Anda di halaman 1dari 47

EFEKTIVITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2019

DALAM MENCEGAH PERKAWINAN USIA DINI


DI DESA PASIRDALEM KABUPATEN CIANJUR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar


Sarjana Hukum

Oleh :

SANTIKA
KOMALASARI NIM :
191010200482

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2023
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT berkat
rahmat, hidayah, dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “EFEKTIVITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN
2019 DALAM MENCEGAH PERKAWINAN USIA DINI DI DESA
PASIRDALEM KABUPATEN CIANJUR”. Adapaun penulisan ini disajikan
untuk memenuhi sebagai dari syarat – syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Hukum pada Fakultas Ilmu Hukum Universitas Pamulang, Tangerang Selatan.
Pada dasarnya, penulis sungguh menyadari bahwa penulisan skripsi ini
masih jauh dari kondisi yang dapat dikategorikan sempurna, karena disebabkan
keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis. Namun demikian penulis
sungguh – sungguh berusaha dengan mengerahkan seluruh kemampuan yang
penulis miliki semaksimal mungkin agar dalam penulisan skripsi ini dapat
terlaksana dengan baik, sehingga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pihak yang membacanya, khususnya bagi seluruh rekan mahasiswa/mahasiswi
Universitas Pamulang, Kota Tangerang Selatan.
Penulis menyadari dalam penyusan skripsi ini tidak akan selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini saya ingin
mengucapkan terimakasih kepada;
1. Bapak Dr. Pranoto, S.E.,M.M., selaku Ketua Yayasan Universitas
Pamulang
2. Bapak Dr. E. Nurzaman AM,M.M., selaku Ketua Rektor Universitas
Pamulang
3. Bapak Dr. Oksidelfa Yanto, SH.,MH., selaku Dekan Fakultas Hukun
Universitas Pamulang
4. Bapak Dr. Taufik Kurrohman, SHI.,MH., selaku Ketua Kaprodi Ilmu
Hukum Universitas Pamulang
5. Bapak Irfan Fahmi , SH., MH., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah membimbing dan mengarahkan penulisan dengan penuh kesabaran
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

i
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Hukum S1 Hukum Universitas
Pamulang atas segala ilmu dan pengalaman yang diberikan kepada penulis
selama penulis duduk di bangku kuliah dan semoga ilmu yang telah
diberikan bisa bermanfaat.
7. Kedua orang tua dan keluarga besar saya yang sangat saya sayangi, saya
sangat berterima kasih atas support dan dukungan nya.
8. Teruntuk Kepala desa Pasirdalem dan masyarakat yang ada di desa
Pasirdalem saya berterima kasih selama ini selalu memberikan saya ijin
dan waktu untuk menyelesaikan skripsi saya.
9. Teruntuk teman-teman kelas saya Alfi, Zahwa, Ismi dan nama nama yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu terima kasih atas supportnya.
10. Teruntuk para sahabat tercinta atas kerjasama nya yaitu, Clara Rexy, Cipta
Prahasyadia,alfi alifia Saya sangat berterima kasih.
11. Terakhir, Diri saya sendiri, Santika Komalasari atas segala kerja keras dan
semangatnya, sehingga tidak pernah menyerah dalam mengerjakan tugas
akhir skripsi ini, semoga saya tetap rendah hati, karena ini baru awal dari
semuanya.
Penulis memahami penyusunan skripsi ini tentunya jelas masih jauh dari
kata sempurna. Hal ini semata – mata karena keterbatasan kemampuan penulis
sendiri. Hal ini semata karena keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya positif dan
membangun dari semua pihak agar skripsi ini menjadi lebih baik dan berguna
dimasa yang akan datang.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................
HALAMAN DAFTAR ISI ...................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................4
C. Tujuan Penelitian........................................................................................5
D. Manfaat Penelitian......................................................................................5
E. Kerangka Teori...........................................................................................7
F. Orisinalitas Penelitian.................................................................................10
G. Sistematika Penulisan.................................................................................13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang No 1 tahun 1974
Tentang Perkawinan..................................................................................15
B. Tujuan Dalam Pembatasan Usia Perkawinan Dalam
Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan..........................16
C. Fenomena Perkawinan Usia Dini Di Indonesia..........................................22

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian...........................................................................................33
B. Spesifikasi Penelitian..................................................................................34
C. Sumber dan Jenis Data................................................................................35
D. Lokasi Penelitian........................................................................................36
E. Tehnik Pengumpulan Data..........................................................................37
F. Tehnik Analisis Data...................................................................................39
iii
BAB IV “EFEKTIVITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2019
DALAM MENCEGAH PERKAWINAN USIA DINI DI DESA
PASIRDALEM KABUPATEN CIANJUR”.
A. Gambaran Umum Desa Pasirdalem Kecamatan kadupandak kabupaten
cianjur ......................................................................................................
B. faktor yang melatari Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan menaikan batas usia perkawinan..........................................40
C. Efektivitas Undang-Undang No 16 Tahun 2019 Tentang Perkawinan
dalam mengurangi praktik perkawinan usia dini di Desa Pasirdalem.....40
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan. ..............................................................................................
B. Saran..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................41

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari saling

berhubungan satu dengan yang lainnya, salah satu ikatan yang di atur oleh

Tuhan untuk hidup berpasangan adalah melalui proses perkawinan.

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa.

Perkawinan bukan hanya menyatukan dua pasangan manusia, yakni laki-

laki dan perempuan, melainkan mengikatkan tali perjanjian yang suci atas

nama Allah, bahwa kedua mempelai berniat membangun rumah tangga


1
yang sakinah, tentram, dan dipenuhi oleh rasa cinta dan kasih sayang.

Melalui perkawinan hubungan atau ikatan seorang pria dan seorang wanita

dinyatakan sah.

Dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

(selanjutnya disebut Undang-Undang Perkawinan). Terdapat batasan usia

perkawinan yaitu menetapkan bahwa usia minimum bagi laki-laki adalah

19 tahun dan perempuan adalah 16 tahun untuk menikah. Namun beberapa

1
Darmawan, Elang, dkk Penetapaan Wali Hakim Sebagai Pengganti Wali Adlal Yang
Tidak Menyetujui Pernikahan Anaknya, Krtha Bhayangkara 15.2(2021): 177-196 . hlm .2
1
2

ketentuan undang undang perkawinan telah di ubah pada Undang-

Undang No 16 Tahun 2019 Tentang Perkawinan. Apabila terjadi

penyimpangan terhadap ketentuan umur orang tua pihak laki-laki atau

perempuan dapat meminta dispensasi kepada pihak pengadilan dengan

alasan mendesak disertai bukti-bukti pendukung yang cukup.

Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dalam menetapkan batasan

minimal usia pernikahan telah mengalami berbagai macam pertimbangan

atau proses yang panjang. Pertimbangan tersebut dimaksud agar calon

suami dan istri akhirnya benar-benar siap secara fisik Psikologis dan

mental dalam membina sebuah rumah tangga. Dalam bidang kedokteran

juga memiliki sudut pandang bahwa terdapat dampak negatif terhadap

ksehatan dan ibu yang melakukan pernikahan dini terutama pada saat

kehamilan, kehamilan yang dialami para ibu muda rentan menimbulkan

kematian bagi calon anak dan ibunya. Para sosiologi juga menambahkan

bahwa pernikahan dini juga dapat berpengaruh terhadap keharmonisan

keluarganya kelak. Hal ini disebabkan oleh emosi yang masih labil,

gejolak darah muda dan cara berpikir yang belum matang. Sehingga

masalah yang timbul dalam rumah tangga tidak terselesaikan dengan baik

tetapi justru semakin rumit.2

Ada berbagai alasan yang menyebabkan terjadinya perkawinan dini,

terkadang tidak sengaja atau yang sudah direncanakan. Di antara lain

alasan menyebabkan terjadinya pernikahan dini adalah faktor ekonomi.

2
Catur Yunianto, Pernikahan Dini Dalam Perspektif Hukum Perkawinan, nusamedia
jakarta, 2018, hlm, 18
3

Faktor ekonomi menyebabkan orang tua menikahkan anaknya pada pria

atau keluarga yang lebih mapan atau hanya mengurangi biaya hidup

sehari-hari. Selain itu ada juga faktor perjodohan yang notaben sudah

jarang dilakukan tetapi di kampung atau desa masih banyak terjadinya

perjodohan yang menyebabkan pernikahan usia muda dilakukan karena

membuktikan kuatnya tradisi dan cara pandnag masyarakat, terutama di

pedesaan, masih menjadi pendorong bagi sebagian anak perempuan

menikah dini. Penelitian ini menunjukan pernikahan anak, termasuk yang

berusia 14-17 tahun, masih terjadi karena adanya dorongan dari sebagian

masyarakat, orang tua atau bahkan anak yang bersangkutan.3

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas menjadi ketertarikan

penulis untuk melakukan sebuah penelitian ilmiah yang berjudul

“EFEKTIVITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2019

DALAM MENCEGAH PERKAWINAN USIA DINI DI DESA

PASIRDALEM KABUPATEN CIANJUR”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka

dirumuskan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah faktor yang melatari Undang-Undang No 1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan menaikan batas usia perkawinan calon istri dan

calon suami ?

3
Bastoni, Hasan. “ Pernikahan Dini dan Dampaknya ( Tinjauan Batas Umur
Perkawinan Menurut Hukum Islam Dan Hukum Perkawinan Indonesia ).” YUDISIA: Jurnal
Pernikiran Hukum Dan Hukum Islam .
4

2. Bagaimana Efektivitas Undang-Undang No 16 Tahun 2019 Tentang

Perkawinan dalam mengurangi praktik perkawinan usia dini di Desa

Pasirdalem ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui latar belakang Undang-Undang No 16 Tahun 2019

Tentang Perkawinan menaikan usia perkawinan.

2. Untuk mengetahui sejauh mana Efektivitas Undang-Undang No 16

Tahun 2019 Tentang Perkawinan dalam mencegah problematik

perkawinan usia dini di Desa Pasirdalem.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis Maupun praktis, yaitu sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan bagi masyarakat khususnya generasi muda terhadap

dampak pernikahan dini di kehidupan keluarganya di masa depan.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan

bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pernikahan dini

bagi generasi muda.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Orang Tua


5

Memberikan pengetahuan dan menjadi masukan kepada para

orang tua untuk melakukan pengawasan lebih terhadap anak-

anaknya, agar tidak terjadinya perkawinan dini serta memberikan

perlindungan kepada anak terutama hak-hak yang anak dapat

sesuai dengan atura-aturan yang sudah berlaku.

b. Bagi Pemerintah

Penelitian ini dapat menjadi acuan untuk lebih memberikan

perlindungan kepada anak di bawah umur yang akan melakukan

perkawinan terkhusus bagi anak perempuan.

c. Bagi Masyarakat

Memberikan wawasan kepada masyarakat terkait dengan

dampak yang akan ditimbulkan apabila anak di bawah umur

melakukan perkawinan.

d. Bagi Kantor Urusan Agama

Sebagai bahan infomasi dan pertimbangan terkait dengan

perkawinan dini.

E. Kerangka Teori

Untuk mempermudah dalam memahami permasalahan yang

akan dibahas maka penulis mengemukakan kerangka teori yang berkaitan

dengan judul yaitu teori kesadaran hukum:

Menurut Scholten sebagai mana yang dikutip oleh

Abdurrahman, bahwa “kesadaran hukum itu adalah tidak lain dari pada
6

suatu kesadaran yang ada dalam kehidupan manusia untuk selalu patuh

dan taat kepada hukum tidak jauh dengan apa yang disimpulkan scholten

kesadaran hukum meliputi pengetahuan tentang hukum, dan ketaatan

terhadap hukum.”4

Kesadaran hukum masyarakat adalah nilai-nilai yang hidup

dalam masyarakat tentang hukum, yang meliputi pengetahuan,

pemahaman, penghayatan, kepatuhan/ketaatan kepada hukum. Dengan

demikian kesadaran itu sebenarnya merupakan kesadaran atau nilai-nilai

yang terdapat di dalam diri manusia tentang hukum yang ada atau tentang

hukum yang diharapkan ada.5

Menurut Sudikno mertokusumo kesadaran hukum adalah

Kesadaran tentang apa yang seyogyanya kita lakukan atau perbuatan atau

seyogyanya tidak kita lakukan atau perbuatan terutama terhadap orang lain.

Kesadaran hukum mengandung sikap teloransi. Dapat disimpulkan bahwa

kesadaran hukum merupakan cara pandang masyarakat terhadap hukum

itu, apa yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan terhadap hukum,

serta penghormatan terhadap hak-hak orang lain (tenggang rasa).6

Menurut Soejono Soekarto, kesadaran hukum bukan merupakan

suatu penilaian terhadap peristiwa-peristiwa hukum kongkrit, melainkan

suatu penilaian terhadap apa yang dianggap sebagai hukum yang baik dan

4
Chairuddin, O.K , and Mahadi, Sosiologi hukum, sinar Grafik, Bandung, 1991. Hlm. 30.
5
Furi, Nisyara Ratna. Pengaruh Kesadaran Hukum Perempuan Terhadap keputusan
Mencerai Gugat (studi AnalisisTerhadap meningkatnya Angka Perceraian Di Kecamatan Tulakan
Kabupaten Pacitan Tahun 2016). Diss. IAIN Ponorogo, 2019.
6
Sudikno Mertokusumo, Bunga Rumpai Ilmu Hukum,Liberty, Yogyakarta, 2010 hlm 49.
7

hukum yang tidak baik. Penilaian terhadap hukum tersebut meliputi

penilaian apakah hukum tersebut adil atau tidak adil.7

Dengan adanya kesadaran hukum ini kita akan menyaksikan

tidak adanya pelanggaran sehingga kehidupan yang ideal akan ditemui.

Karena pada umumnya kesadaran hukum dikaitkan dengan

ketaatan hukum atau efektivitas hukum. Dengan kata lain kesadaran

hukum menyangkut masalah apakah ketentuan hukum benar-benar

berfungsi atau tidak dalam masyarakat. Agar terjadi suatu keserasian yang

profesional antara hukum yang diterapkan dengan kesadaran hukum dari

masyarakat umum, maka peraturan ini harus rasional dan dilaksanakan

dengan prosedur teratur dan wajar kesadaran hukum merupakan konsep

dalam sosiologi hukum yang memiliki berbagai pengertian. Sosiologi

hukum sangat berperan penting dalam upaya sosialisai hukum demi untuk

mrningkatkan kesadaran hukum yang positif bagi warga masyarakat secara

keseluruhan, maupun dari kalangan penegak hukum.8

F. Orisinalitas Penelitian

Orsinalitas Sebuah karya, tentunya kita bahwa dalam membuat

sebuah karya kita harus menjaga orisinalitas karya kita, terutama dalam

karya akademik. Untuk memudahkan penulis mengambil sampel dari 3

(tiga) penelitian terdahulu yang memiliki permasalahan sama dengan apa

7
Kurniawan, et.al. Budaya Hukum Pernikahan Dini Masyarakat, CV. Pena Persada
Jakarta, 2021.hlm.35
8
Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok sosiologi hukum, Rajawali Pers, Jakarta 2012. Hlm 24.
8

yang akan penulis lakukan untuk dijadikan pembanding agar dapat terlihat

orisinalitas penulis.

Tabel 1.1

Orisinalitas Penelitian

No Judul, Nama, Dan Tahun Persamaan Perbedaan

Faktor-faktor Yang Menyebabkan Pada peneitian ini Pada penelitian ini


Terjadinya Pernikahan Dini Di Sama-sama meneliti mengambil kasus yang
1) Desa Muara Wis Kabupaten Kutai tentang faktor yang terjadi di desa muara wis
Kartanegara, Nuria Hikmah, 2019. menyebabkan kabupaten kutai
terjadinya pernikahan Kartanegara sedangkan
dini penulis lebih mengambil
efektivitas perkawinan
dini setelah diberlakukan
undang- undang.
Pernikahan Dini (studi kasus di Sama sama membahas Perbedaanya hanya di
Kecamatan Gajah Putih Kabupaten tentang pernikahan objeknya saja dan untuk
2) Bener meriah), Ilham Adriyusa, dini pemilihan sampelnya
2020 serta idikator variabelnya
juga berbeda dari
penelitian sebelumnya.
Faktor penyebab terjadinya Sama-sama membahas Perbedaan penelitian
pernikahan usia dini dan bagaimana peran dari terdahulu dengan penulis
dampaknya terhadap pendidikan, orang tua untuk adalah lokasi
keluarga di desa tik-kuto kecamatan mencegah terjadinya penelitiannya yang mana
3) rimbo pengadang, perkawinan di usia penelitian ini lokasinya
Eli Suryani, 2018. dini. di desa pasirdalem
kecamatan kadupandak
yang tentu memiliki
karakteristik berbeda
dengan penelitian
terdahulu
9

G. Sistematik Penulisan

Bagian ini berisi uraian mengenai susunan tiap-tiap bab yang

terdiri dari lima bab :

BAB 1 PENDAHULUAN

Bagian pendahuluan ini berisi tentang latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori,

orisinalitas penelitian dan sistematik penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang No 1 tahun 1974


Tentang Perkawinan, tujuan dalam pembatasan usia perkawinan dalam
Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, dan fenomena

perkawinan dini di Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai, jenis penelitian,

spesifikasi penelitian, sumber dan jenis data, lokasi penelitian, teknik

pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA

Dalam bab ini akan di uraikan latar belakang perubahan usia nikah

perempuan dalam Undang-Undang No 16 Tahun 2019 Tentang

Perkawinan dan Efektivitas Undang-Undang No 16 Tahun 2019

Mengurangi Praktik Pernikahan dini di Desa Pasirdalem.

BAB V PENUTUP

Berisi uraian mengenai kesimpulan dan saran atas hasil Penelitian.


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Latar belakang lahirnya Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan

Lahirnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang


9
Perkawinan merupakan usaha pemerintah yang wajib dipatuhi. untuk
10
menjamin hak dasar manusia dalam mencapai kebahagiaan. Melalui

Bersatunya insan manusia yang awalnya hidup sendiri, dengan adanya

perkawinan dua insan manusia yang dipertemukan oleh Allah SWT untuk

berjodoh menjadi satu sebagai pasangan suami Istri yang saling

melengkapi kekurangan masing-masing.11

Dalam konteks sekarang sering disebut pasangan hidup, suami istri

Atau belahan jiwa dalam mengarungi hidup rumah tangga.12

Nikah memiliki arti melaksanakan sebuah perjanjian yang saling

memiliki ketertarikan seorang pria dan wanita yang melegalkan hubungan

intim pria dan wanita, nikah harus dilakukan tanpa paksaan agar dapat

menciptakan sebuah kebahagian dalam runah tangganya diliputi rasa

9
Khoiruddin Nasution “Dasar Wajib Mematuhi Undang-Undang Perkawinan
(UUP):Studi Pemikiran Muhammad Abduh ,’’ ADHKI: Journal of Islamic Family Law 1, no 1
(2019): 1-16.
10
Durotun Nafisah, Durotun Nafisah,
11
Tinuk Dwi Cahyani, Hukum Perkawinan, UMMpress, Malang 2020, hlm. 1.
12
Ibid.
11

saling menyayangi serta saling memberikan rasa damai sesuai dengan

ajaran islam.13

Dasar Negara Republik Indonesia yakni Pancasila, Sebab itulah

hukum pernikahan yang dikaitkan dengan pancasila. Sila ke-1

menggambarkan bahwa pernikahan berhubungan dengan agama, karena

itu pernikahan mengandung unsur lahir dan agama sebagai peran penting

didalamnya.14

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

Tentang Perkawinan Yaitu :

“Ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan wanita (suami-

istri) bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan abadi

berdasarkan ketuhanan”

B. Tujuan Pembatasan Usia Perkawinan Dalam Undang-Undang Nomor

1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Pada dasarnya penetapan pembatasan usia perkawinan untuk

kemaslahatan dan kebaikan utamanya bagi para calon mempelai untuk

memastikan tercapainya tujuan tersebut maka ditetapkanlah prinsip

pembatasan usia perkawinan sebagaimana disebutkan dalam penjelasan

Umum Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Nomor 4

(d) bahwa prinsip utama dalam kebijakan pembatasan kawin adalah

tentang kematangan jiwa dan raga mempelai, yang dimaksudkan agar tiap

perkawinan dapat menjadi perkawinan yang baik dan mendapat keturunan

13
Ibid, hlm. 2
14
Ibid, hlm 2
12

yang sehat dan bukan semata-mata urusan usia semata, oleh karena itu

pembuat kebijakan selain menetapkan adanya pembatasan dalam usia

minimal perkawinan namun juga masih memberikan ruang untuk

dilaksanakannya perkawinan dibawah umur melalui Dispensasi Kawin

berdasarkan Ketentuan Pasal 7 Ayat (2) dalam pasal iitu disebutkan

perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria menvapai umur 19 tahun dan

pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun.

Beberapa pengertian batas anak yang terdapat dalam berbagai

peraturan Perundang-Undangan di indonesia yaitu:

1. Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 50 ayat

(1) menyebutkan “ anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau

belum pernah melangsungkan perkawinan,yaitu tidak berada dibawah

kekuasaan orang tua,berada di bawah kekuasaan wali,sedangkan

mengenai batas kedewasaan untuk melangsungkan perkawinan

ditentukan dalam pasal 6 ayat (2) menyebutkan untuk melangsungkan

perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus

mendapat izin kedua orang tua” sedangkan pada pasal 7 ayat (1)

“ perkawinan hanya diizinkan jika pria sudah mencapai umur 16

tahun”tetapi hukum diindonesia pada tahun 2019 mengubah peraturan

batas usia perkawinan bagi perempuan dimana perkawinan

diperbolehkan untuk dilaksanakan apabila calon mempelai laki-laki

dan perempuan sudah mencapai 19 tahun.aturan ini terdapat dalam

udang-undang perkawinan nomor 16 tahun 2019 perubahan undang-


13

undang perkawinan nomor 1 tahun 1974 ayat(1) yang ber berbunyi

“ perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai

umur 19 tahun.15

2. Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 Tentang

Kesejahteraan anak, pada pasal 1 angka 2, menegaskan bahwa anak

adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum

pernah kawin.16

3. Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan

Anak, pada pasal 1 angka 1, menyatakan bahwa anak adalah seseorang

yang belum mencapai umur 8 tahun tetapi belum mencapai umur 18

tahun dan belum pernah kawin.17

4. Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi

Manusia Pasal 5, Menyatakan bahwa anak adalah setiap manusia yang

berusia di bawah 18 tahun dan belum menikah termasuk anak yang

masih dalam kandungan apabila hal tersebut demi kepentingannya.18

Adapun dampak-dampak lainnya jika pernikahan dini dilakukan

yakni:

1. Rentannya remaja yang hamil akan lebih mudah menderita penyakit

kanker leher rahim, meuritis, depresi, dan anemia selagi hamil dan

15
Nasrudin, Makrum, dkk, “Batas Usia Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2019 dan KUH Perdata Pasal 330. “ Al-Hukkam : Journal Of Islamic Family Law 1.2
(2021):191
16
Candra, Mardi. “Aspek Perlindungan Anak Indonesia: Analisis Tentang Perkawinan
Di Bawah Umur (Edisi Pertama),” Predana Media, Jakarta, 2018, hlm 47
17
Ibid, hlm 47
18
Tumewu, Samuel Imanuel, “Kajian Hukum Mengenai Pelanggaran Ham Yang
Dilakukan Petugas Lapas Kepada Narapidana Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
Tentang Hak asasi Manusia. ”
14

melahrikan, salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu dan

bayi.

2. Kehilangan kesempatan-kesempatan untuk duduk dibangku

pendidikan yang lebih tinggi, interaksi dengan lingkungan teman

sebaya menjadi berkurang.

3. Dampak bagi anak-anaknya yang akan dilahirkan dengan berat rendah,

sebagai penyebab utama tingginya angka kematian ibu dan bayi,

cedera saat lahir, komplikasi persalinan terdampak pada tingginya

moralitas.

4. Pernikahan dini merupakan salah satu faktor tindakan kekerasan

terhadap istri (KDRT), yang timbul karena tingkat berfikir ytang

belum matang bagi pasangan muda tersebut.

5. Kesulitan ekonomi dalam rumah tangga, serta banyaknya tingkat

pengangguran semakin banyak.

Ada banyak dampak negatif jika dilakukannya pernikahan usia

muda dan sangat rentan adanya perceraian.19

C. Fenomena Perkawinan Usia Dini Di Indonesia

Fenomena nikah muda yang berkembang di masyarakat berkaitan

erat dengan persoalan agama ataupun kepercayaan. Banyak pasangan yang

mendasari alasan pernikahnnya karena atas anjuran dari ajaran agamanya.

Alasan para orang tua yang mendasari agar anaknya melaksanakan

perkawinan muda adalah untuk menjauhkan anakanya dari perilaku

19
Wahid, Abdul, “Dampak Pernikahan Dini Dalam RumahTangga”, Istiqra; Jurnal dan
pemikiran islam 4.1 (2021)
15

pacaran dan pergaulan yang bebas sejak dini. Selanjutnya, mereka melihat

bahwa perkawinan muda ini dipahami sebagai hal yang lumrah karena

perkawinan muda sudah dilakukan sejak zaman dahulu dan umum untuk

dilakukan oleh pendahulunya . 20

Dalam bidang kesehatan kita harus memperhatikan dampak yang

ditimbulkan kepada ibu yang mengandung dan anak yang dilahirkan. Kita

harus memperhatikan apakah organ reproduksi dari perempuan tersebut

telah cukup siap untuk melangsungkan perkawinan dan melahirkan karena

tiga perempat kematian ibu terjadi pada saat melahirkan dan setelah

melahirkan.21

Perkawinan muda juga memberikan dampak terhadap angka

fertilitas atau anak yang dilahirkan sekitar 1 dari 6 perempuan pernah

menikah usia 20-24 tahun yang menikah sebelum usia 18 tahun sudah

memiliki 2 anak.22 Data tersebut menunjukan bahwa perkawinan muda

sangat signifikat untuk meningkatkan jumlah penduduk. Padahal indonesia

sendiri merupakan negara yang sedang berusaha untuk menurunkan

tingkat pertumbuhan penduduknya dengan program keluarga berencana.

20
https://bersamadakwah.net/nikah-muda/, Diakses pada 28 agustus 2023
21
Badan Pusat Statistik, Perkawinan Usia Anak DI Indonesia 2013 dan 2015 (jakarta:
Badan Pusat Statistik, 2007), hlm. 39.
22
Ibid, hlm. 43.
16

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian empiris

atau dilapangan penelitian untuk menghimpun informasi-informasi yang

dilakukan melalui wawancara mendalam terhadap beberapa masyarakat

diantaranya pelaku pernikahan dini,orang tua pelaku pernikahan dini,dan

sekertaris desa.

Metode pendekatan yang dilakukan bersifat kualitatif yaitu

penelitian dilapangan, yang datanya diperoleh berupa lisan maupun tulisan,

sebagaimana diketahui penelitian kualitatif merupakan aktivitas ilmiah

untuk mengumpulkan data secara sistematik. Mengurutkannya sesuai

kategori tentu mendeskripsikan dan menginterfrestasikan data yang

diperoleh dari wawancara dilapangan karena dalam penelitian ini penulis

berusaha menguraikan kenyataan-kenyataan yang ada atau fakta yang ada

dan mendeskripsikan sebuah faktor terjadinya pernikahan dini di desa

Pasirdalem Kecamatan Kadupandak Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa

Barat. Metode kualitatif ini dapat membantu peneliti untuk memperoleh

jawaban atas masalah suatu gejala, fakta dan realita yang dihadapi

sekaligus memberikan pemahaman dan pengertian baru atas masalah

tersebut sesudah menganalisi data yang ada.23

23
Semiwan, ConnyR, Metode Penelitian Kualitatif, Grasindo, Jakarta 2010, hlm . 33.
17

Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam jenis penelitian ini ialah

dengan landasan teori yang di manfaatkan sebagai pemadu agar fokus

penelitian sesuai dengan fakta lapangan, secara umum penelitian kualitatif

memperoleh data umum dan wawancara. Observasi ialah contoh jenis

penelitian studi kasus dimana pemahaman yang mendalam mengenai

alasan suatu fenomena atau kasus terjadi dan dapat menajdi dasar riset

selanjutnya.24

B. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian yang digunakan adalah deskriktif analisis

yaitu menganalisi objek penelitian dengan memaparkan situasi dan

keadaan, dengan cara pemaparan data yang diperoleh sebagaimana adanya

yang menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

dikaitkan dengan teori hukum dan praktek pelaksanaan yang menyangkut

permasalahan dalam uraian diatas secara sistematis, lengkap dan logis.

Kemudian dianalisis yang mengahsilkan beberapa kesimpulan.25

C. Sumber Dan Jenis Data

Dalam pengumpulan sumber dan jenis data ini penulis

mengumpulkan sumber dalam wujud data primer dan sekunder.

1. Data Primer

Data primer ialah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung

dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang

24
Ramadan, Muhammad, Metode Penelitian, Cipta Media Nusantara, Surabaya, 2021,
hlm. 6-7.
25
Diakses dari http://repository.unpas.ac.id/41852/4/F.%20BA B%201.pdf, pada tanggal
22 oktober 2023.
18

bersangkutan yang memerlukannya. Data primer secara khusus di

lakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang penulis

mengumpulkan dengan metode survey dan juga observasi. Metode

survey ialah metode yang mengumpulkan data primer yang

menggunakan pertanyaan lisan atau tertulis. Karena dalam penelitian

ini yang diambil Faktor Pernikahan Dini di Desa Citaman maka

penulis melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang menikah usia

muda di desa Pasirdalem, Serta pihak orang tua dan pihak Kepala

Desa mendaptkan data atau informasi yang dibutuhkan.

2. Data Sekunder

Data sekunder menurut Sugiyono adalah sumber yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data. Artinya sumber

data penelitian diperoleh melalui media perantara atau secara tidak

langsung yang berupa catatan, bukti yang telah ada atau arsip baik

yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara

umum.26 Dengan kata lain peneliti membutuhkan pengumpulan data

dengan cara berkunjung ke perpustakaan untuk melihat reverensi-

reverensi yang ada seperti, buku undang-undang hukum perkawinan,

buku undang-undang perlindungan anak, buku-buku hukum

perkawinan, juga dalam sebuah jurnal dan skripsi yang terdapat

diperpustakaan serta data yang diperoleh dari internet dan sumber lain

yang memiliki hubungan terhadap masalah yang diteliti.

26
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Alfabet, Bandung, 2017, hlm. 45.
19

D. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian Merupakan Objek Penelitian Yang mana kegiatan

penelitian tersebut dilakukan. Lokasi penelitian yang dimaksud tersebut

ialah hukum memperjelas atau mempermudah lokasi yang menjadi sasaran

dalam penelitian. Adapun alasan penulis memilih untuk melakukan

penelitian di desa Pasirdalem Kecamatan Kadupandak Kabupaten Cianjur

dikarenakan belum pernah diadakan penelitian yang serupa mengenai

kasus perkawinan dibawah umur di desa Pasirdalem. Di daerah tersebut

pun masih banyak remaja-remaja khususnya perempuan yang setelah lulus

Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau yang tidak melanjutkan

sekolahnya langsung menikah tanpa harus menunggu umut yang cukup

untuk menikah. Bahkan ada yang dijodohkan oleh orang tuanya karena

keterbatasan ekonomi yang dialami keluarganya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data kualitatif dalam penelitian ini yaitu

sebagai berikut.

1. Wawancara adalah usaha untuk mengumpulkan informasi dengan

mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan juga dengan ciri

utamanya yaitu berupa kontak langsung dengan tatap muka antara

pencari informasi dengan sumber informasi wawancara yang

dilakukan dalam penelitian ini dengan bertatap muka, kemudian

mengajukan pertanyaan yang telah disiapkan peneliti menggali lebih

dalam informasi yang diberikan oleh informan Peneliti melakukan


20

wawancara secara tidak terstuktur bersifat informal, luwes,

disesuaikan dengan subjek & suasana.

2. Observasi adalah proses pemerolehan data dari tangan pertama,

dengan cara melakukan pengamatan orang serta lokasi dilakukannya

penelitian. Peneliti membuat laporan berdasarkan apa yang dilihat,

didengar, dan dirasakan selama observasi. Observasi dilakukan untuk

mendapatkan gambaran yang lebih nyata dan detail mengenai suatu

peristiwa atau kejadian. Observasi yang dilakukan dalam penelitian

ini tidak langsung, observasi yang dilakukan tidak pada saat

berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diteliti, yaitu berupa

melalui film, rangkaian slide atau foto. Tujuan dari observasi tersebut

adalah untuk mendapatkan kesimpulan tentang objek yang dialami,

kesimpulan itu disusun didalam sebuah laporan yang relevan serta

bermanfaat bagi bahan pembelajaran.

3. Studi dokumen atau kepustakaan menurut Sugiyono merupakan

catatan peristiwa yang telah berlalu dalam bentuk tulisan, gambar, dan
27
karya-karya dari seseorang. Secara sederhana studi dokumen

dilakukan dengan mengkaji dokumen-dokumen terkait topik

penelitian sebagai informasi dalam penelitian ini. Dalam studi

dokumen ini peneliti mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis

seperti arsip, termasuk juga buku tentang teori, pendapat, dalil, buku-

buku hukum, jurnal, buku harian, dan berkas-berkas lainnya.

27
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif dan R&D,
Alfabet,Bandung, 2017, hlm. 44
21

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini analisa

secara kualitatif dengan cara mendeskripsikan secara jelas bagaimana

Efektivitas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Dalam Mencegah

Perkawinan Usia Dininyang terjadi di Desa Pasirdalem Kecamatan

Kadupandak Kabupaten Cianjur Data yang diperoleh dari penelitian

kualitatif ini mencakup hasil wawancara dan data dilapangan secara

lengkap, kemudian dipilih dan disusun secara sistematis, serta dianalisis

dengan menggunakan landasan teori yang sudah ada sehingga

mendapatkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan.


22

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Di Desa Pasirdalem, Kecamatan

Kadupandak, Kabupaten Cianjur

1. Sejarah Desa

Pasirdalem merupakan sebuah desa yang terletak dalam (daerah)

kecamatan kadupandak, kabupaten cianjur, provinsi jawa barat. Desa

pasirdalem berdiri sejak tahun 1978 dengan dijabat oleh Bapak Mahri

selaku kepala desa.

Berikut adalah susunan kepala desa pasir dalem dari sejak berdiri

hingga saat ini.

NO NAMA PERIODE

1 Mahri 1978-1982

2 SUMITRA 1982-1986

3 HJ. SULAEMAN 1986-1990

4 SOPANDI 1991-1999

5 SUHERLAN 1999-2007

6 SAMBAS LADJIMAN 2007-2008

7 SUMARJA 2008-2014

8 H.DARUSALAM 2014-2019

9 MASKAD ARIS 2019-2025


23

2. Letak Geografis

a. Batas wilayah

Luas wilayah desa pasirdalem seluruhnya 1.127,5 Ha dengan

batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Barat : Desa Sukaraja

Sebelah Selatan : Desa Parakan Tugu - Cijati

Sebelah Utara : Desa Gandasari

Sebelah Timur : Desa PagerManeh

b. ORBITASI (Jarak dari Pusat Pemerintahan)

 Jarak dari pusat pemerintahan Kecamatan : 6 Km

 Jarak dari Ibukota kabupaten Cianjur : 39 Km

 Jarak dari Ibukota propinsi Jawa Barat : 39 km

 Jarak dari Ibukota Negara :108 km

c. Luas Wilayah

Luas wilayah desa pasirdalem seluruhnya 1.127,5 Ha, dengan

penggunaanya sebagai berikut:

 Pemukiman : 40 Ha

 Pertanian : 700 Ha

 Perkebunan : 2 Ha

 Perikanan : 1 Ha

 Fasilitas Umum : 5 Ha
24

 Fasilitas Sosial : 2 Ha

 Hutan :150 Ha

d. Topografi Desa

Secara umum keadaan Desa Pasirdalem merupakam daerah

dataran tinggi denfan ketinggian 500 meter diatas permukaan laut.

Desa Pasirdalem mempunyai iklim tropis sehingga mempunyai

pengaruh langsyng tehadap aktivitas pertanian dan pola tanam di

desa ini.

3. Demografi

a. Kependudukan

Jumlah Penduduk Desa Pasirdalem 2.266 dengan jumlah

kepala keluarga 412 kepala keluarga. Penanganan kependudukan

sangat penting sehingga potensi yang dimiliki mampu menjadi

pendorong dalam pembangunan, khuusunya pembangunan di desa

pasirdalem. 28

Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

NO JENIS KELAMIN JUMLAH JIWA

1 Laki –Laki 2.262

2 Perempuan 2.178

Total 4.440

28
Data Arsip Kepala Desa Pasirdalem, Tahun 2018
25

b. Pertumbuhan Jumlah penduduk

Jumlah penduduk desa pasirdalem cenderung meningkat

karena tingkat kelahiran lebih besar daripada kematian serta

penduduk yang masuk lebih besar dari penduduk yang keluar.

4. Keadaan Sosial

a. Sumber Daya Manusia

Sasaran akhir dari setiap Pembangunan bermuara pada

peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). SDM

merupakan subyek dan sekaligus obyek pembangunan, mencakup

seluruh siklus kehidupan manusia, sejak kandungan hingga akhir

hayat. Oleh karena itu pembangunan kualitas manusia menjadi

perhatian penting. Pada saat ini SDM di Desa Pasirdalem cukup

baik dibandingkan pada masa-masa sebelumnya. 29

b. Pendidikan

Pendidikan adalah satu hal penting dalam memajukan

tingkat kesejahteraan pada umumnya dan tingkat perekonomian

pada khususnya. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan

mendongkrak tingkat kecakapan. Tingkat kecakapan juga akan

mendorong tumbuhnya keterampilan kewirausahaan dan pada

gilirannya mendorong munculnya lapangan pekerjaan baru.

Dengan sendirinya akan membantu program pemerintah untuk

29
Data Arsip Kepala Desa Pasirdalem, Tahun 2018
26

pembukaan lapangan kerja baru guna mengatasi pengganguran.

Pendidikan biasanya akan dapat mempertajam sistematika pikir

atau pola pikir individu, selain itu mudah menerima informasi yang

lebih maju. 30

c. Kesehatan

Peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Desa

Pasirdalem antara lain dapat dilihat dari status kesehatan, serta pola

penyakit. Status kesehatan masyarakat antara lain dapat dinilai

melalui berbagai indikator kesehatan seperti meningkatnya usia

harapan hidup, menurunya angka kematian. Dibawah ini tabel yang

menunjukan perkembangan kondisi kesehatan masyarakat desa

Pasirdalem dari 2022-2023.

Tabel 4. Kondisi Kesehatan Masyarakat Desa Pasirdalem

Tahun Baik Kurang Buruk

2023 4.440 orang 12 orang 0 orang

d. Kehidupan Beragama

Penduduk Desa Pasirdalem berjumlah 4000 jiwa 100%

memeluk agama islam. Kehidupan keseharian masyarakat dalam

melaksanakan ibadah keagamaan khususnya agama islam sangat

30
Data Arsip Kepala Desa Pasirdalem, Tahun 2018
27

berkembang dengan baik dan sangaat mengutamakaan

ibadahnya.31

e. Budaya

Pada bidang budaya ini masyarakat Desa Pasirdalem

menjaga dan menjunjung tinggi budaya dan adat istiadat yang

diwarisi oleh para leluhur, hal ini terbukti masih berlakunya

tatanan budaya serta kearipan lokal pada prosesi pernikahan, panen

raya. Lembaga yang paling berperan daam melestarikan dan

menjaga tatanan adat istiadat dan budaya lokal ini adalah tokoh

masyarakat yang di tokohkan di Kamung/Desa tersebut.32

5. Keadaan Ekonomi

Sebagian besar penduduk Desa Pasirdalem bekerja di sektor

perkebunan dan pertanian. Hal ini didukung oleh faktor alam setempat

yang terletak di lereng gunung batu. Pengunaan tanah di Desa

Pasirdalem sebagian besar diperuntukan bagi tanah perkebunan.

Sedangkan sisanya untuk tanah pertanian dan banngunan serta fasilitas

umum/sosial. 33

31
Data Arsip Kepala Desa Pasirdalem, Tahun 2018
32
Data Arsip Kepala Desa Pasirdalem, Tahun 2018
33
Data Arsip Kepala Desa Pasirdalem, Tahun 2018
28

STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH DESA PASIRDALEM

SEKDES

KEPALA DESA KASI PEMERINTAHAN


BPD
KASI PELAYANAN

KASI KESEJAHTERAAN
29

6. VISI DAN MISI

VISI

“Membangun Masyarakat desa yang mandiri, cerdas, menjunjung

tinggi budaya gotong royong dan Bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa

dalam mewujudkan desa yang subur, makmur dan sejahtera dengan tetap

mempertahankan nilai kearipan lokal”34

MISI

Misi merupakan pernyataan yang menetapkan tujhuan instansi

pemerintahan dan sasaran yang dicapai. Pernyataan ini membawa

organisasi kepada suatu fokus. Misi menjelaskan mengapa organisasi itu

ada, apa yang dilakukannya, dan bagaimana melakukannya. Misi adalah

suatu yang dilaksanakan/diemban oleh Instansi pemerintah, sebagai

penjabaran dari Visi yang telah ditetapkan. Dengan pernyataan misi

diharapkan seluruh pegawai dan pihak yang berkepentingan dapat

mengenal instani pemerintah dan mengetahui peran dan programnya serta

hasil yang diperoleh dimasa mendatang. Pernyataan visi yang jelas, akan

memberikan arahan jangka panjang dan stabiltas dalam manajemen dan

kepemimpinan Desa Pasirdalem.35

Berikut ini dalah misi Desa Pasirdalrm untuk mendukung pencapaian Visi

yang tersebut diatas

34
Data Arsip Kepala Desa Pasirdalem, Tahun 2018
35
Data Arsip Kepala Desa Pasirdalem, Tahun 2018
30

1. Meningkatkan dan menata pembangunan Infrastruktur yang

Proporsional, berkualitas dan berkelanjutan sehingga akan terwujud Desa

Desa Pasirdalem bernuansa kota,

2. Meningkatkan Ekonomi Masyarakat dan Perekonomian desa dalam

upaya menciptakan Desa Pasirdalem yang sejahtera;

3. Memasyarakatkan Program Pendidikan baik Formal maupun Non

Formal serta meningkatkan pelayanan kesehatan;

4. Meningkatkan kualitas, profesional dan rasa tanggung jawab Aparatur

Pemerintah desa serta menjalin kemitraan yang harmonis dengan Lembaga

dalam upaya memberikan pelayanan prima kepada masyarakat;

5. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama dalam mewujudkan

masyarakat Desa Pasirdalem beriman dan bertaqwa;

6. Mengembangkan pemberdayaan masyarakat untuk mencapai

lingkungan yang indah, bersih dan sehat.

B. faktor yang melatari Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan menaikan batas usia perkawinan calon istri dan calon

suami

Perkawinan adalah perjanjian suci untuk membentuk keluarga

antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan36. Ikatan suami istri

yang didasarkan niat suci ini diharapkan tumbuh berkembang menjadi

keluarga/rumah tangga bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang

36
Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, Edisi Pertama, Prenadamedia Group,
Jakarta, 2016, hlm. 24.
31

maha esa. Perkawinan sangat penting bagi kehidupan manusia, bahkan

menjadi kebutuhan dasar bagi setiap manusia normal dan merupakan awal

dari terbentuknya institusi kecil dalam keluarga. Dalam kehidupan

bermasyarakat, ditemui suatu penilaian yang umum, ialah bahwa orang

yang berkeluarga mempunyai kedudukan yang lebih dihargai dari mereka

yang tidak kawin.37

Pernikahan dibawah umur atau pernikahan dini meruakan istilah

yang tidak asing lagi. Perkawinan dini masih dilakukan oleh para orang

tua, khusunya dibeberapa kawasan nusantara akibat pengaruh adat

kebiasaan setempat. Anak-anak yang belum matang jiwa raganya,

dijodohkan oleh orang tua, tanpa mereka itu tahu arti dan makna

perkawinan yang dilakoninya.38 Perkawinan dibawah umur ini dilakukan

oleh anak yang ada pada masa peralihan antara masa anak-anak dan masa

dewasa dimana anak-anak mengalami perubahan cepat disegala bidang.39

Undang-undang Perkawinan telah mengatur batasan minimal umur

anak melangsungkan perkawinan. Yaitu pasal 7 ayat (1) undang-undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan disebutkan bahwa “perkawinan

hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas)

tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun.

Namun ketentuan umur tersebut telah di rubah melalui Amandemen

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menjadi

37
Ibid, hlm, 25.
38
Moch. Isnaeni, Hukum Perkawinan Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2016, hlm.
87.
39
Sabariah, Perkembangan Fisik Remaja, jurnal, diakses dari http://ejournal.uin-
suka.ac.id/pusat/ aplikasia/article/viewFile/1362/1180 pada 20 maret 2020.
32

Undang-undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-

undang Nomor 1 Tahun 1974 yang mana disebutkan “perkawinan hanya

diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19 (sembilan belas)

tahun.

Batasan umur tersebut bertujuan agar membatasi pernikahan anak

dibawah umur agar pemuda pemudi yang akan menikah sudah matang

jiwa raganya dalam membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia

dan kekal. Begitu pula dimaksudkan untuk mencegah marak tingginya laju

kelahiran dan agar pasangan suami istri mendapatkan keturunan yang baik

dan sehat serta meminimalisir terjadinya kematian ibu dan anak.

Meskipun telah menetapkan batasan usia perkawinan sedemikian

rupa di dalam peraturan perundang-undangan, tidak menutup

kemungkinan seorang melangsungkan perkawinan dibawah umur.

Perkawinan bagi anak dibawah umur minimum bisa dilangsungkan dengan

penetapan pengadilan, orang tua pihak pria dan/atau pihak wanita dapat

meminta dispensasi kepada pengadilan dengan alasan sangat mendesak

disertai bukti-bukti pendukung yang cukup.

Karena para orang tua di desa pasirdalem pun umumnya masih

sering berpikir bahwa anak perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi

apalagi kuliah, jadi kebanyakan anak yang baru tamatan smp sudah boleh

menikah yang terpenting anak itu sudah bisa membaca dan menulis saja

sudah cukup untuk mereka. Orang tua disana tidak mempertimbangkan

terlebih dahulu umur anak yang terpenting anak nya sudah bisa memasak
33

dan mengurus suami. Karena kebanyakan orang berfikir bahwa kodratnya

perempuan itu di dapur, diranjang dan mengurus anak. padahal jika

dipertimbangkan terlebih dahulu kodrat wanita bukan hanya semata itu

saja apalagi di desa pasirdalem itu mayoritas penduduk laki-laki hanya

petani dan tukang kebun ada juga yang menjadi buruh kuli dan untuk

perempuannya mayoritas ibu rumah taangga dan buruh tani. Maka dari itu

masyarakat disana masih mengalami keterbatasan ekonomi dasar inilah

yang mendorong para orang tua di desa pasirdalem untuk menikahkan

anak-anaknya walaupun usianya belum cukup umur.

Berbagai macam alasan permohonan dispensasi kawin diajukan

oleh para pihak yang berkepentingan. Di antaranya adalah anak yang akan

melangsungkan perawinan menyatakan kehendak untuk berumah tangga

dengan segala konsekuensinya atau telah siap lahir batin, merasa tidak

melanggar hukum agama karena telah akil baligh, telah dilamar atau

tunangan dan khawatir kalau terjerumus perbuatan yang dilarang agama,

orang tua siap mendukung moril dan material dan lain sebagainya. 40 hal

tersebut menjadi penyebab tingginya tingkat permohonan dispensasi

kawin di pengadilan.

faktor pengajuan dispensasi kawin di Pengadilan Agama

dikalsifikasikan menjadi 2 macam yaitu karena faktor preventif

40
Sri Rahmawaty Yunus dan Ahmad Faisal, “Analisis Penetapan Dispensasi Kawin
Dalam Perspektif Undang-Undang Perlindungan Anak (Studi Kasus Di Pengadilan Agama
Limboto” Jurnal Ilmiah Al-Jauhari (JIAJ), 2 September 2018, hlm. 88.
34

(pencegahan) dan kuratif (penyembuhan)41 dan diluar alasan tersebut juga

orang tua calon pasangan suami isteri yang akan melangsungkan

perkawinan di bawah umur juga mengajukan dengan karena untuk

meringankan beban ekonomi keluarga dan Pendidikan rendah.

1. Preventif (usaha pencegahan) Pada masa remaja, banyak remaja

mengalami perubahan baik secara fisik maupun secara psikologis,

sehingga mengakibatkan perubahan sikap dan tingkah laku, seperti mulai

memperhatikan penampilan diri, mulai tertarik dengan lawan jenis,

berusaha menarik perhatian dan muncul perasaan cinta, akan timbul

dorongan seksual, yang kemudian beralasan untuk melakukan hal-hal yang

dilarang oleh agama untuk melakukan hubungan intim walaupun tidak

terikat perkawinan terlebih dahulu sehingga memicu melakukan hal-hal

negatif yang tidak dibenarkan. Upaya preventif adalah pencegahan dari

perbuatan zina yang dilakukan anak-anaknya, seperti halnya tujuan

perkawinan dalam islam adalah untuk menjaga diri dari perbuatan maksiat.

Bagi pasangan remaja yang sudah teramat dekat menjalani hubungan dan

sering bertemu akan menimbulkan nafsu satu dengan yang lainnya, dan

ditambah pada saat ini perkembangan media sosial, gaya hidup dan

pergaulan remaja sangat kompleks, sehingga mengakibatkan

kecendrungan mereka untuk bergaul bebas lebih tinggi, maka

menyegerakan pernikahan adalah upaya untuk mengatasi bahaya bagi para

remaja dari pergaulan bebas. Walaupun belum cukup umur sebagian besar
41
Gushairi, Problematika Dispensasi Kawin Di Pengadilan Agama, diakses dari
https://badilag.mahkamahagung.go.id/artikel/publikasi/artikel/problematika-dispensasi-kawin-
dipen gadilan-agama-oleh-gushairi-s-h-i-mcl-4-12.
35

orang tua pemohon dispensasi kawin kebanyakan mereka beralasan, takut

anak-anak mereka berbuat zina atau hamil dulu sebelum nikah. Pasalnya,

mereka pacaran sudah lama dan sulit dipisahkan. Mereka memilih

menikahkan anaknya sebagai solusinya dan mengajukan permohonan

dispensasi kawin di Pengadilan.

2. Kuratif (usaha atau upaya penyembuhan) menyatakan bahwa hamil di

luar nikah adalah menjadi faktor yang dominan dalam dispensasi kawin di

Pengadilan Agama. Tuntutan kebutuhan biologis yang ada pada setiap

orang adalah suatu hal yang tidak bisa diabaikan begitu saja, karena

kebutuhan biologis atau nafsu syahwat merupakan naluri yang kuat

diantara naluri-naluri lainnya. sehingga para remaja terjerumus melakukan

hubungan biologis yang mengakibatkan kehamilan hal tersebut akan

berbeda jika menimpa mereka para remaja putri khususnya yang masih

sekolah dan belum melangsungkan proses perkawinan terlebih dahulu.

Bahkan kehamilan akan menjadi kabar buruk.

Perubahan norma dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan ini menjangkau batas usia untuk melakukan

perkawinan, perbaikan norma menjangkau dengan menaikkan batas

minimal umur perkawinan bagi wanita. Batas minimal umur perkawinan

bagi wanita dipersamakan dengan batas minimal umur perkawinan bagi

pria, yaitu 19 (sembilan belas) tahun.

Diharapkan kenaikan batas umur yang lebih tinggi dari 16 (enam

belas) tahun bagi wanita untuk kawin memberikan dampak positif bagi
36

kelangsungan hidup bernegara. Dari sisi kemasyarakatan kenaikan tersebut

akan mengakibatkan laju kelahiran yang lebih rendah serta mendukung

program pemerintah dalam pembatasan pertumbuhan angka kelahiran

melalui program Keluarga Berencananya, serta mendukung pula program

wajib belajar 12 tahun bagi anak dan diharapkan lebih dari itu akses anak

terhadap pendidikan yang setinggi mungkin. Dari sisi Kesehatan pun

diharapkan akan menurunkan resiko kematian ibu dan anak. Selain itu

juga dapat terpenuhinya hak-hak anak sehingga mengoptimalkan tumbuh

kembang anak.

C. Efektivitas Undang-Undang No 16 Tahun 2019 Tentang Perkawinan

dalam mengurangi praktik perkawinan usia dini di Desa Pasirdalem.

Sejak berlakunya Undang-undang No 16 Tahun 2019 pada tanggal

15 oktober 2019 angka pernikahan usia dini di desa pasirdalem masih

tetap meningkat. Hal ini dibuktikan dari data yang menunjukan bahwa

angka dispensasi nikah meningkat..

Kajian efektivitas hukum tidak bisa terlepas dari aspek perilaku

masyarakat dalam berhukum. Menurut Soleman B. Taneka, kajian ini

merupakan perbandingan antara realistis hukum dengan idealitas hukum.

Melalui kajian ini para ahli sosiologi hukum mencoba membandingkan

hukum yang tercermin dalam tindakan ( law in action) dan hukum yang

terdapat di dalam teori (law in the books).


37

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang perubahan pasal 7

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, menyebutkan

bahwa bila seseorang (yang beragama islam) belum mencapai usia

minimum, dapat mengajukan dispensasi nikah kepada pengadilan (agama).

Aturan lain yang mengatur dispensasi nikah adalah pasal 15 kompilasi

hukum islam, yang maksudnya sama dengan pasal 7 Undang-Undangv


42
Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Namun demikian aturan

hukum tersebut tidak merinci alasan mengajukan hukum dispensasi nikah.

Untuk itu, dengan kemerdekaan dan otoritas yang dimilikinya, hakim

harus menemukan alasan hukum melalui menafsirkan, pemaknaan

sehingga dirumuskan alasan hukum dispenasi nikah. Berdasarkan pada

penafsiran pada umumnya hakim merumuskan alasan dispenssasi antara

lain adanya kemudharatan bila tidak dilakukan pernikahan meskipun calon

mempelai belum mencapai usia minimum. Karena menurut hukum Islam,

menolak kemudharatan harus didahulukan dari pada meraih manfaat.

Berdasarkan data dari Pengadilan Agama Cianjur menunjukkan

bahwa sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 sampai

sekarang total ada sebanyak 362 permohonan dispensasi nikah yang

masuk di Pengadilan Agama Cianjur. Sejak Oktober 2019 total ada 110

permohonan dispensasi, tahun 2020 total ada 150, dan pada tahun 2021

ada sebanyak 102 permohonan dispensasi nikah. Sedangkan sebelum

42
Pasal 7 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019.
38

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 berlaku, sejak bulan oktober

tahun 2018 sampai september 2019 selama setahun total ada 76

permohonan. Ini menunjukan bahwa perubahan Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 belum efektiv.

Peningkatan yang sangat melonjak drastis menjadikan

pembaharuan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 terutama pada pasal

7 mengenai batas usia perkawinan tidak mempunyai pengaruh terhadap

pengurangan pernikahan dibawah umur di indonesia, dalam artian

penerapan ketentuan batas usia perkawinan yang baru belum efektif karena

dalam kenyataannya jumlah perkara permohonan dispensasi kawin

khususnya di pengadilan agama cianjur justru semakin bertambah.


39

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkawinan artinya hubungan ikatan lahir dan batin antara pria dan

wanita menjadi suami istri. Yang mana indonesia negara hukum telah

mengatur tentang perkawinan dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

tentang Perkawinan. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan juga terdapat batasan usia perkawinan yaitu menetapkan

bahwa usia minimum bagi laki-laki adalah 19 tahun dan perempuan adalah

16 tahun untuk menikah. Namun, beberapa ketentuan dalam Undang-

Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan telah diubah pada Undang-

Undang No. 16 Tahun 2019 Tentang perubahan atas Undang-Undang No.

1 Tahun 1974 tentang perkawinan bahwa perkawinan hanya diizinkan

apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19 tahun apabila terjadi

penyimpangan terhadap ketentuan umur orang tua pihak laki-laki atau

perempuan dapat meminta dispensasi kepada pengadilan dengan alasan

mendesak disertai bukti-bukti pendukung yang cukup.

Faktor pendorong terjadinya perkawinan pada usia dini di desa

Pasirdalem Pertama karena faktor ekonomi, faktor keluarga, faktor

pendidikan dan faktor kemauan sendiri untuk menghindari perzinahan.

Karena rendahnya ekonomi belum bisa mencukupi kebutuhan

hidup sehari-hari maka biaya untuk anak sekolah pada tingkat yang lebih

tinggi maka terpaksa berhenti pada tingkat yang rendah. Maka orang tua
40

lebih baik menikahkan anaknya pda laki-laki untuk sedikit mengurangi

biaya ekonomi.

Kasus pernikahan dini ini lebih baik dapat dicegah karena dapat

menimbulkan dampak yang tidak baik diantaranya tingginya angka

kematian pada ibu dan anak yang melahirkan dan akan terkena penyakit

lainnya, terhambatnya proses pendidikan anak yang masih terlalu muda,

emosi yang masih labil akan menimbulkan perceraian pada rumah tangga,

dan sulitnya dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Karena

pernikahan adalah sakral untuk seumur hidup bersama pasangan keluh

kesah bersama, susah senang bersama, pasti adakala pernikahan di uji oleh

ALLAH SWT entah dari kesulitan ekonomi, hubungan keluarga. Anak,

dan lainnya. Maka dari itu pasangan yang menikah sudah siap lahir dan

batin untuk selalu membangun rumah tangga yang rukun dan menerima

kesulitan-kesulitan yang dikasih pada yang Maha Kuasa.

B. Saran

1. Bagi Orang tua di desa Pasirdalem

Dengan menikahkan anak pada usia muda biaya ekonomi akan

berkurang itu bukanlah jalan satu-satunya, kita sebagai orang tua

seharusnya bis apaham betul bagaimana karakter anak maka dari itu

kita cukup menjaga, mengawasi, melarang, agar anak tidak terjermus

kedalam maksiat. Seharusnya diharapkan orang tua memberikan

dukungan kepada anak-anaknya agar dapat menlanjutkan pendidikan

yang lebih tinggi sebagai bekal mencari pekerjaan dan memenuhi


41

kebutuhaan keluarga yang tidak bergantung kepada orang tua sehingga

nanti bisa membantu perekonomian kelurga juga.

2. Bagi pasangan pernikahan dini desa Pasirdalem

Agar lebih memahami lagi tentang dampak dari pernikahan di usia

muda. Serta sudah siap fisik dan mental karena resiko yang

dialaminya sangatlah bahaya untuk kesehatan dan hubungan rumah

tangga yang takutnya berujung kepada perceraian.

3. Bagi tokoh masyarakat

Agar bisa bekerja sama untuk meminimalisirkan jumlah perkawinan

di usia muda yang terjadi di desa Pasirdalem. Dan memberikan

penyuluhan kepada masyarakat mengenai dampak negatif pada

perkawinan usai muda.


42

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai