Anda di halaman 1dari 4

Mari meneladani Yesus Tuhan saat ini, yang berkenan membangun BAHAN IBADAH MINGGU PASKAH II

komunikasi yang baik dengan pribadi-pribadi yang dikasihiNya dengan lemah GKJW SUMBERPUCUNG , 7 APRIL 2024 (Stola Putih)
lembut dan menguatkan. Selamat untuk saling membangun dan menguatkan INJIL YOHANES 20 : 19 - 31
seperti Tuhan. Dan selamat untuk senantiasa merasakan dan menghadirkan
Pendalaman Teks Bacaan (Exegese)
Tuhan dalam kehidupan, niscaya Damai Sejahtera-Nya ada menaungi kita. Amin.
Injil Yohanes adalah unik di antara keempat Injil. Injil ini mencatat banyak
hal tentang pelayanan Yesus di daerah Yudea dan Yerusalem yang tidak ditulis
oleh ketiga Injil yang lain, dan menyatakan lebih sempurna rahasia tentang
kepribadian Yesus. Penulis diidentifikasikan secara tidak langsung sebagai "murid
yang dikasihi-Nya" (Yoh 13:23). Kesaksian tradisi Kekristenan serta bukti yang
terkandung dalam Injil ini sendiri menunjukkan bahwa penulisnya adalah Yohanes
anak Zebedeus, salah satu di antara dua belas murid dan anggota inti Kristus
(Petrus,Yohanes,danYakobus) Yohanes menyatakan tujuan untuk tulisannya
dalam Yoh 20:31, yaitu "supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak
Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya."
KONSEP KOTBAH :
”MERASAKAN DAN MENGALAMI KEHADIRAN TUHAN DALAM HIDUP”.
Setiap orang tentu memerlukan kehadiran pribadi yang sangat ia kasihi
dan cintai ada dalam hidup kehidupannya. Seorang bayi sangat perlu kehadiran
ibunya, dls. Namun, sering kali makna kehadiran lebih mengarahkan kita pada
hal-hal yang bersifat fisik atau indrawi, harus hadir secara nyata dalam hidup.
Akhirnya, tanpa kita sadari, kita mengalami hal yang sama seperti iman Tomas.
Hanya dapat memercayai apa yang bisa di sentuh, dengar, lihat, dan cium.
Dan benar, iman para murid kala itu sungguh-sungguh tak menampakkan
sejatinya murid TUHAN. Dan hal yang lumrah jika para murid bersembunyi
mengunci diri ketakutan. Harapan dan cita-cita mereka telah mati terkubur
bersama dengan kematian Kristus. Kesedihan dan keputusasaan mereka begitu
dalam sehingga menghalangi mata iman mereka untuk dapat melihat Kristus
yang bangkit. Makanya sikap Tomas yang tidak mau percaya kepada kebangkitan
Tuhan Yesus, bukan hanya sekedar menunjukkan sifatnya yang memang tidak
mudah percaya sebelum ada bukti. Tetapi banyak juga dipengaruhi oleh krisis
kepercayaan terhadap murid-murid yang lain. Sehingga walau telah diyakinkan
“bahwa murid-murid telah melihat Tuhan dengan mata kepala sendiri.” Bukan
mimpi atau halusinasi!! Tomas tetap tak bergeming! Ia membutuhkan bukti,
karena kini ia mengalami krisis kepercayaan terhadap sesama di dalam
komunitasnya.
Yesus yang bangkit sangat memahami kegalauan yang ada di hati para murid
sehingga Dia hadir dengan pendekatan untuk memulihkan krisis kepercayaan Pada akhirnya, iman murid-murid dipulihkan oleh fakta kebangkitan
para murid. Menarik untuk menyimak apa yang Kristus lakukan untuk Kristus. Seiring dengan itu, sikap mereka pun mulai juga diubahkan. Di mana
memulihkan dari keadaan krisis ini? Ketakutan mereka, kini diubahkan menjadi sukacita (ay 20). Tomas yang angkuh
- YESUS SELALU MENGHADIRKAN BUKTI KEBANGKITANNYA. menjadi Tomas yang sujud menyembah (ay 28). Demikian pula halnya dengan
“Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tanganNya dan lambungNya kepada relasi para murid, yang sebelumnya tersekat-sekat dengan berbagai pertanyaan,
mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan. (ay 20,27). Dalam perasaan curiga, ketidakpercayaan, dll. Kini dipulihkan oleh Tuhan. Dalam
konteks kebangkitanNya pada ayat 29b Yesus memang berkata: “....Berbahagialah bangunan komunitas yang “saling” inilah Tuhan kemudian mempercayakan
mereka yang tidak melihat namun percaya.” Tetapi kalau Yesus harus menghadirkan misiNya; Ia memperbaharui, Ia memperlengkapi, mengutus dan memberi
bukti saat itu, ialah karena Yesus memahami krisis yang sedang ada di hati para kuasaNya (ay 21-23).
muridNya. Sehingga dengan fakta itu, tentu saja membuat murid-murid lebih Dengan demikian, kita harus belajar meneladani apa yang diperbuat oleh
diyakinkan bahwa Tuhan Yesus benar-benar hidup. Dengan demikian Tuhan Yesus Kristus, ketika IA sungguh-sungguh hadir memulihkan iman para
memulihkan kembali iman murid-muridNya. (Kis 1:3). murid dan membangun komunitas yang saling percaya. Mari bersama kita
- YESUS SELALU MENGHADIRKAN SAPAAN YANG LEMAH LEMBUT DAN merefleksikan diri bersama-sama umat saat ini bahwa :
MENGUATKAN - Tuhan Yesus yang telah bangkit selalu menghadirkan Damai
.......Pada waktu itu datanglah Yesus berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: Sejahtera, kebenaran, kejujuran, ketulusan, keterbukaan dalam
“Damai sejahtera bagi kamu!” (ay 19). .......Tomas bersama-sama dengan kehidupan seperti pada waktu Tuhan berusaha membuktikan
mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah- kebangkitanNya.
tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!” (ay 26). “Kemudian Ia - Tuhan menghargai dan menerima setiap orang apa adanya, seperti
berkata kepada Tomas: “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tanganKu, ulurkanlah ketika berhadapan dengan Tomas yang lemah imannya.
tanganmu dan cucukan ke dalam lambungKu dan jangan engkau tidak percaya lagi, - Tuhan menunjukkan kasih setia yang besar ,Ia hadir memiliki
melainkan percayalah.” (ay 27). Yang menarik di sini Yesus selalu mengucapkan kerinduan untuk mengubah para murid menjadi lebih baik. Ia
salamNya yang meneduhkan hati murid-murid yang sedang gelisah dan mengolah hati mereka terhadap sesama, terutama terhadap sesama
ketakutan. Walau pun itu salam yang biasa sehari-hari diucapkan di kalangan manusia yang para murid pandang sebagai sumber penderitaan Yesus
mereka. Tetapi salam itu lebih bersifat menguatkan. Bahkan Tuhan Yesus sama dan mereka. Ketika Yesus mengatakan kepada mereka: Jikalau kamu
sekali tidak menunjukkan sikap yang marah apalagi menghukum Tomas karena mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu
ketidakpercayaannya. menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada, Yesus
Sebaliknya Yesus justru memenuhi keinginan Tomas untuk mencucukkan bermaksud agar mereka bisa membuka hati terhadap orang-orang
jari kepada luka-luka bekas paku dan tombak pada tangan dan lambungNya. yang mereka anggap bersalah terhadap mereka. Hati yang tetap
Tentu saja hal itu membuat Tomas tertegun, terharu dan menyesal sehingga terbuka bagi sesamanya, akan memampukan mereka memberi
keluarlah sebuah pengakuan dari mulutnya yang luar biasa: “Ya Tuhanku dan pengampunan bagi sesamanya tersebut. Jika mereka menutup hati,
Allahku!” Cara Yesus menyikapi ketidakpercayaan Tomas, membuat Tomas yang mereka hanya akan diliputi dendam dan kebencian pada sesama,
angkuh menjadi Tomas yang tersungkur sujud sembah di hadapan Tuhan. sehingga tidak mengubahkan mereka. Tuhan pun juga mengampuni
murid-murid yang tidak setia, lari meninggalkanNya, menyangkaliNya tidak melihat, namun mendengar firman dan percaya.
Tetapi, bagaimana mungkin? Tentu mungkin melalui karya
Dalam nas bacaan, kita menemukan Tomas-dalam kisah Roh Kudus. Roh Kudus menuntun dan membuka hati kita
kebangkitan Tuhan Yesus-yang merasa perlu melihat melalui firman untuk percaya kepada Kristus yang telah
serta mencucukkan jari dan tangannya pada bekas paku bangkit. Karya Roh Kudus dan firman-Nya saat ini
di tangan Yesus dan lubang bekas tikaman tombak pada seharusnya lebih dari cukup untuk kita memercayai
lambung Yesus (25). bahwa Tuhan Yesus hadir dalam hidup kita.

Yesus yang sekalipun saat itu tidak hadir secara fisik Oleh karena kehadiran-Nya itulah, kita dapat menghadapi
untuk mendengarkan perkataan Tomas, merespons sikap setiap kesulitan yang kita temui serta tetap dapat berdiri
Tomas ketika Ia hadir kembali di tengah-tengah murid- dengan teguh di atas gelombang kehidupan
murid-Nya yang sedang berkumpul di rumah yang sama
dalam keadaan pintu terkunci (26). Saat itu Yesus Ketakutan dan kekhawatiran dirasakan oleh murid-murid Yesus pascakematian
Yesus. Mereka mengetahui perlakuan keji orang-orang Yahudi dan prajurit
mengizinkan Tomas untuk menaruh jari di bekas paku Romawi pada Yesus. Entah mereka secara langsung atau tidak menyaksikan
kematian Yesus, realitas yang mereka ketahui sangat jelas: Yesus mati
dan mencucukkan tangannya ke lambung-Nya. disalibkan.
Wajar saja mereka kemudian berpikir: sebagai murid-murid Yesus, bisa saja
Perjumpaan para murid-dan secara khusus Tomas- mereka akan menjadi target penangkapan orang-orang Yahudi atau Romawi
dengan Yesus saat itu telah membuat mata mereka berikutnya. Tak mengherankan, murid-murid Yesus berkumpul di suatu rumah,
isolasi diri, bersembunyi karena takut.Yang penting bagi mereka saat itu adalah
melihat dan percaya akan kebangkitan Yesus. Lalu, mereka semua selamat.

bagaimana dengan kita? Dalam situasi psikis murid-murid semacam itulah, Yesus menampakkan diri
pada mereka. Sapa Yesus,”Damai sejahtera bagi kamu!” Perjumpaan murid-
murid dengan Yesus yang menampakkan diri sungguh memberikan perubahan
Yesus telah mengatakan: "Berbahagialah mereka yang besar bagi kondisi psikis murid-murid Yesus.
Dari ketakutan berubah menjadi sukacita! Namun perubahan kondisi psikis
tidak melihat, namun percaya." Kepada kita, hari ini pesan tampaknya tidak boleh berhenti hanya pada takut menjadi sukacita. Sukacita ini
harus mengubah sikap psikis mereka juga terhadap kemampuan mereka
itu disampaikan. Kita tidak melihat kebangkitan-Nya saat mengolah hati mereka terhadap sesama, terutama terhadap sesama yang mereka
itu, namun telah mendengar dan membacanya dari apa pandang sebagai sumber penderitaan mereka.
Ketika Yesus mengatakan kepada mereka: Jikalau kamu mengampuni dosa
yang tertulis di dalam Alkitab. Berbahagialah kita yang orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada,
dosanya tetap ada, Yesus bermaksud agar mereka bisa membuka hati terhadap
orang-orang yang mereka anggap bersalah terhadap mereka. Hati yang tetap
terbuka bagi sesamanya, akan memampukan mereka memberi pengampunan
bagi sesamanya tersebut. Jika mereka menutup hati, mereka hanya akan diliputi
dendam dan kebencian pada sesama, dan hanya memusatkan pada kepentingan
diri sendiri.

Dalam situasi penderitaan atau pengalaman buruk yang kita hadapi, janganlah
kepanikan menguasai kita. Ketika kita panik, kita akan menutup hati kita. Jika
kita menutup hati kita, kita tidak akan mampu mendengar sapaan Tuhan yang
menenangkan.
Akibatnya, kita hanya akan berpusat pada kepentingan diri sendiri dan tidak
mampu memperhatikan sesama yang bisa saja memerlukan karya kita, terutama
karya pertolongan kita bagi mereka. Amin.

Anda mungkin juga menyukai