi-ingin-
awasi-konten-digital--kominfo--belum-ada-aturannya/, tanggal
agar konten-konten yang berada di media digital
12 Oktober 2019.

50
PERSPEKTIF
Volume 25 Nomor 1 Tahun 2020 Edisi Januari

a. Penyusunan peraturan dan keputusan KPI yang Dengan adanya wacana penambahan wewenang
menyangkut isi penyiaran; pengawasan KPI terhadap media baru yang salah
b. Pengawasan pelaksanaan dan penegakan satunya adalah media Netflix, penulis berpendapat
peraturan KPI menyangkut isi penyiaran; bahwa hal tersebut tidak urgent untuk dilakukan.
c. Pemeliharaan tatanan informasi nasional yang Karena media Netflix tidak memenuhi unsur
adil, merata, dan seimbang; dan karakteristik penyiaran yang telah di atur dalam UU
d. Menampung, meneliti, dan menindaklanjuti Penyiaran, lebih baik mengawasi konten yang ada
aduan, sanggahan, kritik, dan apresiasi dalam stasiun televisi yang disiarkan serentak dan
masyarakat terhadap penyelenggaraan penyiaran. bersamaan oleh masyarakat.
Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang No. 32 Media penyiaran yang sebenarnya memiliki
Tahun 2002 tentang Penyiaran, menyebutkan bahwa: karakteristik yang unik atau spesifik dibandingkan
“Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk dengan media cetak atau media massa yang lainnya.
memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak Dikatakan unik karena dengan media penyiaran ini,
dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa, informasi dapat disalurkan serta disebarluaskankan
mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan untuk diterima khalayak secara langsung atau biasa
kesejahteraan umum, dalam rangka membangun disebut dengan real time atau live. Seluruh kejadian
masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan atau peristiwa yang secara langsung pada waktu
sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran bersamaan didengar/dilihat oleh pendengar/pemirsa
Indonesia.” dengan cakupan populasi yang sangat luas dan
Sebagai lembaga-lembaga penyiaran yang efektif, namun terhadap informasi yang disampaikan
merupakan media komunikasi massa dan mempunyai oleh media penyiaran yang sudah langsung berlalu,
peran penting dalam kehidupan bernegara baik disisi tidak dapat berulang lagi kecuali memang diberi
sosial, budaya, politik, sampai ekonomi. Lembaga- kebijakan untuk disiarkan ulang. Sementara pada
lembaga penyiaran yang telah diberi kebebasan media cetak, informasi yang diberikan masih dapat
dan tanggung jawab dalam menjalankan fungsinya dibaca kembali, dimana dan kapan saja, dengan
sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, serta cakupan populasinya relatif lebih sempit.18
kontrol dan perekat sosial, tetap diharapkan dapat Berdasarkan karakteristik media penyiaraan
memberikan dampak positif di masyarakat dan disebutkan di atas media Netflix tidak memenuhi
memberikan nilai-nilai edukasi bagi masyarakat. karakteristik media penyiaraan. Karakteristik media
Sebagaimana yang dimaksud dengan definisi netflix yang sejatinya adalah layanan berlangganan
Penyiaran dalam Pasal 6 UU No. 32 Tahun 2002 berbasis streaming, yang mana ditawarkan secara
tentang Penyiaran, yang mana penyiaran yang online dengan program film dan televisi, termasuk
diterima oleh masyarakat secara bersamaan, serentak beberapa program yang dibuat oleh Netflix sendiri.
dan bebas, berpengaruh besar dalam pembentukan Karena tidak terpenuhinya karakteristik Netflix
pendapat, pola pikir, sikap, dan perilaku khalayak, dengan konsep penyiaraan yang terdapat dalam UU
maka dengan dampak yang sedemikian rupa, sudah Penyiaraan hal tersebut berarti KPI tidak memiliki
seyogyanya penyelenggara penyiaran turut andil kewenangan untuk melakukan pengawasan pada
berdalam menjaga nilai moral, tata susila, budaya, media Netflix.
kepribadian dan kesatuan bangsa yang berlandaskan Hal yang seharusnya diawasi oleh KPI adalah
Pancasila. Seiring dengan tugas lembaga KPI dalam siaran-siaran dari tv swasta dan tv lokal, yang
mengawasi konten-konten yang disebarluaskan di menyajikan siaran tv yang kurang mengedukasi,
masyarakat baik Televisi dan Radio, dan juga konten permasalahan pribadi artis yang disajikan di talk
dalam media digital baru antara lain: YouTube, show, reality show yang penuh sandiwara dan
Netflix, Facebook atau media sejenis dengan catatan sensasional, permasalahan fiktif dengan adegan-
akan merevisi UU tentang Penyiaran dalam hal adegan konyol yang tidak mendidik, komedi
kewenangan KPI untuk mengawasi isi siaran dalam dengan guyonan kasar dan konten negatif lainnya.
media digital baru. Salah satu contohnya adalah tayangan Pesbukers,
18
Hidajanto Djamal dan Andi Fachruddin, op.cit., h. 59.

51
Ernawati dan Yemima Sonita Nugraheni,
Pembatasan Konten Digital Pada Media Netflix Oleh Komisi Penyiaran Indonesia

yang melakukan banyak pelanggaran. Dalam yang mana ditawarkan secara online dengan program
setiap episode ditemukan sedikitnya tiga kategori film dan televisi, termasuk beberapa program yang
pelanggaran, yakni: dibuat oleh Netflix sendiri. Karena tidak terpenuhinya
a) Pelanggaran terhadap norma kesopanan dan karakteristik Netflix dengan konsep penyiaraan yang
kesusilaan, terdapat dalam UU Penyiaraan hal tersebut berarti
b) Pelanggaran terhadap pembatasan adegan KPI tidak memiliki kewenangan untuk melakukan
kekerasan, serta pengawasan pada media Netflix.
c) Pelanggaran terhadap adegan kekerasan,
ungkapan kasar, dan makian.19 Rekomendasi
Adapun tayangan pesbukers telah diberhentikan Sebaiknya KPI membenahi dan mengawasi
sejak 9 Desember 2019 karena KPI menganggap terlebih dahulu program siaran yang terdapat di
tayangan tersebut mengabaikan aturan Pedoman stasiun televisi, karena program yang ada di stasiun
Perilaku Penyiaran (P3) dan pelanggaran terhadap televisi diterima secara serentak oleh masyarakat
Standar Program Siaran (SPS) KPI tahun 2012. luas. Perlu adanya revisi konsep penyiaran dan
Dalam hal ini KPI telah melakukan tugas penambahan wewenang KPI agar dapat mengawasi
sesuai dengan tugas dan kewenangan dalam rangka media digital baru salah satunya Netflix.
melakukan pengawasan dan/atau pembatasan
terhadap siaran di media konvensional (televisi). DAFTAR PUSTAKA
Namun apabila KPI hendak melakukan pembatasan Peraturan Perundang-undangan:
pada konten media di Netflix, maka hal tersebut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
sudah di luar dari tugas dan kewenangannya serta Tahun 1945
tidak sesuai dengan konsep penyiaran berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1997 tentang
UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Penyiaran, Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 72, Tambahan Lembaran
PENUTUP Negara Republik Indonesia Nomor 3701.
Kesimpulan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang
Berdasarkan analisis dan pembahasan di Penyiaran, Lembaran Negara Republik Indonesia
atas, penulis menyimpulkan bahwa dalam rangka Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran
menjalankan fungsinya, KPI sebagai lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor
independen (state auxialiary bodies) yang memiliki 4252.
kewenangan untuk menyusun serta mengawasi Peraturan Komisi Indonesia Nomor: 01/P/
berbagai peraturan mengenai penyiaran yang KPI/07/2014 tentang Kelembagaan Komisi
menghubungkan antara lembaga penyiaran, Penyiaran Indonesia
pemerintah dan masyarakat.
Rencana dari KPI yang hendak melakukan Buku:
pembatasan pada konten media di Netflix, sudah Hidajanto Djamal dan Andi Fachruddin. (2011).
di luar dari tugas dan kewenangannya serta tidak Dasar-Dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi,
lagi sesuai dengan konsep penyiaran berdasarkan Operasional, Dan Regulasi, Jakarta: Kencana.
UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Konsep Jimly Asshiddiqie. (2006). Perkembangan dan
penyiaran yang dimaksud adalah pemancarluasan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi.
siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana Jakarta: Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan
transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan Mahkamah Konstitusi RI.
menggunakan ilegal frekuensi radio melalui udara, Jimly Asshiddiqie. (2006). Pengantar Ilmu Hukum
kabel, dan/atau media lainnya. Sedangkan Netflix Tata Negara Jilid 2. Jakarta: Konpres.
adalah layanan berlangganan berbasis streaming, Lukman Hakim. (2010). Kedudukan Hukum Komisi
Negara di Indonesia. Malang: Setara Press.
19
Rifki Nur Pratiwi, Turnomo Rahardjo, dan Tandiyo Ni’matul Huda. (2005). Hukum Tata Negara
Pradekso. (2013). “Penerapan Standar Program Siaran Dalam
Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Tayangan Pesbukers”. Jurnal Interaksi Online, Vol. 1 No. 3, h. 1.

52
PERSPEKTIF
Volume 25 Nomor 1 Tahun 2020 Edisi Januari

Peter Mahmud Marzuki. (2016). Penelitian Hukum. Muhammad Anshar Akil. (2014). “Regulasi Media
Edisi Revisi Cetakan ke-12. Jakarta: Kencana. Di Indonesia (Tinjauan UU Pers dan UU
Penyiaran”. Jurnal Dakwah Tabligh, 15(2).
Jurnal: Rifki Nur Pratiwi, Turnomo Rahardjo, dan Tandiyo
Agus Sudibyo. (2010). “Ada Apa dengan PP Pradekso. (2013). “Penerapan Standar Program
Penyiaran, 2005 dalam Rubric Opini. Kompas Siaran Dalam Tayangan Pesbukers”. Jurnal
tanggal 24 Maret 2005, dalam Agus Ngadino, Interaksi Online, Vol. 1 No. 3.
“Pergeseran Relasi Negara Dan Media Massa Zainal Arifin Mochtar dan Iwan Satriawan. (2008).
Dalam Kerangka Demokrasi”, Jurnal Simbur “Sistem Seleksi Komisioner State Auxiliary
Cahaya, XV(43). Bodies (Suatu Catatan Analisis Komparatif)”.
Denico Dolly. (2015). “Upaya Penguatan Jurnal Konstitusi, 1(1).
Kelembagaan Komisi Penyiaran Indonesia
Dalam Perspektif Hukum”, Jurnal Hukum: Website:
Negara Hukum, 6(2). Christoforus Ristianto. “Soal Pengawasan Konten
Gokma Toni Parlindungan S. (2013). “Tinjauan YouTube dan Netflix, KPI Bisa Sampaikan
Umum Pembagaian Kekuasaan Dalam Hukum Laporan ke Kominfo”. https://nasional.
Tata Negara di Indonesia”. Jurnal Advokasi, kompas.com/read/2019/08/13/05525901/soal-
4(2). pengawasan-konten-youtube-dan-netflix-kpi-
Irzha Friskanov. (2016). “Kedudukan dan bisa-sampaikan-laporan-ke?page=all
Kewenangan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah M. Agus Yozami. “KPI Ingin Awasi Konten
(KPID) atas Hak Publik dalam Penyelenggaraan Digital, Kominfo: Belum Ada Aturannya”.
Penyiaran di Provinsi Sulawesi Tengah”. Jurnal dikutip:https://www.hukumonline.com/berita/
Hukum: Lex Renaissance, 1(1). baca/lt5d5260a5e791a/kpi-ingin-awasi-konten-
Lintang Setianti dan Wahyudi Djafar. (2017). “Tata digital--kominfo--belum-ada-aturannya/s
Kelola Konten Internet di Indonesia-Kebijakan, Rhiza S. Sadjad. “Likuidasi Departemen
Praktik, dan Permasalahannya”. Lembaga Studi Penerangan”. www.unhas.ac.id/rhiza/arsip/
dan Advokasi Masyarakat (ELSAM). makalah/likuid.rtf

53
NAMA: AL READY ZIDDAN MAUALANA

NIM: 210710183

RISET: BROADCASTING

Jurnal tersebut membahas peran dan kewenangan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dalam
mengawasi konten digital dari platform seperti YouTube dan Netflix, serta relevansinya
dengan kerangka hukum yang ada di Indonesia, terutama Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2002 tentang Penyiaran. Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif
dengan pendekatan perundang-undangan dan konseptual.

Review singkat dari jurnal ini menunjukkan bahwa penelitian ini mengulas beberapa
hal:

 Konteks Perubahan Media: Penelitian membahas bagaimana perubahan media,


terutama dengan munculnya platform digital seperti YouTube dan Netflix, telah
menantang peran lembaga pengawasan media tradisional seperti KPI.
 Kewenangan KPI dalam Era Digital: Jurnal ini menggali kewenangan KPI dalam
mengawasi konten digital, termasuk tantangan hukum dan praktis yang dihadapi dalam
mengatur konten di platform digital.
 Implikasi Hukum dan Kebijakan: Penelitian ini menghubungkan peran KPI dengan
kerangka hukum yang ada, menyoroti pentingnya adaptasi hukum untuk mengatasi
tantangan baru dalam pengawasan konten digital.
 Isu-isu Etis dan Publik: Jurnal ini mengangkat isu-isu etis dan publik yang berkaitan
dengan pengawasan konten digital, termasuk kebebasan berekspresi, perlindungan
konsumen, dan tanggung jawab media.

Penelitian ini relevan untuk penelitian jurnalisme karena:

 Menggali Tantangan Media Baru: Dalam era di mana media digital semakin
mendominasi, penelitian ini membahas tantangan baru yang dihadapi oleh lembaga
pengawasan media seperti KPI, yang relevan dengan peran jurnalisme dalam
memahami dinamika media saat ini.
 Keterkaitan dengan Kebijakan Publik: Penelitian ini membahas implikasi kebijakan
dan regulasi terhadap konten digital, yang merupakan isu penting dalam kebijakan
publik dan dapat membentuk pandangan masyarakat terhadap media.
 Isu Etika dan Tanggung Jawab Media: Jurnal ini membahas isu-isu etis dalam
pengawasan konten digital, yang relevan dengan prinsip-prinsip jurnalisme seperti
kebenaran, keadilan, dan keseimbangan dalam penyampaian informasi.

Dengan demikian, penelitian ini memberikan kontribusi penting bagi pemahaman tentang
peran jurnalisme dalam menghadapi tantangan media digital dan relevan untuk penelitian
jurnalisme karena membahas isu-isu yang krusial dalam konteks media digital dan
pengawasan konten.

Anda mungkin juga menyukai