Anda di halaman 1dari 79

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/320149415

Reformasi Administrasi Desa

Article · November 2015

CITATIONS READS

3 2,826

2 authors:

Tri Samnuzulsari Wayu Eko Yudiatmaja


Universitas Maritim Raja Ali Haji Universitas Maritim Raja Ali Haji
25 PUBLICATIONS 103 CITATIONS 54 PUBLICATIONS 221 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Pendidikan Anti Korupsi di SMK Negeri 2 Kabupaten Bintan View project

Eksploitasi Anak View project

All content following this page was uploaded by Tri Samnuzulsari on 01 October 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Pengantar Redaksi

Kinerja organisasi yang kuat adalah organisasi yang di-suport oleh sumberdaya
manusia yang memiliki komiten organisasi yang kuat. Hasil penelitian Herayni Darosa (dkk)
menganalisa bahwa organisasi harus mampu mengantisipasi agar pegawainya tidak
mengalami stress kerja agar komitmen tersebut terwujud sengga kinerja organisasipun
meingkat. Dengan komitmen tinggi dan stress kerja yang rendah organisasi dapat
menyelenggarakan servive delivery dengan baik pada organisasi privat ataupun publik
sebagaimana yang dilihat oleh Fitri Kurnianingsih dan Edison melalui kajian survai nya
tentang persepesi masyarakat pengguna layanan PT. KAI. Demikian juga hal nya tulisan Dwi
Kristanti yang memotret kualitas pelayanan perijinan di Badan Penanaman Modal.
Organisasi publik dalam hal ini pemerintah memiliki keharusan untuk mampu
mengembangan potensi menjadi resources bagi organisasi. Seperti kajian I Putu Dharmanu
Yudharta dalam risetnya melihat bagaimana upaya pemerintah dalam mengimplementasikan
pengembangan ekowisata sebagai sebuah potensi yang bisa menjadi sumberdaya baru bagi
kabupaten Banyuwangi. Pemerintah perlu meningkatkan kapasistas dalam semua dimensi
dan semua lini baik itu dari level Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota samapi ke
Pemerintahan Desa. Tri Samnuzulsari dan Wayu Eko Yudiatmaja dalam artikelnya
memberikan penekanan tentang pentingnya memberikan perhatian besar pada pemerintahan
desa terutama dalam hal reformasi administrasi karena pemerintahan desa merupakan garda
terdepan dalam merespon keinginan masyarakat. Bagaimanapun masyarakat adalah pila
utama Negara dan ayang akan menjadi motor penggerak dalam berbagai kompetisi. Free
trade zone (FTZ) adalah salah satu tantangan bagi masyarakat saat ini. Kustiawan dan Imam
Yudhi Prastya melihat ini sebagai sebuah tantangan besar terutama dalam investasi ekonomi.
Keran otonomi yang semakin luas dan mutakhir saat ini setidaknya bisa menjadi salah
satu kekuatan untuk menanklukkan berbagai tantangan yang ada. Penguatan sistem
pemerintahan daerah, terlebih setelah diperkuat dengan sistem pemilihan langsung
seharusnya bisa membantu menciptakan masyarakat yang lebih kompetitif dan cerdas. Suci
Emilia Fitri mencoba merefleksi pemisahan tahapan pemilihan kepala daerah untuk meihat
bentuk sajian demokrasi lokal yang produktif untuk tujuan tersebut.

Redaksi

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) i


Daftar Isi

Pengantar Redaksi................................................................................................................................... i

Daftar Isi .................................................................................................................................................. ii

Pengaruh Komitmen Organisasional Dan Stres Kerja Terhadap Kinerja Dosen


Tetap Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tahun 2014
Herayni Darosa, Agus Hendrayady, Wahjoe Pangestoeti .........................................................................1

Persepsi Masyarakat Pengguna Pelayanan PT. Kereta Api Indonesia Unit Stasiun
Lempuyangan Kota Yogyakarta
(Studi Terhadap Pelayanan Stasiun dan Kereta Progo Kelas Ekonomi)
Fitri Kurnianingsih, Edison.....................................................................................................................15

Implementasi Pengembangan Ekowisata Di Kabupaten Banyuwangi


(Studi Kasus Obyek Wisata Kawah Ijen)
I Putu Dharmanu Yudharta ....................................................................................................................26

Reformasi Administrasi Desa


Tri Samnuzulsari, Wayu Eko Yudiatmaja...............................................................................................36

Analisis Pelaksanaan Kebijakan Free Trade Zone (FTZ) di Kawasan Kota


Tanjungpinang Kepulauan Riau
Kustiawan, Imam Yudhi Prastya.............................................................................................................42

Refleksi Pemisahan Tahapan Pemilihan Langsung Kepala Daerah (Analisis isi


Era Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2005)
Suci Emilia Fitri.......................................................................................................................................51

Kualitas Pelayanan Perizinan pada Badan Penanaman Modal dan


Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMP2T) Kota Padang
Dwi Kristanti, Purwaningdyah Murti ....................................................................................................58

Biografi Penulis......................................................................................................................................73

ii Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


Pengaruh Komitmen Organisasional Dan Stres Kerja Terhadap
Kinerja Dosen Tetap Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik
Universitas Maritim Raja Ali Haji Tahun 2014

Herayni Darosa
Agus Hendrayady
Wahjoe Pangestoeti
(agushendrayady05081973@gmail.com)
(Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP UMRAH)

Abstract:
The purpose of this study was to analyze either simultaneously and partially influence organizational
commitment and job stress on the tenured lecturer’s performance in Faculty of Social and Political
University Maritim Raja Ali Haji. And this study is a survey to address the three main hypotheses,
which alleged that: (1) suggested that organizational commitment and job stress together have a
significant impact on the performance of tenured lecturers; (2) suggested that organizational
commitment has a significant influence performance of tenured lecturers; (3)suggested that job stress
has a significant effect on the performance of tenured lecturers. The subjects on this study is lectures in
Faculty of Social and Political University Maritim Raja Ali Haji. The tenured lecturers in question is
the duty as lecturing and have a minimum term of one point five year. The method of analysis used in
this study is a multiple linear regression. The data used in this study are primary and secondary data
obtained through literature studies, and distributing questionnaires to 26 respondents. The results of
this study state that organizational commitment and job stress also simultaneously have a significant
impact on lecturer’s performance by 50,7 %. And organizational commitment is partially significant
influence on lecturer’s performance by 39,6 % and partially job stress had no significant effect on
lecturer’s performance by 11,1 %. In conclusion, this study proves that organizational commitment and
job stress jointly affect the performance of lecturers in Faculty of Social and Political University
Maritim Raja Ali Haji.

Keywords: Organizational Commitment, Job Stress and Performance.

Pendahuluan Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji


(FISP UMRAH), sehingga komitmen dosen
Universitas Maritim Raja Ali Haji
menjadi pembahasan yang sangat penting,
adalah Universitas negeri satu-satunya di
dan tidak dapat dielakkan lagi bahwa
Provinsi Kepulauan Riau. Institusi ini
perguruan tinggi membutuhkan dosen yang
memiliki lima fakultas, salah satunya adalah
memiliki komitmen organisasional yang
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Adapun
tinggi.
Pelaksana utama kegiatan pendidikan tinggi
Pencapaian visi pada Fakultas Ilmu
yaitu tri dharma perguruan tinggi adalah
Sosial dan Politik Universitas Maritim Raja
seorang dosen.
Ali Haji (FISIP UMRAH) yang seutuhnya
Dosen terutama dosen FISIP
menjadi tanggungjawab dosen, karena
memiliki tanggungjawab untuk mencapai
dosen merupakan inti dalam menjalankan
visi dan misi Fakultas Ilmu Sosial dan

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 1


operasional organisasi perguruan tinggi. dengan ditandai dari rasa cemas yang
Standart kinerja dosen juga merupakan berlebihan.
ukuran produktivitas Universitas Dampak yang sangat merugikan
khususnya pada Fakultas Ilmu Sosial dan dari adanya tekanan yang menimbulkan
Politik dan penentuan akreditasi program kecemasan yang sering dialami oleh pekerja
studi atau universitas. Pendapat tersebut khususnya pada dosen yaitu disebut
juga sejalan dengan konsep komitmen dengan stres kerja. Menurut Handoko stres
organisasional yang disampaikan oleh sendiri merupakan kondisi ketegangan
Dessler bahwasannya proses terjadinya yang mempengaruhi emosi, proses berfikir
komitmen organisasi pada pekerja yang dan kondisi seseorang dan kondisi yang
menjadi hal utama adalah “make it cenderung menyebabkan stres disebut
charismatic” dimana menjadikan visi dan stressor (Umar, 2005:34).
misi organisasi sebagai suatu yang Berdasarkan Peraturan Pemerintah
karismatik, sesuatu yang dijadikan pijakan, Nomor 5 Tahun 1980 Pasal 26 mengenai
dasar bagi setiap karyawan dalam beban kerja dosen adalah paling sedikit
berperilaku, bersikap dan bertindak sepadan dengan 12 (dua belas) SKS (Satuan
(Sopiah, 2008:159). Kredit Semester) dan paling banyak 16
Tuntutan profesionalitas dosen yang (enam belas) SKS (Satuan Kredit Semester).
semakin tinggi dan minimnya jumlah SKS (Satuan Kredit Semester) adalah beban
tenaga pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan belajar mahasiswa dan beban pembelajaran
Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji dosen dalam SKS (Satuan Kredit Semester),
(FISP UMRAH) akan menimbulkan yang ditentukan sesuai dengan kualifikasi
banyaknya tekanan-tekanan yang harus akademik (Arwildayanto, 2013:25).
dihadapi individu dosen. Selain tekanan Berdasarkan data beban kerja dosen dalam
yang berasal dari lingkungan kerja, maka semester ganjil tahun 2014 ini, beban SKS
tekanan dari lingkungan keluarga dan (Satuan Kredit Semester) dalam bidang
lingkungan sosial juga berpotensial pengajaran untuk beban kerja dosen dan
menimbulkan tekanan yang harus dihadapi beserta tuntutan peran dosen (jabatan
individu dosen. Sehingga tekanan itu akan struktural) dirasa cukup tinggi, dapat di
mempengaruhi emosi dosen, proses berfikir lihat dalam tabel 1 berikut ini:
dan menunjukan perubahan kondisi dosen
Tabel. 1.
Tuntutan Tugas SKS (Satuan Kredit Semester) dan Tuntutan Peran Dosen
Semester Ganjil Tahun 2014

No Jabatan Struktural Dosen FISP UMRAH Beban Kerja (SKS)

1 Wakil Dekan I 15
2 Wakil Dekan II 15
3 Kajur IAN 21
4 Sekjur IAN 21
5 Dosen Tetap IAN 22
6 Dosen Tetap IAN 21
7 Dosen Tetap IAN 21
8 Dosen Tetap IAN 12
9 Dosen Tetap IAN 21
10 Dosen Tetap IAN 15
11 Dosen Tetap IAN 21
12 Dosen Tetap IAN 24
13 Dosen Tetap IAN 19

2 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


No Jabatan Struktural Dosen FISP UMRAH Beban Kerja (SKS)

14 Dosen Tetap IAN 21


15 Kajur IP 21
16 Sekjur IP 21
17 Dosen Tetap IP 24
18 Dosen Tetap IP 18
19 Dosen Tetap IP 15
20 Kajur SOS 21
21 Sekjur SOS 21
22 Dosen Tetap SOS 21
23 Dosen Tetap SOS 20
24 Dosen Tetap SOS 14
25 Dosen Tetap SOS 21
26 Kajur IH 15
Sumber: Olahan data primer pada semester ganjil tahun 2014.
Berdasarkan data diatas diketahui yang lebih besar daripada
bahwa banyak dosen yang memiliki beban kepentingan pribadi, proaktif,
kerja melebihi 16 (enam belas) SKS (Satuan melihat kedepan, berusaha
Kredit Semester), pada semester ini juga mendapatkan ide dan cara baru,
dosen yang telah memiliki jabatan struktural berusaha mencoba hal-hal baru,
juga memiliki beban tugas SKS (Satuan dukungan kuat atas kerja sama,
Kredit Semester) diatas 16 SKS (Satuan mengerti dengan jelas, usaha
Kredit Semester) sehingga dapat diartikan institusi, dan loyalitas tinggi.”
bahwa tuntutan tugas dosen tergolong Berdasarkan beberapa kondisi diatas
tinggi, dan itu hanya meliputi bidang penulis maka kajian ini berupaya mengkaji
pendidikan dan pengajaran saja, belum lagi Pengaruh Komitmen Organisasional dan
pada tugas penelitian dan pengabdian Stres Kerja Terhadap Kinerja Dosen Tetap
masyarakat. Oleh karena itu, dengan beban Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas
kerja yang tinggi, hal ini diasumsikan akan Maritim Raja Ali Haji Tahun 2014.
mampu memicu stres kerja dosen, belum
lagi dosen yang memiliki jabatan struktural, Kajian Teori
maka tuntutan kerja dosen akan semakin 1. Konsep Komitmen Organisasional
tinggi dan kompleks.
Pengertian komitmen organisasional
Berkaitan dengan kinerja dosen yang
menurut Mowday (Sopiah, 2008:155) adalah:
baik maka tentunya tertuju pada pencapaian
hasil pelaksanaan tri dharma perguruan “Merupakan identifikasi dan
tinggi (Peraturan Pemerintah Nomor 60 keterlibatan seseorang yang relatif
tahun 1999 tentang Perguruan Tinggi). Dan kuat terhadap organisasi, dan
hal inilah yang tampaknya masih sulit komitmen organisasional adalah
dicapai oleh dosen yang berada di keingginan anggota untuk tetap
lingkungan Universitas Maritim Raja Ali mempertahankan keanggotaannya
Haji khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan dalam organisasi dan bersedia
Politik. Dan Arwildayanto (2013:88) berusaha keras bagi pencapaian
menyiratkan bahwa: tujuan organisasi”.
“Dosen yang memiliki kinerja yang Menurut Meyer, Allen, dan Smith
baik ditandai dengan adanya (Robbins dan Judge, 2008a:101)
komitmen untuk mencapai tujuan menerangkan terdapat tiga dimensi terpisah
perguruan tinggi tempat ia bekerja komitmen organisasional yaitu:

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 3


a. “Kondisi mental dan fisik Kyang
omitmen afektif (affective commitment), berhubungan secara langsung dan
yaitu perasaan emosional untuk memberikan pengaruh negatif
organisasi dan keyakinan dalam nilai- terhadap produktivitas individu,
nilainya, yang tercermin secara keefektifan, kesehatan personal dan
langsung. kualitas kerja, serta stres kerja
b. merupakan konseptualisasi seorang
K
omitmen berkelanjutan (continuance individu dalam reaksi kerja terhadap
commitment), yaitu nilai ekonomi yang karakteristik lingkungan yang akan
dirasakan jika tetap bertahan di dalam dihadapi oleh karyawan dan
organisasi dibanding jika meninggalkan termasuk di dalamnya adalah berupa
organisasi tersebut. ancaman yang kemungkinannya juga
c. akan ditemui karyawan dalam K
omitmen normatif (normative bekerja pada suatu organisasi”.
commitment), yaitu kewajiban untuk tetap Sunyoto (2013:42) menyatakan
bertahan dalam organisasi karena alasan- faktor-faktor yang menyebabkan stres dapat
alasan etis dan moral. menjadi dua dimensi yaitu:
Steers (Sopiah, 2008:163) a. Faktor Internal yaitu dalam pendekatan
menjelaskan bahwa ada tiga faktor yang individu seseorang bawahan dapat
mempengaruhi komitmen karyawan pada berusaha sering untuk mengurangi level
organisasi yaitu: stresnya.
a. Ciri pribadi b. Faktor eksternal yaitu, stres yang terjadi
pekerja, termasuk masa jabatannya yang berasal dari pekerjaan (organisasi)
dalam organisasi, dan variasi kebutuhan maupun diluar pekerjaan (non
dan keinginan yang berbeda dari tiap organisasi). Pekerjaan-pekerjaan tertentu
karyawan. memang lebih cenderung stres dari pada
b. Ciri pekerjaan lain tetapi setiap individu
pekerjaan, seperti identitas tugas dan memiliki cara dan persepsi yang berbeda
kesempatan berinteraksi dengan rekan dalam menangapi situasi pemicu stres.
sekerja. Menurut Sopiah (2008:91) dampak
c. Pengalaman atau akibat stres bisa dilihat pada tiga aspek,
kerja, seperti keterandalan organisasi di yaitu:
masa lampau dan cara pekerja-pekerja a. Fisik. Akibat stres pada fisik mudah
lain mengutarakan dan membicarakan dikenali seperti penyakit yang disinyalir
perasaannya mengenai organisasi. karena seseorang mengalami stres yang
2. Stres Kerja cukup tinggi seperti darah tinggi,
Menurut Schuler berpendapat gangguan tidur dan lainnya.
bahwa stres kerja itu adalah kondisi dinamis b. Psikis. Dampaknya dapat dikenali
di mana seseorang dihadapkan pada suatu diantaranya yaitu ketidakpuasan kerja,
peluang, tuntutan, atau sumber daya yang depresi, keletihan, kemurungan dan
terkait dengan keingginan orang tersebut kurang semangat.
serta hasilnya dipandang tidak pasti dan c. Perilaku. Akibat yang dapat dikenali
penting (Robbins dan Judge, 2008b:368). adalah kinerja menurun, naiknya tingkat
Menurut Robbins dan Judge kecelakaan kerja, salah dalam mengambil
(2008b:378) menjelaskan stres sendiri keputusan, dan tingkat absensi.
merupakan: Schuler (Robbins dan Judge,
2008b:375) mengelompokan dalam tiga

4 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


kategori umum gejala stres atau akibat absensi berkurang, dan loyalitas pekerja
terjadinya stres yaitu: bertambah.
a. Gejala fisik, yaitu perubahan- Tyson dan Jackson (2000)
perubahan yang terjadi pada menjelaskan bahwa terdapat pengaruh kuat
metabolisme organ tubuh seperti antara stres kerja terhadap kinerja. Hal itu
denyut jantung yang meningkat, didasari dengan penelitian yang dilakukan
tekanan darah yang meningkat, sakit oleh Yerkes dan Dodson (1907) yang biasa
kepala, dan sakit perut yang bisa kita disebut “Hukum Yerkes Dodson” yaitu
alami dan harus diwaspadai. tentang kecemasan dan kinerja. Dimana
b. Gejala psikologis, yaitu adanya penjelasan bagaimana stres
perubahan-perubahan sikap yang mempengaruhi individu dalam organisasi.
terjadi seperti ketegangan, kegelisahan, Sehingga riset yang menyelidiki hubungan
kebosanan, ketidaktenangan, cepat stres terhadap kinerja seperti hubungan U-
marah, dan lain-lain. terbalik (Robbins dan Judge, 2008b:378)
c. Gejala keperilakuan, yaitu Robbins dan Judge (2008b:377)
perubahan atau situasi di mana menjelaskan bahwa dari sudut pandang
produktivitas seseorang menurun, organisasi, manajemen mungkin tidak
absensi meningkat, kebiasaan makan peduli ketika karyawan mengalami tingkat
berubah, banyak minum-minuman stres rendah hingga menengah. Pendapat
keras, merokok bertambah, tidak bisa tentang stres sangat sederhana dan jelas.
tidur, berbicara tidak tenang, dan Hubungan antara stres dan kinerja
lain-lain. ditunjukan dengan kurva linear (lihat grafik
II.1.). Ada beberapa hal yang dijelaskan oleh
3. Kinerja (Y)
gamba tersebut. Pertama gerakan dari kiri
Menurut Bernardin dan Russell ke kanan, yaitu tingkat stres yang naik
(Iswanto, 2005:5.21) menjelaskan ada enam pertama-tama akan menimbulkan
kriteria suatu aktivitas kerja tertentu dapat peningkatan kinerja, kemudian mendatar,
dinilai, yaitu: selanjutnya penurunan.
a. Kualitas (Quality) Cooper dan Straw (Umar, 2005:35)
b. Kuantitas (Quantity) menambahkan gejala stres kerja yang tidak
c. Ketepatan Batas Waktu (Timeliness) dapat teratasi yaitu kepuasan kerja
d. Keefektifan Biaya (Cost Effectivenes) cenderung rendah, kinerja yang menurun,
e. Kebutuhan terhadap supervise (need for semangat dan energi menurun, komunikasi
supervision) tidak lancar, pengambilan keputusan yang
f. Dampak Interpersonal (Interpersonal jelek.
Impact)
Metode Penelitian
Streers memperjelas dampak
kurangnya komitmen pekerja yaitu akan Kajian penelitian ini menggunkan
dirasakan rendahnya kualitas kerja. (Sopiah, pendekatan kuantitatif untuk menguji
2008:179). Menurut Sopiah (2008:179) pengaruh Komitmen Organisasional dan
komitmen pekerja, baik yang tinggi maupun Stres Kerja Terhadap Kinerja Dosen Tetap
yang rendah, akan berdampak pada: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas
1. Pekerja itu sendiri, misalnya terhadap Maritim Raja Ali Haji Tahun 2014. Data
perkembangan karier pekerja itu primer dari dikumpulkan dengan
diorganisasi. menggunakan kuesioner/angket tertutup
2. Organisasi, pekerja yang berkomitmen sebagai instrument pengumulan data.
tinggi pada organisasi akan Analisis data menggunakan serangakaian uji
menimbulkan kinerja yang tinggi, tingkat statistik. Uji Statistik yang digunakan untuk

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 5


analisis yakni Analisis Regresi Linear Ha: terdapat pengaruh yang signifikan
Berganda. Menurut Siregar, (2013:301) secara parsial pada variabel komitmen
adapun bentuk persamaan regresi linear organisasional terhadap kinerja dosen
berganda yang digunakan dalam penelitian tetap Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
ini adalah persamaan regresi untuk dua Universitas Maritim Raja Ali Haji (FISP
prediktor. UMRAH) tahun 2014.
Ho: tidak terdapat pengaruh yang signifikan
Hipotesis
secara parsial pada variabel komitmen
Uji ini bertujuan untuk menentukan organisasional terhadap kinerja dosen
proporsi atau persentase total variasi dalam tetap Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
variabel terikat yang diterangkan variabel Universitas Maritim Raja Ali Haji (FISP
bebas secara bersama-sama. Menggunakan UMRAH) tahun 2014.
Adjusted R Square karena dalam regresi ini Ha: terdapat pengaruh yang signifikan
menggunakan dua variabel bebas. Uji secara parsial pada variabel stres kerja
hiotesis yang digunakan yakni Uji Hipotesis terhadap kinerja dosen tetap Fakultas
Secara Simultan (F) dan Uji Hipotesis secara Ilmu Sosial dan Politik Universitas
parsial (Uji-t). Hipotesis Uji-f dalam Maritim Raja Ali Haji (FISP UMRAH)
penelitian ini adalah sebagai berikut: tahun 2014.
Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan Ho: tidak terdapat pengaruh yang signifikan
secara bersama-sama antara komitmen secara parsial pada variabel stres kerja
organisasional dan stres kerja terhadap terhadap kinerja dosen tetap Fakultas
kinerja dosen tetap Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Sosial dan Politik Universitas
dan Politik Universitas Maritim Raja Ali Maritim Raja Ali Haji (FISP UMRAH)
Haji tahun 2014. tahun 2014.
Ho: Tidak terdapat pengaruh yang
Hasil dan Pembahasan
signifikan secara bersama-sama antara
komitmen organisasional dan stres kerja Analisis Deskriptif
terhadap kinerja dosen tetap Fakultas
Statistik dalam analisis deskriptif
Ilmu Sosial dan Politik Universitas
adalah untuk menguji hipotesis (pernyataan
Maritim Raja Ali Haji tahun 2014.
sementara) dari penelitian.
Sedangkan hipotesis Uji-t adalah
seperti berikut:
Tabel 2.
Descriptive Statistics
Komitmen
Stres Kerja Kinerja
Organisasional
N 26 26 26
Mean 82.96 73.00 92,62
48 49 48
Minimum 59 45 63
Maximum 107 94 111
Std. Deviation 9.926 11.486 11.182
Variance 98.518 131.920 125.046
Skewness .367 -.747 -.502
Std. Error .456 .456 .456
Kurtosis 1.316 1.058 1.149
Std. Error .887 .887 .887

6 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


Sumber: Olahan Data Kuesioner, 2014 dengan SPSS 20 for windows.

Dari hasil pengolahan data tabel 3 pegawai dipengaruhi oleh variabel


penjelasannya adalah: independen yaitu (komitmen organisasional
1) N menunjukan jumlah data yang dan stres kerja) secara bersama-sama. Jadi,
diproses sebanyak 26 responden. apabila salah satu variabel independen itu
2) Mean adalah rata-rata perolehan skor tidak ada maka kinerja akan mengalami
pada jawaban responden yaitu untuk penurunan. Dan juga dari persamaan di
komitmen organisasional yaitu 82,96%, atas, dapat diketahui bahwa variabel bebas
stres kerja yaitu 73,00% dan untuk kinerja yang tidak berpengaruh adalah variabel
yaitu 92,62%. stres kerja dengan koefisien 0.238, kemudian
3) Selisih dari nilai maksimum dengan nilai untuk variabel komitmen organisasional
minimum akan memperoleh nilai range dengan koefisien 0.694 maka berpengaruh
yaitu, nilai range komitmen terhadap kinerja dosen.Maka diperoleh
organisasional 107-59= 48, range untuk persamaan regresi linear berganda sebagai
stres kerja 94-45=49, dan range untuk berikut:
kinerja 111-63=48. Persamaan Regresi Linear Berganda
4) Standart deviasi untuk komitmen
Ŷ = 19,998 + 0,694X1 + 0,238X2
organisasional adalah: 9,926, stres kerja:
11,486 dan kinerja adalah: 11,182. Dan Sumber: Olahan Data Kuesioner, 2014
nilai varians adalah 2 kali standart dengan SPSS 20 for windows.
deviasi.
5) Ukuran skewness/standart error of Dimana :
skewness, nilai rasio skewness berada Ŷ : Variabel Kinerja Dosen
diantara -2 sampai dengan 2, maka data a : 19,998
berdistribusi normal (Widjaya, 2012:47). (constant) : b1 : 0,694 - b2 :0,238
6) Ukuran kurtosis, nilai rasio kurtosis b1 – b2 : Variabel Komitmen
berada diantara -2 sampai dengan 2, X1 Organisasional
maka data berdistribusi normal (Widjaya, X2 : Variabel Stres Kerja
2012:47).
Uji Hipotesis
Uji Statistik Analisis Regresi Linear
Berganda 1. Uji Koefisiensi Determinasi (R²)

Analisisnya adalah, berdasarkan Adapun hasil terdapat pada tabel di


hasil dari constant sebesar 19,998 (positif) hal bawah ini:
ini berarti variabel dependen yaitu kinerja
Tabel 3.
Uji Koefesiensi Determinasi (R2)
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .712 a .507 .464 8.020
a. Predictors: (Constant), Stres Kerja,
Komitmen Organisasional
b. Dependent Variable: Kinerja
Sumber: Olahan Data Kuesioner, 2014 dengan SPSS 20 for windows.

Berdasarkan data pengolahan tertera pada tabel 21 maka dapat


dengan memakai SPSS 20 for windows yang disimpulkan bahwa: R = 0,712 berarti

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 7


berdasarkan tabel interpretasi hubungan Uji F digunakan untuk mengetahui
antara variabel maka nilai R termasuk tingkat signifikansi pengaruh variabel-
kategori yang memiliki hubungan erat. variabel independen secara bersama-sama
Kesimpulannya adalah: (simultan) terhadap variabel dependen, Uji
a. R Square (0,712)² sebesar 0,507 yaitu F dilakukan dengan cara membandingkan
50,7%.Jadi, 50,7% faktor-faktor kinerja antara F hitung dengan F tabel. Hasil
dosen dapat diprediksi oleh komitmen perhitungan statistik yang menggunakan
organisasional dan stres kerja. SPSS 20 for windows yang tertera pada tabel
b. Sisanya dari 100% adalah 49,3%. Maka, 22 halaman berikut ini, diperoleh F tabel
49,3% faktor-faktor yang menjadi dengan nilai df (Degree of freedom) yaitu dari
prediktor kinerja terdapat pada variabel tabel F maka V1 = k dan V2 = n-k-1 (dimana
lain yang tidak diteliti dalam penelitian k adalah jumlah variabel bebas). Jadi V1 = 2
ini. dan V2 = 26-2-1 =23 sehingga F tabel = 3,42
c. AdjustedR Square sebesar 0,464 berarti dan F hitung = 11,817. Maka pada kedua
46,4%. Jadi 46,4% faktor–faktor kinerja perbandingan yaitu (F hitung> F tabel)(11,817
dosen dapat dijelaskan oleh komitmen >3,42) dan tingkat signifikansinya 0,000 <
organisasional dan stres kerja, 0,05, menunjukkan kedua variabel bebas
d. Sedangkan sisanya dari selisih 100% (komitmen organisasional dan stres kerja)
adalah 53,6%, Maka 53,6% faktor kinerja secara serempak adalah signifikan
dapat dijelaskan oleh faktor–faktor lain mempengaruhi kinerja dosen tetap (FISP
yang tidak diteliti dalam penelitian ini. UMRAH). Maka hasilnya terdapat pada
tabel 22 di bawah ini:
2. Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F)

Tabel 4.
Tabel Anova Uji Serempak ( Uji F )
a

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


11.81 .000
Regression 1520.337 2 760.168
7 b

Residual 1479.509 23 64.326


Total 2999.846 25
a. Dependent Variable: Kinerja
b. Predictors: (Constant), Stres Kerja, Komitmen Organisasional
Sumber: Olahan Data Kuesioner, 2014 dengan SPSS 20 for windows.
Pengambilan keputusan berdasar- Maritim Raja Ali Haji (FISP UMRAH)
kan hasil nilai F hitung adalah sebesar tahun 2014.
11,817dengan signifikan F sebesar 0,000 lebih Pada analisa data di atas
kecil dari 0,05 (5%), sehingga menolak Ho menjelaskan bahwa melalui metode
dan menerima Ha. Jadi, pengambilan kuantitatif regresi linear berganda telah
keputusan hipotesis adalah sebagai berikut: terbukti bahwa variabel bebas (X1, dan X2)
Ho : Ditolak secara simultan menjadi prediktor yang
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan signifikan terhadap kinerja (Y) dosen tetap
secara bersama-sama antara komitmen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik – UMRAH.
organisasional dan stres kerja
3. Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji T)
terhadap kinerja dosen tetap Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik Universitas Uji-T dengan signifikan 0,05 maka
nilai t tabel pada tabel t (df = n – 2) (dengan uji
dua arah) sehingga df = 26-2=24, maka nilai

8 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


t tabel = 2,064. Jika Sig. dalam output lebih independen dan berikut ini adalah hasil
kecil dari 0,05 maka variabel dependen pengujian hipotesis dengan uji-T.
berpengaruh signifikan terhadap variabel
Tabel 5.
Tabel Coefficientsa Uji Parsial ( Uji T )
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 19.998 13.731 1.456 .159
KomitmenOrganisasional .694 .182 .590 3.810 .001
Stres Kerja .238 .149 .249 1.604 .122
a. Dependent Variable: Kinerja
Sumber: Olahan Data Kuesioner, 2014 dengan SPSS 20 for windows.
Berdasarkan tabel diatas diketahui organisasional terhadap kinerja dosen
bahwa untuk uji-t (uji parsial) dengan tetap Fakultas Ilmu Sosial dan
membandingkan tingkat signifikan 0,05 PolitikUniversitas Maritim Raja Ali
sebagai nilai signifikansi yaitu terdapat nilai Haji Tahun 2014
t hitung dari komitmen organisasional adalah Hasil penelitian ini menunjukkan
3,810 dan stres kerja 1,604, dengan t tabel bahwa komitmen organisasional
sebesar 2,064 (yang diperoleh dari table t mempunyai pengaruh positif dan signifikan
dengan df=n-2 yaitu 24 dan alpha 0,05). terhadap kinerja dosen. Hal ini
Berikut ini adalah pembahasan rincian hasil mengindikasikan bahwa apabila dosen
uji parsial antara komitmen organisasional berkomitmen dengan baik maka akan
dan stres kerja terhadap kinerja dosen (FISP meningkatkan kinerja dosen.
UMRAH). b. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja
a. Pengaruh Komitmen Organisasional Dosen Tetap Fakultas Ilmu Sosial dan
Terhadap Kinerja Dosen Tetap Fakultas Politik Universitas Maritim Raja Ali
Ilmu Sosial dan Politik Universitas Haji (FISP UMRAH) Tahun 2014
Maritim Raja Ali Haji (FISP UMRAH) Hasil uji-T untuk stres kerja (X2)
Tahun 2014 terhadap kinerja (Y) menunjukkan nilai
Hasil uji-T untuk komitmen yang tidak signifikan pada tabel 23. yaitu
organisasional (X1) terhadap kinerja (Y) 0,122 dan t hitung pada tabel coefficients
menunjukkan nilai signifikan pada tabel 23. menunjukkan nilai stres kerja adalah 1,604.
yaitu 0,001 dan t hitung pada tabel coefficients Artinya nilai signifikansi lebih besar dari
menunjukkan nilai 3,810, artinya nilai nilai probabilitas 0,05 hasilnya (0,122 > 0,05)
signifikansi lebih kecil dari nilai probabilitas dan t tabel adalah (–t tabel < t hitung < t table)
0,05 hasilnya (0,001<0,05) dan perbandingan hasilnya (-2,064 < 1,604 < 2,064) atau (t hitung
untuk t tabel adalah (–t tabel < t hitung > t tabel) < t table) hasilnya (1,604 < 2,064), maka
hasilnya (-2,064 < 3,810 > 2,064) atau (t hitung > pengambilan keputusan hipotesis dalam
t table) hasilnya (3,810 > 2,064), maka uji-T ini adalah:
pengambilan keputusan hipotesis dalam Ho : Tidak terdapat pengaruh yang
uji-T untuk pengaruh komitmen signifikan secara parsial pada variabel
organisasional terhadap kinerja dosen tetap stres kerja terhadap kinerja dosen
ini adalah: tetap Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Ho : Ditolak Universitas Maritim Raja Ali Haji
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan (FISP UMRAH) tahun 2014.
secara parsial dari variabel komitmen Ha : Ditolak

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 9


Nilai t hitung yang lebih kecil dari t antara X2 dengan Y (0,442 dan
tabel menunjukkan bahwa stres kerja tidak probabilitas = 0,012), dan dimana dalam
mempunyai pengaruh yang signifikan tabel 24 juga menunjukan bahwa
terhadap kinerja dosen tetap Fakultas Ilmu terdapat hubungan positif yang cukup
Sosial dan Politik Universitas Maritim Raja kuat ini artinya dengan menurunya
Ali Haji (FISP UMRAH). tingkat stres dosen maka akan
Analisis dari hasil uji hipotesis meningkatkan kinerja dosen.
secara parsial atau uji-T berdasarkan 3) Dan, juga terdapat tingkat hubungan
perhitungan yang menggunakan SPSS 20 for yang tidak kuat dan tidak signifikan
Windows jugaterdapat tabel correlations, antara X1 dan X2 yaitu (0,328 dan
dapat dianalisis sebagai hasil uji correlations. probabilitas = 0,051), artinya
1) Terdapat korelasi tingkat hubungan yang meningkatnya komitmen dosen juga ada
kuat dan signifikan antara X1 dengan Y hubungannya dengan tingkat stres yang
(0,672 dan probabilitas = 0,000) artinya dialami, walaupun hubungannya tidak
dengan adanya peningkatan komitmen kuat dan tidak signifikan (Sugiyono,
organisasional dosen yang lebih baik 2012:214).
maka secara nyata akan meningkatkan Berikut adalah tabel sederhana di
kinerja dosen. bawah ini:
2) Terdapat korelasi tingkat hubungan yang
cukup kuat dan namun tidak signifikan
Tabel 6.
Hasil Uji Korelasi
Validitas
Var. Kep. Kesimpulan
Korelasi (r) Sig. (p)

Komitmen organisasional dapat


X1 0,672 0.000 Terima Ha digeneralisasikan/ dapat berlaku
pada populasi dimana n=26.
Y
Stres kerja dapat
X2 0,442 0.012 Terima Ha digeneralisasikan/ dapat berlaku
pada populasi, n=26.

Sumber: Olahan Data Kuesioner, 2014 dengan SPSS 20 for windows.


Berdasarkan tabel 25 menunjukkan
Interpretasi Hasil
adanya hubungan yang kuat dan signifikan
antara X1 dengan Y (RX1=0.672 dan p=0.000), Berdasarkan analisa hipotesa
dan ada hubungan yang cukup kuat namun diperoleh hasil bahwa komitmen
tidak signifikan antara X2 dengan Y organisasional dan stres kerja dengan
(RX2=0.442 dan p=0,012). Artinya adanya signifikan secara simultan sebagai prediktor
peningkatan variabel X1 yang lebih baik, terhadap kinerja dosen Fakultas Ilmu Sosial
maka secara nyata akan meningkatkan dan Politik pengaruh komitmen
variabel Y. Dan penurunan variabel X2 juga organisasional dan stres kerja terhadap
akan meningkatkan kinerja walaupun tidak kinerja dosen tetap Fakultas Ilmu Sosial dan
signifikan. Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji
(FISP UMRAH) Tahun 2014 sehingga
hipotesa Ha diterima. Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa 50,7% kinerja dosen

10 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas nilai probabilitas = 0,001. Serta berdasarkan
Maritim Raja Ali Haji (FISP UMRAH) data pada tabel 26 hasil perhitungan
dipengaruhi oleh faktor komitmen menunjukkan, ternyata variabel komitmen
organisasional dan stres kerja. Perubahan organisasional (X1) memberikan sumbangan
pada salah satu variabel ini akan berdampak efektif lebih besar terhadap kinerja dosen
langsung pada tingkat kinerja pegawai. sebesar 39,6%. Sehingga, komitmen
Dengan nilai R = 0,712 untuk interpretasi organisasional cukup kuat untuk
hubungan variabel antara komitmen meningkatkan kinerja dosen agar lebih baik
organisasional dan stres kerja terhadap dan profesional.
kinerja sehingga hubungannya adalah erat. Indikator komitmen normatif adalah
Hasil ini menunjukkan bahwa perubahan kewajiban bertahan di dalam organisasi
salah satu variabel bebas, juga merubah untuk alasan-alasan moral maupun etis ini
kondisi variabel terikat. Uraian di atas menunjukan dari nilai rata-rata bahwa
menjelaskan adanya pengaruh yang erat dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
secara bersama-sama antara variabel Universitas Maritim Raja Ali Haji (FISP
komitmen organisasional dan stres kerja UMRAH) pada interpretasi skor jawaban
terhadap kinerja dosen. sedang. Untuk indikator komitmen
Dengan diperolehnya hasil faktor- berkelanjutan dengan memandang nilai-
faktor yang menjadi prediktor kinerja maka nilai ekonomi yang dirasa untuk bertahan
diharapkan adanya umpan balik dengan sebuah organisasi bila dibandingkan
pelaksanaan kerja yang bermanfaat bagi dengan meninggalkan organisasi tersebut
Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) dari nilai rata-rata interpretasi skor jawaban
terutama pada Fakulas Ilmu Sosial dan sedang. Sedangkan, indikator komitmen
Politik (FISP). Umpan balik tersebut juga afektif yaitu perasaan emosional untuk
untuk manajemen sumber daya manusia organisasi dan keyakinan dalam nilai-
perguruan tinggi, terutama dalam bentuk nilainya menunjukan pada dosen Fakultas
kegiatan yang tepat untuk memperbaiki Ilmu Sosial dan Politik Universitas Maritim
kinerja. Melakukan peningkatan kinerja Raja Ali Haji (FISP UMRAH) interpretasi
dosen merupakan salah satu upaya untuk skor jawaban tinggi.
penanganan mutu pendidikan secara Berdasarkan interpretasi skor
maksimal dengan mempertimbangkan jawaban dosen Fakultas Ilmu Sosial dan
beban kerja kepada dosen agar beban kerja Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji
dosen tidak overload dan mengkaji dengan (FISP UMRAH) skor tertinggi terletak pada
teliti kebutuhan akademik dosen. Oleh indikator komitmen afektif sehingga peneliti
karena itu, melalui penganalisaan komitmen berpendapat bahwa dosen tetap Fakultas
organisasional dan stres kerja diharapkan Ilmu Sosial dan Politik Universitas Maritim
akan dapat meningkatkan kinerja dosen Raja Ali Haji (FISP UMRAH) menekan
yang pada akhirnya akan memberikan kesetiaan dalam organisasi untuk bekerja,
kontribusi terhadap peningkatan mutu sehingga dari awal dosen merasakan
pendidikan secara keseluruhan. kesetiaan dan mungkin menjadi lebih terikat
secara emosional dengan organisasi, dan
1. Komitmen Organisasional dan Kinerja
mereka akan lebih berkomitmen dengan
Hasil analisis regresi linear berganda organisasi. Hal ini menujukan bahwa sikap
yaitu pengaruh komitmen organisasi dosen dalam komitmen organisasional yang
dengan kinerja dosen menunjukkan hasil lebih menghargai kesetian terhadap
yang signifikan. Artinya, secara parsial ada kepentingan organisasi dan kelompok dari
pengaruh komitmen organisasi terhadap pada kepentingan-kepentingan individual.
kinerja dosen yang ditunjukkan dengan

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 11


Berdasarkan hasil penelitian ini beban mengajar seperti tatap muka di kelas,
maka sudah jelas menjawab hipotesis maupun bimbingan skripsi terhadap
bahwa komitmen organisasional memiliki sekelompok mahasiswa. Faktanya, dosen
hubungan yang kuat dan pengaruh yang tetap di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
signifikan, sehingga dapat menentukan UMRAH mempunyai beban kerja lain selain
hasil-hasil organisasi seperti kinerja. Dari ketiga jenis beban kerja tersebut diatas,
hasil uji regresi sederhana juga didapat nilai seperti misalnya menjadi anggota panitia di
yang signifikan dimana hubungan antara lingkup fakultas maupun universitas,
variabel komitmen organisasi memiliki membimbing akademik terhadap
pengaruh yang kuat terhadap kinerja. Hal sekelompok mahasiswa maupun
ini menunjukkan bahwa komitmen dosen mempunyai tanggung jawab sebagai
tetap Fakultas Ilmu Sosial dan Politik pejabat-pejabat struktural di lingkup
Universitas Maritim Raja Ali Haji (FISP fakultas. Jadi, idealnya dengan beban kerja
UMRAH) terhadap organisasinya tinggi yang berlebih dosen kurang memiliki waktu
sehingga sangat berpengaruh terhadap yang cukup untuk melakukan hal atau
kinerjanya. Maka diharapkan kemampuan tugas lain yang berkaitan dengan tugasnya
institusi mampu untuk lebih mengkaji sebagai dosen.
kebutuhan akademik dosen, dan juga dalam Stressors yang apabila dapat
menyusun berbagai rencana pengembangan dimanfaatkan oleh dosen, maka stres juga
agar lebih mantap dan berkesinambungan dapat menangkap peluang dalam kinerja
bagi institusi. dosen, dengan mendekati tingkat
Dari uraian di atas dapat dikatakan kemampuan dosen, sehingga sebagian stres
bahwa peranan komitmen organisasi di yang dialami dosen bisa positif, dan
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISP sebagian lagi bisa negatif.
UMRAH) sangatlah berpengaruh terhadap
Penutup
kinerja dosennya.
Penelitian ini bertujuan untuk
2. Stres Kerja dan Kinerja
menguji variabel komitmen organisasional
Hasil penelitian tentang stres kerja dan stres kerja terhadap kinerja dosen tetap
terhadap kinerja ditemukan tidak adanya Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas
pengaruh yang signifikan antara stres kerja Maritim Raja Ali Haji (FISIP UMRAH). Pada
dengan kinerja dosen. Artinya, tidak ada penelitian ini dipengaruhi dua variabel
pengaruh stres kerja terhadap kinerja dosen bebas terhadap satu variabel terikat.
yang ditunjukkan nilai probabilitas = 0,122. Berdasarkan penelitian yang telah
Berdasarkan hasil analisis penelitian, dilakukan daat disimpulkan sejumlah hasil.
walaupun stres kerja tidak memiliki 1. Kedua variabel komitmen organisasional
pengaruh yang singnifikan terhadap kinerja (X1) dan stres kerja (X2) terbukti
dosen, stres kerja juga memiliki sumbangan signifikan sebagai prediktor dengan nilai
efektif sebesar 11,1% terhadap kinerja, 50,7% terhadap kinerja dosen tetap
memang bukanlah persentase yang besar, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
namun apabila stres kerja diabaikan begitu Universitas Maritim Raja Ali Haji (FISP
saja, dengan memberi beban kerja yang UMRAH).
overload maka lama kelamaan akan 2. Variabel Komitmen Organisasional
menimbulkan stressors yang menjadi menjadi prediktor yang signifikan
penyebab stres dan akhirnya berdampak dengan nilai 39,6% terhadap kinerja
pada kinerja dosen. dosen tetap Fakultas Ilmu Sosial dan
Faktor stres kerja dosen secara nyata Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji
di lapangan bukan hanya terbatas pada (FISP UMRAH).

12 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


3. Variabel stres kerja menjadi prediktor Riawani, Raja, 2014, “Pengaruh Gaya
tetapi tidak berpengaruh secara Kepemimpinan Demokratis Terhadap
signifikan, namun, memiliki sumbangan Kualitas Kerja Pegawai Pada Kantor
efektif dengan dengan nilai 11,1% Camat Bunguran Timur Kabupaten
terhadap kinerja dosen tetap Fakultas Natuna”, Skripsi Sarjana pada
Ilmu Sosial dan Politik Universitas Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,
Maritim Raja Ali Haji (FISP UMRAH). Provinsi Kepulauan Riau: Universitas
Maritim Raja Ali Haji.
Daftar Pustaka
Robbins, Stephen P., dan Thimothy A.
Ali, Faried, 2011, Teori dan Konsep
Judge, 2008a, Organizational
Administrasi Dari Pemikiran
Behavior (Perilaku Organisasi), Edisi
Paradigmatik Menuju Redefinisi,
keduabelas, cetakan pertama,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
diterjemahkan Diana Angelica.,
Arwilandayanto, 2013, Manajemen Sumber Penerbit: Salemba Empat.
Daya Manusia Perguruan Tinggi:
------------,2008b, Organizational Behavior
Pendekatan Budaya Kerja Dosen
(Perilaku Organisasi), Edisi
Profesional, Bandung: Alfabeta, CV.
keduabelas, cetakan kedua,
Fahmi, Irham, 2013, Perilaku Organisasi diterjemahkan Diana Angelica dkk.,
Teori, Aplikasi, dan Kasus, Bandung: Penerbit: Salemba Empat.
C.V. ALFABETA.
Santoso, Singgih, 2012, Aplikasi SPSS pada
Ilma, 2012, “Kecerdasan Emosi, Disiplin Statistik Non Parametrik, Penerbit:
Kerja Dan Iklim Organisasi Sebagai PT. Elek Media Komputindo.
Prediktor Kinerja Pegawai Negeri
Siregar, Syofian, 2013, Metode Penelitian
Sipil Pemerintahan Kota Batam”,
Kuantitatif dilengkapi dengan
Tugas Akhir Program Magister
perhitungan manual dan SPSS, Edisi
(TAPM) Program Pascasarjana,
pertama, Jakarta: KENCANA
Jakarta: Universitas Terbuka.
PRENADA MEDIA GROUP.
Iswanto, Yun, 2005, Manajemen Sumber
Sopiah, 2008, Perilaku Organisasi,
Daya Manusia, Jakarta: Universitas
Yogyakatra: ANDI.
Terbuka.
Sugiyono, 2004, Penelitian Administrasi
Misbahuddin dan Hasan, Iqbal, 2013,
Negara, Bandung: CV. ALFABETA.
Analisis Data Penelitian dengan
Statistik, Jakarta: Bumi Aksara. ---------, 2011, Penelitian Administrasi
Negara, Bandung: CV. ALFABETA.
Pasolong, Harbani, 2012, Metode Penelitian
Administrasi Publik, Bandung: C.V. Sunyoto, Danang, 2013, Teori, Kuesioner,
ALFABETA. dan Proses Analisis Data Perilaku
Organisasional, Yogyakarta: CAPS
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia,
(Centre for Academic Publishing
Nomor 60 tahun 1999, Tentang
Service).
Perguruan Tinggi.
Umar, Husein, 2005, Riset Sumber Daya
---------, Nomor 20 tahun 2003, Tentang
Manusia dalam Organisasi, Jakarta:
Sistem Pendidikan Nasional.
Gramedia Pustaka Utama.
---------, Nomor 37 Tahun 2009, Tentang
Undang-Undang Republik Indonesia
Dosen.
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional,

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 13


http://www.hukumonline.com/.
diakses pada tanggal 27 Maret 2014,
17.09 WIB.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru
dan Dosen, http://www.
hukumonline.com/. diakses pada
tanggal 27 Maret 2014, 17.45 WIB

14 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


Persepsi Masyarakat Pengguna Pelayanan PT. Kereta Api Indonesia
Unit Stasiun Lempuyangan Kota Yogyakarta
(Studi Terhadap Pelayanan Stasiun dan Kereta Progo Kelas Ekonomi)

Fitri Kurnianingsih
Edison
(fitriacy@gmail.com)
(Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP UMRAH)

Abstract:
Public services in the form of mass transport is an instrument of public mobility support and
acceleration of the development. The train is one of the modes of transportation that are still popular and
in the future will be increasingly popular to meet the public transport needs. This study aims to present
a portrait of public transporation, especially the railway with objects and setting studies on service of
Lempuyangan Train Station Yogyakarta and Train Progo economy class in 2010. The economy-class
trains are a mainstay of mobility of the lower class and synonymous with low fares. But as a public
service -which in delivery by PT. KAI-state-owned enterprises- the community remains entitled to the
quality of service is good and decent. In fact, the principle has not been fully realized. This study
presents the results of the quality of service PT. KAI is still low shown by the results of the analysis of
user community services percetion captured in this survey.

Keywords: Pesception, public service, mass transportation.

Pendahuluan transportasi. Dengan demikian, kereta api,


sebagai angkutan massal yang berkapasita
Kereta api merupakan salah satu
tinggi merupakan sarana transportasi yang
alat transportasi populer dibanyak kawasan
cukup diandalkan untuk memenuhi
di seluruh dunia. Berdasarkan informasi
kebutuhan tersebut.
dari Wikipedia (2011) mengatakan bahwa
Penyediaan pelayanan publik
kereta api merupakan model transportasi
dibidang transportasi merupakan salah satu
tertua di dunia. Tidak berbeda dengan di
bagian dari tugas dan fungsi pemerintah.
banyak negara lain di dunia, di Indonesia
Sehubungan dengan itu, hingga saat ini PT
pun kereta api masih menjadi pilihan
KAI tetap dipertahankan statusnya sebagai
transportasi yang diminati dan dibutuhkan.
BUMN, sebagai bagian dari upaya
Informasi lain yang relevan dengan hal
pemerintah untuk menjaga kontrolnya agar
tersebut yakni bahwa berdasarkan data
kereta api menjadi transportasi publik yang
statistik kependudukan dunia, Indonesia
accessible untuk lapisan masyarakat.
menempati urutan ke-4 negara dengan
Problemnya adalah bahwa sepanjang
jumlah penduduk terbanyak. Kuantitas
kiprahnya sebagai sarana transportasi
penduduk yang tinggi, otomatis
publik pertama di Indonesia –sejak zaman
berimplikasi pada tingginya tingkat
kolonial Belanda- hingga saat ini pelayanan
kebutuhan atas ketersedian sarana
perkeretaapian masih dihadapkan pada

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 15


berbagai complain dari penggunanya dan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
kritik dari masyarakat luas. Complain dan peraturan perundang-undangan bagi
kritik tersebut secara dominan mengarah setiap warga negara dan penduduk
tingkat kualitas dan kepuasan pengguna atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
terhadap pelayanan, diantaranya meliputi administratif yang disediakan oleh
kepadatan penumpang (tidak memadainya penyelenggara pelayanan publik.
kuantitas gerbong), ketidaknyamanan, Sedangkan, penyelenggara
pelayanan stasiun –petugas dan berbagai pelayanan adalah setiap institusi
fasilitas-keterlambatan, gangguan calo, serta penyelenggara negara, korporasi,
tingkat kecelakaan. lembaga independen yang dibentuk
Untuk melihat konteks kekinian dari berdasarkan undang-undang untuk
problem-problem dalam pelayanan PT. KAI kegiatan pelayanan publik, dan
tersebut, penulis mengambil setting Stasiun badan hukum lain yang dibentuk
Lempunyangan Kota Yogyakarta sebagai semata-mata untuk kegiatan
unit pengamatan dengan sebuah kegiatan pelayanan publik”.
survey sedernaha untuk memahami Konstruksi definisi yang dimuat
persepsi masyarakat pengguna layanan. dalam UU diatas pada dasarnya senada
Stasiun Lempuyangan merupakan dengan pernyataan Denhardt dan Denhardt,
stasiun kelas I atau sedang. Sarana dan (2003) bahwa “pelayanan publik pada
prasarana yang ada di stasiun lempuyangan dasarnya adalah bentuk tanggung jawab
adalah :Mesin ATM; Parkir mobil dan pemerintah sebagai institusi yang dibentuk
motor; Wartel; Loket karcis; Ruang layanan guna menjalankan fungsi-fungsi
pelanggan (customer service); Kotak pemerintahan kepada warga negaranya”.
saran/pengaduan; Papan pengumuman Pemerintah tidak dapat menghindar dari
(jadwal keberangkatan dan kedatangan kewajiban tersebut karena diantara segala
kereta); Tempat penitipan motor yang tujuan negara adalah melayani segala
dikelola oleh masyarakat; Ruang tunggu kepentingan publik (Keban. 2010).
(kursi duduk); Kios/toko makanan; Selanjutnya Mc.Kevitt (1998)
Mushola; Toilet; Ruang kendali rel dan menyatakan dua sifat yang terdapat dalam
kereta (masih manual dan berkomunikasi pelayanan publik pada umumnya yakni
dengan masinis melalui antar telepon); differential information dan interdependence.
Papan petunjuk informasi (hanya berupa Sifat differential information berarti adanya
kata exit, mushola, toilet) kedudukan yang tidak berimbang antara
Kajian Teori penyedia pelayanan dengan konsumennya
yang disebabkan oleh ketidaksetaraan posisi
Diantara fungsi strategis pemerintah antara penyedia pelayanan dan konsumen.
adalah fungsi regulasi (regulation), Sedangkan sifat interdependence berarti
pemberdayaan masyarakat (empowering) bahwa keberadaan pelayanan publik dapat
dan pelayanan publik (public service) (Kaloh, memengaruhi aspek-aspek kehidupan dari
2009, hal. 15). Pelayanan publik merupakan masyarakat. Artinya pelayanan publik
bentuk public interest, diamana masyarakat menjadi salah satu faktor determinan bagi
berhak mendapatkan jaminan atasnya dan berkualitas atau tidaknya kehidupan
pemerintah berkewajiban menyelenggara- masyarakat dari banyak dimensi.
kannya. UU No. 25 tahun 2009 memberikan Sebagai bagian dari respon terhadap
batasan dari yang dimaksud dengan tantangan global, telah terjadi pergeseran
Pelayanan publik, yakni paradigma dalam pelayanan publik. Tiga
“Kegiatan atau rangkaian kegiatan pergeseran yang dicatat oleh Edi Suharto
dalam rangka pemenuhan (2008) adalah:

16 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


1. Dari problem-based services ke right-based keterlambatan, keamanan personal pada
services. Pelayanan publik yang dulunya stasiun dan kereta, pengetahuan petugas
diberikan hanya untuk merespon dalam menjawab pertanyaan, mampu
masalah atau kebutuhan masyarakat, memberikan informasi mengenai
kini diselenggarakan untuk memenuhi perusahaan.
hak-hak masyarakat sebagaimana telah 2. Empathy: Keramahan dalam memberikan
diamanatkan konstusi nasional maupun keterangan, memahami kebutuhan
konvensi internasional konsumen, mengutamakan kebutuhan
2. Dari rules-based approaches ke outcome- pelanggan.
oriented approaches. Pelayanan Publik 3. Reliability: Menyediakan pelayanan yang
cenderung bergeser dari yang semata on-time, memenuhi jadwal kereta yang
didasari peraturan normatif menjadi telah dijanjikan, keterandalan dalam
pendekatan yang berorientasi pada hasil. menangani masalah yang timbul,
3. Dari public management ke public menyediakan pelayanan yang terbaik
governance. Menurut Bovaird, et. al sejak pertama kali.
(2003), dalam manajemen publik 4. Responsiveness: Ketersediaan untuk
masyarakat dianggap sebagai klien, membantu, layanan yang cepat dan
pelanggan, atau sekedar pengguna tepat, ketersediaan staf untuk melayani
layanan sehingga merupakan bagian dari permintaan pelanggan.
market contract. 5. Tangible: Penampilan staf yang rapi dan
Ramlan Surbakti dalam Kompas 2 professional di stasiun dan kereta,
September (2001), mengklasifikasi ada 4 kejelasan informasi, kebersihan stasiun
(empat) kategori pelayanan publik, yaitu : dan kereta, penampilan stasiun yang
a. Pelayanan administrasi, seperti pemberian modern, penampilan secara keseluruhan.
berbagai perizinan dan identitas 6. Comfort: Ketersediaan tempat duduk,
penduduk kenyamanan tempat duduk,
b. Pelayanan infrastruktur, seperti jalan kenyamanan temperatur ruangan dan
raya, jaringan irigasi, transportasi dan gerbong, kenyamanan selama perjalanan,
lain-lain. kehalusan mesin.
c. Pelayanan kebutuhan dasar, seperti 7. Connection: Ketersediaan lapangan pakir,
sandang, pangan, air minum, kesehatan, kemudahan akses dari/ke stasiun,
pendidikan, pekerjaan, rasa aman dan frekuensi keberangkatan kereta yang
lingkungan bersih. sesuai dengan kebutuhan.
d. Pelayanan penerimaan daerah, seperti 8. Convenience: Kemudahan akses mengenai
Pendapatan Asli daerah informasi perjalanan, kemudahan saat
Dalam Konteks pelayanan membeli tiket, kenyamanan di stasiun
Infrastruktur bidang transportasi, saat membeli tiket.
khususnya kereta api, merupakan sektor Delapan dimensi yang dikemukakan
yang sangat penting untuk diberikan diatas dijadikan sebagai konsep indikator
perhatian khusus, mengingat banyaknya untuk menyusun kuesioner survei ini. Salah
kelemahan pelayanan di sektor ini terutama satu hak warga yang penting dan selama ini
dari segi kualitas. Cavana & Corbett, (2005) diabaikan seperti yang diungkapkan
dalam (Samuel & Wijaya, 2009, hal. 26) Dwiyanto (2010) adalah hak untuk
menjabarkan konsep kualitas layanan kereta berpartisipasi dalam menentukan proses
api ke dalam 8 dimensi dengan atribut– penyelenggaraan layanan dan hak untuk
atributnya sebagai berikut. memperoleh informasi tentang berbagai
1. Assurance: Kesopanan petugas stasiun aspek penting dari pelayanan publik yang
dan kereta, pemberitahuan mengenai menjadi kepentingannya.

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 17


Hasil Penelitian dan Pembahasan delapan dimensi yang meliputi: Assurance;
Empathy; Reliability; Responsiveness; Tangible;
Diagnosis Masalah
Comfort; Connection; Convenience.
1. Identifikasi Symptom Berdasarkan data yang dijaring
Untuk melihat konteks melalui observasi, wawancara dan
permasalahan dalam dinamika pelayanan penyebaran kuesioner (menggunakan
PT. KAI di Stasiun Lempuyangan model likert dengan lima kategori: STS:
Yogyakarta dilakukan observasi, Sangat Tidak Setuju; TS: Tidak Setuju; RR:
wawancara dan penjaringan persepsi Ragu-Ragu; S: Setuju; SS: Sangat Setuju),
masyarakat pengguna melalui penyebaran maka ditemui simtom-simtom sebagaimana
kuesioner. Domensi-dimensi yang diamati, dideskripsikan berikut:
didalami dan diukur (persepsinya) meliputi

Jaminan (Assurance)
Jaminan (Assurance) STS TS RR S SS
Petugas stasiun dan kereta melayani anda 0% 0% 0% 60% 40%
1
dengan sikap yang sopan.
Jika ada keterlambatan, petugas 0% 17% 0% 50% 33%
2
memberitahukan.
Anda merasa keamanan anda terjamin di 0% 47% 10% 20% 23%
3
stasiun dan di dalam kereta.
Petugas memahami setiap informasi yang 0% 7% 3% 70% 20%
4
ingin anda peroleh

Display data diatas dalam kereta pun kita selalu


menginformasi-kan bahwa untuk merasa was-was, terutama di
kesopanan petugas dalam melayani, kereta-kereta lokal dan ekonomi
pemberitahuan dalam keterlambatan dan yang sering saya naiki. Melapor ke
kepahaman petugas atas informasi yang petugas pun mereka bisa apa?”
mungkin diminta pelanggan, memiliki Disamping itu, berdasarkan fakta
kecendrungan dominan pada persepsi observasi perjalanan yang penulis lakukan
yang positif. Artinya, masyarakat dari Stasiun Lempuyangan jogja menuju
pengguna merasakan adanya jaminan Jakarta (8 Juli 2011) dengan menggunakan
pada aspek-aspek tersebut. Namun para kereta Progo yang merupakan kelas
pelanggan tidak optimis dengan jaminan ekonomi, sangat beralasan bagi untuk
atas rasa aman mereka berada di stasiun merasa tidak aman. Kereta diisi dengan
ataupun di dalam kereta. Wawancara sangat melampaui kapasitas dan tidak
dengan seorang pelanggan yang berstatus manusiawi –sangat padat-, sehingga
sebagai mahasiswa ilmu keperawatan, sangat memungkinkan terjadinya tindak-
pada tanggal 18 Juni 20011 menyatakan: tindak kriminal karna memang tidak ada
“....banyak copet disini, baru sistem pengawasan dan pengamanan
kemaren saudara saya kecopetan tertentu yang diantisipasikan oleh petugas.
pas turun di stasiun ini. Saat berada

18 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


Empatik (Empathy)
Empatik (Emphaty) STS TS RR S SS
Petugas stasiun dan kereta bersikap ramah 0% 3% 0% 80% 17%
5 dalam melayani anda saat menanyakan
informasi.
Petugas memahami semua kebutuhan anda 0% 50% 3% 34% 19%
6
terhadap pelayanan stasiun dan kereta.
Petugas mengutamakan kebutuhan anda 17% 27% 0% 50% 6%
7
dalam pelayanan.

Sikap ramah petugas stasiun menjadi masalah yang dikeluhkan oleh para
dipersepsikan positif oleh pelanggan. Dari pelanggan. penjaringan keluhan pelanggan
observasi yang penulis lakukan, tampak tidak dilakukan dengan serius. Di ruang
sikap ramah petugas, terutama bagian tunggu tampak disediakan kotak saran yang
pemesanan tiket. Namun, sensitifitas tidak terperhatikan dan dibiarkan berisi
petugas dalam memahami kebutuhan dan sampah.
mengutamakan kebutuhan pelanggan masih

Ketepatan (Reliability)
Ketepatan/keandalan pelayanan (Reliability) STS TS RR S SS
Stasiun membuka layanan tepat waktu sesuai 0% 23% 10% 50% 17%
8
jadwal yang ada
Jadwal keberangkatan dan kedatangan kereta 10% 64% 0% 23% 3%
9
api tepat waktu sesuai jadwal
Masalah yang anda hadapi di stasiun dan 7% 30% 13% 33% 17%
10 kereta mampu ditangani dengan baik oleh
petugas
Anda merasakan pelayanan terbaik semenjak 3% 50% 3% 44% 0%
11
pertamakali jasa pelayana Kereta Api disini

Dari segi ketepatan pelayanan, dari Fakta yang penulis temukan ketika
persepsi yang ditunjukkan pengguna melakukan perjalanan observasi dengan
layanan adalah bahwa ketepatan jadwal kereta ekonomi adalah bahwa banyak
kereta api menjadi masih menjadi keluhan penumpang yang memboikot tempat
dominan. Kereta masih sering datang duduk. Mereka tidak memberi tempat
terlambat dan tertunda jam kepada penumpang lain meskipun tempat
keberangkatannya. Konsistensi jadwal ini duduk yang dia jaga belum berpenghuni
dikeluhkan oleh pengguna kereta ekonomi dengan alasan sudah ada yang akan
tujuan jakarta yang dalam wawancara mengisi. Meskipun dilaporkan, petugas
(tanggal 8 Juni 2011) menyatakan bahwa: tidak bisa berbuat apa-apa untuk menangani
“Kereta masih sering terlambat masalah tersebut. Secara umum, dari
berangkat. Padahal semakin lama pengalaman menggunakan jasa kereta api,
berangkat semakin banyak masih banyak diantara responden mengaku
penumpang dan semakin padat. tidak merasakan pelayanan terbaik sejak
Belum lagi nanti di stasiun-stasiun awal.
kecil yang dilewati banyak yang
naik”

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 19


Daya Tanggap (Responsiveness)
Daya Tanggap Petugas (Responsiveness) STS TS RR S SS
Petugas stasiun dan kereta siap sedia 0% 10% 3% 60% 27%
12 membantu setiap anda membutuhkan
bantuan
Petugas stasiun dan kereta melayani anda 3% 3% 7% 30% 27%
13
dengan cepat dan tepat
Terdapat petugas stasiun dan kereta yang 0% 20% 0% 63% 17%
14 siap melayani dan memenuhi kebutuhan
anda di setiap unit/pos pelayanan

Dari segi daya tanggap petugas, menunggu petugas lama karna tidak ada
data dan informasi yang diperoleh petugas. Dari wawancara dengan yang
mengindikasikan bahwa sikap petugas bersangkutan diperoleh keterangan:
terhadap pengguna dirasakan baik oleh “...saya merasa tidak sehat dan
para pengguna. Hanya saja, pada unit-unit pusing, karnan memang sudah sakit
tertentu ada petugas yang tidak berada sejak kemarin. Tapi sejak tadi saya
ditempat saat dibutuhkan. Fakta yang disini tetap tidak ada dokternya,
penulis temukan dari hasil observasi adalah tidak ada petugasnya,,ada tadi yang
pada unit pelayanan kesehatan stasiun tidak katanya memanggil,tapi sampai
ada petugas kesehatan yang stand by. sekarang belum juga datang”.
Seorang pelanggan yang sakit harus

Bukti Fisik (Tangible)


Bukti Fisik (Tangible) STS TS RR S SS
Petugas stasiun dan kereta berpenampilan 0% 7% 0% 63% 30%
15
rapi, resmi dan pantas (profesional)
Tersedia pusat informasi yang menyediakan 0% 4% 3% 83% 10%
16
segala informasi dengan jelas
17 Kondisi stasiun dan kereta bersih 7% 40% 0% 43% 10%
Kondisi saranan fisik (bangunan) stasiun 0% 64% 0% 23% 13%
18
sudah tergolong moderen
Kondisi tampilan stasiun secara umum 0% 23% 0% 70% 7%
19
sudah baik

Aspek-aspek fisik dari pelayanan dalam kereta. Fakta yang penulis temukan
stasiun, terutama terkait dengan kebersihan dalam perjalan observasi dengan kereta
stasiun dan kereta. Ruang tunggu kereta api progo kelas ekonomi tujuan Jakarta, hanya
relatif bersih. Namun meskipun tersedia beberapa gerbong yang toiletnya ada air.
tempat-tempat sampah, pelanggan yang Jika ada yang ingin menggunakan toilet
tidak disiplin tetap membuang sampah untuk buang air kecil harus bawa air
sembarangan. Namun tidak ada petugas mineral. Kondisi seperti ini sangat ironis
yang secara khusus stand by meng-Up date untuk sebuah perjalanan jarak jauh.
kebersihan tersebut. Demikian pula hal nya

20 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


Kenyamanan (Comfort)
Kenyamanan (Comfort) STS TS RR S SS
Tersedia tempat duduk yang kondisi dan 7% 30% 0% 50% 13%
20
jumlahnya memadai untuk menunggu
Ruang tunggu dan gerbong memiliki suhu 10% 83% 0% 4% 3%
21
yang nyaman
Selama perjalanan anda merasakan 20% 50% 0% 13% 17%
22 kenyamanan tanpa gangguan pedagang
asongan, pengamen dll
Suara kereta halus/tidak bising selama 17% 30% 6% 40% 7%
23
perjalanan

Persoalan kenyamanan adalah kuantitasnya sehingga banyak calon


dimensi yang paling menjadi problem dari penumpang yang harus berdiri atau duduk
pelayanan kreta API Progo dan stasiun berjongkok. Disamping itu ruang tunggu
lempuyangan. Ruang tunggu memiliki kursi tidak cukup nyaman suhunya.tidak ada
yang kondisinya cukup memadai. Namun kipas angin alat bantu pendingin ruangan
untuk waktu-waktu ramai pengunjung lainnya.
seperti moment liburan, sering tidak cukup

Untuk kondisi didalam gerbong mendapatkan tempat duduk. Titik awal


kereta, fakta yang ditemukan berdasarkan pemberangkatan progo tujuan jakarta
perjalanan untuk observasi yang penulis memang dari stasiun lempuyangan,
lakukan, terasa ketidaknyamanan yang Sehingga sejak pagi sekali kereta sudah
sangat luar biasa. Kereta kelas ekonomi stand by dan boleh diisi. Suhu dikereta
tujuan jakarta tersebut diisi dengan sangat menjadi sangat panas dan pengap karena
padat seolah tanpa batasan kuota. Meskipun banyaknya penumpang. Semua ruangan
kereta akan diberangkatkan pukul 16:45 yang lowong diisi penumpang, termasuk
WIB, namun banyak penumpang yang koridor sempit seperti yang terlihat dalam
mengaku sudah datang dan menunggui gambar. Bahkan toilet sekalipun masih
gerbong sejak jam 10:00 WIB agar ditempati oleh penumpang, sehingga ketika

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 21


ada yang ingin menggunakan, harus sampai tujuan, atau duduk bergantian
meminta mereka untuk keluar. Setiap dengan penumpang lain. Setiap penumpang
perjalanan kondisi demikian selalu terjadi, yang baru naik atau pun yang ingin ke toilet
namun tidak ada upaya pihak stasiun untuk terpaksa harus melangkah-langkahi
menambah gerbong ataupun shift penumpang yang tidur di space yang
keberangkatan. Meskipun di tiket harusnya menjadi jalan untuk lalu lalang.
penumpang dituliskan keterangan “Berdiri: Dalam kondisi yang seperti ini pedangang
Tanpa tempat duduk” namun penumpang asongan disetiap pemberhentian stasiun
tetap membayar harga yang sama (@ Rp. tetap dibiarkan lalu-lalang masuk dan
35.000) dengan penumpang yang mendapat berdesak-desakan. Bahkan, penumpang
tempat duduk. dilangkahi dan tidak jarang juga di pepet
Saat malam, penumpang yang tidak oleh barang dangan yang merekan bawa.
mendapatkan tempat duduk akan tidur Sedangkan pengamen tidak ditemukan
lesehan dilantai-lantai gerbong dalam posisi sepanjang perjalanan.
duduk. Dan banyak juga yang tetap berdiri
Hubungan (Connection)
Hubungan (Connection) STS TS RR S SS
Tersedia lapangan parkir yang memadai di 0% 34% 0% 43% 23%
24
stasiun
Lokasi stasiun mudah untuk dijangkau baik 0% 13% 0% 57% 30%
25
dari stasiun maupun menuju stasiun
Jumlah keberangkatan kereta sesuai dengan 26% 67% 0% 4% 3%
26
kebutuhan.

Dari aspek hubungan, posisi stasiun ada (kepadatan penumpang yang luarbiasa),
sangat mudah dijangkau, baik untuk datang tidak ada upaya yang dilakukan oleh pihak
ke stasiun maupun meninggalkan stasiun. stasiun untuk melakukan penambahan
Bisa diakses dengan kendaraan apa pun, jadwal keberangkatan. Dari wawancara
baik umum maupun pribadi. Untuk keluar penulis dengan seorang penumpang yang
dari stasiun juga gampang menemukan rutin melakukan perjalanan dengan kereta
taksi, becak ataupun jasa motor ojek. ekonomi setiap minggunya, menuturkan:
Disamping itu, meski tersedia lapangan “saya setiap minggu pasti ke Jakarta
parkir resmi yang bekerjasama dengan naik kereta ekonomi ini, karena saya
perusahaan jasa parkir, PT. Reska Multi kerja di jakarta dan setiap minggu
Usaha, namun masih ada parkir dibibir pulang kerumah orang tua. Ya,
jalan, bahkan sampai badan jalan umum. kondisinya yang seperti ini lah
Kondisi ini mempersempit dan selalu. Kayaknya yang begini juga
mengganngu kelancaran lalulintas. udah dianggap biasa dan lumrah.
Sedangkan untuk jumlah Namanya juga kereta murah. Kalo
keberangkatan kereta dirasakan sangat bagi yang banyak uangnya kan bisa
tidak memadai. Untuk kereta Progo tujuan milih naik bisnis atau eksekutif kalo
Jakarta hanya ada satu keberangkatan setiap mau nyaman”.
harinya. Dengan gambaran kondisi yang

22 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


Keteraturan Pelayanan (Convenience)
Keteraturan Pelayanan (Convenience) STS TS RR S SS
Informasi perjalanan dapat diketahui dengan 0% 10% 0% 73% 17%
27 mudah dengan media informasi yg ada
(misal: papan informasi)
Tidak sulit untuk membeli/mendapatkan 0% 20% 0% 57% 23%
28
tiket
29 Tidak ada gangguan calo 3% 44% 0% 40% 13%
Kondisi saat membeli tiket nyaman dengan 7% 20% 0% 56% 17%
30
jalur antrian yang baik dan tidak berdesakan

Dari dimensi keteraturan pelayanan, 25.000 per orang. Bahkan salah seorang
fakta yang ditangkap dalam observasi petugas senior yang bertugas mengecek
dilakukan adalah bahwa untuk tiket, mengatakan:
mendapatkan tiket relatif mudah dihari-hari “kalau nanti mau naik ekonomi lagi,
biasa, namun agak sulit di hari-hari ramai beli gak usah beli tiket di loket, nanti
pengunjung seperti saat liburan. Dari bayarnya diatas kereta aja, kalo nanti
seorang calon pembeli tiket yang sedang gak ada saya bialng saja ke petugas
mengantri, dalam wawancara penulis yang lain itu nama saya, mereka tau
dengan yang bersangkutan menuturkan: kok, nanti juga dikasih tiket. Bayar
“saya mau membeli tiket ekonomi Rp. 50.000, nanti dicarikan tempat
untuk keberangkatan dua hari lagi. duduk.”
Biasanya petugas tidak mau menjual Dalam mengantri tiket, tidak
karna dipikir untuk dijual lagi terdapat jalur antrian yang diberi pembatas,
seperti calo-calo. Nanti saya akan sehingga masih sering ada yang menyerobot
coba ngomong dengan petugasnya” antrian.
Dari kegitan observasi dan 2. Penyebab Symptom
pengalaman penulis saat berada di stasiun, Berdasarkan berbagai paparan dari
di halaman depan saat mau menuju loket identifikasi simptom-simptom diatas, dapat
pembelian tiket, banyak calo yang menanyai di rangkumkan, untuk kemudian dianalisa
mau kemana dan menawarkan tiket. faktor-faktor penyebab simptom-simptom
Sedangkan dari wawancara dengan calon yang cenderung muncul dalam pelayanan
penumpang, menuturkan: PT. KAI unit Stasiun Lempuyangan dan
“Calo masih tetap banyak disini Kereta Progo kelas Ekonomi, sebagai
berkeliaran. Petugas mengetahui hal berikut:
itu, tapi mereka juga ndak melarang, 1. Jaminan (Assurance)
mungkin karena sudah terbiasa juga Pelanggan tidak optimis dengan jaminan
dan pasti ada kerjasamannya kan akan rasa aman berada di stasiun dan
dengan petugas.” kereta.
Penyebab: pihak stasiun tidak memiliki
Fakta menarik yang penulis
sistem kontrol yang dapat menjamin
temukan dalam perjalanan yang dilakukan,
seleksi orang-orang yang keluar masuk
diatas kereta para petugas melakukan bisnis
stasiun. Karena, dengan hanya membeli
dengan penumpang. Kamar masinis, ruang
peron seharga Rp. 2500 setiap orang bisa
penyimpanan peralatan disewakan kepada
keluar masuk tanpa jelas
penumpang. Bagi penumpang yang ingin
kepentingannya.
duduk menempati kamar masinis,
dikenakan tambahan biaya sebesar Rp.

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 23


2. Empati (Emphaty) Pedangan asongan berlalu lalang
Petugas masih kurang sensitif dalam ditengah ketidakkndusifan ruang
memperhatikan kebutuhan pelanggan Penyebab: Rendahnya perhatian
Penyebab: kultur pelayanan yang belum terhadap kenyamanan penumpang kelas
memiliki standar, sehingga sepertinya ekonomi. Keadaan yang sudah sama-
mindsett petugas, jika tidak ditanyai sama diterima oleh petugas dan
tidak akan menanyakan. pelanggan sebagai kondisi yang lumrah,
3. Ketepatan/Keandalan Pelayanan mengakibatkan rendahnya perhatian
(Reliability) pengelola untuk melakukan perbaikan.
1) Keterlambatan jadwal kereta dari 7. Hubungan (Connection)
yang seharusnya. Penggunaan space yang tidak
2) Tidak mampu mengatasi masalah seharusnya sebagai tempat parkir (bibir
penumpang dan badan jalan umum)
Penyebab: rendahnya konsistensi Penyebab: tidak adanya pendisiplinan
terhadap pendisiplinan jadwal. dari petugas keamanan stasiun terhadap
Dikatakan demikian, karena pengaturan petugas parkir.
keterlambatan terjadi secara berurang- Jumlah keberangkatan kereta tidak
ulang yang menandakan bahwa hal itu memadai (1 kali sehari)
hanya disebabkan oleh inkonsitensi, Penyebab: tidak adanya upaya untuk
bukan karena faktor teknis. Diamping itu penambahan jumlah keberangkatan
tidak ada mekanisme yang mapan untuk maupun jumlah gerbong meskipun
mendisiplinkan petugas maupun kondisi faktualnya jelas-jelas
penumpang. membutuhkan.
4. Daya Tanggap (Responsivness) 8. Keteraturan Pelayanan (Convenience)
Terdapat unit pelayanan yang tidak ada 1) Antrian yang tanpa jalur dan masih
petugas yang menjaga saat dibutuhkan sering kacau
Penyebab: minimnya kontrol dalam 2) Tiket tidak selalu mudah diperoleh
pemeriksaan segi manajemen 3) Permainan Calo di stasiun maupun
operasional, sehingga tingkat resposifitas didalam kereta (oleh petugas)
unit-unit pelayanan menjadi hal yang Penyebab: tidak adanya upaya
tidak terperhatikan. pengaturan yang dilakukan dan diawasi
5. Bukti fisik (Tangible) oleh petugas. Calon pembeli tiket
Kondisi sarana-sarana tertentu tidak dibiarkan saja mengatri dengan cara-cara
memadai (seperti: kebersihan ruang mereka sendiri. Praktik percaloan oleh
tunggu, kondisi toilet gerbong) orang luar dan orang dalam (petugas)
Penyebab: rendahnya perhatian pihak tidak pernah ditindak dan disangsi
stasiun terhadap perbaikan fasilitas melainkan dibiarkan dan dimaklumi.
dikarenakan lemahnya posisi tawar
Penutup
pelanggan. baik buruknya kondisi
fasilitas, pelanggan tetap membutuhkan Memperhatikan simptoms yang ada,
layanan kereta sebagai pilihan maka perbaikan dan peningkatan layanan
transportasi yang relatif murah. stasiun Lempuyangan dan Kereta Progo
6. Kenyamanan (Comfort) Kelas Ekonomi merupakan sebuah
Kereta sangat padat penumpang, seolah keharusan. Untuk upaya perbaikan tersebut,
tanpa pembatasan kuota dan tidak rekomendasi yang ditawarkan berikut ini
manusiawi. relevan untuk dijadikan pertimbangan:
1) Suhu kereta sangat pengap dan panas 1. Membuat suatu mekanisme kontrol
tanpa ada bantuan pendingin. seleksi bagi setiap orang yang masuk

24 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


ruang tunggu stasiun, Sehingga dapat 4. Melakukan evaluasi kinerja pelayanan
diawasi orang-orang yang tidak jelas secara rutin.
kepentingannya dan para penumpang
Daftar Pustaka
gelap.
2. Membentuk dan menyepakati standar Bovaird, Tony et.al. (2003). Public
pelayanan dan standar melayani (bagi management and governance. New York
petugas), sehingga setiap petugas tau and London: Routledge.
standar pelayanan yang bagaimana Dwiyanto, Agus. 2010. Manajemen Pelayanan
yang harus dia berikan kepada para Publik: Peduli, Inklusif, dan Kolaboratif.
pelanggan. Yogyakarta: Gajah Mada University
3. Peninjauan ulang kelayakan sistem Press.
penjadwalan kereta. Jika perlu
disesuaikan, agar keterlambatan tidak Denhardt, Janet V. dan Robert B. Denhardt.
menjadi fenomena yang berulang. 2003. The New Public Services:
4. Penerapan sistem disiplin yang lebih Serving, Not Steering. New York &
baik untuk mewujudkan keteraturan London: M.E. Sharpe.
kerja petugas disetiap unit (termasuk Kaloh, J. (2009). Kepemimpinan Kepala Daerah.
parkir dan gerbong) Jakarta: Sinar Grafika.
5. Maksimalisasi mekanisme voice
Samuel, H., & Wijaya, N. (2009). Service
dengan memperbaiki sistem
Quality, Perceive Value, Satisfaction,
pengaduan agar dapat diperoleh
Trust, Dan Loyalty Pada Pt. Kereta Api
masukan dari pelanggan.
Indonesia Menurut Penilaian Pelanggan
6. Perbaikan fasilitas-fasilitas fisik (seperti
Surabaya. Jurnal Manajemen
toilet; fasilitas pendingin ruangan).
Pemasaran, VOL. 4, NO. 1, April 2009:
7. Penetapan dan konsistensi terhadap
23-37 .
jumlah kuota maksimal dari pengisian
setiap gerbong. Suharto, Edi (2008b), Analisis Kebijakan
8. Menambah jumlah keberangkatan atau Publik, Bandung: Alfabeta (Cetakan
penambahan gerbong. keempat)
9. Penertiban sistem penjualan tiket
dengan sistem kartu didentitas
sehingga sehingga calo bisa diatasi.
10. Penataan sistem antri dengan jalur
pembatas atau sistem nomor antrian.
Dalam mengoperasionalisasikan
rekomendasi di atas, strategi yang
disarankan adalah sebagai berikut:
1. PT. KAI harus memberikan diskresi
bagi setiap manajemen stasiun
termasuk Stasiun Lempuyangan, untuk
mengambil tindakan-tindakan inovatif
untuk perbaikan pelayanan sesuai
konteks mesalah yang dihadapi.
2. Melakukan konsolidasi dan menyusun
standar bersama dengan semua staf
untuk membentuk budaya pelayanan
yang ideal.
3. Peningkatan alokasi untuk perbaikan.

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 25


Implementasi Pengembangan Ekowisata Di Kabupaten Banyuwangi
(Studi Kasus Obyek Wisata Kawah Ijen)

I Putu Dharmanu Yudharta


(p.dharmanu@gmail.com)
(Jurusan Ilmu Administrasi Negara Universitas Udayana Bali)

Abstract:
As a region that has enormous potential and opportunities in the tourism sector are diverse,
Banyuwangi district will be able to develop into an added value in the future. One of the objects/tourist
attraction (ODTW) that Ijen crater area, the selection Ijen crater is quite realistic for a tourism icon of
Banyuwangi seen more than its natural potential to sell to tourists. The concept of ecotourism is the
basis of tourism development in the crater of Ijen. Ecotourism policy in line with central government
policy that seeks to preserve the nature in any conservation area in each region. Minister Regulation
number 33 of 2009 on guidelines for the development of Ecotourism in the area, requiring the area
under the constitution for the regional tourism planning guided by the ecotourism planning. The
development of ecotourism is a revolutionary and visionary step, because the development of sustainable
tourism which combines nature, culture and local community participation. Ecotourism aims to reduce
the impact of tourism development on existing ecosystems such as forests, fauna and flora. And it
involves the people around tourism in the process of tourism development that will be able to increase
the income of the surrounding community. This is a concept initiated by the government of
Banyuwangi Distric to developed as a tourism attraction majority are natural attractions that are
vulnerable to damage if any management. This study was conducted to explore the dynamics of the
implementation of the development of ecotourism as a form of sustainable economic development.

Keywords: Ecotourism, Policy, Sustainable, Development.

Pendahuluan yang tidak dapat bertahan lama dimana


potensi alam yang ada cenderung tidak
Pengembangan pariwisata sebagai
dapat dikembangkan kembali. Maka sebagai
salah satu langkah ideal dalam mengurangi
satu wilayah yang mempunyai potensi dan
kemiskinan, karena pariwisata bersifat
peluang sangat besar di sektor pariwisata
multiplier effect, artinya dampak dari
yang beragam, kabupaten Banyuwangi
pengembangan pariwisata dapat berimbas
diharapkan mampu untuk mengembangkan
ke berbagai sektor seperti perdagangan,
menjadi suatu nilai tambah kedepannya.
industri kerajinan, pertanian (agrowisata)
Salah satu obyek/daya tarik wisata (ODTW)
dan kesejahteraan masyarakat disekitar
yaitu kawasan kawah Ijen, pemilihan kawah
obyek wisata akan meningkat. Apalagi
Ijen cukup realistis karena menjadi icon
sektor pariwisata kontribusinya akan sangat
wisata Banyuwangi dilihat dari potensi
dominan pada peningkatan PAD melalui
alamnya yang lebih menjual kepada
pajak dan retribusi daerah. Jika
wisatawan. Konsep ekowisata merupakan
pembangunan hanya pada potensi alam

26 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


pendekatan yang menjadi dasar contribution to conservation and/or
pengembangan pariwisata di kawah Ijen, indirectly by providing revenue to the
pengembangan ekowisata merupakan local community sufficient for local
langkah revolusioner dan lebih visioner, people to value, and therefore protect,
karena perkembangan dari pariwisata their wildlife heritage area as a source of
berkelanjutan yang mana menggabungkan income”
antara wisata alam, budaya serta partisipasi Dari pernyataan tersebut dapat
masyarakat sekitar. Selain potensi alam dan dipahami bahwa ekowisata bertujuan untuk
kultur budaya yang kuat posisi kabupaten mengurangi dampak pengembangan wisata
Banyuwangi yang berdekatan propinsi Bali terhadap ekosistem yang ada seperti hutan,
sebagai tujuan wisata nasional dan fauna dan flora. Dan juga melibatkan
internasional akan menjadi daya tarik masyarakat di sekitar obyek wisata dalam
tersendiri. proses pengembangan pariwisata sehingga
Ekowisata yang coba dikembangkan nantinya mampu meningkatkan pendapatan
pendekatan konservasi lingkungan, dimana masyarakat sekitar. Inilah sebuah konsep
sebagai kawasan cagar alam dan wisata yang digagas pemerintah kabupaten
alam, kawah Ijen diharapkan tetap menjaga Banyuwangi karena obyek wisata yang
kelestarian alamnya secara ber- dikembangkan mayoritas adalah wisata
kesinambungan. Kebijakan ekowisata alam yang rentan akan kerusakan jika salah
sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat dalam pengelolaannya.Ekowisata dilakukan
yang berupaya menjaga kelestarian alam dengan bekerjasama antara pemerintah
yang ada di setiap kawasan konservasi di kabupaten banyuwangi dengan biro
setiap daerah. Peraturan Menteri Dalam perjalanan wisata serta stakeholder
Negeri nomor 33 Tahun 2009 tentang pariwisata lainnya
pedoman pengembangan Ekowisata di (http://travel.kompas.com/read/2011/05/26/1
daerah, mewajibkan daerah berdasarkan 9423323/Banyuwangi.Garap.Ekowisata.diak
konstitusi untuk dalam perencanaan ses 26 desember 2011). Pengembangan
pariwisata daerah berpedoman pada ekowisata yang berkaitan dengan obyek
perencanaan ekowisata. Perencanaan dan wisata alam sangat rentan akan dampak
pengembangan Ekowisata kemudian harus negatifnya. Artinya pengembangan jangan
dituangkan dalam bentuk RPJMD (Rencana sampai merusak kondisi alam yang sudah
Pembangunan Jangka Menengah Daerah) ada agar terjaga kelestariannya. Masyarakat
dan dalam bentu RIPD (Rencana Induk di sekitar obyek wisata akan membantu
Pariwisata Daerah). Kawah Ijen dijadikan menjaga kelestarian alam dan kemudian
salah satu wilayah guna pengembangan mampu meningkatkan kesejahteraan
Ekowisata karena kedepannya tidak hanya masyarakat, inilah konsep pembangunan
menjadi cagar alam/wisata tetapi menjadi pariwisata secara berkelanjutan yang
salah satu pusat konservasi, penghidupan diakomodir oleh konsep ekowisata.
masyarakat dari pertambangan dan Sehingga pengembangan obyek wisata
perkebunan serta menjadi kawasan sumber kawah Ijen dengan pendekatan ekowisata
air untuk kabupaten Banyuwangi dan cukup beralasan, karena tetap menjaga
daerah sekitarnya. Program ekowisata kelestarian alamnya dengan melibatkan
(ecotourism), menurut Goodwin (dalam masyarakat sekitar serta para stakeholder.
Fennel, 2005:20) ekowisata atau ecoutorism Pengembangan ekowisata di
adalah : kawasan kawah Ijen karena kawah Ijen
“low impact nature tourism which memiliki potensi alam yang berbeda
contributes to the maintenance of species dengan kawasan wisata alam lainnya di
and habitats either directly through a Banyuwangi. Selain memiliki pemandangan

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 27


alam dan danau kawah yang indah. Kawah menuju kawasan kawah Ijen juga akan
Ijen berada di kawasan gunung ijen yang melewati desa wisata Kemiren dimana
memiliki ketinggian 2600 m atau 8.660 kaki dihuni oleh mayoritas suku osing, dan area
dan memiliki danau dengan 36 juta meter tracking melewati perkebunan dan hutan.
kubik dengan kandungan asam sulfat dan Selain itu pengembangan kawah ijen sejalan
hidrogen klorida. Selain sebagai penghasil dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah
sulfur (belerang), konon danau kawah yang Kabupaten Banyuwangi (Revisi Rencana
ada merupakan terbesar di dunia. Tata Ruang Wilayah (RT/RW) Kabupaten
Keindahan alam pegunungan yang jarang Banyuwangi Tahun 2009-2029). Kemudian
ditemukan di daerah lainnya di Indonesia kawah Ijen merupakan daerah wisata
bahkan dunia. Sehingga konsep ekowisata dengan kunjungan wisatawan mancanegara
coba mendekatkan wisatawan dengan yang tinggi dibandingkan dengan daerah
kekayaan alam obyek wisata kawah ijen wisata lainnya, seperti pada diagram di
juga masyarakat sekitar yang berkerja bawah ini:
sebagai penambang belerang. Untuk

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi

Tingginya kunjungan wisatawan kemudian pemasaran dengan mendorong


mancanegara mengindikasikan kepopuleran pada konservasi alam sampai
kawah Ijen di dunia internasional. Melalui pemberdayaan masyarakat.
konsep ekowisata mencoba memberikan Rencana pengembangan pariwisata
unsur edukasi karena ekowisata tidak kabupaten Banyuwangi menjadi agenda
hanya berbicara soal produk tetapi juga kebijakan pemerintah kabupaten
berbicara tentang pasar dimana mencoba Banyuwangi di awal tahun 2011 dengan
memasarkan kepada pangsa pasar dengan slogan sunrise in java. Jadi ingin
wisatawan minat khusus. Salah satu hal memperkenalkan pariwisata Banyuwangi
yang menarik adalah pertambangan sebagai pintu gerbang pariwisata di pulau
belerang oleh masyarakat sekitar secara jawa. Pengembangan pariwisata difokuskan
tradisional. Karena itu ekowisata mencoba pada 3 (tiga) obyek wisata yang menjadi
mengolah potensi wisata yang ada wisata unggulan yaitu kawah Ijen, Pantai

28 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


Plengkung dan Pantai Sukamade. Untuk diungkapkan oleh Ripley (1985:49) bahwa
memudahkan pengembangan, maka obyek tahap-tahap tersebut adalah : 1) Agenda of
wisata yang ada dikelompokkan menjadi 3 Government : pada tahap ini masalah yang
(tiga) wilayah pengembangan Pariwisata ada di masyarakat menjadi agenda
(WPP), dan pada setiap WPP terdapat satu pemerintah, 2) formulasi kebijakan dan
obyek wisata andalan. Pengembangan pengesahan tujuan program (formulation and
Pariwisata (WPP), dan pada setiap WPP legitimation of goals and program):
terdapat satu obyek wisata andalan, yaitu: pengumpulan informasi, analisa dan
1. WPP I dengan obyek wisata andalan penyebarluasan, 3) implementasi program
adalah kawah Ijen; (program implementation): proses pencarian
2. WPP II dengan obyek wisata andalan dan pengerahan sumber daya untuk
adalah Pantai Plengkung; mewujudkan tercapainya tujuan yang
3. WPP III dengan obyek wisata andalan ditetapkan, 4) evaluasi dari tindakan dan
adalah pantai Sukamade. akibatnya (evaluation of implementation
Ketiga obyek wisata tersebut dikenal performance and impacts): menilai bagaimana
dengan Segi Tiga Berlian (The diamond implementasi kebijakan, bagaimana
Triangle). Khususnya pada kawah ijen perwujudannya, dan apa dampak yang
pengembangan konsep ekowisata yang coba ditimbulkannya, 5) penentuan masa depan
ditawarkan kepada wisatawan dengan lebih dari kebijakan (decision absent the future of
mendekatkan pada unsur alam dan budaya policy and program): menentukan apakah
masyarakat setempat. Maka dalam RIPD ( program atau kebijakan tersebut dianjurkan
Rencana Induk Pariwisata Daerah) dengan berbagai perbaikan atau dibatalkan.
pendekatan perencanaan dan Implementasi kebijakan juga
pengembangan pariwisata yang bertujuan agar tujuan tersebut mampu
berwawasan lingkungan atau ecotourism. dirasakan masyarakat yang menjadi sasaran
Obyek wisata kawah Ijen yang cukup kebijakan tersebut. Seperti yang dijelaskan
terkenal sampai ke mancanegara mengalami oleh Nugroho (2008:432) bahwa
permasalahan terkait dengan sarana dan implementasi kebijakan pada prinsipnya
prasarana menuju ke kawah Ijen apalagi adalah cara agar sebuah kebijakan dapat
ketika musim penghujan datang sering mencapai tujuannya. Untuk meng-
terjadi longsor implementasikan kebijakan publik, ada dua
(http://www.antarajatim.com/lihat/berita/60 pilihan langkah yang ada, yaitu langsung
894/ infrastruktur-jalan-menuju-wisata- mengimplementasikan dalam bentuk
kawah-ijen-rusak. diakses 6 januari 2012). program atau melalui formulasi kebijakan
Kerusakan yang sering terjadi berupa akses derivat atau turunan dari kebijakan publik
jalan yang sering tertimbun longsor saat tersebut.
musim hujan dan ini mengganggu para Meter dan Horn (Wibawa, 1994 :15)
wisatawan serta secara tidak langsung mendefinisikan implementasi kebijakan
berpengaruh pada tujuan wisatawan. sebagai tindakan yang dilakukan
pemerintah maupun swasta baik secara
Kajian Teori Implementasi Kebijakan
individu maupun kelompok yang dimaksud
Kebijakan publik bertujuan sebagai untuk mencapai tujuan sebagaimana yang
pemecah masalah, memberikan solusi dirumuskan di dalam kebijakan. Ada
hingga memberi dampak kepada kelompok beberapa model yang perlu diperhatikan
sasaran. Dalam hal pemecahan suatu dalam mengimplementasikan suatu
permasalahan tersebut perlu diupayakan kebijakan. Antara lain model Meter dan
suatu tahapan atau proses dalam Horn, Merilee S. Grindle, Daniel
pembuatan kebijakan publik, sebagaimana Mazmainan dan Paul A Sabatier, George C

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 29


edwards III, dan Cheema Rondinelli. 1. Perspektif kepatuhan (compliance) yang
Hampir semua model implementasi mengukur implementasi dan kepatuhan
kebijakan menyebutkan bahwa sumber strect level bureau crats terhadap atasan
daya (baik sumber daya manusia maupun mereka.
sumber daya keuangan), karakteristik 2. Kebersihan implementasi diukur dari
organisasi, faktor intern dan ekstern, kelancaran rutinitas dan tiadanya
disposisi, komunikasi dan kemampuan persoalan.
agen pelaksana mendukung implementasi 3. Implementasi yang berhasil mengarah
suatu kebijakan publik. kepada kinerja yang memuaskan semua
Proses implementasi kebijakan pihak terutama kelompok penerima
merupakan pelaksanaan keputusan manfaat yang diharapkan.
kebijakan dasar. Implementasi program Kinerja menurut Rue dan Byars
pemerintah melibatkan berbagai tingkatan (Keban:1995) didefinisikan sebagai tingkat
struktur organisasi dan sekurang- pencapaian hasil “the degree of
kurangnya dapat dilihat dari tiga sudut accomplishment” atau dengan kata lain
pandang (Wahab, 1997; 63) yaitu: kinerja merupakan tingkat pencapaian
a. Pemrakarsa kebijakan yang dilakukan suatu kebijakan. Juga pendapat Wibawa
oleh pejabat-pejabat atasan atau (1994:19) mengemukakan bahwa kinerja
lembaga-lembaga di tingkat pusat untuk kebijakan pada dasarnya merupakan
dilaksanakan oleh lembaga-lembaga penilaian atas tingkat pencapaian standar
antar pejabat di tingkat yang lebih atau sasaran kebijakan. Tingkat tercapainya
rendah. Penekanan utama terletak pada standar dan tujuan kebijakan ini adalah
masalah sejauh mana sasaran-sasaran sesuatu yang dapat dicapai oleh aktor yang
atau tujuan kebijakan telah tercapai dan terlibat.
apakah penyebab tujuan/sasaran tercapai Kebijakan publik dipengaruhi oleh
atau tidak tercapai. berbagai ragam situasi dan kondisi dimana
b. Pejabat pelaksana di lapangan, fokusnya kebijakan itu diimlementasikan. Menurut
terletak pada upaya menanggulangi Edward III, Faktor-faktor yang
hambatan yang terjadi di wilayah mempengaruhi implementasi kebijakan
kerjanya. yakni:
c. Aktor perorangan di luar pemerintah a) Komunikasi: Keberhasilan implemen-
kepada siapa proyek itu ditujukan, tasi kebijakan mensyaratkan agar
misalnya kelompok sasaran pengusaha implementor mengetahui apa yang
kecil dan Koperasi dalam upaya harus dilakukan. Apa yang menjadi
mengentaskan kemiskinan. tujuan dan sasaran kebijakan harus
Pandangan/persepsi pejabat di pusat ditransmisikan kepada kelompok
adalah sejauhmana pelayanan jasa yang sasaran (target group) sehingga akan
direncanakan telah dilaksanakan. Dari mengurangi distorsi implementasi.
sisi kelompok sasaran fokus Apabila tujuan dan sasaran suatu
perhatiannya adalah apakah pelayanan kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak
jasa yang telah diberikan pemerintah diketahui sama sekali oleh kelompok
dapat mengubah pola hidupnya. sasaran, maka kemungkinan akan
Menurut Rippley dan Franklin (1995 terjadi resistensi dari kelompok
:89) mengemukakan bahwa : keberhasilan sasaran.
dari implementasi kebijakan atau suatu b) Sumberdaya: Kualitas SDM bukan
program ditujukan pada 3 (tiga) faktor ditentukan dalam jumlah yang dimiliki,
yaitu: jika sebuah organisasi memiliki tugas
baru maka perlu melakukan rekrutmen

30 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


ini merupakan paradigma yang keliru. baru. Ada beberapa komponen pokok yang
SDM yang berkualitas ditentukan dari secara umum disepakati di dalam
efesiensi dan efektivitasnya dalam memberikan batasan mengenai pariwisata,
melalukan program yang ditentukan, yaitu sebagai berikut (Gayatri, 2005:46) :
walaupun dia tidak kompeten bisa 1. Traveler, yaitu orang yang melakukan
dilakukan pelatihan atau pemberian perjalanan antar dua atau lebih lokalitas.
beasiswa. Artinya pemberdayaan 2. Visitor, yaitu orang yang melakukan
pegawai atau staf yang ada lebih perjalanan ke daerah yang bukan
diutamakan. Staf yang dibutuhkan merupakan tempat tinggalnya, kurang
adalah yang memiliki kemampuan, dari 12 bulan, dan tujuan perjalannya
kecakapan untuk melakukan pekerjaan bukanlah untuk terlibat dalam kegiatan
dalam melaksanakan kebijakan yang untuk mencari nafkah, pendepatan, atau
telah ditetapkan (Winarno, 1989 : 95). penghidupan di tempat tujuan.
Kurangnya personil yang terlatih baik 3. Tourist, yaitu bagian dari visitor yang
dapat menghambat implementasi menghabiskan waktu paling tidak satu
kebijakan yang harus tanggap terhadap malam (24 jam) di daerah yang
perubahan lingkungan global yang dikunjungi.
terjadi. Secara spesifik pengertian
c) Sikap dan Perilaku: Menurut Gibson pariwisata menurut ahlinya seperti Hans
sebagaimana dikutip Firmansyah Buchi (dalam Yoety, 1997:107),
(2002:51) mengemukakan bahwa sikap kepariwisataan adalah setiap peralihan
adalah “kesiap-siagaan mental yang tempat yang bersifat sementara dari
dipelajari dan diorganisasi melalui seseorang atau beberapa orang dengan
pengalaman dan mempunyai pengaruh maksud memperoleh pelayanan yang
tertentu atas cara tanggap seseorang diperuntukkan bagi kepariwisataan itu oleh
terhadap suatu obyek dan situasi yang lembaga-lembaga yang digunakan untuk
berhubungan dengannya”. Sementara maksud tersebut.
itu, thursone (dalam Mueller, 1992:3) Ekowisata merupakan konsep baru
mendefinisikan sikap sebagai “jumlah dalam kepariwisataan dan melibatkan
keseluruhan kecenderungan dan banyak pihak, baik pemerintah daerah,
perasaan, kecurigaan dan prasangka, masyarakat sekitar obyek wisata dan juga
pemahaman yang mendetail, ide-ide, pihak swasta seperti hotel, restoran serta
rasa takut, ancaman dan keyakinan agen travel. Hal ini dipertegas oleh
tentang suatu hal khusus. Kemudian pernyataanDamanik (2006:38) menyebutkan
Mueller (1992:4) menyimpulkan 4 program ekowisata merupakan suatu
(empat) komponen pokok dari bentuk wisata yang mengadopsi prinsip-
komponen sikap, yakni ; (a) pengaruh prinsip pariwisata berkelanjutan, yang
atau penolakan; (b) penilaian; (c) suka secara aktif menyumbang kegiatan
atau tidak suka; dan atau (d) konservasi alam dan budaya, melibatkan
kepositifan atau kenegatifan terhadap masyarakat lokal dalam perencanaan,
suatu obyek tertentu. pengembangan dan pengelolaan wisata
serta memberikan sumbangan positif
Pariwisata dan Ekowisata
terhadap kesejahteraan mereka dan
Pariwisata berkembang karena umumnya dilakukan dalam bentuk wisata
adanya gerakan manusia di dalam mencari independen atau diorganisir dalam
sesuatu yang belum diketahui, menjelajahi kelompok kecil.
wilayah yang baru, mencari perubahan Definisi lain mengenai ekowisata
suasana, atau untuk mendapat perjalanan dijelaskan oleh organisasi Theecotourism

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 31


society ( dalam Demartoto, 2009:45) yaitu perlu pengembangan konsep pariwisata
ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan yang berbasis pada konservasi lingkungan,
wisata ke area alami yang dilakukan dengan hal ini dimaksudkan untuk menjaga
tujuan mengkonservasi lingkungan dan kelestarian alam sebagai produk unggulan
melestarikan kehidupan dan kesejahteraan yang coba ditawarkan. Maka sesuai dengan
penduduk setempat. Tetapi seiring dengan strategi yang telah ditetapkan program
perubahan konsep ketika pariwisata pengembangan kawasan Kawah Ijen yang
cenderung menciptakan bisnis, maka dari dijabarkan pada jenis program seperti
itu pemahaman ekowisata mulai bergeser tertuang dalam Rancangan Rencana
menjadi bentuk baru dari perjalanan Penataan Ruang Kawasan Kawah Ijen.
bertanggung jawab ke area alami dan Pertama, Program pengembangan
berpeluang yang dapat menciptakan potensidengan arahan pengembangan
industri pariwisata. potensi mempunyai sasaran pada
komponen utama produk pariwisata, yang
Metode Penelitian
meliputi obyek/daya tarik wisata,
Jenis penelitian yang digunakan aksesibilitas dan sarana penunjang
dalam implementasi pengembangan pariwisata. Kedua, Program pengembangan
ekowisata khususnya obyek wisata kawah pasar dimaksudkan agar jumlah wisatawan
Ijen yaitu menggunakan pendekatan yang ada sekarang dapat meningkat untuk
positivistik. Jenis data dalam enelitian ini kunjungan ke kawasan kawah ijen. Ketiga,
adalah data sekunder dan data primer. Data Program pengembangan SDM guna
sekunder, yaitu data berupa gambaran atau meningkatkan kapasitas dan kualitas.
deskripsi daerah penelitian. Data sekunder Keempat, program pengembangan
ini didapatkan dari Dinas kebudayaan dan kelembagaan. Kelima, program
Pariwisata, RPMJD 2011-2015 kabupaten pengembangan infrastuktur dalam
banyuwangi, dan dokumentasi lainnya pengembangan ekowisata akses menuju
yang revelan dengan penelitian. Data obyek wisata cukup penting tetapi jangan
primer, adalah data yang diperoleh melalui sampai menggangu atau merusak tatanan
proses pengumpulan data secara langsung ekosistem yang sudah ada. Keenam,
dari sumbernya di lapangan. Data primer program pengawasan dan pengendalian.
dilakukan dengan melakukan observasi Dari program-program tersebut
wawancara dengan pihak-pihak yang pengembangan obyek atau daerah wisata
berkaitan dengan penelitian ini. Pada alam lebih fokus kepada pengembangan
akhirnya data penelitian ini akan diproses infrastruktur dan perbaikan sarana dan
secara sistematis analisis data yang dimulai prasarana yang ada.
dari pengumpulan data, interprestasi data,
2. Pengembangan Kelembagaan
penyimpulan terhadap hasil interprestasi
data. Dalam Pengembangan kelembagaan
pelaksanaan ekowisata di kawah Ijen,
Pengembangan Ekowisata Berdasarkan
melibatkan beberapa pihak. Pertama,
RIPD
Pemerintah daerah diwakili oleh Dinas
1. Pengembangan Obyek dan Daerah Kebudayaan dan Pariwisata juga berkaitan
Wisata Alam dengan instansi lainnya. Kedua, pengelola
obyek wisata kawah Ijen dibawah arahan
Obyek wisata Kawah Ijen
BKSDA Jawa Timur. Dan, ketiga stake
merupakan kawasan spesifik karena selain
holder adalah pihak-pihak swasta yang
sebagai kawasan yang dilindungi menjadi
dilibatkan dalam pengembangan ekowisata
kawasan pariwisata dan dimanfaatkan
serta masyarakat di sekitar obyek wisata
sebagai penambangan belerang. Karena itu

32 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


Kawah Ijen. Dalam dinamika, pengelolaan pukul 07.00 WIB, dan Surabaya-
yang dilakukan masing-masing pihak Banyuwangi akan berangkat pada pukul
tersebut, menunjukkan belum adanya 08.30 WIB. Selanjutnya untuk
kesatuan pengelolaan destinasi wisata di Banyuwangi-Denpasar berangkat pukul
Kawasan kawah Ijen, sehingga terlihat 10.00 WIB, dan Denpasar-Banyuwangi
adanya kepentingan masing-masing berangkat pukul 11.35 WITA. Sedangkan
pengelola yang bertindak secara parsial dan harga tiket Surabaya-Banyuwangi dipatok
lebih berorientasi pada komersialisasi obyek Rp 700 ribu, dan tiket Banyuwangi-
wisata demi keuntungan pengelola, karena
Denpasar dijual Rp 400 ribu
itu kebijakan pengembangan ekowisata
(http://www.banyuwangikab.go.id/berita-
mampu mengatur masing-masing peran
daerah/jadwal-penerbangan-mulai-1-
yang ada tapi tetap sinergi antara unsur
februari-2012.html.diakses 10
pemerintah, swasta dan masyarakat sekitar.
februari2012). Ketiga, Amenitas adalah
3. Pengembangan Pasar atau Market infrastruktur yang sebenarnya tidak
Ketika event-event di kawasan langsung terkait dengan pariwisata tetapi
Kawah Ijen telah tercipta maka perlu sering menjadi bagian dari kebutuhan
promosi untuk memperkenalkannya kepada wisatawan, seperti fasilitas-fasilitas seperti
para wisatawan. Sehingga wisatawan hotel, restaurant, Bank, penukaran uang,
tertarik berkunjung ke Kawah Ijen karena telekomunikasi, usaha persewaan (rental)
ada event tertentu, seperti yang dijelaskan dan yang lainnya. Permasalahan yang
pada program tersebut akan dihadapi saat ini bahwa faktor amenitas
menggabungkan wisata alam dengan wisata pariwisata di Kabupaten Banyuwangi
budaya. Pelaksanaan ekowisata perlu juga terkonsentrasi pada pusat kota Banyuwangi
mengkaji berkaitan dengan supply dan sehingga perkembangan obyek wisata tidak
demand pariwisata atau permintaan dan merata untuk seluruh wilayah kabupaten.
penawaran pariwisata. elemen penting dari Untuk obyek wisata kawah Ijen, amenitas
penawaran pariwisata disebut sebagai triple pariwisata yang ada Cuma ada 1(satu) hotel
A yang terdiri dari atraksi, aksesibilitas dan yang jaraknya paling dekat yang sekitar 25
amenitas. Pertama, Atraksi jelas sangat km dari kawasan Kawah Ijen yaitu Ijen
mempengaruhi demand atau jumlah Resort and Villas. Sedangkan untuk Tourist
wisatawan yang berkunjung ke suatu Information Center hanya terdapat 2 (dua)
destinasi pariwisata. Kawasan Kawah ijen yaitu; Banyuwangi Government Culture
termasuk dalam atraksi alam, dengan and Tourist Service dan ITC di pelabuhan
menawarkan pemandangan alam, kawah Ketapang.
belerang, kekayaan flora dan fauna. Kedua, Pelaksanaan ekowisata sebagai
Aksesibilitas merupakan suatu hal vital output hingga outcome dilihat dari lima
yang sangat mempengaruhi kunjungan pendekatan atau prinsip-prinsip dasar guna
wisatawan sebagai permintaan (demand). melihat implementasi ekowisata telah
Jika suatu daerah tidak tersedia aksesibilitas berlandaskan konsep yang ada. Namun
yang mencukupi atau memadai, seperti dalam dinamika pelaksanaan ekowisata
airport, pelabuhan dan jalan raya maka terlihat hanya berdampak dari prinsip
tidak akan ada demand (permintaan) yang ekonomi saja yang dijelaskan sebagai
mengunjungi daerah tersebut. Penerbangan berikut:
komersial tersebut baru membuka rute a) Kegiatan peternakan lebah yang
pulang pergi dengan jalur Banyuwangi- dilakukan masyarakat sekitar obyek
Surabaya-Denpasar. Penerbangan wisata. Sekitar 10 orang peternak lebah
Banyuwangi-Surabaya akan dilakukan dibawah arahan penglola kawah ijen

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 33


yang saat ini masih bergabung dengan Banyuwangi. Karena selama ini banyak
Pengelola TN Alas Purwo. Karena untuk wisatawan yang berkunjung melalui
melakukan peternakan lebah harus kabupaten Bondowoso sehingga
mendapat izin dari pihak pengelola. dampaknya kurang signifikan terhadap
Masing peternak memiliki 10-20 kotak pariwisata Banyuwangi.
dengan produksi untuk 10 kotak ± 5 2) Dalam pelaksanaan ekowisata selama ini
kuintal/tahun, dalam satu tahun hanya 6 harus mencerminkan prinsip-prinsip
bulan masa produksi kemudian dasar yaitu pelestarian, pendidikan,
pendapatan per liternya adalah Rp. Pariwisata, Ekonomi, dan partisipasi
17.000-20.000,- masyarakat. Prinsip pelestarian telah
b) Kegiatan persewaan Kendaraan karena berjalan dengan menggabungkan antara
medan menuju daerah kawah Ijen yang wisata alam dengan wisata budaya. Hal
cukup berat karena berkaitan dengan ini terlihat dalam program
kerusakan jalan. Maka dibutuhkan jasa pengembangan potensi, dengan
persewaan kendaraan yaitu jasa antar – mengadakan agenda-agenda wisata
jemput dari wilayahnya sekitarnya. budaya, religi, dan adat istiadat
Seiring dengan peningkatan kunjungan kemudian dikonsepkan dengan konteks
wisatawan maka jasa ini semakin ekowisata.
meningkatkan pendapatan wisatawan. 3) Pengembangan kelembagaan dalam
Dengan harga sewa jip Rp. 450.000 untuk ekowisata ini cenderung berjalan sendiri-
mengangkut enam orang, jika perbaikan sendiri terutama dari pihak pengelola
jalan dilakukan maka memungkinkan dan pihak pemerintah daerah. Pengelola
berdampak negatif bagi pemasukan jasa memfokuskan pada pemberdayaan dan
persewaan kendaraan. partisipasi masyarakat di sekitar obyek
c) Kegiatan perkebunan merupakan wisata. Sedangkan pihak pemerintah
kegiatan utama masyarakat desa Taman daerah pada perbaikan infrastruktur, jadi
Sari selain di pertambangan. Untuk implementasi pengembangan ekowisata
bekerja di perkebunan cengkeh dan kopi, tidak menimbulkan sinergi antara aktor-
upahnya yaitu Rp. 7000,- per harinya. aktor yang terlibat.
d) Kegiatan pertambangan belerang dengan
Daftar Pustaka
perusahaan penampungan belerang
yaitu P.T Candi Ngrimbi dengan waktu Damanik, Janiaton & Helmut F. Weber, 2006
kerja jam 09.00- 16.00. Harga per , Perencanaan Ekowisata dari teori ke
kilogram belerang sebesar Rp. 625,- dan Aplikasi, Puspar UGM penerbit Andi,
pendapatan mereka tergantung dari Yogyakarta.
banyaknya belerang yang berhasil Demartoto, Agryo. 2009. Pembangunan
dipikul. Pariwisata Berbasis Masyarakat, Sebelas
Kesimpulan dan Saran Maret University Press, Surakarta

1. Kesimpulan Fennel, David A, 2005. Ecotourism : An


introduction (second edition).
1) Dalam implementasi ekowisata kawah Routledge, New York.
Ijen terhadap Obyek dan Daya Tarik
Wisata (ODTW) sampai saat ini Gayatri, I.G. 2005. Sosiologi Pariwisata. Andi,
pemerintah kabupaten Banyuwangi Yogyakarta.
berfokus pada perbaikan infrastruktur Keban Yeremias T, 1995, Pengantar
jalan. Hal ini guna mendorong Administrasi Publik, Modul Matrikulasi
kenyamanan wisatawan menuju
kawasan kawah Ijen melalui kabupaten

34 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


Administrasi Publik, Program MAP
UGM, Yogyakarta.
Mueller, 1992, Mengukur sikap sosial,
pegangan peneliti dan praktisi. Bumi
Aksara, Jakarta.
Ndraha, Taliziduhu, 1997. Pengantar Teori
Pengembangan Sumber Daya Manusia,
penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Nugroho, Riant, 2008, Public Policy,
PT.Gramedia, Jakarta
Putra, Fadillah ,2004. Kebijakan Tidak Untuk
Publik, Resist Book, Yogyakarta.
Purwanto dan Sulistyastuti, 2007. Metode
Penelitian Kuantitatif Untuk
Administrasi Publik dan Masalah-
Masalah Sosial. Gava Media, Yogya.
Ripley, R. 1985. Policy Analysis in Political
Science. Chicago: Nelson-Hall
Publishers.
Wibawa, samodra, dkk, 1994, Evaluasi
Kebijakan Publik, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta
Wahab, Saleh. 1997. Pemasaran Pariwisata,
PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Winarno, Budi, 1989. Teori kebijakan publik,
PAU UGM, Yogyakarta.
………, 2007. Kebijakan Publik: Teori & Proses.
Media Pressindo, Yogyakarta.
Yoeti, Oka, A. 1997. Perencanaan dan
Pengembangan Pariwisata. PT. Pradnya
Paramita, Jakarta.

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 35


Reformasi Administrasi Desa

Tri Samnuzulsari
(3nuzulsari@gmail.com)
(Jurusan Sosiologi FISIP UMRAH)
Wayu Eko Yudiatmaja
(wayuguci@gmail.com)
(Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP UMRAH)

Abstract:
This paper discuss about the reformation of village administration. Stressing of this paper are;
conteptual foundation (what and how the reformation of village administration), rationale, function, the
role of the reformation of village administration, and strategy for implementing the reformation of
village administration on the village governance in Indonesia.

Keywords: the conceptual foundation, implementing reformation of village administration

Pendahuluan Osborne dan Ted Gaebler (1992), serta Ali


Farazmand (2002) hanya menjadi user dan
Kajian mengenai reformasi
komplementer dari gagasan Caiden.
administrasi sebenarnya sudah dimulai
Birokrasi sudah dihinggapi oleh
sejak 1960 oleh para sarjana administrasi
berbagai masalah, yang oleh Caiden (1991a;
negara yang concern terhadap perbandingan
1991b) sendiri disebut sebagai malpraktik
administrasi dan pembangunan
administrasi (administrative malpractices atau
administrasi (Caiden, 1978). Namun, baru
public maladministration). Masalah-masalah
pada tahun 1970an awal bidang kajian (field
tersebut diantaranya kinerja rendah,
of study) ini mendapat perhatian para scholar
lamban, kaku (rigid), gemuk, boros
administrasi negara. Ilmuwan seperti
(inefisien) dan koruptif. Penyakit-penyakit
Gerald Caiden, dapat disebut sebagai salah
inilah yang membawa dampak ikutan
satu pelopor (masterpiece) dalam bidang ini.
(deterent effect) bagi munculnya masalah-
Paling tidak terdapat dua buku Caiden yang
masalah yang lebih besar, seperti
selalu menjadi rujukan utama bagi ilmuwan
melemahnya daya saing suatu bangsa. Bagi
dan praktisi administrasi negara dalam
Caiden (1991) merevitalisasi sektor publik
melakukan proses reform terhadap
merupakan suatu keniscayaan apabila kita
organisasi sektor publik, yaitu Strategies for
ingin mewujudkan organisasi pemerintahan
Administrative Reform (1982) Administrative
yang lebih efektif, efisien dan berorientasi
Reform Comes of Age (1991). Teori dan konsep
pada kebutuhan masyarakat.
Caiden tentang reformasi administrasi tidak
Pada tataran praktis, di negara-
mengalami perkembangan yang berarti
negara berkembang terutama di Indonesia,
hingga saat ini karena ilmuwan yang
organisasi sektor publiknya juga
muncul pascagenerasi Caiden, seperti David
menghadapi masalah yang sama dengan

36 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


yang dikonstatasikan oleh Caiden. lemahnya tata kelola (governance)
Perubahan dari rezim pemerintahan otoriter pemerintahan kita. Tuhan tidak pernah
ke demokratis dan dari sentralisasi ke murka kepada kita, justru Tuhan
desentralisasi tidak memberikan pengaruh menganugerahkan kelimpahan bagi bangsa
yang signifikan bagi tata kelola (governance) ini, tetapi kita tidak mampu mensyukuri
pemerintahan, baik di pusat maupun di anugerah tersebut karena tidak mampu
daerah, baik di kota maupun di desa. Studi mengelolanya dengan baik. Sebagaimana
yang dilakukan oleh Dwiyanto, et. al. (2006), yang dikatakan oleh Peter F. Drucker, di
mengonfirmasi gejala tersebut. Dwiyanto dunia initidak ada bangsa yang miskin, yang ada
menyebut bahwa birokrasi publik di adalah bangsa yang salah urus. Dalam
Indonesia berkembang menjadi birokrasi perspektif, reformasi administrasi salah urus
yang inefisien dan inefektif, kurang (mismanagement) disebabkan oleh lemahnya
transparan dan responsif terhadap kapasitas sektor publik kita dalam
kepentingan masyarakat pelanggan, dan merespon tuntutan masyarakat dan
terpolitisasi oleh kekuatan-kekuatan politik. perubahan kondisi global. Pergeseran dari
Akibatnya, birokrasi tidak mampu otoritarianisme ke demokratisasi,
menjalankan misi utamanya, yaitu sebagai pascatumbangnya Soeharto tahun 1998
pelayan publik (public service). menyebabkan munculnya warga negara
(citizens) yang semakin kritis dengan
Mengapa Reformasi Administrasi?
kebutuhan yang semakin kompleks.
Terhitung sejak 1945, berarti sudah Kemudian, berkembangnya teknologi
70 tahun Indonesia merdeka. 70 tahun informasi sebagai pemicu utama globalisasi
bukanlah waktu yang singkat. Namun, bila melahirkan masyarakat digital (digital
dievaluasi secara objektif maka bisa society) yang semakin terkoneksi satu sama
disimpulkan bahwa belum banyak lain. Namun, birokrasi terlambat merespon
perubahan yang terjadi. Bahkan di berbagai semua perubahan tersebut sehingga
bidang muncul beberapa paradoks. Di birokrasi tidak mampu memenuhi harapan
bidang ekonomi, walaupun secara nasional dan kebutuhan warga negara secara cepat
pertumbuhan ekonomi kita cukup tinggi dan tepat.
tetapi angka kemiskinan masih tinggi (28,28 Dari perspektif desa, selama ini
juta jiwa miskin). Di bidang politik, pembangunan yang dilakukan oleh
walaupun sistem politik sudah berubah ke pemerintah belum responsif terhadap
arah demokrasi tetapi situasi dan kondisi kepentingan desa. Di masa Orde Baru, di
politik masih belum menunjukkan stabilitas. bawah payung UU No. 5 Tahun 1979
Di bidang demografi, walaupun sumber tentang Pemerintahan Desa, desa dikontrol
daya manusia kita termasuk dalam top five secara ketat, diseragamkan, dan dimatikan
populasi penduduk terbesar, tetapi daya kreativitasnya guna kepentingan eksistensi
saingnya masih lemah (nomor lima di Asia penguasa. Desa menjadi tidak berdaya
Tenggara dan nomor 50 di dunia). Di bidang (powerless), bukan pemain utama tetapi
sumber daya alam, walaupun natural hanya subordinasi pemerintah pusat,
endowment kita melimpah tetapi hal itu tidak diposisikan pada posisi marginal, sumber
mendatangkan kemakmuran bagi rakyat daya alamnya dieksploitasi sedemikian rupa
kita. tetapi tidak mendapatkan bagian yang
Mengapa bisa demikian? Apa yang sepadan. Kondisi ini membuat masyarakat
terjadi? Siapa yang salah? Apakah Tuhan desa menjadi semakin terpuruk, terbelakang
sudah murka kepada bangsa ini? dan miskin. Berdasarkan data dari
Jawabannya adalah bukan Tuhan yang Kementerian Dalam Negeri (Kemdagri)
sudah murka tetapi ini semua terjadi karena (2014) diketahui bahwa terdapat sebanyak

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 37


79.702 desa yang tersebar di 34 provinsi di adalah, “the artificial inducement of
Indonesia. Dari 79.702 desa tersebut, administrative transformation against
mayoritas penduduknya berada di bawah resistance”. Definisi tersebut mengandung
garis kemiskinan, yaitu sebesar 14,42 persen tiga makna. Pertama, proses reformasi
(BPS, 2014). Artinya, jika total penduduk administrasi adalah artifisial dalam arti
Indonesia hari ini adalah 225 juta jiwa, maka buatan manusia (manmade), deliberatif dan
orang desa yang berada di bawah garis terencana sehingga bersifat tidak natural,
kemiskinan adalah 32.445.000. aksidental atau otomatis. Kedua, proses
Pergantian rezim tidak serta merta perubahan tersebut bersifat irreversible atau
memberikan perubahan bagi desa. tidak dapat diubah, hanya untuk sekali
Meskipun UU No. 5 Tahun 1979 tentang pakai, dan tidak bisa diulang kembali.
Pemerintahan Desa sudah direvisi menjadi Ketiga, reformasi administrasi memiliki
UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, tetapi linkage dengan aspek moral karena langkah
belum nampak keberpihakan terhadap desa. reform tersebut diambil dengan
Bahkan, Nurcholis, et. al. (2014) mencurigai pertimbangan bahwa tindakan itu memiliki
bahwa pemerintahan desa di bawah UU No. manfaat yang lebih besar daripada status quo
6 Tahun 2014 sebagai pemerintahan palsu (Caiden, 1968: 349-350).
(pseudo government) karena; (1) ia bukan Definisi reformasi administrasi dari
kesatuan masyarakat hukum adat karena Caiden tersebut masih sangat abstrak
desa yang ada sekarang adalah lembaga sehingga dikritik oleh ilmuwan administrasi
baru murni bentukan pemerintah yang negara dari Singapura, John S. T. Quah.
tidak ada kaitannya dengan kesatuan Quah menganggap bahwa definisi yang
masyarakat hukum adat, (2) ia bukan elected disampaikan oleh Caiden itu tidak bisa
or non-elected local government karena bukan diterima sebagai konsepsi generik dalam
unit pemerintahan di daerah yang dibentuk mendefinisikan reformasi administrasi.
pemerintah pusat berdasarkan asas Quah (2010: 128) berpendapat bahwa
desentralisasi dan/atau dekonsentrasi, (3) ia definisi Caiden tersebut memiliki beberapa
bukan non-government organizations karena kelemahan, diantaranya; (1) definisi tersebut
statusnya adalah organisasi subordinat tidak mengidentifikasi tujuan dari reformasi
pemerintah. administrasi, (2) frasa administrative
Mencermati gejala-gejala tersebut, transformation dalam definisi Caiden sangat
langkah strategis yang dapat ditempuh multitafsir dan tidak secara spesifik merujuk
adalah melakukan proses perubahan yang kepada konten reformasi administrasi, (3)
terencana terhadap tata kelola sektor publik asumsi Caiden mengenai resistensi yang
kita. Perubahan yang terencana tersebut mengikuti proses reformasi administrasi
dalam kajian administrasi negara disebut tidak disertai dengan bukti empiris untuk
sebagai reformasi administrasi menjustifikasi asumsi tersebut.
(administrative reform). Akhirnya, Quah menyempurnakan
definisi reformasi administrasi yang
Konsep Reformasi Administrasi Desa
disampaikan oleh Caiden. Menurut Quah
Berbicara tentang reformasi reformasi administrasi adalah:
administrasi desa, maka harus diset-up “a deliberative attempt to change both
dalam kerangka konsep reformasi (a) the structure and procedures of the
administrasi. Sebagai ilmuwan pelopor public bureaucracy (i.e., reorganization
dalam kajian reformasi administrasi, Caiden or the institutional aspect) and (b) the
memberikan definisi yang sangat umum attitudes and behavior of the public
mengenai reformasi administrasi. Menurut bureaucrats involved (i.e) the attitudinal
Caiden (1968: 349) reformasi administrasi aspect), in order to promote

38 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


organizational effectiveness and attain negara maju, tetapi kita tidak dapat
national development goals” (2010: 128- menerapkannya mentah-mentah di
129). Indonesia. Meniru bulat-bulat adalah
Birokrasi memiliki dua dimensi kesalahan fatal karena ekologi administrasi
sekaligus, yaitu dimensi teknis-mekanis dan negara setiap negara pasti berbeda. Strategi
substansi-isi. Keduanya adalah bagian yang reformasi administrasi negara industri,
tidak terpisahkan, yang harus mendapatkan tentu berbeda dengan negara agraris atau
perhatian yang sama. Quah memberikan kepulauan. Strategi reformasi administrasi
gagasan yang cukup menarik mengenai negara yang menganut sistem formal-market
pentingnya menyeimbangkan kedua seperti Selandia Baru, tentu berbeda dengan
dimensi ini. Dari definisi yang dikemukakan Indonesia yang masih menunjukkan
oleh Quah tersebut diperoleh gambaran karakter informal-market (Schick, 1998).
bahwa reformasi administrasi adalah proses Caiden memberikan guidelines
yang kompleks. Reformasi administrasi dalam melakukan reformasi administrasi.
tidak hanya menyangkut reformasi Beberapa tahap yang dapat menentukan
terhadap dimensi teknis dan mekanis yang keberhasilan atau kegagalan proses
terdapat dalam birokrasi publik, yaitu reformasi administrasi adalah; (1)
struktur dan prosedurnya. Akan tetapi, pemahaman terhadap situasi reformasi
termasuk juga reformasi terhadap dimensi administrasi, (2) melakukan diagnosis yang
substansi dan isi (core), yakni perubahan benar, (3) mendesain program-program
sikap, paradigma, mindset dan perilaku reformasi, (4) menyusun strategi, (5)
birokrasi publik. menyusun alat (instrumentalitas), (6) umpan
Meminjam konsep Quah tentang balik (Caiden, 1973: 337-342). Desain
reformasi administrasi, kita juga dapat implementasi administrasi desa harus
mendefinisikan reformasi administrasi desa disesuaikan dengan kebutuhan dan
sebagai perubahan yang terencana terhadap; kemampuan desa. Sebagaimana diketahui,
(a) struktur dan prosedur birokrasi setiap desa memiliki karakteristik, sumber
pemerintahan desa, seperti reorganisasi dan daya dan kapasitas yang berbeda sehingga
restrukturisasi lembaga pemerintahan desa, perlu diperhatikan daya dukung desa dalam
dan (b) budaya, kinerja dan perilaku melakukan proses reform.
aparatur pemerintahan desa untuk Pada tataran praktik, implementasi
mewujudkan efektifitas organisasi reformasi administrasi desa dapat dilakukan
pemerintahan desa untuk mencapai sasaran pada empat aras. Pertama, reformasi politik,
serta tujuan pembangunan nasional. dengan merevisi desain UU No. 6 Tahun
2014 tentang Desa yang belum sepenuhnya
Implementasi Reformasi Administrasi berpihak terhadap desa dan penguatan
Desa lembaga pemerintahan desa. Kedua, reformasi
Sebelum memulai proses struktural, yaitu reformasi pada aspek
implementasi reformasi administrasi desa, kelembagaan pemerintahan desa, yang
yang harus didesain terlebih dahulu adalah meliputi: (a) revitalisasi visi, misi, tujuan
strategi reformasi. Strategi dalam dan nilai dasar (core values) pemerintahan
melakukan reformasi administrasi desa desa. Perencanaan strategis adalah aspek
dapat saja dilakukan dengan cara yang penting dalam organisasi sektor publik. Visi,
berbeda-beda antardesa. Hal ini tergantung misi, tujuan dan nilai dasar desa perlu
kepada karakteristik, potensi dan kearifan ditinjau ulang karena berdasarkan
lokal (local wisdom) desa tersebut. Kita dapat pengalaman penulis selama beberapa kali
saja melakukan bench-mark terhadap strategi terlibat dalam proyek dan kerjasama dengan
reformasi yang dilakukan oleh negara- pemerintah daerah dalam menata organisasi

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 39


pemerintahan desa di beberapa desa, kompleks. Dibutuhkan sistem administrasi
ditemukan bahwa banyak desa yang belum negara yang memiliki sensitivitas yang
memiliki visi, misi, tujuan dan nilai dasar tinggi dalam merespon tuntutan masyarakat
yang jelas. Kalaupun ada, seringkali dan globalisasi. Kemampuan untuk
dirumuskan secara serampangan tanpa memahami realitas masyarakat hanya
memperhatikan kondisi internal dan dimiliki oleh birokrasi yang bermental
eksternal secara cermat. (b) Penataan perubahan (reformist). Reformasi
struktur organisasi pemerintahan desa administrasi desa merupakan bagian dari
sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik reformasi administrasi. Selama ini desa
desa. Secara nasional pemerintah sudah selalu berada pada posisi marginal dalam
mengatur tentang susunan organisasi pembangunan nasional. Oleh karena itu,
perangkat daerah melalui PP No. 41 Tahun reformasi administrasi desa mutlak
2007, hanya saja pemerintahan desa tidak dilakukan sebagai jawaban bagi kebutuhan
termasuk ke dalam objek pengaturan PP masyarakat sekaligus sebagai upaya ke arah
tersebut karena pemerintah desa tidak penguatan governance.
dianggap sebagai bagian dari Satuan Kerja
Daftar Pustaka
Perangkat Daerah (SKPD). Oleh karena itu,
aturan tentang Struktur Organisasi dan Tata Caiden, G. E. 1968. “Administrative
Kerja (SOTK) pemerintah desa diatur Reform”. International Review of
dengan peraturan menteri dalam negeri. Administrative Sciences 34: 347-354.
Kekeliruan kemdagri adalah mengatur Caiden, G. E. 1973. “Development,
secara seragam SOTK pemerintah desa, Administrative Capacity and
tanpa mempertimbangkan karakteristik, Administrative Reform”. International
potensi dan kearifan lokal desa. Akibatnya, Review of Administrative Sciences 39:
SOTK pemerintah desa di seluruh Indonesia 327-344.
nyaris sama tanpa beda. (c) Reformasi
prosedur, SOP, dan sistem pelayanan. Caiden, G. E. 1978. “Administrative Reform:
Sebagai institusi pelayanan terdepan (street- A Prospectus”. International Review of
level bureaucracy), pemerintah desa belum Administrative Sciences 44: 106-120.
mampu memberikan pelayanan prima Caiden, G. E. 1991a. Administrative Reform
kepada warga masyarakat karena lemahnya Comes of Age. New York: Walter de
SDM aparatur publik dan sistem pelayanan. Gruyter.
Oleh karena itu, prosedur, SOP dan sistem
Caiden, G. E. 1991b. “What Really is Public
pelayanan di desa perlu ditata-ulang
Maladministration”. Public
sehingga lebih efektif dan efisien. Ketiga,
Administration Review 51(6): 486-493.
reformasi kultural, dengan mereformasi
budaya, kinerja dan perilaku aparatur Caiden, G. E. & Sledentopf, H. (Eds.) 1982.
pemerintahan desa sehingga lebih Strategies for Administrative Reform.
produktif, efektif dan efisien. Keempat, Lexington, MA: D.C Heath and
reformasi relasional, yaitu membangun Company.
pemerintahan desa yang memiliki kapasitas
Dwiyanto, A., et. al. 2006. Reformasi Birokrasi
membuat jejaring (networks) dan kerjasama
Publik di Indonesia. Yogyakarta:
dengan pihak luar sehingga desa lebih
Gadjah Mada University Press.
berdaya guna.
Farazmand, A. (Ed.). 2002. Administrative
Penutup
Reform in Developing Nations.
Persoalan yang dihadapi oleh sektor Wesport, CT: Praeger.
publik di Indonesia, kian hari semakin

40 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


Nurcholis, H., et. al. 2014. “Pemerintahan
Desa: Unit Pemerintahan Palsu dalam
Sistem Administrasi Negara Republik
Indonesia”. Makalah yang
dipresentasikan dalam Simposium
Nasional IV Ilmuwan Administrasi
Negara Indonesia, 18-19 September
2014 di Universitas Negeri
Yogyakarta.
Osborne, D. & Gaebler, T. 1992. Reinventing
Government: How the Entrepreneurial
Spirit is Transforming the Public Sector.
Reading, MA: Addison-Wesley.
Quah, J. S. T. 2010. Public Administration
Singapore-Style: Research in Public
Policy and Management Volume 19.
Wagon Lane, WA, UK: Emerald.
Schick, A. 1998. “Why Most Developing
Countries Should Not Try New
Zealand Reforms”. The World Bank
Research Observer 13(1): 123-131.

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 41


Analisis Pelaksanaan Kebijakan Free Trade Zone (FTZ) di Kawasan Kota
Tanjungpinang Kepulauan Riau

Kustiawan
(Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP UMRAH)
Imam Yudhi Prastya
(yudhiimam@yahoo.co.id)
(Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP UMRAH)

Abstract

From the results of the study concluded that the implementation of FTZ in Tanjungpinang have not
great results, there is no business or industry in those areas that have been set (Dompak-Senggarang
areas). It is caused by; Legal assurance land ownership, infrastructure ; roads, ports, limited supply of
electricity , synergy between the board of zone, local government and principals of some program
activity is inhibited and can not be done, especially in matters relating to budget authority and the
licensing process, the board of zone of Tanjungpinang unclear.

Key Words: FTZ, Policy Implementation.

Pendahuluan kelembagaannya. Selain kebijakan-kebijakan


tersebut diatas yang telah menjadi
Kawasan Perdagangan Bebas dan
komitmen Pemerintah Indonesia, maka bila
Pelabuhan Bebas (KPBPB) Batam, Bintan,
ditinjau dari aspek sistem perkotaan
Karimun (BBK) merupakan salah satu
nasional dan posisi geografisnya, kawasan
Kawasan Strategis Nasional (KSN) dan
BBK ini juga memiliki potensi besar.
kandidat Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Pulau Bintan merupakan wilayah
dalam bentuk KPBPB. Terkait dengan
yang cukup siap untuk menarik investasi.
pengembangan kawasan ini, telah terdapat
Keberadaan bonded zones di Bintan
suatu proses penandatanganan kesepakatan
menyebabkan kawasan ini tidak asing lagi
kerjasama ekonomi antara Pemerintah
bagi investor yang ingin menanamkan
Indonesia dengan Pemerintah Singapura.
investasinya di sektor industri manufaktur.
Kesepakatan kerjasama tersebut kemudian
Selain itu, Bintan selama ini juga telah
ditindaklanjuti dengan adanya penetapan
menjadi lokasi kunjungan wisatwan
lokasi pengembangan KPBPB melalui
mancanegara, walaupun yang terbesar
Peraturan Pemerintah No.46/2007 untuk
masih berasal dari Singapura. Ditinjau dari
KPBPB Batam, PP No.47/2007 untuk KPBPB
sisi infrastruktur, sekalipun belum sebaik
Bintan dan PP No.48/2007 untuk KPBPB
Batam, namun Bintan telah memiliki
Karimun. Dalam rangka upaya
fasilitas pelabuhan laut dan pelabuhan
operasionalisasi KPBPB Batam, Bintan,
udara. Dengan adanya pemekaran wilayah,
Karimun telah ditetapkan pula Peraturan
maka Kota Tanjung Pinang menjadi suatu
Presiden No. 9, 10, dan 11 Tahun 2008
wilayah administratif yang berdiri sendiri.
tentang Dewan Kawasan KPBPB Batam,
Namun demikian, dalam konteks KEK BBK,
Bintan, Karimun sebagai bentuk

42 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


penyebutan Bintan akan secara implisit mempunyai makna pelaksanaan undang-
diartikan sebagai keseluruhan pulau Bintan. undang dimana berbagai aktor, organisasi,
prosedur dan teknik bekerja bersama-sama
Tinjauan Pustaka
menjalankan kebijakan dalam upaya untuk
Kebijakan meraih tujuan-tujuan kebijakan.
Kebijakan pada dasarnya merupakan Implementasi pada sisi yang lain
ketentuan-ketentuan yang harus dijadikan merupakan fenomena yang kompleks yang
pedoman, pegangan atau petunjuk bagi mungkin dapat dipahami sebagai suatu
setiap usaha dan kegiatan dari aparatur proses, suatu keluaran (output) maupun
pemerintah atau pegawai. Menurut Abidin sebagai suatu dampak (outcome).
(Syafarudin 2008:75) menjelaskan Kebijakan Sedangkan Nugroho (2003:158)
adalah keputusan pemerintah yang bersifat mengemukakan bahwa implementasi
umum dan berlaku untuk seluruh anggota kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar
masyarakat. Definisi lain dijelaskan oleh sebuah kebijakan dapat mencapai
Anderson, kebijakan merupakan arah tujuannya. Dari kedua pendapat ahli ini
tindakan yang mempynyai maksud yang yang perlu ditekankan adalah bahwa tahap
ditetapkan oleh seorang actor atau sejumlah implementasi kebijakan tidak akan dimulai
aktor dalam mengatasi suatu masalah atau sebelum tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran
suatu persoalan (Winarno 2007:18) ditetapkan atau diidentifikasikan oleh
Kebijakan publik mengandung tiga keputusan-keputusan kebijaksanaan.
konotasi yaitu pemerintah, masyarakat, dan Pendekatan untuk mengkaji
umum. Menurut Syafarudin (2008:78) implementasi relative banyak, salah satunya
kebijakan publik adalah kebijakan adalah menurut George Edwards III
pemerintah yang dengan kewenangannya berpendapat dalam model implementasi
dapat memaksa masyarakat mematuhinya. kebijakannya bahwa keberhasilan
Berdasarkan pendapat di atas dapat implementasi kebijakan dipengaruhi oleh
disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah faktor, oleh karena itu ada beberapa faktor-
arah tikdakan pemerintah sebagai pihak faktor yang mempengaruhi implementasi
yang mempunyai otoritas dalam kebijakan, seperti yang dijelaskan oleh
mendorong perubahan kearah yang lebih Edwards III (Subarsono 2008 : 90 ) yaitu :
baik. 1. Komunikasi
2. Sumber Daya
Implementasi Kebijakan 3. Disposisi
Tugas pokok pemerintah adalah 4. Struktur Birokrasi
menciptakan kebijakan melalui berbagai
kebijakan publik. Kebijakan akan tercapai Free Trade Zone
jika kebijakan yang dibuat dapat Konsep pembangunan yang
terimplementasikan atau dapat mengarah pada industrialisasi merupakan
dilaksanakan secara baik. Keberhasilan sebuah landasan strategi banyak negara
implementasi suatu kebijakan ditentukan didunia ini dalam pembangunan nasional.
oleh banyak variable atau faktor, baik Dengan konsep pembagian kerja dan
menyangkut isi kebijakan yang industrialiasasi dirasa menjadi sektor yang
diimplementasikan, pelaksanaan kebijakan, sangat menjanjikan dibanding mennggarap
maupun lingkungan di mana kebijakan sektor yang lainnya. Industri mempunyai
tersebut diimplementasikan (kelompok banyak keunggulan dibandingkan dengan
sasaran). sektor pertanian, seperti menghilangkan
Menurut Winarno (2007:144) ketergantungan dengan alam, menyerap
Implementasi dipandang secara luas banyak tenaga kerja, menghasilkan devisa

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 43


negara dan masih banyak lagi. Dalam Free Trade Zone atau Kawasan
menyikapi perkembangan global, regional Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
dan nasional maka pemerintah adalah suatu kawasan yang berada di dalam
mengeluarkan UU Republik Indonesia wilayah hukum NKRI yang terpisah dari
Nomor 36 tahun 2000 tanggal 21 desember Pabean sehingga bebas dari pengenaan
2000 Tentang Penetapan PP Pengganti biaya masuk, pajak pertambahan nilai dan
undang-undang (UU) nomor 1 tahun 2000 pajak penjualan atas barang mewah serta
Tentang kawasan perdagangan bebas dan cukai. Insentif merupakan kebijakan
pelabuhan bebas (KPBPB) Menjadi UU. pemerintah dalam meningkatkan daya saing
Harapan dari undang-undang dengan negara lain dalam menjadikan
tersebut adalah dengan membentuk daerah- Indonesia sebagai negara tujuan utama
daerah perdagangan dan pelabuhan bebas investasi.
dapat mendorong kegiatan lalu lintas Sedangkan FTZ mempunyai fungsi
perdagangan internasional yang sebagai tempat untuk mengembangkan
mendatangkan devisa bagi Negara serta usaha-usaha di bidang perdagangan jasa,
dapat memberi pengaruh dan manfaat besar industri, pertambangan dan energi,
bagi Indonesia, untuk dapat membuka transfortasi maritim dan perikanan, pos dan
lapangan kerja seluas-luasnya, telekomunikasi, perbankan, asuransi,
meningkatkan kepariwisataan dan pariwisata dan bidang-bidang lainnya.
penanaman modal baik asing maupun Aktivitas dalam kawasan Kegiatan di
dalam negeri. Selanjutnya melalui UU bidang Ekonomi seperti sektor
Republik Indonesia nomor 44 tahun 2007 perdagangan, maritim, industri,
tentang penetapan PP pengganti UU nomor perhubungan, pariwisata, dan bidang lain
1 tahun 2007 tentang perubahan atas UU yang ditetapkan dalam Undang-Undang
nomor 36 tahun 2000 tentang penetapan PP pembentukan KPBPB.
pengganti undang-undang nomor 1 tahun
2000 tentang KPBPB menjadi undang- Sosialisasi atau promosi
undang. Kepengurusan Badan Pengusahaan
Selanjut turunan dari UU tersebut Kawasan yang baru dibentuk mereka telah
diatas ditindak lanjuti dengan penerbitan PP melakukan promosi ke beberapa negara
Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2007 baik itu di ASIA maupun di Eropa.
Tentang Kawasan Perdagangan Bebas Dan Berkaitan dengan tugas BPK TPI dalam
Pelabuhan Bebas Bintan. PP tersebut mewujudkan FTZ di wilayah tanjungpinang
menjadi landasan hukum dalam kegiatan yang telah di lakukan berkaitan
pembentukan daerah sebagai kawasan dengan promosi antara lain adalah:
Perdangan Bebas dan pelabuhan Bebas yang 1. Seminar percepatan FTZ di Kota
berapa dipulau Bintan. Masih didalam PP Tanjungpinang yang diadakan pada
tersebut juga dijelaskan bahwa di pulau tanggal 11 Desember 2013.
bintan dibagi menjadi dua daerah, yang 2. Promosi BPK Tanjungpinang di
pertama di kabupaten Bintan dan yang Moskow, Rusia bersama dengan
kedua di Kota Tanjungpinang. Selanjutnya dewan kawasan, BPK Bintan, dan BPK
di Kota Tanjungpinang ditentukan ada dua Karimun pada tanggal 22 – 26 oktober
kawasan FTZ, yaitu kawasan yang berada di 2013.
Senggarang dan kawasan Dompak. 3. Promosi BPK Tanjungpinang di Seoul,
Korea selatan bersama dengan Dewan
Implementasi Kebijakan Kawasan Kawasan, BPK Bintan, dan BPK
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Karimun pada tanggal 20 – 24
November 2013.

44 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


4. Promosi BPK Kota tanjungpinang di
Osaka, Jepang bersama dewan Investasi di FTZ Dompak dan Senggarang
kawasan, BPK Bintan dan BPK Beberapa Perusahaan yang mengajukan
Karimun pada tanggal 23 s/d 27 permohonan izin dan masih dalam proses
Desember 2013. perizinan yang dikoordinatori oleh BP2T
5. Perjalanan ke Singapura guna dan diterbitkan oleh BPK Tanjungpinang
menjalin kerjasama promisi dengan untuk menjadi anggota FTZ. Namun mulai
PO BP Batam yang ada di Singapura dari awal tahun 2014 ada beberapa investor
di laksanakan pada tanggal 2 s/d 5 yang mengajukan permohonan , yaitu
desember 2013. Pertama, PT. Lobindo Nusa Persada yang
menggeluti bidang Usaha Smelter dengan
Pola Koordinasi nilai investasi 500 Milyar. Kedua, PT. Bintan
Dalam mendukung pelaksanaan Erlangga Eka Raharja bidang usaha
FTZ, berkaitan dengan perizinan Badan Minuman beralkohol belum selesai
Pengusahaan Kawasan Tanjungpinang perizinannya. Berikut nama-nama
bekerja sama dengan dinas atau badan perusahaan yang sudah terdaftar dalam
terkait seperti Badan Pelayanan Perizinan proses perizinan menjadi anggota FTZ dan
Terpadu Kota Tanjungpinang dalam proses juga ada beberapa investor yang berminat
pemberian izin. Fungsi dari BPK sendiri menginvestasikan modalnya dalam
adalah mengkoordinir dan menetapkan Izin kawasan FTZ Tanjungpinang sebanyak 15
usaha yang khususnya berada di dua perusahaan.
kawasan FTZ, yaitu kawasan Dompak dan
kawasan Senggarang.

Tabel. 1
Perusahaan yang sudah terdaftar setelah FTZ

No Nama Modal Tenaga Kerja


1 PT. Cahaya Jaya Cipta 100 Juta 19

2 PT. Tanjungpinang Makmur 10,1 Milyar -

3 PT. Pembangunan KEPRI 56 Milyar -


4 Serba Lancar 20,5 Juta 20

5 PT. Lobindo Nusa Persada 1,5 juta -


Sumber; Badan Pengusahaan Kawasan Tanjungpinang, 2014.

Beberapa investasi dikawasan Dompak dan Rp.1,279,789,743,610 , seperti yang


Senggarang dari 605 dengan nilai investasi tercantum di table 2 bawah ini:

Tabel 2.
Nilai Investasi di Domapak dan Senggarang

No Nama perusahaan Nilai investasi/ Bidang usaha


Modal
1 Swargamaya inti abadi (PT) Rp. 4,000,000,000 Jasa (fee) atau kontrak

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 45


No Nama perusahaan Nilai investasi/ Bidang usaha
Modal
2 Sumber prima lestari, (PT) Rp. 200,000,000 Pertambangan bijih bauksit

3 Cakra indika, (PT) Rp. 100,000,000 Jasa biro perjalanan wisata


4 Bintan beton perkasa, (PT) Rp. 1,000,000,000 Industri barang dari semen

5 Tata motor perkasa, (CV) Rp. 500,000,000 Reparasi mobil


6 Jaya cipta graha abadi, (PT) Rp. 200,000,000 Konstruksi gedung tempat
tinggal
7 Graphika duta arya, (PT) Rp. 250,000,000 Konstruksi gedung tempat
tinggal
8 Santong jaya, (PT) Rp.3,000,000,000 Jasa pertambangan dan
penggalian lainnya
9 Detha prima, (PT) Rp. 5,000,000,000 Jasa (fee) atau kontrak
10 Wii surya semesta, (PT) Rp. 2,000,000,000 Perdagangan eceran jam
11 Mega buana atena, (PT) Rp. 1,000,000,000 Jasa (fee) atau kontrak
12 Palindo (PT) Rp. 50,000,000,000 Dasar balas jasa (fee) atau
kontrak
13 Serba jaya bestari, (PT) Rp. 6,000,000,000 Jasa (fee) atau kontrak
14 Rempang sarana bahari, Rp 1,500,000,000 Angkutan laut internasional
(PT) umum tramper untuk
penumpang

15 Puji jaya mandiri (PT) Rp.200,000,000 Jasa (fee) atau kontrak


Sumber : Badan Pengusahaan Kawasan Tanjungpinang 2014

Jika melihat daftar tabel diatas, Indonesia terkhusus diwilayah FTZ juga
sebenarnya minat investor untuk diakui oleh anggota DPRS Provinsi yang
menanamkan modalnya dikawasan FTZ juga sebagai pelaku usaha, Rudy Chua juga
Dompak atau Senggarang relatif tinggi, mengatakan hal senada.
akan tetapi minat yang tinggi belum diikuti Dia menyatakan, pertumbuhan
oleh perbaikan kelembagaan khususnya ekonomi Batam Bintan Karimun (BBK)
berkaitan dengan masalah pelayanan pasca berlakunya undang-undang 44, justru
perizinan. Dari kegiatan yang telah terkesan mundur. “Kita jauh ketinggalan
dilakukan sampai saat ini belum ada dibandingkan negara lainnya, seperti
investor yang memulai usahanya, hal Iskandar Muda Malaysia, Vietnam. Apalagi
tersebut dapat dilihat dari belum adanya jika dibandingkan dengan pertumbuhan
investor yang melakukan kegiatan industri ekonomi di RRC. Masih jauh ketinggalan,”
dikawasan FTZ tersebut. Persoalan ujar Rudy. (http://batampos.co.id/05-06-
pemberian izin salah satu yang menjadi 2014/ketua-kadin-kota-tanjungpinang-8-
penghambat hal tersebut belum terealisasi. tahun-ftz-pinang-mati-suri/)”
Persoalan perizinan merupakan hal Berdasarkan wawancara dengan
yang sangat menjadi perhatian dari para perwakilan Kadin Kota Tanjungpinang dan
investor dalam penanaman modal. salah satu anggota Badan Kawasan,
Lambatnya pertumbuhan industri di simpulkan bahwa masih adanya persoalan

46 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


tentang perizinan usaha, persoalan tersebut pertemuan-pertemuan yang menghasilkan
adalah pembagian kewenangan antara solusi yang dihadapi khususnya berkaitan
pemerintah daerah dan Badan Pengusahaan dengan kegiatan ekonomi.
Kawasan TPI. Selain faktor Internal, faktor
Berkaitan dengan pelaksanaan FTZ eksternal juga turut mempengaruhi geliat
Kota Tanjungpinang tidak berjalan perekonomian di Kepri. Pemberian insentif
sebagaimana mestinya. Dari hasil berupa pembebasan pajak melalui FTZ
wawancara dengan perwakilan Kadin Kota merupakan instrumen yang digunakan
Tanjungpinang dapat disimpulkan bahwa, pemerintah dalam menarik investasi di
memang secara teori berjalannya kegiatan Indonesia. Dengan pemberian insentif
industri disuatu wilayah maka secara tidak tersebut diharapkan akan menjadi faktor
langsung akan mempengaruhi kegiatan penarik bagi investor untuk menanamkan
ekonomi yang lainnya. Dengan berdirinya modalnya di Indonesia. Akan tetapi
industri maka kegiatan ekonomi lain seperti pemberian insentif berupa pembabasan
penyediaan jasa-jasa seperti tempat tinggal, pajak tidak hanya dilakukan oleh
transportasi, rumah makan, cleaning service pemerintah Indonesia, negara-negara lain
ataupun jasa-jasa lain yang berkaitan juga melakukan hal sama. Negara-negara
langsung dengan kegiatan industri tersebut, lain juga sama agresifnya dengan Indonesia
salah satunya adalah pelayanan ekspor- dalam menarik investasi, negara-negara
impor seperti pelabuhan. ASEAN seperti Singapura, Malaysia,
Dari hasil wawancara diatas juga Vietnam Thailand dan juga China
menyinggung soal kepemimpinan, merupakan negara yang relatif menjadi
pelaksanan FTZ tidak jalan karena faktor tujuan utama para investor dalam
kepemimpinan yang belum bisa mengambil menanamkan modalnya. Selain itu, dengan
kebijakan afirmatif yang bisa menarik disepakatinya perdagangan bebas ASEAN
perusahaan besar untuk investor di (AFTA) pada tahun 2015. Dengan
Tanjungpinang. Pendapat tersebut dapat berlakunya kesepatakan AFTA tersebut hal
dipahami ketika faktor kepemimpinan ini tentunya setiap negara telah
dalam hal ini adalah Wali Kota. Selain mempersiapkan segala hal yang
walikota sebagai anggota dewan kawasan di mendukung pelaksanaan kesepakatan
Bintan, walikota juga sebagai kepala tersebut. Mulai dari kelembagaan, regulasi
administratif dan politik di Kota yang konsisten, perizinan yang mudah-
Tanjungpinang. Dengan kekuasaan dan murah dan cepat, kesiapan infrastruktur
kewenangan yang dipunyai walikota, paling tentunya hal tersebut telah dipersiapkan
tidak dapat menyeselesaikan persoalan negara-negara ASEAN.
perizinan yang kalangan pengusahan nilai
terlalu berbelit. Melalui perbaikan birokrasi, Infrastruktur
persoalan pelayanan publik termasuk Dalam menciptakan kawasan
pelayanan perizinan tentunya akan industri, maka diperlukan infrastruktur
memberikan kemudahan bagi masyarakat guna menopang segala aktifitas kegiatan
atau para pelaku usaha. industri. Aktifitas industri membutuhkan
Selain itu hubungan pemerintah, kawasan yang akses transportasi, apakah
swasta, dan masyarakat juga kurang dalam bentuk jalan, jembatan maupun
bersinergis. Dengan melihat petikan pelabuhan. Selain itu juga suatu kawasan
wawancara dengan anggota Kadin diatas, industri membutuhkan ketersediaan air dan
mereka sebagai pelaku usaha merasa listrik untuk mendukung aktifitasnya. Akan
kurang diperhatikan dan merasa kurang tetapi dikawasan FTZ tanjungpinang
dilibatkan dalam forum-forum atau berdasarkan observasi yang peneliti dan

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 47


wawancara dengan anggota Dewan Padahal, lanjutnya, jika saja pemerinta
Kawasan Kepulauan Riau bahwa, belum bisa menyediakan lahan 20 hektar saja,
tersedia infrastruktur seperti tersebut diatas, perindustrian kecil bisa saja dibangun.
baik dikawasan dompak maupun “Dengan adanya industri, perekonomian
senggarang. di Tanjungpinang pasti terbantu.
Meskipun lokasi FTZ telah lapangan pekerjaan juga terbuka lebar,”
dipetakan, akan tetapi belum berjalan tutur Booby. Untuk itu, ia mengharapkan
dikarenkan status kepemilikan lahan peran aktif pemerintah dalam percepatan
tersebut dimiliki oleh perorangan atau FTZ. http://batampos.co.id/05-06-
perusahaan dengan luas lahan yang relatif 2014/ketua-kadin-kota-tanjungpinang-8-
luas. selain itu juga yang menjadi persoalan tahun-ftz-pinang-mati-suri/).
adalah terjadi masalah status kepemilikan
lahan yang tumpang tindih sehingga Selain persoalan lahan, penentuan
ketidakpastian hukum menjadi hal yang kawasan FTZ yang sifatnya tidak
dihindari oleh para pengusaha karena menyeluruh atau enclave hal tersebut akan
dikuatirkan mempunyai dampak yang berat menjadi hambatan tersediri dari
kedepannya. pelaksanaan kebijakan tersebut. Dengan
Persoalan lahan juga menjadi kawasan yang masih enclave menjadi
perhatian dari kalangan pengusaha, hambatan dalam arus distribusi barang
menurut bobby (ketua Kadin Kota antar kawasan FTZ dengan kawasan yang
Tanjungpinang) ; selama ini pemerintah tidak masuk FTZ.
selalu beralasan lahanlah yang menjadi Berdasarkan petikan wawancara
kendala. dengan perwakilan Kadin dan anggota
“Sebenarnya lahan itu tidak jadi Badan Pengusahaan kota Tanjungpinang,
masalah,” ujarnya. Bobby menyarankan dapat disimpulkan bahwa, FTZ yang berada
untuk menjalin kerja sama dengan para ditanjungpinang berbeda dengan FTZ
pemilik lahan tersebut. Sebab, dibatam, dibatam FTZ diterapkan secara
lanjutnya,mustahil jika berharap menyeluruh (pulau Batam). Sehingga
melakukan pembebasan lahan. pelaksanaan FTZ tidak terlalu sulit dalam
“Anggaran dari APBD tidak akan cukup. hal pengawasan terkait distribusi barang.
Butuh minimal Rp 800 Miliar untuk Selain itu manfaat dari FTZ benar-benar
membebaskan itu. Jadi lebih baik bekerja dapat dirasakan manfaatnya oleh
sama sajalah,” ujarnya. masyarakat yang ada diBatam dengan harga
barang-barang yang relatif lebih murah
Bobby melanjutkan, pemerintah karena tidak dikenai bea masuk. Berbeda
semestinya mendata lahan dan siapa saja halnya dengan Tanjungpinang jika memang
pemilik lahan itu. Selanjutnya, kata dia, nantinya telah berjalan dengan baik. ketika
ajaklah para pemilik lahan itu berdiskusi. kawasan FTZ secara enclave maka akan
Pada prinsipnya, pemilik lahan sangat muncul kesulitan tersendiri dalam hal
setuju jika pemerintah memang ingin pengawasan barang yang keluar dan masuk.
bekerja sama. “Tapi disini, pemerintah Disisi lain, kawasan kawasan FTZ tersebut
memang belum mengambil langkah itu,” dekat dengan pusat kota yang padat dengan
tuturnya. Ketiadaan lahan, kata Bobby, penduduk. Tentunya dengan kondisi seperti
menyebabkan banyak investor yang ini membutuhkan pengawasan yang ekstra
kemudian urung berinvestasi ke untuk memastikan bahwa barang atau jasa
Tanjungpinang. “Itu sangat disayangkan yang menikmati fasilitas bebas pajak
sekali,” ujarnya. memang benar-benar terdistribusi pada
kawasan FTZ.

48 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


4. Menyederhanakan proses perizinan.
Penutup Penataan Kelembagaan Badan
Kesimpulan Pengusahaan Kawasan Tanjungpinang
Pelaksanaan FTZ di Tanjungpinang 1996.
belum menunjukkan hasil yang
menggembirakan, belum ada kegiatan Daftar Pustaka
usaha atau industri di kedua wilayah yang Buku
telah ditetapkan yaitu di kawasan dompak Rozali Abdullah, pelaksanaan Otonomi
dan kawasan senggarang. Hal disebabkan Luas dengan Pemilihan Kepala Derah secara
oleh beberapa hal; Langsung, PT Raja Grafindo, 2005
1. Kepastian hukum dalam kepemilikan Abidin, Said Zainal. 2002. Kebijakan Publik.
lahan. Permasalahan Status lahan di Jakarta : Yayasan Pancur Siwah.
Kawasan FTZ, mengenai SK MENHUT Dunn, W William. 2000. Analisa kebijakan.
Yang menyatakan bahwa sebagian Jakarta: PT. Bumi Aksara
besar lahan diwilayah Tanjungpinang Nugroho, Riant D. 2003. Kebijakan Publik
khususnya kawasan FTZ adalah hutan Formulasi Implementasi dan Evaluasi.
lindung. Jakarta : PT.Elex Media Komputindo
2. Belum terbangunnya infrastruktur; Subarsono. 2008. Analisis Kebijakan Publik.
jalan, pelabuhan, terbatasnya suplai Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
listrik (wilayah Tanjungpinang dan Syafarudin. 2008. Efectivitas Kebijakan
terbatas air bersih. Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
3. Belum terbangun sinergisitas antara Wahab. Solichin Abdul. 1997. Analisis
Badan Pengusahaan Kawasan, Kebijaksanaan: dari Formula ke
Pemerintah Kota Tanjungpinang dan Implementasi Kebijaksanaan Negara.
pelaku Usaha. Jakarta: Bumi Aksara.
4. Beberapa program kegiatan terhambat Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik, Teori
dan tidak bisa dikerjakan terutama dan Proses. Jakarta: MedPress.
dalam hal yang menyangkut
kewenangan anggaran dan proses Peraturan Perundang-undangan
perizinan.
5. Kelembagaan BP Tanjungpinang yang Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
belum jelas, Ketidakjelasan status tentang Pemerintahan Daerah.
kelembagaan BPK Tanjungpinang telah
mengakibatkan sumber pendanaan baik Kajian Rencana Strategis FTZ BBK, 2007 dan
dari sumber APBN, APBD maupun Kajian RTR Kawasan BBK, 2008.
kerja sama swasta menjadi terhambat.
Peraturan Pemerintahan No.47 tahun 2007
Saran
tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan
1. secepatnya menyelesaikan status lahan
Pelabuhan Bebas Bintan.
kawasan dari status hutan lindung.
2. Mengupayakan pembangunan
PP No. 46 tahun 2007 Kawasan
infrastruktur, baik mengandalkan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
ABPD maupun APBD dan juga
Batam.
kersama dengan swasta.
3. membangun sinergisitas antara Badan PP No.48 tahun 2007 tentang Kawasan
Pengusahaan Kawasan, Pemerintah Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Kota Tanjungpinang dan pelaku Usaha. Karimun.

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 49


Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Dewan
Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas Bintan

Website:
http://batampos.co.id/05-06-2014/ketua-
kadin-kota-tanjungpinang-8-tahun-ftz-
pinang-mati-suri/).

50 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


Refleksi Pemisahan Tahapan Pemilihan Langsung Kepala Daerah
(Analisis isi Era Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005)

Suci Emilia Fitri


(Peneliti Kementrian Dalam Negeri)

Abstract:
New local elections system (Pilkada Langsung) is basically a part of efforts to further the process
towards a democratic institution, especially for improving the quality of democracy in the region to
meet regional autonomy effective and efficient. Election driven by the emergence of the phenomenon of
piracy authority of the people, followed by the emergence of abuse of power by legislators sebahagian the
period 1999 - 2004, direct elections under the auspices of Law No. 32 of 2004 and Government
Regulation 6 Year 2005 is the door to enter the era of true democracy in Indonesia. This study is
oriented to analyze the substance of the regulations.

Keywords:Local Election, democracy, Law, Government Regulation.

Pendahuluan fenomena munjulnya pembajakan otoritas


rakyat, disusul munculnya penyalahgunaan
Perubahan adalah sebuah
kekuasaan oleh sebahagian anggota DPRD
keniscayaan yang menentukan eksistensi
periode 1999 – 2004. Kalau sebelumnya
dan daya saing sebuah negara. Gerakan
korupsi tumbuh subur di wilayah eksekutif,
reformasi di maraknya isu Otonomi Daerah
sejak 1999 korupsi justru mengemuka di
dan Desentralisisasi di Indonesia menjadi
DPRD (ICW 2004 dalam Marijan).
bukti nyata untuk keniscayaan itu. dengan
Dalam konteks pembentukan
keluarnya Undang-Uundang (UU) nomor
aturan, maka produk hukum di Indonesia
32 tahun 2004, maka daerah memiliki
dibagi dalam dua kelompok yaitu legilasi
kewenangan untuk mengurus daerahnya
dan regulasi. Legilasi adalah sistem
sendiri. Seiring menigkatnya demokrasi di
pembentukan aturan hukum yang
Indonesia maka proses pemilihan kepala
diwujudkan dalam bentuk Undang-
daerah dilakukan dengan sistem baru yaitu
Undang dan Peraturan Daerah. Kedua
dipilih langsung oleh masyarakat sebagai
produk tersebut dalam proses
bentuk penyaluran aspirasi rakyat.
penetapannya melibatkan lembaga
Pemilihan kepala daerah secara
legislatif. Sementara regulasi yang dalam
langsung pada dasarnya juga merupakan
sistem aturan diwakili oleh Peraturan
bagian proses lanjut dari upaya
Pemerintah, Perpres dan produk eksekutif
kelembagaan menuju sebuah demokrasi,
lainnya tanpa melibatkan lembaga legislatif.
khususnya bagi peningkatan kualitas
Menurut definisi umum, pemilihan
demokrasi didaerah menyongsong
kepala daerah langsung adalah rakyat
pelaksanaan otonomi daerah yang efektif
memilih kepala daerahnya baik gubernur
dan efisien. Pilkada didorong oleh

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 51


maupun bupati/wali kota secara langsung yang diselenggarakan berdasarkan undang-
melalui mekanisme pemilihan umum, undang ini adalah Pilkada DKI Jakarta 2007.
sesuai kehendak yang diinginkannya, di Pilkada diselenggarakan oleh
mana rakyat tahu secara pasti profil calon Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
pemimpinnnya sehingga mempresentasikan dan KPU Kabupaten/Kota dengan diawasi
langsung sekaligus mendapatkan legitimasi oleh Panitia Pengawas Pemilihan Umum
yang kuat dari rakyat yang memilih. (Panwaslu) Provinsi dan Panwaslu
Dengan demikian, apa yang disebut sebagai Kabupaten/Kota. Khusus di Nanggroe Aceh
proses pengawasan dan perimbangan Darussalam, Pilkada diselenggarakan oleh
kekuasaan dalam sistem pemerintahan Komisi Independen Pemilihan (KIP) dengan
terlihat lebih adil. Area pelaksanaan UU 32 diawasi oleh Panitia Pengawas Pemilihan
tahun 2004 tentang pemilihan kepala daerah Aceh (Panwaslih Aceh). Berdasarkan
secara langsung mengubah bahkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004,
memperlemah peran dan fungsi DPRD peserta pilkada adalah pasangan calon yang
tingkat I maupun II. Sebab pemilihan tidak diusulkan oleh partai politik atau gabungan
lagi ditumpukkan berdasarkan asas partai politik. Ketentuan ini diubah dengan
keterwakilan, melainkan rakyat diberi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
kesempatan untuk berpatisipasi yang menyatakan bahwa peserta pilkada
menentukan pemimpinnya. juga dapat berasal dari pasangan calon
Pilkada adalah pemilihan umum perseorangan yang didukung oleh sejumlah
untuk memilih kepala daerah dan wakil orang. Undang-undang ini menindaklanjuti
kepala daerah secara langsung di Indonesia keputusan Mahkamah Konstitusi yang
oleh penduduk daerah setempat yang membatalkan beberapa pasal menyangkut
memenuhi syarat. Kepala daerah dan wakil peserta Pilkada dalam Undang-Undang
kepala daerah adalah (Wikipedia.com): Nomor 32 Tahun 2004. Khusus di Nanggroe
1) Gubernur dan Wakil Gubernur untuk Aceh Darussalam, peserta Pilkada juga
Provinsi dapat diusulkan oleh partai politik lokal
2) Bupati dan Wakil Bupati untuk (kpu.go.id).
Kabupaten PILKADA dalam konteks liberalisasi
3) Walikota dan Wakil Walikota untuk Kota politik, mengandung dua ilmplikasi
Sebelumnya, kepala daerah dan sekaligus yaitu implikasi positif dan negatif.
wakil kepala daerah dipilih oleh Dewan Implikasi positif terlihat dari sistem ini
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Dasar justru memberi bagi lahirnya penguatan
hukum penyelenggaraan pilkada adalah demokratisasi lokal yang tengah
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 berlangsung dalam pemerintahan daerah.
tentang Pemerintahan Daerah. Dalam Didalam sebuah peraturan yang dibuat oleh
undang-undang ini, pilkada (pemilihan pemerintah terdapat tahapan-tahapan yang
kepala daerah dan wakil kepala daerah) ada di dalam PILKADA yang terjadi di
belum dimasukkan dalam rezim pemilihan daerah. Dalam UU No 32 tahun 2004 dan
umum (pemilu). Pilkada pertama kali PP No 6 tahun 2005 adanya pemisahan
diselenggarakan pada bulan Juni 2005. Sejak dalam tahapan dalam pelaksanaan
berlakunya Undang-Undang Nomor 22 PILDAKA langsung di daerah.
Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemisahan tahapan tersebut
Pemilihan Umum, pilkada dimasukkan dijelaskan pasal demi pasal yang terdapat
dalam rezim pemilu, sehingga secara resmi dalam Peraturan Pemerintah No 6 tahun
bernama "pemilihan umum kepala daerah 2005. Diantaranya adalah persiapan
dan wakil kepala daerah". Pilkada pertama pemilihan, penetapan pemilih, kampanye,
pemungutan suara, penetapan calon

52 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


terpilih, pemantauan pilkada, ketentuan yang lain. Hampir semua disiplin ilmu
pidana pilkada. Dalam dua peraturan sosial dapat menggunakan analisis isi
tersebut terdapat penjelasan tentang sebagai teknik/metode penelitian. Holsti
pemisahan tahapan tersebut maka dari itu menunjukkan tiga bidang yang banyak
dalam penelitian ini dengan mengunakan mempergunakan analisis isi, yang besarnya
metode analisis isi peraturan pemerintah hampir 75% dari keseluruhan studi empirik,
(UU no 32 tahun 2004 dan PP no 6 tahun yaitu penelitian sosioantropologis (27,7
2005) penulis akan melihat “ Pemisahan persen), komunikasi umum (25,9%), dan
Tahapan Pemilihan Langsung Kepala ilmu politik (21,5%). sejalan dengan
Daerah melalui analisis isi UU no 32 tahun kemajuan teknologi, selain secara manual
2004 dan PP no. 6 tahun 2005). kini telah tersedia komputer untuk
Dari penjabaran di atas maka mempermudah proses penelitian analisis isi,
rumusan dari kajin ini adalah Bagaimana yang dapat terdiri atas 2 macam, yaitu
pemisahan tahapan dalam pemilihan perhitungan kata-kata, dan “kamus” yang
langsung kepala daerah dengan dapat ditandai yang sering disebut General
menganalisis peraturan pemerintah (UU No Inquirer Program.
32 tahun 2004 dan PP No 6 tahun 2005). Analisis isi tidak dapat diberlakukan
Dengan demikian, yang ingin dituju dari pada semua penelitian sosial. Analisis isi
kajian ini adalah Pertama mengetahui proses dapat dipergunakan jika memiliki syarat
pemisahan tahapan dalam pemilihan berikut :
langsung kepala daerah sesuai dengan UU 1. Data yang tersedia sebagian besar
No 32 tahun 2004 dan PP no 6 tahun 2005. terdiri dari bahan-bahan yang
Menganalisis bagaimana pemisahan terdokumentasi (buku, surat kabar, pita
tahapan dalam pemilihan langsung kepala rekaman, naskah/manuscript).
daerah sesuai dengan UU No 32 tahun 2004 2. Ada keterangan pelengkap atau
dan PP no 6 tahun 2005. kerangka teori tertentu yang
menerangkan tentang dan sebagai
Kajian Teori
metode pendekatan terhadap data
Analisisi isi (content analicys) tersebut.
merupakan penelitian yang bersifat 3. Peneliti memiliki kemampuan teknis
pembahasan mendalam terhadap isi suatu untuk mengolah bahan-bahan/data-
informasi tertulis atau tercetak dalam media data yang dikumpulkannya karena
massa. Analisis isi di pelopori oleh Harold sebagian dokumentasi tersebut bersifat
D. Lasswell, dengan memelopori teknik sangat khas/spesifik.
symbol coding, yaitu mencatat lambang Dalam menganalisis sebuah
atau pesan secara sistematis, kemudian dokumen yang merupakan peraturan dari
diberi interpretasi. Dan ada beberapa pemerintah apakah itu berupa UU atau PP
definisi metode analisis isi salah satu contoh analisis isi diharapkan mampu
Menurut Wimmer & Dominick (2000) mengungkapkan apa yang ingin diketahui
analisis isi didefinisikan sebagai suatu dan dikehendaki oleh sipeneliti. Maka dari
metode untuk mempelajari dan itu analisis isi merupakan salah satu
menganalisis komunikasi secara sistematik, medode yang tepat untuk digunakan karena
obyektif, dan kuantitatif terhadap pesan analisis isi merupakan metode yang
yang tampak (Bungin Burhan, hal 134). digunakan tidak hanya untuk mengamati isi
Analisis isi dapat digunakan untuk dokumen namun juga memberikan analisis
menganalisis semua bentuk komunikasi. isi pesan yang kumpulkan sebagai data.
Baik surat kabar, berita radio, iklan televisi Pesan- pesan tersebut tidak hanya yang
maupun semua bahan-bahan dokumentasi bersifat tersurat, namun berusaha mencari

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 53


makna yang tersirat dalam sebuah proses yang mempertemukan antara visi
dokumen. Maka hal itu xdapat dilakukan kandidat dan mandat dari konstituen
jika telah ditetapkan terlebih dahulu melalui melalui mediasi partai politik. Kontrak
unit yang lebih kontekstual atas objek kajian sosial memang bukanlah tempat untuk
tersebut. mengobral janji, melainkan sebagai arena
pembelajaran untuk memupuh
Pembahasan
akuntabilitas pemerintah lokal kepada
Pemisahan Tahapan dalam PILKADA masyarakat. Ketiga, proses pilkada secara
Pilkada secara langsung, seperti langsung memberikan ruang dan pilihan
halnya pemilihan umum, merupakan arena yang terbuka bagi masyarakat konstituen
masyarakat politik, tempat bagi masyarakat untuk menentukan calon pemimpin mereka
untuk mengorganisir kekuasaan dan meraih yang lebih hebat (memiliki kapasitas,
kontrol atas negara. Bagaimanapun pilkada integritas dan komitmen yang kuat) dan
secara langsung merupakan proses legitimate di mata masyarakat. Dengan
pemilihan dengam model demokratis, yang demikian, pilkada secara demokratis-
lebih unggul ketimbang model oligarkhis langsung ini akan memperkuat persetujuan
dalam DPRD atau model birokratis yang (legitimasi), sehingga ke depan pemimpin
diterapkan di era Orde Baru. Mau tidak baru itu mampu membuahkan keputusan-
mau model demokratis ini akan keputusan yang lebih fundamental dengan
menyingkirkan model pemilihan oligarkis dukungan dan kepercayaan dari
dan peran DPRD serta model birokratis dan masyarakat luas.
peran secara kelembagaan TNI maupun Menurut UU no 32 tahun 2004
birokrasi. diperkuat oleh PP no 6 tahun 2005, adanya
Ada beberapa keunggulan pilkada pemisahan dalam tahapan pemilihan
dengan model demokratis secara langsung. langsung kepala daerah. Tahapan yang
Pertama, pilkada secara langsung dapat dijabarkan dalam PP no 6 tahun 2005
memungkinkan proses yang lebih antara lain :
partisipatif, dengan melibatkan Masa persiapan pemilihan meliputi
partisipasimasyarakat konstituen yang lebih Persiapan Pemilihan,
luas, bukan sekadar melibatkan segelintir 1. Penyelenggara Pemilihan
orang secara oligarkhis dalam DPRD. 2. Penetapan Pemilih
Partisipasi jelas akan membuka voice, akses 3. Pendaftaran Dan Penetapan Pasangan
dan kontrol masyarakat yang lebih kuat Calon, Peserta Pemilihan
terhadap arena dan aktor yang terlibat 4. Pendaftaran Pasangan Calon
dalam proses pilkada. Dengan bahasa yang 5. Pemantauan Pilkada
lebih utopis, partisipasi secara langsung 6. Ketentuan Pidana Pilkada
merupakan prakondisi untuk mewujudkan Dalam pemisahan tahapan tersebut
kedaulatan rakyat dalam konteks politik dapat dilihat tahapan – tahapan yang ada
dan pemerintahan. Kedua, proses partisipatif dalam PILKADA langsung kepala daerah
memungkinkan terjadinya kontrak ini sebagimana dapat dijelaskan dalam unit
sosialantara kandidat, partai politik dan analisis dan kategori kelas, sehingga
konstituen. Kontrak sosial adalah sebuah tahapan tersebut dapat terlihat jelas.

Unit Analisis Dan Kategori

No. Unit Analisis Kategori


1. Pemilihan  Persiapan pemilihan
 Penyelengaraan pemilihan

54 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


No. Unit Analisis Kategori
2. Penetapan Pemilih  Penetapan Pemilih
 Pendaftaran dan penetapan calon
1. Peserta pemilihan
2. Pendaftaran pasangan calon
3. Penelitian pasangan calon
4. Penetapan dan pegumuman
pasangan calon
3. Kampanye  Kampanye
1. Pelaksanaan Kampanye
2. Bentuk Kampanye
3. Larangan Kampanye
4. Dana Kampanye
4. Pemungutan Suara  Pemungutan dan perhitungan suara
5. Penetapan Calon terpilih  Penetapan calon terpilih, pengesahan
dan pelantikan
6. Pemantauan Pilkada  Pengawasan dan Pemantauan
1. Pengawasan pemilihan
2. Pemantauan pemilihan
7. Ketentuan Pidana Pilkada  Pemberhentian kepala daerah dan
wakil kepala daerah

Defenisi Operasional kesempatan untuk berpatisipasi


menentukan pemimpinnya.
Pemisahan Tahapan Pemilihan Langsung
Pilkada adalah pemilihan umum
Kepala Daerah
untuk memilih kepala daerah dan wakil
Menurut definisi umum, pemilihan kepala daerah secara langsung di Indonesia
kepala daerah langsung adalah rakyat oleh penduduk daerah setempat yang
memilih kepala daerahnya baik gubernur memenuhi syarat. Kepala daerah dan wakil
maupun bupati/wali kota secara langsung kepala daerah adalah:
melalui mekanisme pemilihan umum, 4) Gubernur dan wakil gubernur untuk
sesuai kehendak yang diinginkannya, di provinsi
mana rakyat tahu secara pasti profil calon 5) Bupati dan wakil bupati untuk
pemimpinnnya sehingga mempresentasikan kabupaten
langsung sekaligus mendapatkan legitimasi 6) Walikota dan wakil walikota untuk kota
yang kuat dari rakyat yang memilih. Era sebelumnya, kepala daerah dan
Dengan demikian, apa yang disebut sebagai wakil kepala daerah dipilih oleh Dewan
proses pengawasan dan perimbangan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Dasar
kekuasaan dalam sistem pemerintahan hukum penyelenggaraan pilkada adalah
terlihat lebih adil. Area pelaksanaan UU 32 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tahun 2004 tentang pemilihan kepala daerah tentang Pemerintahan Daerah. Dalam
secara langsung mengubah bahkan undang-undang ini, pilkada (pemilihan
memperlemah peran dan fungsi DPRD kepala daerah dan wakil kepala daerah)
tingkat I maupun II. Sebab pemilihan tidak belum dimasukkan dalam rezim pemilihan
lagi ditumpukkan berdasarkan asas umum (pemilu). Pilkada pertama kali
keterwakilan, melainkan rakyat diberi diselenggarakan pada bulan Juni 2005. Sejak
berlakunya Undang-Undang Nomor 22

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 55


Tahun 2007 tentang Penyelenggara daerah produk pilkada langsung tidak lebih
Pemilihan Umum, pilkada dimasukkan baik dari para kepala daerah hasil pemilihan
dalam rezim pemilu, sehingga secara resmi oleh dewan. Ketiga, pilkada langsung
bernama "pemilihan umum kepala daerah banyak diwarnai praktik-praktik tidak sehat
dan wakil kepala daerah". Pilkada pertama seperti jual beli suara.
yang diselenggarakan berdasarkan undang- Suara masyarakat lokal yang
undang ini adalah Pilkada DKI Jakarta 2007. dipertemukan dalam kontrak sosial dengan
Wacana memutar balik “jarum jam visi calon kepala daerah melalui kampanye
sejarah” pemilihan kepala daerah, yakni yang lebih beradab dan dialogis. Akses
dengan relokasi pilkada dari langsung oleh berkaitan dengan peluang masyarakat
rakyat kembali diwakilkan kepada DPRD masuk terlibat dalam proses pilkada secara
belakangan ini tampaknya telah terbuka. Masyarakat harus memperoleh
memperoleh tambahan energi politik setelah informasi yang memadai dan terbuka
pemerintah melalui Mendagri juga akhirnya tentang siapa kandidat, track record masing-
berpikiran sama. Gagasan ini, bahkan sudah masing kandidat, dan proses seleksi hingga
masuk menjadi bagian penting dari materi penentuan daftar calon. Kandidat maupun
revisi UU 32/2004 tentang Pemerintahan partai politik mempunyai kewajiban
Daerah versi usulan pemerintah, meskipun menyampaikan informasi (sosialisasi) setiap
fokus usulannya hanya pada Pilkada kandidatnya secara terbuka kepada publik.
Gubernur. Sejumlah kalangan dan partai Di sisi lain, partai juga harus terbuka
politik bahkan mengusulkan agar baik di menerima kritik dan gugatan terhadap
tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, kandidat yang dinilai tidak berkualitas oleh
pilkada dikembalikan kepada dewan. masyarakat. Sedangkan kontrol adalah
Dari sisi konstitusi pikiran ruang dan kapasitas masyarakat yang
merekolasi pilkada ini memang tidak salah. terorganisir melakukan pemantauan
Sebab didalam Pasal 18 ayat (4) UUD 1945 terhadap proses pemilihan dari awal sampai
dinyatakan, bahwa “Gubernur, Bupati, dan akhir.
Walikota masing-masing sebagai kepala Di sisi lain, partai politik harus
pemerintahan daerah propinsi, kabupaten, mempromosikan kandidat yang berkualitas,
dan kota dipilih secara demokratis”. Jadi yakni yang memiliki kapasitas, integritas,
memang tidak ada kewaijban konstitusi legitimasi dan populer (dikenal) di mata
agar pilkada dilaksanakan secara langsung masyarakat. Empat prinsip ini satu
oleh rakyat. Teksnya adalah “dipilih secara kesatuan, tidak bisa dipisahkan satu sama
demokratis”, dan ini tentu saja bisa lain. Masyarakat sekarang sangat peka
langsung oleh rakyat, bisa juga oleh para terhadap persoalan kemampuan (kapasitas)
wakil rakyat di lembaga legislatif. para pejabat politik. Publik sekarang,
Alasan para pihak yang misalnya, sangat risau dengan latar
mengusulkan agar pilkada dikembalikan belakang sosial-ekonomi anggota parlemen
kepada dewan pada umumnya didasarkan yang sangat berpengaruh terhadap
pada 3 (tiga) pokok masalah berikut. kapasitas. “Yang benar saja. Masak preman,
Pertama, pilkada langsung terbukti tidak tukang batu, sopir, calo, bisa jadi DPRD.
efisien dilihat dari sisi anggaran. Kedua, Mereka tahu apa, Apa mereka mampu
pilkada langsung banyak memicu dan kapasitas kandidat kepala daerah tidak
melahirkan konflik horisontal dalam harus diukur dari tingkat pendidikan,
masyarakat, seringkali bahkan meskipun ini adalah ukuran nemerik paling
berkepanjangan. Sementara pada proses dan dasar. Masyarakat tidak perlu menentukan
hasilnya masih jauh dari ideal. Sebagian standar sarjana misalnya sebagai
orang bahkan melihat, bahwa para kepala persyaratan bagi kandidat.

56 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


Kemampuan bisa ditempa melalui heran kalau seleksi yang begitu ketat dan
otodidak atau belajar (pengalaman) yang banyak pertimbangan yang dilakukan oleh
panjang di tengah-tengah masyarakat, Komisi Pemilihan Umum untuk menjaga
bukan semata pengalaman yang lama di kualitas calon yang akan menjadi pemimpin
organisasi partai.Integritas berkaitan di daerahnya. Sebelum salah pilih mending
dengan moralitas dan visi kepribadian tahapan tersebut dilaksanakan dengan baik
kandidat kepala daerah yang bersangkutan. dan jelas.
Orang yang terbukti punya integritas tinggi
Daftar Pustaka
bila terbukti bermoral yang adiluhung,
jujur, mempunyai visi ideal tentang Indra J Piliang, Blue Print Otonomi Daerah
kemasyarakatan dan kenegaraan, berkiprah Indonesia. YHB Center.2006
sebagai pejuang kebenaran dan keadilan Amirudin & A Zaini Bisri, Pilkada
yang benar-benar teruji. Sebaliknya publik Langsung Problem dan Prospek (
bisa menilai seberapa besar integritas para Sketsa singkat perjalanan PILKADA
politisi karbitan yang secara instan masuk 2005 ). Pustaka Pelajar. 2006
menjadi kandidat. Kandidat yang terbukti
sebagai preman atau penjahat jelas tidak Sutoro Eko. Pilkada langsung konteks,
mempunyai integritas tinggi, dan karena itu proses dan implikasi
harus dihindari oleh partai politik, apalagi Wikipedia.com
oleh masyarakat.
UU No 32 tahun 2004 dan PP No. 6 tahun
Penutup 2005
Pilkada langsung dibawah naungan Kpu.go.id
UU np 32 Tahun 2004 dan PP No. 6 Tahun
2005 adalah pintu untuk memasuki era
demokrasi Indonesia yang sesungguhnya.
Legitimasi berarti pengakuan (penerimaan)
dari masyarakat, karena memang kandidat
yang bersangkutan mempunyai kandidat
dan integritas. Sama seperti legitimasi,
popularitas berarti kandidat yang
bersangkutan benar-benar mengenal dan
dikenal oleh berbagai komunitas
masyarakat. Popularitas di sini tidak hanya
berbicara “siapa” tetapi juga “apa” yang
dilakukan oleh siapa itu. Banyak orang
populer, dikenal luas oleh masyarakat,
karena sebagai selebritis atau sebagai
penghibur masyarakat. Secara subtansi,
sesungguhnya masyarakat lebih
mengharapkan popularitas karena
kapasitas, integritas dan legitimasi (Sutoro).
Melalui tahapan- tahapan yang telah
dijelaskan dalam UU dan PP maka
pemilihan langsung kepala daerah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
berlaku sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan dalam peraturan tersebut. Tidak

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 57


Kualitas Pelayanan Perizinan pada Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMP2T) Kota Padang

Dwi Kristanti
Purwaningdyah Murti
(UPBJJ-UT Padang)

Abstract:
This studyexamines thequality ofpublic servicesin theBoard of InvestmentandLicensing
Services(BPMP2T) Padang Town. The theoryis usedasa knifeanalysis in this studyisthe conceptofpublic
service, excellent serviceandquality of service. The approach
usedinthisresearchisquantitativedescriptiveapproach. The research data
wasobtainedthroughquestionnairesandobservationtechniques. The respondentsof this studyof 100
people. Descriptively, the qualityof serviceinBPMP2TPadang Town is good. Somevariableshave astrong
influenceinthe quality of services, such asphysicalVisibilityvariable, reliability, responsiveness.
Meanwhile, the variableability, decency, security, access, the quality of service,
communicationandunderstandingisveryweak.

Keywords: public service quality, BPMP2T Padang City

Latar Belakang salah satu tolak ukur bagi keberhasilan


pemerintah daerah dalam menjalankan
Dikeluarkannya paket kebijakaan
otonomi daerah. Pelayanan prima adalah
otonomi daerah yang ditetapkan dengan
pelayanan yang efektif, efisien, akuntabel,
Undang-Undang No. 22 dan 25 tahun 1999
responsif dan adil.
(jo) Undang-Undang No. 32 dan 33 Tahun
Dengan demikian, pelayanan
2004, telah membawa perubahan
publik menjadi salah satu aspek yang perlu
paradigma sentralisasi menuju
mendapatkan perhatian serius dari
desentralisasi. Otonomi daerah menurut
pemerintah daerah karena pada dasarnya
undang-undang di atas adalah kewenangan
pelayanan publik berkaitan erat dengan
daerah otonom untuk mengatur dan
legitimasi pemerintahan yang sedang
mengurus kepentingan masyarakat daerah
berkuasa. Ketidakpuasan warga terhadap
menurut prakarsa sendiri berdasarkan
praktik penyelenggaraan pelayanan publik
aspirasi masyarakat sesuai dengan
dapat memperkecil legitimasi kekuasaan
perundang-undangan.
dan membahayakan kelangsungan
Pada dasarnya pengelolaan
kekuasaan sebuah rezim pemerintahan
pemerintahan daerah yang berdaya guna
(Dwiyanto, 2005: 25). Oleh karena itu,
dan berhasil guna ditentukan oleh sejauh
pemerintah daerah selalu berupaya
mana pemerintah daerah tersebut mampu
meningkatkan kualitas pelayanan publik
memberikan pelayanan yang terbaik dan
dengan menerapkan berbagai sistem
optimal kepada seluruh lapisan
masyarakatnya. Pelayanan prima menjadi

58 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


pelayanan yang mampu mewujudkan diresmikan pada tanggal 12 Agustus 2009.
pelayanan prima. Dasar hukum kebijakan ini antara lain:
Setelah diberikannya otonomi a. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 24
daerah, diharapkan pemerintah lebih Tahun 2006 tentang Pedoman
kreatif dan inovatif menjalankan Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu
pemerintahan dan memberikan pelayanan Satu Pintu.
kepada masyarakat daerahnya sesuai b. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 20
dengan sumber daya yang dimiliki daerah, Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi
dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan Tata Kerja Pelayanan Perizinan
daerah tersebut. Tuntutan untuk Terpadu di Derah.
mengembangkan kreativitas dan keseriusan c. Keputusan Menteri Pendayagunaan
dalam pemberian pelayanan masyarakat ini Aparatur Negara No.
juga termasuk menyusun suatu standar 63/Kep/M.PAN/2003 tentang Pedoman
pelayanan bagi setiap instansi atau dinas di Umum Penyelenggaraan Pelayanan
daerah yang bertugas memberikan Publik.
pelayanan kepada masyarakat, terutama d. Peraturan Daerah No. 21 Tahun 2008
dinas yang mengeluarkan perizinan bagi tentang Pembentukan KP2T Kota
pelaku bisnis. Padang.
Secara hukum, pemerintah pusat Dalam perjalanananya BPMP2T
memberikan ruang kepada pemerintah bergabung dengan Badan Penanaman
daerah untuk mengembangkan sistem Modal, sehingga berubah nomenklatur
pelayanan terpadu (one stop service). menjadi Badan Penanaman Modal dan
Pemerintah telah menjamin pelaksanaan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMP2T)
penyelenggaraan pelayanan terpadu Kota Padang. Dalam usaha peningkatan
melalui UU No. 25 Tahun 2009 tentang pelayanan di BPMP2T Kota Padang
Pelayanan Publik. Menurut Pasal 9 UU No. masyarakat tidak lagi berurusan langsung
25 Tahun 2009 dinyatakan bahwa; ke instansi yang mengurus setiap jenis
“Dalam rangka mempermudah pelayanan. Segala persyaratan hanya
penyelenggaraan berbagai bentuk diserahkan kepada petugas di loket yang
pelayanan publik, dapat dilakukan telah ditunjuk. Hal ini untuk menekan
penyelenggaraan sistem pelayanan diskriminasi pelayanan dan pungli yang
terpadu.” menyebabkan image pemerintah daerah
buruk dan kepercayaan masyarakat rendah
Kota Padang menjawab tuntutan
terhadap pemerintah serta memudahkan
otonomi daerah tersebut dengan terus
masyarakat dalam berurusan.
berusaha untuk melakukan peningkatan
Sebagaimana yang diatur oleh
pelayanan publik terhadap masyarakatnya,
Perda Kota Padang No. 21 Tahu 2008, jenis-
salah satunya adalah dengan
jenis pelayanan yang dikelola oleh KP2T
diluncurkannya Kantor Pelayanan Perijinan
Kota Padang adalah:
Terpadu (BPMP2T) Kota Padang yang

Tabel 1. Jenis-jenis Pelayanan yang Dikelola BPMP2T Kota Padang


No Jenis Izin
1 Izin Gangguan (HO)
2 Surat Izin Tempat Usaha (SITU)
3 Izin Usaha Industri
4 Izin Usaha Angkutan Kendaraan Bermotor Umum

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 59


No Jenis Izin
5 Izin Trayek
6 Izin Usaha Pariwisata
7 Surat Izin Pertambangan Daerah (SIPD)
8 Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
9 Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
10 Tanda Daftar Gudang/Ruangan
Sumber: KP2T Kota Padang (2011)

Pemerintah Kota Padang telah upaya pemenuhan kebutuhan publik dan


berusaha dalam meningkatkan kualitas pelaksanaan ketentuan peraturan
pelayanan kepada masyarakat dengan perundang-undangan. Sedangkan pendapat
membuka Sistem Pelayanan Satu Pintu yang lain menyatakan bahwa pelayanan publik
dikelola oleh satu unit kerja yang diberi adalah pemenuhan kebutuhan dan
nama Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu. keinginan masyarakat oleh penyelenggara
Dimana dengan perubahan yang dilakukan negara. Negara didirikan oleh publik
tersebut diharapkan mampu mewujudkan (masyarakat) tentu saja dengan tujuan agar
kepuasan masyarakat akan adanya dapat meningkatkan kesejahteraan
pelayanan yang lebih adil (Sinambela, dkk, masyarakat.
2006: 118). Menurut UU No. 25 Tahun 2009
Berdasarkan hasil penelitan awal di tentang Pelayanan Publik, pelayanan publik
BPMP2T Kota Padang, peneliti mengamati didefinisikan sebagai berikut;
bahwa pelayanan perizinan masih belum “Pelayanan publik adalah kegiatan
seperti pelayanan di sektor swasta. atau rangkaian kegiatan dalam
Sedangkan, pelayanan di sektor swasta rangka pemenuhan kebutuhan
selalu dijadikan patokan untuk standar pelayanan sesuai dengan peraturan
kualitas pelayanan prima. Sistem Pelayanan perundang-undangan bagi setiap
Satu Pintu membutuhkan keseriusan dalam warga negara dan penduduk atas
tataran pelaksanaannya agar sistem tersebut barang, jasa, dan/atau pelayanan
dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, administratif yang disediakan oleh
maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti penyelenggara pelayanan publik.”
kualitas pelayanan publik pada BPMP2T
Senada dengan kedua pendapat
Kota Padang. Penelitian ini ingin menjawab
diatas, dalam Keputusan Menteri
dua pertanyaan besar, yaitu:
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63
1. Bagaimana kualitas pelayanan publik di
Tahun 2003 sebagaimana yang dikutip oleh
BPMP2T Kota Padang?
Ratminto dan Winarsih (2006: 25)
2. Faktor-faktor apa saja yang
menyatakan bahwa pelayanan publik
mempengaruhi kualitas pelayanan
adalah segala kegiatan pelayanan yang
publik di BPMP2T Kota Padang?
dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan
Kajian Teori publik sebagai upaya pemenuhan
kebutuhan penerima pelayanan maupun
Konsep Pelayanan Publik
pelaksanaan ketentuan peraturan
Menurut Mahmudi (2007: 213) perundang-undangan. Hakekat pelayanan
pelayanan publik adalah segala kegiatan publik ini adalah pemberian pelayanan
pelayanan yang dilaksanakan oleh prima kepada masyarakat yang merupakan
penyelenggara pelayanan publik sebagai

60 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


perwujudan kewajiban aparatur pemerintah informasi dan terhubung dengan
sebagai abdi masyarakat. masyarakat yang dilayaninya.
Dari beberapa pengertian di atas c. Kompetensi; kemampuan petugas
dapat disimpulkan secara umum pelayanan pelayanan dalam melayani masyarakat
publik atau pelayanan umum adalah segala pengguna jasa.
bentuk pelayanan, baik dalam bentuk d. Kesopanan; sikap petugas pelayanan
barang publik maupun jasa publik yang dalam memberikan pelayanan kepada
pada prinsipnya menjadi tanggung jawab masyarakat.
dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah, e. Kredibilitas; kemampuan petugas dan
dipusat, di daerah dan dilingkungan Badan institusi pelayanan dalam memberikan
Usaha Milik Negara, dalam rangka upaya output pelayanan yang sepadan dengan
pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun biaya yang sudah dikeluarkan
dalam rangka pelaksanaan ketentuan masyarakat pengguna jasa.
peraturan perundang-undangan. f. Ketampakan fisik; penampakan fisik dari
gedung, peralatan, pegawai dan fasilitas-
Kualitas Pelayanan
fasilitas lain yang dimiliki oleh institusi
Menurut Kamus Besar Bahasa pelayanan.
Indonesia (KBBI) kualitas dimaknai sebagai g. Reliabilitas; kemampuan penyelenggara
tingkat baik buruknya sesuatu (Pusat pelayanan untuk menyelenggarakan
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, pelayanan yang dijanjikan secara akurat.
2008: 823). Kualitas pelayanan publik h. Responsivitas; kerelaan untuk menolong
menyangkut baik atau buruknya pelayanan masyarakat dan menyelenggarakan
yang diberikan oleh sektor publik. Kualitas pelayanan secara ikhlas.
pelayanan publik harapan dan kenyataan i. Kepastian; pengetahuan dan
masyarakat pengguna jasa. Kualitas kemampuan institusi pelayanan dalam
pelayanan di sini mencakup berbagai aspek memberikan pelayanan sesuai dengan
yang meliputi produk, keramahan petugas. standar yang sudah ditentukan.
Untuk menganalisis kualitas pelayanan j. Empati; perlakukan atau perhatian
publik di BPMP2T Kota Padang, penelitian pribadi yang diberikan oleh aparatur
ini menggunakan kerangka konseptual pelayanan publik kepada masyarakat.
kualitas pelayanan yang dikemukakan oleh
Kerangka Berpikir
Parasuraman, Zeithaml dan Berry. Menurut
Parasuraman, Zeithaml dan Berry (1985) Kerangka berpikir dalam penelitian
kualitas pelayanan diperngaruhi oleh ini berangkat dari dugaan (hipotesis) bahwa
beberapa variabel berikut ini: kualitas pelayanan dipengaruhi oleh
a. Akses; keberadaan lokasi kantor atau variabel yang dikemukakan oleh
unit pelayanan. Semakin mudah Parasuraman, Zeithaml dan Berry (1985).
dijangkau lokasi unit pelayanan, semakin Secara skematis kerangka berpikir
berkualitas pelayanannya. penelitian ini sebagaimana yang terlihat
b. Komunikasi; cara yang digunakan oleh pada gambar berikut.
aparatur pelayanan untuk berbagi

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 61


Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian

Variabel Kualitas Pelayanan


1. Akses
2. Komunikasi
3. Kompetensi
4. Kesopanan
5. Kredibilitas Kualitas Pelayanan
6. Reliabilitas Publik
7. Responsivitas
8. Keamanan
9. Ketampakan fisik
10. Pengertian

BPMP2T Kota Padang mulai dari 1 Januari–


Metode Penelitian
September 2014. Berdasarkan data yang
Penelitian ini adalah merupakan diperoleh dari BPMP2T Kota Padang (2014),
penelitian pendekatan kuantitatif dengan jumlah populasi masyarakat yang dilayani
jenis penelitian deskriptif. Melalui adalah sebanyak 4.031 orang. Sedangkan
pendekatan ini diperoleh data-data yang sampel dalam penelitian ini diambil dengan
jelas yang memungkinkan kita untuk menggunakan rumus Frank Lynch:
melihat dan menjelaskan variabel yang
mempengaruhi kualitas pelayanan di
BPMP2T Kota Padang melalui Keterangan:
penganalisaan data-data dan angka-angka, n = Jumlah sampel
serta sebagai uraian dan penjelasan N = Populasi
mengenai aspek yang diteliti dari individu Z = Nilai variabel normal (1,96) untuk
yang membutuhkan layanan di satu pintu tingkat kepercayaan 95 %
di BPMP2T Kota Padang. Peneliti berusaha P = harga patokan tertinggi (0,50)
dan berupaya menelaah sebanyak mungkin E = sampling error (0,10)
data yang diteliti.
Populasi adalah wilayah generalisasi Adapun jumlah sampel yang
yang terdiri atas objek/subjek yang diperoleh dari rumus di atas adalah:
mempunyai kuantitas dan karakteristik Diketahui:
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari, diteliti dan kemudian ditarik N = 4.031 p = 0,50
kesimpulannya (Sugiyono, 2005: 55). Z = 1,96 E = 0,10
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh masyarakat pengguna jasa
pelayanan publik di BPMP2T Kota Padang.
n = 4.031(1,96)2. 0,50(1-0,50)
4.031(0,10)2 + (1,96)2(1-0,50)
Berhubung karena penelitian ini
= 4.031(3,84). 0,50(0,50)
dilaksanakan pada bulan September 2014,
4.031.0,01 + 3,84.0,50
maka populasi penelitian ini hanya
= 15.479,04.0,25
masyarakat pengguna jasa yang yang
40,31 + 1,92
terdata mengajukan permohonan izin di
= 3869,76

62 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


42,23
= 91,64 Ni = n x 100%
N
Jadi, berdasarkan rumus diatas, dari
Dengan acak sederhana dilakukan
4.031 populasi terdapat 92 orang sampel dan
dengan membuat angka atau nomor 1
untuk memudahkan dalam mencari sebaran
sampai dengan 5.063 di atas kertas seperti
sampel maka jumlahnya digenapkan
lot arisan. Dari nomor -nomor tersebut
menjadi 100 orang. Sedangkan untuk
dokocok dan ditebar diatas lantai kemudian
menentukan jumlah sampel masing-masing
mengambil 100 buah lot, unutk sampel.
jenis pelayanan catatan sipil dan surat izin
Maka distribusi sebaran sampel adalah:
usaha perdagangan digunakan rumus

Tabel 2.
Populasi dan Sampel Penelitian

No Jenis pelayanan Populasi Sampel


1 Izin Gangguan (HO) 1.743 43
2 Surat Izin Usaha Perdagangan 1.065 26
3 Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 1.113 28
4 Danda Daftar Usaha Pariwisata 57 1
(TDUP)
5 Izin Usaha Angkutan (IUA) 10 1
6 Izin Trayek 1 0
7 Tanda Daftar Gudang (TDG) 7 0
8 Izin Usaha Industri (IUI) 21 1
9 Tanda Daftar Industri (TDI) 8 0
10 Izin Usaha Pertambangan (IUP) 6 0
Total 4.031 100
Sumber: BPMP2T Kota Padang (2014)

Kota Padang. Dengan demikian dapat


Hasil dan Pembahasan
disimpulkan bahwa hubungan antara
Ketampakan Fisik variabel fasilitas dan peralatan, kebersihan
Berdasarkan hasil analisis data, dan penampilan pegawai, serta kecukupan
diperoleh angka korelasi antara dan kenyamanan ruang tunggu terhadap
ketampakan fisik dan kualitas pelayanan. kualitas pelayanan adalah cukup kuat dan
Adapun nilai besar korelasi masing- searah. Korelasi positif menunjukkan
masing variabel ketampakan fisik adalah hubungan antara variabel-variabel tersebut
sebesar 0,29 untuk variabel fasilitas dan dengan kualitas pelayanan cukup kuat
peralatan, -0,007 untuk variabel kebersihan karena angka sigifikansinya > 0,25 – 0,5.
dan kenyamanan, 0,337 untuk variabel Sedangkan, kebersihan dan kenyamanan,
kebersihan dan penampilan pegawai, 0,28 dan ketersediaan unit pengaduan
untuk variabel kecukupan dan hubungannya sangat lemah karena
kenyamanan ruang tunggu, -0.93 untuk korelasinya negatif.
ketersediaan unit pengaduan BPMP2T

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 63


Tabel 3.
Korelasi Ketampakan Fisik dan Kualitas Pelayanan

Variabel kebersihan dan


Reliabilitas
kenyamanan berkorelasi negatif dengan
kualitas pelayanan pada BPMP2T Kota Melalui hasil perhitungan SPSS,
Padang terjadi karena memang kondisi diperoleh angka korelasi antara reliabilitas
BPMP2T Kota Padang yang belum nyaman dan kualitas pelayanan. Adapun nilai besar
bagi masyarakat pengguna saja. BPMP2T korelasi masing-masing variabel reliabilitas
Kota Padang yang terletak di Jalan adalah sebesar 0,390 untuk variabel
Sudirman Kota Padang masih menumpang ketepatan informasi yang diberikan oleh
di bangunan ex. SMA 1 Padang, sehingga pegawai BPMP2T Kota Padang dan 0,404
tempatnya kurang representatif dan kompensasi perbaikan pelayanan yang
nyaman. Hal ini dikeluhkan oleh diberikan oleh BPMP2T Kota Padang jika
masyarakat pengguna jasa. Selain itu, dari terjadi kesalahan dalam pelayanan. Artinya,
pantauan di lokasi penelitian juga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara
ditemukan bahwa BPMP2T Kota Padang variabel reliabilitas dan kualitas pelayanan
belum menyediakan unit pengaduan adalah cukup kuat dan searah. Korelasi
sehingga masyarakat menilai negatif positif menunjukkan hubungan antara
terhadap aspek ketersediaan unit variabel-variabel tersebut dengan kualitas
pengaduan. pelayanan cukup kuat karena angka
sigifikansinya > 0,25 – 0,5.

64 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


Tabel 4.
Korelasi Reliabilitas dan Kualitas Pelayanan

Responsivitas memenuhi kebutuhan pelanggan, dan 0,214


untuk variabel kecepatan dalam
Hasil analisis data berikut ini
memberikan respon terhadap kebutuhan
menghasilkan angka korelasi antara
pelanggan. Dengan demikian dapat
responsivitas dan kualitas pelayanan.
disimpulkan bahwa hubungan antara
Adapun nilai besar korelasi masing-masing
variabel responsivitas terhadap kualitas
variabel responsivitas adalah sebesar 0,20
pelayanan adalah cukup kuat karena angka
untuk variabel pemberian perhatian khusus
sigifikansinya > 0,25 – 0,5.
kepada setiap masyarakat pengguna jasa,
0,496 untuk variabel daya tanggap dalam
Tabel 5.
Korelasi Responsivitas dan Kualitas Pelayanan

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 65


Kompetensi variabel kemampuan pegawai dalam
melaksanakan tugas terhadap kualitas
Berdasarkan hasil analisis data
pelayanan adalah sangat kuat dan searah.
berikut ini, diperoleh angka korelasi antara
Korelasi positif menunjukkan hubungan
kompetensi dan kualitas pelayanan.
antara variabel-variabel tersebut dengan
Adapun nilai besar korelasi masing-masing
kualitas pelayanan sangat kuat karena
variabel kompetensi adalah sebesar 1 untuk
angka sigifikansinya > 0,75 – 1. Sedangkan
variabel kemampuan pegawai BPMP2T
hubungan antara kemampuan pegawai
Kota Padang dalam melaksanakan tugas
BPMP2T Kota Padang menerjemahkan
dan 0,081 untuk variabel kemampuan
aturan dengan kualitas pelayanan adalah
pegawai BPMP2T Kota Padang
sangat lemah karena angka signifikansinya
menerjemahkan aturan. Dengan demikian
berada pada 0 – 0,25.
dapat disimpulkan bahwa hubungan antara
Tabel 6.
Korelasi Kompetensi Pegawai dan Kualitas Pelayanan

semua masyarakat. Dapat disimpulkan


Kesopanan
bahwa hubungan antara variabel kesopanan
Setelah melakukan perhitungan pegawai BPMP2T Kota Padang dalam
melalui SPSS, diperoleh angka korelasi melaksanakan tugas terhadap kualitas
antara variabel kesopanan dan kualitas pelayanan adalah sangat lemah. Hubungan
pelayanan. Adapun nilai besar korelasi antara variabel kesopanan pegawai
masing-masing variabel kesopanan adalah BPMP2T Kota Padang dalam melaksanakan
sebesar 0,018 untuk variabel keramahan dan tugas dengan kualitas pelayanan sangat
kesopanan pegawai BPMP2T Kota Padang lemah karena angka sigifikansinya berada
dalam melaksanakan tugas dan -0,089 untuk pada 0 – 0,25.
variabel persamaan perlakukan terhadap

66 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


Tabel 7.
Korelasi Kesopanan dan Kualitas Pelayanan

Kredibilitas pelayanan terhadap kualitas pelayanan.


Dapat disimpulkan bahwa hubungan antara
Setelah melakukan perhitungan
variabel kesopanan pegawai BPMP2T Kota
melalui SPSS, diperoleh angka korelasi
Padang dalam melaksanakan tugas terhadap
antara variabel kredibilitas dan kualitas
kualitas pelayanan adalah sangat lemah.
pelayanan. Adapun nilai besar korelasi
Hubungan antara variabel kredibilitas
masing-masing variabel kredibilitas adalah
dengan kualitas pelayanan sangat lemah
sebesar 0,138 untuk variabel kesesuaian
karena angka sigifikansinya berada pada 0 –
produk pelayanan dengan harapan
0,25.
masyarakat dan -0,007 untuk variabel
kesesuaian biaya pelayanan dengan produk

Tabel 8.
Korelasi Kredibilitas dan Kualitas Pelayanan

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 67


Keamanan disimpulkan bahwa hubungan antara
variabel keamanan lingkungan pelayanan
Dari hasil perhitungan SPSS
BPMP2T Kota Padang terhadap kualitas
diketahui bahwa nilai besar korelasi
pelayanan adalah sangat lemah. Hubungan
masing-masing variabel keamanan adalah
antara variabel keamanan dengan kualitas
sebesar 0,144 untuk variabel keamanan
pelayanan sangat lemah karena angka
ruang tunggu pelayanan BPMP2T Kota
sigifikansinya berada pada 0 – 0,25.
Padang dan -0,166 untuk variabel keamanan
tempat parkir BPMP2T Kota Padang. Dapat
Tabel 9.
Korelasi Keamanan Lingkungan Pelayanan dan Kualitas Pelayanan

Akses alur pelayanan, dan 0,162 untuk variabel


ketersediaan sarana dan prasarana
Dari hasil perhitungan SPSS
pendukung pelayanan publik di BPMP2T
diketahui bahwa nilai besar korelasi
Kota Padang. Artinya, hubungan antara
masing-masing variabel akses adalah
variabel akses terhadap kualitas pelayanan
sebesar 0,177 untuk variabel kemudahan
adalah sangat lemah. Hubungan antara
masyarakat berhubungan dengan pegawai
variabel akses dengan kualitas pelayanan
BPMP2T Kota Padang, -0,140 untuk variabel
sangat lemah karena angka sigifikansinya
keterjangkauan lokasi pelayanan, -0,106
berada pada 0 – 0,25.
untuk variabel kesederhanaan prosedur dan

68 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


Tabel 10.
Korelasi Akses Pelayanan dan Kualitas Pelayanan

Komunikasi hubungan antara variabel penggunaan


teknologi informasi pelayanan dan variabel
Analisis SPSS menunjukkan bahwa
penjelasan terhadap prosedur dan
nilai besar korelasi masing-masing variabel
mekanisme pelayanan terhadap kualitas
komunikasi adalah sebesar -0,111 untuk
pelayanan adalah sangat lemah karena < 0 –
variabel penggunaan teknologi informasi
0,25. Sedangkan, hubungan variabel
pelayanan, -0,038 untuk variabel penjelasan
kesediaan pegawai BPMP2T Kota Padang
terhadap prosedur dan mekanisme
untuk meminta maaf kepada masyarakat
pelayanan, dan 0,296 untuk variabel
jika terjadi kesalahan dengan kualitas
kesediaan pegawai BPMP2T Kota Padang
pelayanan adalah cukup kuat karena berada
untuk meminta maaf kepada masyarakat
pada taraf signifikansi > 0,25- 0,5.
jika terjadi kesalahan. Dengan demikian,
Tabel 11.
Korelasi Komunikasi dan Kualitas Pelayanan

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 69


Pengertian BPMP2T Kota Padang untuk masyarakat
yang kurang paham dengan prosedur
Setelah melakukan analisis dengan
pelayanan, dan 0,107 untuk variabel
menggunaka SPSS diketahui hubungan
pengertian yang baik yang diberikan oleh
antara variabel pengertian dengan kualitas
pegawai BPMP2T Kota Padang untuk
pelayanan. Data berikut ini menunjukkan
masyarakat yang belum melengkapi
bahwa nilai besar korelasi masing-masing
persyaratan pelayanan. Dengan demikian,
variabel pengertian adalah sebesar -0,070
hubungan antara variabel pengertian
untuk variabel pengertian yang baik yang
terhadap kualitas pelayanan adalah sangat
diberikan oleh pegawai BPMP2T Kota
lemah karena berada pada angka < 0 – 0,25.
Padang, 0,018 untuk variabel pengertian
yang baik yang diberikan oleh pegawai

Tabel 12.
Korelasi Pengertian dan Kualitas Pelayanan

1. Hubungan antara variabel fasilitas dan


Penutup
peralatan, kebersihan dan penampilan
Dari hasil penelitian ini dapat pegawai, serta kecukupan dan
disimpulkan beberapa hal yang terkait kenyamanan ruang tunggu terhadap
dengan variabel-variabel penelitian sebagai kualitas pelayanan adalah cukup kuat
berikut: dan searah. Sedangkan, kebersihan dan

70 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


kenyamanan, dan ketersediaan unit agar pelayanan di BPMP2T Kota Padang
pengaduan hubungannya sangat lemah semakin meningkat:
karena korelasinya negatif. 1. Memindahkan lokasi BPMP2T Kota
2. Hubungan antara variabel reliabilitas Padang ke tempat baru yang lebih
dan kualitas pelayanan adalah cukup representatif, bersih dan nyaman.
kuat dan searah. 2. Menyediakan unit pengaduan atau
3. Hubungan antara variabel responsivitas komplain sehingga masyarakat dapat
terhadap kualitas pelayanan adalah memberikan masukan kepada BPMP2T
cukup kuat. Kota Padang.
4. Hubungan antara variabel kemampuan 3. Meningkatkan kemampuan aparatur
pegawai dalam melaksanakan tugas pelayanan publik dengan cara
terhadap kualitas pelayanan adalah memberikan pelatihan pelayanan prima,
sangat kuat dan searah. Sedangkan baik secara reguler maupun non-reguler.
hubungan antara kemampuan pegawai 4. mengintensifkan penggunaan teknologi
BPMP2T Kota Padang menerjemahkan informasi dan komunikasi untuk
aturan dengan kualitas pelayanan adalah menunjang pelayanan publik.
sangat lemah.
Daftar Pustaka
5. Hubungan antara variabel kesopanan
pegawai BPMP2T Kota Padang dalam Dwiyanto, Agus (Editor), “Mengapa
melaksanakan tugas terhadap kualitas Pelayanan Publik?”, Mewujudkan
pelayanan adalah sangat lemah. Good Governance Melalui Pelayanan
6. Hubungan antara variabel kesopanan Publik,Editor: Agus
pegawai BPMP2T Kota Padang dalam Dwiyanto,Yogyakarta: Gajah Mada
melaksanakan tugas terhadap kualitas University Press, 2006.
pelayanan adalah sangat lemah. Keputusan Menteri Pendayagunaan
7. Hubungan antara variabel keamanan Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003
lingkungan pelayanan BPMP2T Kota tentang Pedoman Umum
Padang terhadap kualitas pelayanan Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
adalah sangat lemah.
8. Hubungan antara variabel akses Mahmudi, Manajemen Kinerja Sektor
terhadap kualitas pelayanan adalah Publik,Yogyakarta: UPP STIM YKPN,
sangat lemah. 2007.
9. Hubungan antara variabel penggunaan Moenir, H.A.S, Manajemen Pelayanan Umum
teknologi informasi pelayanan dan di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara,
variabel penjelasan terhadap prosedur 1995.
dan mekanisme pelayanan terhadap
Patton, Patricia, Pelayanan Sepenuh Hati,
kualitas pelayanan adalah sangat lemah.
Penerjemah: Hermes, Jakarta: Pustaka
Sedangkan, hubungan variabel kesediaan
Delantara, 1998.
pegawai BPMP2T Kota Padang untuk
meminta maaf kepada masyarakat jika Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 24
terjadi kesalahan dengan kualitas Tahun 2006 tentang Pedoman
pelayanan adalah cukup kuat. Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu
10.Hubungan antara variabel pengertian Satu Pintu.
terhadap kualitas pelayanan adalah
Parasuraman, A., Valarie A. Zeithaml dan
sangat lemah.
Leonard L. Berry. A Conceptual
Berikut ini ada beberapa hal yang
Model of Service Quality and Its
disarankan kepada BPMP2T Kota Padang

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 71


Implication for Future Research.
Journal of Marketing 49(4): 41-50, 1985.
Prianto, Agus, Menakar Kualitas Pelayanan
Publik, Malang: In-Trans, 2006.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008.
Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pusat Bahasa.
Rasyid, Ryaas, Makna Pemerintahan: Tinjauan
Dari Segi Etika dan Kepemimpinan,
Jakarta: Sarif Watampone, 1997.
Rasyid, M. Ryass, Desentralisasi dan Otonomi
Daerah, Jakarta: LIPI Press, 2005.
Ratminto dan Atik Septi Winarsih,
Manajemen Pelayanan,Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2005.
Riwu Kaho, Josef, Prospek Otonomi Daerah di
Negara Republik Indonesia, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2003.
Sampara, Lukman, Manajemen Kualitas
Pelayanan, Jakarta: STIA-LAN, 1999.
Sinambela, Lijan Poltak, dkk, Reformasi
Pelayanan Publik (Teori, Kebijakan dan
Implementasi), Jakarta: Bumi Aksara,
2007.
Sugioyono, Statistik untuk Penelitian,
Bandung: Alfabeta, 2005.
Tan, Melly G., Penggunaan Data
Quantitative, Metode Penelitian
Masyarakat, Editor: Koentjaraningrat,
Jakarta: Gramedia, 1994.
UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik.
Yulianti, Rina, “Strategi SDM dan Pelayanan
Prima di Kota Cilegon”, Proceeding
Simposium Nasional Otonomi
Daerah di Jurusan Ilmu Administrasi
Negara FISIP Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa Banten, 2011.

72 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


Biografi Penulis

pendidikan Magisternya pada Program


Herayni Darosa,Alumni Jurusan Ilmu
Magister Administrasi Publik di Universitas
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
Gajah Mada.
dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja
Ali Haji. Tri Samnuzulsari, merupakan Dosen Tetap
pada Jurusan Sosiologi FISIP Universitas
Agus Hendrayady, Lahir di Tanjungpinang 5
Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang.
Agustus 1973. Dosen Tetap pada Jurusan
Penulis menamatkan pendidikan Sarjana di
llmu Administrasi Negara FISIP Universitas
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
Maritim Raja Ali Haji ini memperoleh gelar
pada program studi Sosiologi tahun 2007.
Sarjana dan Master nya pada Universitas
Kemudian penulis melanjutkan gelar
Tanjung Pura pada bidang kajian Ilmu
masternya tahun 2009 pada program studi
Administrasi Negara.
Sosiologi dengan konsentrasi Kebijakan
Wahjoe Pangestoeti, merupakan Dosen Kesejahteraan Sosial di Universitas Gadjah
Tetap pada Jurusan Ilmu Administrasi Mada.
Negara Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Wayu Eko Yudiatmaja, pria kelahiran 1 Juli
Penulis kelahiran Bojonegoro tanggal 13
1987 ini merupakan Dosen Tetap di Jurusan
September 1970 ini merupakan lulusan
Ilmu Administrasi Negara Universitas
Universitas Brawijaya Malang untuk
Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang
program Sarjana dan Magisternya.
KEPRI. Penulis menawatkan pendidikan
Fitri Kurnianingsing, Lahir di sarjana pada program Ilmu Administrasi
tanjungpinang 16 Maret 1987. Negara Universitas Andalas tahun 2010 dan
Menyelesaikan S1 pada tahun 2008 dan S2 melanjutkan studi Masternya pada program
tahun 2010 di Universitas Pasundan Manajemen dan Kebijakan Publik
Bandung. Saat ini belaiu sedang menjalani Universitas Gadjah Mada pada tahun 2010
rogram Doktoral di Universitas yang sama. dan menamatkannya pada tahun 2012
Edison, Penulis kelahiran Sumatera Barat 30 dengan predikat Cumlaude.
Desember 1986 ini adalah Dosen Pada Kustiawan. Lulusan Program Pasca Sarjana
Jurusan Ilmu Administrasi Negara ini kajian Ilmu Politik dari Kokushikan
Universitas Maritim Raja Ali Haji sejak University Tokyo Jepang ini adalah Dosen
tahun 2014. Dia menamatkan pendidikan tetap Program Studi Ilmu Pemerintahan
Sarjana pada Universitas Negeri Padang FISIP Universitas Maritim Raja Ali Haji.
pada Program Studi Ilmu Administrasi
Imam Yudhi Prastya. Pria kelahiran
Negara di tahun 2009. Sedangkan gelar
Wonosobo 2 Juli 1983 ini menyelesaikan
Master Of Public Administration diperoleh
pendidikan Sarjana dari Universitas
dari Universitas Gadjah Mada pada tahun
Muhammadiyah Yogyakarta dan
2012.
memproleh gelar Master of Public
I Putu Dharmanu Yudhartaadalah Dosen Administration dari UGM. Penulis saat ini
pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara Dosen tetap pada Program Studi Ilmu
Universitas Udayana Bali. Penulis Administrasi Negara FISIP Universitas
memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Maritim Raja Ali Haji
Jember untuk Program Ilmu Administrasi
Negara. Pada tahun 2012 menyelesaikan

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 73


Suci Emilia Fitri, adalah pegawai fungsional Dwi Kristanti, Penulis adalah lulusan
di Kementrian Dalam Negeri Republik Pascasarjana FISIPOL Universitas Gajah
Indonesia. Penulis memperoleh gelar Mada untuk Studi Manajemen dan
Sarjana Administrasi Publik dari Universitas Kebijakan Publik. Saat ini penulis tercatan
Negeri Padang pada tahun 2009 dan sebagai Dosen aktif pada UPBJJ-UT Padang.
melanjutkan ke Universitas Gajah Mada
Purwaningdyah Murti, Penulis merupakan
hingga menyandang gelar Master of Public
Dosen aktif pada UPBJJ-UT Padang.
Administration (MPA) pada tahun 2011.

74 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai