Dasar-Dasar Logika - Pertemuan 8-13
Dasar-Dasar Logika - Pertemuan 8-13
2
POSITIVISME
3
▪ Positivisme merupakan perkembangan lebih lanjut dari empirisme Inggris
▪ Inspirasi filosofis empirisme terhadap positivism dapat terlihat terutama pada prinsip objektifitas ilmu
pengetahuan
▪ Empirisme, yakin bahwa semesta adalah segala sesuatu yang hadir melalui data indrawi
▪ Positivisme mengembangkan paham empiris yang lebih ekstrim dengan mengatakan bahwa puncak
pengetahuan manusia adalah ilmu-ilmu positif atau sains
▪ Munculnya positivism tidak bisa dilepaskan dari iklim kultural yang memungkinkan berkembangnya
gerakan untuk menerapkan cara kerja sains dalam berbagai bidang kehidupan
▪ Iklim kultural itu ditimbulkan oleh revolusi industry di Inggris abad 18 yang menimbulkan gelombang
optimism terhadap kemajuan umat manusia berdasarkan keberhasilan teknologi industri
h. 59
▪ Positivisme mengistirahatkan filsafat dari kerja spekulatifnya mencari-cari hakikat
ontologis maupun metafisis yang telah dijalaninya selama bertahun-tahun (h. 59)
▪ Slogan positivism yang terkenal yaitu “savoir pour prevoir, prevoir pour pouvoir” (dari
ilmu muncul prediksi dan dari prediksi muncul aksi)
▪ Positivisme dibidani oleh dua pemikir Prancis: Henri Saint Simon (1760-1825) dan
muridnya, Auguste Comte (1798-1857)
[h. 60]
▪ Henri adalah pemikir yang pertama kali menggunakan istilah positivism, namun Comte yang
mempopulerkannya hingga positivism berkembang menjadi aliran filsafat ilmu yang mendominasi
wacana filsafat ilmu abad 20
▪ Auguste Comte juga adalah orang pertama yang memperkenalkan istilah “sosiologi”
▪ Hal ini berarti masyarakat harus dipandang layaknya alam yang terpisah dari subjek peneliti dan
bekerja dengan hukum determinisme. Oleh karena itu sosiologi sering disebut “fisika social”
[h. 60]
▪ Positivisme merupakan suatu paham dalam filsafat ilmu yang berkembang sangat pesat
▪ Menurut Ian Hacking (1983), positivism telah menjadi tidak hanya filsafat ilmu, tetapi juga agama
humanis modern
▪ Positivisme menjadi “agama” karena telah melembagakan pandangan dunianya menjadi doktrin
bagi berbagai bentuk pengetahuan manusia [h. 62]
▪ Pandangan dunia yang dianut positivism adalah pandangan dunia objektivistik, yang menyatakan
bahwa objek-objek fisik hadir secara independent dari subjek dan hadir secara langsung melalui
data indrawi [h. 62-63]
CIRI-CIRI POSITIVISME
▪ Bebas-nilai (value-free)
▪ Fenomenalisme
▪ Nominalisme
▪ Reduksionisme
▪ Naturalisme
▪ Mekanisme
[h. 63]
CIRI-CIRI POSITIVISME
BEBAS-NILAI
(VALUE-FREE) FENOMENALISME
[h. 63]
CIRI-CIRI POSITIVISME
NOMINALISME REDUKSIONISME
● Berfokus pada yang Semesta direduksi menjadi
individual-particular, fakta-fakta yang dapat
karena itu adalah dipersepsi
kenyataan satu-satunya
[h. 63]
CIRI-CIRI POSITIVISME
NATURALISME MEKANISME
[h. 63]
PASCAPOSITIVISME
▪ Positivisme mendominasi wacana filsafat ilmu abad 20, dan mendapatkan reaksi cukup keras dari
beberapa pemikir seperti Karl Popper, Thomas Kuhn, Mazhab Frankfurt, Feyerabend dan Richard
Rorty (h. 76)
a. Fakta tidak bebas melainkan bermuatan teori. Fakta selalu harus dipahami dalam kerangka
teoretis tertentu
b. Falibilitas teori. Tidak ada satu teori pun yang dapat sepenuhnya dijelaskan dengan bukti-bukti
empiric, kemungkinan munculnya fakta anomaly selalu ada
d. Ada interaksi antara subjek dan objek penelitian. Hasil penelitian bukan reportase objektif,
melainkan hasil interaksi manusia dan semesta yang sarat persoalan dan senantiasa berubah (h.
77)
ANTIPOSITIVISME
▪ Serangan terhadap positivism datang dari Karl Raimund Popper (1902-1994), pemikir
Jerman yang juga aktif dalam Lingkaran Wina
▪ Meskipun bagian dari Lingkaran Wina, Popper menolak prinsip verifikasi—pembuktian
teori lewat fakta-fakta – yang dilembagakan Lingkaran Wina sebagai garis demarkasi
antara pengetahuan dan non-pengetahuan
▪ Popper menyodorkan prinsip substitusinya: falsifikasi
▪ Falsifikasi (kebalikan dari verifikasi) adalah pengguguran suatu teori lewat fakta
▪ Status ilmiah teori, menurut Popper, adalah dapat difalsifikasi
[h. 77]
13
▪ Popper mengatakan, sains tidak bekerja semata dengan logika induksi
▪ Logika induksi adalah logika penarikan keismpulan umum melalui pengumpulan
fakta-fakta konkrit
▪ Logika ini selalu berupaya membenarkan suatu teori dengan mengumpulkan fakta-
fakta yang mendukung
▪ Popper menunjukkan kelemahan logika tersebut (h. 77)
▪ Logika induksi akan menuntut ilmuwan berfokus pada fakta-fakta yang mendukung
dan mengabaikan fakta-fakta anomaly (fakta yang dapat membuktikan sebaliknya)
▪ Satu teori yang mematok keberlakukan universal pada dasarnya selalu dapat
digugurkan oleh fakta anomaly (h. 78)
14
▪ Oleh karena itu, daripada bersusah payah mengumpulkan fakta-fakta yang
membenarkan ilmuwan, lebih baik menggunakan waktunya untuk mencari fakta
anomaly
▪ Daripada mengumpulkan sebanyak mungkin angsa berwarna putih, lebih baik
mencari satu angsa berwarna hitam guna memfalsifikasi kesimpulan bahwa semua
angsa berwarna putih
(h. 78)
15
▪ Sains masih bergelut di seputar generalisasi-generalisasi abstrak yang benar
selama mereka berkorespondensi dengan fakta-fakta
▪ Namun, menurut Popper, kita tidak pernah bisa memastikan secara logis bahwa
kita telah mencapai kebenaran, meski kita dapat semakin mendekati kepastian
semacam itu lewat pengguguran teori-teori yang terbukti salah
▪ Popper menggunakan istilah “verisimilitude” (mendekati kebenaran), untuk
menggantikan “korespondensi” (kebenaran akurat)
(h. 78)
16
▪ Menurut Popper, kemauan sains bergerak secara evolusioner mulai dari problem (P1)
yang diikuti oleh artikulasi suatu teori tentative (TT) yang terbuka bagi falsifikasi (EE/
error elimination), dan memunculkan problem baru (P2), yang siap melahirkan suatu
teori tentative baru
▪ Skema pergerakan sains bisa digambarkan sebagai berikut:
P1-TT-EE-P2
▪ Semakin tahan teori tentative terhadap deraan eliminasi kesalahan (error elimination),
maka ia semakin mendekati kebenaran, meski tidak berarti tahan uji secara abadi
(h. 79)
17
▪ Konsep-konsep Popper kemudian dikritik oleh Thomas Kuhn (1922-1996)
▪ Kuhn menyerang tesis kesatuan ilmu yang selama ini diadopsi positivism dan
menurutnya masih meninggalkan jejaknya pada Popper
▪ Menurut Kuhn, ilmu tidak satu, tapi plural
▪ Ilmuwan selalu bekerja di bawah satu payung paradigma yang memuat asumsi
ontologis, metodologis, dan struktur nilai
18
Definisi paradigma setidaknya ada 3:
a. Kerangka konseptual untuk mengklasifikasi dan menerangkan objek-objek fisikal
alam
b. Patokan untuk menspesifikasi objek-objek ke dalam wilayah yang relevan
c. Kesepakatan tentang tujuan-tujuan kognitif yang absah
24
Kritik terhadap Thomas Kuhn
Kritik dari
▪ Popper: konsep ketidakterbandingan Kuhn akan membuat ilmuwan terkungkung
dalam penjara yang dibuatnya sendiri
▪ Richard J. Bernstein : konsep Kuhn sebagai konsep tentang kebenaran teoretis yang
tidak memiliki relevansi apapun pada bidang praksis (kebermanfaaatan) karena
ketertutupan dialogis antarparadigma (h. 83)
Kuhn: ia menolak disebut relativis dengan argumentasi bahwa jika suksesi (pergantian)
paradigma tidak dipandang sebagai kemajuan, maka diferensiasi periode pra-paradigma
dan paradigma kehilangan signifikansinya
25
ANTI-POSITIVISME MAZHAB FRANKFURT
(FRANKFURT SCHOOL)
▪ Mazhab Frankfurt (Frankfurt Schule) merupakan institute yang terdiri dari sejumlah
intelektual dari berbagai disiplin
▪ Meskipun sangat multidimensional, mazhab ini mempunyai semangat intelektual
yang sama yakni mengangkat kembali tradisi kritis yang sudah mulai memudar sejak
pelembagaan Marxisme di negara komunis Uni Soviet (h. 85)
▪ Mazhab Frankfurt menolak dikotomi antara fakta-nilai karena berpengaruh negative,
baik secara epistemologis maupun sosiologis
▪ Para pemikir Frankfurt seperti : Horkheimer, Adorno, Marcuse, sampai Habermas,
terus melancarkan kritik terhadap sikap anti-nilai positivism (h. 86)
27
▪ Dalam disiplin sosiologi, mereka mengkritik gagasan Max Weber yang menyatakan
bahwa ilmuwan social hanya boleh memetakan, atau mendeskripsikan, tanpa boleh
melakukan penilaian (baik-buruk)
▪ Menurut para pemikir Frankfurt, hal itu hanya menjadikan ilmuwan social sebagai
pengabdi kemapanan yang kehilangan daya kritisnya
▪ Dikotomi fakta-nilai membuat rasio manusia menjadi rasio instrumental yang bersifat
manipulative, kalkulatif
▪ Jurgen Habermas: ilmu pengetahuan dan kepentingan tidak bisa dipisahkan
▪ Kriteria bebas-nilai (value-free) yang dicanangkan oleh positivism hanya membuat
ilmuwan buta pada kepentingan yang sesungguhnya mendasari suatu penelitian
ilmiah
(h. 86) 28
Sumber:
Neuman, W.L. (2013). Social research methods:
Qualitative and quantitative approaches seventh
edition. Essex: Pearson Education Limited.
29
▪ Banyak orang bertanya apakah ilmu social adalah sains yang
sebenarnya (real science)
▪ Mereka berpikir bahwa sains hanyalah seputar ilmu-ilmu alam
▪ Definisi dari “sains” secara signifikan mempengaruhi bagaimana
kita melakukan riset-riset ilmiah/saintifik
▪ Kita bisa mendefinisikan sains dalam dua cara: (1) apa yang
dilakukan oleh para ilmuwan dan bagaimana institusi sains/ilmu
pengetahuan bekerja, dan (2) apa yang dikaji oleh para filsuf
sebagai makna inti dari ilmu pengetahuan abad 21
[h. 92] 30
▪ Pertanyaan terkait “apa yang membuat ilmu social bisa disebut ilmiah?” memiliki sejarah panjang
perdebatan dan masih relevan untuk mempelajari ilmu social
▪ Filsuf dan ilmuwan social hebat seperti Auguste Comte, Emile Durkheim, David Hume, Karl Marx,
John Stuart Mill dan Max Weber memiliki pendapat atas perdebatan ini
▪ Meskipun perdebatan terjadi lebih dari dua abad, namun pertanyaan itu tidak memiliki satu jawaban
sederhana, karena tidak terdapat satu jalan menuju sains, melainkan, terdapat berbagai alternative
pendekatan (alternative approaches)
▪ Masing-masing pendekatan memiliki nilai penting (significance) terhadap sains
▪ Roth & Mehta (2002): “we can study the same social events using alternative approaches and learn
a great deal from each approach used.”
▪ Masing-masing pendekatan menawarkan perspektif atau sudut pandang berbeda tidak hanya untuk
peristiwa social yang kita harapkan untuk dikaji, tetapi terhadap apa saja data yang relevan,
pertanyaan riset apa saja yang penting, dan cara-cara umum untuk menciptakan ilmu pengetahuan
[h. 92] 31
▪ Ilmu pengetahuan adalah ciptaan manusia. Ia bukan sesuatu yang diturunkan
secara sacral seperti halnya kitab-kitab suci
▪ Hingga awal 1800-an, hanya filsuf dan agamawan yang bisa/berwenang menulis
tentang perilaku manusia
▪ Ilmuwan social awal berargumen bahwa semua orang bisa mempelajari dunia social
menggunakan prinsip-prinsip dari sains
(h. 95)
32
▪ Setiap pendekatan diasosiasikan dengan teori-teori social yang berbeda dan metode
penelitian yang berbeda
▪ Connections among the approaches to science, social theories, and research
techniques are not strict.
▪ The approaches are similar to a research program, research tradition, or scientific
paradigm.
▪ A paradigm, an idea made famous by Thomas Kuhn (1970), means a basic orientation
to theory and research
[h. 96]
33
▪ In general, a scientific paradigm is a whole system of thinking. It includes
basic assumptions, the important questions to be answered or puzzles to be
solved, the research techniques to be used, and examples of what good
scientific research is like.
▪ Positivisme telah menjadi paradigma dominan dalam ilmu social di Ameriak,
khususnya sejak tahun 1945
▪ Antropologi dan sejarah adalah bidang-bidang yang jarang menggunakan
paradigma positivis, psikologi eksperimental menjadi yang paling positivis,
sementara ilmu politik dan sosiologi cenderung kombinasi (mixed)
[h. 96]
34
Positivism Interpretive Critical
Alasan melakukan Untuk mengungkap hukum2 alam Untuk menjelaskan dan Untuk mengungkap mitos dan
penelitian (Reasons for sehingga manusia bisa memahami perilaku sosial memberdayakan masyarakat
research) memprediksi dan mengontrol yang bermakna (meaningful
peristiwa social actions)
Sifat alamiah realitas Realitas sosial memiliki pola stabil Situasi sosial bersifat cair dan Realitas sosial berlapis-lapis,
sosial (Nature of social yang bisa ditemukan ditentukan oleh interaksi ada struktur tersembunyi
reality) manusia
Sifat alamiah manusia Individu punya ketertarikan dan Makhluk sosial yang secara Individu kreatif dan adaptif,
(Human nature) rasio, tetapi dipengaruhi oleh terus menerus memahami namun terjebak dalam ilusi
kekuatan eksternal dunia sosial mereka
Penjelasan yang dinilai Terhubung dengan hukum-hukum Dipandang benar oleh Menyediakan alat bagi
benar (An explanation dan berdasar fakta mereka (subjek) yang diteliti manusia untuk melakukan
that is true) perubahan sosial
POSITIVSM INTERPRETIVE CRITICAL
Bukti yang baik (Good Berdasarkan Terikat pada konteks Mampu menembus
evidence) observasi yang tepat situasi sosial yang cair lapisan fakta
yang dapat diulangi (Is embedded in the permukaan
oleh peneliti lain context of fluid social
interactions)
Tempat untuk nilai-nilai Ilmu pengetahuan itu Nilai-nilai adalah Semua ilmu
(Places for values) bebas nilai (value bagian integral dari pengetahuan harus
free), dan nilai hanya kehidupan sosial, tidak dimulai dari
mendapat tempat saat ada nilai milik menentukan posisi
pemilihan topik kelompok tertentu nilai (value position),
penelitian yang salah, hanya sebagian posisi benar,
berbeda dan sebagian lainnya
salah
37
▪ “Lewat filsafat, manusia gemar bertanya-tanya, hingga melahirkan ilmu”
(Endraswara, 2012, h. 19)
▪ Objek filsafat ilmu adalah ilmu itu sendiri
▪ Terdapat tiga cabang filsafat: hakikat objek/realitas (ontology), bagaimana
cara-cara memperoleh kebenaran dan atau ilmu (epistemology), dan
tujuan pengkajian realitas/nilai-nilai dalam aktivitias keilmuan (aksiologi)
[h. 131-132]
38
▪ Pertanyaan-pertanyaan dalam filsafat ilmu, antara lain:
a. Apakah sudah benar apa yang dikaji oleh ilmu?
b. Apakah sudah benar cara mengkajinya?
c. Apakah sudah benar tujuan pengkajiannya?
Filsafat ilmu: sebuah pemikiran kritis dan mendalam tentang suatu ilmu,
yang mencakup telaah tentang objek ilmu, metode-metode
pengembangan ilmu, konsep-konsepnya, asumsi-asumsinya, teori-
teorinya, perbedaan dengan ilmu lainnya, hubungannya dengan ilmu
lainnya, serta bagaimana implementasi ilmu dalam masyarakat
[h. 132] 39
Aksiologi
40
▪ Contoh-contoh masalah dalam komunikasi yang menjadikan kita layak
bertanya “Apa sebenarnya manfaat ilmu komunikasi?”
Ketika produk tulisan PR hanya untuk upaya manajemen impresi yang penuh
kebohongan, berita-berita media tidak objektif, tata berbahasa para praktisi
komunikasi tidak sesuai dengan tata Bahasa Indonesia yang baik dan benar,
peneliti komunikasi yang lembaga surveinya bekerja untuk menuruti
kepentingan partai tertentu, periklanan yang penuh kebohongan
[h. 144]
41
Metode Ilmiah
Secara umum, definisi ilmu dapat dikelompokkan menjadi tiga definisi (Liang Gie, 2004):
42
▪ Ilmu seharusnya tidak dikonsepsikan hanya sebagai hasil atau kumpulan
pengetahuan. Ilmu seharusnya dipandang sebagai:
a. Sebuah proses aktivitas membangun pengetahuan, yang mengandung 3 elemen:
- Aktivitas berpikir rasional, yaitu menggunakan pemikiran logis dan analitik
- Kognitif, yaitu proses pengenalan, penyerapan, pengonsepsian secara teratur dan
sadar
- Bertujuan, seperti bertujuan menjelaskan, memprediksi, mengontrol realitas
b. Aktivitas yang menggunakan metode ilmiah, yaitu prosedur yang sistematis dan
mempunya pola dan tata langkah tertentu,
c. Aktivitas tersebut menghasilkan pengetahuan ilmiah yang sistematis atau ilmu
pengetahuan, yang mempunyai kumpulan konsep, proposisi, teori, metodologi
43
[h. 149]
PERTEMUAN 11
44
KEBENARAN
▪ HAQQ_BATIL : REALITAS
▪ SHIDQ_KADZIB :PERSON
▪ SHAH_GHALAT/KHATA :STATEMENT
(shohama kulta: jawabanmu benar)
Dasar realitas adalah hakikat, ponsel hakikatnya adalah alat komunikasi (haqq)
Manusia: fisik, akal, jiwa, ruh
Dalam Islam, shidq menempati posisi tinggi (kredibilitas)
45
LEVEL KEBENARAN
▪ Kebenaran Empirik
▪ Kebenaran Logik
▪ Kebenaran Etik
▪ Kebenaran Metafisik
KEBENARAN EMPIRIK (Factual)
51
▪ Manusia memiliki kelebihan dan kemampuan khas yaitu mampu bernalar dan mengembangkan
pengetahuan
▪ Pengetahuan mampu dikembangkan manusia disebabkan dua hal: manusia mempunya bahasa
dan kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu
▪ Tentang kemampuan berbahasa: manusia mempunyai Bahasa yang mampu
mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut
▪ Bertrand Russel: “Tak seekor anjing pun, yang berkata kepada ayahnya ‘ayahku miskin namun
jujur’”
▪ Adam Smith: “Tak seekor anjing pun, yang secara sadar tukar-menukar tulang dengan
temannya”
▪ Adam Smith dalam hal ini berbicara tentang prinsip ekonomi, yakni proses pertukaran yang
dilakukan Homo economicus, yang mengembangkan pengetahuan berupa ilmu ekonomi
52
Tentang penyebab kedua: kemampuan bernalar
▪ Insting binatang jauh lebih peka daripada insting insinyur geologi, mereka sudah jauh-jauh
berlindung ke tempat yang aman sebelum gunung Meletus
▪ Namun binatang tak bisa menalar tentang gejala tersebut: mengapa gunung meletus, apa yang
dapat dilakukan untuk mencegahnya?
53
Sebagai suatu kegiatan berpikir, maka penalaran mempunyai ciri-ciri tertentu:
a. Adanya suatu pola pikir yang secara luas disebut logika. Kegiatan penalaran
merupakan suatu proses berpikir logis; dimana berpikir logis disini harus
diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu
b. Bersifat analitik. Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang
menyandarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka berpikir yang
dipergunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang
bersangkutan [Suriasumantri, 2010, h. 43]
Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan antara penalaran deduktif
dan induktif, dimana lebih lanjut penalaran deduktif berkaitan dengan rasionalisme,
dan penalaran induktif dengan empirisme [h. 45]
54
Sumber: ceramah Dr. Fachruddin Faiz (pengajar di
UIN Sunan Kalijaga) tentang Logika
55
MACAM-MACAM LOGIKA
Logika alamiah
◉ Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir
secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-
keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif.
Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir.
Logika ilmiah
◉ Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas
yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Berkat pertolongan
logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat,
lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah
dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau, paling tidak,
mengurangi.
HUKUM DASAR LOGIKA
(ARISTOTELES, LEIBNIZ, J.S. MILL)
◉ PRINSIP IDENTITAS
(Principium Identitatis/Law of Identity, a=a, manusia=berpikir;
si A= mahasiswa)
◉ PRINSIP KONTRADIKSI
(Principium Contradictionis/Law of Contradiction)
◉ PRINSIP TIADA JALAN TENGAH
(Principium Exclusi Tertii/Law of Excluded Middle)
◉ PRINSIP CUKUP ALASAN
(Principium Rationis Sufficientis/Law of Sufficinet Reason)
▪ Prinsip identitas- harus diketahui. Si A datang ke kampus sebagai apa? Pencari ilmu
pengetahuan, aktivis, mencari pacar, mencari kesibukan?
▪ Prinsip kontradiksi: jika merah maka bukan biru, kalau kita bapak berarti bukan ibu; di realitas,
ini bisa “kabur”
▪ Tidak a dan tidak b, maka sebenarnya ia membuat blok baru, karena tidak ada tengah-tengah
▪ Apa cukup alasannya? Apa boleh warga pengikut Ahmadiyah disakiti karena sesat?
▪ Fokus logika: menyusun argumen
▪ Argumen: satu proses untuk mendukung pemikiran (konklusi) dengan
alasan (premis)
▪ Argumen setidaknya berisi dua proposisi (premis) untuk kemudian
disimpulkan (konklusi)
▪ Proses menarik konklusi dari premis disebut inferensi
▪ Model berpikir/berargumen inferensial disebut dengan silogisme
- Kita datang ke kelas –ruangan gelap– ruangan gelap
berarti tidak ada aktivitas– maka tidak ada kuliah hari
ini→ proses inferensial
- Model berpikir inferensial, dalam filsafat disebut
silogisme
Sebuah silogisme harus terdiri dari 3 proposisi:
premis mayor, premis minor dan konklusi
◉ Premis Mayor
Semua mahasiswa adalah orang-orang pintar
◉ Premis Minor
Halim adalah mahasiswa
◉ Konklusi
Jadi, Halim adalah orang pintar
Silogisme bisa
62
SILLOGISME YANG SALAH (premis mayornya salah)
⚫ Premis Mayor : Orang gundul itu lebih lucu
1. jika a maka b
2. a
3. berarti b
▪ a=antaseden, b= consequent
▪ modus ponens: antaseden harus diafirmasi, tidak boleh diingkari
1. Jika A maka B
2. Bukan B
3. Berarti Bukan A
1. Jika A maka B
2. Jika B maka C
3. Jika A Maka C
1. A or B
2. Not A
3. B
◉ Prosedur berpikir kausalitas ini mengikuti tiga pola berikut: a. Dari sebab ke akibat ; b.
Dari akibat ke sebab; c. Dari akibat ke akibat
◉ Pemikiran dari sebab ke akibat: berangkat dan suatu sebab yang diketahui lalu
disimpulkan akibatnya; misalnya, “hujan lebat sekali”; “aku lupa menutup pintu empang,
maka empangnya pasti meluap dan ikan peliharaanku pasti kabur”.
◉ Pemikiran dari akibat ke sebab: berangkat dari akibat yang diketahui menuju sebabnya.
Seorang pasien pergi ke dokter karena badannya panas. Badan panas menunjukkan
akibat. Selanjutnya tugas sang dokter untuk memastikan apa yang menjadi sebabnya.
◉ Pemikiran dari akibat ke akibat: berangkat dari suatu akibat ke akibat lain tanpa
menyebutkan sebab yang menghasilkan keduanya; misalnya: sungai meluap; kemudian
kita berpikir: maka empang kita juga pasti meluap. Keduanya berasal dan suatu sebab
yang tidak disebutkan, misalnya: hujan yang lebat sekali.
KESALAHAN BERLOGIKA
(LOGICAL FALLACY)
Sumber: Dr. Fahruddin Faiz
89
◉ Golongan Sofis: golongan yang secara sengaja melakukan
kesalahan dalam berfikir, dengan tujuan untuk mengubah opini demi
mencapai tujuan tertentu di luar kebenaran.
◉ Golongan Paralogi: golongan yang melakukan kesalahan berfikir
namun tidak menyadari kekeliruan dan akibat dari pemikirannya
karena selalu menganggap dirinya benar.
90
FALLACY OF DRAMATICAL INSTANCE
▪ Kebalikan dari Argumentum ad Novitatem, ketika sesuatu benar dan lebih baik
karena merupakan sesuatu yang sudah dipercaya dan digunakan sejak lama.
▪ Argumen ini adalah favorit bagi golongan konservatif. Nilai-nilai lama pasti
benar. Sederhananya, sesat-pikir ini adalah kebiasaan malas berpikir, dengan
selalu berpatokan bahwa cara lama telah dijalankan bertahun-tahun, maka itu
dianggap sesuatu yang pasti benar.
▪ Contoh: Partai X, Y, Z berusia puluhan tahun, berarti sudah lama
memperjuangkan nasib rakyat kecil, maka pilihlah mereka alih-alih memilih
partai yang lebih muda
PERFECT SOLUTION FALLACY
121