Anda di halaman 1dari 20

INTRODUKSI

Obat inhalasi anestesi adalah obat yang paling sering digunakan untuk anestesi umum.
Hanya dengna penambahan 1% saja kedalam aliran gas oksigen, dapat menghasilkan hilangnya
kesadaran dan hilang ingatan. Hal ini tentunya sangat esensial pada anestesi umum. Adapun
alasan mengapa tipe inhalasi paling sering digunakan adalah :

 Mudah pengaplikasiannya pada pasien dengan cara dihirup


 Kemampuan untuk bisa mengawasi hasil bius melalui pemeriksaan fisik
yang sederhana
 Relatif murah dibandingkan dengan semua biaya pembiusan

Dalam proses pembiusan pasien dewasa, maka yang paling sering digunakan adalah;
sevoflurane, desflurane, dan isoflurane. Sedangkan pada kasus anak-anak, maka yang paling
popular untuk digunakan adalah; halothane dan sevoflurane. Meskipun semua obat anestesi
inhalasi memiliki efek yang hampir sama, namun masing-masing dari obat inhalasi tersebut
memiliki keunikannya tersendiri. Sehingga mempelajari prinsip farmakokinetik dari obat inhalasi
tersebut, menjadi dasar penting untuk mengerti bagaimana nanti pengaplikasiannya pada kasus
nyata.
Strutktur Kimia Obat Anestesi Inhalasi

SEJARAH

Pada awalnya, obat anestesi inhalasi yang ditemukan bersifat mudah terbakar; dietil eter,
siklopropan, dan divenil eter. Kemudian ditemukan obat anestesi inhalasi lainnya yang tidak
mudah terbakar, namun justru bersifat hepatotoksik dan neurotoksik; klorofom dan trikoetilen.
Pada perkembangannya diketahuilah alasan dari mudahnya obat anestesi inhalasi menjadi mudah
terbakar. Pada 1930-an ditemukan bahwa hal dasar yang bisa membuat obat anestesi inhalasi
menjadi tidak mudah terbakar (klorofom & trikoetilen), karena mengunakan turunan florin
sebagai salah satu komponennya. Setelah itu dengan kemajuan teknologi pada 1940-an
ditemukan cara untuk bisa memasukan florin kedalam struktur kimia dari obat anestesi inhalasi
yang mudah terbakar. Hal ini menjadi penemuan penting karena florin menggeser komponen
halogen lainnya yang memiliki berat molekul lebih besar dengan yang lebih ringan. Florin adalah
salah satu kompenen dari golongan halogen yang memiliki berat molekul yang paling kecil
(Florin = 35.45; Bromine = 79.90; Iodine = 126.0). Dampak dari penggantian komponen halogen
lainnya ke florin pada molekul eter:
 Menurunkan titik didih
 Meningkatkan stabilitas
 Menurunkan toksisitas
 Menekan tingkat keterbakaran dari struktur hidrokarbon

Se D I E H
vofluran esfluran soflura nfluran alothan N
Profil Fisik e e ne e e 2O
2 4 5 5 -
Titik didih (0C) 59 4 9 7 0 88
Tekanan 15 6 2 1 2 3
penguapan (20 0C) 7 69 38 72 43 8.77
Berat molekul 20 1 1 1 1 4
(g) 0 68 84 84 97 4
Kelarutan dalam 1. 1 1 1 1 1
darah (Otak) 7 .3 .6 .4 .9 .1
Kelarutan dalam 47 2 4 3 5 2
darah (Lemak) .5 7.2 4.9 6 1.1 .3
Kelarutan dalam 3. 2 1 3 1
darah (Otot) 1 2 .9 .7 .4 .2
1. 6 1 1 0 1
MAC dalam O2 8 .6 .17 .63 .75 04
MAC dalam 0. 2 0 0 0
N2O 66 .38 .56 .57 .29 -
Stabilitas pada Ti Y Y Y T Y
CO2 absorben dak a a a idak a
Tingkat 1 5 4
keterbakaran 10 7 7 .8 .8 -
Sisa metabolit 2- 0 0 2 2
aktif (%) 5 .02 .2 .4 0 -
Pada tahun 1970an, Wallin and Travenol menemukan komponen baru yaitu sevoflurane.
Ia memiliki fitur yang hampir sama seperti desflurane, hanya saja melepas florida organic dan
anorganik pasca metabolism, sehingga tidak begitu dikembangkan dan dipasarkan. Memerlukan
penelitian lebih lanjut terkait hal tersebut.

PRINSIP FARMAKOKINETIK

Beberapa hal terkait hal ini tentunya perlu dijabarkan secara umum:

 Absorpsi/Ambilan
Proses penyerapan obat dari lokasi pemberian ke dalam sirkulasi sistemik
 Distribusi
Terjadi saat obat beredar dan masuk ke dalam setiap jaringan diseluruh tubuh
 Metabolisme/Biotransformasi
Pada obat anestesi maka yang terjadi adalah proses pemecahan obat menjadi
bentuk yang lainnya (Katabolisme)
 Ekskresi/Eliminasi
Proses dikeluarkan obat dari tubuh
 Redistribusi
Fase dimana obat yang telah masuk kedalam jaringan, terserap kembali ke
sirkulasi sistemik setelah beberapa waktu untuk menjaga kesetimbangan obat antara
kompartemen satu dan kompartemen lainnya.

Kecepatan, Fase Gas, dan Rute Administrasi

Obat anestesi inhalasi adalah yang paling cepat beraksi diantara obat-obat anestesi yang
ada saat ini. Kecepatan menjadi penentu batas keselamatan dari pemberian obat anestesi. Obat
yang yang memiliki kecepatan yang tinggi dalam penyearapan dan eliminasi akan :

 Meningkatkan kecepan induksi


 Mempercepat proses pemulihan pasca pembiusan
 Mempersingkat waktu perawatan
 Waktu keluar dari rumah sakit yang lebih dini
Semua gas anestesi yang tersedia memiliki fitur tidak terionisasi dan berat molekul yang
ringan. Dengan demikian dimungkinkan untuk proses difusi yang cepat tanpa perlu difasilitasi
atau menggunakan mekanisme transport aktif. Bentuk gas juga membuat pemberian pada pasien
lebih mudah karena ketersediaan rute jalur nafas yang dimiliki oleh semua pasien, yakni paru.

Jalur abrsorbsi dan eliminasi dari dari obat anestesi inhalasi adalah melalui paru. 1
saluran untuk 2 mekanisme. Sehingga komponen kecepatan, fase gas dan rute pemberian,
menjadikan obat anestesi inhalasi memiliki keuntungan tersendiri dalam kemampuannya untuk
meningkatkan dan menurunkan konsentrasi dalam plasma, dengan mudah dan cepat.

Karakter Fisik Obat Anestesi Inhalasi

Tujuan dari pemberian obat anestesi inhalasi adalah untuk mencapai fase anestesi pada
konsentrasi yang spesifik di susunan saraf pusat. Untuk mencapai hal tersebut maka perlu dicapai
tekanan parsial tertentu dari obat anestesi inhalasi, yang kemudian akan secara otomatis akan
disetimbangkan dengan otak dan medual spinalis melalui aliran darah sistemik. Proses
penyetimbangan tersebut adalah hasil dari :

 Obat anestesi inhalasi dengan mudah dan cepat untuk masukdan keluar,
dari dan ke dalam sirkulasi sistemik melalui paru, untuk mencapai susuan saraf pusat
 Jaringan dan plasma relative memiliki kemampuan penyerapan yang
rendah ketimbang dengan obat anestesi inhalasi yang diberikan. Sehingga membuat
pelepasan obat anestesi inhalasi yang sudah beredar, dengan mudah berpindah dari dan
ke susunan saraf pusat. Hal ini membuat lebih mudah untuk mencapai efek anestesi yang
dinginkan berdasarkan konsentrasi plasma, demikian juga dengan proses penisbian
efeknya.
 Metabolisme, ekskresi dan redistribusi obat anestesi inhalasi reltif tidak
begitu berpengaruh terhadap kecepatan obat tersebut diberikan dan keluar dari tubuh.
Dengan demikian memudahkan mempertahankan konsentrasi obat dalam plasma dan
susunan saraf pusat

PV = nRT

 P = Tekanan (atm)
 V = Volume (ml)
 N = Jumlah molekul gas
 R = Konstanta gas
 T = Temperatur (0C)

Gas yang tersedia secara alami dalam bentuk gas sedari awal adalah oksigen dan
nitrogen, dalam tekanan normal udara sekitar. Tidak demikian dengan obat anestesi inhalasi.
Sebagian besar obat anestesi inhalasi dalam bentuk cair pada tekanan udara sekitar. Sehingga
penggunaannya perlu mengubah unsur-unsur lainnya (temperature, tekanan, dll) untuk bisa
diberikan dengan cara dihirup. Untuk nitro-oksida (N2O), tersedia dalam bentuk gas, namun bisa
dirubah menjadi bentuk cair dalam keadaan bertekenan tinggi.

Beberapa molekul gas bisa keluar dari bentuk cairnya dan terevaporasi pada permukaan
dari komponen cairnya. Karena difusi yang terjadi dari area bertekenan tinggi ke rendah. Hal ini
merupakan konsep thermodinamik. Proses tersebut akan terus terjadi sampai akhirnya terjadi
kesetimbangan tekanan antara bentuk gas dan cair. Karenanya manipulasi obat anestesi inhalasi
dari komponen temperature, tekanan sekitar dan tambahan komponen lainnya, menjadi penentu
proses evaporasi obat anestesi inhalasi yang tersedia awal sebagai bentuk cair.

Untuk semua agen anestesi inhalasi yang kuat, memiliki tekanan uap yang lebih rendah
dari tekanan udara sekitar, pada kondisi sihu terjaga 200c. Namun perlu diingat juga ada titik
didih. Dimana hal ini hanya berlaku bila obat anestesi inhalasi tidak dalam bejana tertutup
(tekanan udara sekitar). Maka titik didih dari masing-masing obat anestesi inhalasi pun akan
berbeda satu dengan yang lainnya. Dari sekian banyak obat anestesi inhalasi kuat yang mudah
untuk menguap adalah Desflurane. Titik didihnya ada pada suhu 23.5 0c. Sehingga pada suhu
ruangan, obat tersebut akan langsung menguap saat dibuka dari bejananya.

Gas-Gas Dalam Campuran

Dalam hal ini maka akan berlaku hukum Dalton. Dimana tekanan setiap gas yang berada
pada sebuah ruang, adalah penjumlahan bagian dari semua gas secara utuh. Karenanya bisa
dilihat sebagai tekanan gas parsial untuk setiap campuran gas.

P Total = P1 + P2 + P3 + …
Gas Dalam Cairan

Tekanan parsial gas dalam bentuk cairan lebih rumit untuk dijabarkan. Dalam sebuah
bejana tertutup, maka gas dalam bentuk cairan mendorong perubahan molekul untuk evaporasi.
Namun tekanan gas dari molekul gas yang terevaporasi meningkat, maka tekanan tersebut akan
mendorong gas untuk kembali tersublimasi ke bentuk cairan kembali. Hal tersebut akan tersu
terjadi hingga tercapai kesetimbangan diantara keduanya. Tekanan setimbang tersebut
dinamakan sebagai Tension. Maka aplikasinya, dalam sebuah bejana tertutup untuk dapat
menguapkan cairan tersebut, maka diperlukan tekanan yang lebih tinggi dari Tension yang ada
dalam ruang tertutup itu, atau dengan mengubah parameter lain seperti temperature atau
menambahkan komponen lainnya.

Prinsip dari tekanan parsial dan solubilitas diterapkan dalam campuran gas dalam bentuk
cair. Hal ini akan tergantung dari faktor :

 Tekanan parsial dari gas yang setimbang dengan tekanan dari bentuk cair
 Tingkat kelarutannya dalam larutan tersebut

Dengan demikian maka tekanan parsial dari sebuah gas berbanding lurus dengan fraksi
volume gas, bukan volume bentuk cair.

Implikasi dari sifat fisik tersebut adalah ketika obat anestesi inhalasi dihirup, akan
terdifusi dari paru menuju aliran darah sistemik melalui alveoli, sampai kedua tekanan parsial
pada 2 kompartemen tersebut setimbang. Sehingga proses difusi tersebut akan berhenti ketika
tercapai kesetimbangannya. Karenanya perlu kontrol terhadap konsentrasi obat anestesi inhalasi
didalam alveoli untuk menentukan jumlah anestesi inhalasi yang diberikan untuk mencapai efek
yang diharapkan. Hal ini disebut sebagai konsentrasi alveolar minimum (Minimum Alveolar
Concentration – MAC).

Transfer Anestesik : Mesin ke Susunan Saraf Pusat

Pada saat aliran gas segar dan penguap diaktifkan, makaobat anestesi inhalasi yang akan
mengalir dan tercampur dengan gas yang berada disepanjang mesin anestesi; pipa, kantong,CO2
absorben, dan tuba. Oleh karena itu terjadi dilusi dari konsentrasi obat anestesi inhalasi oleh gas
yang berada sepanjang sirkuit mesin anestesi tersebut. Namun hal tersebut akan berubah seiring
dengan aliran yang terus menerus, hingga tercapai kesetimbangan yang baru sesuai dengan
jumlah konesntrasi awal obat anestesi inhalasi sewaktu meninggalkan bejana tempat ia disimpan
sebelumnya.

Pada saat gas masuk kedalam saluran nafas pasien, maka jumlah konsentrasi obat
anestesi inhalasi yang berpindah disebut sebagai fraksi inpirasi (FI). Kemudian gas tersebut akan
diteruskan untuk masuk kedalam paru yang memilik banyak ruang mati (Dead Space), yang
sudah terisi dengan gas ruang sebelumnya. Sehingga terjadi lagi dilusi dari obat anestesi inhalasi
yang masuk kedalam paru. Konsentrasi obat anestesi inhalasi yang ada pada alveoli disebut
sebagai fraksi alveoli (FA). Kemudian obat anestesi akan terdilusi kembali saat gas berpindah ke
sirkulasi sitemik. Muara dari proses panjang ini adalah difusi pada jaringan diseluruh tubuh.

Obat anestesi inhalasi yang sudah masuk ke dalam darah akan didistribusikan ke 3 grup
jaringan berbeda :

 Grup kaya vaskularisasi


Otak, Jantung, Ginjal, Hati, Saluran cerna, dan jaringan kelenjar
 Grup otot
 Grup lemak

Obat anestesi inhalasi tentunya akan lebih banyak masuk kedalam jaringan yang
memiliki banyak vaskularisasi. Otak adalah salah satu yang memiliki vaskularisasi yang banyak.
Namun demikian faktor penentunya tidak hanya vaskularisasi untuk penyerapan obat anestesi
inhalasi hingga ke target organ. Solubilitas jaringan serta gradient perbedaan konsentrasi antar
kompartemen menjadi penentu apakah obat anestesi inhalasi anestesi bisa masuk ke dalam
jaringan otak dan akhirnya menimbulkan efek anestesi yang diharapkan. Pada saat bersamaan
akan terjadi proses difusi pada organ lainnya yang memiliki vaskularisasi lebih sedikit dan
solubilitas jaringan terhadap obat anestesi inhalasi yang lebih kecil. Proses difusi akan memakan
waktu lebih lama pada jaringan tersebut, namun ketika sudah tersimpan, maka butuh waktu lebih
lama juga untuk obat anestesi inhalasi bisa terelimnasi. Sehingga hal ini akan memperpanjan
durasi anestesi akibat proses redistribusi dari obat anestesi inhalasi, dari jaringan 1 ke jaringan
yang lainnya, utamanya dari jaringan yang tidak kayak vaskularisasi ke jaringan yang terdapat
banyak vaskularisasi dan memiliking solubilitas jaringan yang tinggi.
Salah satu alasan anestesi inhalasi sangat mudah untuk dititrasi adalah karena memiliki
solubilitas jaringan yang lebih rendah dibandingkan dengan kecepatan pemberiannya. Dengan
demikian pemberian tekanan parsial obat anestesi inhalasi yang ingin diberikan ke sistem saraf
pusat bisa dilakukan dengan cepat, meskipun ada mekanisme redistribusi dan akumulasi obat
anestesi inhalasi pada kompartemen jaringan lainnya.

Absorbsi dan Distribusi

FA/FI

Cara ideal untuk melihat ambilan dari anestesi inhalasi yang diberikan adalah dengan
mengukur rasio dari FA /FI

Semakin rendah solubilitas obat anestesi inhalasi terhadap darah, semakin cepat
peningkatan rasio FA /FI. Beberapa hal yang membuat keterlambatan terhadap naiknya FI adalah :

 Absorben CO2 dapat menyerap obat anestesi inhalasi, sehingga jumlah


dari gas yang tersirkulasi kembali ke dalam mesin akan memiliki konsentrasi fraksi yang
kembali rendah.
 Solubilitas obat inhalasi anestesi pada plastic dan karet dari sirkuit anestesi
yang dipakai, sehingga terjadi pengurangan konsentrasi fraksi obat anestesi lokal yang
keluar dari mesin anestesi

Peningkatan FA Dalam Ketiadaan Absorbsi

Obat anestesi inhalasi yang masuk ke dalam alveoli akan tercampur dengan gas di
alveolar hasil ekshalasi pada setiap nafas. Bila tidak ada aliran darah menuju alveolar yang akan
menyerap gas secara difusi dari alveolar. Maka peningkatan FI akan diikuti dengan pengingkatan
FA.

Faktor-faktor yang meningkatakan/menurunkan kecepatan peningkatan Fa/FI :

 Semakin rendah rasio solubilitas darah:gas, semakin cepat peningkatan


FA/FI
 Semakin rendah curah jantung, semakin cepat peningkatan FA/FI
 Semakin tinggi ventilasi dalam semenit, semakin cepat peningkatan FA/FI
 Pada permulaan induksi, PV (tekenan pasrsial arteri-vena pulmonalis)
meningkat dengan cepat bersamaan dengan peningkatan FA/FI. Kemudian akan meningkat
lebih lambat setelah induksi dan selama rumatan.

Mengurangi konstanta waktu pemberian obat anestesi inhalasi dapat mempercepat


penyetimbangan FA/FI dengan cara:

 Menunurunkan FRC dengan cara membuang nafas dalam sebelum


disungkup
 Meningkatkan ventilasi semenit dengan cara mengambil nafas dalam dan
cepat setelah disungkup

Pada anak, mereka memiliki FRC yang realtif lebih rendah dari FA, sehingga
mempercepat peningkatan FA/FI. FRC menjadi penting dalam proses dilusi dari udara yang
dikeluarkan dari paru, karena ruang rugi terhitung sebagai bagian dari FRC.
Peningkatan FA Dalam Keberadaan Absorbsi

Pada kenyataannya akan selalu ada aliran darah ke alveoli. Karenanya akan selalu terjadi
proses transfer konsentrasi obat anestesi inhalasi dari alveolar menuju aliran darah. Semakin
tinggi absorbsnya, maka jumlah konsentrasi obat anestesi inhalasi pada alveolar akan semakin
cepat turun. Peningkatan FA/FI menjadi semakin lambat, karena nila FA yang bertahan dalam
alveolar dalam level yang rendah karena proses absorbs. Obat anestesi inhalasi yang kurang larut
akan memiliki absorbs lebih sedikit, sehingga meningkatkan proses penyetimbangan.

Semakin larut sebuah obat anestesi inhalasi & semakin besar kapasitas dari jaringan dan
darah untuk menyimpan obat anestesi inhalasi tersebut, samkain lama untuk mencapai kondisi
tersaturasi pada alveolar. Jika FA/FI dimulai dari nol dan meningkat seiring dengan obat anestesi
inhalasi yang mencapai alveoli (namun absorbs menuju vaskularisasi pulmonal sama cepatnya
dnegan aliran dari mesin anestesi menuju alveoli), maka FA/FI tidak akan meningkat sama sekali.
Namun jika absorbs sangat rendah, maka FA/FI akan segera setimbang.

Distribusi

Selama tekanan parsial aliran darah pulmonal (PV) belum meningkat, maka hal berikut di
bawah ini tergantung oleh solubilitas adalah:

 FA/FI
 Curah jantung
 Ventilasi semenit

Bersamaan dengan penyetimbangan konsentrasi dalam darah dengan gas dalam alveolar,
dimulai juga proses penyetimbangan dengan:

 Jaringan kaya vaskularisasi


 Jaringan Otot
 Jaringan Lemak

Perfusi dari masing-masing kompartemen menjadi penentu proses saturasi dari obat
anestesi inhalasi yang diberikan:
 Jaringan kaya vaskularisasi (75 ml/menit/100 g)
 Jaringan otot ( 3 ml/menit/100 g)

Hal ini menunjukan meskipun koefisiensi partisi antar kompartemen sama, namun
jaringan dengan perfusi yang lebih besar akan mempercepat penyetimbangan obat anestesi
inhalasi dalam darah.

Kompartemen lemak memiliki tingkat perfusi yang lebih rendah dibandingkan otot dan
jaringan kaya vaskularisasi. Karenanya butuh waktu lebih lama untuk penyetimbangan. Hal ini
juga dikarenakan koefisiensi partisi yang besar dimiliki olehnya.

Secara rerata, solubilitas agen anestesi inhalasi, 25x lebih larut dalam lemak ketimbang
dalam jaringan kaya vaskularisasi. Karena lebih lama dalam proses penyetimbangannya sehingga
tidak memiliki peran signifikan dalam induksi.Tetapu karena lebih mudah tersaturasi dan
tersimpan dalam lemak, hal ini menjadi penentu dalam pemulihan yang terhambat.

N2O adalah anestesi inhalasi dengna pengecualian dalam hal ini:

 Perfusi koefisiensinya sama pada semua jaringan


 Tidak terakumulasi dalam jumlah besar
 Bukan merupakan obat anestesi yang poten
 Digunakan sebagai ajuvan dari obat anestesi inhalasi poten
lainnya
 Sebagai pembantu proses induksi

Metabolisme

Data menunjukan bahwa enzim yang bertanggungjawab dalam proses


biotransformasi/metabolism dalam obat anestesi inhalasi kurang tersaturasi dibandingkan dengan
obat anestesi inhalasi itu sendiri. Profil ini menjadi penentu dalam melawan kerja anestesi
inhalasi.

Efek Tekanan Berlenih dan Konsentrasi


Ada beberapa cara untuk bisa mempercepat induksi saat menggunakan obat anestesi
inhalasi, salah satunya dengan cara menggunakan tekanan berlebih. Hal ini sama seperti proses
pemberian bolus pada pemberian obat intravena. Caranya adalah dengan memberikan tekanan
parsial inspirasi FI yang jauh lebih besar dari FA yang dibutuhkan oleh pasien.

Pemberian FI yang tinggi akan menimbulkan 2 efek ini untuk bisa mempercepat induksi:

 Peningkatan konsentrasi
 Penumpukan jumlah molekul dalam aluran gas
termampatkan

Semakin tinggi FI akan semakin kuat efek yang dihasilkan. Efek dari obat anestesi
inhalasi yang terkonsentrasi akan memiliki kekuatan yang lebih pada obat anestesi inhalasi yang
lebih mudah terlarut. Dengan demikian Halothane dan Isoflurane lebih memiliki keuntungan dari
peningkatan FI. Namun karena konsentrasi yang yang dimiliki keduanya untuk mendapatkan
efek yang sama, lebih rendah dari pada yang dimiliki oleh sevoflurane dan desflurane, maka
agen tersebut (halothane dan isoflurane)tidak begitu memiliki banyak keuntungan dari efek obat
terkonsentrasi seperti yang diharapkan. Inilah yang disebut sebagai konsetrasi mengalahkan
kapabilitas solubilitas.

Hal ini baru sebagian dari proses bagaimana mempercepat proses induksi. Proses gas
yang tertambahkan saat proses inhalasi obat anestesi, menambahkan level konsentrasi FA yang
membuat proses absorbs lebih tinggi yang pada akhirnya mempercepat proses induksi yang
difasilitasi oleh percepatan proses distribusi.

Efek Gas Kedua

Proses ini adalah ketika obat anestesi inhalasi yang poten diberikan bersama dengan N2O.
Hal yang ingin dicapai adalah peningkatan konsentrasi gas anestesi yang poten didalam alveolar
ketika N2O terserap lebih dulu untuk masuk kedalam peredaran darah. Gas kedua adalah agen
poten-nya Sebagai sebuah contoh; 2% gas anestesi poten + 70% N2O + 28% O2. Gas Nitrosoksida
lebih mudah untuk masuk kedalam peredaran darah alveolar, sehingga mengurangi konsentrasi
N2O didalam alveoli. Setidaknya 50% dari gas N2O akan masuk kedalam darah (35 bagian dari
total 70 bagian). Dengan demikian tercapai kesetimbangan baru untuk konsentrasi gas anestesi
poten 2/(2+35+28) = 3.1%
Pada perjalanannya, efek gas kedua ini lebih berarti dan tampak jelas pada awal induksi
atau awal pembiusan, dimana untuk bisa mencapai efek yang diinginkan bisa lebih cepat
didapatkan ketimbang tanpa menggunakan efek gas kedua. Terbukti pada grafik kedua, bahwa
penambahan N2O dengan level konsentrasi yang berbeda akan meningkatkan konsentrasi
alveolar dan penyerapan dari gas anestesi yang poten diawal pemberian.

Efek Ventilasi

Obat anestesi inhalasi yang memiliki solubilitas yang rendah dalam darah akan memiliki
peningkatan FA/FI yang cepat saat induksi. Salah satu cara lainnya untuk bisa meningkatkan
kecepatan peningkatan FA/FI adalah dengan meningkatan ventilasi semenit. Proses peningkatan
tersebut bisa didapatkan salah satunya dengan meningkatkan frekuensi ventilasi atau dengan
volume ventilasi.

FA/FI akan meningkat dengan cepat segera setelah dinaikannya ventilasi semenit, seperti
digambarakan pada grafik diatas saat dibandingkatn ventilasi semenit 2-8 L/menit.

Efek Perfusi
Curah jantung tidak dalam keadaan statik selama periode induksi. Untuk obat inhalasi
anestesi yang tidal larut dalam darah secara mudah, maka tidak aka nada banyak pengaruhnya
pada jantung. Namun akan berbeda dengan obat anestesi inhalasi yang sangat mudah larut dalam
darah. Karena obat terserbut akan terabsorbsi dalam darah secara mudah dan masuk kedalam
jantung sehingga menekan kerja jantung. Ketika kerja jantung tertekan, maka sirkulasi alveolar
berkurang. Berkurangnya sirkulasi alveolar akan menurunkan absorbsi dari obat anestesi inhalasi
dari alveoli ke peredaran darah, sehingga secara otomatis akan meningkatkan FA/FI.

Jika ventilasi tetap, maka peningkatan curah jantung akan menurunkan konsentrasi
alveolar akibat dari absorbsi yang cepat dari peningkatan aliran darah alveolar. Dengan demikian
akan menurunkan rasio FA/FI.

Ketidakcocokan Ventilasi-Perfusi

Pada kondisi salah satu bronkus yang terintubasi secara tidak sengaja, maka terjadi 2
peristiwa berbeda pada 2 lokasi yang berbeda; yang terintubasi dan yang tidak terintubasi. Hal
ini dilihat dari perfusi/ventilasi masing-masing paru yang terlibat didalamnya.
Bila menggunakan obat anestesi inhalasi yang tidak mudah larut, pada bronkus yang
terintubasi, maka peningkatan ventilasi tidak akan meningkatkan tekanan parsial dari alveolar
pada sisi tersebut. Namun pada sisi yang tidak terintubasi, bahkan tidak ada tekanan parsial dari
obat anestesi inhalasi adalah nol. Hal ini akan membuat obat yang masuk dan terabsorbsi ke
peredaran darah akan selalu terdilusi kembali konsentrasinya, karena tidak banyak obat anestesi
inhalasi yang mampun bertahan dan terlarut dalam darah, karena mudah terlepas dari
kompartemen darah. Akan berbeda halnya bila menggunakan obat anestesi inhalasi yang mudah
larut. Pada bronkus yang terintubasi, maka peningkatan ventilasi akan menyebabkan peningkatan
tekanan parsial dari obat anestesi inhalasi di alveoli. Jumlah obat yang terlarut dalam darah akan
kembali lagi menuju paru, karena tingkat kelarutannya yang tinggi dalam darah. Sehingga dilusi
obat anestesi inhalasi yang sudah masuk kedalam darah akan kembali melalui vena. Hal ini
menguntungkan, karena pada proses transfer obat anestesi inhalasi berikutnya melalui pembuluh
darah alveolar, tidak terjadi lagi dilusi berlebihan karena sudah ada konsentrasi obat anestesi
inhalasi sebelumnya berada di peredaran darah.

Eliminasi

Perkutan dan Viseral


Meskipun pada umumnya obat anestesi inhalasi keluar melalui ekshalasi dari paru-paru,
tapi ekskresi dari obat anestesi inhalasi bisa juga melalui kulit dan saluran cerna. Nitrooksida
adalah salah satu obat anestesi inhalasi yang bisa keluar lewat kulit dan organ visceral. Meskipun
demikian, jumlah yang dikeluarkan melalui 2jalur tersebut, jumlahnya sangat tidak signifikan.

Difusi Antara Jaringan

Terdapat 5 kompartemen berbeda yang bisa membantu menjelaskan kemudahan proses


difusi dari agen anestesi inhalasi :

 Alveoli
 Jaringan kaya vaskularisasi
 Otot
 Lemak
 Jaringan adiposa yang menerima obat anestesi inhalasi secara langsung

Proses difusi antar jaringan ini cukup signifikan, mengingat bahwa hal ini mengambil
porsi sebanyak 1/3 dari total distribusi obat anestesi inhalasi.

Metabolisme

Metabolisme terbanyak adalah dari Halothane, diaman 50% dari obat yang diserap akan
dibuang. Faktanya terdapat bukti cukup kuat dimana konsentrasi alveolar berkurang banyak pada
saat menggunakan halothane, yang membuat pasien terbangun ditengah operasi. Metabolisme
halothane yang cukup tinggi ini menjadi alasan dibalik kejadian tersebut.

Ekshalasi dan Pemulihan

Sama halnya seperti pada induksi, maka proses pemulihannya akan tergantung dari:

 Solubililtas obat anestesi inhalasi


 Curah jantung
 Ventilasi semenit

Solubilitas obat anestesi inhalasi akan menentukan tingkat absorbsi serta kapasitas
penyimpanan didalam darah dan jaringan. Solubilitas pada jaringan akan menentukan kapasitas
penyimpanan obat anestesi inhalasi pada jaringan, sedangkan dosis dan durasi kerja obat anestesi
inhalasi akan menentukan seberapa banyak kapasitas tersebut dapat terisi. Proses pemulihan
tentunya akan dipengaruhi oleh prses pembersihan obat anestesi inhalasi dari setiap jaringan dan
dari dalam darah. Hal ini bisa dinilai dari rasio jumlah partikel yang diekshalasi mulai dari obat
anestesi inhalasi masih dihirup, hingga ketika gas sudah dihentikan. Semakin lama durasi kerja
gas anestesi poten yang murah larut, semakin besarpenyimpanannya dalam tubuh.

Ada 2 perbedaan antara pemulihan dan induksi:


 Tekanan berlebih akan meningkatkan kecepatan induksi. Tidak ada istilah
bertekanan kurang. Kedua hal terkait kecepatan induksi dan pemulihan, tergantung pada
gradient antara Pv & PA yang tidak akan pernah bernilai nol.
 Ketika di awal induksi, semua jaringan memiliki konsentrasi anestesi
inhalasi nol pada setiap kompartemennya, namun akan memiliki konsentrasi yang
berbeda pada saat awal proses pemulihan karena memiliki kapasitas komparetemen yang
berbeda-beda.

Setelah penghentian aliran gas anestesi poten, maka otot dan lemak masih terus
mengabsorbsi konsentrasi anestesi inhalasi yang masih ada diperedaran darah. Proses redistribusi
masih akan terus berlangsung sampai tekanan parsial dari darah/alveolar dibawah tekanan parsial
dari jaringan. Jaringan kaya vaskulariasi adalah yang paling banya terperfusi dan pembersihan
obat anestesi inhalasinya pada awal pemulihan adalah yang pertama kali. Hal ini menjadi
patokan untuk mekanisme lainnya. Pada umumnya, proseselimnasi sudah mencapai 80-90%
bahkan sebelum pasiennya pulih. Obat anestesi inhalasi yang lebih mudah larut, lebih sulit untuk
dieliminasi dari dari pada yang tidak mudah larut.

Hipoksia Difusi

Pada saat proses pemulihan, pembersihan nitrooksida konsentrasi tinggi bisa menurunkan
konsentrasi alveolar dari oksigen dan karbondioksida. Fenomena ini disebut sebagai hipoksia
difusi. Hal ini dikarenakan jumlah nitrooksida yang dikeluarkan kedalam alveolar, mengambil
banyak tempat dari ruang rugi dan menggeser oksigen inhalasi yang baru akan masuk. Sehingga
ketika tarikan nafas berikutnya, nitrokoksida masih masuk kembali kedalam peredaran darah
melalui alveolar (Dengan catatan hanya bernafas dengan udara normal).

Hasil dari hipoksia alveolar inin akan menyebabkan hipoksemia dan hipokarbia alveolar
yang akan bisa mendepresi pusat pernapasan. Karenanya proses pemulihan dari nitrookdisa
disaranakan untuk menggunakan 100% aliran udara oksigen.

Anda mungkin juga menyukai