Oleh:
Fitrah Noor Pratama Budi Putra, S. Ked
1930912310102
Pembimbing:
Dr. dr. I Nyoman Suarjana, Sp. PD-KR, FINASIM
Laporan Kasus
Oleh:
Fitrah Noor Pratama Budi Putra, S. Ked
1930912310102
Pembimbing:
Dr. dr. I Nyoman Suarjana, Sp. PD-KR, FINASIM
.……………………….
Dr. dr. I Nyoman Suarjana, Sp. PD-KR, FINASIM
.………………………
Dr. dr. I Nyoman Suarjana, Sp. PD-KR, FINASIM
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................... ii
DAFTAR TABEL................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................. 1
BAB 3 PEMBAHASAN................................................................ 20
BAB 4 PENUTUP.......................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 32
DAFTAR TABEL
iii
Tabel Halaman
iv
1
BAB 1
PENDAHULUAN
2-6 kasus per 1 juta penduduk pada negara-negara Eropa. Namun di Asia
dikatakan bahwa insiden penyakit ini lebih besar yaitu berkisar 6-14 kasus per 1
juta penduduk.2
pada sel induk (seed theory), kerusakan lingkungan mikro (soil theory) dan
obatobatan, bahan kimia, radiasi ion, infeksi, dan kelainan imunologis. 3 Anemia
Diperkirakan sekitar 170 juta orang di dunia telah terinfeksi secara kronik oleh
HCV. Prevalensi global infeksi HCV adalah 2,9%. Menurut data WHO angka
mengingat geografis yang sangat luas. Selain itu terdapat juga variasi hasil
Faktor-faktor yang terkait erat dengan terjadinya infeksi HCV adalah penggunaan
narkoba suntik (injection drug user, IDU) dan menerima tranfusi darah sebelum
tahun 1990. Tingkat ekonomi yang rendah, perilaku seksual resiko tinggi, tingkat
edukasi yang rendah (kurang dari 12 tahun), bercerai atau hidup terpisah dengan
pasangan resmi. Transmisi dari ibu ke anak bisa saja terjadi tatapi lebih sering
terkait dengan adanya ko-infeksi bersama HIV-1 yang alasannya belum jelas.
Infeksi saluran nafas bawah masih menjadi masalah utama dalam bidang
bawah sebagai infeksi penyebab kematian paling sering di dunia dengan hampir
3,5 juta kematian per tahun. Pneumonia dan influenza didapatkan sebagai
pneumonia, HAP).8,9
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan yang disebabkan karena
adanya invasi bakteri pada saluran kemih. Infeksi saluran kemih disebabkan oleh
Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik pria maupun wanita dari semua umur
baik anak, remaja, dewasa maupun umur lanjut. Wanita lebih sering terinfeksi dari
Berikut akan disampaikan sebuah laporan kasus pasien dengan diagnosis anemia
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1 ANAMNESIS
Pasien atas nama Ny. NH, usia 59 tahun masuk rumah sakit pada tanggal 9 maret
2021 dengan keluhan utama berupa lemas. Pasien mengeluhkan lemas sejak + 3
hari sebelum masuk RS. Pasien mengatakan merasa lemas seperti ini dikarenakan
didiagnosis sejak 1 tahun yang lalu. Pasien rutin mendapatkan transfusi daraf dan
sekitar 1 bulan yang lalu. Pasien dirujuk dari RS ansari saleh ke RS ulin
Pasien juga mengeluhkan demam sejak 1 hari sebelum masuk RS. Pasien tidak
pernah megukur suhu tubuhnya dan tidak mengkonsumsi obat penurun demam.
Pasien mengeluhkan batuk berdahak + 2 hari sebelum masuk RS. Batuk tidak
mengganggu aktivitas, dahak berwarna kuning, tidak disertai darah, pilek, sesak
Pasien menyangkal adanya perdarahan gusi, hidung atau kulit. Nafsu makan baik,
BAB normal.
5
tahun yang lalu dan rutin mengkonsumsi amlodipin 10 mg. Operasi hemoroid + 3
Riwayat penyakit keluarga, ibu dan ayah menderita hipertensi dan stroke.
Keadaan umum tampak sakit sedang, berat badan 57 kg, tinggi badan 155 cm dan
IMT 22,3 kg/m2. Kesadaran compos mentis dengan GCS E4V5M6, tekanan darah
120/70 mmHg, nadi 107 kali/menit, frekuensi napas 18 kali/menit, suhu aksila
38,2oC, saturasi oksigen 97% tanpa suplementasi O2. Pada pemeriksaan kepala
leher didapatkan konjungtiva tampak pucat, JVP 5+3 cmH2O. Pemeriksaan thorax
didapatkan bentuk dada normal, simetris dan suara nafas dasar vesikuler dan ronki
dan wheezing tidak ditemukan. Pemeriksaan jantung didapatkan ictus cordis tidak
terlihat, thrill tidak teraba, suara jantung S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur.
perkusi terdengar suara timpani pada semua regio abdomen. Pada pemeriksaan
ekstremitas akral teraba hangat, semua sendi dapat digerakkan tanpa ada batasa
serta tidak didapatkan edema ekstremitas superior dan inferior. Pulsasi a. dorsalis
pedis, a. poplitea, dan a. femoralis masih teraba, tidak didapatkan nyeri tekan.
Pada pemeriksaan motorik dan sensorik kedua ektremitas superior dan inferior
HEPATITIS
Hbsag Non reaktif - -
Anti HCV Reaktif - -
makroskopis kejernihan agak keruh, darah samar 1+ dan leukosit 1+, pada
URINALISA
MAKROSKOPIS
Warna Kuning Kuning mg/dL
Kejernihan Agak keruh Jernih mg/dL
Berat Jenis 1.015 1.005 - 1.030 -
pH 7.0 5.0 - 6.5 -
Keton Negatif Negatif -
Protein-Albumin Negatif Negatif -
Glukosa Negatif Negatif -
Bilirubin Negatif Negatif -
Darah Samar 1+ Negatif -
Nitrit Negatif Negatuf -
Urobilinogen 0,2 0.1 - 1.0 -
Leukosit 1+ Negatif -
SEDIMEN URIN
Leukosit 20-25 0–3 /LPB
Eritrosit 1-2 0–2 /LPB
Epithel 1+ 1+ -
Kristal Negatif Negatif -
Silinder Negatif Negatif -
Bakteri 1+ Negatif -
Lain-lain Negatif Negatif -
Pada pemeriksaan darah lengkap tanggal 13 maret 2021 ditemukan Hb 10.0 g/dl,
eritrosit 3.55 juta/uL, hematokrit 31.2%, trombosit 9 ribu/uL.
Hasil Pemeriksaan Darah Lengkap 13/03/2021
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 10.0 14.0 – 18.0 g/dL
8
Pada pemeriksaan darah lengkap tanggal 14 maret 2021 ditemukan Hb 10.2 g/dl,
leukosit 3.5 ribu/uL, eritrosit 3.59 juta/uL, hematokrit 31.3%, trombosit 7 ribu/uL.
Hasil Pemeriksaan Darah Lengkap 14/03/2021
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 10.0 14.0 – 18.0 g/dL
Leukosit 4.7 4.0 – 10.5 ribu/uL
Eritrosit 3.55 4.10 – 6.00 juta/uL
Hematokrit 31.2 42.0 – 52.0 %
Trombosit 9 150 – 450 rb/ul
RDW-CV 14.7 12.1 – 14.0 %
9
Kesan
Sumsum tulang tampak hiposeluler. Aktivitas ketiga sistem hematopoiesis
menurun, dengan rasio M:E nya 4,95 : 1. Tidak didapatkan sel asing dan
peningkatan sel blast di dalam sumsum tulang maupun darah tepi. Didapatkan
peningkatan infiltrasi limfosit matur (42,5) di dalam sumsum tulang, dengan darah
tepi pansitopenia dan neutropenia.
Kesimpulan
Anemia aplastik
Pada pemeriksaan darah lengkap tanggal 17 maret 2021 ditemukan Hb 10.0 g/dl,
leukosit 2,4 ribu/uL, eritrosit 3.53 juta/uL, hematokrit 30,8%, trombosit 60
ribu/uL.
11
Pasien datang dengan keluhan utama berupa lemas. Pasien mengeluhkan lemas
sejak + 3 hari sebelum masuk RS. Pasien mengatakan merasa lemas seperti ini
banyak di atas tempat tidur karena lemas. Pasien merupakan penderita anemia
aplastik didiagnosis sejak 1 tahun yang lalu. Pasien rutin mendapatkan transfusi
transfusi PRC sekitar 1 bulan yang lalu. Pasien dirujuk dari RS ansari saleh ke RS
ulin Banjarmasin via poliklinik dan diberikan obat metil prednisolon 16 mg 2 kali
12
sehari dan obat imuran 2 kali sehari sudah dikonsumsi + 2 minggu. Pasien juga
mengeluhkan demam sejak 1 hari sebelum masuk RS. Pasien tidak pernah
Pasien mengeluhkan batuk berdahak + 2 hari sebelum masuk RS. Batuk tidak
mengganggu aktivitas, dahak berwarna kuning, tidak disertai darah, pilek, sesak
urin jadi lebih pekat.Pasien menyangkal adanya perdarahan gusi, hidung atau
kulit. Nafsu makan baik, BAB normal. Riwayat penyakit dahulu pasien mengaku
memiliki riwayat hipertensi + sejak 3 tahun yang lalu dan rutin mengkonsumsi
amlodipin 10 mg. Operasi hemoroid + 3 tahun yang lalu, diabetes melitus dan
hepatitis disangkal Riwayat penyakit keluarga, ibu dan ayah menderita hipertensi
dan stroke.
Keadaan umum tampak sakit sedang. Suhu aksila didaptkan 38,2oC. Pada
pemeriksaan kepala leher didapatkan konjungtiva tampak pucat, JVP 5+3 cmH2O.
anemia aplastik.
10 Maret 2021
Subjective Objective Assesment Planning
1. Badan lemas 1. GCS 456 1. Pansitopenia ec 1. Diet TKTP
(<) 2. TD 120/70 Anemia aplastic Lunak
2. Pendarahan 3. N 98 x/m 2. Elevated Liver 2. IVFD NS 0,9%
(<) 4. RR 20 x/m Enzym 1500cc/24 jam
3. Demam (<) 5. T 36,9 C 2.1 hepatitis 3. Inj.
6. Konj. Pucat Infection Methilprednisol
(+) 2.1.1 hepatitis C on 2x125 mg
7. Hb 7,9, Eri 2.2 related to (H2)
2,75 juta, Ht anemia 4. Transfusi PRC
24,6%,, leu 2,9 3. acute febrile 1 kolf/12 jam
ribu, trombosit illness + Cough (hb>8)
10 ribu 3.1 pneumonia 5. Inj. ceftazidime
3.1.1 bacterial 3 x 2 gr (H1)
3.1.2 viral 6. Inj. leucogen
4. leukosuria + 300 mg
hematuria 7. Po. Rabozet 1 x
makroskopis 50 mg
4.1 UTI 8. PO. Imuran 2x1
4.2 related to no.1 9. R/rontgen
5. hepatitis C thorax
reactive 10. Co.
gastrohepatolog
i
11. Cek UL/48 jam
12. Cek HCV RNA
13. Trnasfusi TC 5
kolf
14. Observasi
pendarahan
11 Maret 2021
15
12 Maret 2021
Subjective Objective Assesment Planning
1. Badan lemas 1. GCS 456 1. Pansitopenia ec 1. Diet TKTP
(<) 2. TD 130/70 Anemia aplastic Lunak
2. Pendarahan (-) 3. N 98 x/m 2. Elevated Liver 2. IVFD NS 0,9%
3. Demam (-) 4. RR 20 x/m Enzym 1500cc/24 jam
5. T 36,9 C 2.1 hepatitis 3. Inj.
6. Konj. Pucat Infection Methilprednisol
(+) 2.1.1 hepatitis C on 2x125 mg
7. Hb 7,9, Eri 2.2 related to (H4)
2,75 juta, Ht anemia 4. Inj. ceftazidime
24,6%,, leu 2,9 3. acute febrile 3 x 2 gr (H3)
ribu, trombosit illness + Cough 5. Inj. leucogen
10 ribu 3.1 pneumonia 300 mg
8. Urinalisa : 3.1.1 bacterial 6. Po. Rabozet 1 x
lekosit : 20- 3.1.2 viral 50 mg
25/LPB. Dan 4. leukosuria + 7. PO. Imuran 2x1
terdapat hematuria 8. Cek HCV RNA
bakteri makroskopis 9. Observasi
16
13 Maret 2021
Subjective Objective Assesment Planning
1. Badan lemas 1. GCS 456 1. Pansitopenia ec 1. Diet TKTP
(-) 2. TD 130/70 Anemia aplastic Lunak
2. Pendarahan (-) 3. N 95 x/m 2. Elevated Liver 2. IVFD NS 0,9%
3. Demam (-) 4. RR 24 x/m Enzym 1500cc/24 jam
5. T 36,5 C 2.1 hepatitis 3. Inj.
6. Konj. Pucat Infection Methilprednisol
(+) 2.1.1 hepatitis C on 2x125 mg
7. Hb 10, Eri 2.2 related to (H5)
3,53 juta, Ht anemia 4. Inj. ceftazidime
30,8%,, leu 2,4 3. acute febrile 3 x 2 gr (H4)
ribu, trombosit illness + Cough 5. Inj. leucogen
60 ribu 3.1 pneumonia 300 mg
8. Urinalisa : 3.1.1 bacterial 6. Po. Rabozet 1 x
lekosit : 20- 3.1.2 viral 50 mg
25/LPB. Dan 4. leukosuria + 7. PO. Imuran 2x1
terdapat hematuria 8. Cek HCV RNA
bakteri makroskopis 9. Observasi
4.1 UTI pendarahan
4.2 related to no.1
5. hepatitis C
reactive
6. HT stage 1 on
treatment
14 Maret 2021
Subjective Objective Assesment Planning
1. Badan lemas 1. GCS 456 1. Pansitopenia ec 1. Diet TKTP
(-) 2. TD 120/70 Anemia aplastic Lunak
2. Pendarahan (-) 3. N 92 x/m 2. Elevated Liver 2. IVFD NS 0,9%
3. Demam (-) 4. RR 22 x/m Enzym 1500cc/24 jam
5. T 36,7 C 2.1 hepatitis 3. Inj.
6. Konj. Pucat Infection Methilprednisol
(+) 2.1.1 hepatitis C on 2x125 mg
17
15 Maret 2021
Subjective Objective Assesment Planning
1. Gusi berdarah 4. GCS 456 1. Anemia aplastic 1. Diet TKTP
(-) 5. TD 120/70 2. hepatitis C Lunak
2. Pendarahan (-) 6. N 96 x/m infection 2. IVFD NS 0,9%
3. BAB hitam (-) 7. RR 22 x/m 3. febrile 1500cc/24 jam
8. T 36,7 C neutropenia 3. Inj.
9. Konj. Pucat 4. HT on treatment Methilprednisol
(+) on 2x125 mg
10. Hb 10.2 , Eri (H6)
3,59 juta, Ht 4. Inj. ceftazidime
30,8%,, leu 3,5 3 x 2 gr (H5)
ribu, trombosit 5. Po. Rabozet 1 x
7 ribu 50 mg
11. Urinalisa : 6. PO. Imuran 2x1
lekosit : 20- 7. Post Trnasfusi
25/LPB. Dan TC 1 kolf
terdapat 8. Observasi
bakteri pendarahan
12. BMA : anemia
aplastik
16 Maret 2021
Subjective Objective Assesment Planning
1. Sesak nafas (-) 1. GCS 456 1. Anemia aplastic 1. Diet TKTP
2. Pendarahan (-) 2. TD 140/70 2. hepatitis C Lunak
18
17 Maret 2021
Subjective Objective Assesment Planning
1. Pendarahan (-) 1. GCS 456 1. Anemia aplastic 1. Diet TKTP
2. TD 130/70 2. hepatitis C Lunak
3. N 76 x/m infection 2. IVFD NS 0,9%
4. RR 24 x/m 3. febrile 1500cc/24 jam
5. T 36,7 C neutropenia 3. Inj.
6. Konj. Pucat 4. HT on treatment Methilprednisol
(+) on 2x125 mg
7. Hb 10.2 , Eri (H8)
3,59 juta, Ht 4. Inj. ceftazidime
30,8%,, leu 3,5 3 x 2 gr (H7)
ribu, trombosit 5. Po. Rabozet 1 x
7 ribu 50 mg
8. Urinalisa : 6. PO. Imuran 2x1
lekosit : 20- 7. Observasi
25/LPB. Dan pendarahan
terdapat
bakteri
9. BMA : anemia
aplastik
19
18 Maret 2021
Subjective Objective Assesment Planning
1. Pendarahan (-) 1. GCS 456 1. Anemia aplastic 1. Diet TKTP
2. Batuk (+) 2. TD 120/70 2. hepatitis C Lunak
3. N 86 x/m infection 2. IVFD NS 0,9%
4. RR 24 x/m 3. febrile 1500cc/24 jam
5. T 36,6 C neutropenia 3. Inj.
6. Konj. Pucat 4. HT on treatment Methilprednisol
(+) on 2x125 mg
7. Hb 10. , Eri (H9)
3,53 juta, Ht 4. Inj. ceftazidime
30,8%,, leu 2,4 3 x 2 gr (H8)
ribu, trombosit 5. Po. Rabozet 1 x
60 ribu 50 mg
8. Urinalisa : 6. PO. Imuran 2x1
lekosit : 20- 7. Observasi
25/LPB. Dan pendarahan
terdapat
bakteri
9. BMA : anemia
aplastik
19 Maret 2021
Subjective Objective Assesment Planning
1. Pendarahan (-) 1. GCS 456 1. Anemia aplastic 1. Diet TKTP
2. Batuk (-) 2. TD 120/80 2. hepatitis C Lunak
3. Sesak nafas (-) 3. N 82 x/m infection 2. IVFD NS 0,9%
4. Demam (-) 4. RR 28 x/m 3. febrile 1500cc/24 jam
5. T 36,6 C neutropenia 3. Inj.
6. Konj. Pucat 4. HT on treatment Methilprednisol
(+) on 2x125 mg
7. Hb 10. , Eri (H10)
3,53 juta, Ht 4. Inj. ceftazidime
30,8%,, leu 2,4 3 x 2 gr (H9)
ribu, trombosit 5. Po. Rabozet 1 x
60 ribu 50 mg
8. Urinalisa : 6. PO. Imuran 2x1
lekosit : 20- 7. Observasi
25/LPB. Dan pendarahan
terdapat
bakteri
9. BMA : anemia
aplastik
20
BAB 3
PEMBAHASAN
Pasien atas nama Ny. NH, usia 59 tahun masuk rumah sakit pada tanggal 9 maret
2021 dengan keluhan utama berupa lemas. Pasien mengeluhkan lemas sejak + 3
hari sebelum masuk RS. Pasien rutin mendapatkan transfusi darah dan Hb
sekitar 1 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 1 hari sebelum
masuk RS. Didapatakan pula konjungtiva anemis pada kedua mata. Pada
2,9 ribu/ uL dan trombosit 10 ribu/uL yang artinya telah terjadi pansitopenia pada
pasien.
Pada anemia aplastik terdapat pansitopenia sehingga keluhan dan gejala yang
gejala infeksi baik bersifat lokal maupun bersifat sistemik. Trombositopenia tentu
organ.1,2
21
1. Sindrom anemia :
perubahan posisi dari posisi jongkok ke posisi berdiri, iritabel, lesu dan
dan muntah, flaturensi, perut kembung, enek di hulu hati, diare atau
obstipasi.
kulit tidak elastis atau kurang cerah, rambut tipis dan kekuning kuningan.
Perdarahan organ dalam lebih jarang dijumpai, namun jika terjadi perdarahan
2. Retikulosit <30x109/L
1. Terapi kausal
Terapi kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen penyebab. Tetapi sering
hal ini sulit dilakukan karena etiologinya yang tidak jelas atau penyebabnya
2. Terapi suportif
a. Untuk
Higiene mulut
23
antibiotika adekuat.
Tranfusi PRC (packet red cell) jika Hb < 7 g/dl atau ada tanda payah
jantung atau anemia yang sangat simtomatik. Koreksi sampai Hb 9-10 g/dl,
sumsum tulang :
4. Terapi definitif
1. Terapi Imunosupresif
yang canggih, serta adanya kesulitan tersendiri dalam mencari donor yang
hostdisease).
Pada pasien diberikan obat steroid jangka panjang berupa metil prednisolon
2x125 mg secara IV lalu imuran 2x1 tablet PO. Pemberian rambozet untuk
Pada hepatitis C Sama seperti virus hepatitis yang lain, HCV dapat menyebabkan
hepatitis virus akut lain. Akan tetapi gejala-gejalanya hanya dilaporkan terjadi
pada 15% kasus sehingga, diagnosisnya harus tergantung pada positifnya hasil
1. Interferon alfa
Adalah suatu protein yang dibuat secara alami oleh tubuh manusia untuk
interferon alfa ini lebih lama ada dalam tubuh, dan penelitian menunjukkan
lebih efektif dalam membuat respon bertahan terhadap virus dari pasien
peginterferon alfa-2b.
26
Meskipun kedua senyawa ini efektif dalam pengobatan Hepatitis C kronis, ada
perbedaan dalam ukurannya, tipe pegylasi, waktu paruh, rute penbersihan dari
tubuh dan dosis dari kedua pegylated interferon. Karena metode pegylasi dan
tipe molekul PEG yang digunakan dalam proses dapat mempengaruhi kerja
Perbedaan besar antar dua pegylated interferon adalah dosisnya. Dosis dari
3. Ribavirin
Adalah obat anti virus yang digunakan bersama interferon alfa untuk
menyerupai flu (nyeri otot, malaise, tidak napsu makan dan sejenisnya),
depresi dan gangguan emosi, kerontokan rambut lebih dari normal, depresi
alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
27
bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Pneumonia komunitas yang diderita oleh
rumah sakit banyak disebabkan gram negatif. Dari laporan beberapa kota di
Gejala khas dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik
non produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau
bercak darah), sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah
pasien lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri
dada. Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada bagian
bawah saat pernafas, takipneu, kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi
pneumonia ditegakkan jika pada foto toraks terdapat infiltrat baru atau infiltrat
Hasil anamnesis yang didapatkan pada pasien ini, yaitu adanya batuk dengan
sekret purulen sejak 2 hari SMRS. Pasien juga mengeluh sempat mengalami
demam sejak 1 hari yang lalu namun pasien tidak mengukur temperaturnya. Tidak
ada anggota keluarga pasien yang mengalami keluhan sama dengan pasien.
Riwayat asma, diabetes mellitus, penyakit jantung, rhinitis alergi, alergi makanan
tiap 24 jam intravena dan N-acetylsistein 200mg tiap 8 jam per oral.
Infeksi saluran kemih dibedakan menjadi infeksi saluran kemih bagian bawah dan
infeksi saluran kemih bagian atas. Menurut gejala infeksi saluran kemih bagian
suprasimfisis dan enesmus, dan enuresis nokturnal. Gejala infeksi saluran kemih
bagian atas dapat berupa demam, menggigil, nyeri pinggang, nyeri kolik, mual,
muntah, nyeri ketok sudut kostovertebrata, dan hematuria. Selain itu juga
ditemukan manifestasi tidak khas infeksi saluran kemih yang berupa nyeri
Diagnosis pada infeksi saluran kemih dapat dilakukan dengan cara :11
1. Pemeriksaan urinalisis
Dapat ditemukan leukosuria atau piuria yang merupakan salah satu petunjuk
sedimen air kemih. Adanya leukosit silinder pada sedimen air kemih
menyatakan adanya infeksi saluran kemih karena dapat pula dijumpai pada
inflamasi tanpa infeksi. Lalu juga dapat ditemukan hematuria yang dipakai
oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya infeksi saluran kemih yaitu
glomerulus ataupun oleh sebab lain misalnya urolitiasis, tumor ginjal, atau
nekrosis papilaris.
2. Bakteriologis
a. Mikroskopis
b. Biakan bakteri
urin berurutan.
3. Tes kimiawi
yang paling sering dipakai adalah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya adalah
Lempeng tersebut dicelupkan ke dalam air kemih pasien atau dengan digenangi
30
air kemih setelah itu lempeng dimasukkan kembali ke dalam tabung plastik
1000 dan 100.000 dalam tiap mL air kemih yang diperiksa. Cara ini mudah
dilakukan, murah dan cukup akurat. Keterangannya adalah jenis kuman dan
kepekaannya tidak dapat diketahui walaupun demikian plat celup ini dapat
yang diperlukan.
BAB 4
PENUTUP
Dalam wanita RSUD Ulin Banjarmasin sejak tanggal 9 maret 2021 dengan
umum dan tanda vital diperlukan untuk menilai perbaikan kondisi pasien. Pada
DAFTAR PUSTAKA
1. Pratiwi NM, Tediantini PN. Anemia Aplastik. Bagian ilmu penyakit dalam
RSUP FK Universitas Udayana. 2016.
2. Widjanarko, A. Anemia Aplastik. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid III Edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.2014: 637-43.
3. Montane E, Luisa I, Vidal X, Ballarin E, Puig R, Garcia N, Laporte JR,
CGSAAA: Epidemiology of aplastic anemia: a prospective multicenter
study. Haematologica. 2018; 98:518-23
4. Sanityoso, A. Hepatitis Virus Akut. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I
Edisi V. Jakarta. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2009.
5. Dienstag J.L., Isselbacher K.J.,Acute Viral Hepatitis. In: Eugene
Braunwauld et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine, 17th
Edition,McGraw Hill. 2017.
6. Wahyudi H. Hepatitis. Bagian ilmi peyakit dalam FK UNUD. 2017.
7. Stephen O, Sain M, Maduh UJ, Jeong DU. An Efficient Deep Learning
Approach to Pneumonia Classification in Healthcare. Hindawi. 2019;
9(1):1-7.
8. Mani CS. Acute pneumonia and its complications. PPPID. 2018; 4:238-249.
9. Prina E, Ceccato A, Torres A. New aspects in the management of
pneumonia. Crit care. 2016;20:267.
10. Gupta K, Grigoryan L, Trautner B. Urinary tract infection. ACP.
2017;167(7):49-64.
11. Finucane TE. “Urinary Tract Infection”—Requiem for a Heavyweight.
AGS. 2017;65(8)1650-5.
12. McLellan LK, Hunstad D. Urinary Tract Infection: Pathogenesis and
Outlook. CellPress. 2016;22(11):946-57.
33