DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 8
TAHUN 2024
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
Anemia adalah keadaan yang menunjukan rendahnya hitung sel darah merah, kadar
hemoglobin, dan hematokrit dibawa normal. Anemia bukan merupakan suatu penyakit tunggal,
melainkan merupakan pencerminan terhadap keadaan suatu penyakit atau gangguan pada
fungsi tubuh. Secara fisiologis, anemia terjadi apa bila terhadap kekurangan jumlah hemoglobin
untuk mengangkat oksigen ke jaringan. Prevelensi anemia di Indonesia menurut kelompok
populasi paling sering terjdi pada populasi wanita dewasa hamil dengan prevelensi 50-70%, di
ikuti wanita dewasa tidak hamil 30-40%, laki-laki dewasa 20-30%, dan anak-anak usia sekolah
25-35% (Handayani & Haribowo, 2008).
Anemia sel sabit merupakan suatu kelainan pada darah akibat perubahan asam amino ke-6
pada rantai protein globin.Hal ini menyebabkan terbentuknya hemoglobin S (HbS) dan
perubahan bentuk sel darah merah menjadi serupa dengan sabit.Pada penyakit sel sabit, sel
darah merah memiliki hemoglobin (protein pengangkut oksigen) yang bentuknya abnormal,
sehingga mengurangi jumlah oksigen di dalam sel dan menyebabkan bentuk sel menjadi
seperti sabit. Sel yang berbentuk sabit menyumbat dan merusak pembuluh darah terkecil dalam
limpa, ginjal, otak, tulang dan organ lainnya serta menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen
ke organ tersebut. Sel sabit ini rapuh dan akan pecah pada saat melewati pembuluh darah,
menyebabkan anemia berat, penyumbatan aliran darah, kerusakan organ dan mungkin
kematian.
2. Etiologi
Anemia sel sabit adalah gangguan resesif autosomal yang disebabkan pewarisan dua salinan
gen hemoglobin defektif, masing-masing satu dari orang tua. Hemoglobin yang cacat tersebut,
yang disebut hemoglobin S (HbS), menjadi kaku dan membentuk konfigurasi seperti sabit jika
terpajan oksigen berkadar rendah. Tekanan oksidatif juga memicu produksi hasil akhir glikasi
yang masuk ke dalam sirkulasi, sehingga memperburuk proses patologi vaskular pada individu
yang mengidap anemia sel sabit. Sel darah merah pada anemia sel sabit ini kehilangan
kemampuan untuk bergerak dengan mudah melewati pembuluh yang sempit dan akibatnya
terperangkap di dalam mikrosirkulasi. Hal ini menyebabkan penyumbatan aliran darah ke
jaringan di bawahnya, akibatnya timbul nyeri karena iskemia jaringan. Meskipun bentuk sel
sabit ini bersifat reversible atau dapat kembali ke bentuk semula jika saturasi hemoglobin
kembali normal, sel sabit sangat rapuh dan banyak yang sudah hancur di dalam pembuluh yang
sangat kecil, sehingga menyebabkan anenia, Sel-sel yang telah hancur disaring dan
dipindahkan dari sirkulasi ke dalam limpa, kondisi ini mengakibatkan limpa bekerja lebih berat.
Jaringan parut dan kadang-kadang infark (sel yang sudah mati) dari berbagai organ, terutama
limpa dan tulang. dapat terjadi. Disfungsi multiorgan sering terjadi setelah beberapa tahun.Hal-
hal yang dapat menjadi penyebab anemia sel sabit adalah: (Price A Sylvia, 1995, hal: 239)
a) Infeksi
b) Disfungsi jantung
c) Disfungsi paru.
d) Anastesi umum
e) Dataran tinggi
f) Menyelam
3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang timbul akibat dari anemia sel sabit adalah penyumbatan pembuluh
darah dengan manifestasi sebagai berikut:
a.Infark pada berbagai organ seperti ginjal, paru-paru dan susunan saraf.
b. Pada anak berupa kegagalan untuk tumbuh dengan normal, gangguan pertumbuhan. dan
perkembangan serta sering terserang infeksi bakteri khuhusnya infeksi pneumokok
c.Limpa membesar tetapi karena adanya infrak berulang menyebabkan limpa menjadi atrofi dan
tidak berfungsi sebelum anak mencapai 8 tahun. Proses ini disebut sebagai outosplenektomi.
Kepekaan terhadap infeksi menetap selama hidup.
d. Tangan dan kaki bengkak terasa sakit, meradang (sindrom tangan dan kaki yang dikenal
sebagai daktilitis) terlihat pada sekitar 20%-30%anak-anak berumur 2 tahun. Daktilitis di
akibatkan oleh iskemia dan infrak tulang metakarpal serta tulang metatarsal keadaan tersebut
disertai oleh demam.
e. Krisis sel sabit. Krisis yang menyakitkan rekuren dan melemahkan merupakan. penyebab
utama morbiditas penyakit sel sabit.
f. Tanda-tanda pada jantung akibat anemia seperti takikardia atau bising sering terjadi, Dapat
juga terjadi pembesaran jantungdan payah jantung kongestif.
g.Subscribe with a free trial.Pada ginjal dapat terjadi gangguan kemampuan pemekatan urine.
Infrak berulang dapat mengakibatkan nekrosis papila dan hematuria.
h. Pada paru sering terjadi infeksi paru yang berulang.Tukak tungkai kronis di atas mata kaiki
dan sepanjang permukaan medial tibia
4. Komplikasi
Komplikasi anemia sel sabit meliputi infeksi, hipoksia dan iskemia, episode thrombosis, stroke,
gagal ginjal, dan priapiosmus (nyeri abnormal dan ereksi penis terus menerus).Pasien dengan
anemia sel sabit biasanya rentan terhadap infeksi, terutama pneumonia dan osteomielitis.
Mereka dapat mengalami krisis aplastika dengan infeksi dan dapat menderita batu kandung
empedu (akibat peningkatan hemolisis yang menyebabkan batubilirubun) dan ulkus tungkai.
Ulkus dapat bersifat kronis dan nyeri serta memerlukan tandur kulit. Infeksi merupakan
penyebab kematian utama.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap: retikulosit (jumlah darah bervariasi dari 30%- 50%), leukositos
(khususnya pada krisis vaso oklusit) penurunan Hb/Ht dan total SDM.
b. Pemeriksaan pewarnaan SDM: menunjukkan sabit sebagian atau lengkap, sel bentuk bulan
sabit.Tes tabung turbiditas sabit: pemeriksaan rutin yang menentukan adanya hemoglobin S,
tetapi tidak membedakan antara anemia sel sabit dan sifat yang diwariskan (trait).
e. LED: meningkat.
h LDH meningkat.
6. Penatalaksanaan
Sekitar 60% pasien anemia sel sabit mendapat serangan nyeri yang berat hampir terus-
menerus dan terjadinya anemia sel sabit selain dapat disebabkan karena infeksi dapat juga
disebabkan oleh beberapa faktor misalnya perubahan suhu yang ekstrim, stress fisis atau
emosional lebih sering serangan ini terjadi secara mendadak.Pada kehamilan usahakan agar
Hb berkisar sekitar 10-12 g/dl pada trimester ketiga. Kadar Hb perlu dinaikkan hingga 12-14 g/dl
sebelum operasi. Penyuluhan sebelum memilih teman hidup adalah penting untuk mencegah
keturunan yang homozigot dan mengurangi kemungkinan heterozigot.Sampai saat ini belum
diketahui ada pengobatan yang dapat memperbaiki pembentukan sabit, karena itu pengobatan
secara primer ditujukan untuk pencegahan dan penunjang. Karena infeksi tampaknya
mencetuskan krisis sel sabit, pengobatan ditekankan pada pencegahan infeksi, deteksi dini dan
pengobatan segera setiap ada infeksi pengobatan akan mencakup pemberian antibiotik dan
hidrasi dengan cepat dan dengan dosis yang besar. Pemberian oksigen hanya dilakukan bila
penderita mengalami hipoksia. Nyeri hebat yang terjadi secara sendiri maupun sekunder
terhadap adanya infeksi dapat mengenai setiap bagian tubuh. Tranfusi hanya diperlukan
selama terjadi krisis aplastik atau hemolitis.
7.Patofisiologi
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SARIPUTRA INDONESIA
TOMOHON
Allo Anamnese :
I. IDENTIFIKASI
A. KLIEN
NAMA INITIAL :Ny M.A
TEMPAT /TGL LAHIR(UMUR) : TOMOHON, 30-03-1993
JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI PEREMPUAN
STATUS PERKAWINAN : Menikah
JUMLAH ANAK :1
AGAMA/SUKU : Kristen
WARGA NEGARA : INDONESIA ASING
BAHASA YANG DIGUNAKAN : INDONESIA
DAERAH…………………………………………………………..
ASING……………………………………………………………….
PENDIDIKAN : SMA
PEKERJAAN : IRT
B. PENANGGUNG JAWAB
H. GENOGRAM :
IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN (11 GORDON)
1. DATA OBJEKTIF
a. Observasi
Kebersihan rambut : bersih
Kulit Kepala : bersih
Kebersihan Kulit : bersih
Higiene rongga mulut : bersih
Kebersihan genitalia : bersih
Kebersihan anus : bersih
TANDA/SCAR VAKSINASI : BCG Cacar
c. Pemeriksaan Diagnostik
LaborL
d. Terapi :
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
2. Data Obyektif
a. Observasi
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
b. Pemeriksaan Fisik
Peristaltik usus :...............x/menit
Palpasi Suprapubica: kandung kemih Penuh Kosong
Nyeri ketuk ginjal : Kiri Negatif Positif
Kanan Negatif Positif
Mulut Uretra : ........................................................................................
Anus :
Peradangan : Negatif Positif
Fissura : Negatif Positif
Hemorhoid : Negatif Positif
c. Pemeriksaan diagnostik
Laboratorium :
Lain-lain
d. Terapi : ...................................................................................................................
................................................................................................................................
.................................................................................................................................
2. Data Objektif
a. Observasi
Aktivitas harian :
Makan 2
Mandi 2 0: Mandiri
4 : Bantuan penuh
Mobilisasi di tempat tidur 2
b. Pemeriksaan fisik
JVP :.........................cmH2O.Ksimpulan.....................................................
Perfusi pembuluh perifer kuku:..................................................................
Thoraks dan Pernapasan
Inspeksi : Bentuk thorax: simetris
Stridor : Negatif Positif
Dyspnoe d”Effort : Negatif Positif
Kanan 1 2 3 4 5
Reflex Fisiologik :…………………………………………………………………………
Reflex Patologik : Babinski,Kiri Negatif Positif
Babinski Kanan, Negatif Positif
Clubing jari-jari : Negatif Positif
Varices Tungkai : Negatif Positif
Columna Vertebralis
Inspeksi : Kelainan bentuk …………………………………………………………..
Palpasi : Nyeri tekan Negatif Positif
N III-IV-VI :……………………………………………………………………………………
N VIII Romberg Test : Negatif Positif
N XI : ……………………………………………………………………………………………
Kaku Kuduk : ……………………………………………………………………………….
c. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium
Lain-lain
d. Terapi :
………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………….
b. Terapi
……………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………………….
2. Data Obyektif
a. Observasi
Pasien tidak menggunakan alat bantu,kemampuan bicara baik,orientas terhadap
waktu juga baik
b. Pemeriksaan Fisik
Penglihatan
Cornea :………………………………………………………
Visus :………………………………………………………
Pupil : ……………………………………………………..
Lensa mata : ……………………………………………………..
Tekanan Intra Ocular( TIO) :………………………………………………………
Pendengaran
Pina :…………………………………………………………………..
Canalis :…………………………………………………………………..
Membran Tympani :……………………………………………………………………
Tes Pendengaran :……………………………………………………………………
Pengenalan rasa posisi pada gerakan lengan dan tungkai
………………………………………………………………………………………………………………..
NI :…………………………………………………………………..
N II :……………………………………………………………………
N V Sensorik :…………………………………………………………………..
N VIII Pendengaran :……………………………………………………………………
Tes Rombeg :………………………………………………………………….
c. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium
Lain-lain
d. Terapi
………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………
2. Data Obyektif
a. Observasi
Kontak mata : …………………………………………………………………..
Rentang perhatian :……………………………………………………………………
Suara dan cara berbicara :…………………………………………………………………..
Postur Tubuh :…………………………………………………………………..
b. Pemeriksaan Fisik
Kelainan Bawaan yang nyata: ……………………………………………………………………………….
Abdomen : Bentuk :…………………………………………………………………..
Bayangan vena :………………………………………………………………….
Bayangan massa:…………………………………………………………………..
Kulit : Lesi kulit : …………………………………………………………………
Penggunaan Protesa : Hidung Payudara
Lengan Tungkai
Lain-lain
d. Terapi :
……………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………..
c. Terapi
………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………..
( )
KLASIFIKASI DATA
NO DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF
pasien mengatakan badannya lemas -konjungtiva pucat
- pasien mengatakan sakit di bagian
dada sebelah kiri -Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg
S : 36,5oC
N : 82 x/menit
R : 24 x/menit
HB: 5,9 g/dl
-Turgor kulit kurang elastis
PATOFLOW /PENYIMPANGAN KDM
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NAMA/UMUR :Ny M.A
RUMAH SAKIT : BETHESDA TOMOHON
RUANG/KAMAR : MAWAR 2
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NAMA JELAS
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan
dengan penurunan konsentrasi Hb dan darah, suplai
oksigen berkurang ditandai dengan
Ds:
- pasien mengatakan badannya lemas
- pasien mengatakan sakit di bagian dada sebelah kiri
Do:
-konjungtiva pucat
-Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg
S : 36,5c
N : 90 x/menit
R : 20 x/menit
HB: 5,9 g/dl
-Turgor kulit kurang elastis
ASUHAN KEPERAWATAN
DI UNIT RAWAT INAP RS: BETHESDA TOMOHON
NAMA PASIEN :Ny M.A RUANGAN:MAWAR2 NO RM :………………………………
P: intervensi di lanjutka