Anda di halaman 1dari 47

“Jasa Profesi Apoteker

Implementasi dan Tantangan”


Prof.apt.Umi Athiyah.,MS
PROFESI

 Definisi

 Profesi adalah sebuah jabatan yang memerlukan kemampuan intelektual


khusus, yang diperoleh melalui kegiatan belajar dan pelatihan yang bertujuan
untuk menguasai keterampilan atau keahlian dalam melayani atau memberi
advice pada orang lain dengan memperoleh upah atau gaji dalam jumlah
tertentu
 Profesi adalah suatu kompetensi khusus yang memerlukan kemampuan
intelektual tinggi yang mencakup penguasaan atau didasari oleh pengetahuan
tertentu
 Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan keahlian dan penguasaan terhadap suatu
pengetahuan khusus
Sifat Pelaku Profesi

Menguasai ilmu secara mendalam di


bidangnya
Mampu mengkonversi ilmu menjadi
keterampilan
Menjunjung tinggi etika dan integritas
profesi
Workshop Model Praktek Asuhan Kefarmasian KFA Angkatan I 2017
SYARAT-SYARAT PROFESI
1. MEMILIKI ILMU yang SPESIFIK
2. MEMILIKI KODE ETIK DALAM MENJALANKAN
PROFESI
3. MEMILIKI ORGANISASI PROFESI
4. DIAKUI MASYARAKAT
5. SEBAGAI PANGGILAN HIDUP
6. DILENGKAPI KECAKAPAN DIAGNOSTIK
7. MEMPUNYAI KLIEN YANG JELAS
Professional memiliki tiga hal pokok :

 Skill (Skill disini berarti adalah seseorang itu benar-


benar ahli di bidangnya),
 Knowledge (Knowledge, tak hanya ahli di
bidangnya, tapi ia juga berwawasan dan
menguasai berbagai ilmu pengetahuan lain yang
berhubungan dengan bidangnya)
 Attitude (Attitude, bukan hanya pintar dan cerdas,
tapi dia juga punya etika yang diterapkan dalam
bidangnya).
CIRI-CIRI PROFESIONALISME

1. Profesionalisme menghendaki sifat mengejar kesempurnaan hasil (perfect


result), sehingga kita di tuntut untuk selalu mencari peningkatan mutu.
2. Profesionalisme memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja yang hanya
dapat diperoleh melalui pengalaman dan kebiasaan.
3. Profesionalisme menuntut ketekunan dan ketabahan, yaitu sifat tidak mudah
puas atau putus asa sampai hasil tercapai.
4. Profesionalisme memerlukan integritas tinggi yang tidak tergoyahkan oleh
“keadaan terpaksa” atau godaan iman seperti harta dan kenikmatan hidup.
5. Profesionalisme memerlukan adanya kebulatan fikiran dan perbuatan,
sehingga terjaga efektivitas kerja yang tinggi.
6. Memiliki keahlian khusus yang dipersiapkan oleh program pendidikan keahlian
atau spesialisasi.
7. Penghasilan yang memadai sebagai imbalan terhadap keahlian khusus yang
dimilikinya.
Perbedaan Profesi dan Pekerjaan

Profesi Pekerjaan
- Ada Standar dan - Tidak ada standar
Kode Etik yang Kode Etik yang
mengatur mengatur
- Ada jasa bagi
- Tidak ada jasa bagi
orang lain
- Tidak ada campur orang lain
tangan orang lain - Adanya campur
tangan orang lain
PRAKTEK
PROFESI

Kemampuan
Kebutuhan
dan
masyarakat
Kewenangan
9 Pasal 108 dari UU 36/09 Kesehatan

• Praktik kefarmasian yang meliputi pembuatan


termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi ,
pengamanan , pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
tom.ahaditomo3@gmail.com
Implikasi keputusan pasal 108 oleh MK
10
Praktik Kefarmasian sebagai
praktik yang ditetapkan oleh
Undang Undang 36/09

Meliputi
Pembuatan
Pemahaman termasuk Pemahaman
Keahlian Pengendalian Kewenangan
Mutu Sediaan
Farmasi,
Pengamanan,
Pengadaan,
Kompetensi Ilmu Kecukupan Penyimpanan, Pengakuan oleh
Pengetahuan dan Pengalaman Pendistribusian Sistem Negara
Tehnologi Farmasi Praktik Obat, melalui
Pelayanan obat •Registrasi
Kompetensi Produk Profesi atas Resep •Lisensi Praktik
Profesi Farmasi yg dilayankan Dokter, ,
secara Pelayanan
Informasi Obat,
SPO Praktik
karakteristik Kefarmasian
Bahan Obat, dan
tom.ahaditomo3@gmail.com Obat Tradisional
11 Ketentuan pasal 108 dari UU 36/09
yang mengikat secara hukum adalah :
Pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi ,
pengamanan ,
pengadaan,
 penyimpanan dan
pendistribusian obat,
pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat
tom.ahaditomo3@gmail.com
12 STATUS DEFINITIF APOTEK

Ketentuan dari UU 36/09 dan


PERSEPSI SELAMA INI PP 51/09
 Entitas , yang sebenarnya tidak  Apotek adalah “tempat” bagi apoteker
memiliki otoritas melakukan transaksi untuk berpraktik melakukan
obat pelayanan kefarmasian ( ditetapkan
sejak PP 25/80)
 Apotek melakukan “trading obat” dari
semua golongan obat, al menjadi  Fasilitas pelayanan kesehatan yg
apotek “panel” melaksanakan pelayanan kefarmasian
 Apotek berkembang menjadi berstatus  Tunduk kepada UU 36/09 dan PP
“ wara laba” usaha bisnis obat 51/09
 Tidak ada “sistem “ yang bisa  Status Apoteker sebagai subjek hukum
mengendalikan proses pelayanan obat yang bertanggung jawab dalam proses
di apotek dan rs pelayanan
 Kurang menampilkan skenario  Bukan tempat berdagang obat
pelayanan kesehatan ( transaksi jual beli obat)

tom.ahaditomo3@gmail.com
MARK UP VS JASA APOTEKER
13

HARGA OBAT BERBASIS HARGA OBAT BERBASIS


“MARK UP” “JASA APOTEKER”
 Obat dibeli dengan harga HNA + PPn X  Obat ditebus pasien sebesar HNA +
faktor MARK UP yg tidak sama atau PPn
HET
 Pasien dapat memilih obat yang bisa
 Kompetisi HET yang dimenangkan dijangkau/generik ( Ps 24/PP 51)
investor besar dengan rasio 20-80
 Variasi Harga Obat berbasis mutu
 Fasilitas Apotek terkonsentrasi , tidak pelayanan apoteker
terdistribusi merata diantara
penduduk.  Biaya Pelayanan Farmasi, termasuk jasa
apoteker + biaya operasional
 Obat dijual sebagai “barang”
 Apotek terdistribusi lebih merata sebab
 Variasi Harga HET yang tidak Harga Obat sama ( HNA + PPn)
terstruktur
 Obat menjadi “ produk kesehatan” yang
 Apoteker digaji berbasis UMR dilayankan oleh Apoteker
 Skema Harga= Skema Toko  Pendapatan Apoteker berbasis Jasa
Profesi Jurai +/- (2-3) x PDB

tom.ahaditomo3@gmail.com
14 SKENARIO KOMPETENSI APOTEKER

 KOMPETENSI TENTANG SUBSTANSI OBAT SBG PRODUK ATAU BENTUK


DOSIS
 KOMPETENSI TENTANG STATUS PASIEN SEBAGAI PENGGUNA OBAT
DALAM KERANGKA FARMAKOTERAPI
 KOMPETENSI MEMBERIKAN KEPUTUSAN PROFESI ATAS PROSES
FARMAKOTERAPI
 KOMPETENSI MEMBERIKAN ADVOKASI DAN PENJELASAN
FARMAKOTERAPI KEPADA PASIEN DAN REKAN TENAGA KESEHATAN LAIN
NYA SERTA MASYARAKAT UMUM
 LIABILITI LEGAL DAN PROFESIONAL APOTEKER ATAS OTORITAS PROFESI
YANG DIMILIKINYA.

11/2/2020
Sasaran UU 36/09 dan PP 51/09
15

Ter-selenggara-nya proses farmasi sebagai


peristiwa “pelayanan kesehatan”
Obat memiliki dimensi utama sebagai “produk
kesehatan ” , yang memiliki “ manfaat kesehat
an” sekaligus “resiko kesehatan” yang tinggi,
disamping “resiko ekonomi”.
Apoteker mempunyai tugas dan jabatan
sebagai tenaga kesehatan dan pelaku utama
dari “Praktik Kefarmasian”

11/2/2020
Format Pelayanan Farmasi berdasar UU
16
36/09 dan PP-51/09
Pelayanan
Kefarmasian
sebagai Pelayanan
Kesehatan, dengan
basis Pasien dan
Kesehatan

Undang Undang
36/09 dan PP-51/09 11/2/2020
Hubungan Apoteker dengan Pasien /
17 Klien, fakta hari ini

 Hingga saat ini tidak terlihat nyata adanya


“hubungan profesi-pasien/klien” oleh apoteker,
sebagaimana layaknya pelayanan yang berbasis
profesi ( kesehatan).
 Program PT Farmasi Indonesia tidak mengenalkan
peserta didik kedalam pengalaman belajar-
mengajar tentang pengetrapan ilmu farmasi
dalam proses pelayanan sebagai pemberi
pelayanan kepada pasien / klien.
 Organisasi profesi mengaku bah wa apoteker
adalah profesi ( eksplisit profesi kesehatan), yang
sulit dibuktikan
11/2/2020
Posisi Apoteker dalam proses
pelayanan farmasi, saat ini
18
APOTEKER INDONESIA
APOTEKER APOTEKER PEMEGANG
PEMEGANG SIA “LISENSI” PRODUKSI-QC

BEKERJA SBG BEKERJA DI HANYA BEKERJA DI


PNS, DOSEN, APOTEK PABRIK
DINAS DLL ATAU RS

CPOB YANG
CPOB BAIK MERAGUKAN

Tenaga Teknis Kefarmasian


ATAU PETUGAS APOTEK PARA PEKERJA PABRIK

Pelayanan terdepan Pelayanan terdepan

DOKTER,DOKTER SPESIALIS,SUPER SPESIALIS, DRG, DRH DAN


11/2/2020
PASIEN YANG KRITIS, PASIEN DI RS, DAN PASIEN RAWAT JALAN
Profesi lain dan ilmu pengetahuan
19 pendukungnya
 Berjuta orang terlibat tentang “salah-benarnya”
suatu urusan.Cukup seorang hakim,
memutuskan dengan menggunakan “ilmu
hukum” dalam satu format pengadilan sebagai
“tempat dan fasilitas” para pihak untuk ber-
acara.
 Berjuta orang bertransaksi untuk memperoleh
pengakuan negara atas hak dan kesepakatan
antar pihak.Cukup seorang Notaris
mengesahkan dokumen tertulis berdasarkan
ilmu hukum di tempat praktik notaris sebagai
fasilitas yang diakui negara.
11/2/2020
Profesi lain dan ilmu pengetahuan.......
20

 Berjuta orang bertransaksi perdagangan tiap


hari. Cukup seorang akuntan “memutuskan”
perhitungan laba-rugi usaha dari perusahaan
ataupun semacamnya, dengan
menggunakan “ilmu ekonomi akuntansi”, di
tempat kantor akuntan sebagai fasilitas proses
perhitungan.
 Berjuta orang menderita sakit apa saja setiap
hari. Cukup seorang dokter memutuskan status
sehatnya dengan menggunakan “ilmu
Kedokteran” ditempat dokter berpraktik profesi

11/2/2020
21 Profesi lain dan ilmu pengetahuan.......
 Berjuta orang memerlukan obat untuk
mengatasi penyakit yang dideritanya.
 Cukup seorang “petugas apotek” atau
APOTEKER ??? menjual obat sesuai resep
dokter atau sesuai permintaan pembeli
 “Tidak diperlukan” ilmu pengetahuan untuk
menjual obat, cukup sesuai dengan “brosur
pabrik obat” yang bisa dibaca oleh petugas.
 Apotek-toko obat-rumah sakit atau dimana
saja, bisa sebagai tempat transaksi jual obat.
11/2/2020
Antara Das Sollen dan Das Sein
22
Apoteker UU 36/09 dan PP
Apoteker saat ini !!!!! 51/09

 Mengelola barang obat.Obat  Mengelola “pasien pengguna


berdimensi barang yaitu, obat” berdasarkan asuhan
jumlah,harga dan mutu. kefarmasian
 Informasi obat berbasis
“leaflet obat” atau Data obat  Obat adalah entitas produk
ISO,IMS ilmu pengetahuan farmasi
untuk tujuan kesehatan atau
 Apoteker tidak harus farmakoterapi
berpraktik
 Apoteker tidak memiliki  Pekerjaan apoteker adalah
standard “bekerja” sebagai praktik berdasarkan SOP
“profesi” Profesi
 Lisensi sebagai pemilik SIA,  Obat harus memenuhi syarat
tidak memiliki legitimasi standard tertentu

11/2/2020
Reformasi Apoteker
23

 Apoteker bertanggung jawab


 Mekanisme bekerja apoteker secara hukum ( pasal 58 UU
bebas dan tidak berstandard 36/09) atas pelayanan profesi
 Komunikasi dengan pasien yang diberikannya.
lebih bersifat “jual beli”.  Pelayanan farmasi diselengga
Konsumen mempunyai rakan berdasarkan GPP atau
persepsi, apotek adalah CPFB ( Cara Pelayanan Farmasi
“toko obat” dengan harga yang Baik)
“mahal” sebab tidak bisa
ditawar.  Pelayanan di apotek hanya
dilakukan oleh tenaga kesehat
 Pelayanan apotek bisa an yang diakui ( Ijazah/
dilakukan oleh “petugas sertifikat)
apotek” yg bukan tenaga
kesehatan
 Pelayanan obat tidak
berbasis ilmu penghetahuan

11/2/2020
Kompetensi Apoteker menurut UU 36/09
24 dan PP 51/09
 Apoteker hanya “harus”
 Pelayanan klayan atau pasien
ada di apotek sepanjang
“harus oleh apoteker”
apotek “buka”
 Apoteker harus memiliki
 Apoteker “tidak harus “
kompetensi cukup tentang
bertemu klayan/pasien
obat dan pasien
 Apoteker “bertindak
 Apoteker sekaligus sebagai
sebagai “manager”
manajer apotek
apotek
 Apoteker adalah pelaku
 Apoteker”memperboleh
“tunggal” profesi di apotek
kan” asisten apoteker dan
atau “petugas apotek”  Dimuka sistem hukum dan
melayani klayan/pasien birokrasi, hanya ada apoteker
11/2/2020
Kompetensi Apoteker menurut UU 36/09
25 dan PP 51/09
 Apoteker bekerja sesuai  Apoteker melakukan pekerjaan
keinginan pribadi atau melalui profesi, dibantu tenaga tehnisi AA
penugasan AA dan Petugas dan lainnya.
apotek ?
 Apoteker melatih ketram pilan AA
 Apoteker “tidak perlu” melakukan dan tenaga kese hatan lainnya
pekerjaan apa apa ? yang ada.
 Registrasi dan lisensi praktek  Registrasi dan lisensi praktek terkait
adalah hanya prosedur dengan eksistensi apotek.
administratif ?

11/2/2020
26 APOTEKER ADALAH PROFESI !!!!!
 PP 36/96 menetapkan jenis tenaga kesehatan
dan menetapkan Apoteker adalah tenaga
kesehatan kefarmasian.
 UU 23/92 pasal 63, sebagaimana kemudian
dirinci melalui PP 51-/09, yang menetapkan
bahwa dalam melaksanakan pekerjaannya,
apoteker harus terdaftar dan melakukan
pekerjaan berdasarkan SOP.
 Bekerja berdasar SOP adalah tata cara
pekerjaan dari pelaku profesi yang karakteristik (
termasuk kesehatan)
11/2/2020
Format UU 36-09 dan PP 51-09
27

APOTEKER BEKERJA SBG BEKERJA DI


PEMEGANG SIA PNS, DOSEN, APOTEK
DINAS DLL ATAU RS

ASISTEN
BEKERJA SBG BEKERJA DI APOTEKER ATAU
PNS, DOSEN, APOTEK PETUGAS APOTEK
DINAS DLL ATAU RS
APOTEKER
PEMEGANG SIA
Pelayanan terdepan
ASISTEN
APOTEKER ATAU
PETUGAS APOTEK

DOKTER,DOKTER SPESIALIS,SUPER SPESIALIS, DRG, DRH DAN


11/2/2020
PASIEN YANG KRITIS, PASIEN DI RS, DAN PASIEN RAWAT JALAN
28 APOTEKER ( BERBASIS UU DAN PP)

 Jabatan publik pilihan ( panggilan hati)


 Terdaftar dan berlisensi untuk praktik profesi
 Profesi mandiri, standard kualifikasi keahlian
dengan otoritas pribadi
 Tanggung jawab profesi, berdasarkan ilmu farmasi ,
obligasi kesehatan, etik dan moral
 Format “pekerjaan profesi” adalah “membuat
obat” dan “tata cara penggunaannya” dalam
kerangka farmakoterapi,

11/2/2020
29 Dimensi Obat bagi Apoteker sebagai
paradigma
 Senyawa Aktif Farmasi (SAF) dengan spesifikasi
Farmakodinamika dan Farmakokinetika, dan SAR
 Bentuk Dosis, dengan spesifikasi Farmakokinetika,
Spesifikasi Biofarmasetika ( bio availability, bio ekiva lensi,
Bio similar) dan kemudahan dalam penggunaan ( oral,
suntik, suppo, inhalasi , lepas lambat, delivery dll).
 Cara pembuatan termasuk pemahaman formulasi
 Regimentasi Dosis, mengikuti status patofisiologi dan status
medik ,khususnya terkait dengan fenomena ADME.

11/2/2020
 Aspirin (Acetyl Salicylic Acid)
Senyawa Aktif
30 Farmasi ( SAF),  Farmakodinamika:
Acetyl Salicylic Acid  NSAID dengan menghambat
•Adalah molekul aktif dari Cyclo-Oxigenase non selektif,
suatu struktur kimia menekan sintesis Prostaglandin,
berbentuk ester.….. yang
memiliki kemampuan meghambat proses inflamasi
untuk mempengaruhi jaringan dan produk si mucus
mekanisme inflamasi
• Dihasilkan melalui lambung dalam dosis terten tu (
rekaya sa syntesis.Semula per-kg bb/hari)
berasal dari alkaloida
Salicin dari tanaman Salix  Dalam dosis lainnya ( per
bailonica
kg/bb/hari) , menghambat proses
•Sebagai bulk, memiliki
kualifikasi standard pembekuan darah melalui faktor
farmasi IX, dengan mempengaruhi proses
• Memiliki spesifikasi fisika trobo xan, sebagai akibat
kimia tertentu
penghambatan cyclo-oxigenase.
• Memiliki metoda analisis
termasuk bio-analisis
11/2/2020
WILAYAH “KONTAK APOTEKER” SEBAGAI
31 PELAKU PROFESI DI KOMUNITI

FASILITAS PASIEN /
PELAYANAN APOTEKER KLIEN

11/2/2020
WILAYAH “KONTAK APOTEKER” SEBAGAI
32 PELAKU PROFESI DI RS

FASILITAS PASIEN /
PELAYANAN APOTEKER KLIEN

11/2/2020
Obat didalam benak Apoteker
33

•Bentuk Dosis dari SAF


yang sesuai dengan Status
•Pasien, Kesakitan
•status kesakitan, •Dimensi Bentuk dosis
•status organ terkait dalam konteks Farmasetik
dengan ADME, • Analisis SAF dan
•Regimentasi dosis kandungan lainnya
• Monitor respons • Label penyimpanan dan
petunjuk penggunaan

APOTEKER
11/2/2020
34 Perspektif Apoteker adalah
Bentuk Dosis dan Pasien

Pasien 11/2/2020
Domain Bentuk Dosis
35

ADME, dengan
semua implikasinya
termasuk BA/BE, • CPFB, Cara
Dimensi dan Pelayanan Farmakoterapi
dari SAF dan
pilihan Farmasi yg Baik SAF dan
regimentasi dosis
bentuk dosis • Manajemen Implementasinya
sesuai barang obat
dengan
untuk pasien
status ADME

11/2/2020
36 Fenomena Pasien yang harus dikuasai
Apoteker
Komunikasi
personal yang
• Status Patofisologi menjamin
terkait dengan organ “adherence” dalam Analisis kinerja
yang mempengaruhi pemakaian obat klinis bentuk
ADME dosis dan SAF
• Format umum dari jenis
terkait kinerja
penyakit
effikasi-nya

Pasien
11/2/2020
Format Apoteker dalam Pelayanan Farmasi
37

Komunikasi
personal yang
• Status Patofisologi Analisis kinerja
terkait dengan organ menjamin
klinis bentuk
yang mempengaruhi “adherence” dosis dan SAF
ADME dalam pemakaian terkait kinerja
• Format umum dari obat effikasi-nya
jenis penyakit

Pasien

Fasilitas Pelayanan Farmasi


11/2/2020
APOTEKER DAN LINGKUNGANNYA
38

Pengadilan INVESTOR /
Negeri APOTEKER PEMILIK SARANA

11/2/2020
Pelayanan kefarmasian dalam lingkup
39
pelayanan kesehatan

Ilmu Penyakit

Ilmu Kimia Farmasi

11/2/2020
40 Hubungan Apoteker dengan pasien/
klien PASIEN /
KLIEN

SPO

Kompetensi
Bentuk Dosis SAF

APOTEKER
Kompetensi
Farmakoterapi
11/2/2020
Obat dan Tata Cara penggunaannya dalam
konteks Farmakoterapi

Obat siap diberikan dalam kerangka Farmakoterapi ( Bentuk


dosis , perubahan bentuk dosis, pewadahan,label, regimentasi,
tata cara dan jadwal penggunaan)

DOKTER,DOKTER SPESIALIS,SUPER SPESIALIS, DRG, DRH DAN PASIEN YANG


KRITIS, PASIEN DI RS, DAN PASIEN RAWAT JALAN
Workshop Model Praktek Asuhan Kefarmasian KFA Angkatan I 2017
42 Standard Prosedur Operasional ( SPO)

Adalah dokumen yang berisi prosedur kerja tetap


apoteker dalam melakukan pekerjaan profesi-nya
Dokumen ini harus diikuti dan dipatuhi oleh apoteker
Apabila terjadi kekeliruan, melalui urutan kerja
dapat dilacak balik kemungkinan kesalahan yang
terjadi
Atau apabila telah dipenuhi, tetap terjadi
penyimpangan, kemungkinan terjadi di fihak
pasien/ klayan
Dokumen ini memberikan jaminan kepada
apoteker telah bekerja sesuai prosedur yang
mengandung kebenaran ilmu pengetahuan farmasi 11/2/2020
43 SPO MENERIMA PERMINTAAN OBAT
LEWAT RESEP
❑ Menerima permintaan dengan norma resmi, hubungan provider-
klayan/pasien
❑ Menerima lembar resep, dan melakukan verifikasi informasi resep
❑ Data penulis resep, tanggal, dll lengkap
❑ Membaca nama obat dan bentuk dosisnya
❑ Jumlah obat
❑ Jenis obat dan pentingnya dalam farmakoterapi
❑ Signa
❑ Nama pasien , umur serta alamatnya
❑ Harga dari obat
❑Menuliskan analisis permintaan obat dan cara pembuatan
obat/ ataupun dispensing untuk setiap obat, ataupun
perubahan bentuk dosis

11/2/2020
44 SPO proses dispensing
❑ Proses dispensing atau perubahan bentuk dosis ( bila
ada)
❑ Mengambil pilihan obat, nama generik, nama merek
dari obat, menghitung dan meletakkan dalam
wadah yang sesuai
❑ Melakukan pewadahan dan labeling / etiket dan
menuliskan tgl, nama pasien, nomor resep, dan cara
penggunaan setiap harinya
❑Obat siap untuk diberikan dan diserahkan kepada
pasien

11/2/2020
45 SPO menyerahkan obat kepada
pasien
❑Melalui dokumen lembar resep, dibacakan
ulang jenis obat yang dipenuhi
❑Diterangkan dengan benar, tujuan
penggunaan obat sebagai farmakoterapi, dan
kemungkinan terjadinya ADR atau lainnya
sesuai dengan dokumen resmi obat
❑Berapa lama penggunaan dan outcome dari
farmakoterapi
❑Uraian khusus bila diperlukan diruangan terpisah
( indikasi GO, penggunaan bersama suami –
istri)
11/2/2020
Menata langkah pasti kedepan….mematuhi
UU 36/09 dan PP 51/09

 Bagi apoteker Indonesia ..hanya ada 1 jalan pasti


kedepan yaitu menjadi Apoteker sesuai UU 36/09 dan
PP 51/09
 Menyiapkan langkah langkah operasional
pelaksanaan UU dan PP oleh apoteker Indonesia
➢ Menyiapkan apoteker untuk praktek sesuai UU dan
PP nelalui program pelatihan praktis tentang apa
keputusan profesi dan pekerjaan kefarmasian
sebagai dasar pemberian jasa profesi
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai