Kimed
Kimed
KELOMPOK 1
Nama Anggota:
MA01 MA02
MA03 MA10
MA11 MA12
Panduratin A
Dimana pada percobaan kali ini hanya parameter BM yang sesuai dengan peraturan
Lipinski. Berdasarkan tabel 1, senyawa MA01, MA02, MA03, MA10, MA11 dan MA12
memiliki bobot molekul sesuai dengan aturan Lipinski yakni kurang dari 500 maka senyawa
tersebut cenderung mengalami kesulitan dalam difusi melalui membran sel. Berat molekul
suatu obat memiliki pengaruh pada kemampuannya untuk berdifusi secara pasif melalui
membran sel.
Nilai LogP pada senyawa MA01, MA02, MA03, MA10, MA11 dan MA12 yakni >5
dimana melebihi ketentuan Lipinski <5. Semakin tinggi nilai Log P, semakin zat itu dianggap
hidrofobik. Zat yang sangat hidrofobik menjadi berpotensi berbahaya karena cenderung
bertahan lebih lama di dalam lapisan ganda lipid dan dapat menyebar dengan lebih luas ke
seluruh tubuh, yang pada akhirnya dapat mengurangi selektivitasnya dalam berinteraksi
dengan target yang diinginkan. Namun, ketika nilai Log P suatu bahan kimia turun, zat
tersebut menjadi lebih sulit untuk menembus lapisan ganda lipid.
Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa senyawa ini sukar diserap dan mempunyai
permeabilitas yang tidak baik karena tidak mengikuti lima aturan Lipinski.
3.2 Penentuan Energi Minimal
Senyawa MA01, MA02, MA03, MA10, MA11 dan MA12 direpresentasikan secara
grafis menggunakan ChemBioDraw Ultra sebelum pengujian in silico, dan model struktur 3D
dibuat menggunakan program Chem 3D Ultra. Kemudian dengan pendekatan MM2,
penentuan energi minimum diulangi sebanyak tiga kali. Produk akhir disimpan dalam
format .mol2 dan dalam bentuk stereokimia yang paling dapat diandalkan. Hasil dari
penentuan energi minimal ditunjukkan pada tabel dibawah ini.
MA01 46,6352
MA02 51,1297
MA03 56,7767
MA10 46,9685
MA11 46,4029
MA12 56,9174
MA01 -102.241
MA02 -111.291
MA03 -124.728
MA10 -144.68
MA11 -115.235
MA12 -115.391
Panduratin A -132.534
Dari nilai moldock pada tabel diatas nilai senyawa MA01, MA02, MA03,
MA10, MA11 dan MA12 lebih bessar dibandingkan dengan nilai panduratin A, maka
mengindikasikan bahwa ikatan antara reseptor dan senyawa MA01, MA02, MA03,
MA10, MA11 dan MA12 tidak lebih stabil dibandingkan dengan Panduratin A.
Sejumlah asam amino aktif reseptor 2FOM berinteraksi dengan ligan.
Kemampuan reseptor untuk terhubung dengan ligan untuk memutuskan bagaimana
ligan berinteraksi dengan asam amino adalah salah satu cirinya. Pada percobaan kali
ini senyawa MA01, MA02, MA03, MA10, MA11 dan MA12 tidak menghasilkan
ikatan hidrogen namun hanya menghasilkan ikatan sterik, sedangkan panduratin A
menghasilkan ikatan hidrogen maupun sterik.
MA01 - - Leu 85
- Ile1 65
- Trp 89
MA02 - Leu 85
- Gly 87 - Gly 87
- Ile 165
- Val 147
MA11 - - Leu 85
- Ile 165
- Trp 89
MA12 - - Lys 26
- Leu 18
- Tyr 23
Ikatan hidrogen memiliki peran penting dalam proses molecular docking, yang
menjaga stabilitas protein. Keberadaan banyak ikatan hidrogen bisa dianggap sebagai
tanda kuatnya ikatan antara reseptor dan ligan. Senyawa pengujian yang memiliki
kesamaan dalam residu asam amino dan jumlah ikatan hidrogen dengan ligan alami
menunjukkan kemungkinan adanya interaksi tidak serupa, yang mengindikasikan
bahwa aktivitas mereka tidak sebanding.
BAB IV
KESIMPULAN