Anda di halaman 1dari 23

i

MAKALAH
REFORMASI PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN
BADAN MILIK USAHA DESA PANGGUNG
KECAMATAN PARINGIN SELATAN KABUPATEN BALANGAN

OLEH:

RAZIB MUSLIM
NPM: 192107292
8A NON REGULER

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI (S T I A)


AMUNTAI
2023

i
ii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulilah, atas rahmat dan hidayah yang diberikan Allah SWT

sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “REFORMASI

PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BADAN MILIK USAHA DESA

PANGGUNG KECAMATAN PARINGIN SELATAN KABUPATEN

BALANGAN”.

Adapun makalah ini telah saya usahakan semaksimal mungkin dan

tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar

penyusunan makalah ini. Untuk itu saya tidak lupa menyampaikan banyak terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam penyusunan makalah

ini.

Segala usaha telah dilakukan untuk selesainya makalah ini. Namun, dalam

usaha yang maksimal itu saya menyadari tentu masih banyak kekurangan.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi saya sendiri dan bagi pembaca pada

umumnya.

Amuntai,....Juni 2023

Penulis

ii
iii

DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan................................................................................. 4

BAB II KERANGKA TEORI


A. Pembinaan dan Pengembangan........................................................... 5
B. Badan Usaha Milik Desa..................................................................... 8

BAB III PEMBAHASAN


A. Permasalaham Pembinaan dan pengembangan Badan Usaha Milik
Desa di Desa Panggung Kecamatan Paringin Selatan Kabupaten
Balangan.............................................................................................. 11
B. Reformasi yang perlu dilakukan dalam pembinaan dan
pengembangan Badan Usaha Milik Desa di Desa Panggung
Kecamatan Paringin Selatan Kabupaten Balangan............................ 15

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................... 18
B. Saran.................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan lembaga usaha desa

yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya

memperkuat perekonomian desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan

potensi desa. BUMDes merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang

berfungsi sebagai lembaga sosial (social institution) dan komersial

(commercial institution). Selain itu BUMDes juga berperan sebagai lembaga

sosial yang berpihak pada kepentingan masyarakat melalui kontribusinya

dalam penyediaan pelayanan sosial. Sedangkan sebagai lembaga komersial

bertujuan mencari keuntungan melalui penawaran sumber daya lokal ke

pasar

Sejak dulu, desa sudah diarahkan untuk mengelola usaha sendiri. Hal

ini tercantum dalam Penjelasan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1979 tentang Pemerintahan Desa. Pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun

1999 tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan bahwa desa dapat

mendirikan badan usaha, yang kemudian dipertegas melalui UU No. 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah No.

72/2005 tentang Desa. Hal ini kemudian ditindaklanjuti dengan terbitnya

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. No. 39 Tahun 2010 tentang Badan

Usaha Milik Desa (BUM Desa). Terbitnya Permendagri tersebut, disertai

dukungan berbagai program pemerintah pusat dan daerah untuk

1
2

menggerakkan ekonomi desa, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat desa. Tetapi, bila merujuk pada angka penduduk miskin di

pedesaan dan tingkat urbanisasi yang setiap tahunnya selalu meningkat,

harapan itu belum terwujud. Kehadiran Undang-Undang No. 6 Tahun 2014

tentang Desa diharapkan dapat memperkuat BUM Desa sesuai tujuan

pendiriannya. Kendati demikian rekognisi yang diberikan masih

memerlukan perhatian pemerintah supra desa dalam memperkuat BUM

Desa menuju kemandirian dan ketangguhannya. Semangat pendirian BUM

Desa harus dibarengi dengan perbaikan atau penguatan kebijakan dan pola

pembinaan oleh pemerintah supra desa (pemerintah pusat, provinsi dan

kabupaten/kota).

Badan Usaha Milik Desa bukanlah barang baru bagi desa. Upaya

pemerintah dalam menggerakkan ekonomi desa sudah dilakukan sejak

dikeluarkan kebijakan sebagaimana disebutkan di atas. Upaya ini belum

membuahkan hasil yang diharapkan. Terutama jika melihat prosentase

penduduk miskin yang relatif banyak terdapat di perdesaan. Prosentase

penduduk miskin di daerah perdesaan naik dari 13,76 persen pada

September 2014 menjadi 14,21 persen.

Semangat baru pengaturan BUM Desa melalui UU Desa merupakan

upaya strategis untuk mewujudkan kesejahteraan dalam bidang ekonomi

dan pembangunan yang berorientasi bagi masyarakat desa. Salah satu

perwujudannya adalah BUM Desa didirikan dengan semangat kekeluargaan

dan semangat gotong royong yang bertujuan untuk menampung seluruh


3

kegiatan di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum yang dikelola oleh

Desa dan/atau kerja sama antar Desa. Saat ini telah terbentuk 12.115 BUM

Desa. Jumlah ini telah melampaui target 5.000 BUM Desa yang ditetapkan

oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

(PDTT) .

Pembentukan unit-unit ekonomi desa/BUM Desa dan sejenisnya pada

masa lalu, belum membuahkan hasil yang memuaskan sebagaimana tujuan

pendiriannya, jika dilihat dari data diatas. Karena itu, perlu upaya kuat agar

BUM Desa mampu menjawab tantangan dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Pemerintah harus melakukan evaluasi agar BUM Desa benar-

benar menjadi pilar ekonomi desa yang tangguh dan kuat serta memberikan

manfaat bagi masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari makalah ini

adalah :

1. Bagaimana pembinaan dan pengembangan Badan Usaha Milik Desa di

Desa Panggung Kecamatan Paringin Selatan Kabupaten Balangan?

2. Apa saja reformasi yang perlu dilakukan pada Badan Usaha Milik

Desa di Desa Panggung Kecamatan Paringin Selatan Kabupaten

Balangan?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :


4

1. Untuk mengetahui pembinaan dan pengembangan Badan Usaha Milik

Desa di Desa Panggung Kecamatan Paringin Selatan Kabupaten

Balangan

2. Untuk mengetahui reformasi yang perlu dilakukan dalam pembinaan

dan pengembangan Badan Usaha Milik Desa di Desa Panggung

Kecamatan Paringin Selatan Kabupaten Balangan


5

BAB II
KERANGKA TEORI

A. Pembinaan dan Pengembangan

Pembinaan berasal dari kata bina, yang mendapat imbuhan pe-an,

sehingga menjadi kata pembinaan. Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan

kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil

yang lebih baik. Pembinaan merupakan proses, cara membina dan

penyempurnaan atau usaha tindakan dan kegiatan yang dilakukan untuk

memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan pada dasarnya merupakan

aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara sadar, berencana, terarah,

dan teratur secara bertanggung jawab dalam rangka penumbuhan,

peningkatan dan mengembangkan kemampuan serta sumber-sumber yang

tersedia untuk mencapai tujuan. Pembinaan adalah upaya pendidikan

formal maupun non formal yang dilakukan secara sadar, berencana,

terarah, teratur, dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan,

menumbuhkan, membimbing, dan mengembangkan suatu dasar-dasar

kepribadiannya seimbang, utuh dan selaras, pengetahuan dan keterampilan

sesuai dengan bakat, kecenderungan/keinginan serta kemampuan-

kemampuannya sebagai bekal, untuk selanjutnya atas perkasa sendiri

menambah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya, sesamanya

maupun lingkungannya ke arah tercapainya martabat, mutu dan

kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi yang mandiri.

5
6

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembinaan adalah

suatu proses belajar dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan

pengetahuan, keterampilan dan sikap yang bertujuan untuk lebih

meningkatkan kemampuan seseorang atau kelompok.

Sedangkan pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan

kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral sesuai dengan

kebutuhan melalui pendidikan dan latihan. Pengembangan adalah suatu

proses mendesain pembelajaran secara logis, dan sistematis dalam rangka

untuk menetapkan segala sesuatu yang akan dilaksanakan dalam proses

kegiatan. Berdasarkan pengertian pengembangan yang telah diuraikan

yang dimaksud dengan pengembangan adalah suatu proses untuk

menjadikan potensi yang ada menjadi sesuatu yang lebih baik dan

berguna.

Dengan demikian pembinaan dan pengembangan adalah upaya

yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melalui

pemberian bimbingan dan penyuluhan untuk menumbuhkan dan

meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi usaha yang tangguh

dan mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha menengah.

Pembinaan dan pengembangan Usaha Kecil dilakukan melalui

langkahlangkah sebagai berikut:

a. Identifikasi potensi dan masalah yang dihadapi oleh Usaha Kecil.

b. Penyiapan program pembinaan dan pengembangan sesuai potensi dan

masalah yang dihadapi oleh Usaha Kecil.


7

c. Pelaksanaan program pembinaan dan pengembangan.

d. Pemantauan dan pengendalian

e. pelaksanaan program pembinaan dan pengembangan bagi Usaha

Kecil.

Pembinaan dan pengembangan Usaha Kecil di bidang pemasaran,

dilaksanakan dengan :

a. Melaksanakan penelitian dan pengkajian pemasaran.

b. Meningkatkan kemampuan manajemen dan teknik pemasaran.

c. Menyediakan sarana serta dukungan promosi dan uji coba pasar.

d. Mengembangkan lembaga pemasaran dan jaringan distribusi.

e. Memasarkan produk Usaha Kecil.

f. Menyediakan tenaga konsultan profesional di bidang pemasaran.

g. Menyediakan rumah dagang dan promosi Usaha Kecil.

h. Memberikan peluang pasar.

Pembinaan dan pengembangan Usaha Kecil di bidang sumber daya

manusia, dilaksanakan dengan:

a. Memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan.

b. Meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial.

c. Membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan, pelatihan, dan

konsultasi Usaha Kecil.

d. Menyediakan tenaga penyuluh dan konsultan Usaha Kecil

e. Menyediakan modul manajemen Usaha Kecil.


8

f. Menyediakan tempat magang, studi banding, dan konsultan untuk

Usaha Kecil

Pembinaan dan pengembangan Usaha Kecil di bidang teknologi,

dilaksanakan dengan:

a. Meningkatkan kemampuan di bidang teknologi produksi dan

pengendalianmutu.

b. Meningkatkan kemampuan di bidang penelitian untuk

mengembangkandesain dan teknologi baru.

c. Memberikan insentif kepada Usaha Kecil yangmenerapkan teknologi

baru danmelestarikan lingkungan hidup.

d. Meningkatkan kerjasama dan alihteknologi.

e. Meningkatkan kemampuan dalam memenuhi standardisasi teknologi.

f. Menumbuhkan dan mengembangkan lembaga penelitian dan

pengembangan di bidang desain dan teknologi bagi Usaha Kecil.

g. Menyediakan tenaga konsultan profesional di bidang teknologi.

h. Memberikan bimbingan dan konsultasi berkenaan dengan hak atas

kekayaanin telektual.

B. Badan Usaha Milik Desa (BUMdes)

Menurut Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan

Transmigrasi (2018), desa dapat mendirikan BUMDes dengan berbagai

pertimbangan, termasuk adanya inisiatif pemerintah desa/masyarakat

desa, potensi usaha ekonomi desa, sumberdaya alam di desa, sumber

daya manusia yang mampu mengelola BUMDes, dan penyertaan modal


9

dari pemerintah desa (dalam bentuk pembiayaan dan kekayaan desa)

yang diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari usaha desa. Pendirian

BUMDes disepakati melalui musyawarah desa yang membahas tentang

pendirian BUMDes, organisasi pengelola, dan modal usaha serta

AD/ART BUMDes. Hasil kesepakatan musyawarah desa menjadi

pedoman bagi pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa untuk

menetapkan Peraturan Desa tentang Pendirian BUMDes yang ditanda

tangani oleh kepala desa. Berdasarkan Undang-undang Desa No. 6

(2014) dan Peraturan Menteri Desa No.4 (2015), konsep BUMDes

merujuk kepada bentuk dari village government and community

partnership atau kemitraan pemerintah desa dengan masyarakat desa.

BUMDes terdiri dari unit-unit usaha berbadan hukum (Perseroan

Terbatas, Lembaga Keuangan Mikro, dan Koperasi) yang dibentuk atas

dasar komitmen masyarakat desa untuk menggalang kekuatan ekonomi.

Bentuk-bentuk usaha BUMDes dapat digolongkan menjadi tiga. Pertama,

Lembaga Keuangan Mikro (LKM) desa yang dibentuk untuk

menciptakan financial inclusion atau meraih modal di desa. LKM ini

dapat beroperasi dalam berbagai badan hukum seperti koperasi simpan

pinjam, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) desa dan layanan keuangan

perbankan, seperti transfer, pembayaran kredit cicilan, penyaluran Kredit

Usaha Rakyat (KUR). Kedua, Unit Usaha Perdagangan dan Jasa. Unit ini

memproduksi barang-barang tertentu dalam rangka menghindarkan

produsen dari tengkulak dan memperpendek rantai logistik. Bentuk


10

kegiatan bervariasi sepeti koperasi pertanian dan nelayan, toko

desa/minimarket, jasa wisata, koperasi jasa angkutan, dan perusahaan air

minum kemasan. Ketiga, Unit Layanan. Unit ini khusus untuk

penyediaan pelayanan publik & penyaluran bantuan pemerintah.

Pelayanan yang diberikan termasuk voucher pangan (pengganti Raskin),

pengelolaan air bersih dan penyedia listrik, distributor pupuk dan bibit

bersubsidi, dan pelayanan pembayaran listrik dan air (Kementerian Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, 2018).

a.
11

BAB III
PEMBAHASAN

A. Permasalahan Pembinaan dan pengembangan Badan Usaha Milik Desa di


Desa Panggung Kecamatan Paringin Selatan Kabupaten Balangan

1. Rendahnya inisiatif internal desa dalam menggerakkan ekonomi desa.

Undang-Undang Desa mengkonstruksikan Desa sebagai organisasi

campuran (hybrid) antara masyarakat berpemerintahan (self governing

community) dengan pemerintahan lokal (local self government). Desa juga

tidak identik dengan Pemerintah Desa dan kepala Desa, namun meliputi

pemerintahan lokal dan sekaligus mengandung masyarakat, yang

keseluruhannya membentuk kesatuan hukum. Konstruksi ini juga

membawa perbedaan antara aspek kajian BUM Desa dengan Badan Usaha

Milik Negara/Daerah (BUMN/BUMD) yang merupakan badan usaha yang

berperan sebagai alat intervensi pemerintah pada tataran perekonomian

nasional atau daerah. Inisiatif dalam membentuk usaha desa juga seharusnya

hadir bersamaan di internal desa (pemerintah desa dan masyarakat) dalam

musyawarah desa. sehingga kehadirannya bisa menggali potensi dan

menjawab permasalahan yang dihadapi oleh desa. Dalam studi ditemukan

insiatif pembentukan lebih banyak muncul dari pihak luar desa. Walaupun

ada juga inisiatif yang hadir dari internal desa (pemerintah desa dan

masyarakat), seperti di Desa Panggungharjo, Yogyakarta dan Desa

Tirtonirmolo Kabupaten Bantul. Inisiatif tersebut hadir karena

dilatarbelakangi oleh kondisi dan permasalahan yang ada di desa. Menjadi

penting dalam pembentukan BUM Desa harus memahami potensi dan

11
12

kondisi desa yang kemudian atas inisiatif bersama (pemerintah desa dan

masyarakat) membentuk BUM Desa sebagaimana telah dimandatkan dalam

pasal 4-6 Permendesa No. 4/2015 tentang BUM Desa. Penyelenggaraan

musyawarah desa dalam pembentukan BUM Desa tidak sebatas memenuhi

administratif semata, namun perlu dilihat faktor-faktor produksi yang akan

mendorong pertumbuhan ekonomiTerlampauinya target pembentukan BUM

Desa harus dibarengi dengan kualitas serta optimalnya usaha yang dijalani.

“pendekatan proyek” tidak dapat lagi digunakan sebagai dasar membentuk

BUM Desa. Pembentukan harus mendasarkan pada kekuatan dan

kebutuhan lokal. Dalam upaya mempersiapkan hal tersebut, diperlukan

panduan untuk membentuk BUM Desa.

2. Ketidakjelasan Posisi BUM Desa sebagai institusi sosial dan komersial

Undang-Undang Desa memberikan keleluasaan jenis usaha yang akan

dikelola. Dalam melaksanakan fungsinya, BUM Desa tidak hanya sebagai

institusi komersial (bisnis) semata, tetapi juga sebagai institusi sosial yang

tujuan akhirnya dapat berkontribusi dalam menyejahterakan masyarakat.

Hanya saja kedua fungsi ini tidak banyak dibahas dalam Peraturan

Pemerintah maupun Permendesa. Pemahaman terhadap BUM Desa yang

harus menghasilkan profit akan mengarahkan pada pilihan jenis usaha yang

dapat menghasilkan keuntungan semata. Hal ini akan menjadi trade off bagi

keterlibatan dan partisipasi warga dalam pengelolaan dan manfaat dari

usaha yang dipilih BUM Desa. Pemerintah penting memperjelas fungsi

BUM Desa sebagai institusi sosial dan institusi komersial. Kejelasan aturan
13

terkait dua fungsi tersebut akan menguatkan BUM Desa, terutama dalam

melakukan kerjasama usaha dengan pihak lain (BUM Desa atau badan

usaha lainnya). Selain itu, kejelasan akan menghilangkan kebingungan bagi

pengelola BUM Desa. misalnya BUM Desa Panggung Lestari “pengelolaan

sampah” yang selalu mendapatkan support anggaran dari APB Desa, hal ini

cukup wajar dilakukan sebagai BUM Desa sebagai institusi sosial karena

keberadaanya dirasakan sangat bermanfaat oleh masyarakat.

3. Kebijakan yang belum mengarahkan profesionalisme BUM Desa

Struktur pengelolaan BUM Desa belum seluruhnya menyesuaikan dengan

Permendesa No.4/2014 tentang BUM Desa. Masih ada pengelola

operasional BUM Desa yang dijabat oleh aparatur pemerintahan desa.

Selain itu, tidak diperjelasnya unsur pengawas BUM Desa dalam

Permendesa, terlebih dalam PP No. 43 Tahun 2015 Tentang Desa, sehingga

ditemui bahwa ada anggota BPD yang menjadi pengawas BUM Desa.

Kondisi ini akan membuat “semu”” proses pertanggungjawaban BUM Desa

(kepala desa) kepada BPD. Pasal 31 Permendesa No. 04/2014 menyatakan

bahwa salah satu tugas BPD adalah melakukan pengawasan terhadap kinerja

Pemerintah Desa dalam membina pengelolaan BUM Desa. Bila anggota

BPD menjadi pengawas BUM Desa yang merupakan bagian/organ dari

BUM Desa, maka dapat dikatakan anggota BPD itu melakukan pengawasan

terhadap dirinya sendiri, meskipun proses pertanggungjawabannya melalui

pemerintah desa. Juga ditemui BUM Desa yang tidak menyusun laporan
14

pertanggungjawaban pengelolaannya, selain tidak optimalnya peran

pengawas BUM Desa sendiri.

Kejelasan pengawasan diperlukan untuk mengantisipasi potensi moral

hazard (penyelewengan/penyalahgunaan) oleh pelaksana BUM Desa.

Kejelasan ini akan mewujudkan pengelolaan BUM Desa yang demokratis

dan sesuai dengan prinsip kegotong-royongan, maka sepatutnya BUM Desa

memperhatikan dan menerapkan standar manajemen yang profesional dan

bertanggung jawab seperti menjungjung tinggi prinsip transparansi,

akuntabilitas, kemandirian dan pertanggungjawaban.

Masalah lainnya adalah peran penasihat (ex-officio) menjadi dilema bagi

BUM Desa. Pasal 2 point c Permendesa No 04/2014 menyatakan bahwa

penasihat berperan “mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengelolaan BUM

Desa”. Apabila terjadi kerugian yang dialami oleh BUM Desa, maka hal ini

akan menjadi tanggungjawab BUM Desa secara organisasi (pasal 27).

Sementara dalam Pasal 139 PP No. 43/2014 menyatakan bahwa kerugian

BUM Desa menjadi tanggungjawab pelaksana operasional. Padahal PP juga

menjelaskan bahwa peran penasihat adalah melakukan pengawasan dan

memberikan nasihat kepada pelaksana operasional dalam menjalankan

kegiatan pengurusan dan pengelolaan usaha Desa. Dari poin di atas,

dipandang perlu adanya sinkronisasi kebijakan dalam pengaturan organ

BUM Desa, sehingga akan memperkokoh pengelolaan BUM Desa. Pada

gilirannya, hal ini akan berdampak pada profesionalisme kerja dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.


15

4. Lebih banyak intervensi daripada pembinaan kepada BUM Desa

Pendirian BUM Desa tidaklah sebatas memenuhi target pembangunan

semata. Kehadirannya harus dibarengi dengan pembinaan untuk

mengembangkan potensi yang dimilikinya. Studi PATTIRO

memperlihatkan bahwa pembinaan yang dilakukan pemerintah supra desa

(kabupaten/provinsi) tidak dilakukan secara bertahap dan teratur. Jikapun

ada pembinaan hanya dalam rangka menjalankan kegiatan supra desa. Dapat

dikatakan, BUM Desa berjalan sendiri dalam usahanya. Studi juga melihat

bahwa akibat kurangnya pembinaan dan pengalaman yang dimilikinya,

salah satu BUM Desa di Kabupaten Kebumen terpaksa tidak dapat

melanjutkan kerjasama dengan mitranya, karena tidak dapat memenuhi

target produksi yang sudah disepakati.

C. Reformasi yang perlu dilakukan dalam pembinaan Badan Usaha Milik Desa
di Desa Panggung Kecamatan Paringin Selatan Kabupaten Balangan\

Dari kondisi diatas, yang mendesak dilakukan oleh pemerintah dan

pemerintah daerah, yaitu:

Menjelaskan fungsi BUM Desa sebagai institusi sosial dan

komersial. Sosial dalam arti memberikan manfaat (benefit) bagi masyarakat desa

dan komersial dalam arti memperoleh keuntungan (profit) dalam menjalankan

usahanya. Adanya dua fungsi itu yang membedakan BUM Desa dengan badan

usaha lainnya. Karena itu, kedua fungsi tersebut perlu diperjelas dalam peraturan

menteri yang menjelaskan aspek usaha yang dijalankan BUM Desa. Selain itu,
16

memperjelas aturan yang berkaitan dengan kerjasama antar BUM Desa dan

pihak ketiga.

Sinkronisasi dan penyelarasan aturan pengelolaan BUM Desa.

Pengelola BUM Desa dituntut bersikap profesional seperti halnya pengelolaan

badan usaha lainnya. Karena itu, Pemerintah perlu menyelaraskan pengaturan

mengenai organ pengelola BUM Desa dan mempertegas peran dan

tanggungjawab masing-masing organ. Kebijakan tentang BUM Desa juga

sepatutnya dapat meminimalisir peluang risiko (legal hazard) dalam

menjalankan usahanya maupun tendensi BUM Desa sebagai alat kepentingan

politik lokal desa. Selain itu, pemerintah juga perlu mempercepat penerbitan

peraturan mengenai pengelolaan keuangan BUM Desa dan mekanisme

pelaporan serta serta pertanggungjawabannya.

Mempertegas peran pembinaan Supra Desa. Pemberian rekognisi dan

mendorong kemandirian desa tidak serta merta menghilangkan peran dan

tanggungjawab supra desa dalam melakukan pembinaan terhadap desa, termasuk

BUM Desa. Pembinaan selayaknya dilakukan melalui pendekatan fasilitasi

bukan intervensi. Pemerintah supra desa harus mampu meningkatkan dan

memperkuat koordinasi antar unit (SKPD provinsi/kab/kota) yang memiliki

keterkaitan tugas dan fungsi dalam mengembangkan ekonomi masyarakat desa.

Melakukan identifikasi awal faktor ekonomi desa. Pemerintah harus

melakukan identifikasi awal terhadap embrio ekonomi (faktor-faktor produksi)

desa secara jelas. Identifikasi ini sangat diperlukan untuk mencegah jangan

sampai BUM Desa didirikan, namun tidak melakukan kegiatan apapun, karena
17

tidak memahami potensi usaha yang perlu dikembangkan. Karena itu,

pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan tentang panduan identifikasi potensi

desa dan tahapan dalam pengembangan BUM Desa. Selain itu, pemerintah supra

desa juga perlu menerbitkan kebijakan yang terintegrasi dengan tugas pokok dan

fungsi dari unit kerja terkait. Unit kerja di kabupaten/kota ini juga perlu

menyusun kategori kemandirian BUM Desa dan melakukan pemutakhiran data

mengenai kondisi dari setiap BUM Desa di wilayah kerjanya.

Memperkuat eksistensi BUM Desa yang hadir atas inisiatif

sendiri. Pemerintah harus memberikan rekognisi terhadap usaha desa yang sudah

ada dan berjalan selama ini, terlepas dari bentuk usaha yang dijalankannya.

Menurut pakar desa, Sutoro Eko (2013), membangkitkan dan memfasilitasi

tumbuhnya gerakan ekonomi lokal secara emansipatoris jauh lebih penting

ketimbang institusionalisasi BUMDes secara serentak dari atas. Selain itu,

pemerintah juga harus memperjelas model partisipasi yang ditawarkan dalam

pengelolaan BUM Desa.


18

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendirian BUMDes dilandasi oleh UU No. 32 tahun 2004 jo. UU

No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, UU No. 6 tahun 2014

tentang Desa serta PP No. 72 tahun 2005 tentang Desa. Dalam UU No. 32

tahun 2004 juncto UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

pada Pasal 213 ayat (1) disebutkan bahwa, “Desa dapat mendirikan badan

usaha milik desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa

Pemerintah harus memberikan rekognisi terhadap usaha desa yang

sudah ada dan berjalan selama ini, terlepas dari bentuk usaha yang

dijalankannya. Menurut pakar desa, Sutoro Eko (2013), membangkitkan

dan memfasilitasi tumbuhnya gerakan ekonomi lokal secara emansipatoris

jauh lebih penting ketimbang institusionalisasi BUMDes secara serentak

dari atas. Selain itu, pemerintah juga harus memperjelas model partisipasi

yang ditawarkan dalam pengelolaan BUM Desa.

Pengelola BUM Desa dituntut bersikap profesional seperti halnya

pengelolaan badan usaha lainnya. Karena itu, Pemerintah perlu

menyelaraskan pengaturan mengenai organ pengelola BUM Desa dan

mempertegas peran dan tanggungjawab masing-masing organ. Kebijakan

tentang BUM Desa juga sepatutnya dapat meminimalisir peluang

risiko (legal hazard) dalam menjalankan usahanya maupun tendensi BUM

Desa sebagai alat kepentingan politik lokal desa. Selain itu, pemerintah

18
19

juga perlu mempercepat penerbitan peraturan mengenai pengelolaan

keuangan BUM Desa dan mekanisme pelaporan serta serta

pertanggungjawabannya.

B. Saran

Potensi yang dimiliki BUMDes sebagai lembaga usaha mandiri

masyarakat desa dalam memberikan kesejahteraan masyarakat desa

sendiri. Agar rakyat pedesaan dapat mengembangkan potensi, sehingga

tidak dirugikan dan lebih diuntungkan, maka diperlukan arus balik dalam

pemerataan sumber daya alam dan kebijakan..


20

DAFTAR PUSTAKA

Ayu Putriyanti, “Kajian Undang-Undang Administrasi Pemerintahan dalam


Kaitan dengan Pengadilan Tata Usaha Negara,” Jurnal Pandecta,Volume 10,
Nomor 2 (Desember, 2015), hlm. 182,

Jhonny Ibrahim, 2006, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif,


Malang: Banyumedia Publishing

Sutoro Eko bersama Tim FPPD, 2013 Policy Paper “ Membangun BUMDes yang
Mandiri, Kokoh dan berkelanjutan”.

Erani Yustika, Prof, Dr. SE. M.Sc, Ekonomi Kelembagaan, bayu Media
Publishing. 2006, hlm 254

Hasil dari Expert Meeting tentang BUM Desa yang diselenggarakan PATTIRO di
Hotel Sofyan Inn, Tebet, Jakarta, 3 Agustus 2016

Anda mungkin juga menyukai