LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2022
PIPA ORGANA
Puput Lismanda Az-zahra*, Siti Humairoh, Dwi Rani Syopianis, Nabilah Nur Octavia, Nur
Aulyatun Hasanah, Muftia Jihan Irbah
Tadris Fisika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
Email: puput.lismanda20@mhs.uinjkt.ac.id
Abstrak
Gelombang suara merupakan salah satu masuk kedalam gelombang mekanik. Gelombang
mekanik merupakan gelombang yang hanya dapat merambat pada medium. Dalam gelombang
suara termasuk getaran yang merambat dapat digolongkan menjadi gelombang akustik.
Gelombang akustik dikatakan sebagai gelombang suara karena dapat merambar melalui media
transmisi gas, cair, dan padat. Pipa Organa merupakan alat musik yang dapat menghasilkan
suara melalui rongga udara. Pasa saat suara merambat melaui media transmisi gas, suara yang
masuk akan membentuk gelombang. Gelombang suara termasuk kedalam gelombang berdiri
yang mampu menciptakan resonansi. Pipa organa terbagi menjadi 2 jenis yaitu pipa organa
terbuka dan pipa organa tertutup. Pipa organa terbuka merupakan pipa organa yang memiliki
kedua ujung nya terbuka atau membentuk perut, sedangakan pipa organa yang memiliki kedua
ujungnya tertutup dan diawali dengan simpul dinamakan pipa organatertutup. Dalam praktikum
pipa organa ini, memiliki tujuan sebagai berikut Menganalisis proses terjadinya resonansi,
Menganalisis prinsip kerja dari pipa organa terbuka dan pipa organa tertutup, Membandingkan
frekuensi berdasarkan nada dasarnya, Menentukan variable yang ada pada praktikum. Pada
praktikum diketahui cepat rambat atau kelajuan dari gelombang bunyi sebesar 340 m/s. Hasil
frekuensi percobaan yang diperoleh dari resonansi pipa organ pada senar pertama dan senar
kedua menunjukkan bahwa frekuensi tertinggi diperoleh bila resonansi terjadi pada panjang
terkecil kolom udara pipa organ, dan semakin panjang. lagi mengubah semakin rendah nilai
frekuensi. . Oleh karena itu, frekuensi resonansi berbanding terbalik dengan panjang gelombang.
Kata Kunci: Gelombang, Resonansi, Gelombang Bunyi, Frekuensi, Panjang Gelombang
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Ilmu fisika yang mempelajari tentang dinamika gerak disebut dengan gelombang.
Gelombang suara merupakan salah satu masuk kedalam gelombang mekanik. Gelombang
mekanik merupakan gelombang yang hanya dapat merambat pada medium. Dalam
gelombang suara termasuk getaran yang merambat dapat digolongkan menjadi gelombang
akustik. Gelombang akustik dikatakan sebagai gelombang suara karena dapat merambar
melalui media transmisi gas, cair, dan padat. Pipa Organa merupakan alat musik yang dapat
menghasilkan suara melalui rongga udara. Pasa saat suara merambat melaui media transmisi
gas, suara yang masuk akan membentuk gelombang.
Gelombang memiliki sifat yang berbeda dan berbeda semua jenis Gelombang yang
berbeda berbeda dalam arah getaran, medium, serta amplitudo dan fasenya. Gelombang
didasarkan pada amplitudo dan Fase dibagi menjadi dua jenis, yaitu gelombang stasioner
dan gelombang berjalan. Gelombang berjalan tetap dalam amplitudo dan fase, sedangkan
gelombang tetap statis, amplitudo, dan fase tidak tetap atau berubah di titik mana
pun.Adapun menggunakan gelombang stasioner yaitu senar gitar yang kita mainkan Senar
gitar, terdapat pantulan gelombang di ujung senar diikat pada kedua ujungnya.
Suara merupakan suatu hal yang dapat didengarkan, Akan tetapi tidak dapat
dirasakan atau diraba (disentuh). Hal ini dapat dijadikan bahwa pengertian dari bunyi
tersendiri adalah suatu getaran yang dapat merambat dan menghasilkan beberapa sinyal
analog. Amplitudo disini dapat berubah ubah secara kontinu dari waktu ke waktu. Pada
skema ini suara yang dihasilkan diperoleh dari perambatan suara melalui medium udara
dengan kelajuan 340 m/s
Kajian Teori
Alat yang dapat mengeluarkan bunyi dikenal sebagai pipa organa. Pipa organa
merupakan alat yang memiliki sumber bunyinya berasal dari kolom udara. Kolom udara ini
berada di dalam tabung dan menghasilkan bunyi dari getaran gelombang berdiri.
Singkatnya, tabung organa merupakan elemen yang menghasilkan bunyi. Produksi suara
dalam tabung organ disebut peristiwa resonansi. (Alim, 2017)
Resonansi dikatakan terjadi pada saat benda lain tidak hanya bergetar tetapi juga
memiliki frekuensi yang sama, fenomena ini disebut resonansi. Resonansi dalam kolom
udara juga memiliki beberapa syarat yang dianggap sebagai resonansi, yaitu di permukaan
air harus terbentuk gelombang dan perut gelombang terletak di ujung tabung. Resonansi ini
juga dapat terjadi selama osilasi paksa.(Giancoli, 2014)
Getaran merupakan gerak bolak balik pada daerah disekitar titik atau yang dikenal
sebagai daerah kesetimbangan. Getaran merambat melalui beberapa medium zat yaitu zat
padat, zat cair, dan zat gas. Syarat yang harus dipenuhi supaya dapat benda tersebut dapat
dikatakan sebagai getaran yaitu benda harus melintasi lintasan yang sama dan memiliki
frekuensi dan periode yang konstan. Pada kehidupan sehari-hari fenomena getaran terjadi
pada gempa bumi. Gempa bumi disebabkanoleh getaran yang dipengaruhi oleh pergeseran
lempeng lempeng. (Permana, 2014 : 10-12)
Pipa Organa (PO) adalah suatu elemen atau dapat dikatakan alat (instrumental)
yang dapat menghasilkam suara. Saat suara tersebut akan beresonansi atau mengeluarkan
suara yang tinggi, pada nada tertentu. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya pengaruh
dari aliran udara yang dihasilkan oleh alat tersebut pada tekanan tertentu. Menyebabkan
udara dalam pipa tabung bergetar dengan frekuensi yang tidak konstan. Namun, hanya
terdapat satu frekuensi tertentu saja yang dapatbertahan, yaitu yang berkaitan dengan
gelombang berdiri, dan udara yang bergetar di dalam pipa tabung tersebut berbentuk
gelombang berdiri longitudinal. (Sucahyo, 2021)
Pipa Organa (PO) secara garis besar terbagi menjadi dua jenis, yaitu pipa organa
terbuka dan pipa organa tertutup. Pipa organa terbuka merupakan suatu jenis pipa organa dimana
kedua ujungnya berada dalam keadaan terbuka. Contoh dari pipa organa jenis ini adalah alat
music tiup, seperti seruling, dan perompet. Untuk lebih jelasnya, perhatikanlah gambar 1 berikut
ini.
di tengah terdapat 3 perut dan 2 simpul dan pada gambar terakhir memiliki 4 perut serta 3
1 𝑣
simpul. Hal tersebut menghasilkan 𝑙 = 2 λ dengan nada pertama 𝑓2 = = 2𝑓0 . Terakhir
2 𝑙
1 𝑣
harmonik atau nada ketiga dengan 𝑙 = 3 2 λ dengan nada kedua 𝑓2 = 3 2𝑙. Dan untuk setiap
𝑣
frekuensi pipa organa memenuhi persamaan 𝑓𝑛 = (2𝑛 + 1) 2𝑙 dengan n = 1, 2, 3, … (Serway &
gelombang stasioner, dimana ujung tertutup menjadi titik simpul gelombang ( Giancoli, 2001).
menghasilkan simpangan getaran udara selalu maksimum di bagian ujung yang terbuka
sedangkan mengasilkan simpangan getaran udara nol pada ujung yang tertutup (Abdullah, 2017)
METODE
Kedua, Menghubungkan adaptor dari audiogenerator pada sumber listrik yang ada (stop
kontak). Ketiga, Menghubungkan pipa resonansi dengan audio generator menggunakan kabel
penghubung dengan kabel merah di hubungkan dengan sekrup merah dan kabel hitam
hubungkan pada sekrup hitam.Keempat, Mengatur level dan frekuensi audio generator padaskala
angka 5. Kelima, Menghidupkan audio generator dengan menekan tombol on/off. Keenam,
Memastikanbahwa piston berada pada jarak 0 dalam pipa resonansi, kemudian menggesernya
secara perlahan. Ketujuh, Mendengarkan atau memastikam suara berada pada nada tinggi (relatif
lebih kencang) dan membaca nilai terbesar dari LCD digital SLM.Kedelapan, mencatat jarak
tempat piston berada pada saatterdengar resonansi pertama kali. Kesepuluh, Melanjutkan
menarik piston secara perlahan dan ulangi hal tersebut sampai piston keluar dari pipa resonansi.
Kesebelas dan yangterakhir, Menghitung besar nilai frekuensi dengan menggunakan rumus yang
sesuaidengan praktikum pipa organa.
HASIL
Tabel 1. Hasil Pengamatan
Frekuensi resonansi 𝑉
Nada Pertama (𝜆 = 4𝑙): 𝑓 = 4𝑙
4 3𝑉
Nada Kedua (𝜆 = 𝑙) : 𝑓 =
3 4𝑙
4 5𝑉
- Nada Ketiga (𝜆 = 𝑙) : 𝑓 =
5 4𝑙
Ketidakpastian pengukuran 𝜕𝑓 𝜕𝑓
∆𝑓𝑛 = | | ∆𝑙 + | | ∆𝑉
𝜕𝑙 𝜕𝑉
Kesalahan relatif ∆f
KR = × 100
fn
∆𝑙 = 0,001 & ∆𝑉 = 0
No Nada ke- Persamaan Ketidakpastian Pengukuran
(2𝑛 − 1)𝑉 1
∆𝑓𝑛 = ( ) 0,001 + ( ) 0
4𝑙 4𝑙
(2(1) − 1)340 1
∆𝑓𝑛 = ( ) 0,001 + ( )0
𝜕𝑓 𝜕𝑓 4(0,092) 4(0,092)
1 Pertama ∆𝑓𝑛 = | | ∆𝑙 + | | ∆𝑉
𝜕𝑙 𝜕𝑉 (340)
∆𝑓𝑛 = ( ) 0,001 + 0
4(0,092)
340
∆𝑓𝑛 = ( ) 0,001 = 0,9329 𝐻𝑧
0.368
(2𝑛 − 1)𝑉 1
∆𝑓𝑛 = ( ) 0,001 + ( ) 0
4𝑙 4𝑙
(2(2) − 1)340 1
∆𝑓𝑛 = ( ) 0,001 + ( )0
𝜕𝑓 𝜕𝑓 4(0,13) 4(0,13)
2 Kedua ∆𝑓𝑛 = | | ∆𝑙 + | | ∆𝑉
𝜕𝑙 𝜕𝑉 3(340)
∆𝑓𝑛 = ( ) 0,001 + 0
4(0,13)
1.020
∆𝑓𝑛 = ( ) 0,001 = 1.961 𝐻𝑧
0,52
𝜕𝑓 𝜕𝑓 (2𝑛 − 1)𝑉 1
∆𝑓𝑛 = | | ∆𝑙 + | | ∆𝑉 ∆𝑓𝑛 = ( ) 0,001 + ( ) 0
𝜕𝑙 𝜕𝑉 4𝑙 4𝑙
(2(3) − 1)340 1
∆𝑓𝑛 = ( ) 0,001 + ( )0
4(0,18) 4(0,18)
3 Ketiga
5(340)
∆𝑓𝑛 = ( ) 0,001 + 0
4(0,18)
1.700
∆𝑓𝑛 = ( ) 0,001 = 2,361 𝐻𝑧
0,72
Tabel 4. Kesalahan reatif
Soal :
1. Bagaimanakah pengaruh panjang pipa terhadap nada yang dihasilkan?
2. Berdasarkan data dari tabel, deret apakah yang dibentuk oleh
perbandingan antara frekuensi atas dan frekuensi dasar pipa? Sesuaikan
deret tersebut dengan deret harmonik untuk pipa tertutup! Jelaskan!
3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kesesuaian atau
ketidaksesuaian antara teoridengan hasil data praktikum diatas!
4. Pada hari yang sangat dingin. Matthew meniup seruling mainan yang
menyebabkan gelombang beresonansi. Jikacepat rambat bunyi melalui
kolom udaraadalah 336 m/s dan panjang udara kolom adalah 36 cm.
Hitung frekuensi harmonik pertama, kedua dan ketiga!
Jawaban :
4. Dapat diketahui bahwa Matthew meniup seruling, yang mana alat tersebut termasuk
kedalam pipa organa terbuka. Maka dapat diketahui bahwa :
a. Frekuensi nada dasar (f0)
𝑉
𝑓₀ = (2𝑛 + 1) 4𝐿
𝑉
𝑓₂ = (2𝑛 + 1) 4𝐿
Pembahasan
Praktikum kali ini, membahas mengenai pipa organa. Pipa Organa (PO) merupakan sebuah
elemen atau dapat dikatakan alat yang menghasilkan bunyi. Pipa organa ini terbagi menjadi dua
jenis, yaitu pipa organa terbuka dan pipa organa tertutup. Praktikum kali ini melakukan beberapa
percobaan kepada jenis pipa organa tertutup. Pipa organa tertutup karena salah satu ujungnya berada
dalam keadaan terbuka dan ujung satunya berada dalam keadaan tertutup. Praktikum dilakukan
dengan menarik batang piston dari ujung pipa tertutup, sampai piston tersebut keluar dari pipa
resonansi. Besar nilai cepat rambat bunyi (V) dalam praktikum pipa organa ini adalah konstan, yaitu
sebesar 340 m/s.
Praktikum pipa organa dilakukan dengan maksud tujuan untuk menghitung besar frekuensi
resonansi dan mencari hubungannya dengan panjang pipa. Semua data percobaan sudah diubah ke
satuan internasional yaitu meter (m). Kegiatan pertama dilakukan untuk mencari panjang pipa untuk
nada dasar dengan level frekuensi audio generator berskala 5 Hz. Pada pencarian nada dasar
didapatkan panjang pipa sebesar 0,092 ± 0,001 m. percobaan kedua yaitu mencari panjang pipa untuk
nada pertama. Ketika eksperimen dasar telah menemukan panjangnya, kita dapat menarik kembali batang
aluminium ke dalam tabung. Setelah volume maksimal, saat nada dasar suara mengalami penurunan atau
pelemahan suara, yang dinaikkan lagi hingga mencapai volume maksimal. Nada maksimum kedua ini adalah
nada pertama dari pipa organa. Pada percobaan pencarian panjang pipa pada nada pertama
menghasilkan panjang sebesar 0,13 ± 0,001 m. Percobaan ketiga juga dilakukan sama seperti
percobaan kedua dengan menarik lagi batang aluminium, saat bunyi mencapai batas maksimum maka
inilah nada kedua dari pipa organa tersebut didapatkan data sebesar 0,18 ± 0,001 m.
Setelah didapatkan hasil data panjang pipa, selanjutkan melakukan perhitungan untuk
mendapatkan nilai frekuensi resonansi dari masing-masing nada pipa resonansi. Nilai frekuensi
𝑣
resonansi didapatkan dengan persamaan umum dari pipa organa yaitu 𝑓𝑛 = (2𝑛 + 1) 4𝑙 Setelah
menganalisi data, dapat disimpulkan bahwa praktikum sudah sesuai dengan teori yang bertuliskan
“panjang pipa berbanding terbalik dengan frekuensi resonansi, artinya semakin pendek panjang pipa
maka frekuensi resonansi yang dihasilkan semakin besar begitu juga sebaliknya, semakin panjang
pipa maka frekuensi resonansi yang dihasilkan akan semakin mengecil”.
Hasil dari percobaan pipa organa terbuka-tertutup ini mendapatkan panjang pipa yang akan
menjadi pembagi pada persamaan frekuensi resonansi. Jika cepat rambat udara di anggap konstan
pada 340 m/s, maka secara teori semakin panjang pipa akan membuat nilai frekuensi resonansi yang
terhitung semakin kecil. Artinya panjang pipa dan frekuensi resonansi memiliki hubungan
berbanding terbalik. Frekuensi resonansi pada nada ke-0 akan selalu lebih besar nilainya dari pada
1
nada atas kelipatan berikutnya. Karena nilai n pada persamaan mempengaruhi perkaliannya dengan
cepat rambat, kemudian di bagi oleh panjang pipanya. Meskipun nada semakin tinggi ke atas, dan n
pengali cepat rambat menjadi semakin besar, namun tidak akan membuat frekuensi nada tinggi atas
ikut besar perhitungannya. Hal tersebut dikarenakan oleh nilai pembaginya, yaitu panjang pipa yang
juga semakin besar nilainya.
Selain berdampak pada pengdengaran kita, besar sumber frekuensi sumber bunyi memberikan
pengaruh terhadap panjang pipa yang dihasilkan dengan tingkatan nada. Seperti yang sudah
dipaparkan di atas, maka semakin besar frekuensi sumber bunyi panjang pipa yang dihasilkan akan
lebih pendek dari pada besar frekuensi sumber bunyi yang digunakan yaitu 5 Hz.
Kesimpulan
Alat yang dapat mengeluarkan bunyi dikenal sebagai pipa organa. Pipa organa merupakan
alat yang memiliki sumber bunyinya berasal dari kolom udara. Kolom udara ini berada di dalam
tabung dan menghasilkan bunyi dari getaran gelombang berdiri. Singkatnya, tabung organa
merupakan elemen yang menghasilkan bunyi. Pencantuman ketidakpastian dilakukan sebagai
penanda bahwa pengukuran yang dilakukan belum tentu benar. Ketidakakuratan hasil praktikum
bisa terjadi karena banyak faktor, seperti kesiapan alat untuk digunakan dalam praktikum dan bisa
juga terjadi karena kelalaian praktikan membaca serta menghitung hasil pengukuran. Dalam data
praktikum, nilai ketidakpastian dan kesalahan relatif semakin kecil sehingga bisa dikatakan alat
dalam kondisi yang cukup baik dan tepat untuk digunakan dalam praktikum. Selain itu
pencantuman ketidakpastian akan mendukung data praktikum yang ada.
2
Daftar Rujukan
Abdullah, Mikrajuddin. (2017) . Fisika Dasar II . Bandung : Institut Teknologi Bandung. hal : 664–
665.
3
Lampiran
Laporan Praktikum Sementara Pipa Organa
4
Lampiran Turnitin