Anda di halaman 1dari 2

HAL 245-253 :

 PRASANGKA BERDASARKAN GENDER (Seksisme)

Seksisme ini merujuk pada stigma stigma masyarakat mengenai peran laki-laki dan perempuan. Lebih
dari setengah populasi dunia adalah perempuan. walaupun faktanya demikian, banyak budaya masih
memper- lakukan wanita sebagai kelompok minoritas. Mereka tidak ibatkan dalam kegiatan ekonomi
dan politik; mereka telah menjadi korban feestip negatif yang kuat; dan mereka telah menghadapi
diskriminasi yang jelas dalam berbagai aspek kehidupan di tempat kerja, pendidikan yang lebih tinggi,
berubah setidaknya di beberapa negara dan pada derajat tertentu. Praktik diskri- dan pemerintahan
(Fisher, 1992; Heilman, Block, & Lucas, 1992). seksisme (sexism)-prasangka berdasarkan gender terus
memberikan efek yang buruk bagi wanita di berbagai negara (contoh Glick dkk, 2000). Karena prasangka
berdasarkan gender mempengaruhi lebih banyak individu daripada prasangka lain (lebih dari setengah
umat manusia), sehingga tentunya layak memperoleh perhatian kita.

 SEKSISME YANG KERAS MAUPUN HALUS


Ada 2 bentuk seksisme atau prasangka berdasarkan gender,Yaitu :
1.seksisme yang penuh kebencian (hostile sexism)
Adalah pandangan bahwa wanita, jika tidak inferior daripada pria, memiliki banyak sifat negatif
(contoh, mereka ingin diistimewakan, terlalu sensitif, atau berusaha merebut kekuasaan dari
pria yang tidak sepantasnya dan tak seharusnya mereka miliki)
2. seksisme bentuk halus (benevolent sexism)
Adalah pandangan yang menyatakan bahwa wanita pantas memperoleh perlindungan, superior
dibandingkan pria dalam berbagai hal (contoh, mereka lebih murni, memiliki selera lebih baik),
dan diperlukan untuk kebahagiaan pria (contoh, tidak ada pria yang utuh kecuali ia memiliki
wanita yang ia puja dalam hidupnya).

 DASAR KOGNITIF SEKSISME


Dasar kognitif seksisme ada 2,Yaitu stereotip gender dan penghargaan yang berbeda.
-Stereotip gender
adalah keyakinan tentang karakteristik yang seharusnya dimiliki oleh wanita dan pria. Sebagai
contoh, sisi positif pada stereotip gender bagi wanita adalah wanita dipandang baik, keibuan,
dan penuh pengertian. Sisi negatifnya, mereka dipandang sulit mengambil keputusan, pasif, dan
terlalu emosional. Serupa dengan pria, pria dipandang memiliki trait positif dan negatif (contoh,
mereka dipandang tegas, asertif, dan aktif, tetapi juga agresif, tidak sensitif, dan arogan; Hosada
& Stone, dalam publikasi).
- penghargaan yang berbeda
Jackson, Esses, dan Burris (2001) menyatakan bahwa variabel lain yang tentunya berbeda,juga
penting. Secara khusus, baik wanita dan pria mengekspresikan penghargaan yang lebih tinggi
kepada pria. Mungkin karena pria terus menerus memegang posisi dengan kekuasaan yang
lebih besar dan status yang lebih tinggi di dalam masyarakat. Penghargaan yang lebih tinggi
untuk pria merefleksikan perbedaan- perbedaan ini.
 DISKRIMINASI TERHADAP PEREMPUAN :
Perempuan seringkali mendapatkan diskriminasi yang halus namun mematikan oleh
masyarakat,meskipun saat ini diskriminasi adalah sesuatu yang illegal di berbagai Negara namun
wanita terus menerus berada di posisi yang relatif tidak Saat ini, diskriminasi berdasarkan
gender adalah sesuatu yang ilegal pekerjaan dengan status dan bayaran yang rendah (Fisher,
1992). Berikut ini adalah factor hambatan dan kekuatan tersamar lain dalam berbagai konteks
yaitu sebagai berikut :

1. PERAN HARAPAN
Satu faktor yang menentukan pergerakan kaum pempan melibatkan harapan mereka
sendiri. Secara umum, wanita tampaknya memilik harapan yang lebih rendah terhadap
karir mereka daripada laki-laki.

2. PERAN KEYAKINAN DAN PERSEPSI DIRI


Keyakinan, yang sering kali disebut, adalah sebuah prediktor yang paling baik bagi
kesuksesan.Orang yang berharap sukses sering kali sukses; mereka yang berpikir akan
gagal menemukan bahwa dugaan tersebut menjadi kenyataan. Sayangnya, wanita
cenderung mengekspresikan kepercayaan diri yang lebih rendah daripada pria dalam
berbagai situasi yang berhubungan dengan prestasi, mungkin karena mereka adalah
korban dari seksisme dalam situasi tersebut.

3. REAKSI NEGATIF TERHADAP OTORITAS PEREMPUAN


ketika wanita menjadi pemimpin, mereka cenderung menerima evaluasi yang lebih
buruk dari bawahannya daripada pria (Butler & Geis, 1990; Eagly, Makhijani, & Klonsky,
1992). Hal ini khususnya benar bagi pemimpin perempuan yang mengadopsi gaya
kepemimpinan yang dipandang stereotip maskulin (otokratik, mengarahkan)di bidang di
mana sebagian besar pemimpin adalah laki-laki, dan ketika orang yang mengevaluasi
pemimpin tersebut adalah laki-laki. Penemuan ini menyatakan bahwa wanita terus
menerus menghadapi tekanan yang tersamar bahkan ketika mereka mencapai posisi
kepemimpinan dan otoritas (Kent & Moss, 1994)

4. PERBEDAAN GENDER DALAM MENDAKI TANGGA PERUSAHAAN: GLASS CEILING DAN DI


ATASNYA.
keberadaan sebuah "glass ceiling"-hambatan terakhir yang mencegah wanita, sebagai
sebuah kelompok, untuk mencapai posisi teratas dalam berbagai perusaha- an Lebih
formalnya, Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat telah mendefinisi kan "glass
crilling" sebagai "hambatan-hambatan palsu berdasarkan bias sikap atau organisasi yang
menghambat individu berkualitas untuk mencapai kemajuan dalam organisasinya
(Departemen Tenaga Kerja, 1991).

Anda mungkin juga menyukai